SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
Menyoal Pentingnya Uji Kegunaan Dalam Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
Oleh:
Dyah Aryani P
Komisioner Komisi Informasi Pusat 2013-2017
Meskipun Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(UU KIP) menjamin hak memperoleh informasi publik (yang dilakukan melalui permohonan
informasi publik), namun UU KIP juga menekannya keharusan adanya alasan bagi setiap
permohonan informasi publik saat mengajukan permintaan informasi publik. Aturan ini ditegaskan
dalam Pasal 4 ayat (3) UU KIP.
Apa makna yang tersembunyi dari ketentuan Pasal 4 ayat (3) UU KIP tersebut?
Nampaknya pembuat UU KIP menyadari bahwa dengan diundangkannya UU KIP,
dikemudian hari akan terjadi puluhan bahkan ratusan gelombang permohonan informasi publik
kepada badan publik. Suka tidak suka badan publik akan mengalami kewalahan dalam melayani
permohonan informasi publik itu, yang bisa jadi dilakukan tidak sesuai dengan maksud dan tujuan
pengundangan UU KIP. Pada gilirannya hal itu justru menghambat tugas-tugas penyelenggaraan
negara yang dilakukan oleh badan publik. Oleh karena itu “penyertaan alasan permintaan” dalam
permohonan informasi diharapkan mampu menjadi filter pertama (sebagai syarat prosedural) dari
berbagai permohonan informasi yang dialamatkan kepada badan publik. Terlepas apakah alasan
permintaan dalam permohonan informasi publik disampaikan secara tertulis atau tidak tertulis,
yang terpenting bahwa alasan permintaan informasi publik harus dinyatakan (declare).
Tidak dipenuhi syarat prosedural tadi, memberi hak kepada badan publik untuk menolak
permintaan informasi publik. Pasal 6 ayat (2) UU KIP menegaskan bahwa badan publik berhak
menolak memberikan informasi publik apabila tidak sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Frasa “ketentuan peraturan perundang-undangan” harus ditafsirkan sebagai seluruh
peraturan perundang-undangan yang berlaku, tentu saja termasuk UU KIP. Dan dalam UU KIP
Pasal 4 ayat (3) jelas memerintahkan kepada pemohon informasi publik untuk menyertakan alasan
permintaan informasi publik dalam permohonan informasinya.
Harus diakui bahwa keberadaan Pasal 6 ayat (2) Jo. Pasal 4 ayat (3) UU KIP seolah memberi
peluang kepada badan publik untuk mempertahankan “ketertutupannya”, karena dengan mudah
hanya berdasarkan alasan prosedural dapat menolak permintaan informasi publik. Padahal tidak
semua permintaan informasi publik dilakukan tanpa itikad baik, sekedar iseng atau tanpa maksud
dan tujuan yang jelas sebagaimana diamanatkan oleh UU KIP. Disinilah pentingnya diakukan uji
kegunaan oleh Komisi Informasi.
Sedikitnya terdapat tiga alasan juridis mengapa uji kegunaan harus dilakukan oleh Komisi
Informasi.
Pertama, pada prinsipnya disertai ataupun tidak disertai alasan permintaan informasi publik,
berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (3) UU KIP, Komisi Informasi mempunyai kewenangan untuk
meneliti, mengkaji, dan menguji alasan permintaan informasi publik yang dilayangkan kepada
badan publik pada setiap penyelesaian sengketa informasi publik. Pengujian ini harus dilakukan
oleh Komisi Informasi untuk tujuan berikut, yaitu (i) untuk menilai ada tidaknya kegunaan
informasi publik yang dimintakan kepada badan publik berdasarkan alasan permintaannya; (ii)
untuk mencegah tindakan sewenang-wenang badan publik yang menggunakan alasan tidak
terpenuhinya syarat prosedural untuk mempertahankan ketertutupannya;
Kedua, sebagai batu uji yang memastikan terpenuhinya unsur “pengguna informasi publik”
sebagai salah satu pihak dalam sengketa informasi publik. Sebagaimana disebut pada Pasal 1 angka
4 UU KIP, nyata dan jelas disebut bahwa sengketa informasi publik adalah sengketa antara badan
publik dengan pengguna informasi publik – bukan sekedar pemohon informasi publik.
Ketiga, untuk memastikan bahwa informasi publik yang dimintakan akan digunakan oleh
pengguna informasi publik secara tidak melawan hukum dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Memang sangat mustahil jika Komisi Informasi dapat memastikan dan
menjamin pengguna informasi publik menggunakan informasi publik yang diminta secara tidak
melawan hukum dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sebab kewajiban
untuk menggunakan informasi publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana disebut dalam Pasal 5 ayat (1) UU KIP dibebankan kepada pengguna informasi
publik bukan kepada Komisi Informasi. Selain itu soal “menggunakan informasi publik” dalam
penyelesaian sengketa informasi terkait dengan pelaksanaan putusan Komisi Informasi, yang pada
posisi ini harus diakui Komisi Informasi belum mempunyai instrumen hukum untuk menjangkau
tahapan tersebut. Akibatnya Komisi Informasi tidak memiliki kewenangan untuk melakukan
pengawasan yang memastikan pelaksanaan putusan Komisi Informasi. Namun demikian, dengan
melakukan uji kegunaan, kelemahan tersebut dapat diminimalisasi. Komisi Informasi secara
maksimal dan optimal sesuai dengan kewenangan yang melekat padanya telah mengupayakan agar
pasca putusan penyelesaian sengketa di Komisi Informasi, pengguna informasi publik meggunakan
informasi publik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

More Related Content

Similar to Menyoal pentingnya uji kegunaan dalam penyelesaian sengketa informasi publik bahan tulisan ki

UU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdfUU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
andrerizaldy1
 
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publikUu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Mystic333
 
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
infomagetan
 
Undang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikUndang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Oswar Mungkasa
 
Capaian Positif dalam UU KIP.pdf
Capaian Positif dalam UU KIP.pdfCapaian Positif dalam UU KIP.pdf
Capaian Positif dalam UU KIP.pdf
pikipardede1
 

Similar to Menyoal pentingnya uji kegunaan dalam penyelesaian sengketa informasi publik bahan tulisan ki (20)

Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publikUu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
 
Undang-Undang No.14 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-Undang No.14 Tentang Keterbukaan Informasi PublikUndang-Undang No.14 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-Undang No.14 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
 
Uu keterbukaan infromasi
Uu keterbukaan infromasiUu keterbukaan infromasi
Uu keterbukaan infromasi
 
UU no 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU no 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikUU no 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU no 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
 
Diskusi 7 Hukum Administrasi Negara Informasi Publik Informasi Privat Penyele...
Diskusi 7 Hukum Administrasi Negara Informasi Publik Informasi Privat Penyele...Diskusi 7 Hukum Administrasi Negara Informasi Publik Informasi Privat Penyele...
Diskusi 7 Hukum Administrasi Negara Informasi Publik Informasi Privat Penyele...
 
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdfUU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
 
Uu no 14_tahun_2008
Uu no 14_tahun_2008Uu no 14_tahun_2008
Uu no 14_tahun_2008
 
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kip
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kipUu no 14_tahun_2008_tentang_kip
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kip
 
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publikUu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
 
UU Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi PublikUU Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
 
UU No. 14 Tahun 2008
UU No. 14 Tahun 2008UU No. 14 Tahun 2008
UU No. 14 Tahun 2008
 
UU No 14 Tahun 2008
UU No 14 Tahun 2008UU No 14 Tahun 2008
UU No 14 Tahun 2008
 
Undang-Undang Nomor 1 4 Tahn 2008
Undang-Undang Nomor 1 4 Tahn 2008Undang-Undang Nomor 1 4 Tahn 2008
Undang-Undang Nomor 1 4 Tahn 2008
 
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Uu 14 tahun 2008
  Uu 14 tahun 2008  Uu 14 tahun 2008
Uu 14 tahun 2008
 
Undang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikUndang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
 
Uu 2008 14..
Uu 2008 14..Uu 2008 14..
Uu 2008 14..
 
Capaian Positif dalam UU KIP.pdf
Capaian Positif dalam UU KIP.pdfCapaian Positif dalam UU KIP.pdf
Capaian Positif dalam UU KIP.pdf
 
Kia tupoksi dan evaluasi 2013
Kia tupoksi dan evaluasi 2013Kia tupoksi dan evaluasi 2013
Kia tupoksi dan evaluasi 2013
 

Menyoal pentingnya uji kegunaan dalam penyelesaian sengketa informasi publik bahan tulisan ki

  • 1. Menyoal Pentingnya Uji Kegunaan Dalam Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Oleh: Dyah Aryani P Komisioner Komisi Informasi Pusat 2013-2017 Meskipun Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) menjamin hak memperoleh informasi publik (yang dilakukan melalui permohonan informasi publik), namun UU KIP juga menekannya keharusan adanya alasan bagi setiap permohonan informasi publik saat mengajukan permintaan informasi publik. Aturan ini ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (3) UU KIP. Apa makna yang tersembunyi dari ketentuan Pasal 4 ayat (3) UU KIP tersebut? Nampaknya pembuat UU KIP menyadari bahwa dengan diundangkannya UU KIP, dikemudian hari akan terjadi puluhan bahkan ratusan gelombang permohonan informasi publik kepada badan publik. Suka tidak suka badan publik akan mengalami kewalahan dalam melayani permohonan informasi publik itu, yang bisa jadi dilakukan tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pengundangan UU KIP. Pada gilirannya hal itu justru menghambat tugas-tugas penyelenggaraan negara yang dilakukan oleh badan publik. Oleh karena itu “penyertaan alasan permintaan” dalam permohonan informasi diharapkan mampu menjadi filter pertama (sebagai syarat prosedural) dari berbagai permohonan informasi yang dialamatkan kepada badan publik. Terlepas apakah alasan permintaan dalam permohonan informasi publik disampaikan secara tertulis atau tidak tertulis, yang terpenting bahwa alasan permintaan informasi publik harus dinyatakan (declare). Tidak dipenuhi syarat prosedural tadi, memberi hak kepada badan publik untuk menolak permintaan informasi publik. Pasal 6 ayat (2) UU KIP menegaskan bahwa badan publik berhak menolak memberikan informasi publik apabila tidak sesuai dengan ketentuan perundang- undangan. Frasa “ketentuan peraturan perundang-undangan” harus ditafsirkan sebagai seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku, tentu saja termasuk UU KIP. Dan dalam UU KIP Pasal 4 ayat (3) jelas memerintahkan kepada pemohon informasi publik untuk menyertakan alasan permintaan informasi publik dalam permohonan informasinya. Harus diakui bahwa keberadaan Pasal 6 ayat (2) Jo. Pasal 4 ayat (3) UU KIP seolah memberi peluang kepada badan publik untuk mempertahankan “ketertutupannya”, karena dengan mudah hanya berdasarkan alasan prosedural dapat menolak permintaan informasi publik. Padahal tidak semua permintaan informasi publik dilakukan tanpa itikad baik, sekedar iseng atau tanpa maksud dan tujuan yang jelas sebagaimana diamanatkan oleh UU KIP. Disinilah pentingnya diakukan uji kegunaan oleh Komisi Informasi. Sedikitnya terdapat tiga alasan juridis mengapa uji kegunaan harus dilakukan oleh Komisi Informasi. Pertama, pada prinsipnya disertai ataupun tidak disertai alasan permintaan informasi publik, berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (3) UU KIP, Komisi Informasi mempunyai kewenangan untuk meneliti, mengkaji, dan menguji alasan permintaan informasi publik yang dilayangkan kepada badan publik pada setiap penyelesaian sengketa informasi publik. Pengujian ini harus dilakukan oleh Komisi Informasi untuk tujuan berikut, yaitu (i) untuk menilai ada tidaknya kegunaan informasi publik yang dimintakan kepada badan publik berdasarkan alasan permintaannya; (ii) untuk mencegah tindakan sewenang-wenang badan publik yang menggunakan alasan tidak terpenuhinya syarat prosedural untuk mempertahankan ketertutupannya; Kedua, sebagai batu uji yang memastikan terpenuhinya unsur “pengguna informasi publik” sebagai salah satu pihak dalam sengketa informasi publik. Sebagaimana disebut pada Pasal 1 angka 4 UU KIP, nyata dan jelas disebut bahwa sengketa informasi publik adalah sengketa antara badan publik dengan pengguna informasi publik – bukan sekedar pemohon informasi publik.
  • 2. Ketiga, untuk memastikan bahwa informasi publik yang dimintakan akan digunakan oleh pengguna informasi publik secara tidak melawan hukum dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Memang sangat mustahil jika Komisi Informasi dapat memastikan dan menjamin pengguna informasi publik menggunakan informasi publik yang diminta secara tidak melawan hukum dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sebab kewajiban untuk menggunakan informasi publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana disebut dalam Pasal 5 ayat (1) UU KIP dibebankan kepada pengguna informasi publik bukan kepada Komisi Informasi. Selain itu soal “menggunakan informasi publik” dalam penyelesaian sengketa informasi terkait dengan pelaksanaan putusan Komisi Informasi, yang pada posisi ini harus diakui Komisi Informasi belum mempunyai instrumen hukum untuk menjangkau tahapan tersebut. Akibatnya Komisi Informasi tidak memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan yang memastikan pelaksanaan putusan Komisi Informasi. Namun demikian, dengan melakukan uji kegunaan, kelemahan tersebut dapat diminimalisasi. Komisi Informasi secara maksimal dan optimal sesuai dengan kewenangan yang melekat padanya telah mengupayakan agar pasca putusan penyelesaian sengketa di Komisi Informasi, pengguna informasi publik meggunakan informasi publik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.