HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
Hukum sumber daya alam
1. 1
A. Isu Pemanasan Global Internasional
Rezim internasional terkait isu pemanasan global
Ditulis pada 26 June 2013 Oleh luthfiana12unairacid-fisip12 | Kategori : rezim
internasional
Isu lingkungan bukan lah isu yang asing ataupun baru saja sedang terjadi. Isu
lingkungan yang sering kali dibahas sekarang ini adalah mengenai pemanasan global.
Isu pemanasan global yang terjadi dikarenakan adanya kemajuan pembangunan
terutama di negara-negara maju untuk mengembangkan sektor industrinya. Limbah
yang merupakan efek dari sektor industri yang terus berkembang tersebut dapat
memberikan dampak yang cukup berpengaruh dengan pemanasan global. Para
peneliti kini pun semakin fokus akan kemungkinan aktivitas manusia yang semakin
menimbulkan perubahan iklim dunia atau pemanasan global sendiri (James 1991,
110). Oleh karena itu disini akan dibahas mengenai pemanasan global terkait artikel
dari James K. Sebenius (1991) yang berjudul Designing Negotiation Toward a New
Regime: The Cases of Global Warming. Global warming atau pemanasan global
merupakan fenomena dimana terjadi peningkatan suhu diseluruh permukaan bumi
yang disebabkan oleh gas-gas yang terbuang tidak dapat mencapai luar angkasa dan
akhirnya kembali lagi ke bumi menyebabkan peningkatan suhu. Peningkatan suhu di
bumi dapat berdampak buruk bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup. Hal ini
dapat menyebabkan perubahan yang berdampak besar seperti naiknya permukaan air
laut, menyebabkan terjadinya cuaca yang ekstrem dan menyebabkan kenaikan suhu
yang dapat menyebabkan pencairan es dikutub. Akibat dari hal tersebut akan
menimbulkan banyak bencana seperti banjir, cuaca ekstrem setelah hujan deras
menjadi sangat terik, perubahan iklim yang tidak sesuai masa, menipisnya lapisan
ozon di atmosfir. Dampak yang ditimbulkan oleh fenomena ini tidak hanya dirasakan
oleh sebagian warga negara saja, tetapi hampir seluruh warga global. Maka dari itu
dibutuhkan kerjasama untuk menangani isu ini. James K Sebenius (1991) mengatakan
bahwa saat ini memang belum ada rezim internasional yang khusus membahas kasus
perubahan iklim global. Tetapi menindaklanjuti hal tersebut maka perlu adanya upaya
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan berkelanjutan
ini bisa dipahami sebagi sebuah gerakan atau upaya manusia yang tidak hanya
berorientasi dalam aspek ekonomi saja melainkan banyak aspek kehidupan di
dalamnya. Dengan aspek ekonomi tersebut akan memberikan dampak positif bagi
upaya meminimalisasi adanya isu pemanasan global dengan menghubungkan aspek
lingkungan maupun sosial ke dalamnya. Upaya negosiasi pembentukan Hukum Laut
dan aturan CFC digunakan sebagai patokan dalam negoisasi rezim tentang pemanasan
global karena kedua bentuk rezim ini sama-sama membahas sumber daya global,
yakni lingkungan yang sama-sama ditangani oleh UNEP (Sebenius, 1991:113). Beda
keduanya yaitu negosiasi Hukum Laut dikenal dengan negosiasi bermodel
komprehensif sementara CFC merupakan negoisasi yang bertahap. Dari kedua model
negoisasi tersebut menurut Sebenius (1991) model negoisasi yang lebih cocok adakah
2. 2
CFC daripada negoisasi Hukum Laut. Hal ini dikarenakan negosiasi komprehensif
yang diaplikasikan oleh Hukum Laut memiliki banyak kesulitan pengelaborasian
kasus yang saat itu bertolak belakang dengan kepentingan negara Barat.
Model negosiasi CFC ini menghendaki pelaksanaan “kerangka konvensi” yang
dilanjutkan dengan putaran negosiasi yang mencakup negosiasi formal, konsensus
aspirasi, dan perjanjian tanpa re-ratification yang menghasilkan Montreal protokol
yang dianggap Amerika Serikat sebagai prestasi monumental (Sebenius, 1991:117).
Dengan melihat semakin banyaknya masalah terkait lingkungan hidup telah banyak
menarik perhatian masyarakat global. Dengan ini tidak dapat dipungkiri bahwa
adanya rezim yang membahas mengenai isu lingkungan sangat dibutuhkan
keberadaannya. Rezim disini hadir sebagai bentuk regulator dalam meminimalisir isu
pemanasan global. Semakin banyaknya permintaan dari negara untuk menyelesaikan
masalah ini dan atas kesadaran masyarakat global maka terbentuklah rezim yang
membahas mengenai isu lingkungan seperti protokol kyoto. Namun untuk mencapai
rezim tersebut akan ditemui beberapa kendala. Salah satunya adalah kebimbangan
sebuah negara, dimana adanya pemikiran bahwa dalam mendukung gerakan anti
pemanasan global hal ini juga berarti suatu negara harus rela mengorbankan kemajuan
ekonomi dan pembangunannya sendiri. Di satu sisi negara harus tetap menjaga
pertumbuhan ekonomi dan pembangunannya. Namun di sisi lain harus lebih
memperhatikan lingkungan. Dari apa yang telah disebutkan diatas penjabaran diatas
dapat disimpulkan bahwa isu pemanasan global merupakan hal yang cukup serius.
Hadirnya rezim yang membahas mengenai isu lingkungan salah satunya pemanasan
global memang diperlukan. Dalam pembentukannya telah ada model negosiasi
Hukum Laut dan CFC yang dapat dijadikan patokan untuk bernegosiasi. Meskipun
rezim seperti ini sulit dicapai namun tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat
nanti rezim seperti ini akan berkembang mengingat banyak fenomena mengenai
lingkungan yang perlu dibahas dan mendapat penanganan khusus.Referensi:Sebenius,
James K. 1991. “Designing Negotiation Toward a New Regime: The Case of Global
Warming”, dalam International Security, Vol 15, No 4 (Spring 1991), pp 110-148
3. 3
B. Akibat terhadap lingkungan Dampak dari Pemanasan Global (Global
warming)
Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan
sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut,
para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global
terhadap lingkungan, terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian,
kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia. Dampak-dampaknya diantaranya :
a) Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian
Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan
akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju
akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang
di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung
untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap
dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan
karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan
meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak
juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya
matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan
(lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara
rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di
seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini).
Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah.
Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan
bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai
(hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih
besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat
dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
Analis yang lebih kuantitatif dalam memperkirakan dampak yang akan timbul
masih sangat kurang dan bersifat sektoral tanpa mengkaitkan akibat yang timbul
dengan perubahan lain yang pada kenyataannya dalam ekosistem akan salin
gmempengaruhi.1
1 Dr. Ir. Moestikahadi Soedomo, M.Sc., DEA, Pencemaran Udara, ITB, Bandung, 2001, hlm 21
4. 4
b) Peningkatan permukaan laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat,
sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut.
Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland,
yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah
meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC
memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah
pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda,
17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan
bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat
air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana
yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara
miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.Bahkan sedikit
kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan
50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika
Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan
daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar
dari Florida Everglades.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga
pengukuran temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan
dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak
1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari
perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat,
terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih
akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi
benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun
terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun
terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah
meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa
pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-
gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan
2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer
tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode
tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap
berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu
menyerapnya kembali.
5. 5
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi
karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad
ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan
iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah
terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini
dengan risiko populasi yang sangat besar.
c) Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan
dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan
pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh.
Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh
dapat menderita jika snowpack(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi
sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam.
Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang
lebih hebat.
Kegiatan manusia tidak saja akan menambah konsentrasi gas-gas yang
sebelumnya secara alami telah ada tetapi juga memperkanalkan jenis-jenis gas baru
dalam atmosfer.2
d) Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan
global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat
lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan
menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan
yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.
Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub
mungkin juga akan musnah.
e) Dampak sosial
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur
yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan
dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut
akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang
2 Dr. Ir. Moestikahadi Soedomo, M.Sc., DEA, Pencemaran Udara, ITB, Bandung, 2001, hlm 17.
6. 6
berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat
trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke
tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi,
defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui
air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne
diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang
(ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan
iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri,
plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala
organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang
secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang
ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa
berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau
panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula
dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan
berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi,
coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
f) Hilangnya Lautan Es
Menurut WWF, bahkan pemanasan global kurang dari 2°C dapat memicu
hilangnya lautan es kutub utara dan pencairan lapisan es di Greenland . Efek timbal
balik kekuatan yang tak terduga ini adalah penyebab terlampauinya titik-titik kritis
tersebut. Hal ini akan menyebabkan peningkatan permukaan laut beberapa meter
secara global yang akan mengancam puluhan juta manusia di dunia.
Kapasitas penyimpanan CO2 di lautan dan daratan – penyerapan alami bumi–
telah turun sekitar 5% selama lebih dari 50 tahun belakangan ini. Pada saat yang
bersamaan, emisi CO2 manusia yang berasal dari bahan bakar fosil terus meningkat –
empat kali lipat lebih cepat di dekade ini daripada dekade sebelumnya. WWF
mendesak para pemerintah tersebut memanfaatkan konferensi Poznan sebagai titik
balik untuk menghindari arah kehancuran yang sedang dituju oleh dunia saat ini.
oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang secara lambat terdifusi ke
dalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang terlarut di
dalamnya 3
3 Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi, Yogyakarta, 2004, hlm 76.
7. 7
C. INSTRUMEN HUKUM
UNFCC (United Nation Framework Convention on Climate Change)
Merupakan suatu lembaga yang membahas mengenai issue pemanasan global
dan perubahan iklim dunia. Pertama kali disepakati pada bulan Juni 1992 di Rio de
Janeiro Brasil, yang sampai saat ini memiliki anggota sebanyak 192 negara. UNFCC
memiliki tujuan untuk menstabilkan konsentrasi GRK (Gas Rumah Kaca) di atmosfir
pada taraf yang tidak membahayakan kehidupan organisme dan memungkinkan
terjadinya adaptasi ekosistem, sehingga dapat menjamin ketersediaan pangan dan
pembangunan berkelanjutan. Peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) yang
meliputi CO2, CH4, N2O, SF6,HFC dan PFC sebagai akibat aktivitas manusia telah
menyebabkan meningkatnya radiasi sinar UV yang terperangkap di atmosfer. Hal ini
berkontribusi terhadap fenomena pemanasan global (global warming) yaitu
meningkatnya suhu permukaan bumi. Pemanasan global mengakibatkan Perubahan
Iklim yang berupa perubahan pada unsur-unsur iklim seperti naiknya suhu permukaan
bumi, meningkatnya penguapan di udara, berubahnya pola curah hujan dan tekanan
udara yang pada akhirnya mengubah pola iklim dunia. Forum pengambilan keputusan
tertinggi dalam kerangka UNFCC adalah Conference of parties (COP). Pada tanggal
12 Desember 1997 yang dilaksanakan di Kyoto Jepang (Conference of parties 3 –
COP3) menegosiasikan bagaimana negara-negara peratifikasi konvensi harus mulai
menurunkan emisi GRK mereka. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini
berkomitmen untuk mengurangi emisi atau pengeluaran CO2 dan lima gas rumah
kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga
jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan
pemanasan global. Jika sukses diterapkan, Protokol Kyoto diprediksi akan
mengurangi rata-rata suhu global antara 0.02°C dan 0.28°C pada tahun 2050.
D. Solusi Penyeleaian Pemanasan Global
Jadilah Vegetarian Memproduksi daging sarat CO2 dan metana dan
membutuhkan banyak air. Hewan ternak seperti sapi atau kambing merupakan
penghasil terbesar metana saat mereka mencerna makanan mereka. Food and
Agriculture Organization (FAO) PBB menyebutkan produksi daging menyumbang
18% pemanasan global, lebih besar daripada sumbangan seluruh transportasi di dunia
(13,5%). Lebih lanjut, dalam laporan FAO, “Livestock’s Long Shadow”, 2006
dipaparkan bahwa peternakan menyumbang 65% gas nitro oksida dunia (310 kali
lebih kuat dari CO2) dan 37% gas metana dunia (72 kali lebih kuat dari CO2). Selain
itu, United Nations Environment Programme (UNEP), dalam buku panduan “Kick
The Habit”, 2008, menyebutkan bahwa pola makan daging untuk setiap orang per
tahunnya menyumbang 6.700 kg CO2, sementara diet vegan per orangnya hanya
8. 8
menyumbang 190 kg CO2! Tidak mengherankan bila ahli iklim terkemuka PBB, yang
merupakan Ketua Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB, Dr.
Rajendra Pachauri, menganjurkan orang untuk mengurangi makan daging.Tanam
PohonSatu pohon berukuran agak besar dapat menyerap 6 kg CO2 per tahunnya.
Dalam seluruh masa hidupnya, satu batang pohon dapat menyerap 1 ton CO2. United
Nations Environment Programme (UNEP) melaporkan bahwa pembabatan hutan
menyumbang 20% emisi gas rumah kaca. Seperti kita ketahui, pohon menyerap
karbon yang ada dalam atmosfer. Bila mereka ditebang atau dibakar, karbon yang
pernah mereka serap sebagian besar justru akan dilepaskan kembali ke atmosfer.
Maka, pikir seribu kali sebelum menebang pohon di sekitar Anda. udara tidak tampak
sehinga kita anggap tidak ada. Di sekitar bumi kiata ada 5,8 miliar ton udara. Makin
jauh dari bumi, kerapatan udara makin kecil.4
Bila memungkinkan, gunakan kendaraan yang menggunakan bahan bakar
alternatif. Setiap 1 liter bahan bakar fosil yang dibakar dalam mesin mobil
menyumbang 2,5 kg CO2. Bila jaraknya dekat dan tidak terburu waktu, anda bisa
memilih kereta api daripada pesawat. Menurut IPCC, bepergian dengan pesawat
menyumbang 3-5% gas rumah kaca.Kurangi BelanjaIndustri menyumbang 20% gas
emisi rumah kaca dunia dan kebanyakan berasal dari penggunaan bahan bakar fosil.
Jenis industri yang membutuhkan banyak bahan bakar fosil sebagai contohnya besi,
baja, bahan-bahan kimia, pupuk, semen, gelas, keramik, dan kertas. Oleh karena itu,
jangan cepat membuang barang, lalu membeli yang baru. Setiap proses produksi
barang menyumbang CO2.Beli Makanan OrganikTanah organik menangkap dan
menyimpan CO2 lebih besar dari pertanian konvensional. The Soil Association
menambahkan bahwa produksi secara organik dapat mengurangi 26% CO2 yang
disumbang oleh pertanian.Gunakan Lampu Hemat EnergiBila Anda mengganti 1
lampu di rumah Anda dengan lampu hemat energi, Anda dapat menghemat 400 kg
CO2 dan lampu hemat energi 10 kali lebih tahan lama daripada lampu pijar
biasa.Gunakan Kipas AnginAC yang menggunakan daya 1.000 Watt menyumbang
650 gr CO2 per jamnya. Karena itu, mungkin Anda bisa mencoba menggunakan kipas
angin.Jemur Pakaian Anda di bawah Sinar MatahariBila Anda menggunakan alat
pengering, Anda mengeluarkan 3 kg CO2. Menjemur pakaian secara alami jauh lebih
baik: pakaian Anda lebih awet dan energi yang dipakai tidak menyebabkan polusi
udara.Daur Ulang Sampah OrganikTempat Pembuangan Sampah (TPA) menyumbang
3% emisi gas rumah kaca melalui metana yang dilepaskan saat proses pembusukan
sampah. Dengan membuat pupuk kompos dari sampah organik (misal dari sisa
makanan, kertas, daun-daunan) untuk kebun Anda, Anda bisa membantu mengurangi
masalah ini!Pisahkan Sampah Kertas, Plastik, dan Kaleng agar Dapat Didaur
UlangMendaur ulang aluminium dapat menghemat 90% energi yang dibutuhkan
untuk memproduksi kaleng aluminium yang baru – menghemat 9 kg CO2 per
kilogram aluminium! Untuk 1 kg plastik yang didaur ulang, Anda menghemat 1,5 kg
CO2, untuk 1 kg kertas yang didaur ulang, Anda menghemat 900 kg CO2.
4 A. Tresna Sastrawijaya, M.Sc. Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm 188
9. 9
E. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
berikut: Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi
lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut,
perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora
dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi
aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi :
(a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai,
(b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan
dan bandara
(c) gangguan terhadap permukiman penduduk,
(d) pengurangan produktivitas lahan pertanian,
(e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb).
Dalam makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap dua dampak
pemanasan global, yakni : kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir.
Pemanasan Global adalah suatu istilah yang menunjukan adalahnya kenaikan rata-rata
tanaman, kehidupan liar, dan manusia. Ketika para ahli ilmu pengetahuan berbicara
mengenai permasalahan perubahan iklim, yang menjadi pusat perhatian adalah
pemanasan global yang disebabkan ulah manusia.Mungkin sulit untuk dibayangkan
bagaimana manusia dapat menyebabkan perubahan pada iklim di Bumi. Namun, para
ahli sepakat bahwa ulah manusialah yang memacu besarnya jumlah gas rumah kaca
dilepaskan ke atmosfir dan menyebabkan Bumi menjadi lebih panas.
Pemanasan global mengakibatkan naiknya suhu permukaan bumi sekitar 5
derajat celcius per tahun, hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan iklim di seluruh
dunia. Pemanasan global juga mengakibatkan mencairnya kantong-kantong es di
Kutub Utara maupun Kutub selatan, mencairnya kantong-kantong es tentu saja akan
mengakibatkan naiknya permukaan laut yang mungkin akan menenggelamkan banyak
pulau. Selain itu mencairnya kantong-kantong es juga mengakibatkan runtuhnya
pemukiman-pemukiman penduduk di Siberia. Mencairnya kantong-kantong es
tersebut telah mengakibatkan mencairnya pondasi rumah-rumah yang terbuat dari
"permafrost". Permafrost adalah semacam batu-batuan yang telah membeku paling
tidak selama lebih dari dua tahun. Pemanasan global tentu saja menyebabkan
mencairnya permafrost tersebut dan mengakibatkan permafrost tersebut menjadi tidak
cukup kuat untuk menyangga rumah-rumah tersebut. Hal ini tentu saja mengakibatkan
runtuhnya rumah-rumah tersebut.
Pemanasan global disebabkan oleh berbagai macam faktor. Akan tetapi,
pemanasan global sering diakibatkan oleh polusi dari berbagai macam polutan seperti
"Karbon dioksida, Metan, gas CFC dan lain-lain." Karbon dioksida merupakan gas
yang memiliki peran utama dalam pemanasan global karena gas inilah yang
10. 10
menyebabkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca menyebabkan banyaknya panas dari
bumi yang terperangkak.
Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini
menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan
gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi
sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan
International Panel on Climate Change (IPCC). ap, sehingga. Bila ada lubamg ozon
berarti di situlah sinar UV memancarkan sinarnya secara langsung, tanpa adanya
penyaring (lapisan Ozon). Semua mahkluk hidup di bumi tidak akan mampu
bersentuhan langsung dengan sinar UV tersebut. Cahaya matahari yang kita
terima/rasakan setiap hari, sudah merupakan hasil penyaringan dari ozon. Sehingga
sudah tidak bebrbahaya lagi bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya di muka
bumi. Perubahan iklim yang tidak menentu akibat dari pemanasan global sudah
banyak dirasakan saat ini. Beberapa daerah di indonesia telah mengalami curah hujan
yang sangat rendah sehingga terjadi krisis air (kekeringan). Sedangkan di dareah
lainnya malah curah hujan yang sangat tinggi sehingga terjadi banjir dan tanah
longsor. meningkatkan suhu bumi.SaranUntuk menyelamatkan bumi kita,
menjadikannya tempat hidup yang lebih baik kita harus.Untuk menyelamatkan bumi
kita, menjadikannya tempat hidup yang lebih baik kita harus.Matikan oven Anda
beberapa menit sebelum waktunya.
11. 11
Sumber dari internet
http://luthfiana12unairacid-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-81730-
rezim%20internasional-
Rezim%20Internasional%20Terkait%20Isu%20Pemanasan%20Global.html
http://rachmancaturkurniawan.blogspot.com/2011/01/makalah-tentang-
pemanasan-global-global.html
Yudhi. 2009. “Penelitian Terhadap Kebenaran Pemanasan Global” .
http://yudhim.blogspot. com / 2009/02/contoh-karya-tulis-global-warming.html.
10 Maret 2013.
Prasetyo,Mahfud Dwi. 2013. “Karya Tulis Global Warning”
http://mahfuddwiprasetyo. .blogspot.com/2013/01/karya-tulis-global-
warming.html. 20 Maret 2013