SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
A. Penjelasan tafsir QS. al-Nahl ayat 36 
      
    
      
      
    
    
 
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada setiap umat (untuk 
menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu’. Maka di antara umat 
itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diantara mereka ada pula 
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kalian di muka 
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan 
(para rasul).” 
At-Thogut : setiap sesembahan selain Allah, termasuk setan, tukang tenung, berhala dan 
setiap orang yang menyeru kepada kesesatan. 
Di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa mereka mencela pengutusan seluruh 
nabi, dan berkata, “Sesungguhnya kami telah ditakdirkan untuk mengerjakan perbuatan 
kami, maka tidak ada gunanya pengutusan mereka itu. Sekiranya Allah menghendaki agar 
kami beriman kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, menghalalkan 
apa yang Dia halalkan dan tidak mengharamkan sesuatu pun di antara yang telah kami 
haramkan, tentu perkaranya akan seperti apa yang Dia kehendaki. Akan tetapi Dia tidak 
menghendaki selain dari pada apa yang tengah kami lakukan, maka apa yang dikatakan oleh 
para rasul itu tidak lain berasal dari diri mereka sendiri, bukan dari sisi Allah.” 
Allah menjawab apa yang mereka katakan itu adalah perkataan seperti yang pernah 
dilontarkan oleh para pendusta di antara umat-umat terdahulu. Tugas para rasul hanyalah 
menyampaikan, bukan membuat mereka mengikuti petunjuk. Allah tidak akan membiarkan 
suatu umat pun tanpa mengutus seorang pemberi petunjuk kepada mereka, dan melarang 
mereka melakukan kesesatan serta kemusyrikan. Di antara mereka ada orang yang 
memenuhi seruannya, ada pula yang disesatkan Allah berdasarkan ilmu yang ada pada-Nya, 
sehingga mereka pasti menerima ketetapan Tuhanmu, dan mendapat azab dari Yang Maha 
Perkasa lagi Maha Kuasa. Kemudian Allah menyuruh mereka untuk mengadakan perjalanan 
di muka bumi, agar mereka dapat melihat berkas-berkas para pendusta yang ditimpa azab 
karena dosa yang mereka lakukan. Selanjutnya Allah mengingatkan rasul-Nya, bahwa 
keinginannya yang besar agar mereka bisa beriman tidak akan bermanfaat apa-apa baginya, 
karena Allah tidak menciptakan hidayah secara paksa terhadap orang yang memilih 
kesesatan bagi dirinya, sebagaimana tidak ada seorang pun dapat menghindarkan 
kemurkaan dan siksaan Allah dari padanya.
Kemudian Allah menjelaskan bahwa Dia mengingkari kekufuran hamba-hambaNya 
yang berdusta, dengan menurunkan siksaan kepada mereka di dunia, setelah para rasul 
memberi peringatan kepada mereka. Allah selanjutnya berbicara kepada Rasulnya saw, 
guna menghibur beliau dari apa yang beliau lihat, seperti pengingkaran, berpaling, dan 
penetapan kaumnya yang berlebihan, sedang beliau sangat menginginkan agar mereka 
beriman, dan guna menjelaskan bahwa seluruh persoalannya ada dalam kekuasaan Allah, 
sedang beliau tidak mempunyai urusan dalam hal itu, walau sedikitpun. 
Pengertian Global 
Dalam Surat An-Nahl Ayat 36, ayat ini menghibur nabi muhammad SAW, dalam 
menghadapi para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah 
pun telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada 
juga yang membangkang. Kata ( الْطَّـغُو ت ) thaghut terambil dari kata ( طغى ) thagha yang pada 
mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam arti berhala-berhala, karana 
penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat buruk dan melampui batas. Dalam arti 
yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang melampaui 
batas, seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran, dan sewenang-wenangan terhadap 
manusia. Allah Swt mengabarkan kepada kita untuk meneliti sejarah umat terdahulu, baik 
umat yang memperoleh dan mendapat petunjuk dari Allah Swt ataupun ummat yang 
membangkang karena didalamnya terdapat pelajaran yang berharga bagi manusia dan 
menjadi bekal agar manusia tidak terjerumus kedalam lubang yang sama untuk kesekian 
kalinya. 
Tafsir Ayat 
Kemudian daripada itu Allah SWT menjelaskan bahwa para Rasul itu diutus sesuai 
dengan Sunatullah, yang berlaku pada umat sebelumnya. Mereka itu adalah pembimbing 
manusia ke jalan yang lurus. Bimbingan Rasul-rasul itu diterima oleh orang-orang yang 
dikehendaki oleh Allah dan menyampaikan mereka kepada kesejahteraan dunia dan 
kebahagiaan akhirat, akan tetapi orang-orang yang bergelimang dalam kemusyrikan dan 
jiwanya dikotori oleh noda noda kemaksiatan tidaklah mau menerima bimbingan Rasul itu. 
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia telah mengutus beberapa utusan kepada tiap-tiap umat 
yang terdahulu, seperti halnya Dia mengutus Nabi Muhammad saw kepada umat manusia 
seluruhnya. Oleh sebab itu manusia hendaklah mengikuti seruannya, yaitu beribadat hanya 
kepada Allah SWT yang tidak mempunyai sekutu dan larangan mengingkari seruannya, yaitu 
tidak boleh mengikuti tipu daya setan yang selalu-menghalang-halangi manusia mengikuti 
jalan yang benar. Setan-setan itu selalu mencari-cari kesempatan untuk menyesatkan 
manusia. Allah SWT berfirman: 
      
       
  
Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan 
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah 
olehmu sekalian akan aku". 
      
    
    
Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul kami yang Telah kami utus sebelum kamu: "Adakah 
kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah yang Maha Pemurah?" 
B. Penjelasan tafsir QS al- Baqarah ayat 213 
     
   
    
    
     
     
    
    
     
    
      
    
“Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus 
para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan 
bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang 
perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang 
yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka 
keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah 
member petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka 
perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang 
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” 
Secara umum ayat diatas menjelaskan bahwa Allah telah memerintahkan orang-orang 
yang beriman melalui nabi-Nya, agar memasuki agama Islam secara menyeluruh, 
bersatu dan tidak bersengketa satu sama lainnya. Sebab, melakukan tindakan yang bisa 
menimbulkan persengketaan dan perpecahan, sungguh tidak pantas bagi orang yang telah 
didatangkan kepadanya hidayah dari Tuhannya. Seharusnya mereka meninggalkan 
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Al-Kitab setelah adanya penegasan dari hidayah 
Ilahiah. Selanjutnya Allah menuturkan bahwa orang yang mengingkari perkara yang hak, 
selalu menitikberatkan tindakannya kepada hal-hal yang bisa memenuhi kesenangannya 
berupa kenikmatan duniawi yang pada hakikatnya hanyalah bersifat sementara dan
sebentar. Barangsiapa berperilaku seperti mereka, maka ia akan selalu berada dalam 
perselisihan dan perpecahan dengan teman sendiri. 
Dalam ayat ini, Allah selanjutnya menuturkan bahwa memakai petunjuk para nabi 
merupakan keharusan dan kebutuhan manusia. Allah telah memastikan bahwa umat 
manusia bagaikan umat yang satu, dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling 
berhubungan. Setelah itu, akal mereka tidak mampu lagi memenuhi apa yang menjadi 
kebutuhan dan kemaslahatan mereka serta menolak bahaya dari diri mereka masing-masing. 
Kemudian, Allah mengutus para nabi sebagai pemberi peringatan dan pemberi 
kabar gembira kepada mereka disertai bukti-bukti konkrit yang memperkuat kebenaran 
kenabian mereka. Dan apa yang mereka dapat dari kebenaran ini adalah datang dari sisi 
Allah yang Maha Kuasa dan yang memberi pahala atau siksaan kepada mereka. Ia Maha 
Mengetahui apa yang ada dalam batin mereka, sebab tidak ada sesuatupun yang luput dari 
pengetahuan-Nya. 
Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 213 ini, menjelaskan bahwa: 
Manusia adalah makhluk sosial 
Allah menciptakan manusia dalam keadaan satu kesatuan umat, dimana satu sama 
lainnya saling berhubungan dalam masalah kehidupan. Manusia tidak akan bisa hidup, 
kecuali apabila antara satu dengan lainnya saling bahu membahu. Setiap orang, hidup dari 
kerja masing-masing. Tetapi kekuatan jasmani dan akalnya sangat terbatas, sehingga ia tidak 
akan mampu memenuhi semua kebutuhannya, kecuali apabila ia berhimpun dengan teman-temannya 
membentuk suatu kekuatan. Dalam peristilahan Ilmu Sosial dikenal 
bahwa, Manusia adalah makhluk sosial. 
Agama menganjurkan persatuan dan keserasian 
Kita telah menyaksikan bahwa agama pada awal pertumbuhannya berusaha 
menghimpun persatuan dan menyingkirkan hal-hal yang bisa menimbulkan perselisihan 
dalam jiwa penganut-penganutnya. Dalam jiwa mereka rasa persaudaraan yang kuat 
melebihi persaudaraan satu nasab. Tersebutlah bahwa masing-masing sahabat nabi lebih 
mementingkan keperluan saudara seagama daripada dirinya baik yang berkaitan dengan 
harta benda maupun jiwa. Ia rela mengorbankan nyawa demi saudara seagama yang belum 
tentu ia lakukan terhadap saudara senasab. 
Sangat buruk berselisih dalam tujuan, lebih-lebih setelah datang/ jelasnya petunjuk 
Allah SWT. Berbeda pendapat dalam cara mencapai tujuan tidaklah terlarang, karena 
perbedaan itu akan dapat diatasi jika terjalin hubungan baik dan masing-masing menjauhi 
kepentingan pribadi/ kelompok. 
C. Penjelasan tafsir QS. al-Saba’ ayat 34
      
     
    
“Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan 
orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mengingkari 
apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya". 
Ayat ini menyatakan: dan Kami sekali-kali tidak mengutus kepada 
sesuatupenduduk negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan penghuni-penghuninya 
yang hidup mewah dan berfoya-foya di negeri itu berkata kepada para 
pemberi peringatan itu:“Sesungguhnya kami menyangkut apa yang kamu diutus 
untuk menyampaikan-nya adalah orang-orang kafir, yakni menolak dan tidak percaya”. Dan 
mereka dengan bangga dan angkuh berkata juga bahwa: “Kami memiliki lebih banyak harta 
anak-anak dari pada kamu wahai orang-orang beriman, dan kami sekali-kali tidak akan 
disiksa seandainya Kiamat itu ternyata ada karena Tuhan mencintai kami. Cinta-Nya terbukti 
dengan banyaknya harta dan pengikut kami.” 
Kata ( م ترف وها ) mutrafuuhaa terambil dari kata ( ت رف ) taraf, yaitu kenikmatan yang 
luas yang mengantar kepada hidup berfoya-foya dan lupa diri. Bentuk kata yang digunakan 
ayat ini bermakna orang-orang yang diberi nikmat yang luas. Pemberinya tentu saja Allah 
swt. Penggunaan bentuk pasif itu memberi kesan bahwa mereka melupakan Allah dan, 
dengan demikian, mereka diundang untuk mengingat-Nya. 
D. Penjelasan tafsir QS. al-Asyura ayat 51-52 
Ayat 51 
       
       
     
      
“Dan tdak terjadi bagi seorang manusia bahwa dia diajak berbicara oleh Allah kecuali 
dengan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan lalu 
mewayukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki . Sesungguhnya Dia 
Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” 
Dan tidak ada kemungkinan terjadi bagi seorang manusia bahwa dia diajak 
berbicara oleh Allah yakni diberi informasi oleh-Nya kecuali dengan wahyu yakni 
“pencampakan” informasi secara cepat ke dalam kalbunya tanpa perantara siapa pun atau 
dibelakang tabir yakni dengan cara memperdengarkan “suara” tanpa si pendengar dapat 
melihat pembicaranya atau dengan mengutus seorang utusan yakni malaikat yang dapat 
dilihat atau dirasakan kehadirannya dan didengar suaranya lalu sang malaikat itu 
mewahyukan dari saat ke saat kepadanya, yakni menyampaikan informasi Allah itu secara
cepat penyampaian yang dilakukan dengan seizin-Nya tentang apa yang Dia, yakni Allah 
SWT kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. 
Kalam Allah atau redaksi yang mengesankan adanya persamaan antara Allah dan 
manusia bahkan makhluk, harus segera dipahami bahwa hakikat keduanya tidaklah sama, 
karena ”Tidak ada yang serupa dengan-Nya”. Kita dapat menyimpulkan bahwa percakapan 
ini bermakna ‘dipahaminya apa yang hendak disampaikan Allah oleh objek yang dipilihnya’. 
Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana, merupakan penjelasan kandungan tentang 
wahyu karena Allah Maha Tinggi, maka percakapan-Nya tidaklah sama dengan percakapan 
makhluk, tidak juga sama dengan percakapan seseorang dengan yang lain. Dia juga Maha 
Bijaksana, sehingga Dia hanya memilih yang terbaik untuk diajak berbicara, serta informasi 
dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah yang sangat sesuai dengan kemaslahatannya. 
Ayat 52 
    
       
    
     
     
     
“Dan demikianlah kami telah mewahyukan kepadamu ruh dari urusan Kami. 
Sebelumnya engkau tidak mengetahui apakah al-Kitab dan tidak (pula) al-iman tetapi Kami 
menjadikannya cahaya, yang Kami menunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di 
antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk ke 
jalan lebar yang lurus. Jalan Allah yang milik-Nya segala apa yang ada di langit dan di bumi . 
Ingatlah, bahwa kepada Allah kembali semua urusan.” 
Rasul memperoleh wahyu dengan perantara malaikat jibril, dan juga 
memperolehnya dalam keadaan tidur (mimpi).Thabathaba’i juga menyebut 
pendapat yang menyatakan kata kadzalika menunjuk kepada wahyu-wahyu yang diterima 
oleh para nabi yang lalu. Maka yang dimaksud ruh adalah malaikat jibril As yang di istilahkan 
dengan ar-Ruh al-Amin. 
Pernyataan bahwa Nabi saw. sebelum ini tidak mengetahui tentang al-iman bukan 
berarti bahwa beliau tidak beriman kepada Allah swt, tetapi yang dinafikan ayat di atas 
adalah tentang iman dalam perinciannya. Itu sebabnya ayat di atas tidak menyatakan 
sebelumnya engkau bukanlah seorang mukmin. 
E. Penjelasan tafsir Q.S. Al-Maidah ayat 48 
   
    
   
     
      
      
     
     
     
    
     
    
  
“Dan kami telah turunkan kepadamu Alqur’an dengan membawa kebenaran, 
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya ) dan 
batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut 
apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan 
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara 
kami, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya 
kami dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap 
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada 
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu 
perselisihkan itu.” 
Pengertian Global 
Pada ayat ini Allah Swt. menjelaskan bahwa Allah Swt telah menurunkan Al-Qur’an 
sebagai bukti kebenaran atas apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. kepada 
ummatnya. Dimana Al-Qur’an merupakan Kitab yang menyempurnakan Kitab-Kitab yang 
telah diturunkan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu karena memang Kitab-Kitab 
terdahulu telah banyak diubah dan dimanipulasi oleh prkataan-perkataan manusia. 
Kemudian Allah Swt. menegaskan untuk menggunakan Al-Qur’an sebagai dasar untuk 
memutuskan setiap perkara dan menjadi dasar dalam lkehidupan manusia serta tidak 
terbawa oleh hawa nafsu yang akan membawa kepada keburukan dan kebinasaan 
sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Ahli Kitab yang mengingkari kebenaran Al-Qur’an. 
Allah Swt menerangkan pula bahwa Allah Swt. sangat bisa untuk menjadikan ummat ini 
menjadi satu golongan, hanya saja Allah hendak menguji kepada manusia agar dapat 
membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, serta memberikan pilihan kepada 
kebaikan atau kepada keburukan, oleh Karena itu Allah Swt. menyuruh kepada kita untuk 
berlomba-lomba dalam kebaikan, berlomba-lomba mencari jalan yang telah diisyaratkan 
oleh Allah dalam setipa firman-Nya dan Allah Swt menurunkan Kitab Al-Qur’an untuk 
menjadi penengah dan sebagai petunjuk menuju jalan yang lurus dan menghindari 
perselisihan diantara ummat ini. Kemudian kelak Allah Swt. akan menjelaskan mana yang 
benar dan mana yang salah atas pilihan manusia itu, karena semuanya berpulang dan akan 
kembali kepada Allah Swt.
Pengertian secara umum yaitu, setelah Allah SWT menurunkan Taurat, lalu Injil 
kepada Bani Israil, dan Dia terangkan petunjuk maupun cahaya yang Dia pesankan dalam 
kedua kitab itu, serta Dia jelaskan pula kewajiban yang harus mereka tunaikan untuk 
menegakkan keduanya, serta ancaman-Nya terhadap mereka berupa hukuman apabila tidak 
menggunakan kedua kitab tersebut dalam memutuskan perkara, maka sesudah itu, Allah 
terangkan disini, Dia telah menurunkan Alqur’an ini di antara kitab-kitab lain sebelumnya. 
Diriwayatkan dari Qatadah dalam penafsirannya tentang Syir’atan wa minhajan, dia 
mengatakan bahwa maksudnya ialah jalan dan sunnah. Adapun sunnah itu berbeda-beda. 
Taurat punya syari’at tersendiri, Injil punya syari’at tersendiri dan Alqur’an pun punya 
syari’at tersendiri. Dalam hal ini, Allah menghalalkan pada masing-masing yang Dia 
kehendaki dan mengharamkan apa yang Dia kehendaki. Maksudnya supaya diketahui siapa 
yang taat kepada-Nya dan siapa yang tidak. Akan tetapi, Ad-Din yang tidak menerima 
lainnya adalah tauhid dan ikhlas, dan inilah yang dibawa oleh semua utusan Allah. Juga 
diriwayatkan dari Qatadah, bahwa dia mengatakan lagi : Ad-Din atau agama adalah satu, 
sekalipun syari’atnya berbeda-beda. 
Dengan demikian bisa dimengerti, bahwa yang dimaksud syari’at ialah hukum-hukum 
amaliah yang berbeda-beda menurut masing-masing rasul yang datang kemudian 
menghapuskan syari’at sebelumnya. Sedang Ad-Din adalah prinsip-prinsip permanen yang 
tidak berubah, sekalipun berbeda nabi. 
Tafsir Ayat 
Setelah Allah swt. menerangkan bahwa kitab Taurat telah diturunkan kepada Nabi 
Musa a.s. dan kitab Injil telah diturunkan pula kepada Nabi Isa a.s. dan agar kitab tersebut 
ditaati dan diamalkan oleh para penganutnya masing-masing, maka pada ayat ini 
diterangkan bahwa Allah swt. menurunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad saw. 
kitab suci Alquran yaitu kitab samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan 
membenarkan kitab suci sebelumnya seperti kitab Taurat dan Injil. Alquran adalah kitab 
yang terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan. 
Alquran adalah kitab suci yang menjamin syariat yang murni sebelumnya dan kitab suci 
satu-satunya yang berlaku sejak diturunkannya sampai hari kemudian. Oleh karena itu 
pantaslah, bahkan wajib menghukum dan memutuskan perkara putra manusia sesuai 
dengan hukum yang telah diturunkan Allah yang telah terdapat di dalamnya dan bukanlah 
pada tempatnya menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsu mereka yang bertentangan 
dengan kebenaran yang dibawa oleh Junjungan kita Nabi Muhammad saw. Tiap-tiap umat 
Allah diberi syariat (peraturan-peraturan khusus) dan diwajibkan kepada mereka 
melaksanakannya dan juga mereka telah diberi jalan dan petunjuk yang harus 
melaksanakannya untuk membersihkan diri dan menyucikan batin mereka. Syariat setiap 
umat dan jalan yang harus ditempuhnya boleh saja berubah rubah dan bermacam-macam 
tetapi dasar dan landasan Agama Samawi hanyalah satu. Kitab Taurat, Injil dan Alquran, 
masing-masing mempunyai syariat tersendiri, di mana Allah swt. telah menentukan hukum
halal dan haram, sesuai dengan kehendak-Nya untuk mengetahui siapa yang taat dan siapa 
yang tidak. Firman Allah swt. Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum 
kamu melainkan Kami wahyukan padanya, "Bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak 
disembah) melainkan Aku" maka sembahlah Aku olehmu sekalian. (Q.S. Al-Anbiya': 25). 
Sekiranya Allah Swt. menghendaki, tentulah Dia dapat menjadikan manusia hanya 
mempunyai satu syariat dan satu macam jalan pula yang akan ditempuh dan diamalkan 
mereka sehingga dari zaman ke zaman tidak ada peningkatan dan kemajuan seperti halnya 
burung dan lebah, tentunya akan terlaksana dan tidak ada kesulitan sedikitpun, karena Allah 
swt. kuasa atas segala sesuatu tetapi yang demikian itu tidak dikehendaki oleh-Nya. Allah 
Swt. menghendaki manusia itu sebagai makhluk yang dapat mempergunakan akal dan 
pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman. Dari masa kanak-kanak ke 
masa remaja meningkat jadi dewasa dan seterusnya. Demikianlah Allah swt. menghendaki 
dan memberikan kepada tiap-tiap umat syariat tersendiri untuk menguji sampai di mana 
manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya. 
Sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kitab Samawi-Nya, untuk dapat diberi Pahala 
atau disiksa. Oleh karena itu seharusnyalah manusia berlomba-lomba berbuat kebaikan dan 
amal saleh, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Nabi penutup, Rasul terakhir 
Muhammad saw. Syariat yang menggantikan syariat sebelumnya. untuk kepentingan di 
dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak. Pada suatu waktu nanti, mau tak mau manusia akan 
kembali kepada Allah swt. memenuhi panggilan-Nya, ke alam Baqa. Di sanalah nanti Allah 
swt. akan memberitahukan segala sesuatunya tentang hakikat yang diperselisihkan mereka. 
Orang-orang yang benar-benar beriman akan diberi pahala, sedang orang-orang yang ingkar 
dan menolak kebenaran, serta menyeleweng dari-Nya tanpa alasan dan bukti akan diazab 
dan dimasukkan ke dalam neraka. 
Tafsir Jalalain Surah Al Maaidah 48 
وأ ن زلْن آ إِل يْ ك الْكِت ـ ب بِالْ ح قِ مُ صدِ قا لِ ما ب يْ ن ي د يْهِ مِ ن الْكِت ـبِ ومُ هيْمِنا عل يْهِ ف احْكُم بيْ نهُم بِ مآ أ ن ز ل اللََُّّ ولا ت تَّبِعِ أ وْ و هوُ مْ عمَّا 
جآ ه ك مِ ن الْ ح قِ لِكُ لٍّ جع لْن ا مِنكُمْ شِرْ عةً ومِنْ هـجا ول وْ شآ ه اللََُّّ ل جع ل كُمْ أُمَّةً وحِد ةً و ل ـكِن لِ ي بِعْلُ وكُمْ فِى مآ هات ـكُم ف اسْ ت بِعِ وُُا ال يَْ راتِ 
.إِل ى الله مرْجِعُكُمْ جمِيعا ف يُ نبِع ئُكُم بِ ما كُ نتُمْ فِيهِ ت تَْ لِفُو ن 
(Dan telah Kami turunkan kepadamu) hai Muhammad (kitab) yakni Alquran (dengan 
kebenaran) berkaitan dengan anzalnaa (membenarkan apa yang terdapat di hadapannya) 
maksudnya yang sebelumnya (di antara kitab dan menjadi saksi) atau batu ujian 
(terhadapnya) kitab di sini maksudnya ialah kitab-kitab terdahulu. (Sebab itu putuskanlah 
perkara mereka) maksudnya antara ahli kitab jika mereka mengadu kepadamu (dengan apa 
yang diturunkan Allah) kepadamu (dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka) 
dengan menyimpang (dari kebenaran yang telah datang kepadamu. Bagi tiap-tiap umat di 
antara kamu Kami beri) hai manusia (aturan dan jalan) maksudnya jalan yang nyata dan 
agama dan yang akan mereka tempuh. (Sekiranya dikehendaki Allah tentulah kamu 
dijadikan-Nya satu umat) dengan hanya satu syariat (tetapi) dibagi-bagi-Nya kamu kepada 
beberapa golongan (untuk mengujimu) mencoba (mengenai apa yang telah diberikan-Nya
kepadamu) berupa syariat yang bermacam-macam untuk melihat siapakah di antara kamu 
yang taat dan siapa pula yang durhaka (maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan) 
berpaculah mengerjakannya. (Hanya kepada Allahlah kembali kamu semua) dengan 
kebangkitan (maka diberitahukan-Nya kepadamu apa yang kamu perbantahkan itu) yakni 
mengenai soal agama dan dibalas-Nya setiap kamu menurut amal masing-masing. 
F. Penjelasan tafsir QS. Al-Baqarah ayat 136 
     
    
   
    
    
     
     
  
“Katakanlah- hai para mukmin kepada mereka: "Kami telah beriman kepada Allah 
dan kitab yang diturunkan kepada Kami dan kepada hukum-hukum yang diturunkan kepada 
Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan kepada anak-anaknya-yang dua belas itu-dan kepada 
apa yang diberikan kepada Musa dan Isa-Taurat dan Injil-dan kepada apa yang diberikan 
kepada Nabi-nabi-yang disebut itu atau selainnya-dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan 
antara seseorang dari rasul-rasul-Nya dan hanya kepada-Nyalah kami 
menyerahkan diri.”7 
Ayat ini memberi petunjuk cara mengemukakan bantahan dan dalil-dalil dalam 
bertukar pikiran, yaitu dengan membandingkan antara asas suatu agama dengan agama lain 
dan sebagainya. 
Al-Asbat ialah anak cucu Nabi Ya’kub a.s. yang dimaksud dengan “beriman kepada 
nabi-nabi” yang tersebut diatas ialah beriman kepada nabi Allah, yang telah diperintahkan 
mengajak orang pada masanya beriman kepada Allah. Prinsip-prinsip pokok agama yang 
dibawa oleh nabi adalah sama, yaitu ketauhidan. 
Agama Ibrahim adalah agama yang mengakui keesaan dan kekuasaan Allah, bukan 
agama yang mempersekutukan Allah. Agama yang telah dimasuki unsure syirik dan campur 
tangan manusia, bukanlah agama Ibrahim dan bukan agama Allah. Iman kepada para nabi 
dan rasul serta iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepadanya termasuk Rukun 
Iman. 
G. Q.S. Al Hadid ayat 25 
   
   
  
    
     
     
     
   
“Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang 
nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya 
manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat 
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan 
besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul- 
Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” 
Pengertian Global 
Pada Ayat ke-25 Surat Al-Hadid yang berarti Besi ini Allah Swt. mengabarkan 
kepada kita semua bahwa Allah Swt. telah mengutus beberapa Rasul untuk menyampaikan 
Risalahnya dengan berbagai kemampuan dan bukti nyata (Mukjizat) yang membuktikan 
bahwa para Rasul adalah manusia yang dipilih Allah untuk menyebarkan risalah-Nya. dalam 
hal ini Allah Swt. menjelaskan telah menjadikan besi bagi kemanfaatna manusia dan 
dijadikan sebagai bukti bahwa Allah Swt. yang bekehendaka atas segala sesuatu dan segala 
hal. Allah Swt. mengutus para Rasul disertai dengan Kitab dimana didalamnya terdapat 
tentang ajaran-ajaran yang harus disampaikan oleh para Rasul kepada Ummatnya, dinatara 
kitab-kitab itu adalah Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur’an sebagai penyempurna dari kitab-kitab 
sebelumnya dan menjadi dasar untuk menegakan neraca keadilan atau sebagai dasar 
dalam setiap pengambilan keputusan atas berbagai permasalahan. Pada akhir ayat tersebut 
Allah Swt. memberikan penjelasan tentang adanya manfaat dari besi dan kehebatan yang luar 
biasa sebagai bukti ke Maha Agungan dan ke Maha Besar-an Allah Swt. Karen memang telah 
kita ketahui bersama dengan adanya besi ini kita dapat merasakan kehidupan yang lebih baik 
dan paling penting dalpat mengubah peradaban manusia menuju lebih baik dengan 
dibuktikan semakin pesatnya perkembangan tekhnologi dan informasi yang merupakan salah 
satu manfaat dari besi yang telah digambarkan oleh Allah pada ayat tersebut. 
Tafsir Ayat 
Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah mengutus para Rasul kepada umat-umat 
Nya dengan membawa bukti-bukti yang kuat untuk membuktikan kebenaran risalah-Nya. Di 
antara bukti-bukti itu, ialah mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para Rasul itu, seperti 
tidak terbakar oleh api sebagai mukjizat Nabi Ibrahim as, mimpi yang benar sebagai mukjizat 
Nabi Yusuf as, Tongkat sebagai mukjizat Nabi Musa as. Alquran sebagai mukjizat Nabi 
Muhammad SAW dan sebagainya. Dalam pada itu setiap Rasul yang diutus itu bertugas 
menyampaikan agama Allah kepada umatnya. Ajaran agama itu adakalanya tertulis dalam 
sahifah-sahifah dan adakalanya termuat dalam suatu kitab, seperti Taurat, Zabur, Injil dan 
Alquran. Ajaran agama itu berupa petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup 
di dunia dan di akhirat. Sebagai dasar mengatur dan membina masyarakat, maka setiap 
agama yang dibawa oleh para Rasul itu mempunyai asas "keadilan". Keadilan ini wajib
ditegakkan oleh para Rasul dan pengikut-pengikutnya dalam masyarakat, yaitu keadilan 
penguasa terhadap rakyatnya, keadilan suami sebagai kepala rumah tangga, keadilan 
pemimpin atas yang dipimpinnya dan sebagainya, sehingga seluruh anggota masyarakat sama 
kedudukannya dalam hukum, sikap dan perlakuan. Di samping itu Allah SWT 
menganugerahkan kepada manusia "besi" suatu karunia yang tidak terhingga nilai dan 
manfaatnya. Dengan besi dapat dibuat berbagai macam keperluan manusia, sejak dari yang 
besar sampai kepada yang kecil, seperti berbagai macam kendaraan di darat, di laut dan di 
udara, keperluan rumah tangga dan sebagainya. Dengan besi pula manusia dapat membina 
kekuatan bangsa dan negaranya, karena dari besi dibuat segala macam alat perlengkapan 
pertahanan dan keamanan negeri, seperti senapan, kendaraan perang dan sebagainya. Tentu 
saja semuanya itu hanya diizinkan Allah menggunakannya untuk menegakkan agama Nya, 
menegakkan keadilan dan menjaga keamanan negeri. Allah SWT menerangkan bahwa Dia 
melakukan yang demikian itu agar Dia mengetahui siapa di antara hamba-hamba Nya yang 
mengikuti dan menolong agama yang disampaikan para Rasul yang diutus Nya dan siapa 
yang mengingkarinya. Dengan anugerah itu Allah SWT ingin menguji manusia dan 
mengetahui sikap manusia terhadap nikmat Nya itu. Manusia yang taat dan tunduk kepada 
Allah akan melakukan semua yang disampaikan para Rasul itu, karena ia yakin bahwa semua 
perbuatan, sikap dan isi hatinya diketahui Allah, walaupun ia tidak melihat Allah mengawasi 
dirinya. Sehubungan dengan kegunaan besi ini diterangkan dalam hadis yang artinya: Dari 
Ibnu Umar, ia berkata, "Bersabda Rasulullah Saw: "Aku diutus dengan pedang (besi) 
sebelum kedatangan Hari Kiamat (akhir zaman), sehingga orang menyembah Allah saja, 
tidak ada syerikat bagi -Nya dan Allah menjadikan rezekiku di bawah naungan tombakku 
dan menjadikan hina dan rendah orang yang menyalahi perintahku, dan barangsiapa yang 
menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum itu". (H.R. Ahmad dan Abu Daud). Pada 
akhir ayat ini Allah SWT menegaskan kepada manusia bahwa Dia Maha Kuat, tidak ada 
sesuatu pun yang mengalahkan Nya, bahwa Dia Maha Perkasa dan tidak seorang pun yang 
dapat mengelakkan diri dari hukuman yang telah ditetapkan- Nya. 
Tafsir Jalalain Surah Al Hadiid : 25 
(Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami) yaitu malaikat-malaikat-Nya 
kepada nabi-nabi (dengan membawa bukti-bukti yang nyata) hujah-hujah yang jelas dan 
akurat (dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab) lafal Alkitab ini sekalipun 
bentuknya mufrad tetapi makna yang dimaksud adalah jamak, yakni al-kutub (dan neraca) 
yakni keadilan (supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (Dan Kami ciptakan besi) 
maksudnya Kami keluarkan besi dari tempat-tempat penambangannya (yang padanya 
terdapat kekuatan yang hebat) yakni dapat dipakai sebagai alat untuk berperang (dan berbagai 
manfaat bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui) supaya Allah menampilkan; lafal 
waliya'lamallaahu diathafkan pada lafal liyaquman-naasu (siapa yang menolong-Nya) 
maksudnya siapakah yang menolong agama-Nya dengan memakai alat-alat perang yang 
terbuat dari besi dan lain-lainnya itu (dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya) 
lafal bil-ghaibi menjadi hal atau kata keterangan keadaan dari dhamir ha yang terdapat pada 
lafal yanshuruhu. Yakni sekalipun Allah tidak terlihat oleh mereka di dunia ini. Ibnu Abbas 
r.a. memberikan penakwilannya, mereka menolong agama-Nya padahal mereka tidak
melihat-Nya. (Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa) artinya Dia tidak 
memerlukan pertolongan siapa pun, akan tetapi perbuatan itu manfaatnya akan dirasakan 
sendiri oleh orang yang mengerjakannya.

More Related Content

What's hot

Syahadatayn sebagai teras tawhid1
Syahadatayn sebagai teras tawhid1Syahadatayn sebagai teras tawhid1
Syahadatayn sebagai teras tawhid1Kamarudin Jaafar
 
Dakwah_PAI 2010
Dakwah_PAI 2010Dakwah_PAI 2010
Dakwah_PAI 2010apandin
 
Islam rukun dan makna
Islam rukun dan maknaIslam rukun dan makna
Islam rukun dan maknaHelmon Chan
 
Apakah kita merayakan maulid nabi
Apakah kita merayakan maulid nabiApakah kita merayakan maulid nabi
Apakah kita merayakan maulid nabiArdian DP
 
Yahudi, nasrani, islam, majusi dan nabi ibrahim
Yahudi, nasrani, islam, majusi dan nabi ibrahim Yahudi, nasrani, islam, majusi dan nabi ibrahim
Yahudi, nasrani, islam, majusi dan nabi ibrahim Nur Fuanto
 
Surah yasin dan tahlil
Surah yasin dan tahlilSurah yasin dan tahlil
Surah yasin dan tahlilsobri4587
 
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8Insan Cendikia6f
 
Proposal nikah & tips merencanakan pernikahan
Proposal nikah & tips merencanakan pernikahanProposal nikah & tips merencanakan pernikahan
Proposal nikah & tips merencanakan pernikahanYode Arliando
 
Proposal Nikah Dudung.net
Proposal Nikah Dudung.netProposal Nikah Dudung.net
Proposal Nikah Dudung.netWandi Budiman
 

What's hot (14)

Syahadatayn sebagai teras tawhid1
Syahadatayn sebagai teras tawhid1Syahadatayn sebagai teras tawhid1
Syahadatayn sebagai teras tawhid1
 
Dakwah_PAI 2010
Dakwah_PAI 2010Dakwah_PAI 2010
Dakwah_PAI 2010
 
IMAN KEPADA RASUL
IMAN KEPADA RASULIMAN KEPADA RASUL
IMAN KEPADA RASUL
 
Islam rukun dan makna
Islam rukun dan maknaIslam rukun dan makna
Islam rukun dan makna
 
Tauhid Poros Dakwah Para Nabi
Tauhid Poros Dakwah Para NabiTauhid Poros Dakwah Para Nabi
Tauhid Poros Dakwah Para Nabi
 
Thauhid dasar2
Thauhid dasar2Thauhid dasar2
Thauhid dasar2
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Apakah kita merayakan maulid nabi
Apakah kita merayakan maulid nabiApakah kita merayakan maulid nabi
Apakah kita merayakan maulid nabi
 
Yahudi, nasrani, islam, majusi dan nabi ibrahim
Yahudi, nasrani, islam, majusi dan nabi ibrahim Yahudi, nasrani, islam, majusi dan nabi ibrahim
Yahudi, nasrani, islam, majusi dan nabi ibrahim
 
Surah yasin dan tahlil
Surah yasin dan tahlilSurah yasin dan tahlil
Surah yasin dan tahlil
 
Proposal Nikah
Proposal NikahProposal Nikah
Proposal Nikah
 
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8
Modul Mata Pelajaran PAI SMP Kelas 8
 
Proposal nikah & tips merencanakan pernikahan
Proposal nikah & tips merencanakan pernikahanProposal nikah & tips merencanakan pernikahan
Proposal nikah & tips merencanakan pernikahan
 
Proposal Nikah Dudung.net
Proposal Nikah Dudung.netProposal Nikah Dudung.net
Proposal Nikah Dudung.net
 

Similar to Tafsir Ayat Risalah

Similar to Tafsir Ayat Risalah (20)

Klasifikasi orang islam
Klasifikasi orang islamKlasifikasi orang islam
Klasifikasi orang islam
 
Syahadatain
SyahadatainSyahadatain
Syahadatain
 
Iman kepada rasul allah swt
Iman  kepada  rasul  allah  swtIman  kepada  rasul  allah  swt
Iman kepada rasul allah swt
 
Tugas maridha
Tugas maridhaTugas maridha
Tugas maridha
 
Khutbah
KhutbahKhutbah
Khutbah
 
173568320 makalah-tauhid
173568320 makalah-tauhid173568320 makalah-tauhid
173568320 makalah-tauhid
 
Memurnikan ketaatan
Memurnikan ketaatanMemurnikan ketaatan
Memurnikan ketaatan
 
Laa ilaaha illallaah
Laa ilaaha illallaahLaa ilaaha illallaah
Laa ilaaha illallaah
 
Tauhid ppt
Tauhid pptTauhid ppt
Tauhid ppt
 
IMAN KEPADA RASUL
IMAN KEPADA RASULIMAN KEPADA RASUL
IMAN KEPADA RASUL
 
IMAN KEPADA RASUL
IMAN KEPADA RASULIMAN KEPADA RASUL
IMAN KEPADA RASUL
 
Pembahasan siap
Pembahasan siapPembahasan siap
Pembahasan siap
 
Agama dan manusia
Agama dan manusiaAgama dan manusia
Agama dan manusia
 
Menjadi Pembina Dakwah
Menjadi Pembina DakwahMenjadi Pembina Dakwah
Menjadi Pembina Dakwah
 
3.1 Nabi & Rasul
3.1 Nabi & Rasul3.1 Nabi & Rasul
3.1 Nabi & Rasul
 
Pentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk KitaPentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk Kita
 
Wahyu
WahyuWahyu
Wahyu
 
Dakwah
DakwahDakwah
Dakwah
 
Tauhid maknanya
Tauhid maknanyaTauhid maknanya
Tauhid maknanya
 
Ms islam religi all
Ms islam religi allMs islam religi all
Ms islam religi all
 

Tafsir Ayat Risalah

  • 1. A. Penjelasan tafsir QS. al-Nahl ayat 36                                “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu’. Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diantara mereka ada pula orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (para rasul).” At-Thogut : setiap sesembahan selain Allah, termasuk setan, tukang tenung, berhala dan setiap orang yang menyeru kepada kesesatan. Di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa mereka mencela pengutusan seluruh nabi, dan berkata, “Sesungguhnya kami telah ditakdirkan untuk mengerjakan perbuatan kami, maka tidak ada gunanya pengutusan mereka itu. Sekiranya Allah menghendaki agar kami beriman kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, menghalalkan apa yang Dia halalkan dan tidak mengharamkan sesuatu pun di antara yang telah kami haramkan, tentu perkaranya akan seperti apa yang Dia kehendaki. Akan tetapi Dia tidak menghendaki selain dari pada apa yang tengah kami lakukan, maka apa yang dikatakan oleh para rasul itu tidak lain berasal dari diri mereka sendiri, bukan dari sisi Allah.” Allah menjawab apa yang mereka katakan itu adalah perkataan seperti yang pernah dilontarkan oleh para pendusta di antara umat-umat terdahulu. Tugas para rasul hanyalah menyampaikan, bukan membuat mereka mengikuti petunjuk. Allah tidak akan membiarkan suatu umat pun tanpa mengutus seorang pemberi petunjuk kepada mereka, dan melarang mereka melakukan kesesatan serta kemusyrikan. Di antara mereka ada orang yang memenuhi seruannya, ada pula yang disesatkan Allah berdasarkan ilmu yang ada pada-Nya, sehingga mereka pasti menerima ketetapan Tuhanmu, dan mendapat azab dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa. Kemudian Allah menyuruh mereka untuk mengadakan perjalanan di muka bumi, agar mereka dapat melihat berkas-berkas para pendusta yang ditimpa azab karena dosa yang mereka lakukan. Selanjutnya Allah mengingatkan rasul-Nya, bahwa keinginannya yang besar agar mereka bisa beriman tidak akan bermanfaat apa-apa baginya, karena Allah tidak menciptakan hidayah secara paksa terhadap orang yang memilih kesesatan bagi dirinya, sebagaimana tidak ada seorang pun dapat menghindarkan kemurkaan dan siksaan Allah dari padanya.
  • 2. Kemudian Allah menjelaskan bahwa Dia mengingkari kekufuran hamba-hambaNya yang berdusta, dengan menurunkan siksaan kepada mereka di dunia, setelah para rasul memberi peringatan kepada mereka. Allah selanjutnya berbicara kepada Rasulnya saw, guna menghibur beliau dari apa yang beliau lihat, seperti pengingkaran, berpaling, dan penetapan kaumnya yang berlebihan, sedang beliau sangat menginginkan agar mereka beriman, dan guna menjelaskan bahwa seluruh persoalannya ada dalam kekuasaan Allah, sedang beliau tidak mempunyai urusan dalam hal itu, walau sedikitpun. Pengertian Global Dalam Surat An-Nahl Ayat 36, ayat ini menghibur nabi muhammad SAW, dalam menghadapi para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah pun telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada juga yang membangkang. Kata ( الْطَّـغُو ت ) thaghut terambil dari kata ( طغى ) thagha yang pada mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam arti berhala-berhala, karana penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat buruk dan melampui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran, dan sewenang-wenangan terhadap manusia. Allah Swt mengabarkan kepada kita untuk meneliti sejarah umat terdahulu, baik umat yang memperoleh dan mendapat petunjuk dari Allah Swt ataupun ummat yang membangkang karena didalamnya terdapat pelajaran yang berharga bagi manusia dan menjadi bekal agar manusia tidak terjerumus kedalam lubang yang sama untuk kesekian kalinya. Tafsir Ayat Kemudian daripada itu Allah SWT menjelaskan bahwa para Rasul itu diutus sesuai dengan Sunatullah, yang berlaku pada umat sebelumnya. Mereka itu adalah pembimbing manusia ke jalan yang lurus. Bimbingan Rasul-rasul itu diterima oleh orang-orang yang dikehendaki oleh Allah dan menyampaikan mereka kepada kesejahteraan dunia dan kebahagiaan akhirat, akan tetapi orang-orang yang bergelimang dalam kemusyrikan dan jiwanya dikotori oleh noda noda kemaksiatan tidaklah mau menerima bimbingan Rasul itu. Allah SWT menjelaskan bahwa Dia telah mengutus beberapa utusan kepada tiap-tiap umat yang terdahulu, seperti halnya Dia mengutus Nabi Muhammad saw kepada umat manusia seluruhnya. Oleh sebab itu manusia hendaklah mengikuti seruannya, yaitu beribadat hanya kepada Allah SWT yang tidak mempunyai sekutu dan larangan mengingkari seruannya, yaitu tidak boleh mengikuti tipu daya setan yang selalu-menghalang-halangi manusia mengikuti jalan yang benar. Setan-setan itu selalu mencari-cari kesempatan untuk menyesatkan manusia. Allah SWT berfirman:                
  • 3. Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku".               Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul kami yang Telah kami utus sebelum kamu: "Adakah kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah yang Maha Pemurah?" B. Penjelasan tafsir QS al- Baqarah ayat 213                                                      “Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah member petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” Secara umum ayat diatas menjelaskan bahwa Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman melalui nabi-Nya, agar memasuki agama Islam secara menyeluruh, bersatu dan tidak bersengketa satu sama lainnya. Sebab, melakukan tindakan yang bisa menimbulkan persengketaan dan perpecahan, sungguh tidak pantas bagi orang yang telah didatangkan kepadanya hidayah dari Tuhannya. Seharusnya mereka meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Al-Kitab setelah adanya penegasan dari hidayah Ilahiah. Selanjutnya Allah menuturkan bahwa orang yang mengingkari perkara yang hak, selalu menitikberatkan tindakannya kepada hal-hal yang bisa memenuhi kesenangannya berupa kenikmatan duniawi yang pada hakikatnya hanyalah bersifat sementara dan
  • 4. sebentar. Barangsiapa berperilaku seperti mereka, maka ia akan selalu berada dalam perselisihan dan perpecahan dengan teman sendiri. Dalam ayat ini, Allah selanjutnya menuturkan bahwa memakai petunjuk para nabi merupakan keharusan dan kebutuhan manusia. Allah telah memastikan bahwa umat manusia bagaikan umat yang satu, dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Setelah itu, akal mereka tidak mampu lagi memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan kemaslahatan mereka serta menolak bahaya dari diri mereka masing-masing. Kemudian, Allah mengutus para nabi sebagai pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira kepada mereka disertai bukti-bukti konkrit yang memperkuat kebenaran kenabian mereka. Dan apa yang mereka dapat dari kebenaran ini adalah datang dari sisi Allah yang Maha Kuasa dan yang memberi pahala atau siksaan kepada mereka. Ia Maha Mengetahui apa yang ada dalam batin mereka, sebab tidak ada sesuatupun yang luput dari pengetahuan-Nya. Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 213 ini, menjelaskan bahwa: Manusia adalah makhluk sosial Allah menciptakan manusia dalam keadaan satu kesatuan umat, dimana satu sama lainnya saling berhubungan dalam masalah kehidupan. Manusia tidak akan bisa hidup, kecuali apabila antara satu dengan lainnya saling bahu membahu. Setiap orang, hidup dari kerja masing-masing. Tetapi kekuatan jasmani dan akalnya sangat terbatas, sehingga ia tidak akan mampu memenuhi semua kebutuhannya, kecuali apabila ia berhimpun dengan teman-temannya membentuk suatu kekuatan. Dalam peristilahan Ilmu Sosial dikenal bahwa, Manusia adalah makhluk sosial. Agama menganjurkan persatuan dan keserasian Kita telah menyaksikan bahwa agama pada awal pertumbuhannya berusaha menghimpun persatuan dan menyingkirkan hal-hal yang bisa menimbulkan perselisihan dalam jiwa penganut-penganutnya. Dalam jiwa mereka rasa persaudaraan yang kuat melebihi persaudaraan satu nasab. Tersebutlah bahwa masing-masing sahabat nabi lebih mementingkan keperluan saudara seagama daripada dirinya baik yang berkaitan dengan harta benda maupun jiwa. Ia rela mengorbankan nyawa demi saudara seagama yang belum tentu ia lakukan terhadap saudara senasab. Sangat buruk berselisih dalam tujuan, lebih-lebih setelah datang/ jelasnya petunjuk Allah SWT. Berbeda pendapat dalam cara mencapai tujuan tidaklah terlarang, karena perbedaan itu akan dapat diatasi jika terjalin hubungan baik dan masing-masing menjauhi kepentingan pribadi/ kelompok. C. Penjelasan tafsir QS. al-Saba’ ayat 34
  • 5.                “Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya". Ayat ini menyatakan: dan Kami sekali-kali tidak mengutus kepada sesuatupenduduk negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan penghuni-penghuninya yang hidup mewah dan berfoya-foya di negeri itu berkata kepada para pemberi peringatan itu:“Sesungguhnya kami menyangkut apa yang kamu diutus untuk menyampaikan-nya adalah orang-orang kafir, yakni menolak dan tidak percaya”. Dan mereka dengan bangga dan angkuh berkata juga bahwa: “Kami memiliki lebih banyak harta anak-anak dari pada kamu wahai orang-orang beriman, dan kami sekali-kali tidak akan disiksa seandainya Kiamat itu ternyata ada karena Tuhan mencintai kami. Cinta-Nya terbukti dengan banyaknya harta dan pengikut kami.” Kata ( م ترف وها ) mutrafuuhaa terambil dari kata ( ت رف ) taraf, yaitu kenikmatan yang luas yang mengantar kepada hidup berfoya-foya dan lupa diri. Bentuk kata yang digunakan ayat ini bermakna orang-orang yang diberi nikmat yang luas. Pemberinya tentu saja Allah swt. Penggunaan bentuk pasif itu memberi kesan bahwa mereka melupakan Allah dan, dengan demikian, mereka diundang untuk mengingat-Nya. D. Penjelasan tafsir QS. al-Asyura ayat 51-52 Ayat 51                          “Dan tdak terjadi bagi seorang manusia bahwa dia diajak berbicara oleh Allah kecuali dengan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan lalu mewayukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki . Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” Dan tidak ada kemungkinan terjadi bagi seorang manusia bahwa dia diajak berbicara oleh Allah yakni diberi informasi oleh-Nya kecuali dengan wahyu yakni “pencampakan” informasi secara cepat ke dalam kalbunya tanpa perantara siapa pun atau dibelakang tabir yakni dengan cara memperdengarkan “suara” tanpa si pendengar dapat melihat pembicaranya atau dengan mengutus seorang utusan yakni malaikat yang dapat dilihat atau dirasakan kehadirannya dan didengar suaranya lalu sang malaikat itu mewahyukan dari saat ke saat kepadanya, yakni menyampaikan informasi Allah itu secara
  • 6. cepat penyampaian yang dilakukan dengan seizin-Nya tentang apa yang Dia, yakni Allah SWT kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. Kalam Allah atau redaksi yang mengesankan adanya persamaan antara Allah dan manusia bahkan makhluk, harus segera dipahami bahwa hakikat keduanya tidaklah sama, karena ”Tidak ada yang serupa dengan-Nya”. Kita dapat menyimpulkan bahwa percakapan ini bermakna ‘dipahaminya apa yang hendak disampaikan Allah oleh objek yang dipilihnya’. Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana, merupakan penjelasan kandungan tentang wahyu karena Allah Maha Tinggi, maka percakapan-Nya tidaklah sama dengan percakapan makhluk, tidak juga sama dengan percakapan seseorang dengan yang lain. Dia juga Maha Bijaksana, sehingga Dia hanya memilih yang terbaik untuk diajak berbicara, serta informasi dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah yang sangat sesuai dengan kemaslahatannya. Ayat 52                               “Dan demikianlah kami telah mewahyukan kepadamu ruh dari urusan Kami. Sebelumnya engkau tidak mengetahui apakah al-Kitab dan tidak (pula) al-iman tetapi Kami menjadikannya cahaya, yang Kami menunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk ke jalan lebar yang lurus. Jalan Allah yang milik-Nya segala apa yang ada di langit dan di bumi . Ingatlah, bahwa kepada Allah kembali semua urusan.” Rasul memperoleh wahyu dengan perantara malaikat jibril, dan juga memperolehnya dalam keadaan tidur (mimpi).Thabathaba’i juga menyebut pendapat yang menyatakan kata kadzalika menunjuk kepada wahyu-wahyu yang diterima oleh para nabi yang lalu. Maka yang dimaksud ruh adalah malaikat jibril As yang di istilahkan dengan ar-Ruh al-Amin. Pernyataan bahwa Nabi saw. sebelum ini tidak mengetahui tentang al-iman bukan berarti bahwa beliau tidak beriman kepada Allah swt, tetapi yang dinafikan ayat di atas adalah tentang iman dalam perinciannya. Itu sebabnya ayat di atas tidak menyatakan sebelumnya engkau bukanlah seorang mukmin. E. Penjelasan tafsir Q.S. Al-Maidah ayat 48           
  • 7.                                                “Dan kami telah turunkan kepadamu Alqur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya ) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kami, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kami dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” Pengertian Global Pada ayat ini Allah Swt. menjelaskan bahwa Allah Swt telah menurunkan Al-Qur’an sebagai bukti kebenaran atas apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. kepada ummatnya. Dimana Al-Qur’an merupakan Kitab yang menyempurnakan Kitab-Kitab yang telah diturunkan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu karena memang Kitab-Kitab terdahulu telah banyak diubah dan dimanipulasi oleh prkataan-perkataan manusia. Kemudian Allah Swt. menegaskan untuk menggunakan Al-Qur’an sebagai dasar untuk memutuskan setiap perkara dan menjadi dasar dalam lkehidupan manusia serta tidak terbawa oleh hawa nafsu yang akan membawa kepada keburukan dan kebinasaan sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Ahli Kitab yang mengingkari kebenaran Al-Qur’an. Allah Swt menerangkan pula bahwa Allah Swt. sangat bisa untuk menjadikan ummat ini menjadi satu golongan, hanya saja Allah hendak menguji kepada manusia agar dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, serta memberikan pilihan kepada kebaikan atau kepada keburukan, oleh Karena itu Allah Swt. menyuruh kepada kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, berlomba-lomba mencari jalan yang telah diisyaratkan oleh Allah dalam setipa firman-Nya dan Allah Swt menurunkan Kitab Al-Qur’an untuk menjadi penengah dan sebagai petunjuk menuju jalan yang lurus dan menghindari perselisihan diantara ummat ini. Kemudian kelak Allah Swt. akan menjelaskan mana yang benar dan mana yang salah atas pilihan manusia itu, karena semuanya berpulang dan akan kembali kepada Allah Swt.
  • 8. Pengertian secara umum yaitu, setelah Allah SWT menurunkan Taurat, lalu Injil kepada Bani Israil, dan Dia terangkan petunjuk maupun cahaya yang Dia pesankan dalam kedua kitab itu, serta Dia jelaskan pula kewajiban yang harus mereka tunaikan untuk menegakkan keduanya, serta ancaman-Nya terhadap mereka berupa hukuman apabila tidak menggunakan kedua kitab tersebut dalam memutuskan perkara, maka sesudah itu, Allah terangkan disini, Dia telah menurunkan Alqur’an ini di antara kitab-kitab lain sebelumnya. Diriwayatkan dari Qatadah dalam penafsirannya tentang Syir’atan wa minhajan, dia mengatakan bahwa maksudnya ialah jalan dan sunnah. Adapun sunnah itu berbeda-beda. Taurat punya syari’at tersendiri, Injil punya syari’at tersendiri dan Alqur’an pun punya syari’at tersendiri. Dalam hal ini, Allah menghalalkan pada masing-masing yang Dia kehendaki dan mengharamkan apa yang Dia kehendaki. Maksudnya supaya diketahui siapa yang taat kepada-Nya dan siapa yang tidak. Akan tetapi, Ad-Din yang tidak menerima lainnya adalah tauhid dan ikhlas, dan inilah yang dibawa oleh semua utusan Allah. Juga diriwayatkan dari Qatadah, bahwa dia mengatakan lagi : Ad-Din atau agama adalah satu, sekalipun syari’atnya berbeda-beda. Dengan demikian bisa dimengerti, bahwa yang dimaksud syari’at ialah hukum-hukum amaliah yang berbeda-beda menurut masing-masing rasul yang datang kemudian menghapuskan syari’at sebelumnya. Sedang Ad-Din adalah prinsip-prinsip permanen yang tidak berubah, sekalipun berbeda nabi. Tafsir Ayat Setelah Allah swt. menerangkan bahwa kitab Taurat telah diturunkan kepada Nabi Musa a.s. dan kitab Injil telah diturunkan pula kepada Nabi Isa a.s. dan agar kitab tersebut ditaati dan diamalkan oleh para penganutnya masing-masing, maka pada ayat ini diterangkan bahwa Allah swt. menurunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad saw. kitab suci Alquran yaitu kitab samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan membenarkan kitab suci sebelumnya seperti kitab Taurat dan Injil. Alquran adalah kitab yang terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan. Alquran adalah kitab suci yang menjamin syariat yang murni sebelumnya dan kitab suci satu-satunya yang berlaku sejak diturunkannya sampai hari kemudian. Oleh karena itu pantaslah, bahkan wajib menghukum dan memutuskan perkara putra manusia sesuai dengan hukum yang telah diturunkan Allah yang telah terdapat di dalamnya dan bukanlah pada tempatnya menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsu mereka yang bertentangan dengan kebenaran yang dibawa oleh Junjungan kita Nabi Muhammad saw. Tiap-tiap umat Allah diberi syariat (peraturan-peraturan khusus) dan diwajibkan kepada mereka melaksanakannya dan juga mereka telah diberi jalan dan petunjuk yang harus melaksanakannya untuk membersihkan diri dan menyucikan batin mereka. Syariat setiap umat dan jalan yang harus ditempuhnya boleh saja berubah rubah dan bermacam-macam tetapi dasar dan landasan Agama Samawi hanyalah satu. Kitab Taurat, Injil dan Alquran, masing-masing mempunyai syariat tersendiri, di mana Allah swt. telah menentukan hukum
  • 9. halal dan haram, sesuai dengan kehendak-Nya untuk mengetahui siapa yang taat dan siapa yang tidak. Firman Allah swt. Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan padanya, "Bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku" maka sembahlah Aku olehmu sekalian. (Q.S. Al-Anbiya': 25). Sekiranya Allah Swt. menghendaki, tentulah Dia dapat menjadikan manusia hanya mempunyai satu syariat dan satu macam jalan pula yang akan ditempuh dan diamalkan mereka sehingga dari zaman ke zaman tidak ada peningkatan dan kemajuan seperti halnya burung dan lebah, tentunya akan terlaksana dan tidak ada kesulitan sedikitpun, karena Allah swt. kuasa atas segala sesuatu tetapi yang demikian itu tidak dikehendaki oleh-Nya. Allah Swt. menghendaki manusia itu sebagai makhluk yang dapat mempergunakan akal dan pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman. Dari masa kanak-kanak ke masa remaja meningkat jadi dewasa dan seterusnya. Demikianlah Allah swt. menghendaki dan memberikan kepada tiap-tiap umat syariat tersendiri untuk menguji sampai di mana manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya. Sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kitab Samawi-Nya, untuk dapat diberi Pahala atau disiksa. Oleh karena itu seharusnyalah manusia berlomba-lomba berbuat kebaikan dan amal saleh, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Nabi penutup, Rasul terakhir Muhammad saw. Syariat yang menggantikan syariat sebelumnya. untuk kepentingan di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak. Pada suatu waktu nanti, mau tak mau manusia akan kembali kepada Allah swt. memenuhi panggilan-Nya, ke alam Baqa. Di sanalah nanti Allah swt. akan memberitahukan segala sesuatunya tentang hakikat yang diperselisihkan mereka. Orang-orang yang benar-benar beriman akan diberi pahala, sedang orang-orang yang ingkar dan menolak kebenaran, serta menyeleweng dari-Nya tanpa alasan dan bukti akan diazab dan dimasukkan ke dalam neraka. Tafsir Jalalain Surah Al Maaidah 48 وأ ن زلْن آ إِل يْ ك الْكِت ـ ب بِالْ ح قِ مُ صدِ قا لِ ما ب يْ ن ي د يْهِ مِ ن الْكِت ـبِ ومُ هيْمِنا عل يْهِ ف احْكُم بيْ نهُم بِ مآ أ ن ز ل اللََُّّ ولا ت تَّبِعِ أ وْ و هوُ مْ عمَّا جآ ه ك مِ ن الْ ح قِ لِكُ لٍّ جع لْن ا مِنكُمْ شِرْ عةً ومِنْ هـجا ول وْ شآ ه اللََُّّ ل جع ل كُمْ أُمَّةً وحِد ةً و ل ـكِن لِ ي بِعْلُ وكُمْ فِى مآ هات ـكُم ف اسْ ت بِعِ وُُا ال يَْ راتِ .إِل ى الله مرْجِعُكُمْ جمِيعا ف يُ نبِع ئُكُم بِ ما كُ نتُمْ فِيهِ ت تَْ لِفُو ن (Dan telah Kami turunkan kepadamu) hai Muhammad (kitab) yakni Alquran (dengan kebenaran) berkaitan dengan anzalnaa (membenarkan apa yang terdapat di hadapannya) maksudnya yang sebelumnya (di antara kitab dan menjadi saksi) atau batu ujian (terhadapnya) kitab di sini maksudnya ialah kitab-kitab terdahulu. (Sebab itu putuskanlah perkara mereka) maksudnya antara ahli kitab jika mereka mengadu kepadamu (dengan apa yang diturunkan Allah) kepadamu (dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka) dengan menyimpang (dari kebenaran yang telah datang kepadamu. Bagi tiap-tiap umat di antara kamu Kami beri) hai manusia (aturan dan jalan) maksudnya jalan yang nyata dan agama dan yang akan mereka tempuh. (Sekiranya dikehendaki Allah tentulah kamu dijadikan-Nya satu umat) dengan hanya satu syariat (tetapi) dibagi-bagi-Nya kamu kepada beberapa golongan (untuk mengujimu) mencoba (mengenai apa yang telah diberikan-Nya
  • 10. kepadamu) berupa syariat yang bermacam-macam untuk melihat siapakah di antara kamu yang taat dan siapa pula yang durhaka (maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan) berpaculah mengerjakannya. (Hanya kepada Allahlah kembali kamu semua) dengan kebangkitan (maka diberitahukan-Nya kepadamu apa yang kamu perbantahkan itu) yakni mengenai soal agama dan dibalas-Nya setiap kamu menurut amal masing-masing. F. Penjelasan tafsir QS. Al-Baqarah ayat 136                                 “Katakanlah- hai para mukmin kepada mereka: "Kami telah beriman kepada Allah dan kitab yang diturunkan kepada Kami dan kepada hukum-hukum yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan kepada anak-anaknya-yang dua belas itu-dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa-Taurat dan Injil-dan kepada apa yang diberikan kepada Nabi-nabi-yang disebut itu atau selainnya-dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang dari rasul-rasul-Nya dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri.”7 Ayat ini memberi petunjuk cara mengemukakan bantahan dan dalil-dalil dalam bertukar pikiran, yaitu dengan membandingkan antara asas suatu agama dengan agama lain dan sebagainya. Al-Asbat ialah anak cucu Nabi Ya’kub a.s. yang dimaksud dengan “beriman kepada nabi-nabi” yang tersebut diatas ialah beriman kepada nabi Allah, yang telah diperintahkan mengajak orang pada masanya beriman kepada Allah. Prinsip-prinsip pokok agama yang dibawa oleh nabi adalah sama, yaitu ketauhidan. Agama Ibrahim adalah agama yang mengakui keesaan dan kekuasaan Allah, bukan agama yang mempersekutukan Allah. Agama yang telah dimasuki unsure syirik dan campur tangan manusia, bukanlah agama Ibrahim dan bukan agama Allah. Iman kepada para nabi dan rasul serta iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepadanya termasuk Rukun Iman. G. Q.S. Al Hadid ayat 25         
  • 11.                       “Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul- Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” Pengertian Global Pada Ayat ke-25 Surat Al-Hadid yang berarti Besi ini Allah Swt. mengabarkan kepada kita semua bahwa Allah Swt. telah mengutus beberapa Rasul untuk menyampaikan Risalahnya dengan berbagai kemampuan dan bukti nyata (Mukjizat) yang membuktikan bahwa para Rasul adalah manusia yang dipilih Allah untuk menyebarkan risalah-Nya. dalam hal ini Allah Swt. menjelaskan telah menjadikan besi bagi kemanfaatna manusia dan dijadikan sebagai bukti bahwa Allah Swt. yang bekehendaka atas segala sesuatu dan segala hal. Allah Swt. mengutus para Rasul disertai dengan Kitab dimana didalamnya terdapat tentang ajaran-ajaran yang harus disampaikan oleh para Rasul kepada Ummatnya, dinatara kitab-kitab itu adalah Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur’an sebagai penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya dan menjadi dasar untuk menegakan neraca keadilan atau sebagai dasar dalam setiap pengambilan keputusan atas berbagai permasalahan. Pada akhir ayat tersebut Allah Swt. memberikan penjelasan tentang adanya manfaat dari besi dan kehebatan yang luar biasa sebagai bukti ke Maha Agungan dan ke Maha Besar-an Allah Swt. Karen memang telah kita ketahui bersama dengan adanya besi ini kita dapat merasakan kehidupan yang lebih baik dan paling penting dalpat mengubah peradaban manusia menuju lebih baik dengan dibuktikan semakin pesatnya perkembangan tekhnologi dan informasi yang merupakan salah satu manfaat dari besi yang telah digambarkan oleh Allah pada ayat tersebut. Tafsir Ayat Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah mengutus para Rasul kepada umat-umat Nya dengan membawa bukti-bukti yang kuat untuk membuktikan kebenaran risalah-Nya. Di antara bukti-bukti itu, ialah mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para Rasul itu, seperti tidak terbakar oleh api sebagai mukjizat Nabi Ibrahim as, mimpi yang benar sebagai mukjizat Nabi Yusuf as, Tongkat sebagai mukjizat Nabi Musa as. Alquran sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW dan sebagainya. Dalam pada itu setiap Rasul yang diutus itu bertugas menyampaikan agama Allah kepada umatnya. Ajaran agama itu adakalanya tertulis dalam sahifah-sahifah dan adakalanya termuat dalam suatu kitab, seperti Taurat, Zabur, Injil dan Alquran. Ajaran agama itu berupa petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sebagai dasar mengatur dan membina masyarakat, maka setiap agama yang dibawa oleh para Rasul itu mempunyai asas "keadilan". Keadilan ini wajib
  • 12. ditegakkan oleh para Rasul dan pengikut-pengikutnya dalam masyarakat, yaitu keadilan penguasa terhadap rakyatnya, keadilan suami sebagai kepala rumah tangga, keadilan pemimpin atas yang dipimpinnya dan sebagainya, sehingga seluruh anggota masyarakat sama kedudukannya dalam hukum, sikap dan perlakuan. Di samping itu Allah SWT menganugerahkan kepada manusia "besi" suatu karunia yang tidak terhingga nilai dan manfaatnya. Dengan besi dapat dibuat berbagai macam keperluan manusia, sejak dari yang besar sampai kepada yang kecil, seperti berbagai macam kendaraan di darat, di laut dan di udara, keperluan rumah tangga dan sebagainya. Dengan besi pula manusia dapat membina kekuatan bangsa dan negaranya, karena dari besi dibuat segala macam alat perlengkapan pertahanan dan keamanan negeri, seperti senapan, kendaraan perang dan sebagainya. Tentu saja semuanya itu hanya diizinkan Allah menggunakannya untuk menegakkan agama Nya, menegakkan keadilan dan menjaga keamanan negeri. Allah SWT menerangkan bahwa Dia melakukan yang demikian itu agar Dia mengetahui siapa di antara hamba-hamba Nya yang mengikuti dan menolong agama yang disampaikan para Rasul yang diutus Nya dan siapa yang mengingkarinya. Dengan anugerah itu Allah SWT ingin menguji manusia dan mengetahui sikap manusia terhadap nikmat Nya itu. Manusia yang taat dan tunduk kepada Allah akan melakukan semua yang disampaikan para Rasul itu, karena ia yakin bahwa semua perbuatan, sikap dan isi hatinya diketahui Allah, walaupun ia tidak melihat Allah mengawasi dirinya. Sehubungan dengan kegunaan besi ini diterangkan dalam hadis yang artinya: Dari Ibnu Umar, ia berkata, "Bersabda Rasulullah Saw: "Aku diutus dengan pedang (besi) sebelum kedatangan Hari Kiamat (akhir zaman), sehingga orang menyembah Allah saja, tidak ada syerikat bagi -Nya dan Allah menjadikan rezekiku di bawah naungan tombakku dan menjadikan hina dan rendah orang yang menyalahi perintahku, dan barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum itu". (H.R. Ahmad dan Abu Daud). Pada akhir ayat ini Allah SWT menegaskan kepada manusia bahwa Dia Maha Kuat, tidak ada sesuatu pun yang mengalahkan Nya, bahwa Dia Maha Perkasa dan tidak seorang pun yang dapat mengelakkan diri dari hukuman yang telah ditetapkan- Nya. Tafsir Jalalain Surah Al Hadiid : 25 (Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami) yaitu malaikat-malaikat-Nya kepada nabi-nabi (dengan membawa bukti-bukti yang nyata) hujah-hujah yang jelas dan akurat (dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab) lafal Alkitab ini sekalipun bentuknya mufrad tetapi makna yang dimaksud adalah jamak, yakni al-kutub (dan neraca) yakni keadilan (supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (Dan Kami ciptakan besi) maksudnya Kami keluarkan besi dari tempat-tempat penambangannya (yang padanya terdapat kekuatan yang hebat) yakni dapat dipakai sebagai alat untuk berperang (dan berbagai manfaat bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui) supaya Allah menampilkan; lafal waliya'lamallaahu diathafkan pada lafal liyaquman-naasu (siapa yang menolong-Nya) maksudnya siapakah yang menolong agama-Nya dengan memakai alat-alat perang yang terbuat dari besi dan lain-lainnya itu (dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya) lafal bil-ghaibi menjadi hal atau kata keterangan keadaan dari dhamir ha yang terdapat pada lafal yanshuruhu. Yakni sekalipun Allah tidak terlihat oleh mereka di dunia ini. Ibnu Abbas r.a. memberikan penakwilannya, mereka menolong agama-Nya padahal mereka tidak
  • 13. melihat-Nya. (Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa) artinya Dia tidak memerlukan pertolongan siapa pun, akan tetapi perbuatan itu manfaatnya akan dirasakan sendiri oleh orang yang mengerjakannya.