Strategi pengembangan komoditi tanaman porang di Desa Kalirejo meliputi memanfaatkan potensi lahan luas untuk meningkatkan produksi, memproses umbi porang menjadi olahan ber nilai tambah tinggi, serta melibatkan investor untuk meningkatkan harga jual. Analisis SWOT menunjukkan strategi terbaik adalah memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang pasar melalui peningkatan produksi dan nilai tambah olahan porang.
1. STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI
TANAMAN PORANG (Amorphophallus Oncophyllus) DI DESA
KALIREJO KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO DIY
OLEH :
SUROSO.SP
Penyuluh Kehutanan Muda
Penyuluh Kehutanan Kabupaten Kulon Progo DIY
Suroso.roso24@yahoo.com
ABSTRACT
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan komoditi tanaman porang di Desa
Kalirejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo, dan untuk mengetahui strategi pengembangan komoditi tanaman porang yang tepat
untuk dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder
(dari hasil kepustakaan). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini dapat diperoleh melalui beberapa teknik, yaitu wawancara
mendalam dan observasi. Sedangakan data sekunder diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan. Yaitu mengumpulkan data sekunder atau data
yang diperoleh dari data yang telah dibukukan, baik berupa laporan-laporan maupun hasil penelitian terdahulu.
Berdasarkan analisis SWOT dengan beberapa tahapan yang dilakukan, mulai dari Analisis IFAS dan EFAS, maka dapat disimpulkan
bahwa pengembangan tanaman porang di Desa Kalirejo Kabupaten Kulon Progo mempunyai alternatif strategi yang paling tepat yaitu
2. menggunakan strategi SO, karena strategi ini mempunyai nilai tertinggi yaitu 4,25. Dimana strategi SO ialah strategi menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang agar para petani porang mampu mengembangkan tanaman porang di Desa Kalirejo Nganjuk, sehingga akan
didapatkan keuntungan yang optimal, dengan alternatif strategi sebagai berikut :
- Dengan pemanfaatan potensi lahan di hutan dan pekarangan yang masih luas dan beberapa kelebihan porang diantaranya dapat
tumbuh di bawah tegakan hanya perlu sekali tanam, tidak perlu pemeliharaan intensif serta tahan hama penyakit diharapkan akan
meningkatkan jumlah produksi sehingga kebutuhan ekspor dan pasar dalam negeri tercukupi.
- Porang mempunyai banyak manfaat diikuti dengan proses pengolahan yang tepat akan menambah nilai jual porang dan dapat
dijadikan sebagai alternatif sumber pangan.
- Petani dapat memanfaatkan daya tarik investor yang tinggi dalam berbisnis porang untuk meraih harga jual olahan porang yang
lebih tinggi.
Kata kunci : Strategi Pengembangan, Tanaman Porang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai Negara besar yang mendapat julukan Zamrut
khatulistiwa, Indonesia dikaruniai kekayaan alam berlimpah. Mulai
dari kekayaan alam laut, potensi mineral hingga kekayaan hutan
dengan potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Tidak kurang
dari 63% luas daratan Indonesia merupakan hamparan hutan tropis
seluas 136 juta hektar yang terdiri dari hutan konversi, hutan
lindung, hutan produksi terbatas, hutan produksi, dan hutan
produksi yang dapat dikonversi.
Secara umum UU No.41/1999 telah mengamanatkan bahwa
penyelenggaraan kehutanan harus menganut asas manfaat dan
lestari, kerakyatan, berkeadilan, kebersamaan, terbuka dan terpadu.
Berkenaan dengan hal tersebut Kementerian Kehutanan telah berupaya
mewujudkan pengelolaan hutan lestari dengan mengoptimalkan
sumberdaya yang termasuk di dalam dan sekitar hutan dijadikan
salah satu aspek dalam kebijakan Kementerian Kehutanan, dengan
mendorong pengembangan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar
hutan. Pembangunan kehutanan ke depan diarahkan agar
melibatkan peran serta masyarakat yang lebih besar. Salah satu
upaya memperdayakan masyarakat sekitar hutan adalah dengan
memanfaatkan lahan hutan atau lahan masyarakat dengan
3. penanaman porang yang saat ini mempunyai nilai ekonomi cukup
tinggi (BPIK Jambi, 2008).
Tanaman Porang merupakan tumbuhan herba dan "menahun".
Memiliki batang semu (sebenarnya tangkai daun) yang tegak, berkulit
halus, berwarna hijau pucat dan putih yang belang-belang dan
berkelok-kelok. Di ujung batang memecah menjadi tiga batang
sekunder yang akan memecah lagi menjadi beberapa batang dimana
helaian daun berjajar beriringan. Pada setiap pertemuan batang
terdapat bubil/katak berwarna coklat kehitaman sebagai bahan
perkembangbiakan tanaman. Di akhir musim hujan, batangnya akan
rebah dan mati, selanjutnya umbi porang akan istirahat (dorman) tidak
mengadakan aktivitas pertumbuhan sepanjang musim kemarau. Pada
musim hujan umbi yang dorman di dalam tanah akan tumbuh tunas
baru sehingga lama-kelamaan umbi semakin mengecil dan akan
semakin membesar menjelang musim kemarau dan begitu selanjutnya.
Tanaman Porang yang telah berumur di atas tiga tahun, akan muncul
bunga yang disangga tangkai bunga tunggal yang keluar tepat di pusat
umbi. Tangkai bunga akan menjulur ke permukaan tanah, panjangnya
bisa mencapai 0,5 m s.d. 1,5 m. Permukaan tangkai bunga berwarna
hijau segar dan berbau tidak enak. Tongkol bunga terdiri dari tiga
bagian. Bagian paling atas merupakan bunga mandul, bagian tengah
bunga jantan dan paling bawah merupakan bunga betina. Tinggi
tanaman dapat mancapai 1,5 m tergantung pada tingkat kesuburan
tanah. Dari bunga ini akan menghasil biji - biji yang dapat digunakan
sebagai benih/bibit
Tanaman porang yang hidup subur di kawasan hutan tropis
ternyata memiliki nilai ekonomis yang cukup menjanjikan. Selain bisa
ditanam di dataran rendah, Porang dengan mudah hidup di antara
tegakan pohon hutan seperti misalnya Jati dan Pohon Sono.
Jepang adalah negara utama pengimpor Porang dari Indonesia.
Umbi Porang menjadi menu favorit sebagian besar masyarakat disana
setelah diolah menjadi makanan Konyaku (tahu) dan Shirataki (mie)
(Pusat Studi Porang, 2012). Oleh karena itu potensi tersebut perlu
untuk dikelola secara optimal guna memenuhi kebutuhan pangan
nasional, dimana pada saat ini kebutuhan bahan pangan pokok
berupa beras semakin tinggi, sedangkan produksi padi nasional
belum dapat memenuhi permintaan. Umbi porang ini diharapkan bisa
menjadi pilihan bahan pangan yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sehingga dapat mendukung program ketahanan pangan.
Terbukanya peluang usaha porang bukan berarti tanpa aral
melintang. Jumlah eksportir porang yang masih terbatas dikhawatirkan
tercipta ketergantungan pasar. Akibatnya, kendali harga ada di tangan
para eksportir. Modal yang terbatas membuat para pekebun hanya
mengandalkan keuntungan dari hasil penjualan umbi segar. Padahal,
bila dijual dalam bentuk olahan, keuntungan bisa berlipat. Berdasarkan
uraian tersebut, maka penulis ingin mengajukan sebuah penelitian
dengan judul ”Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Porang
(Amorphophallus oncophyllus) di Desa Kalirejo Kabupaten Kulon
Progo”, dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan petani
porang sehingga akhirnya dapat mewujudkan kesejahteraan bagi
petani porang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dengan permasalahan
tersebut, maka pertanyaan penelitian yang menjadi perhatian dalam
penelitian iniadalah sebagai berikut :
1. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan
komoditi tanaman porang di Desa kalirejo.
2. Bagaimana strategi pengembangan komoditi tanaman porang
yang tepat untuk dilaksanakan di Desa Kalirejo.
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
4. 1. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi
pengembangan komoditi tanaman porang di Kabupaten Nganjuk.
2. Untuk mengetahui strategi pengembangan komoditi tanaman
porang yang tepat untuk dilaksanakan di Desa Kalirejo.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kokap kabupaten Kulon
Progo. Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Januari sampai
dengan Maret 2016.
2.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer dan
data sekunder (dari penelitian kepustakaan). Hair, Money, Samouel,
dan Page (2007, 192) menjelaskan bahwa dalam penelitian yang
menggunakan pendekatan kualitatif, data primer dapat diperoleh
melalui dua jenis metode yaitu wawancara yang dapat dilakukan
dengan cara depth interview (wawancara mendalam), focus group
(fokus kelompok), case studies (studi kasus), projective techniques
(teknik proyektif) dan observasi yang dapat difokuskan pada manusia,
eektronik dan mekanisme.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini dapat
diperoleh melalui beberapa teknik, yaitu wawancara mendalam dan
observasi. Wawancara mendalam adalah sesi diskusi tidak terstruktur
yang sangat berguna dalam mengklarifikasi konsep dan terjadi antara
pewawancara dan narasumber yang dipilih karena memiliki
pengetahuan tertentu (Hair, Money, Samouel, dan Page, 2007, 201).
Hair, Money, Samouel, dan Page (2007, 193), menyatakan
bahwa pendekatan observasi dapat menghasilkan data naratif dan
numerik. Data naratif dapat dikumpulkan dengan cara mempersiapkan
deskripsi tertulis mengenai perilaku, perilaku terekam dengan media
elektronik, atau informasi diperoleh melalui data elektronik seperti
blog. Sedangkan data numerik dapat dikumpulkan melalui seorang
pengamat terlatih yang merekam kejadian melalui kuesioner
terstruktur atau alat yang mengikuti kejadian tertentu.
Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari hasil penelitian
kepustakaan. Yaitu mengumpulkan data sekunder atau data yang
diperoleh dari data yang telah dibukukan, baik berupa laporan-
laporan maupun hasil penelitian terdahulu.
2.3 Metode Analisa Data
Metode Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis SWOT. Matriks SWOT merupakan perangkat
pencocokan faktor-faktor kunci eksternal dan internal. Hasil dari
analisis SWOT diharapkan dapat memberikan alternatif-alternatif
strategi pengembangan bagi kelompok tani. Matriks SWOT digunakan
untuk menyusun strategi kelompok tani dalam memadukan dan
menyesuaikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kelompok tani
dengan peluang dan ancaman yang datang dari lingkungan eksternal
kelompok tani.
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini
mengalami dua tahapan. Tahapan yang pertama dilakukan adalah
analisis potensi tanaman porang yang ada di Desa Kalirejo dan
tahapan kedua adalah dari segi kemampuan petani porang dalam
mengembangkan tanaman porang selanjutnya digunakan analisis
SWOT.
Tahapan analisis SWOT adalah :
1. Mendeskripsikan peluang eksternal kunci tanaman porang.
Faktor peluang merupakan faktor-faktor pendukung dalam
pengembangan tanaman porang. Faktor pendukung ini
merupakan faktor yang berasal dari luar.
5. 2. Mendeskripsikan ancaman eksternal kunci tanaman porang.
Faktor ancaman merupakan faktor-faktor penghambat atau hal-
hal yang dapat mengancam perkembangan tanaman porang.
Faktor ini juga berasal dari luar.
3. Mendeskripsikan kekuatan internal kunci tanaman porang.
Faktor kekuatan merupakan sebuah faktor pendorong dan
kekuatan yang berasal dari dalam, dimana kekuatan disini
meliputi semua komponen tanaman porang sehingga bermakna
positif untuk pengembangan tanaman porang.
4. Mendeskripsikan kelemahan internal kunci tanaman porang.
Faktor kelemahan merupakan suatu faktor kekuatan “yang
seharusnya dimiliki oleh tanaman porang” namun tidak ada,
yang akhirnya menjadi kelemahan tanaman porang tersebut.
Maka weakness berarti kekurangan-kekurangan yang berasal
dari dalam tanaman porang itu sendiri.
5. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang
eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi S-O.
Strategi S-O ini menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang eksternal yang ada.
6. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-
peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi W-O.
Strategi W-O ini mengatasi kelemahan internal dengan
mencoba memanfaatkan peluang.
7. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-
ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi S-T.
Strategi ini menggunakan kekuatan untuk menghindari dampak
dari ancaman eksternal.
8. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-
ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi W-T.
Strategi ini meminimumkan kelemahan dan menghindari
ancaman eksternal.
Tabel 2. Matriks SWOT
IFAS
EFAS
STRENGHTS (S) WEAKNESS (W)
OPPORTUNITIES
(O)
Daftar Peluang
STRATEGI S-O
Gunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang eksternal
yang ada
STRATEGI W-O
Mengatasi
kelemahan internal
dengan mencoba
memanfaatkan
peluang
THREATHS (T)
Daftar Ancaman
STRATEGI S-T
Gunakan kekuatan
untuk menghindari
dampak dari
ancaman eksternal
STRATEGI W-T
Meminimumkan
kelemahan dan
menghindari
ancaman eksternal
Sumber : David ,2006
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats)
Analisis (SWOT) yang terdiri dari Strenghts (kekuatan),
Weaknesses (kelemahan), Opportunities (kesempatan), dan Threats
(ancaman) merupakan salah satu analisis yang dapat menggambarkan
secara jelas keadaan yang dihadapi oleh perusahaan (Septiana Yuyun.
2013).
Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk
mengidentifikasikan keempat faktor-faktor tersebut dan strategi
yang menggambarkan kecocokan paling baik di antara mereka.
6. Dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisis faktor-
faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman) dalam kondisi yang ada pada saat ini. Faktor-faktor strategis
perusahaan disusun dalam matriks SWOT, yang menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Teknis perumusan strategi yang
digunakan untuk membantu menganalisa, mengevaluasi, dan memilih
strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu : tahap mengumpulkan data yang
meringkas informasi dan masukan dasar yang diperlukan oleh
organisasi untuk merumuskan strategi. Selanjutnya adalah tahap
pencocokan, berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan
memadukan faktor-faktor eksternal dan internal. Dan yang terakhir
adalah tahap keputusan, yaitu tahap untuk memilih strategi yang
spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk
diimplementasikan.
Matriks ini menghasilkan empat alternatif strategi, yaitu :
strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT. Strategi SO
artinya adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang,
strategi ST artinya menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman,
strategi WO artinya meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan
peluang, sedangkan strategi WT artinya meminimalkan kelemahan
untuk menghindari ancaman (Weningsari Estu. 2012).
Gambar 4. Matrik SWOT
3.2 Budidaya Tanaman Porang
a. Morfologi Tanaman Porang
Secara Botani, tanaman Porang adalah sebagai berikut :
Divicio : Spermatophyta
Sub Divicio : Angiospermae
Klas : Monocotyledonae
Ordo : Areaceales
Family : Areaceae
Genus : Amorphophallus
Spesies : Amorphophallus oncophyllus
7. Gambar 5. Tanaman, umbi dan katak porang
Hasil utama tanaman porang berupa umbi. Ada dua macam
umbi pada tanaman porang yaitu umbi batang yang berada di dalam
tanah, dan umbi tetas/bupil yang terdapat pada setiap pangkal cabang
atau tulang-tulang daun yang mengandung biji. Umbi yang banyak
dimanfaatkan adalah umbi batang yang berbentuk bulatan dan bagian
atasnya berlekuk dangkal tempat bekas tumbuhnya tangkai. Umbi ini
merupakan perubahan bentuk dari batang yang berfungsi sebagai
cadangan makanan. Dengan demikian umbi dan batang menyatu
dengan batas yang tidak begitu jelas. Umbi terdiri atas bagian kulit
dan daging umbi. Kulit umbi ketika dipanen berwarna keabu-abuan
dan jika dibiarkan beberapa hari akan berubah menjadi kehitaman.
Bagian kulit umbi yang terkupas akan mengeluarkan getah yang
licin dan menyebabkan gatal di kulit. Daging umbi porang berwarna
kekuningan, berisi karbohidrat yang berfungsi bagi pertumbuhan
selanjutnya.
Akar tanaman porang berupa akar serabut berwarna putih.
Akar yang berjumlah banyak ini tumbuh dari batang dan kulit umbi,
berguna untuk memperluas daya serap air dan zat-zat hara dari dalam
tanah. Sedangkan batang tanaman porang menyatu dengan umbinya
dan merupakan bagian kecil dari keseluruhan bonggol umbi. Pada
perkembangan selanjutnya batang mengalami perubahan bentuk untuk
menyimpan cadangan makanan sebagai umbi. Bagian lain dari
tanaman porang adalah tangkai daun porang yang tumbuh ke atas dan
dapat mencapai 125 cm dengan diameter mencapai 6 cm. Tangkai
daun utama lebih besar dan lebih panjang dibandingkan dengan
batang. Tangkai daun berwarna hijau muda dengan motif berbentuk
belang-belang, patah-patah tidak beraturan, berwarna putih atau
pudar. Pada ujung tangkai daun terdapat daun yang terbagi dalam tiga
bagian anak daun yang bertumpu pada satu tangkai dan pada ujung
percabangan tangkai daun tumbuh umbi tetas/bupil. Demikian juga
pada tangkai daun, masing-masing membentuk umbi tetas/bupil.
(Pusat Studi Porang Perhutani KPH Nganjuk, 2012).
a. Manfaat Tanaman Porang
Menurut Boelhasrin (1970), beberapa manfaat tanaman porang
adalah :
1. Sebagai lem terbaik
2. Campuran kertas agar kuat dan lemas
3. Pengganti media tumbuh mikroba
4. Pengganti selulosa dalam film
5. Isolator listrik
6. Campuran dalam alat-alat pesawat terbang dan parasut
7. Campuran makanan shirataki dan konyiku
8. Penjernih air
9. Pengikat formulasi tablet
10. Pengental sirup
11. Bahan obat
12. Khasiat bagi kesehatan tubuh, porang dapat mengurangi
kadar kolesterol darah, memperlambat pengosongan perut
dan mempercepat rasa kenyang sehingga cocok untuk
makanan diet bagi penderita diabetes. Porang merupakan
serat yang secara alami dapat larut dalam air, tembus
cahaya dan bersifat seperti agar-agar dan tidak berbau
sehingga dapat digunakan sebagai pengganti agar-agar atau
gelatin. Porang banyak mengandung vitamin A dan B lebih
8. tinggi dari kentang, kandungan karbohidratnya lebih dari
80%. Komponen kimia yang terpenting adalah
glukomanan.
c. Syarat Tumbuh
Tanaman porang merupakan tanaman asli daerah tropis, yang
tumbuh di bawah tegakan dengan kelembaban yang cukup dengan
suhu sekitar 25ºC-35ºC dan curah hujun antara 1.000-1.500 mm.
Tempat tumbuh yang optimal yaitu tempat dengan ketinggian 100-
600m dpl, dengan intensitas cahaya yang dibutuhkan antara 60%
hingga 70%. Kondisi tanah yang diperlukan agar porang dapat tumbuh
dengan baik adalah tanah dengan tekstur lempung berpasir dan bersih
dari alang-alang dengan pH netral (6 - 7) (Pusat Studi Porang
Perhutani KPH Nganjuk, 2012).
d. Persiapan Lahan
Lokasi tumbuh tanaman porang yang baik adalah di bawah
naungan dengan intensitas cahaya 60-70%.
Kegiatan penyiapan lahan :
1. Pada lahan datar
Setelah lahan dibersihkan dari semak-semak liar/gulma lalu
dibuat guludan selebar 50 cm dengan tinggi 25 cm dan panjang
disesuaikan dengan lahan. Jarak antara guludan adalah 50 cm.
2. Pada lahan miring
Lahan dibersihkan tidak perlu diolah. Lalu dibuat lubang
tempat ruang tumbuh bibit yang dilaksanakan pada saat
penanaman.
e. Persiapan Bibit
Porang dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif
(biji, tetas/bupil). Untuk bibit yang baik dipilih dari umbi dan bupil
yang sehat. Bibit porang cukup ditanam sekali saja, setelah bibit yang
ditanam berusia 3 tahun dan dapat dipanen untuk pertama kalinya,
selanjutnya porang dapat dipanen kembali tanpa perlu dilakukan
penanaman kembali. Kebutuhan bibit per satuan luas sangat
tergantung pada jenis bibit yang digunakan dan jarak tanam. Dengan
presentase tumbuh benih di atas 90%, kebutuhan benih per hektar
dengan jarak tanam 1 m x 0,5 m adalah :
1. Umbi : 1.500 kg (± 20 – 30 buah/kg)
2. Biji : 300 kg
3. Bupil : 350 kg (± 170 – 175 buah/kg)
Tata cara penyiapan bibit dari umbi adalah :
a. Menentukan anakan tanaman porang yang telah berumur
kurang lebih satu tahun yang pertumbuhannya subur dan sehat.
b. Membongkar rumpun/tanaman tadi kemudian dibersihkan
umbi dari akar – akar dan tanah yang masih menempel.
c. Mengumpulkan bibit tersebut ditempat yang teduh dan mudah
untuk penanganan selanjutnya yaitu penanaman.
d. Perlu diingat bahwa satu umbi hanya menghasilkan satu
tanaman.
Tata cara penyiapan bibit dari bupil/katak adalah :
1. Bupil diperoleh di sekitar rumpun tanaman yang telah cukup
tua.
2. Bupil dipilih melalui seleksi, sehingga diperoleh bupil yang
sehat.
3. Bupil yang terpilih dikumpulkan dalam wadah dan disimpan di
tempat yang kering untuk menunggu penanganan selanjutnya.
4. Dari setiap tanaman porang yang cukup besar dan tua mampu
menghasilkan sampai 15 bupil.
f. Penanaman
Porang sangat baik ditanam ketika turun hujan, yaitu sekitar
Nopember – Desember. Tahapan dalam menanam porang adalah
sebagai berikut :
9. 1. Bibit yang sehat satu persatu dimasukkan ke dalam lubang
tanam dengan letak bakal tunas menghadap ke atas. Tutup bibit
tersebut dengan tanah halus atau tanah olahan setebal sekitar 3
cm.
2. Tiap lubang tanaman diisi satu bibit porang jarak tanam
tergantung kebutuhan.
g. Pemeliharaan tanaman
Tanaman porang merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan
tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus. Namun untuk
mendapatkan hasil melalui pertumbuhan dan produksi yang maksimal,
dapat dilakukan dengan melakukan perawatan yang intensif,
diantaranya dengan cara :
1. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang
berupa rumput – rumput liar yang dapat menjadi pesaing
tanaman porang dalam kebutuhan air, unsur hara dan faktor
lainnya. Penyiangan pertama sebaiknya dilakukan sebulan
setelah umbi porang ditanam, sedangkan penyiangan
berikutnya dapat dilakukan kapan saja jika gulma muncul.
Setelah dilakukan penyiangan, selanjutnya gulma yang
terkumpul ditimbun dalam sebuah lubang agar membusuk dan
menjadi kompos.
2. Pemupukan
Pada saat pertama kali bibit ditanam, dilakukan pemupukan
dasar, selanjutnya untuk pemupukan berikutnya dilakukan
setahun sekali yaitu pada awal musim hujan. Jenis dan dosis
pupuk urea 10 gram/lubang dan SP 36,5 gram/lubang.
Pemberian pupuk dilakukan dengan cara ditanam di sekitar
batang porang.
3. Pengamanan dari pohon pelindung
Tanaman porang merupakan tanaman yang butuh naungan.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengamanan dan pemeliharaan
terhadap pohon pelindung agar dapat tumbuh dengan baik.
4. Pertumbuhan
Tanaman porang hanya mengalami pertumbuhan selama 5-6
bulan setiap tahunnya yaitu pada musim penghujan. Di luar
masa itu tanaman porang mengalami masa istirahat/dorman
dan daunnya akan layu sehingga tampak seolah-olah mati.
Tanaman akan tumbuh kembali pada musim penghujan dan
umbi yang berada di dalam tanah akan tumbuh membesar.
h. Pemanenan
Tanaman porang setelah ditanam selama tiga tahun baru dapat
dipanen untuk pertama kalinya. Setelah itu tanaman ini dapat dipanen
setahun sekali tanpa harus menanam kembali umbinya. Waktu panen
biasanya dilakukan pada bulan April sampai Juli pada saat tanamannya
mengalami masa dorman. Ciri-ciri tanaman sudah saatnya dipanen
adalah sebagian besar atau seluruh tanaman sudah mati dan tersisa
batang kering dan lubang kecil yang menjadi petunjuk keberadaan
tanaman porang tersebut. Umbi yang dipanen adalah umbi yang sudah
besar yang beratnya mencapai 1 kg/umbi, sedangkan umbi yang masih
kecil ditinggalkan untuk dipanen pada daur berikutnya. Rata-rata
produksi umbi porang sekitar 10 ton per hektar.
i. Pengolahan
Setelah dilakukan pemanenan, umbi porang dibersihkan dari
kotoran berupa tanah dan akar yang menempel. Kemudian diiris
dengan ketebalan sekitar 0,5 cm, proses selanjutnya yaitu
menjemurnya di bawah terik matahari hingga benar – benar kering.
Proses penjemuran ini memerlukan waktu sekitar 5 hari, pada tahap ini
porang harus benar – benar kering, untuk menghindari timbulnya
jamur yang dapat mengurangi kualitas dan harga jual porang (Pusat
Studi Porang Perhutani KPH Nganjuk, 2012).
10. Prospek Pengembangan Komoditi Tanaman Porang
Budidaya Porang termasuk budidaya tanaman yang cukup
mudah dan tidak terlalu intensif pemeliharaannya. Tanaman Porang
merupakaan tanaman sangat pontensial dikembangkan di bawah
tegakan hutan negara maupun hutan rakyat, sebab :
1. Porang hanya tumbuh dan berkembang dengan baik dibawah
naungan dengan intensitas cahaya sebesar 60-70%. Kondisi ini
memerlukan kondisi tegakan hutan yang baik sehingga secara
tidak langsung mencegah terjadinya Illegal Logging dan
mempertahankan keberadaan hutan negara dan hutan rakyat
dalam waktu cukup lama.
2. Mencegah terjadinya penggembalaan liar di dalam kawasan
hutan, karena dapat merusak porang yang ada di dalamnya
(tanah menjadi padat).
3. Mencegah terjadinya kebakaran di kawasan hutan, karena akan
mematikan perkembangan/kelestarian Porang yang ada di
dalamnya.
4. Porang berfungsi hidro orologi sebagai tumbuhan semak di
dalam hutan dan mencegah erosi (run off).
5. Mempunyai nilai ekonomis dan produktif.
6. Merupakan jenis tanaman toleran yaitu tanaman yang mampu
hidup dibawah naungan.
7. Meningkatkan pendapatan/kesejahteraan masyarakat sekitar
tepian hutan.
8. Menciptakan lapangan kerja baru.
Dengan demikian antara tanaman porang (Amorphophallus
oncophyllus)dengan tegakan hutan (hutan negara/hutan rakyat)
mempunyai hubungan simbiosis mutuaslisme (saling
menguntungkan), sehingga tanaman porang layak untuk
dikembangkan dalam upaya pelestarian sumberdaya hutan, sebagai
sarana pengalihan orientasi dan mata pencaharian masyarakat di
sekitar hutan dari Hasil Hutan Kayu ke Hasil Hutan Non Kayu dalam
rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Hasil
panen Porang untuk satu hektarnya minimal 4 ton per hektar dan bila
dibudidaya lebih intensif dapat mencapai 8 - 9 ton per ha.
Tanaman Porang tidak dapat dikonsumsi atau digunakan secara
langsung tetapi harus diolah lebih lanjut karena mempunyai sifat gatal.
Hasil olahan dalam bentuk tepung diolah secara pabrikan dan
prosesnya agak rumit. Masyarakat biasanya mengolah sampai dalam
bentuk kripik (chip) kering, untuk selanjutnya dikirim ke pabrik untuk
diolah lebih lanjut. Perbandingan basah ke bentuk kering adalah 100
kg basah menjadi 17 kg kering. Pemasaran selain untuk kebutuhan
dalam negeri, juga diekspor ke Jepang, China, Eropa dan Kanada
(Pusat Studi Porang Perhutani KPH Nganjuk, 2012).
2.3. Kerangka Pikir
Hasil Penelitian
4.1.1 Permasalahan Utama Petani Porang
Pengembangan Komoditi
Tanaman Porang
Identifikasi Potensi dan
Permasalahan yang dihadapi
Perumusan Strategi
Rekomendasi Alternatif
Strategi
Analisis SWOT
Feedback
11. Tanaman porang merupakan tanaman yang sangat potensial
dikembangkan di bawah tegakan hutan negara maupun hutan rakyat.
Beberapa latar belakang adanya pengembangan tanaman porang di
bawah tegakan hutan adalah :
1. Rendahnya produktifitas lahan hutan (masih terbatas dalam
produksi kayu).
2. Terbatasnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa sekitar
hutan.
3. Masih sering terjadi gangguan keamanan hutan, berupa :
kebakaran hutan, pencurian dan penggembalaan liar.
4. Potensi tanaman di bawah tegakan / PLDT berupa empon-
empon, porang, dll belum digarap secara optimal.
5. Rendahnya produktivitas lahan pertanian (lahan sempit,
kesuburan rendah dan tadah hujan).
6. Pembangunan kehutanan belum mampu mengakomodir
kepentingan masyarakat desa sekitar hutan.
(Sumber : Perum Perhutani, Pedoman Budidaya Tanaman Porang,
2013).
Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian di lapangan
ditemukan beberapa permasalahan utama yang saat ini dihadapi oleh
petani porang, diantaranya :
1. Permodalan
Pada umumnya petani porang di Kabupaten Kulon Progo
masih menggunakan modal yang bersifat swadaya, sehingga
untuk mengembangkan usahanya masih kesulitan, karena
untuk mengembangkan usaha membutuhkan modal yang tidak
sedikit.
2. Pencurian umbi dan katak porang
Lahan yang ditanami porang masih sedikit, sehingga pada saat
musim panen porang banyak terjadi pencurian umbi dan katak
porang yang nantinya digunakan sebagai bibit.
3. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan yang terjadi pada musim kemarau
menyebabkan rusaknya tanaman pokok sehingga porang tidak
dapat tumbuh dengan baik.
4. Penggembalaan Liar
Penggembalaan ternak secara liar di lahan yang ditanami
porang menyebabkan rusaknya tanaman porang.
5. Kurangnya bibit porang
Masih sedikitnya budidaya tanaman porang menyebabkan
pasokan bibit tanaman porang juga kurang.
6. Adanya permainan harga oleh tengkulak
Petani tidak memiliki pilihan untuk memasarkan hasil
panennya selain ke tengkulak. Hal ini menyebabkan tengkulak
dapat menetapkan harga secara sepihak.
7. Penebangan Tanaman Pokok
Adanya penebangan tanaman pokok yang berfungsi sebagai
tanaman pelindung menyebabkan presentase hidup tanaman
porang menjadi rendah.
8. Belum ada bimbingan teknis dari stakeholder
Kurangnya bimbingan teknis dari stakeholder menyebabkan
pemahaman petani tentang cara budidaya tanaman porang
maupun tentang pengolahan hasil panen masih sangat minim.
9. Belum ada pengembangan teknologi budidaya tanaman porang
Sampai saat ini budidaya tanaman porang masih dilakukan
secara tradisional sehingga produksi porang belum maksimal.
Dengan adanya penelitian yang berjudul “Strategi
Pengembangan Komoditi Tanaman Porang di Kabupaten Kulon
Progo” ini diharapkan agar masyarakat mampu dan mau
memanfaatkan lahan di bawah tegakan untuk menambah penghasilan
bagi masyarakat dan sekaligus meningkatkan kelestarian hutan.
Sehingga, beberapa permasalahan yang ditemukan tersebut dapat
teratasi secara bertahap.
12. 4.1.2 Identifikasi Faktor – Faktor Kekuatan (Strenghts)
Faktor kekuatan merupakan faktor internal yang utama yang
merupakan bawaan secara turun-temurun melekat pada
perusahaan/organisasi/lembaga dari waktu ke waktu sejak lahirnya
perusahaan/organisasi/lembaga tersebut. Faktor kekuatan yang
dimaksud dalam penelitian ini meliputi semua komponen tanaman
porang sehingga bermakna positif untuk pengembangan tanaman
porang, antara lain :
a. Porang mempunyai banyak manfaat
b. Tanaman porang tidak memerlukan pemeliharaan intensif
4.1.3 Identifikasi Faktor – faktor Kelemahan (Weakness)
Faktor kelemahan merupakan faktor internal yang utama yang
merupakan bawaan secara turun-temurun melekat pada
perusahaan/organisasi/lembaga dari waktu ke waktu sejak lahirnya
perusahaan/organisasi/lembaga tersebut. Yang dimaksud dengan
faktor kelemahan pada penelitian ini adalah faktor kekuatan “yang
seharusnya dimiliki oleh tanaman porang” namun tidak ada, yang
akhirnya menjadi kelemahan tanaman porang tersebut. Maka
weakness berarti kekurangan-kekurangan yang berasal dari dalam
tanaman porang itu sendiri, diantaranya adalah:
a. Pengetahuan tentang tanaman porang masih kurang
b. Jumlah eksportir tanaman porang masih terbatas
c. Modal yang terbatas
d. Proses pengolahan rumit
4.1.4 Identifikasi Faktor – Faktor Peluang (Opportunity)
Faktor peluang merupakan faktor yang berasal dari luar
perusahaan/organisasi/lembaga atau berasal dari lingkungan sekitar
dimana perusahaan/organisasi/lembaga itu berada. Faktor peluang
selalu menyertai keberadaan suatu perusahaan/organisasi/lembaga.
Karena setiap perusahaan/organisasi/lembaga dalam menjalankan
aktivitasnya senantiasa melakukan interaksi dengan pihak lain baik
secara langsung maupun tidak langsung. Yang termasuk dalam faktor
peluang yang mendukung perkembangan tanaman porang dalam
penelitian ini antara lain :
a. Harga Chip Porang Tinggi
b. Adanya alat pengolahan porang yang dimiliki oleh LMDH
c. Potensi lahan masih tinggi
4.1.5 Identifikasi Faktor – Faktor Ancaman (Threats)
Faktor peluang merupakan faktor yang berasal dari luar
perusahaan/organisasi/lembaga atau berasal dari lingkungan sekitar
dimana perusahaan/organisasi/lembaga itu berada. Faktor peluang
selalu menyertai keberadaan suatu perusahaan/organisasi/lembaga.
Karena setiap perusahaan/organisasi/lembaga dalam menjalankan
aktivitasnya senantiasa melakukan interaksi dengan pihak lain baik
secara langsung maupun tidak langsung. Yang dimaksud dengan
faktor ancaman dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penghambat
atau hal-hal yang dapat mengancam perkembangan tanaman porang
yang berasal dari lingkungan luar. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Populasi bibit porang di alam yang terancam punah
b. Belum ada peraturan yang mengikat antar petani porang
c. Kerusakan Hutan
4.2 Analisis SWOT
Dari data yang diperoleh dalam penelitian dilakukan analisis
dengan pendekatan analisis SWOT yaitu suatu analisis permasalahan
dengan pengkajian tentang suatu konsep strategi dengan menentukan
faktor kekuatan (strenghts), faktor kelemahan (weaknesses), faktor
peluang (opportunities) dan faktor ancaman (threats) sehingga dari
faktor – faktor tersebut dapat di identifikasi berdasarkan strategi
internal dan strategi eksternal.
Dalam pelaksanaan analisis SWOT dilakukan dengan
13. beberapat tahapan analisis SWOT, diantaranya :
Tahap Matrik SWOT
Dari analisis matrik IFAS dan EFAS disusun matrik SWOT
untuk menganalisis rumusan alternatif strategi, baik strategi SO, WO,
ST dan WT, sedangkan hasil analisis matrik SWOT seperti tabel
sebagai berikut :
Tabel 14. Matrik SWOT
I F A S
STRENGHTS (S)
1.Tidak memerlukan
pemeliharaan
intensif
2.Dapat ditanam di
bawah tegakan
3.Tahan Hama
Penyakit
4.Sekali menanam
tidak perlu
menanam lagi
5.Banyak manfaat
6.Alternatif bahan
pangan
WEAKNESSES
(W)
1. Teknologi pasca
panen terbatas
2. Modal yang
terbatas untuk
pasca panen
3. Proses
pengolahan rumit
4. Pengetahuan
tentang tanaman
porang masih
kurang
5. Jumlah eksportir
masih terbatas
6. Jumlah umbi/bibit
terbatas
7. Tanaman porang
tidak dapat
langsung
dikonsumsi
8. Tidak dapat
ditanam di tempat
terbuka
OPPORTUNITIES
(O)
1. Adanya pengolahan
porang yang
dimiliki LMDH
2. Prospek pasar yang
luas di dalam dan
luar negeri
3. Daya tarik investor
untuk berbisnis
porang tinggi
4. Kebutuhan untuk
ekspor porang besar
tetapi pasokan
sedikit
5. Harga Chip porang
tinggi
6. Potensi lahan di
hutan dan
pekarangan masih
luas
7. Nilai jual porang
yang semakin naik
STRATEGI (SO)
1.Dengan
pemanfaatan
potensi lahan di
hutan dan
pekarangan yang
masih luas dan
beberapa kelebihan
porang diantaranya
dapat tumbuh di
bawah tegakan
hanya perlu sekali
tanam, tidak perlu
pemeliharaan
intensif serta tahan
hama penyakit
akan meningkatkan
jumlah produksi
sehingga
kebutuhan ekspor
dan pasar dalam
negeri tercukupi.
2.Porang mempunyai
banyak manfaat
diikuti dengan
proses pengolahan
yang tepat akan
menambah nilai
jual porang dan
dapat dijadikan
alternatif pangan.
STRATEGI (WO)
1. Pengetahuan
petani tentang
tanaman porang
serta proses
pengolahannya
yang kurang perlu
diatasi dengan
cara pemberian
bimbingan teknis
dari para
stakeholder
sehingga dapat
meningkatkan
jumlah produksi
porang untuk
memenuhi
kebutuhan pasar
di dalam dan luar
negeri.
2. Dengan
pengelolaan
modal yang baik
dan didukung
oleh prospek
pasar yang luas
serta daya tarik
investor yang
tinggi untuk
berbisbis porang
akan mengurangi
E
F
A
S
14. 3.Petani dapat
memanfaatkan
daya tarik investor
yang tinggi dalam
berbisnis porang
untuk meraih harga
jual olahan porang
yang lebih tinggi
ketergantungan
pasar (pada
eksportir tertentu)
3. Pengolahan umbi
porang dengan
teknologi yang
tepat akan mampu
menaikkan nilai
jual porang.
4. Jumlah umbi /
bibit yang terbatas
dapat diatasi
apabila petani
mampu
memanfaatkan
potensi lahan di
hutan dan
pekarangan yang
masih tinggi serta
daya tarik
investor dalam
berbisnis porang.
THREATS (T)
1. Kerusakan hutan
2. Keberadaan sumber
benih yang terbatas
3. Populasi porang di
alam terancam
habis
4. Banyak pencurian
5. Belum ada aturan
STRATEGI (ST)
1.Melibatkan petani
porang untuk
mencegah
kerusakan hutan
dengan cara
memberikan
sosialisasi tentang
pentingnya
STRATEGI (WT)
1. Melakukan
sosialisasi dan
bimbingan teknis
tentang budidaya
dan pengolahan
pasca panen
tanaman porang
secara benar
yang mengikat
6. Kebakaran hutan
kelestarian hutan
dalam mendukung
pertumbuhan
tanaman porang,
karena porang
hanya dapat
tumbuh di bawah
tegakan.
2.Memberikan
sosialisasi kepada
para petani porang
untuk
membudidayakan
tanaman porang
karena memiliki
berbagai kelebihan,
seperti tidak
memerlukan
pemeliharan
intensif, banyak
manfaat dan tahan
hama penyakit
untuk kemudian
diambil hasilnya
berupa olahan
porang yang
bernilai tinggi
daripada berburu
porang di hutan,
hal ini untuk
menjaga
kelestarian sumber
supaya
keberadaan
sumber benih
porang dan
populasi porang
di alam tetap
terjaga.
2. Dibuat aturan
yang melibatkan
petani porang,
LMDH, Perhutani
dan pihak – pihak
terkait tentang
tanaman porang,
baik itu masalah
pemasaran, kerja
sama, permodalan
dll supaya petani
porang dapat
menyalurkan hasil
panen dengan
mudah dan juga
kemudahan dalam
memperoleh
modal untuk
mengembangkan
usaha.
3. Mengajak petani
porang untuk
menjaga hutan
dari ancaman
kebakaran hutan
15. benih porang dan
juga menjaga
populasi tanaman
porang di alam.
3.Mengajak
masyarakat
terutama petani
porang untuk
menjaga tanaman
porang dari
pencurian maupun
kebakaran hutan.
4.Membuat suatu
peraturan yang
melibatkan petani,
LMDH, perhutani
dan pihak – pihak
terkait tentang
tanaman porang,
baik itu jalur
pemasaran,
permodalan bagi
petani dll.
dan kerusakan
hutan.
Sumber : Analisis Data, 2013
Berdasarkan Tabel Matrik SWOT dalam pengembangan tanaman
porang di Kabupaten Nganjuk ada empat alternatif strategi yang dapat
dipilih yaitu :
a. Strategi SO : Strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang, alternatifnya antara lain :
- Dengan pemanfaatan potensi lahan di hutan dan pekarangan
yang masih luas dan beberapa kelebihan porang diantaranya
dapat tumbuh di bawah tegakan hanya perlu sekali tanam, tidak
perlu pemeliharaan intensif serta tahan hama penyakit akan
meningkatkan jumlah produksi sehingga kebutuhan ekspor dan
pasar dalam negeri tercukupi.
- Porang yang mempunyai banyak manfaat diikuti dengan proses
pengolahan yang tepat akan menambah nilai jual porang dan
dapat dijadikan sebagai alternatif sumber pangan.
- Petani dapat memanfaatkan daya tarik investor yang tinggi
dalam berbisnis porang untuk meraih harga jual olahan porang
yang lebih tinggi.
b. Strategi ST : Strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman, alternatifnya antara lain :
- Melibatkan petani porang untuk mencegah kerusakan hutan
dengan cara memberikan sosialisasi tentang pentingnya
kelestarian hutan dalam mendukung pertumbuhan tanaman
porang, karena porang hanya dapat tumbuh di bawah tegakan.
- Memberikan sosialisasi kepada para petani porang untuk
membudidayakan tanaman porang karena memiliki berbagai
kelebihan, seperti tidak memerlukan pemeliharan intensif,
banyak manfaat dan tahan hama penyakit untuk kemudian
diambil hasilnya berupa olahan porang yang bernilai tinggi
daripada berburu porang di hutan. Hal ini untuk menjaga
kelestarian sumber benih porang dan juga menjaga populasi
tanaman porang di alam.
- Mengajak masyarakat terutama petani porang untuk menjaga
tanaman porang dari pencurian maupun kebakaran hutan.
- Membuat suatu peraturan yang melibatkan petani, LMDH,
perhutani dan pihak – pihak terkait tentang tanaman porang, baik
itu jalur pemasaran, permodalan bagi petani dll.
c. Strategi WO : Strategi meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang, alternatifnya antara lain :
- Pengetahuan petani tentang tanaman porang serta proses
pengolahannya yang kurang perlu diatasi dengan cara pemberian
16. bimbingan teknis dari para stakeholder sehingga dapat
meningkatkan jumlah produksi porang untuk memenuhi
kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri.
- Dengan pengelolaan modal yang baik dan didukung oleh
prospek pasar yang luas serta daya tarik investor yang tinggi
untuk berbisbis porang akan mengurangi ketergantungan pasar
(pada eksportir tertentu).
- Pengolahan umbi porang dengan teknologi yang tepat akan
mampu menaikkan nilai jual porang.
- Jumlah umbi / bibit yang terbatas dapat diatasi apabila petani
mampu memanfaatkan potensi lahan di hutan dan pekarangan
yang masih tinggi serta daya tarik investor dalam berbisnis
porang.
d. Strategi WT : Strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari
ancaman, alternatifnya antara lain :
- Melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis tentang budidaya
dan pengolahan pasca panen tanaman porang secara benar
supaya keberadaan sumber benih porang dan populasi porang di
alam tetap terjaga.
- Dibuat aturan yang melibatkan petani porang, LMDH, Perhutani
dan pihak – pihak terkait tentang tanaman porang, baik itu
masalah pemasaran, kerja sama, permodalan dll supaya petani
porang dapat menyalurkan hasil panen dengan mudah dan juga
kemudahan dalam memperoleh modal untuk mengembangkan
usaha.
- Mengajak petani porang untuk menjaga hutan dari ancaman
kebakaran hutan dan kerusakan hutan.
4.4.3. Tahapan Analisis Penentuan Strategi
Dari Analisis Matrik SWOT selanjutnya dilakukan Model
Analisis Penentuan Strategi untuk merumuskan strategi yang nantinya
dipakai sebagai alternatif dalam pengembangan tanaman porang di
Kabupaten Nganjuk. Berdasarkan skor masing – masing strategi
seperti pada strategi SO, WO, ST dan WT maka dapat digambarkan
dalam matrik SWOT adalah sebagai berikut :
Tabel 15. Analisis Penentuan Strategi
IFAS
EFAS
Strenghts (S) Weaknesses (W)
Opportunities (O)
Strategi (SO)
Menggunakan
kekuatan internal
untuk memanfaatkan
peluang eksternal
sebesar – besarnya
= 4,25
Strategi (WO
Meminimalkan
kelemahan internal
untuk memanfaatkan
peluang eksternal
yang ada
= 4,00
Threats (T)
Strategi (ST)
Menggunakan
kekuatan internal
untuk mengatasi
ancaman eksternal
secara intensif
= 4,03
Strategi (WT)
Meminimalkan
kelemahan internal
untuk menghindari
dan mengatasi
ancaman eksternal
= 3,73
Dari hasil Matrik SWOT diatas menunjukkan bahwa
pengembangan tanaman porang di Desa kalirejo Kecamatan Kokap
Kabupaten Kulon Progo, alternatif yang paling tepat, yaitu
menggunakan Strategi SO, karena strategi tersebut mempunyai nilai
tertinggi, yaitu sebesar 4,45. Hal ini juga sesuai dengan diagram
analisis SWOT pengembangan komoditi tanaman porang di
17. Kabupaten Nganjuk sebagai berikut :
Gambar 28. Diagram analisis SWOT
Rangkuti, F. (2009, 19-20), menyebutkan bahwa dari diagram
analisis SWOT, kuadran I merupakan situasi yang sangat
menguntungkan. Tanaman porang mempunyai peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkannya secara maksimal. Strategi yang
harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy). Strategi SO
berada di kuadran I, dimana Strategi SO adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang agar para petani porang
mampu mengembangkan tanaman porang di Kabupaten Nganjuk
sehingga akan didapatkan keuntungan yang optimal, dengan alternatif
sebagai berikut :
- Dengan pemanfaatan potensi lahan di hutan dan pekarangan yang
masih luas dan beberapa kelebihan porang diantaranya dapat
tumbuh di bawah tegakan hanya perlu sekali tanam, tidak perlu
pemeliharaan intensif serta tahan hama penyakit diharapkan akan
meningkatkan jumlah produksi sehingga kebutuhan ekspor dan
pasar dalam negeri tercukupi.
- Porang mempunyai banyak manfaat diikuti dengan proses
pengolahan yang tepat akan menambah nilai jual porang dan dapat
dijadikan sebagai alternatif sumber pangan.
- Petani dapat memanfaatkan daya tarik investor yang tinggi dalam
berbisnis porang untuk meraih harga jual olahan porang yang
lebih tinggi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1.1. Simpulan
Berdasarkan pada analisis Matrik SWOT diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengembangan tanaman porang di Kabupaten
Nganjuk mempunyai alternatif strategi yang paling tepat yaitu dengan
menggunakan strategi SO, karena strategi tersebut mempunyai nilai
tertinggi, yaitu sebesar 4,25. Dimana strategi SO ialah strategi
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang agar para petani
porang mampu mengembangkan tanaman porang di Kabupaten
Nganjuk, sehingga akan didapatkan keuntungan yang optimal, dengan
alternatif strategi sebagai berikut :
- Dengan pemanfaatan potensi lahan di hutan dan pekarangan
yang masih luas dan beberapa kelebihan porang diantaranya
dapat tumbuh di bawah tegakan hanya perlu sekali tanam, tidak
perlu pemeliharaan intensif serta tahan hama penyakit
diharapkan akan meningkatkan jumlah produksi sehingga
18. kebutuhan ekspor dan pasar dalam negeri tercukupi.
- Porang mempunyai banyak manfaat diikuti dengan proses
pengolahan yang tepat akan menambah nilai jual porang dan
dapat dijadikan sebagai alternatif sumber pangan.
- Petani dapat memanfaatkan daya tarik investor yang tinggi
dalam berbisnis porang untuk meraih harga jual olahan porang
yang lebih tinggi.
1.2. Saran
Untuk mempercepat pengembangan tanaman porang di Desa
Kalirejo, maka disarankan alternatif strategi operasional sebagai
berikut :
a. Bagi petani porang (praktis) :
- Pemanfaatan potensi lahan bawah tegakan secara optimal
baik di pekarangan maupun hutan untuk meningkatkan
produksi tanaman porang.
- Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam hal
ini adalah petani porang, sehingga petani dapat melakukan
budidaya tanaman porang dengan baik dan benar.
- Peningkatan kemampuan petani dalam penguasaan
teknologi pasca panen tanaman porang, sehingga akan
dihasilkan produk olahan dari tanaman porang yang
mempunyai nilai jual tinggi.
b. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo, khususnya
Kantor KP4K Kabupaten Kulon Progo :
- Pengembangan sentra tanaman porang di Desa kalirejo,
diantaranya dengan pembuatan demoplot di beberapa
kelompok yang mempunyai persyaratan tumbuh yang
cocok.
- Peningkatan kerjasama dengan para investor baik itu dalam
hal permodalan maupun dalam hal pemasaran.
- Penerapan kebijakan dan aturan – aturan hukum oleh
pemerintah yang memihak dan mendukung petani porang
dalam mengembangkan usahanya.
c. Bagi peneliti selanjutnya :
- Penelitian mendatang hendaknya mengarahkan penelitian
pada obyek yang lebih luas. Dengan adanya pengembangan
sentra tanaman porang, diharapkan lokasi penelitian
dilakukan didesa yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Septiana Yuyun. 2013. Manajemen Pengembangan Agribisnis
Pembesaran Ikan Cupang Di Kelurahan Ketami Kecamatan
Pesantren Kota Kediri. Jurnal Manajemen Agribisnis, Vol. 13,
No. 1, Januari 2013. ISSN : 1829-7889.
Tim Pusat Studi Porang Perhutani KPH Nganjuk. 2012. Budidaya
Tanaman Porang (Amorphopalus oncophillus). Perhutani KPH
Nganjuk. Nganjuk
Weningsari Estu. 2012. Strategi Pengembangan Agribisnis Ikan
Cupang di Kelurahan Ketami Kecamatan Pesantren Kota Kediri.
Program PascaSarjana Universitas Islam Kadiri. Kediri.