SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
                    No. 64 Tahun 1993
                Tentang : Reklamasi Rawa

                      MENTERI PEKERJAAN UMUM,


Menimbangan :
a.   bahwa dalam rangka pemanfaatan rawa bagi sebesar-besarnya
     kemakmuran Rakyat, Pemerintah telah mengadakan pengaturan atas
     rawa sebagaimana tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 27
     Tahun 1991 tentang Rawa, yang bertitik beratnya pada
     penyelenggaraan konservasi rawa, mencakup kegiatan perlindungan,
     pengawetan secara lestari, dan peningkatan fungsi serta pemanfaatan
     rawa sebagai ekosistem sumber air;
b.   bahwa peningkatan fungsi serta pemanfaatan rawa sebagai ekosistem
     sumber air untuk memenuhi berbagai keperluan dibidang penghidupan
     dilakukan melalui upaya reklamasi rawa yang dapat diselenggarakan
     baik oleh Pemerintah maupun swasta;
c.   bahwa untuk memberikan arahan dalam rangka penyelenggaraan
     reklamasi rawa dimaksud, sebagai tindak lanjut ketentuan-ketentuan
     yang tercantum dalam Bab VII Bagian Ketiga Peraturan Pemerintah
     Nomor 27 Tahun 1991 terutama Pasal 19, perlu menetapkan
     Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Reklamasi Rawa


Mengingat:
1.   Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
2.   Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pokok-pokok
     Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3.   Peraturan Pemerintahan Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata
     Pengaturan Air;
4.   Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1982 tentang Irigasi;
5.   Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa;
6.   Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;
7.   Keputusan Presiden R.I Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
     organisasi Departemen;
8.   Keputusan Piesiden R.I Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan
     Organisasi Departemen;
9.   Keputusan Presiden R.I Nomor 64/M/1988 tentang Kabinet
     Pembangunan
10.  Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39 tentang Pembagian
     Wilayah Sungai;
11.  Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4 tentang Pengelolaan atas
     Air dan atau Sumber Air:
12.   Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 49/PRT/1990 tentang Tata
      Cara dan Persyaratan Ijin Penggunaan Air dan atau Sumber Air;


MEMUTUSKAN:

Menetapkan:
     PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG REKLAMASI RAWA


                                BAB I
                           KETENTUAN UMUM

                             Bagian Pertama
                               Pengertian

                                  Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1.   Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pengairan Departemen
     Pekerjaan Umum;
2.   Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Pengairan Departemen
     Pekerjaan Umum;
3.   Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Tingkat I / Daerah
     Khusus / Daerah Istimewa;
4.   Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I /
     Daerah Khusus / Daerah Istimewa;
5.   Pejabat yang berwenang adalah Direktur Jenderal atas nama Menteri
     atau Gubernur Kepala Daerah;
6.   Kepala Kantor Wilayah adalah Kepala Wilayah Departemen Pekerjaan
     Umum pada Propinsi yang bersangkutan;
7.   Dinas adalah Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Daerah Tingkat I atau
     Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Propinsi Daerah Tingkat I
8.   Pihak swasta adalah bentuk perusahaan yang berbadan hukum,
     bentuk perkumpulan, badan sosiaa atau perorangan;
9.   Reklamasi rawa adalah upaya meningkatkan fungsi dan pemanfaatan
     rawa untuk kepentingan masyarakat luas;
10.  Jaringan reklamasi rawa adalah keseluruhan saluran baik primer,
     sekunder, maupun tersier dan bangunan pelengkapnya, yang
     diperlukan untuk pengaturan, pembuangan, pemberian, pembagian.
     dan penggunaan air;
11.  Jaringan reklamasi rawa sederhana adalah jaringan reklamasi rawa
     dengan tata pengaturan air yang belum terkendali secara mantap dan
     belum terukur dengan kontruksi bangunan yang belum permanen;
12.  Jaringan reklamasi rawa semi teknis adalah jaringan reklamasi rawa
     dengan tata pengaturan air yang terkendali namun belum terukur
     dengan kontruksi bangunan yang seluruhnya / sebagian permanen;
13.   Jaringan reklamasi rawa teknis adalah jaringan reklamasi rawa dengan
      tata pengaturan air terkendali dan terukur dengan kontruksi bangunan
      yang seluruhnya permanen;
14.   Eksploitasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi rawa adalah
      rangkaian kegiatan yang mengarah kepada upaya pemanfaatan air
      secara optimal dan pelestarian fungsi jaringan reklamasi rawa;
15.   Rehabilitasi jaringan reklamasi rawa adalah kegiatan perbaikan
      jaringan reklamasi rawa dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi
      jaringan sesuai dengan perencanaan teknis semula;
16.   Peningkatan jaringan reklamasi rawa adalah kegiatan penyempurnaan
      jaringan reklamasi rawa dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi
      dan manfaat jaringan secara umum;
17.   Daerah Reklamasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat pelayanan
      air dari satu jaringan reklamasi rawa;


                              Bagian Kedua
                                   Asas
(1)   Penyelenggaraan reklamasi rawa dilaksanakan berdasarkan asas
      kemanfaatan umum, keseimbangan dan kelestarian.
(2)   Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimaksudkan untuk
      meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.
(3)   Penyelenggaraan reklamasi rawa sebagaimana, dimaksud dalarn ayat
      (1) harus didasarkan pada rencana reklamasi rawa yang berwawasan
      lingkungan.


                              Bagian Ketiga
                                 Tujuan

                                 Pasal 3
Penyelenggaraan reklamasi rawa bertujuan untuk mencapai terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui penyiapan prasarana dan sarana bagi
keperluan lahan pemukiman, pertanian, perkebunan, perikanan, industri, dan
perhubungan serta pariwisata.


                            Bagian Keempat
                         Pelaksanaan Reklamasi

                                  Pasal 4
(1)   Reklamasi rawa yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
      dan kepetingan umum dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal atau
      Pemerintah Daerah, bekerjasama dengan instansi atau pihak swasta.
(2)   Pengaturan pelaksanaan dan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam
      ayat (1) diatur dalam perjanjian kerjasama.
(3)   Reklamasi rawa yang diwujukan untuk tujuan yang bersifat komersial
      dapat di laksanakan oleh pihak swasta, dengan rnengikuti ketentuan-
      ketentuan dalam peraturan ini.
(4)   Reklamasi rawa yang ditujukan untuk memenuhi keperluan sendiri
      dapat di laksanakan oleh badan sosial, masyarakat dan anggota
      masyarakat, dengan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam peraturan
      ini.


                             Bagian Kelima
                            Cara Pelaksanaan

                                 Pasal 5
(1)   Pelaksanaan Reklamasi Rawa dapat di dengan cara:
      a)    membangun jaringan Reklamasi Rawa
      b)    mengeringkan Rawa
      c)    menimbun Rawa
(2)   Pengaturan pengelolaan lebih lanjut atas hasil Reklamasi Rawa
      sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya terbatas pada jaringan
      Reklamasi Rawa


                            Bagian Keenam
                      Rawa yang dapat direklamasi

                                 Pasal 6
(1)   Reklamasi hanya dapat dilakukan pada Rawa-Rawa yang ditetapkan
      Menteri sebagai Rawa yang dapat ditingkatkan fungsi dan manfaatnya.
(2)   Rawa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mencakup :
      (a) Rawa pantai
      (b) Rawa pedalaman
(3)   Reklamasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
      memperhatikan fungsi Rawa terhadap lingkungannya.


                                BAB II
                         TATA CARA REKLAMASI

                             Bagian Pertama
                              Persyaratan

                                 Pasal 7
Reklamasi Rawa yang dilaksanakan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a.    Telah memperoleh izin pencadangan lahan dan Gubernur Kepala
      Daerah;
b.    Telah memperoleh izin Reklamasi Rawa dan pejabat yang berwenang;
c.    Rencana teknis Reklamasi telah memperoleh pengesahan dari Direktur
      Jenderal.
d.    Mengikuti syarat dan tata cara yang berlaku bagi pelaksanan kegiatan
      reklamasi.


                               Bagian Kedua
                            Pencadangan Lahan

                                 Pasal 8
(1)   Permohonan pencadangan lahan rawa yang akan direklamasi diajukan
      kepada Guhernur Kepala Daerah.
(2)   Gubernur Kepala Gubernur Daerah akan memberikan izin
      pencadangan lahan setelah mendapat saran teknis dari instansi teknis
      yang terkait.
(3)   Dalam hal lahan rawa yang dicadangkan untuk direklamasi terdapat
      masalah pemilikan tanah pihak lain maka pihak yang bersangkutan
      harus menyelesaikannya sesuai dengan peraturan perundang-
      undangan yang berlaku.


                               Bagian Ketiga
                               Izin Reklamasi

                                     Pasal 9
(1)   Pelaksanaan reklamasi rawa untuk tujuan sebagaimana dimaksud
      dalam pasal 4 harus memperoleh izin terlebih dahulu dari pejabat
      yang berwenang yang di atur sebagai berikut :
      a.     Dalam hal rawa yang direklamasi berada pada satu propinsi, izin
             diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah.
      b.     Dalam hal rawa yang direklamasi berada pada lebih dan satu
             Propinsi, izin diberikan oleh DirekturJenderal atas nama Menteri
             dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dan Gubernur
             Kepala Daerah masing-masing Propinsi.
      c.     Dalam hal rawa yang direklamasi berada pada satu Propinsi
             namun menyangkut kepentingan Nasional, izin diberikan oleh
             Direktur Jenderal atas nama Menteri dengan memperhatikan
             saran dan pertimbangan Gubernur Kepala Daerah.
(2)   Izin sebagiamana dimaksud dalam ayat (1) ditertibkan berdasarkan
      rekomendasi teknis dari :
      a.     Dinas setelah berkonsultasi dengan Kepala Kantor Wilayah
             untuk izin yang dibutuhkan Gubernur Kepala Daerah.
      b.     Direktorat Jenderal dengan memperhatikan dan pertimbangan
             dari Kepala Kantor Wilayah untuk izin yang diberikan Direktur
             Jenderal atas nama Menteri.

                                Pasal 10
(1)   Rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2)
      menjadi dasar bagi pemberian atau penolakan izin reklamasi rawa.
(2)   Dalam memberikan rekomendasi teknis perlu memperhatikan hal-hal
      sebagai berikut:
      a.   Rencana tata ruang Propinsi yang ditetapkan.
      b.   Rencana reklamasi rawa yang ditetapkan pejabat yang
           berwenang.
      c.   Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan yang sudah
           disahkan oleh pejabat yang berwenang.
      d.   Rencana teknis reklamasi.

                                  Pasal 11
(1)   Permohonan izin reklamasi rawa harus dilengkapi:
      a.    Data admrnistrasi berupa:
            1.    Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP yang berlaku dan
                  penanggung jawab instansi / perusahaan / perkumpulan /
                  perorangan.
            2.    Foto Copy akte pendirian perusahaan dan legalisasi
                  instansi / perkumpulan.
            3.    Nomor Wajib Pajak (NPWP) perusahaan/ perkumpulan /
                  perorangan yang berlaku.
            4.    Pasphoto penanggung jawab perusahaan/ perkumpulan/
                  perorangan ukuran 4 x 6 rangkap 4 (empat).
            5.    Bukti pembayaran biaya administrasi perizinan.
      b.    Data teknis berupa:
            1.    Rencana teknis reklamasi rawa yang dilengkapi peta
                  lokasi kegiatan yang menggambarkan tata letak
                  reklamasi rawa terhadap lingkungan sekitarnya dan
                  gambar detail jaringan Reklamasi rawa serta peralatan
                  yang akan digunakan dalam kegiatan reklamasi
            2.    Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
                  sesuai dengan peraturan yang berlaku di Depantemen
                  Pekerjaan Umum
(2)   Ketentuan biaya administratif perizinan sebagaimana dimaksud dalam
      ayat (1) angka 5 akan ditetapkan dengan keputusan tersendiri.

                                  Pasal 12
(1)   Tata cara permohonan izin reklamasi rawa yang menjadi wewenang
      Direktur Jenderal atas nama Menteri sebagai berikut :
      a.    Surat permohonan izin yang telah dilengkapi dengan data
            administrasi, data teknis termasuk dokumen analisis mengenai
            dampak Lingkungan (AMDAL), disampaikan oleh pemohon izin
            kepada DirekturJenderal melalui Kepala Kantor Wilayah
            setempat dengan menggunakan formulir model 1.1 dalam
            rangkap 5 (lima) scbagaimana tercantum dalam lampiran I
            Peraturan Menteri ini;
      b.    Kepala Kantor Wilayah setempat memeriksa kelengkapan
            berkas per mohonan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari
            sejak diterimanya permohonan.
Dalam hal berkas permohonan udak lengkap Kepala Kantor
            Wilayah mengembalikan kepada pemohon izin untuk dilengkapi,
            dengan menggunakan formulir model 1.2 sebagaimana
            tercantum dalam lampiran II Peraturan Menteri ini.
      c.    Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak berkas permohonan dilengkapi
            disampaikan Kepala Kantor Wilayah kepada Direktur Jenderal
            menggunakan formulir model 1.3 scbagaimana tercantum
            dalam lampiran III Peraturan Menteri ini.
      d.    Direktur Jenderal dalam waktu 10 (sepuluh) hari sudah
            menerima surat permohonan segera memberikan instruksi
            kepada unit kerja yang bersangkutan untuk memberikan
            rekomendasi teknis.
      e.    Unit kerja yang bersangkutan segera mulai melakukan
            penelitian dan penyiapan rekomendasi teknis dengan
            menggunakan formulir model I.4 sebagaimana tercantum dalam
            lampiran IV Peraturan Menteri ini.
      f.    Penyiapan rekomendasi tersebut diselesaikan dalam jangka
            waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya intruksi dan
            disampaikan kepada Direktur Jenderal.
      g.    Berdasarkan rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud huruf e
            Direktur Jenderal menerbitkan izin reklamasi rawa atau surat
            penolakan dengan menggunakan formulir model I.5 atau I.6
            sebegaimana tercantum dalam lampiran V dan VI Peraturan
            Menteri ini.
      h.    Izin reklamasi rawa yang telah ditanda tangani Direktur
            Jenderal atas nama Menteri disampaikan kepada pemohon izin
            melalui Kepala Kantor Wilayah, dengan tembusan kepada
            Gubernur Kepala Daerah yang bersangkutan dan instansi yang
            terkait.
(2)   Direktur Jenderal mengatur lebih lanjut pelaksanaan ketentuan
      sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d,e,f.

                                Pasal 13
(1)   Tata cara permohonan dan pemberian izin reklamasi rawa yang
      menjadi wewenang Gubernur diatur tersendiri oleh Gubernur Kepala
      Daerah yang bersangkutan dengan meteri ketentuan sebagaimana
      dimaksud dalam pasal 12.
(2)   Penggunaan formulir sebagairnana dimaksud dalam pasal 12
      diberlakukan terhadap permohonan dan pemberian izin yang menjadi
      wewenang Gubernur Kepala Daerah dengan diadakan penyesuaian
      seperlunya.

                                   Pasal 14
Izin reklamasi yang telah diberikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
hanya dapat dialihkan kepada pihak lain sesudah mendapat persetujuan
tertulis dari pejabat yang berwenang.
Pasal 15
(1)   Pihak swasta yang melakukan kerjasama dalam reklamasi rawa
      sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) harus berbentuk badan
      hukum.
(2)   Ketentuan lebih lanjut mengenai hal sebagaimana dimaksud dalam
      ayat (1) akan diatur dengan keputusan tersendiri.


                                B A B III
                         PELAKSANAAN KEGIATAN

                            Bagian Pertama
                   Perencanaan dan Perencanaan Teknis

                               Paragraf 1
                   Penyusunan Rencana Reklamasi Rawa

                                  Pasal 16
(1)   Direktur Jenderal menyusun rencana reklamasi rawa yang mencakup
      rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana
      jangka pendek berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
      pasal 6.
(2)   Rencana reklamasi rawa jangka menengah sebagaimana dimaksud
      dalam ayat (1) disusun dengan memperhatikan kelayakan dari segi
      teknik, sosial, ekonomi, dan lingkungan.
(3)   Rencana reklamasi rawa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
      ditetapkan oleh Menteri setelah berkonsultasi dengan Menteri lain
      terkait
(4)   Rencana reklamasi rawa yang telah ditetapkan Menteri sebagaimana
      dimaksud dalam ayat (3) merupakan dasar pelaksanaan reklamasi
      rawa.
(5)   Menteri menyampaikan rencana reklamasi rawa sebagairnana
      dimaksud dalam ayat (3) kepada Gubemur Kepala Daerah yang
      bersangkutan, untuk digunakan sebagai dasar pelaksanaan reklamasi
      rawa.
(6)   Dalam hal rencana reklamasi rawa sebagaimana dimaksud dalam ayat
      (3) belum ditetapkan, maka rencana reklamasi rawa didasarkan pada
      hasil kesepakatan antara instansi terkait yang dikoordinasikan oleh
      Gubernur Kepala Daerah, dan ditetapkan oleh Menteri.


                              Paragraf 2
                  Penyusunan Rencana Teknis Reklamasi

                                 Pasal 17
(1)   Penyusunan rencana teknis reklamasi yang meliputi pembangunan
      jaringan reklamasi rawa baru, rehabilitasi dan peningkatan jaringan
reklamasi rawa dilakukan oleh Direktorat Jenderal atau Pemerintah
      Daerah atau pihak swasta atau masyarakat.
(2)   Rencana teknis reklamasi sebegaimana dimaksud dalam ayat (I)
      disusun dan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
      a.    Berdasarkan kerangka acuan yang telah ditertibkan oleh
            Direktorat Jenderal.
      b.    Berdasarkan data, hasil survai, penelitian dan penyelidikan
            dengan spesifikasi teknis yang diterbitkan Direktorat Jenderal.
      c.    Berwawasan lingkungan.
      d.    Mencakup seluruh kebutuhan jaringan reklamasi dan fasilitas
            umum yang diperlukan, penyediaan fasilitas lain yang
            diperlukan.
      e.    Dapat dipertanggung jawabkan dari segi teknik.
(3)   Rencana teknis reklamasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan
disahkan oleb Direktorat Jenderal atau pejabat yang ditunjuk.


                              Bagian Kedua
                              Pembangunan

                              Paragraf I
               Pembangunan Jaringan Reklamasi Rawa Baru

                                  Pasal 18
(1)   Pembangunan jaringan reklamasi rawa baru dapat dilakukan oleh
      Direktorat Jenderal atau Pemerintah Daerah atau pihak swasta atau
      masyarakat setempat.
(2)   Dengan tidak mengurang ketentuan-ketentuan yang tercantum pada
      pasal 7, pembangunan jaringan reklamasi rawa sebagaimana
      dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
      a.    Berdasarkan pada gambar rencana, syarat-syarat dan
            spesifikasi teknik yang tercakup dalam rencana teknis reklamasi
            rawa yang telah disusun sesuai dengan ketentuan pasal 17.
      b.    Mempergunakan peralatan dan alat bantu yang memenuhi
            syarat.
      c.    Berwawasan lingkungan.

                                  Pasal 19
(1)   Pembangunan jaringan reklamasi rawa dilaksanakan secara bertahap
      dan atau dapat secara menyeluruh dengan memperhatikan kondisi
      teknis dan sosial ekonomi, dan lingkungan.
(2)   Pembangunan jaringan reklamasi rawa secara bertahap sebagaimana
      dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
      a.     Pembangunan tahap awal berupa pembangunan jaringan
             reklamasi sederhana berikut prasarana penunjang yang
             mendukung terciptanya kondisi lingkungan lahan siap huni dan
             atau layak untuk dimanfaatkan.
b.    Pembangunan tahap lanjutan berupa pembangunan jaringan
            reklamasi rawa semi teknis atau teknis berikut peningkatan
            prasarana penunjangnya guna mengoptimalkan produktivitas
            lahan.

                               Paragraf 2
                             Garis Sempadan

                                    Pasal 20
(1)   Untuk pengamanan jaringan reklamasi rawa yang dibangun oleh
      Pemerintah maupun pihak swasta ditetapkan adanya garis sempadan
      di kiri kanan saluran yang berfungsi untuk:
      a.      Melindungi jaringan.
      b.      Memberikan kemudahan bagi petugas dalam melaksanakan
              tugas eksploitasi dan pemeliharaan.
      c.      Penyediaan tempat penimbunan hasil pengerukan/galian.
      d.      Peningkatan fungsi jaringan.
(2)   Garis sempadan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
      sebagai berikut :
      a.      Untuk saluran primer dan sekunder pada jaringan reklamasi
              rawa baik rawa pantai maupun rawa pedalaman sekurang-
              kurangnya 2 1/2 (dua setengah) x (kali) lebar atas saluran,
              diukur dan as saluran.
      b.      Untuk saluran tersier pada jaringan reklamasi rawa baik rawa
              pantai maupun rawa pedalaman sekurang-kurangnya 1 (satu)
              meter diukur dari kaki tanggul sebetah Luar.
      c.      Untuk saturan primer dan sekunder pada jaringan reklamasi
              rawa khusus untuk tambak baru sekurang-kurangnya 1 (satu)
              meter diukur dan kaki Langgit sebelah luar.
(3)   Lebar lahan yang dibatasi garis sempadan pada janingan rckiamasi
      rawa yang sudah dibangun dan dimanfaatkan masyarakat sebelum
      ditetapkannya peraturan ini diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala
      Daerah.
(4)   Dalam hal status lahan pada daerah sempadan sebagaimana dimaksud
      dalam ayat (2) merupakan hak milik seseorang, maka pemegang izin
      reklamasi wajib membebaskan lahan tersebut sesuai peraturan
      perundang-undangan yang berlaku.
(5)   Status lahan yang dibatasi garis sempadan pada jaringan reklamasi
      rawa baik yang dibangun Pemerintah maupun pihak swasta dikuasai
      oleh Negara.
(6)   Siapapun dilarang memanfaatkan lahan yang dibatasi garis sempadan
      untuk tujuan komenial dan yang mengancam kelestarian fungsi
      jaringan.
Paragraf 3
                  Rehabilitasi dan Peningkatan Jaringan

                                  Pasal 21
(1)   Dalam hal jaringan rawa yang secara dibangun sebagaimana dimaksud
      dalam pasal 18 sudah menurun fungsinya atau belum secara optimal
      berfungsi, maka perlu dilaksanakan rehabililasi atau peningkatan.
(2)   Rehabilitasi atau peningkatan jaringan reklamasi rawa yang dibangun
      oleh Direkiorat Jenderal atau Pemerintah Daerah dilaksanakan oleh
      Direktorat yang menangani rawa atau Dinas.
(3)   Rehabilitas alau peningkatan jaringan reklamasi rawa yang dibangun
      oleh Direktorat Jenderai atau Pemerintah Daerah bekerjasarna dengan
      pihak swasta dilaksanakan bersama oleh pihak-pihak yang
      bersangkutan dalam pasa l4 ayat (2).
(4)   Rehabilitasi dan peningkatan jaringan reklamasi rawa yang dibangun
      pihak swasta atau masyarakat dilaksanakan oleh pihak yang
      bersangkutan.
(5)   Ketentuan sebagairnana dimaksud dalarn pasal 18 ayat (2)
      diberlakukan terhadap penyelenggaraan rehabilitas dan peningkatan
      jaringan reklamasi rawa.


                               Paragraf 4
                           Penyerahan Jaringan

                                  Pasal 22
(1)   Jaringan reklamasi rawa yang telah selesai dibangun oleh Direktorat
      Jenderal dan telah berfungsi dengan baik diserahkan kepada
      Pemerintah Daerah sesuai dengan Peraturan perundang-undangan
      yang berlaku.
(2)   Dalam hal Peraturan Pemerintah yang mengatur penyerahan urusan di
      bidang rawa kepada Pemerintah Daerah belum diterbitkan, maka
      penyerahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
      menyangkut pengelolan jaringan.


                               Bagian Ketiga
                       Eksploitasi dan Pemeliharaan

                               Paragraf 1
                    Lingkungan Tugas dan Pembiayaan

                                    Pasal 23
(1)   Lingkup tugas eksploitasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi rawa
      mengikuti kegiaian-kegiatan:
      a.    Eksploitasi, terdiri dari:
            1.    Mengumpulkan, memproses, mengevaluasi data curah
                  hujan, daftar pasang surut luas tanam dan lain-lain.
2.     Inventarisasi panjang saluran, panjang tanggul, jumlah
                   bangunan air, daerah reklamasi rawa berikut luas
                   lahannya, jumlah personil, fasilitas.
             3.    Pekerjaan kalibrasi pintu air / alat pengukur.
             4.    Melaksanakan tata pengatur air.
      b.     Pemeiiharaan terdiri dari :
             1.    Pemeriksaan kondisi jaringan reklamasi rawa.
             2.    Pemeriksaan rutin jaringan reklamasi rawa.
             3.    Pemeliharaan berkala jaringan reklamasi rawa.
             4.    Perbaikan jaringan reklamasi rawa.
(2)   Direkiorat Jenderal memberikan pedoman eksploitasi dan
      pemeliharaan jaringan reklamasi rawa kepada pihak yang
      melaksanakan tugas eksploitasi dan pemeliharaan sebagaimana
      dimaksud dalarn aya (1).

                                 Pasal 24
(1)   Eksplotasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi rawa yang
      pembangunannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal atau
      Pemerintah Daerah, menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.
(2)   Ekaploitasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi yang oleh Direktorat
      atau Pemeriniah Daerah bekerjasama dengan pihak Swasta menjadi
      tanggung jawab bersama oleh pihak-pihak yang membangun
      berdasarkan perjanjian kerjasamna sebagaimana dimaksud dalam
      pasal 4 ayat (2).
(3)   Eksploitasi dan pemeliharaan ringan reklamasi rawa yang dibangun
      oleh pihak swasta dan masyarakat menjadi tanggung jawab pihak
      yang membangun.
(4)   Eksploitasi dan pemeiharaan saluran tersier saluran lainnya dalam
      petak tersier beserta bangunan pelengkapnya menjadi tanggung
      jawab masyarakat pemakai air.
(5)   Dengan mempertimbangkan kondisi serta kemampuan Pemerintah
      Daerah, Menteri dapat memberi bantuan pembiayaan
      penyelenggaraan eksploitasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud
      dalam ayat (1) dan ayat (2).


                                Paragraf 2
                               Pemanfaatan

                                  Pasal 25
(1)   Pemanfaatan jaringan reklamasi rawa yang dibangun oleh Direktorat
      Jenderal baik yang menyangkut air maupun jaringan, bagi keperluan
      yang bersifat komersial harus mendapat izin terlebih dahulu dari
      Gubernur Kepala Daerah, kecuali untuk lalu lintas dan angkutan air
      diatur sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 Pasal 30.
(2)   Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
      lebih lanjut oleh Pemerintah Daerah, dengan memperhatikan tata cara
dan persyaratan perijinan yang ditelapkan dalam Peraturan Menteri
       Pekerjaan Umum Nomor 49/PRT/1990.
(3)    Pemanfaatan jaringan reklamasi rawa baik yang menyangkut air
       maupun jaringan, bagi keperluan lain dan tujuan semula harus
       mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pejabat yang
       berwenang.

                                 Pasal 26
Pemanfaatan lahan sebagai hasil reklamasi rawa diatur lebih lanjut oleh
instansi yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.


                                Paragraf 3
 luran Pembiayaan Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa

                                  Pasal 27
(1)    Untuk membantu pembiayaan eksploitasi dan pemeliharaan jaringan
       reklamasi rawa pada saluran primer dan sekunder dapat ditetapkan
       adanya iuran pembiayaan eksploitasi dan pemeliharaan jaringan
       reklamasi rawa.
(2)    Iuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikenakan terhadap para
       pemanfaat jaringan rawa yang dibangun Pemerintah baik yang
       menyangkut air maupun jaringannya.
(3)    Perhitungan besarnya iuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
       didasarkan pada:
       a.     Tingkat kehandalan pelayanan jaringan reklamasi rawa;
       b.     Luas areal yang memperoleh pelayanan air;
       c.     Jenis pemanfaatan lahan dan tingkat keragaan lahan.
(4)    Penetapan besarnya iuran dan tata cara pemungutannya diatur oleh
       Pemerintah Daerah.


                               Paragraf 4
                      Perkumpulan Petani Pemakai Air

                                  Pasal 28
(1)    Untuk mendukung eksploitasi dan pemeliharaan saluran tersier dan
       suluran airnya dalam petak tersier berserta bangunan pelengkapnya
       sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (4) semua pihak yang
       memanfaatkan air dan jaringan membentuk organisasi perkumputan
       petani pemakai air.
(12)   Gubernur Kepala Daerah mengatur lebih lanjut mengenai
       pembentukun dan pengembangan organisasi sebagaimana dimaksud
       dalam ayat (1).
BAB IV
                      BIMBINGAN DAN PENGAWASAN

                               Bagian Pertama
                                 Bimbingan

                                 Pasal 29
(1)   Direktur Jenderal melaksanakan bimbingan yang dilakukan oleh
      Direktorat yang mengenai rawa / Kepala Karnor Wilayah terhadap
      reklamasi rawa.
(2)   Direktur Jenderal dalam melaksanakan bimbingan sebagaimana
      dimaksud dalam ayat (1), berdasarkan pada :
      a.    Perencanaan teknis reklamasi rawa
      b.    Pedoman pelaksanaan yang berkaitan dengan perizinan
            reklamasi rawa;
      c.    Pedoman pelaksanaan yang berkaitan dengan pengamanan
            jaringan reklamasi rawa.
(3)   Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) akan diatur dengan
      keputusan tersendiri.


                                Bagian Kedua
                                 Pengawasan

                                 Pasal 3O
(1)   Direktur Jenderal melaksanakan pengawasan terhadap
      penyelenggaraan reklamasi rawa.
(2)   Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dilakukan oleh
      Kepala Kantor Wilayah untuk penyelenggaraan reklamasi rawa yang
      menjadi wewenang Menteri dan Kepala Dinas untuk penyelenggaraan
      reklamasi rawa yang menjadi wewenang Pemerintah Daerah.
(3)   Hasil pelaksanaan pengawasan Kepala Dinas sebagaimana dimaksud
      dalam ayat (2) dilaportan kepada Gubernur Kepala Daerah.


                                    BAB V
                                   SANKSI

                                   Pasal 31
Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam Pasal 7 ,Pasal 9,
Pasal 4, Pasal 17 ayat (3), Pasal 20 ayat (6), dan Pasal 25 Peraturan Menteri
ini dapat dikenakan sanksi berupa :
a.     Sanksi pidana sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor
       11 Tahun 1974 tennang Pengairan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991
       tentang rawa dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku;
b.     Sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB VI
                          KETENTUAN PERALIHAN

                                   Pasal 32
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, ketentuan-ketentuan yang telah
dilaksanakan mengenai reklamasi rawa, tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Menteri ini atau diganti atau diubah
berdasarkan Peraturan Menteri ini.

                                BAB VII
                           KETENTUAN PENUTUP

                                  Pasal 33
(1)   Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2)   Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Menteri ini akan
      ditetapkan dengan Keputusan tersendiri.
(3)   Peraturan Menteri ini disebarluaskan kepada yang bersangkutan untuk
      diketahui dan dilaksanakan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada Tanggal : 27 Febuari 1993
Menteri Pekerjaan Umum

Ttd

Radinal Moochtar




                   __________________________________

More Related Content

What's hot

Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecilPenyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecilDidi Sadili
 
Tahapan penyelenggaraan KLHS
Tahapan penyelenggaraan KLHSTahapan penyelenggaraan KLHS
Tahapan penyelenggaraan KLHSMusnanda Satar
 
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan SampahPersyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan SampahJoy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Joy Irman
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
 
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Penataan Ruang
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirYahya M Aji
 
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Joy Irman
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi GorontaloRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi GorontaloPenataan Ruang
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanPedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanDewangga Setiawan
 
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...infosanitasi
 
Review pemutakhiran strategi sanitasi kota
Review pemutakhiran strategi sanitasi kotaReview pemutakhiran strategi sanitasi kota
Review pemutakhiran strategi sanitasi kotainfosanitasi
 
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Anton Riyanto
 
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatinfosanitasi
 
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teoripooja khan
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatinfosanitasi
 

What's hot (20)

Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecilPenyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
 
Tahapan penyelenggaraan KLHS
Tahapan penyelenggaraan KLHSTahapan penyelenggaraan KLHS
Tahapan penyelenggaraan KLHS
 
6.perencanaan rhl
6.perencanaan rhl6.perencanaan rhl
6.perencanaan rhl
 
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan SampahPersyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
 
Drainase
DrainaseDrainase
Drainase
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
 
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya Air
 
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi GorontaloRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo
 
Amdal
AmdalAmdal
Amdal
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanPedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan
 
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
 
Review pemutakhiran strategi sanitasi kota
Review pemutakhiran strategi sanitasi kotaReview pemutakhiran strategi sanitasi kota
Review pemutakhiran strategi sanitasi kota
 
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
 
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
 
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempat
 

Similar to REKLAMASI RAWA

Peraturan gubernur-no-146-tahun2014
Peraturan gubernur-no-146-tahun2014Peraturan gubernur-no-146-tahun2014
Peraturan gubernur-no-146-tahun2014merdekacom
 
Peraturan Gubernul soal Reklamasi
Peraturan Gubernul soal ReklamasiPeraturan Gubernul soal Reklamasi
Peraturan Gubernul soal ReklamasiSari Kusuma Dewi
 
Kep mentamben no. 1211. k 008-m.pe-1995
Kep mentamben no. 1211. k 008-m.pe-1995Kep mentamben no. 1211. k 008-m.pe-1995
Kep mentamben no. 1211. k 008-m.pe-1995Taufik Riyadi
 
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...infosanitasi
 
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang RawaPeraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawainfosanitasi
 
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...Didi Sadili
 
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan AirPeraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Airinfosanitasi
 
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...infosanitasi
 
Permen esdm-18-2008 tentang reklamasi dan penutupan tambang
Permen esdm-18-2008 tentang reklamasi dan penutupan tambangPermen esdm-18-2008 tentang reklamasi dan penutupan tambang
Permen esdm-18-2008 tentang reklamasi dan penutupan tambangAldrien Ticoalu
 
Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...
Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...
Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...Penataan Ruang
 
Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...
Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...
Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...infosanitasi
 
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...Kota Serang
 
Penyusunan Rencana Pastambang
Penyusunan Rencana PastambangPenyusunan Rencana Pastambang
Penyusunan Rencana PastambangYusufRiyandi
 
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air TanahPeraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanahinfosanitasi
 
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang SungaiPeraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungaiinfosanitasi
 
Permen49 1990 tata cara dan persyaratan izin
Permen49 1990 tata cara dan persyaratan izinPermen49 1990 tata cara dan persyaratan izin
Permen49 1990 tata cara dan persyaratan izininfosanitasi
 
Permen pu 11 a kriteria dan penetapan wilayah sungai
Permen pu 11 a kriteria dan penetapan wilayah sungaiPermen pu 11 a kriteria dan penetapan wilayah sungai
Permen pu 11 a kriteria dan penetapan wilayah sungaiinfosanitasi
 
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantaiPedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantaiinfosanitasi
 
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantaiPedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantaiPenataan Ruang
 

Similar to REKLAMASI RAWA (20)

Peraturan gubernur-no-146-tahun2014
Peraturan gubernur-no-146-tahun2014Peraturan gubernur-no-146-tahun2014
Peraturan gubernur-no-146-tahun2014
 
Peraturan Gubernul soal Reklamasi
Peraturan Gubernul soal ReklamasiPeraturan Gubernul soal Reklamasi
Peraturan Gubernul soal Reklamasi
 
Kep mentamben no. 1211. k 008-m.pe-1995
Kep mentamben no. 1211. k 008-m.pe-1995Kep mentamben no. 1211. k 008-m.pe-1995
Kep mentamben no. 1211. k 008-m.pe-1995
 
Pp 27 1991
Pp 27 1991Pp 27 1991
Pp 27 1991
 
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...
 
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang RawaPeraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
 
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
Izin lokasi dan izin pengelolaan perairan di wilayah pesisir dan pulau pulau ...
 
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan AirPeraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air
 
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
 
Permen esdm-18-2008 tentang reklamasi dan penutupan tambang
Permen esdm-18-2008 tentang reklamasi dan penutupan tambangPermen esdm-18-2008 tentang reklamasi dan penutupan tambang
Permen esdm-18-2008 tentang reklamasi dan penutupan tambang
 
Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...
Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...
Permen PU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar ...
 
Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...
Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...
Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Air dan atau Sumber Air pada Wi...
 
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
PEMERINTAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2...
 
Penyusunan Rencana Pastambang
Penyusunan Rencana PastambangPenyusunan Rencana Pastambang
Penyusunan Rencana Pastambang
 
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air TanahPeraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
 
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang SungaiPeraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai
 
Permen49 1990 tata cara dan persyaratan izin
Permen49 1990 tata cara dan persyaratan izinPermen49 1990 tata cara dan persyaratan izin
Permen49 1990 tata cara dan persyaratan izin
 
Permen pu 11 a kriteria dan penetapan wilayah sungai
Permen pu 11 a kriteria dan penetapan wilayah sungaiPermen pu 11 a kriteria dan penetapan wilayah sungai
Permen pu 11 a kriteria dan penetapan wilayah sungai
 
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantaiPedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
 
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantaiPedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
 

More from infosanitasi

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014infosanitasi
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019infosanitasi
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasiinfosanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019infosanitasi
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehataninfosanitasi
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015infosanitasi
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015infosanitasi
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMinfosanitasi
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019infosanitasi
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasiinfosanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...infosanitasi
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukimaninfosanitasi
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015infosanitasi
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
 

More from infosanitasi (20)

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
 

REKLAMASI RAWA

  • 1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 64 Tahun 1993 Tentang : Reklamasi Rawa MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbangan : a. bahwa dalam rangka pemanfaatan rawa bagi sebesar-besarnya kemakmuran Rakyat, Pemerintah telah mengadakan pengaturan atas rawa sebagaimana tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa, yang bertitik beratnya pada penyelenggaraan konservasi rawa, mencakup kegiatan perlindungan, pengawetan secara lestari, dan peningkatan fungsi serta pemanfaatan rawa sebagai ekosistem sumber air; b. bahwa peningkatan fungsi serta pemanfaatan rawa sebagai ekosistem sumber air untuk memenuhi berbagai keperluan dibidang penghidupan dilakukan melalui upaya reklamasi rawa yang dapat diselenggarakan baik oleh Pemerintah maupun swasta; c. bahwa untuk memberikan arahan dalam rangka penyelenggaraan reklamasi rawa dimaksud, sebagai tindak lanjut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Bab VII Bagian Ketiga Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 terutama Pasal 19, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Reklamasi Rawa Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan; 2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup; 3. Peraturan Pemerintahan Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1982 tentang Irigasi; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 7. Keputusan Presiden R.I Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok organisasi Departemen; 8. Keputusan Piesiden R.I Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen; 9. Keputusan Presiden R.I Nomor 64/M/1988 tentang Kabinet Pembangunan 10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39 tentang Pembagian Wilayah Sungai; 11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4 tentang Pengelolaan atas Air dan atau Sumber Air:
  • 2. 12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Ijin Penggunaan Air dan atau Sumber Air; MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG REKLAMASI RAWA BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum; 2. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum; 3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Tingkat I / Daerah Khusus / Daerah Istimewa; 4. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I / Daerah Khusus / Daerah Istimewa; 5. Pejabat yang berwenang adalah Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur Kepala Daerah; 6. Kepala Kantor Wilayah adalah Kepala Wilayah Departemen Pekerjaan Umum pada Propinsi yang bersangkutan; 7. Dinas adalah Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Daerah Tingkat I atau Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Propinsi Daerah Tingkat I 8. Pihak swasta adalah bentuk perusahaan yang berbadan hukum, bentuk perkumpulan, badan sosiaa atau perorangan; 9. Reklamasi rawa adalah upaya meningkatkan fungsi dan pemanfaatan rawa untuk kepentingan masyarakat luas; 10. Jaringan reklamasi rawa adalah keseluruhan saluran baik primer, sekunder, maupun tersier dan bangunan pelengkapnya, yang diperlukan untuk pengaturan, pembuangan, pemberian, pembagian. dan penggunaan air; 11. Jaringan reklamasi rawa sederhana adalah jaringan reklamasi rawa dengan tata pengaturan air yang belum terkendali secara mantap dan belum terukur dengan kontruksi bangunan yang belum permanen; 12. Jaringan reklamasi rawa semi teknis adalah jaringan reklamasi rawa dengan tata pengaturan air yang terkendali namun belum terukur dengan kontruksi bangunan yang seluruhnya / sebagian permanen;
  • 3. 13. Jaringan reklamasi rawa teknis adalah jaringan reklamasi rawa dengan tata pengaturan air terkendali dan terukur dengan kontruksi bangunan yang seluruhnya permanen; 14. Eksploitasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi rawa adalah rangkaian kegiatan yang mengarah kepada upaya pemanfaatan air secara optimal dan pelestarian fungsi jaringan reklamasi rawa; 15. Rehabilitasi jaringan reklamasi rawa adalah kegiatan perbaikan jaringan reklamasi rawa dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi jaringan sesuai dengan perencanaan teknis semula; 16. Peningkatan jaringan reklamasi rawa adalah kegiatan penyempurnaan jaringan reklamasi rawa dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi dan manfaat jaringan secara umum; 17. Daerah Reklamasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat pelayanan air dari satu jaringan reklamasi rawa; Bagian Kedua Asas (1) Penyelenggaraan reklamasi rawa dilaksanakan berdasarkan asas kemanfaatan umum, keseimbangan dan kelestarian. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. (3) Penyelenggaraan reklamasi rawa sebagaimana, dimaksud dalarn ayat (1) harus didasarkan pada rencana reklamasi rawa yang berwawasan lingkungan. Bagian Ketiga Tujuan Pasal 3 Penyelenggaraan reklamasi rawa bertujuan untuk mencapai terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui penyiapan prasarana dan sarana bagi keperluan lahan pemukiman, pertanian, perkebunan, perikanan, industri, dan perhubungan serta pariwisata. Bagian Keempat Pelaksanaan Reklamasi Pasal 4 (1) Reklamasi rawa yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kepetingan umum dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal atau Pemerintah Daerah, bekerjasama dengan instansi atau pihak swasta. (2) Pengaturan pelaksanaan dan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerjasama.
  • 4. (3) Reklamasi rawa yang diwujukan untuk tujuan yang bersifat komersial dapat di laksanakan oleh pihak swasta, dengan rnengikuti ketentuan- ketentuan dalam peraturan ini. (4) Reklamasi rawa yang ditujukan untuk memenuhi keperluan sendiri dapat di laksanakan oleh badan sosial, masyarakat dan anggota masyarakat, dengan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini. Bagian Kelima Cara Pelaksanaan Pasal 5 (1) Pelaksanaan Reklamasi Rawa dapat di dengan cara: a) membangun jaringan Reklamasi Rawa b) mengeringkan Rawa c) menimbun Rawa (2) Pengaturan pengelolaan lebih lanjut atas hasil Reklamasi Rawa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya terbatas pada jaringan Reklamasi Rawa Bagian Keenam Rawa yang dapat direklamasi Pasal 6 (1) Reklamasi hanya dapat dilakukan pada Rawa-Rawa yang ditetapkan Menteri sebagai Rawa yang dapat ditingkatkan fungsi dan manfaatnya. (2) Rawa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mencakup : (a) Rawa pantai (b) Rawa pedalaman (3) Reklamasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memperhatikan fungsi Rawa terhadap lingkungannya. BAB II TATA CARA REKLAMASI Bagian Pertama Persyaratan Pasal 7 Reklamasi Rawa yang dilaksanakan harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Telah memperoleh izin pencadangan lahan dan Gubernur Kepala Daerah; b. Telah memperoleh izin Reklamasi Rawa dan pejabat yang berwenang; c. Rencana teknis Reklamasi telah memperoleh pengesahan dari Direktur Jenderal.
  • 5. d. Mengikuti syarat dan tata cara yang berlaku bagi pelaksanan kegiatan reklamasi. Bagian Kedua Pencadangan Lahan Pasal 8 (1) Permohonan pencadangan lahan rawa yang akan direklamasi diajukan kepada Guhernur Kepala Daerah. (2) Gubernur Kepala Gubernur Daerah akan memberikan izin pencadangan lahan setelah mendapat saran teknis dari instansi teknis yang terkait. (3) Dalam hal lahan rawa yang dicadangkan untuk direklamasi terdapat masalah pemilikan tanah pihak lain maka pihak yang bersangkutan harus menyelesaikannya sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Bagian Ketiga Izin Reklamasi Pasal 9 (1) Pelaksanaan reklamasi rawa untuk tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 harus memperoleh izin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang yang di atur sebagai berikut : a. Dalam hal rawa yang direklamasi berada pada satu propinsi, izin diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah. b. Dalam hal rawa yang direklamasi berada pada lebih dan satu Propinsi, izin diberikan oleh DirekturJenderal atas nama Menteri dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dan Gubernur Kepala Daerah masing-masing Propinsi. c. Dalam hal rawa yang direklamasi berada pada satu Propinsi namun menyangkut kepentingan Nasional, izin diberikan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri dengan memperhatikan saran dan pertimbangan Gubernur Kepala Daerah. (2) Izin sebagiamana dimaksud dalam ayat (1) ditertibkan berdasarkan rekomendasi teknis dari : a. Dinas setelah berkonsultasi dengan Kepala Kantor Wilayah untuk izin yang dibutuhkan Gubernur Kepala Daerah. b. Direktorat Jenderal dengan memperhatikan dan pertimbangan dari Kepala Kantor Wilayah untuk izin yang diberikan Direktur Jenderal atas nama Menteri. Pasal 10 (1) Rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) menjadi dasar bagi pemberian atau penolakan izin reklamasi rawa.
  • 6. (2) Dalam memberikan rekomendasi teknis perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Rencana tata ruang Propinsi yang ditetapkan. b. Rencana reklamasi rawa yang ditetapkan pejabat yang berwenang. c. Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan yang sudah disahkan oleh pejabat yang berwenang. d. Rencana teknis reklamasi. Pasal 11 (1) Permohonan izin reklamasi rawa harus dilengkapi: a. Data admrnistrasi berupa: 1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP yang berlaku dan penanggung jawab instansi / perusahaan / perkumpulan / perorangan. 2. Foto Copy akte pendirian perusahaan dan legalisasi instansi / perkumpulan. 3. Nomor Wajib Pajak (NPWP) perusahaan/ perkumpulan / perorangan yang berlaku. 4. Pasphoto penanggung jawab perusahaan/ perkumpulan/ perorangan ukuran 4 x 6 rangkap 4 (empat). 5. Bukti pembayaran biaya administrasi perizinan. b. Data teknis berupa: 1. Rencana teknis reklamasi rawa yang dilengkapi peta lokasi kegiatan yang menggambarkan tata letak reklamasi rawa terhadap lingkungan sekitarnya dan gambar detail jaringan Reklamasi rawa serta peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan reklamasi 2. Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) sesuai dengan peraturan yang berlaku di Depantemen Pekerjaan Umum (2) Ketentuan biaya administratif perizinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) angka 5 akan ditetapkan dengan keputusan tersendiri. Pasal 12 (1) Tata cara permohonan izin reklamasi rawa yang menjadi wewenang Direktur Jenderal atas nama Menteri sebagai berikut : a. Surat permohonan izin yang telah dilengkapi dengan data administrasi, data teknis termasuk dokumen analisis mengenai dampak Lingkungan (AMDAL), disampaikan oleh pemohon izin kepada DirekturJenderal melalui Kepala Kantor Wilayah setempat dengan menggunakan formulir model 1.1 dalam rangkap 5 (lima) scbagaimana tercantum dalam lampiran I Peraturan Menteri ini; b. Kepala Kantor Wilayah setempat memeriksa kelengkapan berkas per mohonan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya permohonan.
  • 7. Dalam hal berkas permohonan udak lengkap Kepala Kantor Wilayah mengembalikan kepada pemohon izin untuk dilengkapi, dengan menggunakan formulir model 1.2 sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan Menteri ini. c. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak berkas permohonan dilengkapi disampaikan Kepala Kantor Wilayah kepada Direktur Jenderal menggunakan formulir model 1.3 scbagaimana tercantum dalam lampiran III Peraturan Menteri ini. d. Direktur Jenderal dalam waktu 10 (sepuluh) hari sudah menerima surat permohonan segera memberikan instruksi kepada unit kerja yang bersangkutan untuk memberikan rekomendasi teknis. e. Unit kerja yang bersangkutan segera mulai melakukan penelitian dan penyiapan rekomendasi teknis dengan menggunakan formulir model I.4 sebagaimana tercantum dalam lampiran IV Peraturan Menteri ini. f. Penyiapan rekomendasi tersebut diselesaikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya intruksi dan disampaikan kepada Direktur Jenderal. g. Berdasarkan rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud huruf e Direktur Jenderal menerbitkan izin reklamasi rawa atau surat penolakan dengan menggunakan formulir model I.5 atau I.6 sebegaimana tercantum dalam lampiran V dan VI Peraturan Menteri ini. h. Izin reklamasi rawa yang telah ditanda tangani Direktur Jenderal atas nama Menteri disampaikan kepada pemohon izin melalui Kepala Kantor Wilayah, dengan tembusan kepada Gubernur Kepala Daerah yang bersangkutan dan instansi yang terkait. (2) Direktur Jenderal mengatur lebih lanjut pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d,e,f. Pasal 13 (1) Tata cara permohonan dan pemberian izin reklamasi rawa yang menjadi wewenang Gubernur diatur tersendiri oleh Gubernur Kepala Daerah yang bersangkutan dengan meteri ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12. (2) Penggunaan formulir sebagairnana dimaksud dalam pasal 12 diberlakukan terhadap permohonan dan pemberian izin yang menjadi wewenang Gubernur Kepala Daerah dengan diadakan penyesuaian seperlunya. Pasal 14 Izin reklamasi yang telah diberikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 hanya dapat dialihkan kepada pihak lain sesudah mendapat persetujuan tertulis dari pejabat yang berwenang.
  • 8. Pasal 15 (1) Pihak swasta yang melakukan kerjasama dalam reklamasi rawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) harus berbentuk badan hukum. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur dengan keputusan tersendiri. B A B III PELAKSANAAN KEGIATAN Bagian Pertama Perencanaan dan Perencanaan Teknis Paragraf 1 Penyusunan Rencana Reklamasi Rawa Pasal 16 (1) Direktur Jenderal menyusun rencana reklamasi rawa yang mencakup rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6. (2) Rencana reklamasi rawa jangka menengah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun dengan memperhatikan kelayakan dari segi teknik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. (3) Rencana reklamasi rawa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri setelah berkonsultasi dengan Menteri lain terkait (4) Rencana reklamasi rawa yang telah ditetapkan Menteri sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) merupakan dasar pelaksanaan reklamasi rawa. (5) Menteri menyampaikan rencana reklamasi rawa sebagairnana dimaksud dalam ayat (3) kepada Gubemur Kepala Daerah yang bersangkutan, untuk digunakan sebagai dasar pelaksanaan reklamasi rawa. (6) Dalam hal rencana reklamasi rawa sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) belum ditetapkan, maka rencana reklamasi rawa didasarkan pada hasil kesepakatan antara instansi terkait yang dikoordinasikan oleh Gubernur Kepala Daerah, dan ditetapkan oleh Menteri. Paragraf 2 Penyusunan Rencana Teknis Reklamasi Pasal 17 (1) Penyusunan rencana teknis reklamasi yang meliputi pembangunan jaringan reklamasi rawa baru, rehabilitasi dan peningkatan jaringan
  • 9. reklamasi rawa dilakukan oleh Direktorat Jenderal atau Pemerintah Daerah atau pihak swasta atau masyarakat. (2) Rencana teknis reklamasi sebegaimana dimaksud dalam ayat (I) disusun dan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Berdasarkan kerangka acuan yang telah ditertibkan oleh Direktorat Jenderal. b. Berdasarkan data, hasil survai, penelitian dan penyelidikan dengan spesifikasi teknis yang diterbitkan Direktorat Jenderal. c. Berwawasan lingkungan. d. Mencakup seluruh kebutuhan jaringan reklamasi dan fasilitas umum yang diperlukan, penyediaan fasilitas lain yang diperlukan. e. Dapat dipertanggung jawabkan dari segi teknik. (3) Rencana teknis reklamasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan disahkan oleb Direktorat Jenderal atau pejabat yang ditunjuk. Bagian Kedua Pembangunan Paragraf I Pembangunan Jaringan Reklamasi Rawa Baru Pasal 18 (1) Pembangunan jaringan reklamasi rawa baru dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal atau Pemerintah Daerah atau pihak swasta atau masyarakat setempat. (2) Dengan tidak mengurang ketentuan-ketentuan yang tercantum pada pasal 7, pembangunan jaringan reklamasi rawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi hal-hal sebagai berikut: a. Berdasarkan pada gambar rencana, syarat-syarat dan spesifikasi teknik yang tercakup dalam rencana teknis reklamasi rawa yang telah disusun sesuai dengan ketentuan pasal 17. b. Mempergunakan peralatan dan alat bantu yang memenuhi syarat. c. Berwawasan lingkungan. Pasal 19 (1) Pembangunan jaringan reklamasi rawa dilaksanakan secara bertahap dan atau dapat secara menyeluruh dengan memperhatikan kondisi teknis dan sosial ekonomi, dan lingkungan. (2) Pembangunan jaringan reklamasi rawa secara bertahap sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. Pembangunan tahap awal berupa pembangunan jaringan reklamasi sederhana berikut prasarana penunjang yang mendukung terciptanya kondisi lingkungan lahan siap huni dan atau layak untuk dimanfaatkan.
  • 10. b. Pembangunan tahap lanjutan berupa pembangunan jaringan reklamasi rawa semi teknis atau teknis berikut peningkatan prasarana penunjangnya guna mengoptimalkan produktivitas lahan. Paragraf 2 Garis Sempadan Pasal 20 (1) Untuk pengamanan jaringan reklamasi rawa yang dibangun oleh Pemerintah maupun pihak swasta ditetapkan adanya garis sempadan di kiri kanan saluran yang berfungsi untuk: a. Melindungi jaringan. b. Memberikan kemudahan bagi petugas dalam melaksanakan tugas eksploitasi dan pemeliharaan. c. Penyediaan tempat penimbunan hasil pengerukan/galian. d. Peningkatan fungsi jaringan. (2) Garis sempadan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk saluran primer dan sekunder pada jaringan reklamasi rawa baik rawa pantai maupun rawa pedalaman sekurang- kurangnya 2 1/2 (dua setengah) x (kali) lebar atas saluran, diukur dan as saluran. b. Untuk saluran tersier pada jaringan reklamasi rawa baik rawa pantai maupun rawa pedalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) meter diukur dari kaki tanggul sebetah Luar. c. Untuk saturan primer dan sekunder pada jaringan reklamasi rawa khusus untuk tambak baru sekurang-kurangnya 1 (satu) meter diukur dan kaki Langgit sebelah luar. (3) Lebar lahan yang dibatasi garis sempadan pada janingan rckiamasi rawa yang sudah dibangun dan dimanfaatkan masyarakat sebelum ditetapkannya peraturan ini diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah. (4) Dalam hal status lahan pada daerah sempadan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) merupakan hak milik seseorang, maka pemegang izin reklamasi wajib membebaskan lahan tersebut sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (5) Status lahan yang dibatasi garis sempadan pada jaringan reklamasi rawa baik yang dibangun Pemerintah maupun pihak swasta dikuasai oleh Negara. (6) Siapapun dilarang memanfaatkan lahan yang dibatasi garis sempadan untuk tujuan komenial dan yang mengancam kelestarian fungsi jaringan.
  • 11. Paragraf 3 Rehabilitasi dan Peningkatan Jaringan Pasal 21 (1) Dalam hal jaringan rawa yang secara dibangun sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 sudah menurun fungsinya atau belum secara optimal berfungsi, maka perlu dilaksanakan rehabililasi atau peningkatan. (2) Rehabilitasi atau peningkatan jaringan reklamasi rawa yang dibangun oleh Direkiorat Jenderal atau Pemerintah Daerah dilaksanakan oleh Direktorat yang menangani rawa atau Dinas. (3) Rehabilitas alau peningkatan jaringan reklamasi rawa yang dibangun oleh Direktorat Jenderai atau Pemerintah Daerah bekerjasarna dengan pihak swasta dilaksanakan bersama oleh pihak-pihak yang bersangkutan dalam pasa l4 ayat (2). (4) Rehabilitasi dan peningkatan jaringan reklamasi rawa yang dibangun pihak swasta atau masyarakat dilaksanakan oleh pihak yang bersangkutan. (5) Ketentuan sebagairnana dimaksud dalarn pasal 18 ayat (2) diberlakukan terhadap penyelenggaraan rehabilitas dan peningkatan jaringan reklamasi rawa. Paragraf 4 Penyerahan Jaringan Pasal 22 (1) Jaringan reklamasi rawa yang telah selesai dibangun oleh Direktorat Jenderal dan telah berfungsi dengan baik diserahkan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam hal Peraturan Pemerintah yang mengatur penyerahan urusan di bidang rawa kepada Pemerintah Daerah belum diterbitkan, maka penyerahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya menyangkut pengelolan jaringan. Bagian Ketiga Eksploitasi dan Pemeliharaan Paragraf 1 Lingkungan Tugas dan Pembiayaan Pasal 23 (1) Lingkup tugas eksploitasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi rawa mengikuti kegiaian-kegiatan: a. Eksploitasi, terdiri dari: 1. Mengumpulkan, memproses, mengevaluasi data curah hujan, daftar pasang surut luas tanam dan lain-lain.
  • 12. 2. Inventarisasi panjang saluran, panjang tanggul, jumlah bangunan air, daerah reklamasi rawa berikut luas lahannya, jumlah personil, fasilitas. 3. Pekerjaan kalibrasi pintu air / alat pengukur. 4. Melaksanakan tata pengatur air. b. Pemeiiharaan terdiri dari : 1. Pemeriksaan kondisi jaringan reklamasi rawa. 2. Pemeriksaan rutin jaringan reklamasi rawa. 3. Pemeliharaan berkala jaringan reklamasi rawa. 4. Perbaikan jaringan reklamasi rawa. (2) Direkiorat Jenderal memberikan pedoman eksploitasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi rawa kepada pihak yang melaksanakan tugas eksploitasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalarn aya (1). Pasal 24 (1) Eksplotasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi rawa yang pembangunannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal atau Pemerintah Daerah, menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. (2) Ekaploitasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi yang oleh Direktorat atau Pemeriniah Daerah bekerjasama dengan pihak Swasta menjadi tanggung jawab bersama oleh pihak-pihak yang membangun berdasarkan perjanjian kerjasamna sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2). (3) Eksploitasi dan pemeliharaan ringan reklamasi rawa yang dibangun oleh pihak swasta dan masyarakat menjadi tanggung jawab pihak yang membangun. (4) Eksploitasi dan pemeiharaan saluran tersier saluran lainnya dalam petak tersier beserta bangunan pelengkapnya menjadi tanggung jawab masyarakat pemakai air. (5) Dengan mempertimbangkan kondisi serta kemampuan Pemerintah Daerah, Menteri dapat memberi bantuan pembiayaan penyelenggaraan eksploitasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2). Paragraf 2 Pemanfaatan Pasal 25 (1) Pemanfaatan jaringan reklamasi rawa yang dibangun oleh Direktorat Jenderal baik yang menyangkut air maupun jaringan, bagi keperluan yang bersifat komersial harus mendapat izin terlebih dahulu dari Gubernur Kepala Daerah, kecuali untuk lalu lintas dan angkutan air diatur sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 Pasal 30. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Pemerintah Daerah, dengan memperhatikan tata cara
  • 13. dan persyaratan perijinan yang ditelapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 49/PRT/1990. (3) Pemanfaatan jaringan reklamasi rawa baik yang menyangkut air maupun jaringan, bagi keperluan lain dan tujuan semula harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang. Pasal 26 Pemanfaatan lahan sebagai hasil reklamasi rawa diatur lebih lanjut oleh instansi yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Paragraf 3 luran Pembiayaan Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa Pasal 27 (1) Untuk membantu pembiayaan eksploitasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi rawa pada saluran primer dan sekunder dapat ditetapkan adanya iuran pembiayaan eksploitasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi rawa. (2) Iuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikenakan terhadap para pemanfaat jaringan rawa yang dibangun Pemerintah baik yang menyangkut air maupun jaringannya. (3) Perhitungan besarnya iuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan pada: a. Tingkat kehandalan pelayanan jaringan reklamasi rawa; b. Luas areal yang memperoleh pelayanan air; c. Jenis pemanfaatan lahan dan tingkat keragaan lahan. (4) Penetapan besarnya iuran dan tata cara pemungutannya diatur oleh Pemerintah Daerah. Paragraf 4 Perkumpulan Petani Pemakai Air Pasal 28 (1) Untuk mendukung eksploitasi dan pemeliharaan saluran tersier dan suluran airnya dalam petak tersier berserta bangunan pelengkapnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (4) semua pihak yang memanfaatkan air dan jaringan membentuk organisasi perkumputan petani pemakai air. (12) Gubernur Kepala Daerah mengatur lebih lanjut mengenai pembentukun dan pengembangan organisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
  • 14. BAB IV BIMBINGAN DAN PENGAWASAN Bagian Pertama Bimbingan Pasal 29 (1) Direktur Jenderal melaksanakan bimbingan yang dilakukan oleh Direktorat yang mengenai rawa / Kepala Karnor Wilayah terhadap reklamasi rawa. (2) Direktur Jenderal dalam melaksanakan bimbingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berdasarkan pada : a. Perencanaan teknis reklamasi rawa b. Pedoman pelaksanaan yang berkaitan dengan perizinan reklamasi rawa; c. Pedoman pelaksanaan yang berkaitan dengan pengamanan jaringan reklamasi rawa. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) akan diatur dengan keputusan tersendiri. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 3O (1) Direktur Jenderal melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan reklamasi rawa. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah untuk penyelenggaraan reklamasi rawa yang menjadi wewenang Menteri dan Kepala Dinas untuk penyelenggaraan reklamasi rawa yang menjadi wewenang Pemerintah Daerah. (3) Hasil pelaksanaan pengawasan Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaportan kepada Gubernur Kepala Daerah. BAB V SANKSI Pasal 31 Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam Pasal 7 ,Pasal 9, Pasal 4, Pasal 17 ayat (3), Pasal 20 ayat (6), dan Pasal 25 Peraturan Menteri ini dapat dikenakan sanksi berupa : a. Sanksi pidana sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tennang Pengairan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang rawa dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku; b. Sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
  • 15. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 32 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, ketentuan-ketentuan yang telah dilaksanakan mengenai reklamasi rawa, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini atau diganti atau diubah berdasarkan Peraturan Menteri ini. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 33 (1) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. (2) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Menteri ini akan ditetapkan dengan Keputusan tersendiri. (3) Peraturan Menteri ini disebarluaskan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan. Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal : 27 Febuari 1993 Menteri Pekerjaan Umum Ttd Radinal Moochtar __________________________________