2. Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
kalau pada siswa satu kelas mempunyai motivasi
yang tinggi, sedangkan data penelitian yang
terkumpul pada kelas itu pemahaman konsep yang
tinggi maka hasil penelitian itu tidak valid.
Valid berarti instrument tersebut dapat gunakan
untuk mengukur apa yang hendak diukur, Penggaris
yang valid dapat digunakan untuk mengukur
panjang pinsil dengan tepat, karena penggaris
merupakan alat ukur panjang, dan penggaris
menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur
massa pinsil.
3. Penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan
data dalam waktu yang berbeda, kalau dalam data
objek kemarin kita mendapatkan motivasi siswa
yang tinggi maka sekarang dan besok bila diujikan
akan tetap mendapatkan motivasi siswa yang
tinggi.
Instrument yang reliable berarti instrument bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek
yang sama, akan menghasilkan data yang
sama.penggaris bila bahanya dari bahan elastis
yang berubah rubah ukuran panjangnya maka
menjadi tidak reliabel.
4. a. Teknik Pengukuran Ulang (Test-retest)
Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan
pengkuran ulang kepada responden, kita meminta
responden yang sama agar menjawab semua
pertanyaan dalam alat pengukur sebanyak dua kali.
Selang waktu antara pengukuran pertama dan ke
dua menurut Masri Singarimbun antara 15 s/d 30
hari, apa bila selang waktunya terlalu dekat
dikhawatirkan responden masih ingat jawaban yang
diberikan pada waktu yang pertama.
Hasil pengukuran pertama dan kedua kemudian
dikorelasikan dengan teknik korelasi ”product
moment”, kemudian dianalisa seperti dalam teknik
validitas.
5. Intrumen yant ekuivalen adalah pertanyaan
yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama. Contah : Berapa tahun
pengalaman kerja anda di lembaga ini?
Pertanyaan tersebut akan equvalen dengan
pertanyaan Tahun berapa anda mulai bekerja
di lembaga ini?
Pengujian cukup dilakukan sekali dengan dua
instrumen yang ekuvalen, kemudian di cari
korelasinya, bila positif dan signifikan maka
instrumen di nyatakan reliabel
6. jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan
terhadap isi suatu materi tertentu yang
seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Dengan kata lain, tes yang mempunyai validitas
isi yang baik ialah tes yang benar-benar
mengukur penguasaan materi yang seharusnya
dikuasai sesuai Standar Kompetensi(SK) dan
kompetensi dasar (KD)
Menurut Gregory (2000) validitas isi
menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas
atau butir dalam suatu tes atau instrumen
mampu mewakili secara keseluruhan dan
proporsional perilaku sampel yang dikenai tes
tersebut. Artinya tes mencerminkan
keseluruhan konten atau materi yang diujikan
7. Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas konstruk
adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa
jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa yang
benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep
khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan.
Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen-
instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel-
variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal
seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat,
konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan,
motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang
sifatnya performansi maksimum seperti instrumen
untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi
(kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional dan
lain-lain.
8. Validitas empiris sama dengan validitas kriteria
yang berarti bahwa validitas ditentukan
berdasarkan kriteria, baik kriteria internal
maupun kriteria eksternal. Kriteria internal
adalah tes atau instrumen itu sendiri yang
menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal
adalah hasil ukur instrumen atau tes lain di luar
instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria.
Ukuran lain yang sudah dianggap baku atau
dapat dipercaya dapat pula dijadikan sebagai
kriteria eksternal.
9. Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak
harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes
untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah
mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten
atau materi yang seharusnya dikuasai secara
proporsional. Oleh karena itu, validitas isi suatu tes
tidak memiliki besaran tertentu yang dihitung secara
statistika, tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid
berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena
itu, wiersma dan Jurs dalam Djaali dan Pudji (2008)
menyatakan bahwa validitas isi sebenarnya
mendasarkan pada analisis logika, jadi tidak
merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung
secara statistika.
10. Untuk memperbaiki validitas suatu tes, maka isi suatu tes harus
diusahakan agar mencakup semua pokok atau sub-pokok
bahasan yang hendak diukur. Kriteria untuk menentukan
proporsi masing-masing pokok atau sub pokok bahasan yang
tercakup dalam suatu tes ialah berdasarkan banyaknya isi
(materi) masing-masing pokok atau sub-pokok bahasan seperti
tercantum dalam kurikulum atau Garis-Garis Besar Program
Pengajaran(GBPP).
Selain itu, penentuan proporsi tersebut dapat pula didasarkan
pendapat (judgement) para ahli dalam bidang yang
bersangkutan. Jadi situasi tes akan mempunyai validitas isi
yang baik jika tes tersebut terdiri dari item-item yang mewakili
semua materi yang hendak diukur. Salah satu cara yang biasa
digunakan untuk memperbaiki validitas isi suatu tes ialah
dengan menggunakan blue-print untuk menentukan kisi-kisi tes.
11. Dengan menggunakan instrument yang
valid dan reliable dalam mengumpulkan
data , maka diharapkan hasil penelitian
akan menjadi valid dan reliabe, namun
demikian walaupun instrument telah
teruji validitas dan reliabilitasnya tidak
berarti hasil penelitiannya menjadi valid
dan reliabel karena masih ada kondisi
objek yang diteliti dan kemampuan
menggunakan instrumen. Seperti di
mata pelajaran IPA misalnya ketika
mengukur arus dengan menggunakan
15. Pengujian ini dilakukan
dengan cara mencobakan
intrumen ekuivalen itu
beberapa kali ke
responden yang sama.dan
hasilnya di korelasikan
secara silang