2. Uang kertas Rp.1000 dan Rp.100.000
sama-sama terbuat dari kertas, sama-sama di
cetak serta diedarkan oleh Bank Indonesia.
Secara kasat mata mereka memang tidak
memiliki perbedaan yang mencolok. Secara
bersamaan mereka dibuat, keluar dan beredar
di tengah-tengah masyarakat melalui Bank
Indonesia.
3. Beberapa bulan kemudian, secara tidak
sengaja mereka bertemu di salah satu
dompet seorang anak muda. Kemudian,
terjadilah percakapan diantara mereka,
4. Rp.100.000 bertanya kepada Rp.1000. “Kenapa badan kamu
begitu lusuh, kotor dan bau?!”
Lalu di jawab oleh uang Rp.1000, “Karena,
setelah aku keluar dari Bank, aku langsung
berada di tangan orang-orang bawahan.
Dari tukang becak, tukang ojek, tukang
parkir, penjual sayur, penjual ikan, bahkan
sampai di tangan pengemis”.
5. Lalu uang Rp.1000 bertanya
kembali kepada Rp.100.000.
“Kenapa kamu masih tampak
kelihatan seperti masih baru, rapi
dan bersih??”.
Di jawab oleh uang Rp.100.000. “Karena begitu aku keluar dari
bank, aku langsung di sambut wanita-wanita cantik, koruptor
dan aku beredar di mall, restoran mahal, atau hotel berbintang.
Keberadaanku sangatlah di jaga dan terkadang jarang keluar
dari dalam dompet”.
6. Lalu uang Rp.1000 bertanya lagi,
“Pernahkah kamu mampir di
tempat ibadah?”.
“Belum pernah”, kata si Rp.100.000.
7. Lalu Rp.1000 pun berkata,
“Ketahuilah, meskipun keadaanku
sekarang seperti ini, namun setiap
hari aku selalu mampir di masjid-
masjid, berada di tangan anak-
anak yatim. Bahkan aku selalu
bersyukur kepada Tuhan. Aku
tidaklah di pandang sebagai nilai
oleh para manusia, namun aku di
pandang sebagai MANFAAT”.
Akhirnya,, menangislah Rp.100.000.
Karena ia tersadar telah merasa besar,
hebat, tinggi, tapi tidaklah begitu
bermanfaat selama ini.