SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Teknik Instalasi Listrik
4. Hukum Kirchhoff
4.1. Hukum Kirchhoff pertama (hukum titik simpul)
Pada rangkaian parallel selalu menghasilkan apa yang disebut dengan titik
percabangan, yang juga dikenal sebagai titik simpul.
Pada titik tersebut arusnya bercabang. Dalam hal ini sesuai dengan aturan
tertentu.
Contoh:
Gambar 2.18 Percabangan arus
A
I = 5 A1 I = 6 A4
Kita amati misalnya pada titik A beberapa arus sebagaimana diperlihatkan,
maka ditemukan bahwa arus I1 dan I2 mengalir masuk menuju titik simpul A,
sedangkan arus I3, I4 dan I5 mengalir keluar (meninggalkannya). Disini terbukti
bahwa nilai arus yang masuk besarnya sama dengan nilai arus yang keluar.
Hukum Kirchhoff pertama (titik simpul):
Disetiap titik simpul (cabang), jumlah arus yang masuk besarnya
sama dengan jumlah arus yang keluar.
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
Dengan bantuan rumus ini, maka arus yang belum diketahui pada suatu titik
percabangan arus, dapat ditentukan besarnya.
Contoh:
Berapa besarnya arus I2 pada rangkaian dibawah ini ?
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 74
Teknik Instalasi Listrik
Gambar 2.19 Rangkaian parallel
I = 1 2 A I 2
R 2
R 3
I = 5 A1
I = 4 A3
R 1
Jawab: I = I1 + I2 + I3 dijabarkan ke I2 menjadi;
I2 = I - I1 - I3 ; I2 = 12 A - 5 A - 4 A = 3 A
4.2. Hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala)
Pada suatu rangkaian arus tertutup (jala-jala) terdapat suatu pembagian
tegangan yang sangat tertentu. Pembagian tegangan tersebut dapat dihitung
dengan menggunakan rumus yang sesuai.
Contoh:
U = 8 V2 U = 1 2 V3
U = 1 2 VS 2
I = 0 ,2 A
R = 6 0 Ω3
U = 1 2 VS 1
U = 4 V1
R = 2 0 Ω1 R = 4 0 Ω2
Gambar 2.20
Rangkaian arus dengan dua sumber tegangan
Kedua sumber tegangan dengan tegangan sumber US1 dan US2 elektron-
elektronnya menggabungkan diri dalam memberikan pengaruhnya secara
keseluruhan. Disini sumber tegangan tersebut bereaksi dalam arah yang sama.
Mereka mengendalikan arus I sesuai dengan tahanan yang ada.
A0,2
120
V24
60+4020
V12+V12
;
+
+
321
S2S1
=
Ω
=
ΩΩ+Ω
=
+
= II
RRR
UU
Arus I merupakan penyebab terjadinya tegangan jatuh pada tahanan R1, R2 , R3
U R U
U R U
U R U
1 1 1
2 2 2
3 3 3
= ; = 0,2 A 20 = 4 V
= ; = 0,2 A 40 = 8 V
= ; = 0,2 A 60 = 12 V
I
I
I
⋅ ⋅
⋅ ⋅
⋅ ⋅
Ω
Ω
Ω
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 75
Teknik Instalasi Listrik
Pada suatu persamaan antara tegangan sumber dengan tegangan jatuh
diketahui, bahwa hal tersebut sama besarnya, artinya yaitu tegangan sumber
terbagi kedalam rangkaian arus secara keseluruhan.
Dari situ dapat disimpulkan hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala):
Disetiap rangkaian arus tertutup, jumlah tegangan sumber besarnya
sama dengan jumlah semua tegangan jatuh.
US1 + US2 = I . R1 + I . R2 + I . R3
Dalam praktiknya suatu rangkaian arus biasanya hanya terdiri atas sebuah
tegangan sumber dan satu atau beberapa beban.
I
R 1
U S
R 2
Gambar 2.21
Rangkaian arus dengan sebuah sumber tegangan
Disini berlaku:
US = I . R1 + I . R2
Kita hubungkan lampu seperti yang tersebut diatas pada suatu kotak kontak,
dengan demikian maka tegangan klem U kotak kontak dalam hal ini berfungsi
sebagai tegangan sumber US.
Gambar 2.22
Rangkaian arus dengan suatu tegangan klem
I
R 1
U
R 2
Maka berlaku:
U = I . R1 + I . R2; disederhanakan menjadi: U = I (R1 + R2)
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 76
Teknik Instalasi Listrik
Hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala) dapat digunakan untuk bermacam-
macam. Dia memungkinkan untuk menentukan suatu tegangan sumber yang
belum diketahui, arus atau suatu tahanan.
Contoh:
Berapa besarnya nilai arus yang ditunjukkan amperemeter pada
rangkaian dibawah ini ?
Gambar 2.23
Rangkaian arus dengan amperemeter
R = 6 Ω1
U = 1 ,5 VS 1
U = 1 ,5 VS 2 U = 1 ,5 VS 3
R = 1 2 Ω2
A
Jawaban:
Tegangan sumber semuanya berpengaruh dengan arah yang sama,
pengaruhnya saling menggabungkan diri. Maka berlaku hukum Kirchhoff kedua
(hukum jala-jala) :
US1 + US2 + US3 = I . R1 + I . R2
US1 + US2 + US3 = I . (R1 + R2)
A0,25
Ω18
V4,5
Ω12+Ω6
V1,5+V1,5+V1,5
I;
R+R
U+U+U
I
21
S3S2S1
====
5. Rangkaian campuran
Suatu rangkaian yang terdiri atas rangkaian seri dan rangkaian parallel, disebut
sebagai rangkaian campuran atau rangkaian kelompok.
5.1. Rangkaian seri lanjutan
Contoh:
Hitunglah tahanan pengganti Rpengganti untuk seluruh rangkaian dan arus
bagian I1 dan I2 pada rangkaian berikut ini.
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 77
Teknik Instalasi Listrik
I
U = 7 V
R = 1 0 Ω3
R = 2 0 Ω2
R = 5 Ω1
Gambar 2.27 Rangkaian seri lanjutan
Jawab: Rangkaian parallel
R
R R
R R
R1,2
1 2
1 2
1,2
2
;
5 20
5 20
100
25
= 4=
⋅
+
=
⋅
+
=
Ω Ω
Ω Ω
Ω
Ω
Ω
I
U = 7 V
R = 1 0 Ω3 R = 4 Ω1 ,2
Gambar 2.28 Rangkaian pengganti 1
Rangkaian seri
Rpengganti = R3 + R1,2 ; Rpengganti = 10 Ω + 4 Ω = 14 Ω
I
U = 7 V
R = 1 4 Ωp e n g g a n t i
Gambar 2.29 Rangkaian pengganti 2
Arus total
I I= = =
U
Rpengganti
7 V
14
0,5 A;
Ω
Arus I menyebabkan terjadinya tegangan jatuh pada R3
U R U3 3 3; 0,5 A 10 W = 5 V= ⋅ = ⋅I
Dengan begitu maka sisanya untuk rangkaian parallel R1,2
U U U U1 3 1; 7 V 5 V = 2 V= − = −
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 78
Teknik Instalasi Listrik
I
U = 7 V
U = 2 V1
R = 4 Ω1 ,2R = 1 0 Ω3
U = 5 V3
Gambar 2.30 Rangkaian pengganti 1
Sekarang dengan tegangan jatuh U1 yang sudah diketahui dan tahanan R1 dan
R2 yang ada, maka arus bagian I1 dan I2 dapat dihitung dengan hukum ohm.
I I
I I
1
1
1
1
2
1
2
2
;
2 V
5
= 0,4 A
2 V
20
= 0,1 A
= =
= ; =
U
R
U
R
Ω
Ω
Untuk diperhatikan:
Suatu rangkaian seri yang berisi/mengandung rangkaian parallel,
maka pertama-tama dihitung dahulu rangkaian parallelnya.
5.2. Rangkaian parallel lanjutan
Contoh:
Tiga tahanan terhubung seperti pada gambar 2.31
Tentukan tahanan pengganti, arus bagian dan tegangan bagian !
U = 1 2 V
R = 4 0 Ω2
R = 1 2 0 Ω3
I
R = 2 0 Ω1I 1
I 2 Gambar 2.31
Rangkaian parallel
lanjutan
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 79
Teknik Instalasi Listrik
Jawab: Rangkaian seri
R1,2 = R1 + R2 ; R1,2 = 20 Ω + 40 Ω = 60 Ω
U = 1 2 V
R = 1 2 0 Ω3
R = 6 0 Ω1 ,2
I
Gambar 2.32 Rangkaian pengganti 1
Rangkaian parallel
R
R
R R
Rpengganti
1,2 3
1,2 3
pengganti
2
R
;
60 120
60 120
7200
180
= 40=
⋅
+
=
⋅
+
=
Ω Ω
Ω Ω
Ω
Ω
Ω
R = 4 0 Ωp e n g g a n t i
U = 1 2 V
I Gambar 2.33 Rangkaian pengganti 2
Arus total
I I= = =
U
Rpengganti
;
12 V
40
0,3 A
Ω
Pada tahanan R3 terdapat tegangan jatuh U = 12 V, demikian pula pada
tahanan bersama R1 dan R2 .
Dengan demikian dapat ditentukan:
I I
I I
2
3
2
1
1,2
1
= ; =
12 V
120
= 0,1 A
= ; =
12 V
60
= 0,2 A
U
R
U
R
Ω
Ω
Arus I1 menyebabkan terjadinya tegangan jatuh pada R1 :
U R U1 1 1 1; 0,2 A 20 = 4 V= ⋅ = ⋅I Ω
Pada tahanan R2 :
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 80
Teknik Instalasi Listrik
U R U2 1 2 2; 0,2 A 40 = 8 V= ⋅ = ⋅I Ω
Untuk diperhatikan:
Suatu rangkaian parallel yang berisi/mengandung rangkaian seri,
maka pertama-tama dihitung dahulu rangkaian serinya.
5.3. Pembagi tegangan berbeban
Dari suatu pembagi tegangan tanpa beban, jika sebuah beban terhubung
padanya, maka menjadi suatu pembagi tegangan berbeban dan dengan
demikian berarti suatu rangkaian campuran (lihat gambar 2.34).
I
U
R bU b
I q
I A r u s k o m p o n e n q u a d r a t
I A r u s b e b a nb
q
R 1
I b
R 2
Gambar 2.34 Pembagi tegangan berbeban
Tegangan jatuh pemakaian (tegangan beban) terletak pada tahanan parallel
R2,b. Tegangan total U berpengaruh pada tahanan total R1 + R2,b
Dengan demikian sebagai rumus pembagi tegangan berlaku:
U
U
R
R R
b 2,b
1 2,b+
=
Rumus pembagi tegangan
(pembagi tegangan berbeban)
R
R R
R R
2,b
2 b
2 b+
=
⋅ R2b tahanan parallel dalam Ω
R1 tahanan bagian dalam Ω
U tegangan total dalam V
Ub tegangan beban dalam V
Contoh:
Tentukanlah tegangan Ub untuk pembagi tegangan berikut ini
a) dengan tahanan beban
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 81
Teknik Instalasi Listrik
b) tanpa tahanan beban!
U = 1 4 0 V
R = 1 0 kbU b
I q
R = 2 0 k1
R =
4 0 k
2
I
I b
Gambar 2.35
Pembagi tegangan berbeban
Jawab: a) Dari rumus pembagi tegangan (berbeban) menjadi:
U = U
R
R + R
Ub
2,b
1 2,b
b =
140 V 8000
28 000
40 V:
⋅
=
Ω
Ω
Tahanan parallel
R
R R
R R
R2,b
2 b
2 b
2,b
2
=
+
: =
40 k 10 k
40 k 10 k
400 (k )
50 k
8 k
⋅ ⋅
+
= =
Ω Ω
Ω Ω
Ω
Ω
Ω
Tahanan total
R R R Rtotal 1 2,b total= + : = 20 k + 8 k 28 kΩ Ω Ω=
b) Dari rumus pembagi tegangan (tanpa beban)
U U
R
R R
Ub
' 2
1 2
b
'
=
+
: =
140 V 40 000
60 000
93,3 V
⋅
=
Ω
Ω
Menarik perhatian, bahwa melalui pembebanan tegangan keluaran berkurang
sangat besar.
Penyebabnya, bahwa melalui tahanan beban maka tahanan total rangkaian
mengecil, dengan begitu penyerapan arusnya meningkat dan tegangan jatuh
pada tahanan R1 lebih besar oleh karenanya tegangan Ub menjadi lebih kecil.
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 82
Teknik Instalasi Listrik
Untuk memperkecil perbedaan tegangan pada pembagi tegangan dari tanpa
beban ke berbeban, tahanan beban terpasang harus lebih besar dari tahanan
total pembagi tegangan. Tetapi dalam hal ini harus diperhatikan, bahwa tahanan
pembagi tegangan jangan sampai menjadi terlalu kecil, disini jika tidak, maka
akan mengalir arus Iq yang besar dan terjadi kerugian yang besar.
Pemakaian: oleh karenanya pembagi tegangan berbeban hanya dipasang, jika
dia tidak ada kegunaannya, untuk menetapkan suatu pembangkit tegangannya
sendiri atau hal tersebut tidak mungkin atau, jika arus yang melalui beban dapat
dipertahankan kecil.
5.4. Jembatan tahanan
Jembatan tahanan yaitu, seperti diperlihatkan pada rangkaian dibawah, praktis
merupakan suatu rangkaian parallel dua pembagi tegangan tanpa beban.
Gambar 2.36 Jembatan tahanan U
I
C DR B
R 4R 3
R 2A
B
R 1
Penghubung A ke B disebut sebagai jembatan (jembatan tahanan).
Melalui tahanan jembatan mengalir suatu arus, jika pada tahanan ini terdapat
tegangan, artinya, jika antara titik A dan titik B terjadi perbedaan potensial.
Titik A dan titik B menunjukkan potensial yang sama besar, maka perbedaan
potensialnya nol dan tahanan jembatan bebas/tidak berarus.
Titik A dan titik B mempunyai potensial sama, jika tegangan jatuh pada R1 dan
R3 sama besarnya, jadi artinya, apabila perbandingan tahanan pembagi
tegangan sama besarnya.
Ditulis dalam bentuk rumus:
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 83
Teknik Instalasi Listrik
R
R
R
R
1
2
3
4
=
Persamaan jembatan
(syarat keseimbangan)
Suatu rangkaian jembatan, yang memenuhi persamaan diatas, dikatakan
“balance=seimbang”.
Kita ubah salah satu tahanan dari empat buah tahanan tersebut, maka
jembatan tidak lagi seimbang. Pada jembatan mengalir arus kompensasi.
Suatu perubahan tegangan terpasang U tidak berpengaruh pada perbedaan
potensial antara titik A dan B, dalam hal ini perbandingan tahanannya tetap
maka tegangannya tidak berubah.
Rangkaian jembatan digunakan misalnya untuk menentukan besarnya tahanan
dan dikenal sebagai jembatan Wheatstone.
Lembar Latihan/Evaluasi
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 84
Teknik Instalasi Listrik
1. Bagaimana formula tiga bentuk hukum Ohm ?
2. Bagaimana perubahan arus dalam suatu rangkaian arus sederhana, jika
tegangan yang terpasang berkurang 10 % ?
3. Bagaimana perubahan arus dalam suatu tahanan geser, jika tegangan yang
terpasang diperbesar tiga kali dan nilai tahanan setengahnya.
4. Bagaimana bentuk grafiknya, jika misalnya kita ingin menggambar grafik
tahanan untuk tahanan R = 90 Ω ?
5. Berapa kuat arus pada suatu rangkaian arus, yang tersusun atas tahanan
total 40 Ω dan tegangan sumber 220 V ?
6. Pada suatu rangkaian arus, kuat arusnya meningkat dari 3 A menjadi 4 A.
Berapa kenaikan tegangan, jika tahanannya tetap konstan 20 Ω ?
7. Berapa prosen tahanan suatu rangkaian arus harus berubah, jika pada
tegangan 220 V kuat arusnya berkurang dari 11 A menjadi 10 A ?
8. Berapa besarnya tahanan suatu kumparan magnit, jika pada tegangan
searah sebesar 110 V kumparan tersebut menyerap arus 5,5 A ?
9. Seorang pekerja dengan tidak sengaja telah menyentuh dua penghantar
telanjang suatu jala-jala dengan tegangan jala-jala 220 V.
Berapa ampere arus mengalir melalui badannya, jika tahanan badannya
sebesar 1000 Ω ?
Arus yang mengalir menjadi berapa ampere pada tegangan 6000 V ?
10. Gambarkanlah grafik tegangan fungsi arus (grafik tahanan) untuk tiga
tahanan yang konstan 5 Ω, 10 Ω dan 30 Ω (skala 5 V ≅ 1 cm; 1 A ≅ 1 cm).
11.Bagaimanakah menghitung tahanan total beberapa tahanan yang dihubung
seri ?
12.Pada rangkaian seri, tahanan yang mana memiliki tegangan yang besar ?
13.Apa yang dimaksud dengan tahanan pengganti ?
14.Mengapa pada pemakaian (beban) jarang digunakan rangkaian seri ?
15.Apa yang anda ketahui tentang potensiometer ?
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 85
Teknik Instalasi Listrik
16.Suatu pembagi tegangan berguna untuk apa ?
17.Kapan kita gunakan pembagi tegangan dan kapan tahanan depan ?
18.Kerugian apa yang terjadi pada pemakaian suatu tahanan depan ?
19.Bagaimana terjadinya tegangan jatuh pada suatu penghantar ?
20.Tergantung apakah besarnya tegangan jatuh ?
21.Tegangan jatuh berakibat apa pada penghantar ?
22.Mengapa perusahaan pembangkit tenaga memberitahukan tegangan jatuh
yang diijinkan pada penghantar ?
23. Berapa ampere arus yang mengalir pada suatu rangkaian seri dengan
tahanan R1 = 100 Ω dan R2 = 300 Ω pada tegangan sumber 200 V ?
24. Suatu deretan lampu hias sebanyak 16 biji terhubung pada 220 V.
Berapa volt tegangan tiap bijinya ?
25. Tiga tahanan R1 = 20 Ω; R2 = 50 Ω dan R3 = 80 Ω terhubung seri. Pada
tahanan R2 harus terjadi tegangan U2 = 10 V.
a) Gambarkan rangkaiannya !
b) Berapa besarnya arus yang harus mengalir melalui rangkaian ?
c) Berapa besarnya tegangan total harus terpasang ?
26. Pada suatu pembagi tegangan dengan tahanan R1 = 5 MΩ dan R2 = 12 MΩ
dipasang tegangan U = 200 V.
Berapa besarnya tegangan yang terambil ?
27. Suatu pembagi tegangan tanpa beban tegangan 120 V harus terbagi dalam
100 V dan 20 V. Dalam hal ini pembagi tegangan boleh menyerap arus
paling tinggi 10 mA.
a) Berapa besarnya tahanan total harus tersedia ?
b) Bagaimana tahanan total terbagi ?
28. Suatu kumparan pada tegangan 220 V dialiri arus sebesar 1 A. Dengan
bantuan tahanan depan arus yang melalui kumparan harus berkurang
sebesar 10 %.
Berapa besarnya tahanan depan yang diperlukan ?
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 86
Teknik Instalasi Listrik
29. Melalui suatu tahanan depan harus bertegangan 50 V pada arus maksimal
2,5 A.
Berapa besarnya tahanan depan ?
30. Berapa besarnya tegangan jatuh yang terjadi pada suatu penghantar
tembaga, jika luas penampangnya 120 mm2
dan arus sebesar 50 A
ditransfer sejauh 250 m ?
31. Berapa luas penampang yang dipilih, jika suatu arus sebesar 20 A harus
ditransfer sejauh 40 m pada tegangan jatuh 3 % dengan U = 220 V ? Bahan
yang digunakan tembaga.
32. Suatu penghantar tembaga panjang 150 m dan terdiri atas dua inti dengan
luas penampang masing-masing 16 mm2
. Dicatu dengan suatu tegangan
sebesar 235 V, yang pada pembebanan tidak juga berkurang.
Berapa besarnya arus hubung singkat, jika inti-inti pada ujung penghantar
dengan tidak sengaja terhubung singkat ?
33.Jelaskan, mengapa pada suatu rangkaian parallel melalui tahanan yang
besar mengalir arus yang kecil ?
34. Sebagai tahanan total untuk suatu rangkaian parallel yang terdiri atas tiga
tahanan dengan nilai 50 Ω, 100 Ω, dan 500 Ω diberikan nilai 120 Ω.
Mengapa nilai tersebut tidak dapat tepat sama besarnya ?
35.Bagaimana persamaan untuk menghitung tahanan total dua buah tahanan
yang dihubung parallel ?
36.Untuk sebuah tahanan R, 4 buah tahanan yang sama besarnya dihubung
parallel dan terpasang pada suatu tegangan.
Bagaimana perubahan arus total dan tahanan total yang terjadi didalam
rangkaian arus ?
35. Mengapa semua peralatan, praktis didalam praktiknya dihubung secara
parallel ?
36. Berapa besarnya tahanan samping (tahanan shunt) harus dipasang agar
pada suatu beban dengan tahanan R = 90 Ω mengalir arus setengahnya ?
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 87
Teknik Instalasi Listrik
39. Dua tahanan 2,5 Ω dan 4 Ω terhubung parallel.
Berapa besarnya tahanan total ?
40. Tiga buah jam listrik masing-masing dengan tahanan 300 Ω dirangkai
parallel dan dihubung pada 12 V.
Berapa besarnya arus total mengalir didalam instalasi ?
41. Tiga buah jam duduk 5 Ω, 8 Ω dan 10 Ω dihubung parallel pada 6 V.
Berapa besarnya tahanan total dan arus total yang mengalir ?
42. Didalam penghantar dengan tahanan R1 = 90 Ω dan R2 = 90 Ω mengalir arus
sebesar I = 15 A.
a) Berapa besarnya arus disetiap cabang ?
b) Berapa tegangan jatuh pada tahanan-tahanan tersebut ?
43. Melalui sebuah lampu pijar dengan R1 = 20 Ω mengalir arus 500 mA.
Sebuah tahanan R2 = 0,5 Ω dipasang parallel dengan lampu tersebut.
Berapa besarnya kuat arus didalam tahanan R2 ?
44. Nilai tahanan suatu rangkaian besarnya R1 = 50 Ω, dengan memasang
tahanan kedua yang dihubungkan secara parallel, tahanan totalnya harus
berubah menjadi Rtot = 40 Ω.
Berapa besarnya nilai tahanan kedua yang sesuai ?
45.Dalam teknik listrik apa yang dimaksud dengan suatu titik simpul (cabang) ?
46.Bagaimana bunyi hukum Kirchhoff kesatu, yang juga dikenal dengan hukum
titik simpul (cabang) ?
47.Dalam teknik listrik, apa yang dimaksud dengan suatu jala-jala ?
48.Mengapa pada suatu rangkaian arus listrik tertutup, tegangan jatuh tidak
pernah dapat lebih besar daripada tegangan sumber ?
49.Lima macam arus mengalir masuk maupun keluar dari titik simpul (gb. 2.37)
Berapa besarnya arus I2 dan bagaimana arahnya ?
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 88
Teknik Instalasi Listrik
G a m b a r 2 . 3 7 P e r c a b a n g a n a r u s
A
I = 1 2 A1
I = 2 A5
I = 5 A3
I 2I = 8 A4
50.Lengkapilah pada rangkaian dibawah ini dengan arus yang masih tersisa !
G a m b a r 2 . 3 8 P e r c a b a n g a n a r u s
5 A
2 A
1 A
51.Pada rangkaian berikut (gambar 2.39) US1 = 1,5 V; US2 = 4,5 V;
R1 = 10 Ω dan R2 = 50 Ω.
G a m b a r 2 . 3 9 R a n g k a i a n a r u s
d e n g a n d u a s u m b e r t e g a n g a n
U S 1
U S 2
R 2R 1
a) Berapa besarnya arus I dan bagaimana arahnya ?
b) Berapa besarnya tegangan jatuh U1 dan U2 ?
52.Apa yang dimaksud dengan rangkaian campuran ?
53.Mengapa melalui pembebanan, tegangan keluaran suatu pembagi tegangan
berubah besarnya ?
54.Bagaimana syarat keseimbangan pada suatu rangkaian jembatan ?
55.Mengapa jembatan tahanan yang seimbang, melalui perubahan tegangan
sumber, tidak dapat keluar dari keseimbangannya ?
56.Apa pengaruh yang terjadi pada tahanan di percabangan jembatan pada
suatu jembatan tahanan yang dalam kondisi seimbang (balance) ?
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 89
Teknik Instalasi Listrik
57. Diberikan tiga tahanan 20 Ω, 40 Ω, 60 Ω.
Gambarkan rangkaian campuran yang mungkin terjadi dan tentukan
besarnya tahanan pengganti!
58. Bagaimana tiga tahanan masing-masing 6 Ω harus dihubungkan, agar
tahanan totalnya sebesar 4 Ω ?
59. Bagaimanakah tiga tahanan 3 Ω, 6 Ω dan 5 Ω harus dikombinasikan, agar
tahanan penggantinya menjadi 7 Ω ?
Gambarkan rangkaiannya dan buktikanlah melalui perhitungan!
60. Pada gambar rangkaian berikut (gambar 2.40) besarnya R1 = 3 Ω, R2 = 6 Ω,
R3 = 2 Ω, R4 = 20 Ω, R5 = 30 Ω dan R6 = 7 Ω; besarnya arus total I = 10 A.
Tentukanlah:
G a m b a r 2 .4 0 R a n g k a i a n c a m p u r a n
a ) t a h a n a n p e n g g a n t i
b ) t e g a n g a n b a g ia n
c ) a r u s c a b a n g
d ) t e g a n g a n t o t a l U !
U
R 5
R 6
R 1
R 2
R 3
R 4
I
61.Dari rangkaian berikut (gambar 2.41) berapa volt tegangan jatuh pada R2 ?
G a m b a r 2 . 4 1 R a n g k a i a n c a m p u r a n
U = 1 2 0 V
R 1 A
B
G a m b a r 2 .4 2 R a n g k a i a n c a m p u r a n
U
R 2
R 3 R 4
R 1 = 2 0 0 ΩR 1 = 2 0 0 Ω R 2 = 1 0 0 Ω
R 3 = 1 0 0 Ω
62.Dua buah lampu L1 (0,6 A/24 V) dan L2 (0,8 A/24 V) harus dirangkai seri dan
dengan data nominalnya beroperasi pada suatu jala-jala 110 V.
Berapa besarnya tahanan depan dan tahanan samping (tahanan shunt)
yang digunakan ?
63.Pada rangkaian tahanan (gambar 2.42) diberikan:
R1 = 15 Ω, R2 = 45 Ω, R3 = 25 Ω, R4 = 35 Ω dan U = 12 V.
Hitunglah:
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 90
Teknik Instalasi Listrik
a) arus bagian (cabang)
b) arus total
c) tegangan antara titik A dan B
64.Pada gambar 2.42 hubungkanlah titik A dan B melalui suatu “jembatan” dan
aturlah sedemikian rupa, hingga terjadi suatu keseimbangan jembatan.
Berapa besarnya tahanan R4 ?
65. Suatu pembagi tegangan dengan tahanan total 3 MΩ pada tegangan total 60
V harus menampilkan suatu tegangan bagian sebesar 5 V.
Berapa besarnya tahanan bagian ?
66. Suatu pembagi tegangan dengan tahanan bagian R1 = 80 kΩ dan R2 = 50
kΩ terpasang pada tegangan total U = 100 V.
a) Berapa tegangan bagian yang sesuai pada tahanan R2 ?
b) Berapa volt tegangan bagian U2 berkurang, jika sebuah tahanan beban
Rb = 50 kΩ dihubung parallel dengan R2 ?
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 91
Teknik Instalasi Listrik
Lembar Jawaban
1. Formula tiga bentuk hukum Ohm yaitu:
RIU;
I
U
R;
R
U
I •===
2. Arusnya juga berkurang sebesar 10 %
3. Arusnya menjadi 6 (enam) kali lebih besar
4. Pada tahanan yang tetap konstan (90 Ω) maka grafiknya berupa garis lurus.
5.
A5,5
Ω40
V220
R
U
I ===
6.
V8020A4RIU
V6020A3RIU
V20V60-V80U-UΔU
22
11
12
=Ω•=•=
=Ω•=•=
===
7.
Ω2Ω20-Ω22R-RΔR
Ω22
A10
V220
I
U
R
Ω20
A11
V220
I
U
R
%10
Ω20
100Ω2
R
100ΔR
RProsentase
12
2
2
1
1
1
===
===
===
=
•
=
•
=∆
8. Ω=== 20
A5,5
V110
I
U
R
9.
A6
Ω1000
V6000
R
U
I
A0,22
Ω1000
V220
R
U
I
2
2
1
1
===
===
10.
A6
Ω5
V30
IbesarnyamakaV30UUntuk
A2
Ω5
V10
R
U
IbesarnyamakaV10UUntuk
Ω5R
===
====
=
A3
Ω10
V30
IbesarnyamakaV30UUntuk
A1
Ω10
V10
R
U
IbesarnyamakaV10UUntuk
Ω10R
===
====
=
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 92
Teknik Instalasi Listrik
G a m b a r
G r a fi k t e g a n g a n f u n g s i a r u s
U
5 1 0 1 5 2 0
2
4
1
3
A
2 5 3 0 V
5
6
R = 3 0 Ω
R = 1 0 Ω
R = 5 Ω
A1
Ω30
V30
IbesarnyamakaV30UUntuk
A0,5
Ω30
V15
R
U
IbesarnyamakaV15UUntuk
Ω30R
===
====
=
11. Untuk menghitung tahanan total beberapa tahanan yang dihubung seri yaitu
tahanan-tahanan tersebut langsung dijumlahkan.
12. Pada rangkaian seri, tahanan yang memiliki tegangan yang besar yaitu
yang nilai tahanannya kecil.
13. Tahanan pengganti yaitu tahanan total rangkaian beberapa tahanan
14. Beban yang seluruhnya terhubung seri satu dengan yang lain, maka dapat
terjadi beban tersebut tanpa arus listrik.
15. Potensiometer yaitu tahanan dengan “tap” yang variabel (dapat berubah)
dengan batas tertentu dan nilainya bisa diatur sesuai keinginan.
16. Pembagi tegangan berguna untuk membagi tegangan terpasang (U)
menjadi tegangan bagian (U1, U2)
17. Pembagi tegangan digunakan untuk membagi tegangan terpasang
sehingga diperoleh tegangan bagian yang lebih kecil.
Tahanan depan digunakan untuk menurunkan tegangan dan dengan
demikian menurunkan kuat arus listrik
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 93
Teknik Instalasi Listrik
18. Dengan tahanan depan, suatu tegangan tidak dapat diturunkan hingga nol
seperti pada pembagi tegangan, disini untuk maksud tersebut tahanan
depan harus memiliki nilai tahanan yang tak terhingga besarnya
19. Tegangan jatuh ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui tahanan kawat
20. Besarnya tegangan jatuh tergantung besarnya arus yang mengalir dan nilai
tahanan penghantar
21. Tegangan jatuh mengakibatkan terjadinya kerugian pada penghantar, dia
menurunkan tegangan beban yang bisa jadi hingga dibawah tegangan
nominal yang dibutuhkan
22. Untuk menjaga agar tegangan beban pada konsumen tidak berada dibawah
tegangan nominal yang dibutuhkan
23.
A0,5
Ω400
V200
Ω300Ω100
V200
RR
U
I
21
==
+
=
+
=
24.
V13,75
16
V220
n
U
U tot
===
25.
a ) G a m b a r
R a n g k a i a n s e r i t a h a n a n
I
U
R 1 = 2 0 Ω
U 1 U 2 = 1 0 V U 3
t o t
R 2 = 5 0 Ω R 3 = 8 0 Ω
Ω150Ω80Ω50Ω20RRRR
V30Ω150A0,2RIUc)
A0,2
Ω50
V10
R
U
Ib)
321tot
tottot
2
2
=++=++=
=•=•=
===
26.
V141,18V58,82-V200U-UU
V8,82
1012105
105V200
RR
R
UU
1tot2
66
6
21
1
1
===
=
Ω•+Ω•
Ω••
=
+
•= 5
27.
kΩ2kΩ10-kΩ12R-RR
kΩ10Ω10000
V120
Ω12000V100
R
U
U
R;
R
R
U
U
b)
kΩ12Ω12000
A0,01
V120
I
U
Ra)
1tot2
tot
tot
1
1
tot
1
tot
1
tot
tot
===
==
•
=•==
====
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 94
Teknik Instalasi Listrik
28.
A0,9A10,9I0,9I
Ω244,4
A0,9
V220
I
U
R
Ω220
A1
V220
I
U
R
Ω24,4Ω220,0-Ω244,4R-RR
12
2
2
1
1
12d
=•=•=
===
===
===
29. Ω=== 20
A2,5
V50
I
U
Rd
30.
Ω0,074
mm120
m250
m
mmΩ
0,01782
A
lρ2
R
V3,7Ω0,074A50RIU
2
2
L
La
=
•
•
•
=
••
=
=•=•=
31.
V6,6
100
V2203
100
Uu
U
Ω0,33
A20
V6,6
I
U
R
mm6AstandardyangpenampangluasDipilih
mm4,31
Ω0,33
m40
m
mmΩ
0,01782
R
lρ2
A;
A
lρ2
R
a
a
a
L
2
2
2
L
L
=
•
=
•
=
===
=
=
•
•
•
=
••
=
••
=
32.
Ω0,33
mm16
m150
m
mmΩ
0,01782
A
lρ2
R
A712,1
Ω0,33
V235
R
U
I
2
2
L
L
=
•
•
•
=
••
=
===
33. Pada rangkaian parallel masing-masing tahanan dihubungkan pada
tegangan yang sama, arus bagian satu sama lain berbanding terbalik
sebagaimana tahanan bagian yang ada, sehingga pada tahanan yang besar
mengalir arus yang kecil.
34. Pada rangkaian parallel beberapa tahanan, maka tahanan total lebih kecil
dari tahanan bagian yang terkecil
35
21
21
tot
RR
RR
R
+
•
=
36. Arus totalnya menjadi 4 (empat) kali lebih besar, sedang tahanan totalnya
menjadi seperempatnya
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 95
Teknik Instalasi Listrik
37. Praktis semua peralatan dibuat untuk tegangan nominal tertentu dan pada
gangguan tidak berfungsinya salah satu peralatan semua yang lainnya tidak
terpengaruh olehnya
38. Agar arus yang mengalir menjadi setengahnya maka tahanan samping
(tahanan shunt) yang harus dipasang adalah sebesar 90 
39.
Ω1,54
Ω6,5
Ω42,5
Ω4Ω2,5
Ω4Ω2,5
RR
RR
R
2
21
21
tot =
•
=
+
•
=
+
•
=
40.
A0,04
300
V12
R
U
I
A0,12A0,04IItot
=
Ω
==
=•=•= 33
41.
Ω2,35
A2,55
V6
I
U
R
A2,55A0,6A0,75A1,2IIII
A0,6
Ω10
V6
R
U
I
A0,75
Ω8
V6
R
U
I
A1,2
Ω5
V6
R
U
I
tot
tot
321tot
3
3
2
2
1
1
===
=++=++=
===
===
===
42.
A12,5A2,5-A15I-II
A2,5
Ω25
V62,55
R
U
Ia)
Ω4,17
Ω30
Ω125
Ω5Ω25
Ω5Ω25
RR
RR
R
V62,55Ω4,17A15RIUb)
12
1
1
2
21
21
tot
tot
===
===
==
+
•
=
+
•
=
=•=•=
43.
A01 2
Ω0,5
A0,520
I
R
R
I;
R
R
I
I
2
1
2
2
1
1
2
=
•Ω
=•==
44.
Ω200Ω
0,005
1
R
Ω
1
0,005
Ω
1
0,02-
Ω
1
0,025
Ω50
1
Ω40
1
R
1
R
1
R
1
;
R
1
R
1
R
1
2
1tot221tot
==
==
−=−=+=
45. Titik simpul (cabang) yaitu titik percabangan rangkaian listrik.
46. Disetiap titik simpul (cabang), jumlah arus yang masuk besarnya sama
dengan jumlah arus yang keluar.
47. Jala-jala adalah suatu rangkaian arus listrik tertutup.
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 96
Teknik Instalasi Listrik
48. Pada suatu rangkaian arus listrik tertutup, jumlah tegangan jatuh (tegangan
beban) sama dengan jumlah tegangan sumber.
49. Kita misalkan arus I2 sebagai arus yang arahnya meninggalkan titik simpul
(cabang), sehingga berlaku:
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
I2 = I3 + I4 + I5 - I1 = 5A + 8A + 2A – 12A = 3A
Benar bahwa arus I2 adalah arus yang arahnya meninggalkan titik simpul
(cabang) dengan kuat arus 3A.
50.
5 A
2 A
1 A
3 A
3 A
5 A2 A
51. a) Kedua sumber tegangan terpasang seri dan berpengaruh dengan arah
yang sama.
Dengan demikian berlaku:
US1 + US2 = I • R1 + I • R2
= I • (R1 + R2)
0,1A
60
6V
50+10
4,5V+1,5V
R+R
U+U
I
21
S2S1
====
ΩΩΩ
Arus mengalir dari kutub positip sumber tegangan melalui beban menuju
ke kutub negatip.
b) U1 = I • R1 = 0,1A • 10Ω = 1V
U2 = I • R2 = 0,1A • 50Ω = 5V
52.Rangkaian campuran yaitu suatu rangkaian yang terdiri atas rangkaian seri
dan rangkaian parallel
53.Penyebabnya yaitu dengan adanya tahanan beban maka tahanan total
rangkaian mengecil, dengan begitu penyerapan arusnya meningkat dan
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 97
Teknik Instalasi Listrik
tegangan jatuh pada tahanan R1 lebih besar oleh karenanya tegangan Ub
menjadi lebih kecil.
54.Titik A dan titik B mempunyai potensial sama, jika tegangan jatuh pada R1
dan R3 sama besarnya, artinya, apabila perbandingan tahanan pembagi
tegangan tersebut sama besarnya: R1/R2=R3/R4
55.Karena perubahan tegangan sumber tidak mempengaruhi perbandingan
tahanan pembagi tegangan.
56. Pada tahanan di percabangan jembatan tidak ada arus mengalir, berarti tidak ada
pengaruh terhadap tahanan tersebut.
57. 2 0 Ω
6 0 Ω
4 0 Ω
Ω=
Ω+Ω
Ω•Ω
=
Ω=Ω+Ω=+=
13,33
4020
4020
R
73,336013,3360ΩRR
p
ptotal
2 0 Ω
4 0 Ω
6 0 Ω
15Ω
60Ω20Ω
60Ω20Ω
R
55Ω40Ω15Ω40ΩRR
p
ptotal
=
+
•
=
=+=+=
4 0 Ω
2 0 Ω
6 0 Ω
24Ω
60Ω40Ω
60Ω40Ω
R
44Ω20Ω24Ω20ΩRR
p
ptotal
=
+
•
=
=+=+=
2 0 Ω 4 0 Ω
6 0 Ω 60Ω40Ω20ΩR
30Ω
60Ω60Ω
60Ω60Ω
60ΩR
60ΩR
R
s
s
s
total
=+=
=
+
•
=
+
•
=
2 0 Ω
4 0 Ω
6 0 Ω
80Ω60Ω20ΩR
26,67Ω
40Ω80Ω
40Ω80Ω
40ΩR
40ΩR
R
s
s
s
total
=+=
=
+
•
=
+
•
=
4 0 Ω 6 0 Ω
2 0 Ω ΩΩΩ
Ω
ΩΩ
ΩΩ
Ω
Ω
1006040R
16,67
20100
20100
20R
20R
R
s
s
s
total
=+=
=
+
•
=
+
•
=
58. 6 Ω
6 Ω
6 Ω
Ω
ΩΩ
ΩΩ
4
612
612
Rtotal =
+
•
=
59. 3 Ω
5 Ω
6 Ω Ω
ΩΩ
ΩΩ
ΩΩΩΩ
2
63
63
R
7525RR
p
ptotal
=
+
•
=
=+=+=
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 98
Teknik Instalasi Listrik
60.
U
R = 3 Ω1
I = 1 0 A
R = 6 Ω2
R = 2 Ω3
R = 3 0 Ω5
R = 2 0 Ω4
R = 7 Ω6
200V70V120V10VUUUUd)
4AI6A,I5A,I1,67A,I
3,33A,
3
10V
R
U
Ic)
70VU
120V,U10V,110ARIUb)
12
3020
3020
R
1R
6
6
2
1
6
1
3
1
R
1
R
1
R
1
R
1
207121RRRRa)
6P2P1
5432
1
P1
1
6
P2P1P1
P2
P1
321P1
6P2P1Pengganti
=++=++=
====
===
=
==•=•=
=
+
•
=
=⇒
=++=++=
=++=++=
Ω
Ω
Ω
ΩΩ
ΩΩ
Ω
ΩΩΩΩ
ΩΩΩΩ
61.
U = 12 0 V R = 2 0 0 Ω1
R = 2 0 0 Ω3
R = 1 0 0 Ω2
0,4A
300
120V
R
U
I
40V1000,4RIU
300200100RRR
2,3
2,3
22,32
322,3
===
=•=•=
Ω=Ω+Ω=+=
Ω
Ω
62.
I 1 II
SI R s = 1 2 0 Ω
R d = 7 7 ,5 ΩL 2L 1
U 2 U dU 1
120Ω
0,2A
24V
I
U
R
0,2A0,6A-0,8AI-II
62V24V-24V-110VU-U-UU
77,5Ω
0,8A
62V
I
U
R
s
1
s
1s
21d
d
d
===
===
===
===
63.
0,4A0,2A0,2AIIIb)
0,2A
60
12V
3525
12V
R
U
I
0,2A
60
12V
4515
12V
R
U
Ia)
3,41,2
3,4
3,4
1,2
1,2
=+=+=
==
+
==
==
+
==
ΩΩΩ
ΩΩΩ
7V5V-12V
9V3V-12V
5V250,2ARIU
3V150,2ARIU
2V7V-9V-Uc)
B
A
33,43
11,21
BAAB
==
==
=Ω•=•=
=Ω•=•=
===
ϕ
ϕ
ϕϕ
64.
75Ω
15Ω
25Ω45Ω
R
RR
R;
R
R
R
R
1
32
4
4
3
2
1
=
•
=
•
=⇒=
65.
Ω=ΩΩ==
=•=
••
=•=⇒=
2,75M0,25M-3MR-RR
0,25MΩ100,25
60V
Ω1035V
R
U
U
R;
R
R
U
U
1tot2
6
6
tot
1
1
tot
11
Ω
66.
14,66V23,8V-38,46VU-UΔU
25kΩΩ
3
1025
10501050
10501050
RR
RR
R
23,8V
Ω1025Ω1080
Ω1025100V
RR
R
UUb)
38,46V
Ω1050Ω1080
Ω1050100V
RR
R
UUa)
b2
33
33
b2
b2
b2,
33
3
b2,1
b2,
b
33
3
21
2
2
===
=•=
•+•
•••
=
+
•
=
=
•+•
••
=
+
=
•+•
••
=
+
=
ΩΩ
ΩΩ
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 99
Teknik Instalasi Listrik
UMPAN BALIK
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 100
Teknik Instalasi Listrik
DAFTAR PUSTAKA
1. W. Ernst, Arbeitsblatter zur Elektrotechnik mit SI-Einheiten, Sauerlaender ,
Aarau; Frankfurt am Main, 1982
2. Heinz Meister, Elektronik 1 Elektrotechnische Grundlagen, Vogel
Buchverlag, Wuerzburg, 1988
3. Benz Heinks Starke, Tabellenbuch Elektronik, Frankfurter Fachverlag;
Kohl+Noltemeyer & Co. Verlag, 1989
Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 101

More Related Content

What's hot

Komponen aktif 2 ic
Komponen aktif 2 icKomponen aktif 2 ic
Komponen aktif 2 icAgus Tri
 
Jembatan wheatstone
Jembatan wheatstoneJembatan wheatstone
Jembatan wheatstonetawanghatini
 
2.3. Configuraciones en Paralelo y Serie-Paralelo de Diodos
2.3. Configuraciones en Paralelo y Serie-Paralelo de Diodos2.3. Configuraciones en Paralelo y Serie-Paralelo de Diodos
2.3. Configuraciones en Paralelo y Serie-Paralelo de DiodosOthoniel Hernandez Ovando
 
14 análise por malhas em cc
14 análise por malhas em cc14 análise por malhas em cc
14 análise por malhas em ccPedro Barros Neto
 
Apuntes ltspice
Apuntes ltspiceApuntes ltspice
Apuntes ltspiceE G
 

What's hot (9)

Komponen aktif 2 ic
Komponen aktif 2 icKomponen aktif 2 ic
Komponen aktif 2 ic
 
Jembatan wheatstone
Jembatan wheatstoneJembatan wheatstone
Jembatan wheatstone
 
2.3. Configuraciones en Paralelo y Serie-Paralelo de Diodos
2.3. Configuraciones en Paralelo y Serie-Paralelo de Diodos2.3. Configuraciones en Paralelo y Serie-Paralelo de Diodos
2.3. Configuraciones en Paralelo y Serie-Paralelo de Diodos
 
14 análise por malhas em cc
14 análise por malhas em cc14 análise por malhas em cc
14 análise por malhas em cc
 
Teorema Thevenin
Teorema TheveninTeorema Thevenin
Teorema Thevenin
 
Elektronika 1
Elektronika 1Elektronika 1
Elektronika 1
 
Apuntes ltspice
Apuntes ltspiceApuntes ltspice
Apuntes ltspice
 
Laporan Binary Counter
Laporan Binary CounterLaporan Binary Counter
Laporan Binary Counter
 
Teori thevenin
Teori theveninTeori thevenin
Teori thevenin
 

Viewers also liked

Konsep dasar-listrik-1
Konsep dasar-listrik-1Konsep dasar-listrik-1
Konsep dasar-listrik-1Aji Setiawan
 
The International Comparative Legal Guide to Business Crime 2016
The International Comparative Legal Guide to Business Crime 2016The International Comparative Legal Guide to Business Crime 2016
The International Comparative Legal Guide to Business Crime 2016Matheson Law Firm
 
Priety At Cannes
Priety At CannesPriety At Cannes
Priety At Canness_pradeep
 
Fall Prevention in the continuum of care lesson learnt in Japan.
Fall Prevention in the continuum of care lesson learnt in Japan.Fall Prevention in the continuum of care lesson learnt in Japan.
Fall Prevention in the continuum of care lesson learnt in Japan.Kenichi Sato
 
Mi plc 809 cc - Servicio Tecnico Fagor
Mi plc 809 cc - Servicio Tecnico FagorMi plc 809 cc - Servicio Tecnico Fagor
Mi plc 809 cc - Servicio Tecnico Fagorserviciotecnicofagor
 
Instrumentos de autoprotección las voluntades anticipadas y la autotutela - 2
Instrumentos de autoprotección   las voluntades anticipadas y la autotutela - 2Instrumentos de autoprotección   las voluntades anticipadas y la autotutela - 2
Instrumentos de autoprotección las voluntades anticipadas y la autotutela - 2Karina Villar
 
Publicidad en internetucc
Publicidad en internetuccPublicidad en internetucc
Publicidad en internetucclilisofi
 
Bolilla 16 de Contratos: Mandato
Bolilla 16 de Contratos: MandatoBolilla 16 de Contratos: Mandato
Bolilla 16 de Contratos: MandatoAbogaciaTv
 
Classical Mythology chapter 1 major points
Classical Mythology chapter 1 major pointsClassical Mythology chapter 1 major points
Classical Mythology chapter 1 major pointsChristina McCleanhan
 
Alternativas a la implantación de un sistema de inteligencia competitiva
Alternativas a la implantación de un sistema de inteligencia competitivaAlternativas a la implantación de un sistema de inteligencia competitiva
Alternativas a la implantación de un sistema de inteligencia competitivaPeio Archanco Ardanaz
 
Bedrijfsoriëntatie Getronics
Bedrijfsoriëntatie GetronicsBedrijfsoriëntatie Getronics
Bedrijfsoriëntatie GetronicsPatrick Mackaaij
 
Manual campamento dic.2015 Misión Norte Guatemala
Manual campamento dic.2015 Misión Norte GuatemalaManual campamento dic.2015 Misión Norte Guatemala
Manual campamento dic.2015 Misión Norte GuatemalaUzziel Cabrera
 
Air Humidification - Technical, health and energy aspects by L. Nalini
Air Humidification - Technical, health and energy aspects by L. NaliniAir Humidification - Technical, health and energy aspects by L. Nalini
Air Humidification - Technical, health and energy aspects by L. NaliniCAREL Industries S.p.A
 
Guia inserción de Chile en el mundo
Guia inserción de Chile en el mundoGuia inserción de Chile en el mundo
Guia inserción de Chile en el mundoDaniel Ojeda
 
T2 estructura interna de la tierra (parte2)
T2 estructura interna de la tierra (parte2)T2 estructura interna de la tierra (parte2)
T2 estructura interna de la tierra (parte2)mariavarey
 
10 Ways to Drive More Social Proof
10 Ways to Drive More Social Proof10 Ways to Drive More Social Proof
10 Ways to Drive More Social ProofMark Schaefer
 
Really Simple Balanced Scorecard
Really Simple Balanced ScorecardReally Simple Balanced Scorecard
Really Simple Balanced ScorecardSamuli Pahkala
 

Viewers also liked (20)

Konsep dasar-listrik-1
Konsep dasar-listrik-1Konsep dasar-listrik-1
Konsep dasar-listrik-1
 
The International Comparative Legal Guide to Business Crime 2016
The International Comparative Legal Guide to Business Crime 2016The International Comparative Legal Guide to Business Crime 2016
The International Comparative Legal Guide to Business Crime 2016
 
Priety At Cannes
Priety At CannesPriety At Cannes
Priety At Cannes
 
Ayui Grande
Ayui GrandeAyui Grande
Ayui Grande
 
Fall Prevention in the continuum of care lesson learnt in Japan.
Fall Prevention in the continuum of care lesson learnt in Japan.Fall Prevention in the continuum of care lesson learnt in Japan.
Fall Prevention in the continuum of care lesson learnt in Japan.
 
Mi plc 809 cc - Servicio Tecnico Fagor
Mi plc 809 cc - Servicio Tecnico FagorMi plc 809 cc - Servicio Tecnico Fagor
Mi plc 809 cc - Servicio Tecnico Fagor
 
Instrumentos de autoprotección las voluntades anticipadas y la autotutela - 2
Instrumentos de autoprotección   las voluntades anticipadas y la autotutela - 2Instrumentos de autoprotección   las voluntades anticipadas y la autotutela - 2
Instrumentos de autoprotección las voluntades anticipadas y la autotutela - 2
 
Publicidad en internetucc
Publicidad en internetuccPublicidad en internetucc
Publicidad en internetucc
 
Bolilla 16 de Contratos: Mandato
Bolilla 16 de Contratos: MandatoBolilla 16 de Contratos: Mandato
Bolilla 16 de Contratos: Mandato
 
Classical Mythology chapter 1 major points
Classical Mythology chapter 1 major pointsClassical Mythology chapter 1 major points
Classical Mythology chapter 1 major points
 
Alternativas a la implantación de un sistema de inteligencia competitiva
Alternativas a la implantación de un sistema de inteligencia competitivaAlternativas a la implantación de un sistema de inteligencia competitiva
Alternativas a la implantación de un sistema de inteligencia competitiva
 
Bedrijfsoriëntatie Getronics
Bedrijfsoriëntatie GetronicsBedrijfsoriëntatie Getronics
Bedrijfsoriëntatie Getronics
 
Manual campamento dic.2015 Misión Norte Guatemala
Manual campamento dic.2015 Misión Norte GuatemalaManual campamento dic.2015 Misión Norte Guatemala
Manual campamento dic.2015 Misión Norte Guatemala
 
transcript
transcripttranscript
transcript
 
Air Humidification - Technical, health and energy aspects by L. Nalini
Air Humidification - Technical, health and energy aspects by L. NaliniAir Humidification - Technical, health and energy aspects by L. Nalini
Air Humidification - Technical, health and energy aspects by L. Nalini
 
Guia inserción de Chile en el mundo
Guia inserción de Chile en el mundoGuia inserción de Chile en el mundo
Guia inserción de Chile en el mundo
 
Sintesis de diclofenaco
Sintesis de diclofenaco Sintesis de diclofenaco
Sintesis de diclofenaco
 
T2 estructura interna de la tierra (parte2)
T2 estructura interna de la tierra (parte2)T2 estructura interna de la tierra (parte2)
T2 estructura interna de la tierra (parte2)
 
10 Ways to Drive More Social Proof
10 Ways to Drive More Social Proof10 Ways to Drive More Social Proof
10 Ways to Drive More Social Proof
 
Really Simple Balanced Scorecard
Really Simple Balanced ScorecardReally Simple Balanced Scorecard
Really Simple Balanced Scorecard
 

Similar to Kirchhoff

Rangkaian listrik dan daya listrik
Rangkaian listrik dan daya listrikRangkaian listrik dan daya listrik
Rangkaian listrik dan daya listrikSepty Septy
 
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptxBAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptxVirablue02
 
3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )
3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )
3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )Dody Swastiko
 
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analog
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analogLaporan hukum ohm praktikum elektronika analog
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analogwahyuadnyana_dw
 
Rangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus SearahRangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus SearahSyihab Ikbal
 
materi Fisika kelas XII KD. 3.1.docx
materi Fisika  kelas XII KD. 3.1.docxmateri Fisika  kelas XII KD. 3.1.docx
materi Fisika kelas XII KD. 3.1.docxIjhanShabrIe
 
rangkaian thevenin
rangkaian theveninrangkaian thevenin
rangkaian thevenindaimul
 
listrik aru searah fisika kelas XII.pptx
listrik aru searah fisika kelas XII.pptxlistrik aru searah fisika kelas XII.pptx
listrik aru searah fisika kelas XII.pptxZHENAHARYOP
 
Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel
Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel
Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel Maulitsa Putriyono
 
P11 0809 listrik dinamik
P11 0809 listrik dinamikP11 0809 listrik dinamik
P11 0809 listrik dinamikStudent
 

Similar to Kirchhoff (20)

Unit 2 rangkaian dc
Unit 2  rangkaian dcUnit 2  rangkaian dc
Unit 2 rangkaian dc
 
Listrik dinamis
Listrik dinamisListrik dinamis
Listrik dinamis
 
Rangkaian listrik dan daya listrik
Rangkaian listrik dan daya listrikRangkaian listrik dan daya listrik
Rangkaian listrik dan daya listrik
 
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptxBAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
BAB 1 LISTRIK DINASMIS.pptx
 
RANGKAIAN ARUS SEARAH.pptx
RANGKAIAN  ARUS SEARAH.pptxRANGKAIAN  ARUS SEARAH.pptx
RANGKAIAN ARUS SEARAH.pptx
 
3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )
3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )
3. listrik dinamis (hukum ohm dan hukum kirchoff )
 
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analog
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analogLaporan hukum ohm praktikum elektronika analog
Laporan hukum ohm praktikum elektronika analog
 
Rangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus SearahRangkaian Arus Searah
Rangkaian Arus Searah
 
G hukum-ohm
G hukum-ohmG hukum-ohm
G hukum-ohm
 
Listrik dinamis
Listrik dinamisListrik dinamis
Listrik dinamis
 
Modul 02
Modul 02Modul 02
Modul 02
 
materi Fisika kelas XII KD. 3.1.docx
materi Fisika  kelas XII KD. 3.1.docxmateri Fisika  kelas XII KD. 3.1.docx
materi Fisika kelas XII KD. 3.1.docx
 
rangkaian thevenin
rangkaian theveninrangkaian thevenin
rangkaian thevenin
 
listrik aru searah fisika kelas XII.pptx
listrik aru searah fisika kelas XII.pptxlistrik aru searah fisika kelas XII.pptx
listrik aru searah fisika kelas XII.pptx
 
PPT LISTRIK ARUS SEARAH.pptx
PPT LISTRIK ARUS SEARAH.pptxPPT LISTRIK ARUS SEARAH.pptx
PPT LISTRIK ARUS SEARAH.pptx
 
PPT LISTRIK ARUS SEARAH FIN.pptx
PPT LISTRIK ARUS SEARAH FIN.pptxPPT LISTRIK ARUS SEARAH FIN.pptx
PPT LISTRIK ARUS SEARAH FIN.pptx
 
Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel
Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel
Laporan praktikum rangkaian seri dan paralel
 
P11 0809 listrik dinamik
P11 0809 listrik dinamikP11 0809 listrik dinamik
P11 0809 listrik dinamik
 
Listrik dinamis
Listrik dinamisListrik dinamis
Listrik dinamis
 
14008 6-377466573892
14008 6-37746657389214008 6-377466573892
14008 6-377466573892
 

Kirchhoff

  • 1. Teknik Instalasi Listrik 4. Hukum Kirchhoff 4.1. Hukum Kirchhoff pertama (hukum titik simpul) Pada rangkaian parallel selalu menghasilkan apa yang disebut dengan titik percabangan, yang juga dikenal sebagai titik simpul. Pada titik tersebut arusnya bercabang. Dalam hal ini sesuai dengan aturan tertentu. Contoh: Gambar 2.18 Percabangan arus A I = 5 A1 I = 6 A4 Kita amati misalnya pada titik A beberapa arus sebagaimana diperlihatkan, maka ditemukan bahwa arus I1 dan I2 mengalir masuk menuju titik simpul A, sedangkan arus I3, I4 dan I5 mengalir keluar (meninggalkannya). Disini terbukti bahwa nilai arus yang masuk besarnya sama dengan nilai arus yang keluar. Hukum Kirchhoff pertama (titik simpul): Disetiap titik simpul (cabang), jumlah arus yang masuk besarnya sama dengan jumlah arus yang keluar. I1 + I2 = I3 + I4 + I5 Dengan bantuan rumus ini, maka arus yang belum diketahui pada suatu titik percabangan arus, dapat ditentukan besarnya. Contoh: Berapa besarnya arus I2 pada rangkaian dibawah ini ? Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 74
  • 2. Teknik Instalasi Listrik Gambar 2.19 Rangkaian parallel I = 1 2 A I 2 R 2 R 3 I = 5 A1 I = 4 A3 R 1 Jawab: I = I1 + I2 + I3 dijabarkan ke I2 menjadi; I2 = I - I1 - I3 ; I2 = 12 A - 5 A - 4 A = 3 A 4.2. Hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala) Pada suatu rangkaian arus tertutup (jala-jala) terdapat suatu pembagian tegangan yang sangat tertentu. Pembagian tegangan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang sesuai. Contoh: U = 8 V2 U = 1 2 V3 U = 1 2 VS 2 I = 0 ,2 A R = 6 0 Ω3 U = 1 2 VS 1 U = 4 V1 R = 2 0 Ω1 R = 4 0 Ω2 Gambar 2.20 Rangkaian arus dengan dua sumber tegangan Kedua sumber tegangan dengan tegangan sumber US1 dan US2 elektron- elektronnya menggabungkan diri dalam memberikan pengaruhnya secara keseluruhan. Disini sumber tegangan tersebut bereaksi dalam arah yang sama. Mereka mengendalikan arus I sesuai dengan tahanan yang ada. A0,2 120 V24 60+4020 V12+V12 ; + + 321 S2S1 = Ω = ΩΩ+Ω = + = II RRR UU Arus I merupakan penyebab terjadinya tegangan jatuh pada tahanan R1, R2 , R3 U R U U R U U R U 1 1 1 2 2 2 3 3 3 = ; = 0,2 A 20 = 4 V = ; = 0,2 A 40 = 8 V = ; = 0,2 A 60 = 12 V I I I ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ Ω Ω Ω Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 75
  • 3. Teknik Instalasi Listrik Pada suatu persamaan antara tegangan sumber dengan tegangan jatuh diketahui, bahwa hal tersebut sama besarnya, artinya yaitu tegangan sumber terbagi kedalam rangkaian arus secara keseluruhan. Dari situ dapat disimpulkan hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala): Disetiap rangkaian arus tertutup, jumlah tegangan sumber besarnya sama dengan jumlah semua tegangan jatuh. US1 + US2 = I . R1 + I . R2 + I . R3 Dalam praktiknya suatu rangkaian arus biasanya hanya terdiri atas sebuah tegangan sumber dan satu atau beberapa beban. I R 1 U S R 2 Gambar 2.21 Rangkaian arus dengan sebuah sumber tegangan Disini berlaku: US = I . R1 + I . R2 Kita hubungkan lampu seperti yang tersebut diatas pada suatu kotak kontak, dengan demikian maka tegangan klem U kotak kontak dalam hal ini berfungsi sebagai tegangan sumber US. Gambar 2.22 Rangkaian arus dengan suatu tegangan klem I R 1 U R 2 Maka berlaku: U = I . R1 + I . R2; disederhanakan menjadi: U = I (R1 + R2) Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 76
  • 4. Teknik Instalasi Listrik Hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala) dapat digunakan untuk bermacam- macam. Dia memungkinkan untuk menentukan suatu tegangan sumber yang belum diketahui, arus atau suatu tahanan. Contoh: Berapa besarnya nilai arus yang ditunjukkan amperemeter pada rangkaian dibawah ini ? Gambar 2.23 Rangkaian arus dengan amperemeter R = 6 Ω1 U = 1 ,5 VS 1 U = 1 ,5 VS 2 U = 1 ,5 VS 3 R = 1 2 Ω2 A Jawaban: Tegangan sumber semuanya berpengaruh dengan arah yang sama, pengaruhnya saling menggabungkan diri. Maka berlaku hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala) : US1 + US2 + US3 = I . R1 + I . R2 US1 + US2 + US3 = I . (R1 + R2) A0,25 Ω18 V4,5 Ω12+Ω6 V1,5+V1,5+V1,5 I; R+R U+U+U I 21 S3S2S1 ==== 5. Rangkaian campuran Suatu rangkaian yang terdiri atas rangkaian seri dan rangkaian parallel, disebut sebagai rangkaian campuran atau rangkaian kelompok. 5.1. Rangkaian seri lanjutan Contoh: Hitunglah tahanan pengganti Rpengganti untuk seluruh rangkaian dan arus bagian I1 dan I2 pada rangkaian berikut ini. Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 77
  • 5. Teknik Instalasi Listrik I U = 7 V R = 1 0 Ω3 R = 2 0 Ω2 R = 5 Ω1 Gambar 2.27 Rangkaian seri lanjutan Jawab: Rangkaian parallel R R R R R R1,2 1 2 1 2 1,2 2 ; 5 20 5 20 100 25 = 4= ⋅ + = ⋅ + = Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω I U = 7 V R = 1 0 Ω3 R = 4 Ω1 ,2 Gambar 2.28 Rangkaian pengganti 1 Rangkaian seri Rpengganti = R3 + R1,2 ; Rpengganti = 10 Ω + 4 Ω = 14 Ω I U = 7 V R = 1 4 Ωp e n g g a n t i Gambar 2.29 Rangkaian pengganti 2 Arus total I I= = = U Rpengganti 7 V 14 0,5 A; Ω Arus I menyebabkan terjadinya tegangan jatuh pada R3 U R U3 3 3; 0,5 A 10 W = 5 V= ⋅ = ⋅I Dengan begitu maka sisanya untuk rangkaian parallel R1,2 U U U U1 3 1; 7 V 5 V = 2 V= − = − Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 78
  • 6. Teknik Instalasi Listrik I U = 7 V U = 2 V1 R = 4 Ω1 ,2R = 1 0 Ω3 U = 5 V3 Gambar 2.30 Rangkaian pengganti 1 Sekarang dengan tegangan jatuh U1 yang sudah diketahui dan tahanan R1 dan R2 yang ada, maka arus bagian I1 dan I2 dapat dihitung dengan hukum ohm. I I I I 1 1 1 1 2 1 2 2 ; 2 V 5 = 0,4 A 2 V 20 = 0,1 A = = = ; = U R U R Ω Ω Untuk diperhatikan: Suatu rangkaian seri yang berisi/mengandung rangkaian parallel, maka pertama-tama dihitung dahulu rangkaian parallelnya. 5.2. Rangkaian parallel lanjutan Contoh: Tiga tahanan terhubung seperti pada gambar 2.31 Tentukan tahanan pengganti, arus bagian dan tegangan bagian ! U = 1 2 V R = 4 0 Ω2 R = 1 2 0 Ω3 I R = 2 0 Ω1I 1 I 2 Gambar 2.31 Rangkaian parallel lanjutan Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 79
  • 7. Teknik Instalasi Listrik Jawab: Rangkaian seri R1,2 = R1 + R2 ; R1,2 = 20 Ω + 40 Ω = 60 Ω U = 1 2 V R = 1 2 0 Ω3 R = 6 0 Ω1 ,2 I Gambar 2.32 Rangkaian pengganti 1 Rangkaian parallel R R R R Rpengganti 1,2 3 1,2 3 pengganti 2 R ; 60 120 60 120 7200 180 = 40= ⋅ + = ⋅ + = Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω R = 4 0 Ωp e n g g a n t i U = 1 2 V I Gambar 2.33 Rangkaian pengganti 2 Arus total I I= = = U Rpengganti ; 12 V 40 0,3 A Ω Pada tahanan R3 terdapat tegangan jatuh U = 12 V, demikian pula pada tahanan bersama R1 dan R2 . Dengan demikian dapat ditentukan: I I I I 2 3 2 1 1,2 1 = ; = 12 V 120 = 0,1 A = ; = 12 V 60 = 0,2 A U R U R Ω Ω Arus I1 menyebabkan terjadinya tegangan jatuh pada R1 : U R U1 1 1 1; 0,2 A 20 = 4 V= ⋅ = ⋅I Ω Pada tahanan R2 : Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 80
  • 8. Teknik Instalasi Listrik U R U2 1 2 2; 0,2 A 40 = 8 V= ⋅ = ⋅I Ω Untuk diperhatikan: Suatu rangkaian parallel yang berisi/mengandung rangkaian seri, maka pertama-tama dihitung dahulu rangkaian serinya. 5.3. Pembagi tegangan berbeban Dari suatu pembagi tegangan tanpa beban, jika sebuah beban terhubung padanya, maka menjadi suatu pembagi tegangan berbeban dan dengan demikian berarti suatu rangkaian campuran (lihat gambar 2.34). I U R bU b I q I A r u s k o m p o n e n q u a d r a t I A r u s b e b a nb q R 1 I b R 2 Gambar 2.34 Pembagi tegangan berbeban Tegangan jatuh pemakaian (tegangan beban) terletak pada tahanan parallel R2,b. Tegangan total U berpengaruh pada tahanan total R1 + R2,b Dengan demikian sebagai rumus pembagi tegangan berlaku: U U R R R b 2,b 1 2,b+ = Rumus pembagi tegangan (pembagi tegangan berbeban) R R R R R 2,b 2 b 2 b+ = ⋅ R2b tahanan parallel dalam Ω R1 tahanan bagian dalam Ω U tegangan total dalam V Ub tegangan beban dalam V Contoh: Tentukanlah tegangan Ub untuk pembagi tegangan berikut ini a) dengan tahanan beban Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 81
  • 9. Teknik Instalasi Listrik b) tanpa tahanan beban! U = 1 4 0 V R = 1 0 kbU b I q R = 2 0 k1 R = 4 0 k 2 I I b Gambar 2.35 Pembagi tegangan berbeban Jawab: a) Dari rumus pembagi tegangan (berbeban) menjadi: U = U R R + R Ub 2,b 1 2,b b = 140 V 8000 28 000 40 V: ⋅ = Ω Ω Tahanan parallel R R R R R R2,b 2 b 2 b 2,b 2 = + : = 40 k 10 k 40 k 10 k 400 (k ) 50 k 8 k ⋅ ⋅ + = = Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Tahanan total R R R Rtotal 1 2,b total= + : = 20 k + 8 k 28 kΩ Ω Ω= b) Dari rumus pembagi tegangan (tanpa beban) U U R R R Ub ' 2 1 2 b ' = + : = 140 V 40 000 60 000 93,3 V ⋅ = Ω Ω Menarik perhatian, bahwa melalui pembebanan tegangan keluaran berkurang sangat besar. Penyebabnya, bahwa melalui tahanan beban maka tahanan total rangkaian mengecil, dengan begitu penyerapan arusnya meningkat dan tegangan jatuh pada tahanan R1 lebih besar oleh karenanya tegangan Ub menjadi lebih kecil. Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 82
  • 10. Teknik Instalasi Listrik Untuk memperkecil perbedaan tegangan pada pembagi tegangan dari tanpa beban ke berbeban, tahanan beban terpasang harus lebih besar dari tahanan total pembagi tegangan. Tetapi dalam hal ini harus diperhatikan, bahwa tahanan pembagi tegangan jangan sampai menjadi terlalu kecil, disini jika tidak, maka akan mengalir arus Iq yang besar dan terjadi kerugian yang besar. Pemakaian: oleh karenanya pembagi tegangan berbeban hanya dipasang, jika dia tidak ada kegunaannya, untuk menetapkan suatu pembangkit tegangannya sendiri atau hal tersebut tidak mungkin atau, jika arus yang melalui beban dapat dipertahankan kecil. 5.4. Jembatan tahanan Jembatan tahanan yaitu, seperti diperlihatkan pada rangkaian dibawah, praktis merupakan suatu rangkaian parallel dua pembagi tegangan tanpa beban. Gambar 2.36 Jembatan tahanan U I C DR B R 4R 3 R 2A B R 1 Penghubung A ke B disebut sebagai jembatan (jembatan tahanan). Melalui tahanan jembatan mengalir suatu arus, jika pada tahanan ini terdapat tegangan, artinya, jika antara titik A dan titik B terjadi perbedaan potensial. Titik A dan titik B menunjukkan potensial yang sama besar, maka perbedaan potensialnya nol dan tahanan jembatan bebas/tidak berarus. Titik A dan titik B mempunyai potensial sama, jika tegangan jatuh pada R1 dan R3 sama besarnya, jadi artinya, apabila perbandingan tahanan pembagi tegangan sama besarnya. Ditulis dalam bentuk rumus: Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 83
  • 11. Teknik Instalasi Listrik R R R R 1 2 3 4 = Persamaan jembatan (syarat keseimbangan) Suatu rangkaian jembatan, yang memenuhi persamaan diatas, dikatakan “balance=seimbang”. Kita ubah salah satu tahanan dari empat buah tahanan tersebut, maka jembatan tidak lagi seimbang. Pada jembatan mengalir arus kompensasi. Suatu perubahan tegangan terpasang U tidak berpengaruh pada perbedaan potensial antara titik A dan B, dalam hal ini perbandingan tahanannya tetap maka tegangannya tidak berubah. Rangkaian jembatan digunakan misalnya untuk menentukan besarnya tahanan dan dikenal sebagai jembatan Wheatstone. Lembar Latihan/Evaluasi Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 84
  • 12. Teknik Instalasi Listrik 1. Bagaimana formula tiga bentuk hukum Ohm ? 2. Bagaimana perubahan arus dalam suatu rangkaian arus sederhana, jika tegangan yang terpasang berkurang 10 % ? 3. Bagaimana perubahan arus dalam suatu tahanan geser, jika tegangan yang terpasang diperbesar tiga kali dan nilai tahanan setengahnya. 4. Bagaimana bentuk grafiknya, jika misalnya kita ingin menggambar grafik tahanan untuk tahanan R = 90 Ω ? 5. Berapa kuat arus pada suatu rangkaian arus, yang tersusun atas tahanan total 40 Ω dan tegangan sumber 220 V ? 6. Pada suatu rangkaian arus, kuat arusnya meningkat dari 3 A menjadi 4 A. Berapa kenaikan tegangan, jika tahanannya tetap konstan 20 Ω ? 7. Berapa prosen tahanan suatu rangkaian arus harus berubah, jika pada tegangan 220 V kuat arusnya berkurang dari 11 A menjadi 10 A ? 8. Berapa besarnya tahanan suatu kumparan magnit, jika pada tegangan searah sebesar 110 V kumparan tersebut menyerap arus 5,5 A ? 9. Seorang pekerja dengan tidak sengaja telah menyentuh dua penghantar telanjang suatu jala-jala dengan tegangan jala-jala 220 V. Berapa ampere arus mengalir melalui badannya, jika tahanan badannya sebesar 1000 Ω ? Arus yang mengalir menjadi berapa ampere pada tegangan 6000 V ? 10. Gambarkanlah grafik tegangan fungsi arus (grafik tahanan) untuk tiga tahanan yang konstan 5 Ω, 10 Ω dan 30 Ω (skala 5 V ≅ 1 cm; 1 A ≅ 1 cm). 11.Bagaimanakah menghitung tahanan total beberapa tahanan yang dihubung seri ? 12.Pada rangkaian seri, tahanan yang mana memiliki tegangan yang besar ? 13.Apa yang dimaksud dengan tahanan pengganti ? 14.Mengapa pada pemakaian (beban) jarang digunakan rangkaian seri ? 15.Apa yang anda ketahui tentang potensiometer ? Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 85
  • 13. Teknik Instalasi Listrik 16.Suatu pembagi tegangan berguna untuk apa ? 17.Kapan kita gunakan pembagi tegangan dan kapan tahanan depan ? 18.Kerugian apa yang terjadi pada pemakaian suatu tahanan depan ? 19.Bagaimana terjadinya tegangan jatuh pada suatu penghantar ? 20.Tergantung apakah besarnya tegangan jatuh ? 21.Tegangan jatuh berakibat apa pada penghantar ? 22.Mengapa perusahaan pembangkit tenaga memberitahukan tegangan jatuh yang diijinkan pada penghantar ? 23. Berapa ampere arus yang mengalir pada suatu rangkaian seri dengan tahanan R1 = 100 Ω dan R2 = 300 Ω pada tegangan sumber 200 V ? 24. Suatu deretan lampu hias sebanyak 16 biji terhubung pada 220 V. Berapa volt tegangan tiap bijinya ? 25. Tiga tahanan R1 = 20 Ω; R2 = 50 Ω dan R3 = 80 Ω terhubung seri. Pada tahanan R2 harus terjadi tegangan U2 = 10 V. a) Gambarkan rangkaiannya ! b) Berapa besarnya arus yang harus mengalir melalui rangkaian ? c) Berapa besarnya tegangan total harus terpasang ? 26. Pada suatu pembagi tegangan dengan tahanan R1 = 5 MΩ dan R2 = 12 MΩ dipasang tegangan U = 200 V. Berapa besarnya tegangan yang terambil ? 27. Suatu pembagi tegangan tanpa beban tegangan 120 V harus terbagi dalam 100 V dan 20 V. Dalam hal ini pembagi tegangan boleh menyerap arus paling tinggi 10 mA. a) Berapa besarnya tahanan total harus tersedia ? b) Bagaimana tahanan total terbagi ? 28. Suatu kumparan pada tegangan 220 V dialiri arus sebesar 1 A. Dengan bantuan tahanan depan arus yang melalui kumparan harus berkurang sebesar 10 %. Berapa besarnya tahanan depan yang diperlukan ? Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 86
  • 14. Teknik Instalasi Listrik 29. Melalui suatu tahanan depan harus bertegangan 50 V pada arus maksimal 2,5 A. Berapa besarnya tahanan depan ? 30. Berapa besarnya tegangan jatuh yang terjadi pada suatu penghantar tembaga, jika luas penampangnya 120 mm2 dan arus sebesar 50 A ditransfer sejauh 250 m ? 31. Berapa luas penampang yang dipilih, jika suatu arus sebesar 20 A harus ditransfer sejauh 40 m pada tegangan jatuh 3 % dengan U = 220 V ? Bahan yang digunakan tembaga. 32. Suatu penghantar tembaga panjang 150 m dan terdiri atas dua inti dengan luas penampang masing-masing 16 mm2 . Dicatu dengan suatu tegangan sebesar 235 V, yang pada pembebanan tidak juga berkurang. Berapa besarnya arus hubung singkat, jika inti-inti pada ujung penghantar dengan tidak sengaja terhubung singkat ? 33.Jelaskan, mengapa pada suatu rangkaian parallel melalui tahanan yang besar mengalir arus yang kecil ? 34. Sebagai tahanan total untuk suatu rangkaian parallel yang terdiri atas tiga tahanan dengan nilai 50 Ω, 100 Ω, dan 500 Ω diberikan nilai 120 Ω. Mengapa nilai tersebut tidak dapat tepat sama besarnya ? 35.Bagaimana persamaan untuk menghitung tahanan total dua buah tahanan yang dihubung parallel ? 36.Untuk sebuah tahanan R, 4 buah tahanan yang sama besarnya dihubung parallel dan terpasang pada suatu tegangan. Bagaimana perubahan arus total dan tahanan total yang terjadi didalam rangkaian arus ? 35. Mengapa semua peralatan, praktis didalam praktiknya dihubung secara parallel ? 36. Berapa besarnya tahanan samping (tahanan shunt) harus dipasang agar pada suatu beban dengan tahanan R = 90 Ω mengalir arus setengahnya ? Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 87
  • 15. Teknik Instalasi Listrik 39. Dua tahanan 2,5 Ω dan 4 Ω terhubung parallel. Berapa besarnya tahanan total ? 40. Tiga buah jam listrik masing-masing dengan tahanan 300 Ω dirangkai parallel dan dihubung pada 12 V. Berapa besarnya arus total mengalir didalam instalasi ? 41. Tiga buah jam duduk 5 Ω, 8 Ω dan 10 Ω dihubung parallel pada 6 V. Berapa besarnya tahanan total dan arus total yang mengalir ? 42. Didalam penghantar dengan tahanan R1 = 90 Ω dan R2 = 90 Ω mengalir arus sebesar I = 15 A. a) Berapa besarnya arus disetiap cabang ? b) Berapa tegangan jatuh pada tahanan-tahanan tersebut ? 43. Melalui sebuah lampu pijar dengan R1 = 20 Ω mengalir arus 500 mA. Sebuah tahanan R2 = 0,5 Ω dipasang parallel dengan lampu tersebut. Berapa besarnya kuat arus didalam tahanan R2 ? 44. Nilai tahanan suatu rangkaian besarnya R1 = 50 Ω, dengan memasang tahanan kedua yang dihubungkan secara parallel, tahanan totalnya harus berubah menjadi Rtot = 40 Ω. Berapa besarnya nilai tahanan kedua yang sesuai ? 45.Dalam teknik listrik apa yang dimaksud dengan suatu titik simpul (cabang) ? 46.Bagaimana bunyi hukum Kirchhoff kesatu, yang juga dikenal dengan hukum titik simpul (cabang) ? 47.Dalam teknik listrik, apa yang dimaksud dengan suatu jala-jala ? 48.Mengapa pada suatu rangkaian arus listrik tertutup, tegangan jatuh tidak pernah dapat lebih besar daripada tegangan sumber ? 49.Lima macam arus mengalir masuk maupun keluar dari titik simpul (gb. 2.37) Berapa besarnya arus I2 dan bagaimana arahnya ? Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 88
  • 16. Teknik Instalasi Listrik G a m b a r 2 . 3 7 P e r c a b a n g a n a r u s A I = 1 2 A1 I = 2 A5 I = 5 A3 I 2I = 8 A4 50.Lengkapilah pada rangkaian dibawah ini dengan arus yang masih tersisa ! G a m b a r 2 . 3 8 P e r c a b a n g a n a r u s 5 A 2 A 1 A 51.Pada rangkaian berikut (gambar 2.39) US1 = 1,5 V; US2 = 4,5 V; R1 = 10 Ω dan R2 = 50 Ω. G a m b a r 2 . 3 9 R a n g k a i a n a r u s d e n g a n d u a s u m b e r t e g a n g a n U S 1 U S 2 R 2R 1 a) Berapa besarnya arus I dan bagaimana arahnya ? b) Berapa besarnya tegangan jatuh U1 dan U2 ? 52.Apa yang dimaksud dengan rangkaian campuran ? 53.Mengapa melalui pembebanan, tegangan keluaran suatu pembagi tegangan berubah besarnya ? 54.Bagaimana syarat keseimbangan pada suatu rangkaian jembatan ? 55.Mengapa jembatan tahanan yang seimbang, melalui perubahan tegangan sumber, tidak dapat keluar dari keseimbangannya ? 56.Apa pengaruh yang terjadi pada tahanan di percabangan jembatan pada suatu jembatan tahanan yang dalam kondisi seimbang (balance) ? Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 89
  • 17. Teknik Instalasi Listrik 57. Diberikan tiga tahanan 20 Ω, 40 Ω, 60 Ω. Gambarkan rangkaian campuran yang mungkin terjadi dan tentukan besarnya tahanan pengganti! 58. Bagaimana tiga tahanan masing-masing 6 Ω harus dihubungkan, agar tahanan totalnya sebesar 4 Ω ? 59. Bagaimanakah tiga tahanan 3 Ω, 6 Ω dan 5 Ω harus dikombinasikan, agar tahanan penggantinya menjadi 7 Ω ? Gambarkan rangkaiannya dan buktikanlah melalui perhitungan! 60. Pada gambar rangkaian berikut (gambar 2.40) besarnya R1 = 3 Ω, R2 = 6 Ω, R3 = 2 Ω, R4 = 20 Ω, R5 = 30 Ω dan R6 = 7 Ω; besarnya arus total I = 10 A. Tentukanlah: G a m b a r 2 .4 0 R a n g k a i a n c a m p u r a n a ) t a h a n a n p e n g g a n t i b ) t e g a n g a n b a g ia n c ) a r u s c a b a n g d ) t e g a n g a n t o t a l U ! U R 5 R 6 R 1 R 2 R 3 R 4 I 61.Dari rangkaian berikut (gambar 2.41) berapa volt tegangan jatuh pada R2 ? G a m b a r 2 . 4 1 R a n g k a i a n c a m p u r a n U = 1 2 0 V R 1 A B G a m b a r 2 .4 2 R a n g k a i a n c a m p u r a n U R 2 R 3 R 4 R 1 = 2 0 0 ΩR 1 = 2 0 0 Ω R 2 = 1 0 0 Ω R 3 = 1 0 0 Ω 62.Dua buah lampu L1 (0,6 A/24 V) dan L2 (0,8 A/24 V) harus dirangkai seri dan dengan data nominalnya beroperasi pada suatu jala-jala 110 V. Berapa besarnya tahanan depan dan tahanan samping (tahanan shunt) yang digunakan ? 63.Pada rangkaian tahanan (gambar 2.42) diberikan: R1 = 15 Ω, R2 = 45 Ω, R3 = 25 Ω, R4 = 35 Ω dan U = 12 V. Hitunglah: Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 90
  • 18. Teknik Instalasi Listrik a) arus bagian (cabang) b) arus total c) tegangan antara titik A dan B 64.Pada gambar 2.42 hubungkanlah titik A dan B melalui suatu “jembatan” dan aturlah sedemikian rupa, hingga terjadi suatu keseimbangan jembatan. Berapa besarnya tahanan R4 ? 65. Suatu pembagi tegangan dengan tahanan total 3 MΩ pada tegangan total 60 V harus menampilkan suatu tegangan bagian sebesar 5 V. Berapa besarnya tahanan bagian ? 66. Suatu pembagi tegangan dengan tahanan bagian R1 = 80 kΩ dan R2 = 50 kΩ terpasang pada tegangan total U = 100 V. a) Berapa tegangan bagian yang sesuai pada tahanan R2 ? b) Berapa volt tegangan bagian U2 berkurang, jika sebuah tahanan beban Rb = 50 kΩ dihubung parallel dengan R2 ? Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 91
  • 19. Teknik Instalasi Listrik Lembar Jawaban 1. Formula tiga bentuk hukum Ohm yaitu: RIU; I U R; R U I •=== 2. Arusnya juga berkurang sebesar 10 % 3. Arusnya menjadi 6 (enam) kali lebih besar 4. Pada tahanan yang tetap konstan (90 Ω) maka grafiknya berupa garis lurus. 5. A5,5 Ω40 V220 R U I === 6. V8020A4RIU V6020A3RIU V20V60-V80U-UΔU 22 11 12 =Ω•=•= =Ω•=•= === 7. Ω2Ω20-Ω22R-RΔR Ω22 A10 V220 I U R Ω20 A11 V220 I U R %10 Ω20 100Ω2 R 100ΔR RProsentase 12 2 2 1 1 1 === === === = • = • =∆ 8. Ω=== 20 A5,5 V110 I U R 9. A6 Ω1000 V6000 R U I A0,22 Ω1000 V220 R U I 2 2 1 1 === === 10. A6 Ω5 V30 IbesarnyamakaV30UUntuk A2 Ω5 V10 R U IbesarnyamakaV10UUntuk Ω5R === ==== = A3 Ω10 V30 IbesarnyamakaV30UUntuk A1 Ω10 V10 R U IbesarnyamakaV10UUntuk Ω10R === ==== = Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 92
  • 20. Teknik Instalasi Listrik G a m b a r G r a fi k t e g a n g a n f u n g s i a r u s U 5 1 0 1 5 2 0 2 4 1 3 A 2 5 3 0 V 5 6 R = 3 0 Ω R = 1 0 Ω R = 5 Ω A1 Ω30 V30 IbesarnyamakaV30UUntuk A0,5 Ω30 V15 R U IbesarnyamakaV15UUntuk Ω30R === ==== = 11. Untuk menghitung tahanan total beberapa tahanan yang dihubung seri yaitu tahanan-tahanan tersebut langsung dijumlahkan. 12. Pada rangkaian seri, tahanan yang memiliki tegangan yang besar yaitu yang nilai tahanannya kecil. 13. Tahanan pengganti yaitu tahanan total rangkaian beberapa tahanan 14. Beban yang seluruhnya terhubung seri satu dengan yang lain, maka dapat terjadi beban tersebut tanpa arus listrik. 15. Potensiometer yaitu tahanan dengan “tap” yang variabel (dapat berubah) dengan batas tertentu dan nilainya bisa diatur sesuai keinginan. 16. Pembagi tegangan berguna untuk membagi tegangan terpasang (U) menjadi tegangan bagian (U1, U2) 17. Pembagi tegangan digunakan untuk membagi tegangan terpasang sehingga diperoleh tegangan bagian yang lebih kecil. Tahanan depan digunakan untuk menurunkan tegangan dan dengan demikian menurunkan kuat arus listrik Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 93
  • 21. Teknik Instalasi Listrik 18. Dengan tahanan depan, suatu tegangan tidak dapat diturunkan hingga nol seperti pada pembagi tegangan, disini untuk maksud tersebut tahanan depan harus memiliki nilai tahanan yang tak terhingga besarnya 19. Tegangan jatuh ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui tahanan kawat 20. Besarnya tegangan jatuh tergantung besarnya arus yang mengalir dan nilai tahanan penghantar 21. Tegangan jatuh mengakibatkan terjadinya kerugian pada penghantar, dia menurunkan tegangan beban yang bisa jadi hingga dibawah tegangan nominal yang dibutuhkan 22. Untuk menjaga agar tegangan beban pada konsumen tidak berada dibawah tegangan nominal yang dibutuhkan 23. A0,5 Ω400 V200 Ω300Ω100 V200 RR U I 21 == + = + = 24. V13,75 16 V220 n U U tot === 25. a ) G a m b a r R a n g k a i a n s e r i t a h a n a n I U R 1 = 2 0 Ω U 1 U 2 = 1 0 V U 3 t o t R 2 = 5 0 Ω R 3 = 8 0 Ω Ω150Ω80Ω50Ω20RRRR V30Ω150A0,2RIUc) A0,2 Ω50 V10 R U Ib) 321tot tottot 2 2 =++=++= =•=•= === 26. V141,18V58,82-V200U-UU V8,82 1012105 105V200 RR R UU 1tot2 66 6 21 1 1 === = Ω•+Ω• Ω•• = + •= 5 27. kΩ2kΩ10-kΩ12R-RR kΩ10Ω10000 V120 Ω12000V100 R U U R; R R U U b) kΩ12Ω12000 A0,01 V120 I U Ra) 1tot2 tot tot 1 1 tot 1 tot 1 tot tot === == • =•== ==== Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 94
  • 22. Teknik Instalasi Listrik 28. A0,9A10,9I0,9I Ω244,4 A0,9 V220 I U R Ω220 A1 V220 I U R Ω24,4Ω220,0-Ω244,4R-RR 12 2 2 1 1 12d =•=•= === === === 29. Ω=== 20 A2,5 V50 I U Rd 30. Ω0,074 mm120 m250 m mmΩ 0,01782 A lρ2 R V3,7Ω0,074A50RIU 2 2 L La = • • • = •• = =•=•= 31. V6,6 100 V2203 100 Uu U Ω0,33 A20 V6,6 I U R mm6AstandardyangpenampangluasDipilih mm4,31 Ω0,33 m40 m mmΩ 0,01782 R lρ2 A; A lρ2 R a a a L 2 2 2 L L = • = • = === = = • • • = •• = •• = 32. Ω0,33 mm16 m150 m mmΩ 0,01782 A lρ2 R A712,1 Ω0,33 V235 R U I 2 2 L L = • • • = •• = === 33. Pada rangkaian parallel masing-masing tahanan dihubungkan pada tegangan yang sama, arus bagian satu sama lain berbanding terbalik sebagaimana tahanan bagian yang ada, sehingga pada tahanan yang besar mengalir arus yang kecil. 34. Pada rangkaian parallel beberapa tahanan, maka tahanan total lebih kecil dari tahanan bagian yang terkecil 35 21 21 tot RR RR R + • = 36. Arus totalnya menjadi 4 (empat) kali lebih besar, sedang tahanan totalnya menjadi seperempatnya Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 95
  • 23. Teknik Instalasi Listrik 37. Praktis semua peralatan dibuat untuk tegangan nominal tertentu dan pada gangguan tidak berfungsinya salah satu peralatan semua yang lainnya tidak terpengaruh olehnya 38. Agar arus yang mengalir menjadi setengahnya maka tahanan samping (tahanan shunt) yang harus dipasang adalah sebesar 90  39. Ω1,54 Ω6,5 Ω42,5 Ω4Ω2,5 Ω4Ω2,5 RR RR R 2 21 21 tot = • = + • = + • = 40. A0,04 300 V12 R U I A0,12A0,04IItot = Ω == =•=•= 33 41. Ω2,35 A2,55 V6 I U R A2,55A0,6A0,75A1,2IIII A0,6 Ω10 V6 R U I A0,75 Ω8 V6 R U I A1,2 Ω5 V6 R U I tot tot 321tot 3 3 2 2 1 1 === =++=++= === === === 42. A12,5A2,5-A15I-II A2,5 Ω25 V62,55 R U Ia) Ω4,17 Ω30 Ω125 Ω5Ω25 Ω5Ω25 RR RR R V62,55Ω4,17A15RIUb) 12 1 1 2 21 21 tot tot === === == + • = + • = =•=•= 43. A01 2 Ω0,5 A0,520 I R R I; R R I I 2 1 2 2 1 1 2 = •Ω =•== 44. Ω200Ω 0,005 1 R Ω 1 0,005 Ω 1 0,02- Ω 1 0,025 Ω50 1 Ω40 1 R 1 R 1 R 1 ; R 1 R 1 R 1 2 1tot221tot == == −=−=+= 45. Titik simpul (cabang) yaitu titik percabangan rangkaian listrik. 46. Disetiap titik simpul (cabang), jumlah arus yang masuk besarnya sama dengan jumlah arus yang keluar. 47. Jala-jala adalah suatu rangkaian arus listrik tertutup. Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 96
  • 24. Teknik Instalasi Listrik 48. Pada suatu rangkaian arus listrik tertutup, jumlah tegangan jatuh (tegangan beban) sama dengan jumlah tegangan sumber. 49. Kita misalkan arus I2 sebagai arus yang arahnya meninggalkan titik simpul (cabang), sehingga berlaku: I1 + I2 = I3 + I4 + I5 I2 = I3 + I4 + I5 - I1 = 5A + 8A + 2A – 12A = 3A Benar bahwa arus I2 adalah arus yang arahnya meninggalkan titik simpul (cabang) dengan kuat arus 3A. 50. 5 A 2 A 1 A 3 A 3 A 5 A2 A 51. a) Kedua sumber tegangan terpasang seri dan berpengaruh dengan arah yang sama. Dengan demikian berlaku: US1 + US2 = I • R1 + I • R2 = I • (R1 + R2) 0,1A 60 6V 50+10 4,5V+1,5V R+R U+U I 21 S2S1 ==== ΩΩΩ Arus mengalir dari kutub positip sumber tegangan melalui beban menuju ke kutub negatip. b) U1 = I • R1 = 0,1A • 10Ω = 1V U2 = I • R2 = 0,1A • 50Ω = 5V 52.Rangkaian campuran yaitu suatu rangkaian yang terdiri atas rangkaian seri dan rangkaian parallel 53.Penyebabnya yaitu dengan adanya tahanan beban maka tahanan total rangkaian mengecil, dengan begitu penyerapan arusnya meningkat dan Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 97
  • 25. Teknik Instalasi Listrik tegangan jatuh pada tahanan R1 lebih besar oleh karenanya tegangan Ub menjadi lebih kecil. 54.Titik A dan titik B mempunyai potensial sama, jika tegangan jatuh pada R1 dan R3 sama besarnya, artinya, apabila perbandingan tahanan pembagi tegangan tersebut sama besarnya: R1/R2=R3/R4 55.Karena perubahan tegangan sumber tidak mempengaruhi perbandingan tahanan pembagi tegangan. 56. Pada tahanan di percabangan jembatan tidak ada arus mengalir, berarti tidak ada pengaruh terhadap tahanan tersebut. 57. 2 0 Ω 6 0 Ω 4 0 Ω Ω= Ω+Ω Ω•Ω = Ω=Ω+Ω=+= 13,33 4020 4020 R 73,336013,3360ΩRR p ptotal 2 0 Ω 4 0 Ω 6 0 Ω 15Ω 60Ω20Ω 60Ω20Ω R 55Ω40Ω15Ω40ΩRR p ptotal = + • = =+=+= 4 0 Ω 2 0 Ω 6 0 Ω 24Ω 60Ω40Ω 60Ω40Ω R 44Ω20Ω24Ω20ΩRR p ptotal = + • = =+=+= 2 0 Ω 4 0 Ω 6 0 Ω 60Ω40Ω20ΩR 30Ω 60Ω60Ω 60Ω60Ω 60ΩR 60ΩR R s s s total =+= = + • = + • = 2 0 Ω 4 0 Ω 6 0 Ω 80Ω60Ω20ΩR 26,67Ω 40Ω80Ω 40Ω80Ω 40ΩR 40ΩR R s s s total =+= = + • = + • = 4 0 Ω 6 0 Ω 2 0 Ω ΩΩΩ Ω ΩΩ ΩΩ Ω Ω 1006040R 16,67 20100 20100 20R 20R R s s s total =+= = + • = + • = 58. 6 Ω 6 Ω 6 Ω Ω ΩΩ ΩΩ 4 612 612 Rtotal = + • = 59. 3 Ω 5 Ω 6 Ω Ω ΩΩ ΩΩ ΩΩΩΩ 2 63 63 R 7525RR p ptotal = + • = =+=+= Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 98
  • 26. Teknik Instalasi Listrik 60. U R = 3 Ω1 I = 1 0 A R = 6 Ω2 R = 2 Ω3 R = 3 0 Ω5 R = 2 0 Ω4 R = 7 Ω6 200V70V120V10VUUUUd) 4AI6A,I5A,I1,67A,I 3,33A, 3 10V R U Ic) 70VU 120V,U10V,110ARIUb) 12 3020 3020 R 1R 6 6 2 1 6 1 3 1 R 1 R 1 R 1 R 1 207121RRRRa) 6P2P1 5432 1 P1 1 6 P2P1P1 P2 P1 321P1 6P2P1Pengganti =++=++= ==== === = ==•=•= = + • = =⇒ =++=++= =++=++= Ω Ω Ω ΩΩ ΩΩ Ω ΩΩΩΩ ΩΩΩΩ 61. U = 12 0 V R = 2 0 0 Ω1 R = 2 0 0 Ω3 R = 1 0 0 Ω2 0,4A 300 120V R U I 40V1000,4RIU 300200100RRR 2,3 2,3 22,32 322,3 === =•=•= Ω=Ω+Ω=+= Ω Ω 62. I 1 II SI R s = 1 2 0 Ω R d = 7 7 ,5 ΩL 2L 1 U 2 U dU 1 120Ω 0,2A 24V I U R 0,2A0,6A-0,8AI-II 62V24V-24V-110VU-U-UU 77,5Ω 0,8A 62V I U R s 1 s 1s 21d d d === === === === 63. 0,4A0,2A0,2AIIIb) 0,2A 60 12V 3525 12V R U I 0,2A 60 12V 4515 12V R U Ia) 3,41,2 3,4 3,4 1,2 1,2 =+=+= == + == == + == ΩΩΩ ΩΩΩ 7V5V-12V 9V3V-12V 5V250,2ARIU 3V150,2ARIU 2V7V-9V-Uc) B A 33,43 11,21 BAAB == == =Ω•=•= =Ω•=•= === ϕ ϕ ϕϕ 64. 75Ω 15Ω 25Ω45Ω R RR R; R R R R 1 32 4 4 3 2 1 = • = • =⇒= 65. Ω=ΩΩ== =•= •• =•=⇒= 2,75M0,25M-3MR-RR 0,25MΩ100,25 60V Ω1035V R U U R; R R U U 1tot2 6 6 tot 1 1 tot 11 Ω 66. 14,66V23,8V-38,46VU-UΔU 25kΩΩ 3 1025 10501050 10501050 RR RR R 23,8V Ω1025Ω1080 Ω1025100V RR R UUb) 38,46V Ω1050Ω1080 Ω1050100V RR R UUa) b2 33 33 b2 b2 b2, 33 3 b2,1 b2, b 33 3 21 2 2 === =•= •+• ••• = + • = = •+• •• = + = •+• •• = + = ΩΩ ΩΩ Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 99
  • 27. Teknik Instalasi Listrik UMPAN BALIK …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 100
  • 28. Teknik Instalasi Listrik DAFTAR PUSTAKA 1. W. Ernst, Arbeitsblatter zur Elektrotechnik mit SI-Einheiten, Sauerlaender , Aarau; Frankfurt am Main, 1982 2. Heinz Meister, Elektronik 1 Elektrotechnische Grundlagen, Vogel Buchverlag, Wuerzburg, 1988 3. Benz Heinks Starke, Tabellenbuch Elektronik, Frankfurter Fachverlag; Kohl+Noltemeyer & Co. Verlag, 1989 Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 101