Dokumen tersebut membahas berbagai metode pembelajaran dalam pendidikan Islam, mulai dari metode tradisional seperti halaqah, hafalan, mudzakarah, dan munadzarah. Juga dibahas metode dikte dan rihlah ilmiah yang melibatkan perjalanan untuk menuntut ilmu. Tujuan akhir pendidikan Islam adalah terwujudnya kepribadian muslim yang menganut nilai-nilai agama.
2. Ahmad D. Marimba mengemukakan ada dua macam
tujuan pendidikan Islam yaitu tujuan sementara dan
tujuan akhir.
1. Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah sasaran sementara yang harus dicapai oleh
ummat islam yang melaksanakan pendidikan islam. Tujuan
sementara disini yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti
kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis,
kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani dan
rohani dan sebagainya. Seorang dikatakan mencapai kedewasaan
rohaniah apabila ia telah dapat memilih sendiri, memutuskan
sendiri dan bertanggung jawab sendiri sesuai dengan nilai-nilai yang
dianutnya. Dengan demikian, maka mencapai kedewasaan
merupakan tujuan sementara untuk mencapai tujuan akhir.
3. 2. Tujuan Akhir
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam yaitu terwujudnya
keperibadian muslim. yaitu keperibadian yang seluruh
aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan nilai-
nilai ajaran Islam, ringkasnya yang dimaksud disini seperti
aspek kejasmanian, kejiwaan, dan kerohanian yang luhur.
Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung : CV Pustaka Setia, 1998 ), Cet
I : hlm 68 - 69
4. Menurut A. Rosmiaty Aziz dalam buku Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta:
Sibuku, 2016) Ilmu pendidikan Islam memiliki arti dan peranan penting
dalam kehidupan. Hal tersebut disebabkan ilmu pendidikan selalu
memiliki fungsi sebagai berikut:
1. la melakukan pembuktian terhadap teori-teori pendidikan Islam yang
merangkum aspirasi atau cita-cita Islam yang harus diikhtisarkan agar
menjadi kenyataan.
2. la memberikan bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan
dalam segala aspeknya bagi pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan
Islam tersebut ia memberikan bahan masukan yang berharga (input)
kepada ilmu ini. Mekanisme proses kependidikan Islam dari segi
operasional dapat dipersamakan dengan mekanisme yang berasal dari
penerimaan input (bahan masukan), lalu diproses dalam kegiatan
pendidikan (dalam bentuk kelembagaan atau nonkelembagaan yang
disebut trufut), kemudian berakhir pada output (hasil yang diharapkan).
5. 2. la memberikan bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan
pendidikan dalam segala aspeknya bagi pengembangan ilmu
pengetahuan pendidikan Islam tersebut ia memberikan bahan masukan
yang berharga (input) kepada ilmu ini. Mekanisme proses kependidikan
Islam dari segi operasional dapat dipersamakan dengan mekanisme yang
berasal dari penerimaan input (bahan masukan), lalu diproses dalam
kegiatan pendidikan (dalam bentuk kelembagaan atau nonkelembagaan
yang disebut trufut), kemudian berakhir pada output (hasil yang
diharapkan).
Dari hasil yang diharapkan itu timbul umpan balik (feed Bach) yang
mengoreksi bahan masukan (input). Mekanisme proses semacam ini
berlangsung terus selama proses pendidikan terjadi. Semakin banyak
diperoleh bahan masukan (input) dari pengalaman operasional itu,
semakin berkembang juga pendidikan agama Islam.
6. 3. Disamping itu juga menjadi pengoreksi (korektor)
terhadap kekurangan teori-teori yang terdapat dalam ilmu
pendidikan Islam itu sendiri, sehingga pertemuan antara
teori dan praktek semakin dekat, dan hubung~ antara
keduanya semakin bersifat interaktif (saling mempengaruhi)
A. Rosmiaty Aziz, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Sibuku, 2016).
7. Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam, metode pembelajaran yang
diterapkan telah mengalami berbagai perubahan dan pengembangan. Ahli
sejarah mencatat, beberapa bentuk metode pendidikan Islam yaitu:
1. Halaqah
Halaqah artinya ialah sebuah perkumpulan yang melingkar (pengajian yang
dilakukan dengan duduk melingkar). Dinamakan demikian, karena guru
duduk di tengah-tengah sebuah mimbar, sedangkan murid-murid duduk
dengan membentuk setengah lingkaran di depan guru. Lingkaran tersebut
dibentuk menurut tingkatannya.
8. 2. Hafalan
Pada masa Islam klasik, hafalan memiliki peranan penting
dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini selain karena daya hafal
bangsa Arab yang kuat, juga karena hanya hafalanlah yang
efektif digunakan pada masa itu. Pengetahuan terletak dalam
hati, bukanlah dalam catatan. Jangan tergoda oleh permainan
dan kesenangan. Hafalkan, pahami, dan kerja keraslah untuk
meraihnya. Hanya usaha keras yang engkau butuhkan, tidak
yang lain.
9. 3. Mudzakarah
Dalam kajian ilmu-ilmu humaniora, istilah mudzakarah paling
sering digunakan dalam arti diskusi ilmiah. Dalam satu
mudzakarah, beberapa orang terlibat dalam percakapan
tentang tema atau pelajaran tertentu. Mereka saling bertukar
pendapat dan pengetahuan, sehingga setiap orang yang
terlibat memperoleh manfaat, begitu pula orang yang hadir
hanya untuk mendengarkan.
10. 4. Munadzarah
Munadzarah merupakan suatu metode pendidikan Islam
pada masa klasik, yaitu dengan cara berdiskusi. Dalam
munadzarah kefasihan lidah berbicara dan memiliki
ilmu yang luas sangat diandalkan.
Pertanyaanpertanyaan yang diajukan harus dengan tata
cara yang berlaku. Tujuan murid mengajukan
pertanyaan harus benar-benar ingin mendalami ilmu
pengetahuan tersebut, bukan untuk berdebat dan bukan
pula karena ingin dikagumi orang lain.
11. 5. Metode Dikte (Imlak)
Metode ini dilaksanakan oleh guru dengan cara memberikan
pelajaran dari hafalan, atau dari catatan yang telah ditulisnya
lebih dahulu dibacakan kepada murid. Pendiktean dilakukan
dengan lambat, yaitu satu alinea atau satu hadis disertai
dengan sanadnya dan para murid menuliskan apa yang
didiketekan Syekh mereka. Setelah selesai mendiktekan
materi pelajaran, Syekh memberikan penjelasan atau
penafsiran terhadap materi tersebut.
12. 6. Rihlah Ilmiah
Rihlah ilmiah digunakan untuk setiap perjalanan yang bertujuan
menuntut ilmu, mencari tempat belajar yang baik, mencari guru
yang lebih baik pula, atau perjalanan seorang ilmuan ke berbagai
tempat yang dilakukan secara formal melakukan aktivitas
akademis atau rihlah ilmiah bisa mencakup sebuah perjalanan yang
memang direncanakan untuk tujuan ilmiah (belajar, mengajar,
diskusi, mencari kitab dan sebagainya) atau sekedar perjalanan
biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam
kegiatan ilmuan. Adapun fungsi rihlah ilmiah diantaranya:
1. Cara untuk mencari guru yang baik.
2. 2. Cara untuk memperluas wawasan.
3. 3. Modus penyebaran ilmu pengetahuan.
4. 4. Perajut kesatuan peradan Islam.
Lahmuddin Lubis and Wina Asry, Ilmu Pendidikan Islam (Medan: Perdana Publishing, 2020).