SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
1 
K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H 
BERKURBAN, 
MENYEMBELIH SIFAT HEWAN UNTUK MENGGAPAI KEMULYAAN 
Di sampaikan Oleh Ustd H. Dani Hamdani, M.Pd 
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang begitu banyak sehingga kita bisa hadir pada pagi ini dalam pelaksanaan shalat Idul Adha. Kehadiran kita pagi ini bersamaan dengan kehadiran sekitar tiga sampai empat juta jamaah haji dari seluruh dunia yang sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Semua ini karena nikmat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada kita, yakni nikmat iman dan Islam. 
Hadirin Jama’ah sholat ‘Iedul Adha rahimakumuLlah,.. 
Hari ini kembali kita mendapatkan hari yang agung, dimana jutaan manusia dari segenap penjuru datang memenuhi seruan Allah SWT, bersimpuh sujud menyerahkan seluruh dirinya ke hadapan Allah Robbul ‘Izzati. Hari-hari dimana saudara-saudara kita di Tanah suci menunaikan manasik Haji, mengikuti nabiyaLlah Ibrahim AS, dan meneladani RasuluLlah Muhammad SAW. Hari-hari penuh ketundukan, ketaatan,
2 
K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H 
kekhusyukan, kesabaran dan pengorbanan. Tunduk atas semua perintah Allah SWT tanpa sedikitpun melalaikannya. Taat dengan semua ajaran Nabi dan RasulNya yang mulia. Khusyuk dalam gumulan wukuf, rukuk, sujud, thowaf, sa’I dengan hiasan dzikir: tahmid, tahlil, takbir dan talbiyah yang tiada henti. Bersabar atas segala urusan yang menjengkelkan, debu dan terik panas matahari yang menyesakkan, dan hiruk-pikuk yang melelahkan. Berkorban dengan harta, tenaga, waktu dan sanak keluarga yang ditinggalkan. Semua hanya demi mendapatkan ridho dan kasih sayang Allah Ar Rahman Ar Rahim. 
Hadirin Jama’ah sholat ‘Iedul Adha rahimakumuLlah,.. 
Kata Qurban berasal dari bahasa Arab yang Artinya, mendekati atau menghampiri. Ibadah kurban dilakukan memang menjadikan seseorang dekat kepada Allah karena telah melaksanakan perintah-Nya seraya bertakbir, memuji dan bertasbih di hari Raya Idul Adha dan di hari tasyrik. Idul Adha juga mengandung arti “kembali melakukan penyembelihan”. Secara syari’at, penyembelihan yang dimaksud adalah ibadah kurban dengan menyembelih binatang tertentu, seperti unta, sapi, atau domba/kambing. Namun secara hakikat, ibadah kurban mendidik kita untuk menyem- belih sifat-sifat hewan/kebinatangan (bahimiyyah) yang melekat pada diri manusia. 
Manusia memang diyakini sebagai makhluk yang paling mulia,ini sesuai dengan firman Alloh dalam (Qs. At-Tin/95: 4). Namun di sisi lain, manusia juga bisa setara bahkan lebih hina dari binatang (Qs. Al-A’raf/7: 179). Menyamakan manusia dengan binatang dalam kondisi tertentu, merupakan pemikiran yang telah lama dikenal. Aristoteles, misalnya, ketika ditanya apakah sesungguhnya manusia itu? Filosof Yunani kenamaan itu menjawab “Manusia adalah hewan berbicara!” Dari filosof muslim, ada al-Farabi yang membagi manusia kepada tiga golongan, yaitu manusia merdeka, manusia hewani, dan manusia budak. 
Maksud manusia hewani adalah manusia yang tidak berpikir secara sehat dan jika pun ada pikirannya, ia tidak memiliki tekad kuat untuk melaksanakan hasil pikiran yang sehat tersebut. 
Ibn Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah, juga menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal. Ketika manusia tidak menggunakan akalnya dan tidak
3 
K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H 
berpengetahuan, maka secara umum dia dianggap sama dengan hewan/binatang. Sebab, secara fisik/material manusia sama saja dengan hewan dimana proses perkembangannya sejak dari pertemuan sel sperma dengan ovum lalu berproses hingga menjadi tua. 
Secara materi, manusia dan hewan pun memiliki keinginan kepada hal-hal yang bersifat materi pula, seperti mencari pasangan, ingin tempat tinggal, memiliki keturunan, ingin makan-minum, dan sebagainya. Bahkan, menurut Ibn Khaldun, dalam hal-hal tertentu hewan justru lebih “tinggi kedudukannya” dari manusia, seperti kekuatan tenaga binatang buas, dan sebagainya. 
Apalagi ketika nafsu lebih dikuasai oleh muatan fujur/jahat (keburukan) maka kedudukan manusia justru lebih rendah dari pada binatang; keserakahan, buas, saling memangsa satu sama lain, berketurunan tanpa kejelasan nasab, pengkhianatan, makan atas dorongan syahwat, dan mengumpulkan harta tanpa kenal halal haram. 
Namun, manusia tidak saja tercipta dari tanah, tetapi Allah meniupkan ruh kepadanya. Dimensi ruh inilah yang membedakannya dengan binatang. Dalam dimensi ruhaniyah ini, terkandung potensi fitrah dan potensi al-asmul husna. Ketika dimensi ruhaniyahnya berfungsi sebagaimana mestinya, maka keinginan-keinginan jasadiyah yang bersifat materi itu akan terkendali kepada hal-hal yang bersifat positif. 
Hadirin Jama’ah sholat ‘Iedul Adha rahimakumuLlah,.. 
Manusia juga dibekali akal, qalbu, dan nafsu. Dengan akal manusia mampu membedekan yang baik dan benar serta bertindak rasional. Dengan qalbu manusia mampu mengenal hakikat dirinya sebagai makhluk spiritual yang senantiasa merindukan dan membutuhkan kehadiran Tuhan. Dengan nafs manusia bisa kreatif, berkeinginan untuk maju, dan seterusnya. Ketika potensi-potensi itu berkembang secara optimal dengan basis ruhaniyah yang senantiasa suci, maka manusia itu akan tampil sebagai makhluk yang mulia lagi beruntung (Qs. al-Syams/91: 9). 
Sebaliknya, ketika manusia mengabaikan dimensi ruhaniyahnya dan disibukkan untuk memenuhi dimensi jasadiyahnya, maka kedudukannya akan hina. Dimensi jasadiyah yang berasal dari tanah itu sesungguhnya memuat potensi yang memiliki karakter cenderung kepada materi. Karena tanah (al-thin) adalah materi. Ia
4 
K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H 
berkeinginan untuk mengumpulkan harta, hasrat biologis kepada lawan jenis, keinginan untuk berkuasa dan menguasai, memenuhi kebutuhan fisiologis seperti makan, dan keinginan-keinginan yang bersifat materi lainnya. 
Ketika manusia hanya mengembangkan potensi yang bersifat jasmaniyah dan mengabaikan kebutuhan ruhaniyah, maka apa bedanya manusia dengan binatang? Karena itu, al-Qur’an menyinggung beberapa kali tentang kedudukan manusia yang setara dengan binatang, bahkan lebih rendah darinya. Dalam surat al-A’raf ayat 179 dijelaskan ada tiga karakter manusia yang setara dengan binatang ternak (al-an’am), bahkan lebih hina darinya. Ketiga karakter itu adalah hati yang tertutup, mata yang buta, dan telinga yang tuli. 
Hati (qalbu) merupakan singgasana ruhaniyah manusia. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya dalam diri manusia ada segumpal darah (mudghah), jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh; sebaliknya jika ia buruk maka rusaklah seluruh tubuh. Itulah yang disebut qalbu”. Hati yang suci dari noda-noda dosa akan mudah memperoleh nur (cahaya) berupa hidayah dari Allah sehingga dikenal istilah hati nurani. 
Imam al-Ghazali menganalogikan hati laksana kaca cermin yang bening. Ketika seseorang melakukan dosa, maka ia ibarat noda hitam yang menempel pada kaca tersebut sehingga ia berubah menjadi gelap dan tidak mampu menerima pancaran cahaya ilahi. 
Tertutupnya hati seseorang akan menimbulkan berbagai penyakit hati. Hasad, sombong, dendam, kikir, egois (ananiyah), adu domba (namimah), dan riya merupakan sebagian kecil bentuk penyakit hati yang mengakibatkan ia lebih hina dari binatang. 
Mata yang buta adalah gambaran manusia yang tidak menggunakan matanya untuk melihat kekuasaan Allah. Bumi yang terhampar luas, lautan yang terbentang, langit yang tinggi menjulang sesungguhnya terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah. Begitu pula berbagai bencana yang kerap terjadi dan dapat disaksikan oleh mata, sejatinya menjadikan seseorang lebih mengenal Allah Yang Maha Kuasa lagi Perkasa. 
Ketika mata seseorang buta dari tanda-tanda kekuasaan Allah, maka ia lebih memuja alam dari pada yang menciptakan alam itu sendiri. Ia menjadi rakus mengeksploitasi hasil alam untuk kepentingan duniawinya. Lagi-lagi perilakunya tidak berbeda dengan binatang di hutan nan luas.
5 
K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H 
Begitu pula telinga yang tuli dari ayat-ayat Allah dan nasehat-nasehat bijak yang mengajak kepada kebaikan. Jika melihat orang lain salah, ia kritik habis-habisan. Sebaliknya jika dikritik ia marah dan tidak menerima dengan lapang dada. Padahal Allah telah menciptakan dua telinga bagi manusia agar ia lebih banyak mendengar dari pada berbicara. 
Akibatnya dari tiga karakter di atas, akan terjadilah pertikaian, permusuhan bahkan pertumpahan darah di antara manusia. Karena itu, Allah menyetarakan manusia yang memiliki tiga karakter di atas dengan binatang ternak, bahkan lebih sesat darinya. Sebab, binatang berperilaku demikian tidak dibekali dengan hati dan akal pikiran, maka wajar ia berperilaku demikian. 
Selain dari ayat di atas, dalam surat al-Furqan ayat 43-44 juga ditegaskan bahwa orang yang lebih menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya disebut sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat dari padanya. 
Sedangkan dalam surat Al-A’raf/7: 176 ditegaskan bahwa orang yang memperturutkan hawa nafsunya, lalu mendustakan ayat-ayat Allah, maka manusia itu diumpamakan seperti anjing. Apabila dihalau anjing itu akan menggulurkan lidahnya dan jika dibiarkan juga melakukan hal yang sama. 
Karena itu, manusia mesti mengendalikan diri dan menyembelih sifat-sifat hewan/kebinatangan (bahimiyyah) yang melekat dalam nafs-nya melalui ibadah kurban. Hilangkan sifat-sifat kebinatangan yang merusak hakikat kemanusiaan itu seiring dengan darah kurban yang tertumpah ke tanah. Jadilah manusia yang lebih mengoptimalkan nafs taqwa-nya dari pada fujur sehingga ruhaniyahnya suci dari noda dosa dan penyakit hati menjadikan hidup menjadi mulia. Ingatlah hanya hamba yang suci yang akan mampu mendekat dengan Allah Yang Maha Suci (al-Quddus). 
Hadirin Jama’ah sholat ‘Iedul Adha rahimakumuLlah,.. 
Orang-orang yang mampu melakukan tugas ini adalah orang yang menyembelih hewan kurban atas dasar taqwa; bukan ingin dipuji, meraih popularitas, atau alasan- alasan duniawi lainnya.Firman-Nya:
6 
K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H 
Daging-daging dan darahnya (kurban) itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Qs. al-Hajj/22: 37). 
Saudara-saudaraku!Bapak,Ibu hadirin sekalian, Maka berjanjilah kepada dirikita untuk selalu menyembelih sifat-sifat hewanj yang ada dalam diri kita. Buatlah perjanjian sekali lagi dengan Allah; bahwa segenap hidup dan mati kita, segenap jiwa dan pikiran kita, segenap harta dan waktu kita, telah dijual kepada Allah swt yang akan dibayarnya – kelak- dengan surga;(At Taubah ayat 111). 
Akhirnya, marilah kita siapkan diri, keluarga dan masyarakat kita untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan mulia. Kearah itu, dibutuhkan para pemimpin,pejabat dan pengelola negeri yang baik, yang bukan sekedar berstatus sebagai muslim tapi memang dapat menunjukkan identitas keislaman, keberpihakan pada nilai-nilai Islam dan mampu menunjukkan pelayanan dengan sungguh-sungguh kepada masyarakat. Momentum Idul Adha sekarang ini merupakan saat yang tepat untuk memacu diri kita berusaha lebih keras dan sungguh-sungguh agar terwujud masyarakat yang baik dan mulia dalam memperoleh ridha Allah Swt. Untuk itu, marilah kita tutup khutbah Ied kita pada hari ini dengan sama-sama berdo'a: 
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a. 
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan
7 
K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H 
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir. 
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang- orang yang tidak mengasihi kami. 
*Disampaikan oleh: H. Dani Hamdani, M.Pd 
(Sekertaris Umum MUI Propinsi Bengkulu,Direktur Yayasan Alfida Bengkulu,Ketua Umum Ikadi Propinsi Bengkulu) 
Pada Khutbah Idul Adha 1434H di Mesjid Raya Baitul Izzah 
Bengkulu,10 Dzulhijjah 1434H/15 Oktober 2013

More Related Content

What's hot (14)

Pai poltek bab 4
Pai poltek bab 4Pai poltek bab 4
Pai poltek bab 4
 
Pertemuan 4 asmaul husna
Pertemuan 4 asmaul husnaPertemuan 4 asmaul husna
Pertemuan 4 asmaul husna
 
Bab 3 tambahan
Bab 3 tambahanBab 3 tambahan
Bab 3 tambahan
 
Pai poltek bab 3
Pai poltek bab 3Pai poltek bab 3
Pai poltek bab 3
 
Allah dalam aqidah islamiah hasan al banna
Allah dalam aqidah islamiah hasan al bannaAllah dalam aqidah islamiah hasan al banna
Allah dalam aqidah islamiah hasan al banna
 
Potensi dan tugas manusia
Potensi dan tugas manusiaPotensi dan tugas manusia
Potensi dan tugas manusia
 
Kimia Kebahagiaan
Kimia KebahagiaanKimia Kebahagiaan
Kimia Kebahagiaan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Modul 14 kb 4
Modul 14 kb 4Modul 14 kb 4
Modul 14 kb 4
 
Rpp bab-2 (iman kepada allah)
Rpp bab-2 (iman kepada allah)Rpp bab-2 (iman kepada allah)
Rpp bab-2 (iman kepada allah)
 
E valuasi 1
E valuasi 1E valuasi 1
E valuasi 1
 
Wawancara i
Wawancara iWawancara i
Wawancara i
 
Konsep alam
Konsep alamKonsep alam
Konsep alam
 
Tafsir Al azhar 112 al ikhlas
Tafsir Al azhar 112 al ikhlasTafsir Al azhar 112 al ikhlas
Tafsir Al azhar 112 al ikhlas
 

Similar to MENYEMBELIH SIFAT

Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamAsmida Herawati
 
Bab 1_Manusia dan Agama.pptx
Bab 1_Manusia dan Agama.pptxBab 1_Manusia dan Agama.pptx
Bab 1_Manusia dan Agama.pptxBazliHashim2
 
Psikologi Perkembangan Manusia Menurut Islam
Psikologi Perkembangan Manusia Menurut IslamPsikologi Perkembangan Manusia Menurut Islam
Psikologi Perkembangan Manusia Menurut Islamikbarmuhyi
 
Bab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewanBab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewanBangFaeshal
 
Bab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewanBab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewanamirulmuminin9
 
Bab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewanBab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewanMamaz-AJi
 
Bab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewanBab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewanghozali27
 
SLIDESHARE KONSEP KEJADIAN INSAN DAN ALAM
SLIDESHARE KONSEP KEJADIAN INSAN DAN ALAMSLIDESHARE KONSEP KEJADIAN INSAN DAN ALAM
SLIDESHARE KONSEP KEJADIAN INSAN DAN ALAMnabila shahira
 
Konsep_manusia_dlm_Islam.ppt
Konsep_manusia_dlm_Islam.pptKonsep_manusia_dlm_Islam.ppt
Konsep_manusia_dlm_Islam.pptjufryramelli
 
PPT MK AKHLAK PADANG LAMPE - Copy.pdf
PPT MK AKHLAK PADANG LAMPE - Copy.pdfPPT MK AKHLAK PADANG LAMPE - Copy.pdf
PPT MK AKHLAK PADANG LAMPE - Copy.pdfItsNyx
 
Syarifudin, khutbah idul adha.
Syarifudin, khutbah idul adha.Syarifudin, khutbah idul adha.
Syarifudin, khutbah idul adha.Syarifudin Amq
 
[Imam al ghazali] kimia kebahagiaan
[Imam al ghazali] kimia kebahagiaan[Imam al ghazali] kimia kebahagiaan
[Imam al ghazali] kimia kebahagiaanMye Gucci
 
kultum 16.docx
kultum 16.docxkultum 16.docx
kultum 16.docxadiabadi1
 
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPenulis
 
God's Dream For You Part 2
God's Dream For You Part 2God's Dream For You Part 2
God's Dream For You Part 2SIB Central City
 

Similar to MENYEMBELIH SIFAT (20)

Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islam
 
Bab 1_Manusia dan Agama.pptx
Bab 1_Manusia dan Agama.pptxBab 1_Manusia dan Agama.pptx
Bab 1_Manusia dan Agama.pptx
 
Manusia Beragama Islam.pptx
Manusia Beragama Islam.pptxManusia Beragama Islam.pptx
Manusia Beragama Islam.pptx
 
Psikologi Perkembangan Manusia Menurut Islam
Psikologi Perkembangan Manusia Menurut IslamPsikologi Perkembangan Manusia Menurut Islam
Psikologi Perkembangan Manusia Menurut Islam
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Bab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewanBab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewan
 
Bab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewanBab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewan
 
Bab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewanBab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewan
 
Bab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewanBab 5 penyembelihan hewan
Bab 5 penyembelihan hewan
 
SLIDESHARE KONSEP KEJADIAN INSAN DAN ALAM
SLIDESHARE KONSEP KEJADIAN INSAN DAN ALAMSLIDESHARE KONSEP KEJADIAN INSAN DAN ALAM
SLIDESHARE KONSEP KEJADIAN INSAN DAN ALAM
 
Konsep_manusia_dlm_Islam.ppt
Konsep_manusia_dlm_Islam.pptKonsep_manusia_dlm_Islam.ppt
Konsep_manusia_dlm_Islam.ppt
 
PPT MK AKHLAK PADANG LAMPE - Copy.pdf
PPT MK AKHLAK PADANG LAMPE - Copy.pdfPPT MK AKHLAK PADANG LAMPE - Copy.pdf
PPT MK AKHLAK PADANG LAMPE - Copy.pdf
 
Kimia kebahagiaan
Kimia kebahagiaanKimia kebahagiaan
Kimia kebahagiaan
 
Kimia kebahagiaan
Kimia kebahagiaanKimia kebahagiaan
Kimia kebahagiaan
 
Syarifudin, khutbah idul adha.
Syarifudin, khutbah idul adha.Syarifudin, khutbah idul adha.
Syarifudin, khutbah idul adha.
 
[Imam al ghazali] kimia kebahagiaan
[Imam al ghazali] kimia kebahagiaan[Imam al ghazali] kimia kebahagiaan
[Imam al ghazali] kimia kebahagiaan
 
Manusia copy
Manusia   copyManusia   copy
Manusia copy
 
kultum 16.docx
kultum 16.docxkultum 16.docx
kultum 16.docx
 
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
 
God's Dream For You Part 2
God's Dream For You Part 2God's Dream For You Part 2
God's Dream For You Part 2
 

MENYEMBELIH SIFAT

  • 1. 1 K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H BERKURBAN, MENYEMBELIH SIFAT HEWAN UNTUK MENGGAPAI KEMULYAAN Di sampaikan Oleh Ustd H. Dani Hamdani, M.Pd Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang begitu banyak sehingga kita bisa hadir pada pagi ini dalam pelaksanaan shalat Idul Adha. Kehadiran kita pagi ini bersamaan dengan kehadiran sekitar tiga sampai empat juta jamaah haji dari seluruh dunia yang sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Semua ini karena nikmat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada kita, yakni nikmat iman dan Islam. Hadirin Jama’ah sholat ‘Iedul Adha rahimakumuLlah,.. Hari ini kembali kita mendapatkan hari yang agung, dimana jutaan manusia dari segenap penjuru datang memenuhi seruan Allah SWT, bersimpuh sujud menyerahkan seluruh dirinya ke hadapan Allah Robbul ‘Izzati. Hari-hari dimana saudara-saudara kita di Tanah suci menunaikan manasik Haji, mengikuti nabiyaLlah Ibrahim AS, dan meneladani RasuluLlah Muhammad SAW. Hari-hari penuh ketundukan, ketaatan,
  • 2. 2 K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H kekhusyukan, kesabaran dan pengorbanan. Tunduk atas semua perintah Allah SWT tanpa sedikitpun melalaikannya. Taat dengan semua ajaran Nabi dan RasulNya yang mulia. Khusyuk dalam gumulan wukuf, rukuk, sujud, thowaf, sa’I dengan hiasan dzikir: tahmid, tahlil, takbir dan talbiyah yang tiada henti. Bersabar atas segala urusan yang menjengkelkan, debu dan terik panas matahari yang menyesakkan, dan hiruk-pikuk yang melelahkan. Berkorban dengan harta, tenaga, waktu dan sanak keluarga yang ditinggalkan. Semua hanya demi mendapatkan ridho dan kasih sayang Allah Ar Rahman Ar Rahim. Hadirin Jama’ah sholat ‘Iedul Adha rahimakumuLlah,.. Kata Qurban berasal dari bahasa Arab yang Artinya, mendekati atau menghampiri. Ibadah kurban dilakukan memang menjadikan seseorang dekat kepada Allah karena telah melaksanakan perintah-Nya seraya bertakbir, memuji dan bertasbih di hari Raya Idul Adha dan di hari tasyrik. Idul Adha juga mengandung arti “kembali melakukan penyembelihan”. Secara syari’at, penyembelihan yang dimaksud adalah ibadah kurban dengan menyembelih binatang tertentu, seperti unta, sapi, atau domba/kambing. Namun secara hakikat, ibadah kurban mendidik kita untuk menyem- belih sifat-sifat hewan/kebinatangan (bahimiyyah) yang melekat pada diri manusia. Manusia memang diyakini sebagai makhluk yang paling mulia,ini sesuai dengan firman Alloh dalam (Qs. At-Tin/95: 4). Namun di sisi lain, manusia juga bisa setara bahkan lebih hina dari binatang (Qs. Al-A’raf/7: 179). Menyamakan manusia dengan binatang dalam kondisi tertentu, merupakan pemikiran yang telah lama dikenal. Aristoteles, misalnya, ketika ditanya apakah sesungguhnya manusia itu? Filosof Yunani kenamaan itu menjawab “Manusia adalah hewan berbicara!” Dari filosof muslim, ada al-Farabi yang membagi manusia kepada tiga golongan, yaitu manusia merdeka, manusia hewani, dan manusia budak. Maksud manusia hewani adalah manusia yang tidak berpikir secara sehat dan jika pun ada pikirannya, ia tidak memiliki tekad kuat untuk melaksanakan hasil pikiran yang sehat tersebut. Ibn Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah, juga menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal. Ketika manusia tidak menggunakan akalnya dan tidak
  • 3. 3 K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H berpengetahuan, maka secara umum dia dianggap sama dengan hewan/binatang. Sebab, secara fisik/material manusia sama saja dengan hewan dimana proses perkembangannya sejak dari pertemuan sel sperma dengan ovum lalu berproses hingga menjadi tua. Secara materi, manusia dan hewan pun memiliki keinginan kepada hal-hal yang bersifat materi pula, seperti mencari pasangan, ingin tempat tinggal, memiliki keturunan, ingin makan-minum, dan sebagainya. Bahkan, menurut Ibn Khaldun, dalam hal-hal tertentu hewan justru lebih “tinggi kedudukannya” dari manusia, seperti kekuatan tenaga binatang buas, dan sebagainya. Apalagi ketika nafsu lebih dikuasai oleh muatan fujur/jahat (keburukan) maka kedudukan manusia justru lebih rendah dari pada binatang; keserakahan, buas, saling memangsa satu sama lain, berketurunan tanpa kejelasan nasab, pengkhianatan, makan atas dorongan syahwat, dan mengumpulkan harta tanpa kenal halal haram. Namun, manusia tidak saja tercipta dari tanah, tetapi Allah meniupkan ruh kepadanya. Dimensi ruh inilah yang membedakannya dengan binatang. Dalam dimensi ruhaniyah ini, terkandung potensi fitrah dan potensi al-asmul husna. Ketika dimensi ruhaniyahnya berfungsi sebagaimana mestinya, maka keinginan-keinginan jasadiyah yang bersifat materi itu akan terkendali kepada hal-hal yang bersifat positif. Hadirin Jama’ah sholat ‘Iedul Adha rahimakumuLlah,.. Manusia juga dibekali akal, qalbu, dan nafsu. Dengan akal manusia mampu membedekan yang baik dan benar serta bertindak rasional. Dengan qalbu manusia mampu mengenal hakikat dirinya sebagai makhluk spiritual yang senantiasa merindukan dan membutuhkan kehadiran Tuhan. Dengan nafs manusia bisa kreatif, berkeinginan untuk maju, dan seterusnya. Ketika potensi-potensi itu berkembang secara optimal dengan basis ruhaniyah yang senantiasa suci, maka manusia itu akan tampil sebagai makhluk yang mulia lagi beruntung (Qs. al-Syams/91: 9). Sebaliknya, ketika manusia mengabaikan dimensi ruhaniyahnya dan disibukkan untuk memenuhi dimensi jasadiyahnya, maka kedudukannya akan hina. Dimensi jasadiyah yang berasal dari tanah itu sesungguhnya memuat potensi yang memiliki karakter cenderung kepada materi. Karena tanah (al-thin) adalah materi. Ia
  • 4. 4 K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H berkeinginan untuk mengumpulkan harta, hasrat biologis kepada lawan jenis, keinginan untuk berkuasa dan menguasai, memenuhi kebutuhan fisiologis seperti makan, dan keinginan-keinginan yang bersifat materi lainnya. Ketika manusia hanya mengembangkan potensi yang bersifat jasmaniyah dan mengabaikan kebutuhan ruhaniyah, maka apa bedanya manusia dengan binatang? Karena itu, al-Qur’an menyinggung beberapa kali tentang kedudukan manusia yang setara dengan binatang, bahkan lebih rendah darinya. Dalam surat al-A’raf ayat 179 dijelaskan ada tiga karakter manusia yang setara dengan binatang ternak (al-an’am), bahkan lebih hina darinya. Ketiga karakter itu adalah hati yang tertutup, mata yang buta, dan telinga yang tuli. Hati (qalbu) merupakan singgasana ruhaniyah manusia. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya dalam diri manusia ada segumpal darah (mudghah), jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh; sebaliknya jika ia buruk maka rusaklah seluruh tubuh. Itulah yang disebut qalbu”. Hati yang suci dari noda-noda dosa akan mudah memperoleh nur (cahaya) berupa hidayah dari Allah sehingga dikenal istilah hati nurani. Imam al-Ghazali menganalogikan hati laksana kaca cermin yang bening. Ketika seseorang melakukan dosa, maka ia ibarat noda hitam yang menempel pada kaca tersebut sehingga ia berubah menjadi gelap dan tidak mampu menerima pancaran cahaya ilahi. Tertutupnya hati seseorang akan menimbulkan berbagai penyakit hati. Hasad, sombong, dendam, kikir, egois (ananiyah), adu domba (namimah), dan riya merupakan sebagian kecil bentuk penyakit hati yang mengakibatkan ia lebih hina dari binatang. Mata yang buta adalah gambaran manusia yang tidak menggunakan matanya untuk melihat kekuasaan Allah. Bumi yang terhampar luas, lautan yang terbentang, langit yang tinggi menjulang sesungguhnya terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah. Begitu pula berbagai bencana yang kerap terjadi dan dapat disaksikan oleh mata, sejatinya menjadikan seseorang lebih mengenal Allah Yang Maha Kuasa lagi Perkasa. Ketika mata seseorang buta dari tanda-tanda kekuasaan Allah, maka ia lebih memuja alam dari pada yang menciptakan alam itu sendiri. Ia menjadi rakus mengeksploitasi hasil alam untuk kepentingan duniawinya. Lagi-lagi perilakunya tidak berbeda dengan binatang di hutan nan luas.
  • 5. 5 K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H Begitu pula telinga yang tuli dari ayat-ayat Allah dan nasehat-nasehat bijak yang mengajak kepada kebaikan. Jika melihat orang lain salah, ia kritik habis-habisan. Sebaliknya jika dikritik ia marah dan tidak menerima dengan lapang dada. Padahal Allah telah menciptakan dua telinga bagi manusia agar ia lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Akibatnya dari tiga karakter di atas, akan terjadilah pertikaian, permusuhan bahkan pertumpahan darah di antara manusia. Karena itu, Allah menyetarakan manusia yang memiliki tiga karakter di atas dengan binatang ternak, bahkan lebih sesat darinya. Sebab, binatang berperilaku demikian tidak dibekali dengan hati dan akal pikiran, maka wajar ia berperilaku demikian. Selain dari ayat di atas, dalam surat al-Furqan ayat 43-44 juga ditegaskan bahwa orang yang lebih menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya disebut sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat dari padanya. Sedangkan dalam surat Al-A’raf/7: 176 ditegaskan bahwa orang yang memperturutkan hawa nafsunya, lalu mendustakan ayat-ayat Allah, maka manusia itu diumpamakan seperti anjing. Apabila dihalau anjing itu akan menggulurkan lidahnya dan jika dibiarkan juga melakukan hal yang sama. Karena itu, manusia mesti mengendalikan diri dan menyembelih sifat-sifat hewan/kebinatangan (bahimiyyah) yang melekat dalam nafs-nya melalui ibadah kurban. Hilangkan sifat-sifat kebinatangan yang merusak hakikat kemanusiaan itu seiring dengan darah kurban yang tertumpah ke tanah. Jadilah manusia yang lebih mengoptimalkan nafs taqwa-nya dari pada fujur sehingga ruhaniyahnya suci dari noda dosa dan penyakit hati menjadikan hidup menjadi mulia. Ingatlah hanya hamba yang suci yang akan mampu mendekat dengan Allah Yang Maha Suci (al-Quddus). Hadirin Jama’ah sholat ‘Iedul Adha rahimakumuLlah,.. Orang-orang yang mampu melakukan tugas ini adalah orang yang menyembelih hewan kurban atas dasar taqwa; bukan ingin dipuji, meraih popularitas, atau alasan- alasan duniawi lainnya.Firman-Nya:
  • 6. 6 K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H Daging-daging dan darahnya (kurban) itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Qs. al-Hajj/22: 37). Saudara-saudaraku!Bapak,Ibu hadirin sekalian, Maka berjanjilah kepada dirikita untuk selalu menyembelih sifat-sifat hewanj yang ada dalam diri kita. Buatlah perjanjian sekali lagi dengan Allah; bahwa segenap hidup dan mati kita, segenap jiwa dan pikiran kita, segenap harta dan waktu kita, telah dijual kepada Allah swt yang akan dibayarnya – kelak- dengan surga;(At Taubah ayat 111). Akhirnya, marilah kita siapkan diri, keluarga dan masyarakat kita untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan mulia. Kearah itu, dibutuhkan para pemimpin,pejabat dan pengelola negeri yang baik, yang bukan sekedar berstatus sebagai muslim tapi memang dapat menunjukkan identitas keislaman, keberpihakan pada nilai-nilai Islam dan mampu menunjukkan pelayanan dengan sungguh-sungguh kepada masyarakat. Momentum Idul Adha sekarang ini merupakan saat yang tepat untuk memacu diri kita berusaha lebih keras dan sungguh-sungguh agar terwujud masyarakat yang baik dan mulia dalam memperoleh ridha Allah Swt. Untuk itu, marilah kita tutup khutbah Ied kita pada hari ini dengan sama-sama berdo'a: Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a. Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan
  • 7. 7 K h u t b a h I d u l A d h a 1 4 3 4 H Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir. Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang- orang yang tidak mengasihi kami. *Disampaikan oleh: H. Dani Hamdani, M.Pd (Sekertaris Umum MUI Propinsi Bengkulu,Direktur Yayasan Alfida Bengkulu,Ketua Umum Ikadi Propinsi Bengkulu) Pada Khutbah Idul Adha 1434H di Mesjid Raya Baitul Izzah Bengkulu,10 Dzulhijjah 1434H/15 Oktober 2013