1. LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II PERCOBAAN PEMBIASAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pratikum Fisika Dasar II
Yang dibimbing oleh ibu DR. Eny Latifah,MSi.
Disusun oleh :
Nama :Calvin Irawan
NIM :210322607294
Offering :O
Kelompo:1/Ganjil
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
APRIL 2022
2. PRATIKUM KE-4 PERCOBAAN PEMBIASAN CAHAYA
A. TUJUAN
Tujuan pratikum ini diharapkan:
1. Menerapkan teori ralat dengan benar.
2. Menentukan jarak fokus cermin cekung dengan cara meletakkan benda
di jauh tak hingga.
3. Menentukan jarak fokus cermin cekung melalui pengukuran jarak benda
dan jarak bayangan.
4. Menentukan jarak fokus cermin cembung melalui pengukuran jarak benda
dan jarak bayangan.
5. Menentukan jarak fokus lensa cembung dengan cara meletakkan benda
di jauh tak hingga.
6. Menentukan jarak fokus lensa cembung melalui pengukuran jarak benda
dan jarak bayangan.
7. Menentukan jarak fokus lensa cekung melalui pengukuran jarak benda dan
jarak bayangan.
B. DASAR TEORI
Cahaya merupakan salah satu bentuk gelombang elektromagnetik
yang memiliki sifat mendua. Disatu sisi cahaya merupakan
gelombang namun disisi lain cahaya memiliki sifat seperti sebuah partikel.
Salah satu sifat cahaya sebagai gelombang adalah dapat mengalami
pemantulan (refleksi) sedangkan salah satu sifat cahaya sebagai partkel
adalah cahaya dapat mengalami peristiwa tumbukan (Herman, 2016).
Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang
batas yang memisahkan dua medium yang berbeda, seperti misalnya sebuah
permukaan udara kaca, energi cahaya tersebut dipantulkan dan memasuki
medium kedua, perubahan arah dari sinar yang ditransmisikan tersebut
disebut pembiasan ( Tipler, 2001)
Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang
datar seperti misalnya sebuah cermin, gelombang-gelombang baru
dibangkitkan dan bergerak menjauhi penghalang tersebut. Fenomena ini
disebut pemantulan. Pemantulan terjadi pada bidang batas antara dua
medium yang berbeda seperti misalnya sebuah permukaan udara kaca,
dalam kasus dimana sebagian energy datang dipantulkan dan sebagian
ditransmisikan. Sudut antara sinar datang dengan garis normal (garis tegak
lurus permukaan) sisebut sudut datang, bidang yang dibatasi oleh dua garis
ini disebut sudut datang. Sinar yang dipantulkan terletak di dalam bidang
3. datang tersebut dan membentuk sudut dengan garis normal yang sama
dengan sudut datang. Hasil ini dikenal dengan hukum pemantulan .Hukum
pemantulan berlaku untuk semua jenis gelombang (Tipler, 2001).
Dari hukum Snellius n1 sin i = n2 sin r. Karena dianggap sinar-
sinar mempunyai inklinasi yang kecil, maka sudut-sudut i , r, 1, 2, dan
semuanya sangat kecil, dan dapat digunakan sin i i , sin r r
sehingga hukum Snellius menjadi n1 i = n2 r atau n1 ( 1 ) = n2 ( +
2 )
Rumus Descartes untuk pembiasan pada suatu permukaan sferis.
Rumus ini juga sahih untuk permukaan pembias cembung kecuali untuk
permukaan cembung, r bilangan positif.
Fokus benda Fo yang juga disebut titik fokus pertama suatu
permukaan pembias sferis adalah posisi suatu benda titik pada sumbu utama
sedemikian rupa sehingga sinar-sinar bias sejajar sumbu utama; artinya q =
dan p = fo (fo disebut panjang fokus benda). Dengan mensubstitusikan ke
persamaan 5 diperoleh r
n
n
n
f
2
1
1
o
. Jika sinar-sinar datang sejajar
sumbu utama maka sinar-sinar bias melewati titik Fi pada sumbu utama
yang disebut titik fokus kedua; artinya p = dan q = fi (fi disebut panjang
fokus bayangan). Dengan mensubstitusikan ke persamaan 5 diperoleh
r
n
n
n
f
2
1
2
i
.
Sumbu utama lensa adalah garis yang ditentukan oleh dua pusat C1 dan C2 .
sinar datang PA. Di permukaan pertama sinar datang tersebut dibiaskan
sepanjang sinar AB. Jika diteruskan, sinar AB akan melewati '
Q , dan karena
itu merupakan bayangan P yang dihasilkan oleh permukaan pembias pertama.
Jarak benda dan jarak bayangan dapat diukur dari O1 atau O2; tetapi jika
lensanya sangat tipis, ketebalan O1O2 dapat diabaikan dan semua jarak diukur
dari titik pusat yang sama, O. Jarak '
q titik '
Q dari O didapat menerapkan
persamaan yaitu
1
r
n
1
'
q
n
p
1
indeks bias telah dibalik karena dalam
pembiasan kedua sinar adalah dari lensa ke udara sehingga diperoleh
1
2 r
1
r
1
1
n
q
1
p
1
dan yang merupakan rumus Descartes untuk lensa
tipis. Dengan mengambil p = f dan q = diperoleh
1
2 r
1
r
1
1
n
f
1
4. B. ALAT BAHAN DAN DESIGN 5
a. Alat
1. Cermin Cekung
2. Cermin Cembung
3. Lilin
4. Layar
b. Design
1. Menentukan Jarak Fokus Cermin Cekung
GAMBAR 6.
Posisi Benda, Layar, dan Cermin Cekung Ketika Menentukan Fokus
Cermin Cekung
GAMBAR 7.
Posisi Layar, Benda, dan Cermin Cekung saat Mencari Letak Bayangan
Benda di Ruang II
2. Menentukan Jarak Fokus Cermin Cembung
5. GAMBAR 8.
Posisi Benda, Layar (Cermin Datar), dan Cermin Cembung Saat
Menentukan Bayangan Cermin Cembung
3.Mententukan Jarak Fokus Lensa Cembung
GAMBAR 9.
Layar Saat Menentukan Jarak Fokus Lensa Cembung
GAMBAR 10.
Posisi Benda, Lensa Cembung, dan Layar Saat Menentukan Letak Bayangan
Suatu Benda
6. GAMBAR 11.
Posisi Lensa Cembung, Lensa Cekung, Benda, dan Layar Saat Menentukan Jarak Fokus
Lensa Cekung
C. PROSEDUR PERCOBAAN 5
Sebelum memulai praktikum, buatlah laporan praktikum sementara
dengan tulis tangan. Laporan praktikum sementara ini berguna untuk
pengambilan data pada saat praktikum dan juga untuk diberikan kepada
dosen dan asisten dosen untuk di tanda tangani.
1. Cermin Cekung
1. Mengambil Cermin cekung dan layer lalu Menyusun seperti
gambar 6,mendapatkan bayangan yang paling jelas darir benda di
jauh tak hingga.
2. Mencatat data dan mengulangi dengan memindahkan letak cermin
minimum 4kali
3. Menempatkan benda di ruang II seperti gambar 7,menggeser”layar
sampai terlihat bayangan paling jelas Lalu mencatat
datanya,kemudian mengulangi dengan memindahkan letak benda
minimum 4kali
4. Mengulangi Langkah no 3 di ruang III
2. Cermin Cembung
1. Mengambil cermin datar , cermin cembung dan benda (lilin)
seperti gambar 8, Mengatur sedemikian rupa sehingga cermin datar
7. tidak menutupi bayangan lilin yang terlihat di dalam cermin
cembung yang berada di belakangnya
2. Menggeser-geser cermin cembung sedemikian rupa sehingga, mata
dapat melihat bayangan yang terbentuk di dalam cermin cembung
berimpit dengan bayangan yang terbentuk di dalam cermin
datar.Mencatat kedudukan cermin datar,cermin cembung dan
beda.Mengulangi percobaan 4kali dengan mengubah jarak benda ke
cermin
3. Lensa Cembung
1. Mengambil lensa cembung dan layar, susun seperti gambar 9,
mendapatkan bayangan yang paling jelas dari benda di jauh tak
hingga.Mencatat dan mengulangi dengan memindahkan letak lensa
minimum 4kali
2. Menempatkan benda di ruang II seperti gambar
10,menggeser”sampai bayangan terlihat jelas.Mencatat dan
mengulangi dengan memindahkan letak benda minimum 4kali
3. Mengulangi Langkah 2 dengan benda di ruang III
4. Lensa Cekung
1. Mengambil lensa cembung dan menempatkan bola lampu di ruang
II seperti gambar 11 kemudian menangkap bayangan yang paling
jelas dengan layar.Mencatat kedudukan layar
2. Meletakkan lensa cekung diantara lensa cembung dan layar lalu
memperhatikan layar, gambar menjadi kabur. mengukur jarak dari layar
ke lensa cekung, mencatat datanya.Kemudian mengeser-geser layar
sampai didapatkan bayangan paling jelas,mencatat datanya di lembar
data
3. Mengulangi Langkah 2 dengan mengubah letak lensa cekung
minimal 4 kali
8. D. KAJIAN DATA
A.Cermin Cekung
1.Benda di tak hingga
NO Jarak Fokus(cm)
1 16
2 16,2
3 15,7
4 15,5
5 15,7
Rata-rata=15,8cm
Nst P dan Q=0,1cm
Delta P dan delta Q=0,05cm
2.Benda di ruang II dan III
No Benda di Ruang II Benda di Ruang III
P(cm) Q(cm) P(cm) Q(cm)
1 18 97 32 32
26. Ralat relatif
𝑺𝒇
𝒇
× 𝟏𝟎𝟎% =
𝟔,𝟏𝟑𝟓
𝟏𝟐,𝟐𝟒𝟖𝟔𝟓𝟎𝟒
× 𝟏𝟎𝟎% = 𝟎, 𝟓𝟎𝟎𝟗%
Jadi, jarak fokus rata-rata lensa cekung adalah 𝑓 = (1,224 ± 6,135)10−1
dengan
ralat relatif sebesar 𝟎, 𝟓𝟎𝟎𝟗%(4AP).
F. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami dilakukan dapat diketahui bahwa
Pembiasan cahaya merupakan peristiwa perubahan arah rambat cahaya ketika
berpindah dari satu medium ke medium lain yang kerapatan optiknya berbeda.
Penyebab terjadinya pembiasan cahaya dibagi menjadi 2 yaitu:
Ketika sinar datang dari medium yang kurang rapat menuju medium yang lebih
rapat maka sinar datang akan dibiaskan mendekati garis normal. Contohnya ketika
sinar datang melalui medium udara menuju air atau
Ketika sinar datang dari medium yang lebih rapat menuju medium yang kurang
rapat maka sinar datang akan dibiaskan menjauhi garis normal. Contohnya ketika
sinar datang melalui medium air menuju udara.
Pada pengamatan yang telah dilakukan sesuai dengan Jadi, jarak fokus rata-rata
lensa cembung pada jarak tak hingga adalah ƒ = (1,582 ± 0,001) x 10−1
dengan
ralat relatif 0,8302% (4AP), jarak fokus cermin cembung pada benda di ruang II
pada percobaan pertama adalah 𝑓 = (1,518 ± 0,002) × 10−1
dengan ralat relative
sebesar 0,1562% (4AP), jarak fokus cermin cembung pada benda di ruang II pada
percobaan kedua adalah 𝑓 = (1,587 ± 0,002) × 10−1
dengan ralat relative
sebesar 0,1326% (4AP) jarak fokus cermin cembung pada benda di ruang II pada
percobaan ketiga adala 𝑓 = (1,587 ± 0,001) × 10−1
dengan ralat relative sebesar
0,1105% (4AP), jarak fokus cermin cembung pada benda di ruang II pada
percobaan keempat adalah 𝑓 = (1,565 ± 0,001) × 10−1
dengan ralat relative
sebesar 0,09417% (4AP), jarak fokus cermin cekung pada benda di ruang II pada
percobaan kelima adalah 𝑓 = (1,575 ± 0,001) × 10−1
dengan ralat relative
sebesar 0,08439% (4AP) dan kami mendapatkan jarak fokus rata-rata cermin
27. cembung pada benda di ruang II adalah 𝑓 = (1,566 ± 0,007) × 10−1
dengan ralat
relative sebesar 0,4866% (4AP)
Lalu pada benda diruang III kami mendapatkan jarak fokus cermin cembung
pada benda di ruang III pada percobaan pertama adalah 𝑓 = (1,600 ± 3,725) ×
10−1
dengan ralat relative sebesar 0,2328% (4AP), jarak fokus cermin cembung
pada benda di ruang III pada percobaan kedua adalah 𝑓 = (1,593 ± 0,001) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,0007488% (4AP), jarak fokus cermin cembung
pada benda di ruang III pada percobaan ketiga adalah 𝑓 = (1,606 ± 0,001) ×
10−1
dengan ralat relative sebesar 0,0007587% (4AP), jarak fokus cermin cekung
pada benda di ruang III pada percobaan keempat adalah𝑓 = (1,023 ± 0,026) ×
10−1
dengan ralat relative sebesar 0,002633% (4AP), jarak fokus cermin cembung
pada benda di ruang III pada percobaan kelima adalah 𝑓 = (1,419 ± 1,001) ×
10−1
dengan ralat relative sebesar0,007052% (4AP) dan kami mendapatkan jarak
fokus rata-rata cermin cembung pada benda di ruang III adalah 𝑓 =
(1,559 ± 0,003) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,02265% (4AP)
Pengamatan pada cermin cekung juga mendapatkan data yaitu jarak fokus
cermin cekung pada benda di ruang III pada percobaan pertama adalah 𝑓 =
(1,611 ± 0,032) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,002016% (4AP), jarak
fokus cermin cekung pada benda di ruang III pada percobaan kedua adalah 𝑓 =
(1,455 ± 0,021) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,001502% (4AP), jarak
fokus cermin cekung pada benda di ruang III pada percobaan ketiga adalah 𝑓 =
(1,234 ± 0,029) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,002414% (4AP), jarak
fokus cermin cekung pada benda di ruang III pada percobaan keempat adalah𝑓 =
(1,023 ± 0,026) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,002633% (4AP), jarak
fokus cermin cekung pada benda di ruang III pada percobaan kelima adalah𝑓 =
(8,000 ± 0,015) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,001908% (4AP) dan
kami mendapatkan data jarak fokus rata-rata lensa cekung adalah 𝑓 = (1,224 ±
6,135)10−1
dengan ralat relatif sebesar 𝟎, 𝟓𝟎𝟎𝟗%(4AP).
Mengapa teori ralat 0,8302% karena data yang kami dapatkan adalah berupa 5
data acak sehingga kami mendapatkan teori ralat sekian dengan 5 data yang ada
dengan Nst P dan Q=0,1cm,Delta P dan delta Q=0,05cm
Berdasarkan teori yang ada pratikum kami lumayan sesuai dengan teori yang
ada contoh nya pada percobaan 1 kami mendapatkan ralat 𝟎, 𝟖𝟑𝟎𝟐% dengan
mendapatkan data jarak fokus 15,82cm.Ini berdasarkan salah satu dasar teori yaitu
Dari hukum Snellius n1 sin i = n2 sin r. Karena dianggap sinar-sinar mempunyai
28. inklinasi yang kecil, maka sudut-sudut i , r, 1, 2, dan semuanya sangat kecil,
dan dapat digunakan sin i i , sin r r sehingga hukum Snellius menjadi n1 i
= n2 r atau n1 ( 1 ) = n2 ( + 2 )
G. KESIMPULAN
Kami dapat menentukan teori ralat pada pratikum pemantulan ini dengan
rumus teori ralat yang ada dimana dapat didapatkan data yang kami mendapatkan
teori ralat 0%sesuai dengan rumus 𝑓 =
∑ 𝑓𝑛
𝑛
dan
S𝑓 = √
∑(𝑓𝑛−𝑓)2
𝑛(𝑛−1)
dimana f kami mendapat 16 dan sf mendapat 0% sehingga
didapatkan ralat 0,8302%
Kami juga dapat menentukan jarak fokus cermin cekung dengan cara
meletakkan benda di jauh tak hingga sehingga didapatkan data ƒ = (1,582 ± 0,001)
x 10−1
dengan ralat relatif 0,8302% (4AP)
Kami juga dapat menentukan jarak fokus cermin cembung melalui
pengukuran jarak benda dan jarak bayangan sehingga didapatkan ƒ = (1,582 ±
0,001) x 10−1
dengan ralat relatif 0,8302% (4AP), jarak fokus cermin cembung
pada benda di ruang II pada percobaan pertama adalah 𝑓 = (1,518 ± 0,002) ×
10−1
dengan ralat relative sebesar 0,1562% (4AP), jarak fokus cermin cembung
pada benda di ruang II pada percobaan kedua adalah 𝑓 = (1,587 ± 0,002) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,1326% (4AP) jarak fokus cermin cembung pada
benda di ruang II pada percobaan ketiga adala 𝑓 = (1,587 ± 0,001) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,1105% (4AP), jarak fokus cermin cembung pada
benda di ruang II pada percobaan keempat adalah 𝑓 = (1,565 ± 0,001) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,09417% (4AP), jarak fokus cermin cekung pada
benda di ruang II pada percobaan kelima adalah 𝑓 = (1,575 ± 0,001) × 10−1
29. dengan ralat relative sebesar 0,08439% (4AP) dan kami mendapatkan jarak fokus
rata-rata cermin cembung pada benda di ruang II adalah 𝑓 = (1,566 ± 0,007) ×
10−1
dengan ralat relative sebesar 0,4866% (4AP)
Kami juga dapat menentukan jarak fokus cermin cembung melalui pengukuran
jarak benda dan jarak bayangan sehingga didapatkan data 𝑓 = (1,600 ± 3,725) ×
10−1
dengan ralat relative sebesar 0,2328% (4AP), jarak fokus cermin cembung
pada benda di ruang III pada percobaan kedua adalah 𝑓 = (1,593 ± 0,001) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,0007488% (4AP), jarak fokus cermin cembung
pada benda di ruang III pada percobaan ketiga adalah 𝑓 = (1,606 ± 0,001) ×
10−1
dengan ralat relative sebesar 0,0007587% (4AP), jarak fokus cermin cekung
pada benda di ruang III pada percobaan keempat adalah𝑓 = (1,023 ± 0,026) ×
10−1
dengan ralat relative sebesar 0,002633% (4AP), jarak fokus cermin cembung
pada benda di ruang III pada percobaan kelima adalah 𝑓 = (1,419 ± 1,001) ×
10−1
dengan ralat relative sebesar0,007052% (4AP) dan kami mendapatkan jarak
fokus rata-rata cermin cembung pada benda di ruang III adalah 𝑓 =
(1,559 ± 0,003) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,02265% (4AP)
Kami juga dapat menentukan jarak fokus lensa cembung dengan cara
meletakkan benda di jauh tak hingga sehingga didapatkan ƒ = (1,582 ± 0,001) x
10−1
dengan ralat relatif 0,8302% (4AP)
Kami juga dapat menentukan jarak fokus lensa cekung melalui pengukuran jarak
benda dan jarak bayangan sehingga didapatkan data yang ada di analis data 𝑓 =
(1,611 ± 0,032) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,002016% (4AP), jarak
fokus cermin cekung pada benda di ruang III pada percobaan kedua adalah 𝑓 =
(1,455 ± 0,021) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,001502% (4AP), jarak
fokus cermin cekung pada benda di ruang III pada percobaan ketiga adalah 𝑓 =
(1,234 ± 0,029) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,002414% (4AP), jarak
fokus cermin cekung pada benda di ruang III pada percobaan keempat adalah𝑓 =
(1,023 ± 0,026) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,002633% (4AP), jarak
fokus cermin cekung pada benda di ruang III pada percobaan kelima adalah𝑓 =
(8,000 ± 0,015) × 10−1
dengan ralat relative sebesar 0,001908% (4AP) dan
kami mendapatkan data jarak fokus rata-rata lensa cekung adalah 𝑓 = (1,224 ±
6,135)10−1
dengan ralat relatif sebesar 0,5009%(4AP).
30. H. DAFTAR PUSTAKA
https://www.ruangguru.com/blog/peristiwa-pembiasan-cahaya
Herman dan asisten LFD. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar
2. Makassar: Unit Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar.
Tipler, Paul. 2001. Fisika Sins dan Teknik. Jakarta: Erlangga
Young, Hugh D. dkk. 2003 Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid II.
Jakarta: Erlangga
Modul Pratikum Pembiasan