1. MAKALAH
PERAWATAN DAN PENGOBATAN TRADISIONAL PADA BAYI DAN BALITA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Etnomedika Kebidanan
Disusun oleh:
Kelompok IV
1. SITI KOMARIYAH (215410446187)
2. AGUSTRYANA SARI (215401446188)
3. ISNAENI (215401446191)
4. MARETTA TAULO SIMANGUNSONG (215401446213 )
5. AYU AMALIA PUTRI (215401446214)
6. CHUSNUL CHOLIFAH (215401446219)
PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2. i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas atau makalah ini dengan baik sehingga makalah
yang berjudul “Perawatan dan Pengobatan Tradisional pada Bayi dan Balita” dapat selesai
tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak terutama Dosen pengajar Mata Kuliah Etnomedika Kebidanan
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan atau
ketidak sempurnaan. Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini, dapat menambah ilmu
pengetahuan pembaca. Penulis menyadari adanya kekurangan-kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kepada pembaca, penulis memohon maaf bila dalam penyajian makalah ini masih
banyak kekurangan atau kesalahan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi penyempurnaan selanjutnya.
Jakarta, 6 Juli 2022
Penulis
Kelompok 4
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ...........................................................................................1
B. TUJUAN..................................................................................................................2
C. MANFAAT .............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................3
A. OBAT TRADISIONAL ........................................................................................3
B. DEMAM..................................................................................................................6
C. LUKA BAKAR.......................................................................................................7
D. PENGOBATAN TRADISIONAL PADA BAYI DAN BALITA ......................7
BAB III TINJAUAN KASUS ...............................................................................................14
A. BAWANG MERAH ............................................................................................14
B. LIDAH BUAYA ...................................................................................................14
BAB IV KESIMPULAN .......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengobatan atau yang bisa disebut terapi merupakan kegiatan untuk
membersihkan tubuh dari penyakit, biasanya diketahui dengan cara diagnose artinya
terapi atau pengobatan dianggap jalan untuk menyehatkan, disamping itu sesuai dengan
ketentuan untuk pengobatan dan kaitannya dengan agama, kebiasaan, serta adat istiadat
yang berlaku pada masyarakat pendukungnya. Terlepas dari ketentuan tersebut,
pengobatan sebenarnya bukan hanya sebuah penyembuhan saja tetapi ada kaitan serta
hubungan vertikal maupun horizontal, hubungan tersebut terdiri dua sisi, yang berobat
dan yang mengobati. Kedua hubungan tersebut berkaitan juga dengan sang pencipta
sebagai tujuan akhir dari pengobatan tersebut.
Pengobatan tradisional merupakan satu sistem pengobatan yang tata caranya
berdasarkan pengetahuan yang didapat secara turun temurun. Pengobatan tradisional
masih berlangsung di sebagian kalangan masyarakat, di antaranya di daerah yang jauh
dari fasilitas kesehatan, di daerah yang masih kaya akan tanaman obat, pada mereka
yang secara ekonomi kurang mampu, dan pada mereka yang memercayai keampuhan
dari pengobatan tradisional, terlepas mampu atau kurang mampu secara ekonomi.
Dalam praktik sehari-hari, pengobatan tradisional berjalan berdampingan dengan
pengobatan modern. Keberlangsungan pengobatan tradisional tidak dapat diabaikan
mengingat pengalaman menunjukkan bahwa sebagian penyakit yang dialami warga
masyarakat dapat disembuhkan dengan cara ini. Apalagi keberadaan pengobatan
tradisional semakin mendapat pengakuan di bidang kesehatan, menyusul adanya hasil
riset yang menunjukkan berbagai tumbuhan bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan
(Yanti Nisfiyanti, 2012: 126).
Menurut WHO, pengobatan tradisional adalah jumlah total pengetahuan,
keterampilan, dan praktik-praktik yang berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan
pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan
atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan,
diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental (Dermawan,
2013: 52).
5. 2
Pengobatan tradisional beraneakaragam, dan tidak dapat dihitung secara pasti,
tetapi kemungkinan setiap daerah mempunyai cara untuk menyembuhkan diri dari
penyakit serta dengan cara pengobatannya yang berbeda. Media yang digunakan pada
pengobatan tradisional ini biasanya menggunakan bahan-bahan tanaman dengan
kandungan alamiah. Tanaman obat tradisional tidak hanya digunakan sebagai
pengobatan namun masyarakat juga memanfaatkannya sebagai perawatan bayi sejak
jaman dahulu dengan cara turun-temurun yang telah diwariskan oleh nenek moyang..
Demikian juga dengan perawatan dan pengobatan tradisional pada bayi dan
balita, banyak sekali pengobatan tradisional untuk perawatan dan pengobatan
tradisional pada bayi dan balita, terutama pengobatan yang berasal dari bahan-bahan
alam. Pengobatan tradisional pada bayi dan balita ini telah banyak digunakan oleh
masyarakat. Untuk itu, penting untuk kita mengetahui tentang apa saja perawatan dan
pengobatan tradisional pada bayi dan balita serta cara pembuat ramuan/ obat tradisional
tersebut.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Tujuan umum yang hendak dicapai dengan adanya makalah ini adalah untuk
mengetahui tentang perawatan dan pengobatan tradisional pada bayi dan balita.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengetahui tentang perawatan dan pengobatan tradisional pada bayi dan balita.
b. Mengetahui jenis perawatan dan pengobatan tradisional pada bayi dan balita.
c. Mengetahui tentang pembuatan ramuan/ obat tradisional untuk perawatan dan
pengobatan tradisional pada bayi dan balita
C. MANFAAT
1. Diketahuinya tentang perawatan dan pengobatan tradisional pada bayi dan balita
2. Diketahuinya tentang jenis perawatan dan pengobatan tradisional pada bayi dan
balita.
3. Diketahuinya tentang pembuatan ramuan/ obat tradisional untuk perawatan dan
pengobatan tradisional pada bayi dan balita
6. 3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Obat tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang
secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat
tradisional dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan
sarian (galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional secara turun-
temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional
telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas
sampai tingkat bawah, karena obat tradisional mudah didapat, harganya yang cukup
terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit.
Menurut penelitian masa kini, obat – obatan tradisional memang bermanfaat
bagi kesehatan dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau
masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional yang banyak dijual
di pasaran dalam bentuk kapsul, serbuk, simplisia, dan tablet. (Sastroamidjojo, 2001).
Untuk meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat
tradisional haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya mengikutkan pengawasan
menyeluruh yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang senantiasa
memenuhi persyaratan yang berlaku. Keamanan dan mutu obat tradisional tergantung
dari bahan baku, bangunan, prosedur, dan pelaksanaan pembuatan, peralatan yang
digunakan, pengemasan termasuk bahan serta personalia yang terlibat dalam
pembuatan obat tradisional.
Bahan-bahan ramuan obat tradisional seperti bahan tumbuh-tumbuhan, bahan
hewan, sediaan sarian atau galenik yang memiliki fungsi, pengaruh serta khasiat
sebagai obat, dalam pengertian umum kefarmasian bahan yang digunakan sebagai
simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
dikeringkan.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan
oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama
pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan),
dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi
7. 4
Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan
sebagai bahan bakunya (Sukandar E Y, 2006).
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di dunia.
Menurut WHO, negaranegara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat
herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika,
sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer
(WHO, 2003). Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di
negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi
penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit
tertentu di antaranya kanker serta semakin luas akses informasi mengenai obat herbal
di seluruh dunia (Sukandar E Y, 2006).
WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam
pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama
untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-
upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (WHO, 2003).
Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada
penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek
samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern
Ramuan obat tradisional ini bahkan telah mengalami perkembangan yang
begitu pesat serta diproses secara ilmiah dan modern. Dikonsumsi masyarakat dalam
negeri, tetapi sudah ke pasar luar negeri. Ini karena tumbuhan sebagai sumber nabati
terbukti mempunyai khasiat yang mujarab, tidak mempunyai efek samping, dan
bahanya pun mudah didapat. Bahkan dipercaya kalau tumbuh – tumbuhan justru dapat
menetralisir efek sampingan dari zat – zat aktif yang dapat membahayakan di dalam
tubuh. Jadi hanya tumbuh – tumbuhan saja yang dapat bekerja sebagai “Side Effect
Eliminating Substances” atau yang dikenal dengan SEES.
Penggunaan obat tradisional secara umum lebih aman dari penggunaan obat
modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif
lebih sedikit daripada obat modern. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil jika
digunakan secara tepat, yang meliputi:
1. Kebenaran bahan
Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang
kala sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Kebenaran bahan
8. 5
menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan
(Sastroamidjojo, 2001).
2. Ketepatan dosis
Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak bias
dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti
halnya resep dokter. Takaran yang tepat dalam penggunaan obat tradisional
memang belum banyak didukung oleh data hasil penelitian. Peracikan
secara tradisional menggunakan takaran sejumput, segenggam atau pun
seruas yang sulit ditentukan ketepatannya. Penggunaan takaran yang lebih
pasti dalam satuan gram dapat mengurangi kemungkinan terjadinya efek
yang tidak diharapkan karena batas antara racun dan obat dalam bahan
tradisional amatlah tipis. Dosis yang tepat membuat tanaman obat bias
menjadi obat, sedangkan jika berlebih bisa menjadi racun (Suarni, 2005).
3. Ketepatan waktu penggunaan
Ketepatan waktu penggunaan sangatlah penting. Kita tidak boleh asal
meminumnya saja diwaktu yang kita inginkan. Ketepatan waktu
penggunaan obat tradisional menentukan tercapai atau tidaknya efek yang
diharapkan.
4. Ketepatan cara penggunaan
Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di
dalamnya. Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan
perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya. (Patterson S, dan O’Hagan
D., 2002).
5. Ketepatan telaah informasi
Perkembangan teknologi informasi saat ini mendorong derasnya arus
informasi yang mudah untuk diakses. Informasi yang tidak didukung oleh
pengetahuan dasar yang memadai dan telaah atau kajian yang cukup
seringkali mendatangkan hal yang menyesatkan. Ketidaktahuan bisa
menyebabkan obat tradisional berbalik menjadi bahan membahayakan.
6. Tanpa penyalahgunaan
Tanaman obat maupun obat tradisional relatif mudah untuk didapatkan
karena tidak memerlukan resep dokter, hal ini mendorong terjadinya
penyalahgunaan manfaat dari tanaman obat maupun obat tradisional
tersebut.
9. 6
7. Ketepatan pemilihan obat untuk indikasi tertentu
Dalam satu jenis tanaman dapat ditemukan beberapa zat aktif yang
berkhasiat dalam terapi. Rasio antara keberhasilan terapi dan efek samping
yang timbul harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis tanaman
obat yang akan digunakan dalam terapi.
B. DEMAM
Demam adalah mekanisme perlawanan tubuh terhadap infeksi virus atau
bakteri. Demam biasanya tidak berbahaya, umumnya demam terjadi akibat infeksi
biasa, seperti pilek dan nyeri lambung. Infeksi ini biasanya disebabkan virus dan dapat
sembuh tanpa pengobatan. Demam karena infeksi dapat berlangsung relatif singkat.
Dapat pula karena bakteri, seperti infeksi pada telinga, paru-paru, kandung kemih atau
ginjal. Infeksi karena bakteri memerlukan antibiotik, demam dapat terjadi karena
vaksinasi yang rutin dan bukan alasan untuk menghindari vaksin yang dianjurkan.
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan noninfeksi berinteraksi dengan
mekanisme pertahanan hospes. Pada kebanyakan anak demam disebabkan oleh agen
mikrobiologi yang dapat dikenali dan dapat menghilang sesudah masa yang pendek.
Demam pada anak dapat digolongkan sebagai
1. Demam yang singkat dengan tanda-tanda yang mengumpul pada satu
tempat sehingga diagnosis dapat ditegakkan melalui riwayat klinis dan
pemeriksaan fisik, dengan atau tanpa uji laboratorium;
2. Demam tanpa tanda-tanda yang mengumpul pada satu tempat, sehingga
riwayat dan pemeriksaan fisik tidak memberi kesan diagnosis, tetapi uji
laboratorium dapat menegakkan etiologi
3. Demam yang tidak diketahui sebabnya (fever unknown origin = FUO.)
Secara umum penanganan untuk demam ada berbagai macam, diantaranya
dapat ditangani dengan menggunakan kompres air hangat, menggunakan obat-obatan
yang mengandung bahan kimia dan obat tradisional (obat herbal). Obat secara
tradisional yang digunakan dalam mengatasi demam pada anak berfungsi sebagai
penurun suhu tubuh diantaranya menggunakan daun jarak (obat luar), temulawak
(obat oral / minum ), bawang merah ( obat luar) dan lain-lain.
Kebanyakan suhu tubuh ketika ditemukan di lapangan, anak-anak yang
mengalami kenaikan suhu tubuh berkisar antara 37,70 C38, 3oC yaitu berumur ≥2
10. 7
tahun dengan diagnosa Commond Cold. Dari observasi dan wawancara yang telah
dilakukan kepada orang tua responden, orang tua menyebutkan bahwa anak mereka
lebih aktif bermain diluar rumah, baik pada saat cuaca terik ataupun hujan.
C. LUKA BAKAR
Burns atau yang biasa dikenal denganluka bakar merupakan salah satu injury
yang sering terjadi, bahkan kondisi inisering dialami pada kecelakaan, yang manaluka
bakar derajat II adalah paling banyak ditemukan di rumah (Nurdiana, Hariyanto,&
Musrifah, 2008). Luka bakar adalah rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan
karena perubahan suhu yang tinggi, sengatan listrik, ledakan, maupun terkena untuk
penyembuhan(Sjamsu hidajat & Jong, 2005).
Luka bakar merupakan suatu luka yang disebabakan karena aktivitas seseorang
yang berhubungan dengan api langsung kemudian pada saat tertetntu atau saat bermain
dengan api dan teledor akan terkena luka pada tubuh. Luka ini sebenarnya bukan
merupakan luka yang tergolong luka parah, karena luka bakar ini termauk luka luar.
Namun, jika luka ini terkena pada tubuh seorang anak maka anak tersebut akan
merasakan kesakitan sampai menangis histeris. Memang secara nyata seorang anak jika
terkena luka sedikit sudah kesakitan, apalagi jika terkena luka bakar.
D. Pengobatan Tradisional Pada Bayi dan Balita
1. Bawang Merah
Bawang merah adalah herba semusim, tidak berbatang, daun tunggal memeluk
umbi lapis, umbi lapis menebal dan berdaging, warna merah keputihan, perbungaan
berbentuk bongkol. Bawang merah dikenal sebagai obat, kira-kira sejak 5000 tahun
yang lalu, bawang merah sudah dikenal dan digunakan oleh masyarakat mesir kuno.
Hampir bersamaan waktunya dengan bawang putih, bawang merah tidak hanya
dikenal sebagai bumbu penyedap masakan saja, tetapi juga untuk pengobatan. Baik
digunakan secara sendirian, artinya hanya dengan bawang merah saja, maupun
bersama bahan lain.
Kandungan bawang merah diantaranya Minyak atsiri, Sikloaliin, Metilaiin,
Dihidrolaiin, Flavongikosida, Kuersetin, Saponin. Dalam bawang merah
mengandung asam glutamate yang merupakan natural essence (penguat rasa
alamiah), terdapat juga senyawa propil disulfide dan propil metal disulfide yang
mudah menguap. Jika dimanfaatkan sesuai dosis yang tepat, maka bawang merah
11. 8
dapat digunakan sebagai penurun suhu tubuh khususnya pada anak usia 1-5 tahun
yang mengalami peningkatan suhu tubuh. Propil disulfide dan propil metal disulfide
yang mudah menguap ini jika dibalurkan pada tubuh akan menyebabkan
memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Suryono dan kawan-kawan di
dusun Tertek Desa Tertek Kecamatan Pare pada bulan April 2010 dalam jurnal
AKP, telah membuktikan bahwa bawang merah bisa menurunkan suhu tubuh pada
anak demam dalam waktu 15 menit setelah bawang merah ditempelkan pada salah
satu daerah tubuh, yakni telapak kaki, dada atau punggung sebanyak 3 siung untuk
satu orang anak.
Penelitian dengan menggunakan tumbukan bawang merah yang ditempelkan
pada punggung balita demam ini dapat menurunkan suhu tubuh, tetapi penurunan
suhu tubuh bisa terjadi karena beberapa hal. Misalnya pada saat intervensi anak
rewel dan susah untuk diberikan tumbukan bawang merah pada daerah punggung,
sehingga bawang merah tidak bekerja secara maksimal pada saat ditempelkan
karena anak banyak bergerak.
Dalam bawang merah mengandung asam glutamate yang merupakan natural
essence (penguat rasa alamiah), terdapat juga senyawa propil disulfide dan propil
metal disulfide yang mudah menguap. Jika dimanfaatkan sesuai dosis yang tepat,
maka bawang merah dapat digunakan sebagai penurun suhu tubuh khususnya pada
anak usia 1-5 tahun yang mengalami peningkatan suhu tubuh. Propil disulfide dan
propil metal disulfide yang mudah menguap ini jika dibalurkan pada tubuh akan
menyebabkan vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan
perpindahan panas dari tubuh ke kulit.
Penelitian ini bermanfaat untuk mengatasi balita demam, terlebih jika
mengalami peningkatan suhu tubuh pada malam hari dan tidak tersedia obat
penurun panas di rumah. Bawang merah dapat dijadikan alternatif pertama sebagai
penurun suhu tubuh anak, karena bawang merah umumnya sudah tersedia di dapur
rumah dan sering digunakan sebagai bahan masakan. Pemberian tumbukan bawang
merah ini hanya efektif untuk anak yang mempunyai suhu tubuh tidak terlalu tinggi,
yaitu < 39oC, karena rata penurunan suhu tubuh pada setiap anak hanya - 0,4.
12. 9
2. Lidah Buaya
Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tumbuhan berduri yang berasal dari
benua Afrika. Dimana tumbuhan ini telah dikenal sejak ribuan tahun silam dan
digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, serta untuk perawatan kulit.
Fakta sejarah yang ada menyebutkan, bahwa bangsa Mesir kuno telah mengetahui
manfaat lidah buaya sebagai tanaman kesehatan sejak tahun 1500 SM. Manfaat
lidah buaya yang begitu luar biasa, membuat bangsa Mesir kuno menyebut tanaman
lidah buaya sebagai tanaman keabadian. Lidah buaya juga mempunyai potensi
untuk dikembangkan sebagai tanaman obat, serta bahan baku industri. Seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman lidah
buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika, serta
sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan (Wibowo, 2016).
Aloe vera dapat digunakan untuk mengobati berbagai luka terutama pada luka
bakar. Hal ini didukung dengan penelitian Maenthaisong, et al.(2007) yang
mengemukanan bahwa aloe vera dapat digunakan untuk mengobati luka
bakarderajat I dan II. Jika dibandingkan dengan metode konvensional, aloe vera
lebihefektif dalam mempercepat proses penyembuhan serta kemajuan atau
epitelisasi jaringan kulit. Penelitian lain yang dilakukan pada 12 ekor tikus putih
diberikan luka bakar kemudian diberikan aloe vera gel dan diukur hispatologinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tikus yang diberikan aloe vera gel dapat
meningkat pembentukan pembuluh darahnya, laju kolagenasi dan proliferasi
(Hidayat, Noer, & Rizaliyana, 2013).
a. Sistematika Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera L.)
Sinonim : Aloe barbadensis Mill.
Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Aloe
Jenis : Aloe vera (L.) Burm. F. (BPOM, 2008)
b. Nama lain
Aloe vera L. adalah Aloe barbadensis Miller, Aloe vulgaris Lamarck.
Nama daerah : ilat baya (Jawa, letah buaya (Sunda), lidah buaya (Melayu).
Nama asing: Lu hui (Cina) (Hariana, 2007).
13. 10
c. Morfologi Tanaman
Tanaman lidah buaya merupakan semak tahunan. Semak tahunan ini
tumbuh tegak, tinggi 30-50 cm. batangnya bulat, warna putih, tidak berkayu.
Daun tunggal, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, panjang 30-50
cm, lebar 3-5 cm, berdaging tebal, bergetah kuning, hujau. Bunga majemuk,
bentuk malai di ujung batang, daun pelindung panjang 8-15 mm, benang
sari enam, putik menyembul keluar atau melekat pada pangkal kepala sari,
tangkai putik bentuk benang, kepala putik kecil, ujung tajuk melebar
berwarna jingga atau merah. Buahnya kotak, panjang 14-22 cm, berkatub,
warna hijau keputih-putihan. Bijinya kecil berwarna hitam. Akarnya serabut
berwarna kuning (BPOM, 2008).
d. Kandungan Kimia dan Sifat-Sifatnya
Tanaman lidah buaya dan dan akarnya mengandung saponin dan
flavonoid di samping itu daunnya mengandung tannin dan polifenol
(Rohmawati, 2008).
1. Saponin
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang menimbulkan busa
jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering
menyebabkan hemolisis sel darah merah. Beberapa saponin bekerja
sebagai antic mikroba, saponin memiliki kemampuan sebagai
pembersih sehingga efektif untuk luka terbuka. Kelarutan saponin
dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Rohmawati, 2008).
2. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa larut dalam air yang dapat di
ekstraksi dengan etanol 70% dan tetap dalam lapisan air setelah
ekstrak dikocok dengan petroleum eter (Rohmawati, 2008).
Flavonoid mempunyai efek antiinflamasi, antioksidant juga diyakini
mempunyai manfaat dalam proses penyembuhan luka (Mawarti,
2005).
3. Tanin
Tanin tersebar dalam setiap tanaman yang berbatang. Tannin berada
dalam jumlah tertentu, biasanya berada pada bagian yang spesifik
tanaman seperti daun, buah, akar dan batang. Tannin merupakan
senyawa kompleks, biasanya merupakan campuran polifenol yang
14. 11
sukar untuk dipisahkan karena tidak dalam bentuk kristal. Tannin
biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis, bewarna coklat
kuning yang larut dalam organik yang polar. Tannin mempunyai
aktivitas antioksidan menghambat pertumbuhan tumor dan enzim.
Teori lain menyebutkan bahwa tannin mempunyai daya antiseptik
yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan bakteri atau jamur
(Rohmawati, 2008).
4. Polifenol
Polifenol merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan. Antioksidan fenolik biasanya
digunakan untuk mencegah kerusakan akibat reaksi oksidasi pada
makanan, kosmetik, farmasi dan plastic. Fungsi polifenol sebagai
penangkap serangga dan pengikat radikal bebas dari rusaknya ion-
ion logam. Kelompok tersebut sangat mudah larut dalam air dan
lemak serta dapat bereaksi dengan vitamin C dan E (Hernani dan
Rahardjo, 2006).
e. Efek Farmakologis Lidah Buaya
Lidah buaya memiliki efek farmakologis dan beberapa manfaat berdasarkan
hasil penelitian.
Antiseptik : pembersih alami dan mengobati luka dengan cepat
Antipruritic : penghilang rasa gatal.
Anestetik : penghilang rasa sakit.
Afrodisiak : pembangkit gairah seksual.
Antipiretik : penurun panas
Antijamur, antivirus, dan antibakteri
Anti-inflamasi : penghilang radang atau bengkak
(Jatnika dan Saptoningsih, 2009).
Ditunjang oleh karakteristik lidah buaya yang memiliki tingkat
keasaman (pH) yang normal, hampir sama dengan pH kulit manusia
sehingga memberikan kemampuan untuk menembus kulit secara baik.
Lidah buaya juga memiliki kandungan asam amino dan enzim yang masin-
masing berfungsi untuk membantu perkembangan sel-sel baru dengan
kecepatan luar biasa dan menghilangkan sel-sel yang telah mati dari
epidermis (Sulistiawati, 2011).
15. 12
f. Bagian Yang Di Gunakan
Akar, batang dan daun dapat digunakan sebagai obat (Hariana, 2007).
g. Manfaat Lidah Buaya Bagi Bayi
1. Lidah Buaya Bisa Obati Eksim Bayi
aloe vera dapat digunakan untuk mengobati eksim pada bayi --
peradangan kulit dengan bercak merah dan gatal, tanpa efek samping.
Penggunaan lidah buaya pun bisa membantu meredakan gatal dan
peradangan tersebut
2. Merawat Kulit Bayi yang Terbakar Sinar Matahari
Bayi memiliki kulit yang lembut dan sensitif. Paparan sinar
matahari yang terlalu lama atau berjam-jam dapat dengan mudah
menyebabkan kulit terbakar. Biasanya kondisi ini ditandai dengan kulit
bayi yang kemerahan, terbakar dan peradangan pada kulit yang
disebabkan oleh paparan sinar matahari pada kulit bayi. Bila si kecil
mengalami hal ini, coba gunakan gel lidah buaya untuk mendinginkan
dan mengurangi peradangannya.
3. Memelihara dan Meningkatkan Pertumbuhan Rambut Bayi
Lidah buaya dapat meningkatkan pertumbuhan rambut pada
bayi. khasiat lidah buaya untuk kesuburan rambut memang sudah
diketahui banyak orang. Ambil saja daging lidah buaya, kerok, lalu
oleskan pada rambut bayi secara rutin untuk mempercepat pertumbuhan
rambut bayi dan juga membuat rambutnya menjadi halus.
4. Obat Alami Bila Bayi Luka
Lidah buaya juga bisa digunakan untuk menyembuhkan luka
bakar ringan, memar, goresan atau luka pada kulit bayi. Karena
memiliki efek pelembap, ini lah yang dapat mencegah udara
mengeringkan luka dan meningkatkan sirkulasi darah melalui area
tersebut. Selain itu, lidah buaya juga bisa digunakan untuk mengobati
gigitan nyamuk atau serangga karena sifatnya yang menenangkan. Dari
studi yang sudah dilakukan oleh para ahli, mereka berpendapat bahwa
tanaman aloe vera yang mengandung gel dan zat anti radang ini dapat
mengobati luka bakar. Untuk mengobati luka bakara dengan lidah buaya
ini caranya cukup mengoleskan gel yang terdapat dalam lidah buaya di
16. 13
kulit yang terkena luka bakar tadi kemudian lama – lama luka tersebut
akan sembuh seperti tidak terkena luka sebelumnya.
5. Atasi Ruam Popok
Lidah buaya bisa menjadi obat alami untuk atasi berbagai ruam
pada bayi yang disebabkan oleh bakteri, jamur atau virus, termasuk
ruam popok. Hal ini karena adanya kandungan sifat anti-inflamasi yang
disebut B-sitosterol, ini bisa melawan infeksi. Kandungan vitamin E
yang ada di lidah buaya juga ramah di kulit bayi sehingga membantu
dalam atasi ruam popok.
17. 14
BAB III
PEMBUATAN RAMUAN / OBAT UNTUK PERAWATAN DAN PENGOBATAN
TRADISIONAL PADA BAYI DAN BALITA
A. BAWANG MERAH
1) Untuk menurunkan demam
Cara : parut bawang merah secukupnya, balurkan di tubuh bayi/anak.
2) Untuk borok
Cara : 3 siung bawang merah & 2 jari rimpang kunyit dicuci,diparut, lalu
dicampur dgn 2 sendok minyak kelapa baru. Hangatkan diatas api kecil sambil
diaduk. Setelah dingin, oleskan pada bagian tubuh yang sakit sebanyak 2 kali
sehari.
3) Untuk masuk angina
Cara : 8 siung bawang merah, dicuci, tumbuk halus, campurdengan air kapur sirih
secukupnya. Balurkan di punggung, leher, perut dan kaki.
B. LIDAH BUAYA
Untuk mengobati luka bakar pada bayi & anak
Cara : oleskan daging daun lidah buaya pada seluruh permukaan kulit yang
menderita luka bakar. Untuk mengobati luka bakar dengan lidah buaya ini
caranya cukup mengoleskan gel yang terdapat dalam lidah buaya di kulit yang
terkena luka bakar tadi kemudian lama – lama luka tersebut akan sembuh seperti
tidak terkena luka sebelumnya.
18. 15
BAB IV
KESIMPULAN
Pengobatan tradisional merupakan satu sistem pengobatan yang tata caranya
berdasarkan pengetahuan yang didapat secara turun temurun. Pengobatan tradisional masih
berlangsung di sebagian kalangan masyarakat, di antaranya di daerah yang jauh dari fasilitas
kesehatan, di daerah yang masih kaya akan tanaman obat, pada mereka yang secara ekonomi
kurang mampu, dan pada mereka yang memercayai keampuhan dari pengobatan tradisional,
terlepas mampu atau kurang mampu secara ekonomi. Dalam praktik sehari-hari, pengobatan
tradisional berjalan berdampingan dengan pengobatan modern.
Menurut penelitian masa kini, obat – obatan tradisional memang bermanfaat bagi
kesehatan dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat,
baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional yang banyak dijual di pasaran dalam
bentuk kapsul, serbuk, simplisia, dan tablet.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh
nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama pada daun
lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat
Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi Borobudur yang
menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya.
Penggunaan obat tradisional secara umum lebih aman dari penggunaan obat modern.
Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari
pada obat modern. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil jika digunakan secara tepat,
yang meliputi Kebenaran bahan, Ketepatan dosis, Ketepatan waktu penggunaan, Ketepatan
cara penggunaan, Ketepatan telaah informasi, Tanpa penyalahgunaan, Ketepatan pemilihan
obat untuk indikasi tertentu.
19. 16
DAFTAR PUSTAKA
Intani, Ria. (2015). Pengobatan Tradisional Di Kalangan Anak-Anak (Studi Kasus
Di Kecamatan Soreang. Jurnal Pengobatan Tradisional,509-511. Diakses 3
september 2015 dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung.
Suwistika, Rima ; Agus Prasetyo Utomo; Ika Priantari. (2019). Etnobotani
Tanaman Obat Perawatan Bayi Masyarakat Adat Using Desa Kemiren
Kabupaten Banyuwangi Etnobotani Baby Medicinal Plants Using Custom
Kemiren Village Banyuwangi District. Jurnal Biologi dan Pembelajaran
Biologi, 2. Diakses dari Prodi Pendidikan Biologi FKIP UM Jember.
Mambo Generated.(6 Juni 2006). Aneka Obat Tradisional Untuk Anak.
http://eprints.uad.ac.id/1416/1/ANEKA_ARTIKEL_TTG_ANAK-
ANAK.pdf.
Abidin, Zainal. (2021). Efektivitas Pemberian Lidah Buaya Pada Pasien Luka
Bakardi Yosowilangun Lumajang. Jurnal keperawatan universitas jember.
Departemen Keperawatan Komunitas, Keluarga dan Gerontik, Fakultas
KeperawatanUniversitas Jember.
Furnawanthi, Irni. 2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib.
Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Raisa Nadya Barabai, Alya. 2021. Karya Ilmiah Lidah Buaya. Universitas
Lambung Mangkurat. Kalimantan Selatan