SlideShare a Scribd company logo
1 of 80
Download to read offline
PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
MODUL TERAPAN
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.41/PRT/M/2007
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
JL.PATIMURA NO.20 KEB.BARU, JAKARTA SELATAN
PEDOMAN PENATAAN RUANG
KAWASAN REKLAMASI PANTAI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.40/PRT/M/2007
PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
MODULTERAPANMODULTERAPAN
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Sumber gambar cover: http://www.crystalcg.com
Kata Pengantar
iMODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Berkat limpahan Rahmat dan KaruniaNYA, serta puji syukur kehadirat ALLAH SWT, telah
tersusun Modul Terapan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa
Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkepentingan dalam penyusunan rencana tata
ruang sebagai arahan pelaksanaan pembangunan agar tercipta keterpaduan dan
keserasianpembangunanolehseluruhpemangkukepentingan.
Dalam kaitan pelaksanaan pembangunan dan pelaksanaan pembinaan di daerah, Ditjen
Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum telah menyusun beberapa pedoman
bidang penataan ruang dalam rangka operasionalisasi Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Salah satu pedoman tersebut adalah Pedoman
Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan
UmumNomor41/PRT/M/2007.
Modul Terapan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ini disusun dalam rangka
untuk dapat lebih memahami dan untuk memberikan penjelasan sistematis substansi
pedoman, serta memberikan penjelasan cara penggunaan Pedoman Kriteria Teknis
KawasanBudiDaya.
Mudah-mudahan Modul Terapan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ini dapat
mempercepat terwujudnya penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutandipersadaNusantara.
Jakarta,Desember2008
DIREKTORATJENDERALPENATAANRUANG
Daftar Isi
iiiMODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Kata Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
BAGIAN 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
Pengenalan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ................................................. 3
Kedudukan Legal Aspek Dalam Peraturan Penataan Ruang ............................................... 5
Kedudukan Dalam Proses Penataan Ruang ........................................................................ 6
Ruang Lingkup .................................................................................................................... 7
Sistematika Buku Modul .................................................................................................... 8
BAGIAN 2 WACANA ACUAN ....................................................................................... 11
Acuan Normatif dan Pengaturan Teknis ............................................................................. 13
Pendekatan Aplikasi Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya .................................... 16
Pengkayaan Materi ............................................................................................................. 16
BAGIAN 3 KRITERIA PENETAPAN ................................................................................ 23
Langkah 1: Apa Fungsi Utama dari Setiap Peruntukan Ruang di Kawasan
Budi Daya?........................................................................................................ 25
Langkah 2: Bagaimana Kriteria Umum & Kaidah Perencanaan untuk Setiap
Peruntukan Ruang di Kawasan Budi Daya?....................................................... 27
Langkah 3: Bagaimana Karakteristik Lokasi & Kesesuaian Lahan untuk
Kawasan Budi Daya?......................................................................................... 36
Langkah 4: Bagaimana Kriteria & Batasan Teknis untuk Setiap Peruntukan
Ruang di Kawasan Budi Daya? .......................................................................... 39
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Hutan Produksi ................................ 39
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pertanian ......................................... 41
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pertambangan ................................. 45
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Permukiman .................................... 45
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Industri ............................................ 55
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pariwisata ........................................ 59
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Perdagangan dan Jasa ..................... 60
BAGIAN 4 PENUTUP ................................................................................................... 65
Penutup .......................................................................................................................... 67
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Fungsi Utama Peruntukan Ruang ....................................................................... 26
Tabel 2 Kriteria Umum dan Kaidah Perencanaan ............................................................ 28
Tabel 3 Karakteristik Lokasi dan Kesesuaian Lahan ......................................................... 36
Tabel 4 Skoring Kelas Lereng ........................................................................................... 38
Tabel 5 Skoring Kelas Jenis Tanah .................................................................................... 38
Tabel 6 Skoring Kelas Intensitas Hujan ............................................................................ 38
Tabel 7 Karakteristik Kawasan Peruntukan Pertanian ..................................................... 44
Tabel 8 Kebutuhan Sarana Pendidikan pada Kawasan Peruntukan Permukiman ........... 51
Tabel 9 Kebutuhan Sarana Kesehatan pada Kawasan Peruntukan Permukiman ............ 52
Tabel 10 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olah Raga ................ 53
Tabel 11 Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga pada Kawasan Peruntukan
Permukiman ....................................................................................................... 54
Tabel 12 Alokasi Lahan pada Kawasan Industri ................................................................. 57
Tabel 13 Standar Teknis Pelayanan Umum di Kawasan Industri ....................................... 58
Tabel 14 Karakteristik Kawasan Peruntukan Pariwisata .................................................... 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Contoh Peta Pola Ruang ............................................................................... 34
Gambar 2 Contoh Peta Kawasan Budi Daya .................................................................. 35
Gambar 3 Contoh Peta Kawasan Hutan ........................................................................ 40
Gambar 4 Contoh Peta Kawasan Pertanian .................................................................. 43
Gambar 5 Contoh Peta Kawasan Pertambangan .......................................................... 46
Gambar 6 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kota ..................................................... 48
Gambar 7 Contoh Zoning Regulasi Permukiman Kota .................................................. 49
Gambar 8 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kabupaten ........................................... 50
Gambar 9 Contoh Peta Kawasan Industri ...................................................................... 56
Gambar 10 Contoh Peta Kawasan Pariwisata ................................................................. 61
Gambar 11 Contoh Peta Kawasan Perdagangan dan Jasa ............................................... 64
iv MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
disusun untuk memberikan penjelasan sistematis substansi Pedoman dan cara
penggunaan buku Pedoman dalam Perencanaan Tata Ruang.
Substansi dari buku Pedoman yang dianggap sudah jelas tidak akan dijabarkan
kembali dalam buku modul ini. Oleh karenanya penggunaan buku modul ini tidak
dapat terpisah dari buku PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI
DAYA
&&
vMODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
PENDAHULUAN
11
Pendahuluan
PENGENALAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Acuan di bidang penataan ruang bagi pemerintah kabupaten/kota serta
pemangku kepentingan (stakeholder) lain dalam kegiatan perencanaan
kawasan budi daya di wilayahnya sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan operasional
perencanaan kawasan budi daya dalam kerangka proses penyusunan tata
ruang. Tujuannya adalah untuk mewujudkan rencana tata ruang
kabupaten/kota yang memenuhi kaidah teknis penataan ruang.
•
jenis kawasan budi daya yang sesuai dalam rencana tata ruang,
khususnya bgi instansi-instansi yang mempunyai tugas, pokok, dan fungsi
menyusun rencana tata ruang dan instansi-instansi sektoral yang terkait dengan
pelaksanan penataan ruang kawasan/wilayah.
• Stakeholder lain : sebagai acuan dalam menentukan kriteria lokasi dan jenis kegiatan
pemanfaatan ruang dalam suatu kawasan budi daya, antara lain bagi wakil
masyarakat, pihak akademisi, asosiasi, dan dunia usaha yang terlibat dalam proses
penyusunan rencana tata ruang kawasan/wilayah.
Pemerintah Kabupaten/Kota : sebagai acuan dalam menetapkan
Apa yang dimaksud dengan buku Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi
Daya ?
Apa Maksud & Tujuan disusunnya Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi
Daya?
Siapa yang Menggunakan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ?
3MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Agar pemanfaatan ruang kawasan budi daya dapat sesuai dengan kaidah
tata ruang yang seharusnya diperhatikan
Mengapa harus menggunakan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi
Daya?
4 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Pada saat menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah/Kawasan dalam tahapan
penentuan kriteria lokasi dan penentuan kegiatan pemanfaatan ruang
Kapan harus menggunakan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ?
KEDUDUKAN LEGAL ASPEK
PERATURAN PENATAAN RUANG
DALAM
PP Bidang Penataan
Ruang lainnya
PP No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata
Cara Peran Serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang
PP No. 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN)
Permen PU No 41/PRT/M/2007
tentang Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budi Daya
Pedoman-Pedoman Bidang
Penataan Ruang lainnya
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah
Acuan pemerintah daerah dalam menyusun Peraturan Daerah mengenai
Rencana Tata Ruang Wilayah/Kawasan
Kepmen Kimpraswil No.
327/KPTS/M/2002 tentang
Penetapan Enam Pedoman
Bidang Penataan Ruang
PP Penatagunaan Tanah
PP Penatagunaan Air
PP Penatagunaan Hutan
PP Pengelolaan DAS
Terpadu
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang
5MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
KEDUDUKAN DALAM PROSES PENATAAN RUANG
6
Pengumpulan & Analisis Data
Aspek Fisik
Lingkungan
Aspek Sosial
Budaya
§Sistem Perkotaan & Perdesaan
§Hirarki Pusat-pusat Pengembangan
§Hirarki Pusat Pelayanan
§Fungsi Pusat-pusat Pelayanan
§SistemPrasarana Wilayah:
§Sistem Jaringan Prasarana
Transportasi
§Prasarana Telematikan
§Sistem Prasarana
Pengairan
§Sistem Jaringan Prasarana
Energi
§Sistem Prasarana
Lingkungan
Arahan Pola Ruang:
Kawasan Lindung:
§Kawasan yang memberi
perlndungan kawasan
bawahannya
§Kawasan perlindungan
setempat
§Kawasan suaka alam
§Kawasan pelestarian alam
§Kawasan rawan bencana
alam
§Kawasan lindung lainnya
Kawasan Budi Daya:
§Kawasan hutan produksi
§Kawasan pertanian
§Kawasan pertambangan
§Kawasan industri
§Kawasan pariwisata
§Kawasan permukiman
§Kawasan konservasi budaya
& sejarah
Aspek
Ekonomi
Arahan ktur Ruang:Stru
Rencana Tata Ruang
Pedoman Teknik
Analisis Aspek Fisik &
Lingkungan, Ekonomi
Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan
Budi Daya
Pedoman Penentuan
Klasifikasi Zona
Kawasan perkotaan
& perdesaan
Identifikasi Penetapan Kawasan
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
RUANG LINGKUP
7
KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
PERDESAAN
FUNGSI UTAMA
PERKOTAAN
PERUNTUKAN RUANG DI KAWASAN BUDI DAYA:
1. Hutan Produksi
2. Pertanian
3. Pertambangan
4. Permukiman
5. Industri
6. Pariwisata
7. Perdagangan dan Jasa
KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
KRITERIA & BATASAN TEKNIS
KARAKTERISTIK LOKASI & KESESUAIAN LAHAN
Mengacu
pada
pedoman
lain yang
terkait
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
SISTEMATIKA BUKU MODUL
8
Isi Materi Maksud & Tujuan
Bagian 1 Pendahuluan Mengenalkan lingkup isi yang dimaksud
dalam buku pedoman
Bagian 2 Wacana Acuan
§materi pengayaan
§acuan normatif dan pengaturan
teknis
Menjadikan referensi bagi
pengaplikasian Pedoman Kriteria Teknis
Kawasan Budi Daya
Bagian 3 Kriteria Penetapan:
§Langkah 1 Penentuan fungsi utama
kawasan budi daya
§Langkah 2 Kriteria umum dan kaidah
perencanaan kawasan budi daya
§Langkah 3 Karakteristik lokasi dan
kesesuaian lahan kawasan budi daya
§Langkah 4 Kriteria dan batasan teknis
kawasan budi daya
Memudahkan dalam operasionalisasi /
implementasi buku Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budi Daya
Bagian 4 Penutup
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Sebelum anda mulai menyusun Dokumen Rencana Tata Ruang, perlu
dipahami terlebih dahulu tentang kriteria teknis kawasan budi daya.
WACANA ACUAN yang memuat pemahaman aspek-aspek tersebut dapat
dibaca pada Bagian 2 buku modul ini!
9MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Bila anda menemukan
informasi/notasi sebagai
berikut...
Diagram ini merupakan model sederhana
dari diagram yang menggambarkan hal-hal
yang harus dilakukan untuk mencapai
output pada setiap langkah pelaksanaaan.
Bagian kotak berwarna dari model
sederhana ini menjadi panduan untuk
mengetahui sampai di tahap mana kita
berada dalam melaksanakan langkah
tersebut.
CARA MENGGUNAKAN BUKU MODUL TERAPAN
...maka itu berarti Anda
harus mengacu/mencari
informasi tersebut di
buku Pedoman Kriteria
Teknis Ruang Kawasan
Budi Daya
dalam
WACANA ACUAN
22
Wacana Acuan
ACUAN NORMATIF DAN PENGATURAN TEKNIS
13
Acuan Normatif Mengapa Digunakan ?
Dasar Pertim-
bangan
Dasar Pelak-
sanaan
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Peternakan dan Kesehatan
Hewan.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas pertanian, khususnya
peternakan
üü
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas pertambangan
üü
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1984 tentang Perindustrian.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas industri
üü
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1990 tentang Kepariwisataan.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas kepariwisataan
üü
5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1992 tentang Perumahan dan
Permukiman.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
penataan lingkungan permukiman dan
perumahan
üü
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya yang memiliki
situs-situs cagar budaya
üü
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1992 tentang Sistem Budi Daya
Tanaman.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas pertanian
üü
8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
penataan kawasan hutan
üü
9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas penambangan dan penggalian
üü
10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2004 tentang Perkebunan.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas dan penataan kawasan
perkebunan
üü
11. Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2004 tentang Perikanan.
Memberi arahan dalam pemanfaatan
ruang kawasan budi daya untuk
aktivitas pertanian, khususnya
perikanan
üü
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
14
12. Undang-undang No.23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Sebagai acuan dalam pengelolaan
lingkungan fisik kawasan. üü
13. Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang.
Payung utama sebagai acuan
penyusunan berbagai dokumen
penataan ruang
üü
14. Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1993 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Memberi panduan dalam penetapan
pemanfaatan ruang di kawasan
budi daya yang menjadi situs-situs cagar
budaya
üü
15. Peraturan Pemerintah Nomor 80
Tahun 1999 tentang Kawasan Siap
Bangun dan Lingkungan Siap Bangun
yang Berdiri Sendiri.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk fungsi
permukiman dan perumahan
üüüü
16. Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Memberi arahan dalam melakukan
studi AMDAL dan menyusun Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) dan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
üüüü
17. Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun
1996 tentang Kawasan Industri.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk penataan
kawasan industri
üüüü
18. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun
1990 tentang Pengelolaan Kampung
Kota.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk permukiman
di kawasan perkotaan
üüüü
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 1987 & Instruksi
Menteri Dalam Negeri No.30 tahun
1990 tentang Penyerahan Prasarana
Lingkungan, Utilitas Umum, dan
Fasilitas Sosial Perumahan kepada
Pemerintah Daerah.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk permukiman
beserta pengelolaan fasilitas dan
prasarana lingkungan permukiman üüüü
20. Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 83/KPTS/UM/8/1981, tentang
Penetapan Batas Hutan Produksi.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk hutan
produksi
üü
21. Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 50/M/SK/1997
tentang Standar Teknis Kawasan
Industri.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk kawasan
industri
üü
22. Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah Nomor
217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Perumahan dan
Permukiman.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk
pengembangan permukiman dan
perumahan
üü
Acuan Normatif Mengapa Digunakan ?
Dasar Pertim-
bangan
Dasar Pelak-
sanaan
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
12. SNI 03-3242-1994, Tata cara
pengelolaan sampah di permukiman.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan ruang untuk permukiman üü
13. SNI 03-2453-2002, Tata cara
perencanaan sumur resapan air hujan
untuk lahan pekarangan.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan dan pengelolaan ruang
untuk lingkungan permukiman
üü
14. SNI 03-1733-2004, Tata cara
perencanaan lingkungan perumahan
di perkotaan.
Memberi panduan dalam menyusun
penggunaan dan pengelolaan ruang
untuk lingkungan permukiman dan
perumahan.
üü
Acuan Normatif Mengapa Digunakan ?
Dasar Pertim-
bangan
Dasar Pelak-
sanaan
15
Bahan Materi yang Perlu Ada Mengapa diperlukan ?
1. Buku Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan,
Ekonomi dan Sosial Budaya
Sebagai dasar teknik suatu
kawasan dijadikan kawasan
lindung atau kawasan budi daya
2
4
. Buku Pedoman Penentuan Klasifikasi Zona Kawasan
Perda-perda lain yang mengatur kegiatan
pemanfaatan ruang dan kawasan budi daya
Perkotaan & Perdesaan
Sebagai dasar pembagian zona
kawasan lindung dan budi daya
di zona perkotaan dan
perdesaan
3. Peraturan daerah masing-masing tentang AMDAL,
contohnya Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta No. 99 Tahun 2002 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup dan Upaya Pengelolaan Lingkungan serta
Upaya Pemantauan Lingkungan Dalam Perizinan
Daerah
Sebagai dasar pelaksanaan dan
tata cara pelaksanaan AMDAL
tingkat Propinsi
TERMINOLOGI peristilahan dapat dlihat pada Buku Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budidaya di BAGIAN 3 tentang ISTILAH DAN DEFINISI
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
PENGKAYAAN MATERI
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayananjasapemerintahan,pelayanansosialdankegiatanekonomi.
Kawasan Perkotaan merupakan pusat kegiatan yang berperan sangat penting dalam
perekonomian nasional maupun bagi perekonomian masyarakat pada kawasan tersebut.
Seiring dengan proses globalisasi yang didorong oleh kemampuan teknologi informasi dan
transportasi, kawasan perkotaan cenderung berkembang dengan pesat melampaui daya
dukungnya yang berakibat pada menurunnya kemampuan kawasan tersebut dalam menopang
kehidupanmasyarakatmaupunperekonomiannasional.
Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan,pelayananjasapemerintahan,pelayanansosialdankegiatanekonomi.
Dalam pengembangan wilayah kawasan perdesaan harus dipandang sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dengan kawasan perkotaan. Pemahaman yang menyeluruh dan tidak dikotomis ini
menjadi penting dan mendasar dalam penyusunan peraturan atau aturan main yang berkaitan
dengan pembangunan perdesaan maupun perkotaan, agar terjadi sinergi dan keseimbangan
perlakuanwilayahkhususnyaolehpelakupembangunan.
16
Pendekatan penataan ruang dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan pada aspek-
aspek penggunaan ruang yang didasarkan pada perlindungan terhadap keseimbangan
ekosistem dan jaminan terhadap kesejahteraan masyarakat, yang dilakukan secara harmonis,
yaitu:
a) Penilaianpadastrukturruangdanpolaruangpadakawasanbudidaya.
b) Penilaianpadaintensitaspemanfaatanruangpadakawasanbudidaya.
PENDEKATAN APLIKASI PEDOMAN KRITERIA
TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
Pendekatan Penataan Ruang
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
17MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Pola pemanfaatan ruang wilayah dalam kawasan perkotaan dan perdesaan terdiri dari Kawasan
lindung, Kawasan budi daya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumberdaya buatan. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia
dansumberdayabuatan.
Jenis Definisi
A. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Bagi Kawasan Bawahnya
1. Kawasan hutan berfungsi
lindung
Kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mempunyai fungsi pokok
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya, dan atau yang mampu memberikan perlindungan
kepada kawasan sekitar maupun bawahannya yaitu se bagai pengatur
tata air, pencegah banjir dan erosi, serta memelihara kesuburan tanah.
2. Kawasan Bergambut Kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-
sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu lama.
3. Kawasan resapan air Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang
berguna sebagai sumber air.
B. Kawasan Suaka Alam
1. Kawasan cagar alam/
cagar bahari
Kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu
yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
2. Kawasan suaka marga-
satwa/suaka perikanan
Kawasan suaka alam yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan
perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya
konservasinya, memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang
tinggi, dan atau merupakan tempat dan kehidupan jenis satwa migran
tertentu.
3. Kawasan suaka alam laut
dan perairan lainnya
Kawasan yang mewakili ekosistem khas di lautan maupun perairan
lainnya, yang merupakan habitat alami yang memberikan tempat
maupun perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman tumbuhan
dan satwa yang ada.
C. Kawasan Pelestarian Alam
1. Taman nasional/Taman
Laut Nasional
Kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,
pendidikan, pariwisata, dan rekreasi.
2. Taman hutan raya Kawasan pelestarian yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan atau satwa, alami atau buatan, jenis asli dan/atau
bukan asli, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan,
budaya pariwisata dan rekreasi.
Tabel Definisi Jenis Kawasan Lindung
18 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Jenis Definisi
D. Kawasan Rawan Bencana
1. Kawasan rawan bencana
gunung berapi
Kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana akibat
letusan gunung berapi.
2. Kawasan rawan gempa
bumi
Kawasan yang pernah terjadi dan diidentifikasikan mempunyai potensi
terancam bahaya gempa bumi baik gempa bumi tektonik maupun
vulkanik.
3. Kawasan rawan gerakan
tanah
Kawasan yang berdasarkan kondisi geologi dan geografi dinyatakan
rawan longsor atau kawasan yang mengalami kejadian longsor dengan
frekuensi cukup tinggi
4. Kawasan rawan banjir Kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi terjadi banjir.
E. Kawasan Perlindungan Setempat
1. Sempadan pantai Kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai
2. Sempadan sungai Kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
3. Kawasan sekitar waduk
dan situ
Kawasan tertentu di sekeliling waduk atau situ yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk
atau situ.
4. Kawasan sekitar mata air Kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi mata air.
5. Ruang terbuka hijau
termasuk didalamnya
hutan kota
RTH merupakan salah satu bentuk dari ruang terbuka, yang tandai oleh
keberadaan pepohonan sebagai pengisi lahan yang utama, yang
kemudian didukung pula oleh keberadaan tanaman lain sebagai
pelengkap (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah
lainnya). RTH juga dapat mengandung komponen / barang lainnya di
luar tumbuhan, yang keberadaannya melengkapi dan menunjang
fungsi RTH sesuai dengan tema pengembangan dari lahan RTH yang
bersangkutan
3. Taman wisata alam/
Taman Wisata Laut
Kawasan pelestarian alam di darat maupun di laut yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
4. Kawasan cagar budaya
dan ilmu pengetahuan
Kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang
bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.
Jenis Definisi
F. Kawasan Perlindungan Lainnya
1. Taman Buru Kawasan pelestarian alam di darat yang terutama dimanfaatkan untuk
pariwisata dan rekreasi alam, khususnya perburuan satwa yang
sifatnya dapat dikembangbiakan dan tidak termasuk satwa yang
dilindungi.
2. Daerah Perlindung Laut
Lokal
Wilayah perairan laut di suatu desa/kecamatan yang disepakati
bersama oleh warga setempat untuk ditetapkan sebagai DPL
3. Kawasan perlindungan
plasma nutfah eks-situ
Kawasan di luar kawasan suaka alam dan pelestarian alam yang
diperuntukkan bagi pengembangan dan pelestarian pemanfaatan
plasma nutfah tertentu
4. Kawasan Pengungsian
Satwa
Kawasan yang memiliki fungsi sebagai tempat perlindungan satwa
5. Kawasan pantai berhutan
bakau
Kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau
(mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada
perikehidupan pantai dan lautan
19MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Proses penyusunan pola pemanfaatan ruang dilakukan dengan mengacu pada hasil analisis
evaluasi kesesuaian lahan. Analisis evaluasi lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai tingkat kesesuaian, tingkat kemampuan, dan tingkat ketersediaan lahan untuk
kawasanlindungdanbudidaya.Prosesanalisisiniakanmenggunakansumberberupapeta-peta
tematik yang kemudian ditumpangtindihkan (overlay) melalui alat bantu program GIS (arc info
atau map info), sehingga teridentifikasi kondisi kesesuaian lahan menurut klasifikasi yang telah
ditentukan.
Kriteria penentuan kawasan budi daya dan kawasan lindung tersebut dilakukan berdasarkan
Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang penetapan kawasan lindung, penetapan kriteria dan pola
pengelolaan kawasan budi daya (BAPPENAS, 1995) , FAO (1976) tentang Kerangka Kerja Evaluasi
Kesesuaian Lahan, PPTA (1993). Rangkuman kriteria tersebut dapat digambarkan pada tabel
KriteriaFisikLingkunganKawasanBudiDayadanKawasanLindung.
Tabel Definisi Kawasan Budi Daya
Jenis Definisi
A. Kawasan Hutan Produksi
1. Kawasan Hutan Produksi
Terbatas
Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas dimana
eksploitasinya hanya dapat dengan tebang pilih tanam
2. Kawasan Hutan Produksi
Tetap
Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi tetap dimana
eksploitasinya dapat dengan tebang pilih atau tebang habis dan tanam
3. Kawasan Hutan Produksi
Konversi
Kawasan hutan yang bilamana diperlukan dapat dialihgunakan
4. Kawasan Hutan Rakyat Kawasan hutan yang dapat dibudidayakan oleh masyarakat sekitarnya
dengan mengikuti ketentuan yang ditetapkan
B. Kawasan Pertanian
1. Kawasan Tanaman Pangan
Lahan Basah
Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan basah
dimana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah ataupun teknis
2. Kawasan Tanaman Pangan
Lahan Kering
Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan kering untuk
tanaman palawija, holtikultura, atau tanaman pangan
3. Kawasan Tanaman
Tahunan/Perkebunan
Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman tahunan/perkebunan yang
menghasilkan baik bahan pangan dan bahan baku industri.
4. Kawasan Peternakan Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk usaha peternakan
baik sebagai sambilan, cabang usaha, usaha pokok maupun industri,
serta sebagai padang penggembalaan ternak
5. Kawasan Perikanan Darat Kawasan yang diperuntukkan bagi perikanan, baik berupa
pertambakan/kolam maupun perairan darat lainnya.
6. Kawasan Perikanan Air
Payau dan Laut
Kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan periakan air payau dan laut
baik dalam bentuk budi daya maupuan penangkapan
C. Kawasan Pertambangan
1. Kawasan Pertambangan Kawasan yang diperuntukkan bagi pertambangan, baik wilayah yang
sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan pertambangan
Terbagi menjadi kawasan pertambangan untuk :
- Golongan bahan galian strategis
- Golongan bahan galian vital
- Golongan bahan galian yang tidak termasuk kedua golongan di atas
D. Kawasan Budi Daya Lainnya
1. Kawasan Perindustrian Kawasan yang diperuntukkan bagi industri, berupa tempat pemusatan
kegiatan industri.
2. Kawasan Pariwisata Kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata
3. Kawasan Permukiman Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang
aman dari bahaya bencana alam maupun buatan manusia, sehat dan
mempunyai akses untuk kesempatan berusaha.
4. Kawasan perdagangan dan
jasa
Kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan perdagangan dan jasa
5. Kawasan pemerintahan Kawasan yang diperuntukkan sebagai pusat pemerintahan
20 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
21MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Anda dapat mulai menyusun dokumen penataan ruang kawasan
budi daya!
Sekarang...
Tabel Kriteria Fisik Lingkungan Kawasan Budi Daya dan Kawasan Lindung
Karakteristik/Tematik Kriteria Kawasan Lindung
Kriteria Kawasan
Budi Daya
Iklim (Schmidt & Fergusson, 1951) G, h A, B, C, D, E, F
Ketinggian (m dpl) > 2000 < 2000
Bentuk Wilayah Bergunung Datar s/d Berbukit
Kemiringan Lereng (%) > 40 < 40
Singkapan Batuan (%) > 50 < 50
Bahaya Banjir > 1 x / thn -
Bahaya Longsor/erosi Labil Stabil
Jenis Tanah (soil taxonomy) Sphagnofibrist, Tropofibrist, Tropofolist,
Halaquepts, Natrabolls, Natraquall,
Lithic, Natrustolls, Natraqualfs,
Natustalfs, Hyrdaquents, Psamments
Lainya
Sumber :
1. Pedoman Penentuan Klasifikasi Zona Perkotaan dan Perdesaan, 2008
2. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
3. PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN,
4. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
5. Penetapan Kriteria dan Pola Pengelolaan Kawasan Budi Daya, Bappenas, 1995
6. Kerangka Kerja Evaluasi Kesesuaian Lahan, PPTA, 1993
KRITERIA
PENETAPAN
33
Kriteria Penetapan
25
Menentukan fungsi utama dari setiap peruntukan ruang yang telah ada.
Fungsi dari setiap peruntukan ruang
CARA MENCAPAI OUTPUT
Apa Fungsi Utama dari Setiap Peruntukan
Ruang di Kawasan Budi Daya?
TUJUAN
OUTPUT
Peruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruang.
Setiap peruntukan akan memiliki fungsinya masing-masing seperti terlihat dalam Tabel berikut
ini.
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
26 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Peruntukan
Ruang
FUNGSI UTAMA
1. Hutan
Produksi
a. Penghasil kayu dan bukan kayu;
b. Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;
c. Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat;
d. Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
2. Pertanian a. Menghasilkan bahan pangan, palawija, tanaman keras, hasil peternakan dan
perikanan;
b. Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;
c. Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
3. Pertambangan a. Menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi minyak dan gas bumi;
bahan galian pertambangan secara umum, dan bahan galian C;
b. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;
c. Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
4. Permukiman a. Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung
peri kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi
sosial;
b. Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta
sarana bagi pembinaan keluarga.
5. Industri a. Memfasilitasi kegiatan industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi di
satu lokasi dengan biaya investasi prasarana yang efisien;
b. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;
c. Meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah yang bersangkutan;
d. Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin
ditimbulkan.
6. Pariwisata a. Memperkenalkan, mendayagunakan dan melestarikan nilai-nilai
sejarah/budaya lokal dan keindahan alam;
b. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan.
7. Perdagangan
dan Jasa
a. Memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakat
yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi
penawaran);
b. Menyerap tenaga kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang
dominan terhadap PDRB.
Tabel 1 Fungsi Utama Peruntukan Ruang
27MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
CARA MENCAPAI OUTPUT
Mengidentifikasi ketentuan-ketentuan pemanfaatan ruang yang pada
umumnya ada pada setiap peruntukan ruang.
Kriteria umum dan kaidah perencanaan setiap peruntukan ruang
TUJUAN
OUTPUT
Bagaimana Kriteria Umum & Kaidah
Perencanaan untuk Setiap Peruntukan Ruang di
Kawasan Budi Daya?
Peruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruang.
Setiapperuntukanakanmemilikikriteriaumumdankaidahperencanaanmasing-masingseperti
terlihatdalamTabelberikutini.
28 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
1. Hutan Produksi a. Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pembangunan
di luar kehutanan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
§Tidak mengubah fungsi pokok kawasan peruntukan hutan produksi;
§Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan
pertambangan dilakukan melalui pemberian ijin pinjam pakai oleh Menteri terkait
dengan memperhatikan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian
hutan/lingkungan;
§Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan
pertambangan terbuka harus dilakukan dengan ketentuan khusus dan secara
selektif.
b. Ketentuan pokok tentang status dan fungsi hutan; pengurusan hutan; perencanaan
hutan; dan pengelolaan hutan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan;
c. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi mencakup tentang
kegiatan pemanfaatan kawasan, kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, kegiatan
pemanfaatan hasil kayu dan atau bukan kayu, dan kegiatan pemungutan hasil kayu
dan atau bukan kayu;
d. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus terlebih dahulu
memiliki kajian studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang
diselenggarakan oleh pemrakarsa yang dilengkapi dengan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL);
e. Cara pengelolaan produksi hutan yang diterapkan harus didasarkan kepada rencana
kerja yang disetujui Dinas Kehutanan dan atau Departemen Kehutanan, dan
pelaksanaannya harus dilaporkan secara berkala. Rencana kerja tersebut harus
memuat juga rencana kegiatan reboisasi di lokasi hutan yang sudah ditebang;
f. Kegiatan di kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk tetap
mempertahankan bentuk tebing sungai dan mencegah sedimentasi ke aliran sungai
akibat erosi dan longsor;
g. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk
menyerap sebesar mungkin tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal;
h. Kawasan peruntukan hutan produksi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan di luar sektor kehutanan seperti pertambangan, pembangunan
jaringan listrik, telepon dan instalasi air, kepentingan religi, serta kepentingan
pertahanan dan keamanan;
i. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi wajib memenuhi
kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari yang mencakup aspek
ekonomi, sosial, dan ekologi;
j. Pemanfaatan ruang beserta sumber daya hasil hutan di kawasan peruntukan hutan
produksi harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan negara dan
kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai
cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap menjaga kelestarian fungsi
hutan sebagai daerah resapan air hujan serta memperhatikan kaidah-kaidah
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Tabel 2 Kriteria Umum dan Kaidah Perencanaan
29MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
2. Pertanian a. Ketentuan pokok tentang perencanaan dan penyelenggaraan budi daya tanaman;
serta tata ruang dan tata guna tanah budi daya tanaman mengacu kepada Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman;
b. Ketentuan pokok tentang kegiatan perencanaan perkebunan; penggunaan tanah
untuk usaha perkebunan; serta pemberdayaan dan pengelolaan usaha perkebunan
mengacu kepada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;
c. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pertanian harus diperuntukan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya
tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;
d. Ketentuan pokok tentang pemakaian tanah dan air untuk usaha peternakan; serta
penertiban dan keseimbangan tanah untuk ternak mengacu kepada Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan
Kesehatan Hewan;
e. Ketentuan pokok tentang wilayah pengelolaan perikanan; pengelolaan perikanan;
dan usaha perikanan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan;
f. Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus memanfaatkan potensi
tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan
aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya;
g. Kawasan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh
dialihfungsikan;
h. Kawasan pertanian tanaman lahan kering tidak produktif dapat dialihfungsikan
dengan syarat-syarat tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat dan
atau oleh Departemen Pertanian;
i. Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi
dilindungi kelestariannya dengan indikasi ruang;
j. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi
geografis dilarang dialihfungsikan;
k. Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), baik yang
menggunakan lahan luas ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu memiliki
kajian studi Amdal;
l. Penanganan limbah pertanian tanaman (kadar pupuk dan pestisida yang terlarut
dalam air drainase) dan polusi industri pertanian (udara-bau dan asap, limbah cair)
yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen
Amdal;
m. Penanganan limbah peternakan (kotoran ternak, bangkai ternak, kulit ternak, bulu
unggas, dsb) dan polusi (udara-bau, limbah cair) yang dihasilkan harus disusun
dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal;
n. Penanganan limbah perikanan (ikan busuk, kulit ikan/udang/kerang) dan polusi
(udara-bau) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam
dokumen Amdal;
o. Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), harus
diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga kerja setempat;
p. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan;
q. Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif
(tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan tanpa
mengurangi kesejahteraan masyarakat.
Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
30 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
3. Pertambangan a. Ketentuan pokok tentang penggolongan pelaksanaan penguasaan bahan galian;
bentuk dan organisasi perusahaan pertambangan; usaha pertambangan; kuasa
pertambangan; dan hubungan kuasa pertambangan dengan hak-hak tanah mengacu
kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan;
b. Ketentuan pokok tentang penguasaan dan pengusahaan; kegiatan usaha hulu;
kegiatan usaha hilir; hubungan kegiatan usaha minyak dan gas bumi dengan hak
atas tanah; serta pembinaan dan pengawasan mengacu kepada Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
c. Pemanfaatan ruang beserta sumber daya tambang dan galian di kawasan
peruntukan pertambangan harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai
cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-
kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;
d. Setiap kegiatan pertambangan harus memberdayakan masyarakat di lingkungan
yang dipengaruhinya guna kepentingan dan kesejahteraan masyarakat setempat;
e. Kegiatan pertambangan ditujukan untuk menyediakan bahan baku bagi industri
dalam negeri dan berbagai keperluan masyarakat, serta meningkatkan ekspor,
meningkatkan penerimaan negara dan pendapatan daerah serta memperluas
lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha;
f. Kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal yang
dilengkapi dengan RPL dan RKL;
g. Kegiatan pertambangan mulai dari tahap perencanaan, tahap ekplorasi hingga
eksploitasi harus diupayakan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan perselisihan
dan atau persengketaan dengan masyarakat setempat;
h. Rencana kegiatan eksploitasi harus disetujui oleh dinas pertambangan setempat dan
atau oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan pelaksanaannya
dilaporkan secara berkala;
i. Pada lokasi kawasan pertambangan fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi
jaringan listrik, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan
saluran air kotor.
31MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
4. Permukiman a. Ketentuan pokok tentang perumahan, permukiman, peran masyarakat dan
pembinaan perumahan dan permukiman nasional mengacu kepada Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Surat
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP);
b. Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman harus sesuai dengan
daya dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat
dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai
bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan hidup;
c. Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau
oleh sarana tranportasi umum;
d. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus didukung
oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan
jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan
drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama);
e. Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;
f. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;
g. Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba),
penetapan lokasi dan penyediaan tanah, penyelenggaraan pengelolaan, dan
pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999
tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.
5. Industri a. Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri;
serta izin usaha industri mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian;
b. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri harus sebesar-besarnya diperuntukan
bagi upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah dan
peningkatan pendapatan yang tercipta akibat efisiensi biaya investasi dan proses
aglomerasi, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
c. Jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan
dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis
industri yang dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat dengan
karakteristik lokasi setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku dan atau
kemudahan akses ke pasar;
d. Kawasan peruntukan industri harus memiliki kajian Amdal, sehingga dapat
ditetapkan kriteria jenis industri yang diijinkan beroperasi di kawasan tersebut;
e. Untuk mempercepat pengembangan kawasan peruntukan, di dalam kawasan
peruntukan industri dapat dibentuk suatu perusahaan kawasan industri yang
mengelola kawasan industri;
f. Ketentuan tentang kawasan industri diatur tersendiri melalui Keputusan Presiden
Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri dan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 50/M/SK/1997 tentang Standar Teknis
Kawasan Industri yang mengatur beberapa aspek substansi serta hak dan kewajiban
Perusahaan Kawasan Industri, Perusahaan Pengelola Kawasan Industri dan
Perusahaan Industri dalam pengelolaan Kawasan Industri;
g. Khusus untuk kawasan industri, pihak pengelola wajib menyiapkan kajian studi
Amdal sehingga pihak industri cukup menyiapkan RPL dan RKL.
Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
32 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
6. Pariwisata a. Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan kegiatan
kepariwisataan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang
Kepariwisataan;
b. Kegiatan kepariwisataan diarahkan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam,
budaya dan sejarah di kawasan peruntukan pariwisata guna mendorong
perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya,
adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam serta kelestarian fungsi
lingkungan hidup;
c. Kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan harus memiliki hubungan fungsional
dengan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga serta membangkitkan
kegiatan sektor jasa masyarakat;
d. Pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya untuk kepentingan pariwisata,
sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayan dan agama harus memperhatikan
kelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya tersebut. Pemanfaatan tersebut
harus memiliki izin dari Pemerintah Daerah dan atau Kementerian yang menangani
bidang kebudayaan;
e. Pengusahaan situs benda cagar budaya sebagai obyek wisata diharapkan dapat
membantu memenuhi kebutuhan dana bagi pemeliharaan dan upaya pelestarian
benda cagar budaya yang bersangkutan;
f. Ketentuan tentang penguasaan, pemilikan, pengelolaan dan pemanfaatan benda-
benda cagar budaya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
g. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pariwisata harus diperuntukan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya
tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;
h. Pada kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi
jaringan listrik, telepon, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase,
dan saluran air kotor;
i. Harus memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti
kawasan pertanian, perikanan, dan perkebunan;
j. Harus bebas polusi;
k. Pengelolaan dan perawatan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab
pemerintah/pemerintah daerah;
l. Setiap orang dilarang mengubah bentuk dan atau warna, mengambil atau
memindahkan benda cagar budaya dari lokasi keberadaannya.
Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
33MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
7. Perdagangan dan
Jasa
a. Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung disesuaikan
dengan kebutuhan konsumen;
b. Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain:
§bangunan usaha perdagangan (eceran dan grosir): toko, warung, tempat
perkulakan, pertokoan, dan sebagainya;
§bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, dan penginapan lainnya;
§bangunan penyimpanan dan pergudangan: tempat parkir, gudang;
§bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi;
§bangunan pariwisata/rekreasi (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.
c. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan perdagangan dan jasa diperuntukan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya
tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup
Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
Sumber : Buku Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007
34 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Gambar1ContohPetaPolaRuang
$Z
ÊÚ
ÊÚ
ÊÚ
ÊÚ
ÊÚ
ÊÚ
#############################################################################################################################
#################
##############################################################
###########################################
#########################################################################
#########
############# #################################
#####################################################
#############################
$Z
0°52'30"
0°52'30"
1°00'00"
1°00'00"
1°7'30"
1°7'30"
124°30'00"
124°30'00"
124°37'30"
124°37'30"
124°45'00"
124°45'00"
124°52'30"
124°52'30"
125°00'00"
125°00'00"
RATAHAN
TOMBATURANOKETANG
D.Buililin
Silian
Kuyanga
Londola
Tambelang
banga
Lowotag
Molompar
Winorangin
Liwutung
Tonsawang
Rasi
Tatengesan
MINANGA
Wio
Wongkai
Wiau
BELANG
Malompar
KEC.TOULUAAN
KEC.RATAHAN
KEC.TOMBATU
KEC.RATATOTOK
KEC.BELANG
KEC.PUSOMAEN
GarisPantai
Sungai
JalanRencana
JalanArteri
JalanKolektor
JalanLokal
BatasKecamatan
BatasKabupaten
BatasProvinsi
LEGENDA
DEPARTEMENPEKERJAANUMUM
DIREKTORATJENDERALPENATAANRUANG
SatuanKerjaPembinaanPenataanRuang
KawasanSedangBerkembang
3036Km
U
BANTEKPELAKSANAANPENATAANRUANG
KABUPATENMINAHASATENGGARA
PROVINSISULAWESIUTARA
DANAU
TONDANO
LAUT
MALUKU
LAUT
SULAWESI
Sumber:
-PetaRupabumiBakosurtanal,Skala1:50.000
Edisitahun1991,Lembar2416-43,2416-44dan2417-12
-HasilAnalisis
KABUPATEN
MINAHASASELATAN
KABUPATEN
MINAHASASELATAN
KABUPATEN
BOLAANGMONGONDOW
KABUPATEN
MINAHASA
IbukotaProvinsi
IbukotaKabupaten
KantorKecamatan
PETARENCANAPOLARUANG
KABUPATENMINAHASATENGGARA
RATATOTOK
Basaan
0°
0°
1°
1°
2°
2°
123°
123°
124°
124°
125°
125°
Prov.SulawesiUtara
IndeksLokasi
KAWASANLINDUNG
DaerahLindunglain
HutanLindung
KAWASANBUDIDAYA
IndustridanPergudangan
Pariwisata
Perkebunan
Permukiman
Pertambangan
Pertanian
pemakamanumum/kuburan
ÊÚLokasiWisata
$ZPusatPemerintahanKabupaten
... . ...
ùùùùùùùùùùùù
Sesar/Patahan
ZonaAliranLava/LaharGn.Soputan
DaerahBAHAYAletusanGn.Api(radius5km)$Z
$ZDaerahWASPADAletusanGn.Api(radius8km)
Î
Î
$TGunungApi
HutanProduksi
ÎPelabuhanUtamatersier
PelabuhanPengumpan-
Sekunder
Î
DaerahRawanLongsor
P.Bentenan
P.Dakokayu
P.Babi
å
å
å
å
å
å
å
Luas(Ha.)%
7.896,511,11
26,7919.039,7
827,61,2
0,33236,6
16,90,02
1,34954,7
24.165,634,00
24,6017.486,7
4,00,01
0,64451,6
100,0071.080,0JUMLAH
SKALA1:100.000(PadakertasA1:59,4cmx84,1cm)
P.Bohoikecil
P.Bohoibesar
P.Salimburung
P.Hogow
P.Putusputus
Gambar2ContohPetaKawasanBudiDaya
35MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
36 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Peruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruang.
Setiap peruntukan memiliki karakteristik lokasi yang sesuai untuk dapat mendukung fungsi-
fungsinyasepertiterlihatdalamTabelberikutini.
CARA MENCAPAI OUTPUT
Bagaimana Karakteristik Lokasi &
Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Budi Daya?
Mengidentifikasi karakteristik setiap peruntukan ruang serta
menganalisis kesesuaian lahan dari setiap peruntukan ruang
Kesesuaian Lahan dari setiap peruntukan ruang
TUJUAN
OUTPUT
Peruntukan
Ruang
KARAKTERISTIK LOKASI & KESESUAIAN LAHAN
1. Hutan
Produksi
Dasar Penetapan batas hutan produksi:
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 83/KPTS/UM/8/1981
a. Parameter yang diperhatikan dan diperhitungkan dalam penetapan hutan produksi adalah
lereng (kemiringan) lapangan, jenis tanah, dan intensitas hujan;
b. Untuk keperluan penilaian fisik wilayah, setiap parameter tersebut dibedakan dalam 5
tingkatan (kelas) yang diuraikan dengan tingkat kepekaannya terhadap erosi. Makin tinggi
nilai kelas parameter makin tinggi pula tingkat kepekaannya terhadap erosi;
c. Skoring fisik wilayah ditentukan oleh total nilai kelas ketiga parameter setelah masing-masing
nilai kelas parameter dikalikan dengan bobot 20 untuk parameter lereng, bobot 15 untuk
parameter jenis tanah, dan bobot 10 untuk parameter intensitas hujan (lihat tabel 1, 2 dan 3);
d. Berdasarkan hasil penjumlahan skoring ketiga parameter tersebut yaitu lereng, jenis lahan,
dan intensitas hujan suatu wilayah hutan dinyatakan memenuhi syarat untuk ditetapkan
sebagai:
§Hutan Produksi Tetap jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai < 125; tidak
merupakan kawasan lindung; serta berada di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan
hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi lainnya;
§Hutan Produksi Terbatas jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai 125 - 175; tidak
merupakan kawasan lindung; mempunyai satuan bentangan sekurang-kurangnya 0,25 Ha
(pada ketelitian skala peta 1 : 10.000); serta bisa berfungsi sebagai kawasan penyangga;
§Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai >175;
tidak merupakan kawasan lindung; dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan
kegiatan budi daya lainnya; serta berada di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan
produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi lainnya.
Tabel 3 Karakteristik Lokasi dan Kesesuaian Lahan
37MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
2. Pertanian Karakteristik kawasan peruntukan pertanian terdiri dari pertanian lahan basah, pertanian lahan kering
dan pertanian tanaman tahunan. Masing-masing karateristik kawasan peruntukan pertanian tersebut
memiliki kriteria teknis seperti ditunjukkan pada Tabel 7.
3. Pertam-
bangan
Peruntukan pertambangan bahan galian golongan C:
a. Bahan galian terletak di daerah dataran, perbukitan yang bergelombang atau landai {kemiringan
lereng antara (0°- 17°), curam (17°- 36°) hingga sangat curam (> 36 °)}, pada alur sungai, dan cara
pencapaian;
b. Lokasi tidak berada di kawasan hutan lindung;
c. Lokasi tidak terletak pada bagian hulu dari alur -alur sungai (yang umumnya bergradien dasar sungai
yang tinggi);
d. Lokasi penggalian di dalam sungai harus seimbang dengan kecepatan sedimentasi;
e. Jenis dan besarnya cadangan/deposit bahan tambang secara ekonomis menguntungkan untuk
dieksplorasi;
f. Lokasi penggalian tidak terletak di daerah rawan bencana alam seperti gerakan tanah, jalur gempa,
bahaya letusan gunung api, dan sebagainya.
4. Permuki
man
a. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);
b. Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang
cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari;
c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi , abrasi);
d. Drainase baik sampai sedang;
e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel
kereta api dan daerah aman penerbangan;
f. Tidak berada pada kawasan lindung;
g. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
h. Menghindari sawah irigasi teknis.
5. Industri a. kemiringan lereng : kemiringan lereng yang sesuai untuk kegiatan industri berkisar 0% - 25%, pada
kemiringan >25% - 45% dapat dikembangkan kegiatan industri dengan
perbaikan kontur, serta ketinggian tidak lebih dari 1000 meter dpl;
b. hidrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber air, drainase baik sampai sedang;
c. klimatologi : lokasi berada pada kecenderungan minimum arah angin yang menuju
permukiman penduduk;
d. geologi : dapat menunjang konstruksi bangunan, tidak berada di daerah rawan bencana
longsor;
e. lahan : area cukup luas minimal 20 ha; karakteristik tanah bertekstur sedang sampai
kasar, berada pada tanah marginal untuk pertanian.
6. Pariwisata a. Memiliki struktur tanah yang stabil;
b. Memiliki kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif
terhadap kelestarian lingkungan;
c. Merupakan lahan yang tidak terlalu subur dan bukan lahan pertanian yang produktif;
d. Memiliki aksesibilitas yang tinggi;
e. Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur jalan raya regional;
f. Tersedia prasarana fisik yaitu listrik dan air bersih;
g. Terdiri dari lingkungan/ bangunan/ gedung bersejarah dan cagar budaya;
h. Memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya, serta keunikan tertentu;
i. Dilengkapi fasilitas pengolah limbah (padat dan cair).
7. Perdaga-
ngan dan
Jasa
a. Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam;
b. Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru kota;
c. Dilengkapi dengan sar ana antara lain tempat parkir umum, bank/ATM, pos polisi, pos pemadam
kebakaran, kantor pos pembantu, tempat ibadah, dan sarana penunjang kegiatan komersial serta
kegiatan pengunjung;
d. Terdiri dari perdagangan lokal, regional, dan antar regional.
Peruntukan
Ruang
KARAKTERISTIK LOKASI & KESESUAIAN LAHAN
38 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Sumber : Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007
Sumber : Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007
Sumber : Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007
Tabel 4 Skoring Kelas Lereng
Tabel 5 Skoring Kelas Jenis Tanah
Tabel 6 Skoring Kelas Intensitas Hujan
Kelas
Intensitas
Hujan
Kisaran Curah Hujan
(mm/hari hujan)
Keterangan
Hasil Nilai
Kelas x Bobot
1 8 - 13,6 sangat rendah 10
2 13,6 - 20,7 rendah 20
3 20,7 - 27,7 sedang 30
4 27,7 - 34,8 tinggi 40
5 ?34,8 sangat tinggi 50
Kelas Tanah Kelompok Jenis Tanah
Kepekaan Terhadap
Erosi
Hasil Nilai Kelas x Bobot
1
Aluvial, Tanah, Glei, Planossol,
Hidromorf Kelabu, Literite Air
Tanah
tidak peka 15
2 Latosol agak peka 30
3 Brown Forest Soil, Non Calcic kurang peka 45
4
Andosol, Laterictic Gromusol,
Podsolik
peka 60
5
Regosol, Litosol Organosol,
Renzine
sangat peka 75
Kelas Lereng Kisaran Lereng (%) Keterangan
Hasil Nilai
Kelas x Bobot
1 0 - 8 datar 20
2 8 - 15 landai 40
3 15 - 25 agak curam 60
4 25 - 45 curam 80
5 ?45 sangat curam 100
39MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Bagaimana Kriteria dan Batasan Teknis Untuk Setiap
Peruntukan Ruang di Kawasan Budi Daya?
Peruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruang.
Setiap peruntukan akan memiliki batasan/kriteria teknis masing-masing untuk kegiatan
pemanfaatanyangmasihdiperbolehkansepertiterlihatdibawahini.
a. Radius atau jarak yang diperbolehkan untuk melakukan penebangan pohon di kawasan
hutanproduksi:
• >500(limaratus)meterdaritepiwadukataudanau;
• >200(duaratus)meterdaritepimataairdankirikanansungaididaerahrawa;
• >100(seratus)meterdarikirikanantepisungai;
• >50(limapuluh)meterdarikirikanantepianaksungai;
• >2(dua)kalikedalamanjurangdaritepijurang;
• > 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi
pantai.
b. Kawasanhutanproduksidapatdikonversidenganketentuansebagaiberikut:
• Faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing
dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 124 atau kurang, di
luarhutansuakaalamdanhutanpelestarianalam;
CARA MENCAPAI OUTPUT
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Hutan Produksi
Menentukan kriteria dan batasan teknis pemanfaatan ruang yang
diperbolehkan pada setiap peruntukan ruang.
Batasan/kriteria teknis pemanfaatan ruang dari setiap peruntukan ruang
di kawasan budi daya.
TUJUAN
OUTPUT
40
Gambar3ContohPetaKawasanHutan
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
AreaPenggunaanLain(APL)
HutanProduksiTerbatas(HPT)
HutanProduksi(HP)
HutanLindung(HL)
KEC.TOULUAAN
KEC.RATAHAN
KEC.TOMBATU
KEC.RATATOTOK
KEC.BELANG
KEC.PUSOMAEN
Prov.SulawesiUtara
IndeksLokasi
0°
0°
1°
1°
2°
2°
123°
123°
124°
124°
125°
125°
0°52'30"
0°52'30"
1°00'00"
1°00'00"
1°7'30"
1°7'30"
124°30'00"
124°30'00"
124°37'30"
124°37'30"
124°45'00"
124°45'00"
124°52'30"
124°52'30"
125°00'00"
125°00'00"
DEPARTEMENPEKERJAANUMUM
DIREKTORATJENDERALPENATAANRUANG
SatuanKerjaPembinaanPenataanRuang
KawasanSedangBerkembang
BANTEKPELAKSANAANPENATAANRUANG
KABUPATENMINAHASATENGGARA
PROVINSISULAWESIUTARA
DANAU
TONDANO
LAUT
MALUKU
LAUT
SULAWESI
Sumber:
-PetaRupabumiBakosurtanal,Skala1:50.000
Tahun1991Lembar2416-43,2416-44,2417-12
-PetaTGHKKab.MinahasaTenggara,DinasKehutananMitra
-PetaKawasanHutanDanPerairanSulawesiUtara
Skala1:250.000,DepHutBunTahun1999
KABUPATEN
MINAHASASELATAN
KABUPATEN
MINAHASASELATAN
KABUPATEN
BOLAANGMONGONDOW
KABUPATEN
MINAHASA
#Y
ArahanPertanian
TATAGUNAHUTANKESEPAKATAN(TGHK)
HL.Gn.Soputan
HL.Gn.Kawatak
HL.Bakau
BentenanHPT.Gn.Surat
HP.S.Ranopayo
RATAHAN
TOMBATURANOKETANG
D.Buililin
Silian
Kuyanga
Londola
Tambelang
banga
Lowotag
Molompar
Winorangin
Liwutung
Tonsawang
Rasi
Tatengesan
MINANGA
Wio
Wongkai
Wiau
BELANG
Malompar
3036Km
U
SKALA1:100.000(PadakertasA1:59,4cmx84,1cm)
å
å
Sungai
BatasProvinsi
BatasKabupaten
BatasKecamatan
JalanLokal
JalanKolektor
JalanArteri
JalanLain
GarisPantai
KantorKecamatanå
IbukotaKabupaten
IbukotaProvinsi
LEGENDA
Permukiman
• Secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan transportasi,
transmigrasi,permukiman,pertanian,perkebunan,industri.
c. Luas kawasan hutan dalam setiap daerah aliran sungai (DAS) dan atau pulau minimal 30%
dari luas daratan. Berdasarkan pertimbangan tersebut setiap provinsi dan kabupaten/kota
yang luas kawasan hutannya kurang dari 30% perlu menambah luas hutannya. Sedangkan
bagi provinsi dan kabupaten/kota yang luas kawasan hutannya lebih dari 30% tidak boleh
secarabebasmengurangiluaskawasanhutannya.
a. Pemanfaatandanpengelolaanlahanharusdilakukanberdasarkankesesuaianlahan;
b. Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif (tingkat
kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan secara selektif tanpa
mengurangikesejahteraanmasyarakat;
c. Kawasanpertanianlahanbasahmencakup:
1. Polatanam:monokultur,tumpangsari,campurantumpanggilir;
2. Tindakankonservasiberkaitandengan:
• Vegetatif: pola tanam sepanjang tahun, penanaman tanaman panen atas air tersedia
dengan jumlah dan mutu yang memadai yaitu 5-20 L/detik/ha untuk mina padi, mutu
0
airbebaspolusi,suhu23-30 C,oksigenlarut3-7ppm,amoniak0.1ppmdanpH5-7;
• Mekanik:pembuatanpematang,teras,dansalurandrainase.
d. Kawasanpertanianlahankeringmencakup:
1. Kemiringan 0-6%: tindakan konservasi secara vegetatif ringan, tanpa tindakan konservasi
secaramekanik;
2. Kemiringan8-15%:
• Tindakan konservasi secara vegetatif ringan sampai berat yaitu pergiliran tanaman,
penanaman menurut kontur, pupuk hijau, pengembalian bahan organik, tanaman
penguatkeras;
• Tindakan konservasi secara mekanik (ringan), teras gulud disertai tanaman penguat
keras;
• Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras gulud dengan interval tinggi 0.75-
1.5mdilengkapitanamanpenguat,dansaluranpembuangairditanamirumput.
3. Kemiringan15-40%:
• Tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman, penanaman
menurutkontur,pemberianmulsasisatanaman,pupukkandang,pupukhijau,sisipan
tanamantahunanataubatupenguatterasdanrokrak;
• Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang dilengkapi tanaman
ataubatupenguatterasdanrokrak,saluranpembuanganairditanamirumput.
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pertanian
41MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
42 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
e. Kawasanpertaniantanamantahunanmencakup:
1. Kemiringan 0-6%: pola tanam monokultur, tumpang sari, interkultur atau campuran.
Tindakan konservasi, vegetatif tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan
tanahminimum.Tanpatindakankonservasisecaramekanik;
2. Kemiringan8-15%:
• Polatanam,monokultur,tumpangsari,interkulturataucampuran;
• Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa,
pengolahantanahminimal;
• Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak teras bangku,
diperkuatdengantanamanpenguatataurumput.
3. Kemiringan25-40%:
• Polatanam,monokultur,interkulturataucampuran;
• Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa,
pengolahantanahminimal;
• Tindakankonservasisecaramekanik,salurandrainase,rokrakterasindividu.
f. Kawasan perikanan mencakup luas lahan untuk kegiatan budi daya tambak udang/ikan
dengan atau tanpa unit pengolahannya adalah ≥ 25 Ha, budi daya perikanan terapung di air
tawarluas≥2,5 Haataujumlah≥500unit;
g. Pemanfaatan dan penggunaan lahan untuk usaha perkebunan, luas maksimum dan luas
minimumnya ditetapkan oleh Menteri dengan berpedoman pada jenis tanaman,
ketersediaan tanah yang sesuai secara agroklimat, modal, kapasitas pabrik, tingkat
kepadatan penduduk, pola pengembangan usaha, kondisi geografis, dan perkembangan
teknologi;
h. Hakgunausahauntukusahaperkebunandiberikandenganjangkawaktupalinglama35(tiga
puluhlima)tahun;
i. Lahan perkebunan besar swasta yang terlantar (kelas V) yang tidak berupaya untuk
melakukan perbaikan usaha setelah dilakukan pembinaan, pemanfaatan lahannya dapat
dialihkanuntukkegiatannonperkebunan.
Gambar4ContohPetaKawasanPertanian
43MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
44 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Tabel 7 Karakteristik Kawasan Peruntukan Pertanian
Kriteria Teknis Pertanian Lahan Basah
Pertanian Lahan
Kering
Pertanian Tanaman
Tahunan
Iklim:
Kelembaban (%) 33 - 90 29 - 32 42 - 75
Curah Hujan (mm) A, B, C (Schmidt &
Ferguson, 1951)
350 - 600 1200 - 1600
Sifat Fisik Tanah:
Drainase agak baik s/d agak
terhambat
baik s/d agak
terhambat
baik s/d agak
terhambat
Tekstur: h, ah, s h, ah, s h, ah, s
Bahan Kasar (%) < 15 < 15 < 35
Kedalaman Tanah (cm) > 30 > 30 > 60
Ketebalan Gambut (cm) < 200 < 200 < 200
Kematangan Gambut saprik, hemik saprik, hemik saprik, hemik
Retensi Hara:
Kejenuhan Basa (%) > 30 > 30 > 30
Kemasaman Tanah (pH) 5,5 - 8,2 5,6 - 7,6 5,2 - 7,5
Kapasitas Tukar Kation (Cmol) > 12 > 12 > 12
Kandungan C-Organik (%) > 0,8 > 0,8 > 0,8
Toksisitas:
Kedalaman Bahan
Sulfidik
(cm) > 50 > 50 > 50
Salinitas (dS/m) < 4 < 4 < 4
Bahaya Erosi:
Lereng (%) < 8 < 15 < 40
Tingkat Bahaya Erosi r sd sd
Bahaya Banjir:
Genangan F0,F11,F12, F21,F23 F0,F11,F12, F21,F23 F0,F11,F12, F21,F23
Penyiapan Lahan:
Batuan di Permukaan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25
Singkapan Batuan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25
Tekstur Tanah :
ak = agak kasar
s = sedang
ah = agak halus
h = halus
k = kasar
Bahaya Erosi :
sr = sangat ringan
r = ringan
sd = sedang
b = berat
sb = sangat berat
Kelas Bahaya Banjir (F) :
F0 Tanpa
F1 Ringan
F2 Sedang
F3 Agak Berat
F4 Berat
45MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
PeruntukanpertambanganbahangaliangolonganC:
a. Kegiatanpenambangantidakbolehdilakukandikawasanlindung;
b. Kegiatanpenambangantidakbolehmenimbulkankerusakanlingkungan;
c. Lokasi tidak terletak terlalu dekat terhadap daerah permukiman. Hal ini untuk menghindari
bahayayangdiakibatkanolehgerakantanah,pencemaranudara,sertakebisinganakibatlalu
lintas pengangkutan bahan galian, mesin pemecah batu, ledakan dinamit, dan sebagainya.
Jarak dari permukiman 1-2 km bila digunakan bahan peledak dan minimal 500 m bila tanpa
peledakan;
d. Lokasi penambangan tidak terletak di daerah tadah (daerah imbuhan) untuk menjaga
kelestariansumberair(mataair,airtanah);
e. Lokasi penggalian tidak dilakukan pada lereng curam (> 40%) yang kemantapan lerengnya
kurangstabil.Haliniuntukmenghindariterjadinyaerosidanlongsor.
a. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan yang
ada, dan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta daya
dukunglingkungan;
b. Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak bersusun
maksimum50bangunanrumah/hadandilengkapidenganutilitasumumyangmemadai;
c. Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan peruntukan
permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari
bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan
masyarakat,dengantetapmemperhatikankelestarianfungsilingkunganhidup;
d. Kawasanperumahanharusdilengkapidengan:
• Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
PerencanaanLingkunganPerumahandiPerkotaan;
• Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga
lingkungan perumahan bebas dari genangan. Saluran pembuangan air hujan harus
direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya resap
tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup. Dilengkapi juga
dengan sumur resapan air hujan mengikuti SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan dan dilengkapi dengan
penanamanpohon;
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pertambangan
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Permukiman
46 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
• Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Kapasitas minimum sambungan rumah tangga 60 liter/orang/hari dan sambungan kran
umum30liter/orang/hari;
• Sistem pembuangan sampah mengikuti ketentuan SNI 03-3242-1994 tentang Tata Cara
PengelolaanSampahdiPermukiman.
e. Penyediaan kebutuhan sarana pendidikan di kawasan peruntukan permukiman yang
berkaitandenganjenissaranayangdisediakan,jumlahpendudukpendukung,luaslantaidan
luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian secara lebih rinci
ditunjukkanpadaTabel8;
f. Penyediaan kebutuhan sarana kesehatan di kawasan peruntukan permukiman yang
berkaitandenganjenissaranayangdisediakan,jumlahpendudukpendukung,luaslantaidan
luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian secara lebih rinci
ditunjukkanpadaTabel9;
g. Penyediaan kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olah raga di kawasan
peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah
penduduk pendukung, luas lahan minimal, radius pencapaian, dan kriteria lokasi dan
penyelesaiansecaralebihrinciditunjukkanpadaTabel10;
h. Penyediaan kebutuhan sarana perdagangan dan niaga di kawasan peruntukan permukiman
yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas
lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian secara lebih
rinciditunjukkanpadaTabel11;
i. Pemanfaatan kawasan perumahan merujuk pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan
FasilitasSosialPerumahankepadaPemerintahDaerah;
j. Dalam rangka mewujudkan kawasan perkotaan yang tertata dengan baik, perlu dilakukan
peremajaan permukiman kumuh yang mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun
1990tentangPengelolaanKampungKota.
Gambar5ContohPetaKawasanPertambangan
47MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
48 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Gambar6ContohPetaKawasanPermukimanKota
49MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Gambar7ContohZoningRegulasiPemukimanKota
50 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
SKALA:1:85.000
2.25
Km
3.40
Keterangan:
00.851.70
Gambar:
RENCANAPENGEMBANGANPERMUKIMAN
PERKOTAANDANPERDESAAN
SUMBER:-Rencana
U
DS.SARAGENI
DS.MARGATIRTA
DS.JAYASARI
DS.GUNUNGANTEN
DS.SANGKAMANIK
DS.GIRIMUKTI
DS.SUDAMANIK
DS.MEKARJAYA
DS.INTENJAYA
DS.JAYAMANIK
DS.MARGAJAYA
DS.CIMARGA
DS.MARGALUYU
DS.SANGIANGJAYA
S.Ciberang
DS.KARYAJAYA
BI
BJ
BK
BL
BM
BN
BO
BP
BQ
BR
BS
BT
BH
BG
BF
BE
BD
BC
BB
2829303132333435363738394041424344454647484950
S.Cikeunyeup
S.Cisim
eut
S.Cimanggu
S.Ciminyak
S.Cila
ki
S.Ciujung
KE.RANGKASBITUNG
KE.CILELES
KE.LEUW
IDAM
AR
KE.RANGKASBITUNG KEC.MUNCANG
KEC.LEUWIDAMAR
KEC.RANGKASBITUNGKEC.CIKULUR
PEMERINTAHKABUPATEN
LEBAK
RENCANAUMUMTATARUANG
KECAMATANCIMARGA
2006
JaringanJalanSekunder
JaringanJalanPrimer
Sungai
KantorCamat
BatasDesa
BatasKecamatan
BENDUNGKARIAN
KawasanPengembangan
PermukimanPerkotaan
PengembanganPermukiman
Perdesaan
KE.RANGKASBITUNG
KE.RANGKASBITUNG
PasarUmum
KawasanPendidikan
Terminal
SentraIndustriKecil/Kerajinan
Dermaga/TempatPelelanganIkan
Gambar8ContohPetaKawasanPermukimanKabupaten
DS.TAMBAK
KebutuhanpersatuansaranaKriteria
No
Jenis
sarana
Jumlah
penduduk
pendukung
(jiwa)
Luaslantai
min(m2
)
Luaslahanmin
(m2
)
Standar
(m2
/jiwa)
Radius
pencapaian
(m)
Lokasidan
penyelesaian
1TK1.2502165000,28500
2SD1.6006332.0001,251.000
Ditengahkelompok
keluarga.
Tidakmenyeberang
jalanraya.
Bergabungdengan
tamansehinggaterjadi
pengelompokan
kegiatan.
3SLTP4.8002.2829.0001,881.000
4SLTA4.8003.83512.5002,63.000
Dapatdijangkaudengan
kendaraanumum,
Disatukandengan
lapanganolahraga.
Tidakselaluharusdi
pusatlingkungan
5Taman
Bacaan
2.500721500,091.000Ditengahkelompok
warga.
Tidakmenyeberangjalan
lingkungan.
Tabel8KebutuhanSaranaPendidikanpadaKawasanPeruntukanpermukimanP
Sumber:SNI03-1733-2004tentangTatacaraperencanaanlingkunganperumahandiperkotaan
51MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
52 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Kebutuhanpersatuan
sarana
Kriteria
NoJenissarana
Jumlah
penduduk
pendukung
(jiwa)
Luas
lantaimin
(m2
)
Luas
lahanmin
(m2
)
Standar
(m2
/jiwa)Radius
pencapaian(m)
Lokasidanpenyelesaian
1Posyandu1.25036600,048500Ditengahkelompok
tetangga.
Tidakmenyeberangjalan
raya.
2BalaiPengobatan
Warga
2.5001503000,121.000Ditengahkelompok
tetangga.
Tidakmenyeberangjalan
raya.
3BKIA/Klinik
Bersalin
30.0001.5003.0000,14.000Dapatdijangkaudengan
kendaraanumum
4Puskesmas
Pembantudan
Balaipengobatan
Lingkungan
30.0001503000,0061.500Dapatdijangkaudengan
kendaraanumum
5Puskesmasdan
BalaiPengobatan
120.0004201.0000,0083.000Dapatdijangkaudengan
kendaraanumum
6TempatPraktek
Dokter
5.00018--1.500Dapatdijangkaudengan
kendaraanumum
7Apotik/Rumah
Obat
30.0001202500,0251.500Dapatdijangkaudengan
kendaraanumum
Tabel9KebutuhanSaranaKesehatanpadaKawasanPeruntukanPermukiman
Sumber:SNI03-1733-2004tentangTatacaraperencanaanlingkunganperumahandiperkotaan
NoJenissarana
Jumlahpenduduk
pendukung(jiwa)
Kebutuhanluas
lahanmin(m2
)
Standar
(m2
/jiwa)
Radius
pencapaian(m)
Kriterialokasidan
penyelesaian
1Taman/Tempat
main
2502501100Ditengahkelompok
tetangga
2Taman/Tempat
main
2.5001.2500,51.000Dipusatkegiatan
lingkungan
3Tamandan
LapanganOlah
Raga
30.0009.0000,3Sedapatmungkin
berkelompokdengan
saranapendidikan
4Tamandan
LapanganOlah
Raga
120.00024.0000,2Terletakdijalanutama
Sedapatmungkin
berkelompokdengan
saranapendidikan
5JalurHijau--15mTerletakmenyebar
6Kuburan/
Pemakaman
Umum
120.0002.000Mempertimbangkan
radiuspencapaiandan
areayangdilayani
Sumber:SNI03-1733-2004tentangTatacaraperencanaanlingkunganperumahandiperkotaan
Tabel10Kebutuhansaranaruangterbuka,taman,danlapanganolahraga
53MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
54 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
KebutuhanpersatuansaranaKriteria
NoJenissarana
Jumlah
penduduk
pendukung
(jiwa)
Luaslantai
min(m2
)
Luaslahan
min(m2
)
Standar
(m2
/jiwa)
Radius
pencapai
an(m)
Lokasidan
penyelesaian
1Toko/Warung25050
(termasuk
gudang)
100
(bilaberdiri
sendiri)
0,4300Ditengahkelompok
tetangga.
Dapatmerupakan
bagiandarisaranalain
2Pertokoan6.0001.2003.0000,52.000Dipusatkegiatansub
lingkungan.
KDB40%.
DapatberbentukP&D.
3PusatPertokoan
+Pasar
Lingkungan
30.00013.50010.0000,33Dapatdijangkaudengan
kendaraanumum
4Pusat
Perbelanjaandan
Niaga(toko+
pasar+bank+
kantor)
120.00036.00036.0000,3Terletakdijalanutama.
Termasuksaranaparkir
sesuaiketentuanyang
berlaku
Sumber:SNI03-1733-2004tentangTatacaraperencanaanlingkunganperumahandiperkotaan
Tabel11Kebutuhansaranaperdagangandanniagapadakawasanperuntukanpermukiman
55MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
a. Harusmemperhatikankelestarianlingkungan;
b. Harusdilengkapidenganunitpengolahanlimbah;
c. Harusmemperhatikansuplaiairbersih;
d. Jenis industri yang dikembangkan adalah industri yang ramah lingkungan dan memenuhi
kriteriaambanglimbahyangditetapkanKementerianLingkunganHidup;
e. Pengelolaan limbah untuk industri yang berkumpul di lokasi berdekatan sebaiknya dikelola
secaraterpadu;
f. Pembatasanpembangunanperumahanbarudikawasanperuntukanindustri;
g. Harus memenuhi syarat AMDAL sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-
undanganyangberlaku;
h. Memperhatikan penataankawasanperumahandisekitarkawasanindustri;
I. Pembangunan kawasan industri minimal berjarak 2 Km dari permukiman dan berjarak 15-
20Kmdaripusatkota;
j. Kawasanindustriminimalberjarak5KmdarisungaitipeCatauD;
k. Penggunaanlahanpadakawasanindustriterdiridaripenggunaankavelingindustri,jalandan
saluran, ruang terbuka hijau, dan fasilitas penunjang. Pola penggunaan lahan pada kawasan
industrisecarateknisdapatdilihatpadaGambar9.
l. Setiap kawasan industri, sesuai dengan luas lahan yang dikelola, harus mengalokasikan
lahannya untuk kaveling industri, kaveling perumahan, jalan dan sarana penunjang, dan
ruangterbukahijau.AlokasilahanpadaKawasanIndustridapatdilihatpadaTabel12;
m. Kawasan Industri harus menyediakan fasilitas fisik dan pelayanan umum. Standar teknis
pelayananumumdanfasilitasfisikdikawasanindustridapatdilihatTabel13.
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Industri
56 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Kantor
PusatPerbelanjaan
KantorPolisi
Menara/Tower
LapanganTerbang
KawasanIndustri
LapanganGolf
Masjid
KuilBudha
Gereja
LEGENDA
Jalan
Sungai/Saluran
Waduk/Reservoir
BatasKecamatan
BatasKelurahan
KantorWalikota
KantorKecamatan
KantorKelurahan
SUMBER:
-PetaDasarPulauBatamskala1:2000,OtoritaBatam
tahun1998
-PetaAdministrasiKotaBatam,PEMKOBATAMtahun2005
Koordinat:.............Geographic
Proyeksi:.............TransvereMercator
Datum:..............WGS84
Zone:..............48Utara
KAWASANINDUSTRI
KAWASANINDUSTRI
AREAPENYUSUNANRDTR
BENGKONGDANBATAMKOTA
Gambar9ContohPetaKawasanIndustri(DiBengkongDanBatamKota)KawasanIndustri
Luas Lahan Dapat Dijual (Maksimal 70%)
No Luas Kawasan
Industri (Ha)
Kaveling
Industri (%)
Kaveling
Komersial (%)
Kaveling
Perumahan (%)
Jalan & Sarana
Penunjang Lainnya
Maksimal 70%
Ruang
Terbuka Hijau
(%)
1 10-20 65-70 Maksimal 10 Maksimal 10 Sesuai kebutuhan Minimal 10
2 >20-50 65-70 Maksimal 10 Maksimal 10 Sesuai kebutuhan Minimal 10
3 >50-100 60-70 Maksimal 12.5 Maksimal 10 Sesuai kebutuhan Minimal 10
4 >100-200 50-70 Maksimal 15 Maksimal 10 Sesuai kebutuhan Minimal 10
5 >200-500 45-70 Maksimal 17.5 10-25 Sesuai kebutuhan Minimal 10
6 >500 40-70 Maksimal 20 10-30 Sesuai kebutuhan Minimal 10
Sumber : Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) di Daerah,
Balitbang Indag - Puslitbang, 2001
Tabel 12 Alokasi Lahan pada Kawasan Industri
57MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
58 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
No Teknis Pelayanan Standar Kebutuhan Keterangan
1 Tenaga kerja 90 - 110 tenaga kerja/Ha
2 Luas lahan per unit
usaha
0.3 - 5 Ha Terdapat beberapa variasi urutan
kaveling. Rata-rata kebutuhan lahan
1.34 Ha/Unit Usaha Industri
3 Listrik 0.15 - 0.2 MVA/Ha Sumber dari PLN atau swasta
4 Telekomunikasi 4 - 5 SST/Ha Termasuk faximile/telex
Telepon umum 1 SST/16 Ha
5 Air bersih 0.55 – 0.75 liter/Ha Sumber PDAM/air tanah usaha
sendiri sesuai ketentuan yang
berlaku
6 Saluran drainase Sesuai debit Ditempatkan di kiri kanan jalan
utama dan lingkungan
7 Saluran sewerage Sesuai debit Saluran tertutup yang terpisah dari
saluran drainase
8 Prasarana & sarana
sampah
1 bak sampah/kaveling
1 armada sampah/20 Ha
1 unit TPS/20 Ha
Perkiraan limbah padat yang
3
dihasilkan adalam 4 m /Ha/hari
9 Kapasitas kelola IPAL Standar influent :
BOD : 400 - 600 mg/l
COD : 600 - 800 mg/l
TSS : 400 - 600 mg/l
PH : 4 - 10
Kualitas parameter limbah cair yang
berada di atas standar influent yang
ditetapkan, wajib dikelola terlebih
dahulu oleh pabrik yang
bersangkutan
10 Jaringan jalan a. Jalan utama 2 jalur 1 arah dengan perkerasan
2x7 m, atau 1 jalur dengan
perkerasan minimal 8 m
b. Jalan lingkungan 2 arah dengan perkerasan minimal 7
m
11 Kebutuhan hunian 1.5 tenaga kerja/unit hunian
12 Kebutuhan fasilitas
komersial
Sesuai kebutuhan dengan
maksimum 20% luas lahan
Diperlukan Trade Center untuk
promosi wilayah dan produk
13 Bangkitan transportasi Ekspor : 3.5 TEU’s/Ha/Bulan
Impor : 3.0 TEU’s/Ha/Bulan
Belum termasuk angkutan buruh
dan karyawan
Sumber : Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) di Daerah,
Balitbang Indag - Puslitbang, 2001
Tabel 13 Standar Teknis Pelayanan Umum di Kawasan Industri
59MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
a. Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam untuk kegiatan
pariwisata alam dilaksanakan sesuai dengan asas konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya;
b. Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam untuk
saranapariwisataalamdiselenggarakandenganpersyaratansebagaiberikut:
• Luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata
alam maksimum 10% dari luas zona pemanfaatan taman nasional, blok pemanfaatan
tamanhutanraya,danblokpemanfaatantamanwisataalamyangbersangkutan;
• Bentukbangunanbergayaarsitektursetempat;
• Tidakmengubahbentangalamyangada;
• Tidakmengganggupandanganvisual.
c. Pihak-pihak yang memanfaatkan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman
Wisata Alam untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam harus menyusun Rencana Karya
Pengusahaan Pariwisata Alam yang dilengkapi dengan AMDAL sesuai dengan peraturan
perundang-undanganyangberlaku;
d. Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam untuk
kegiatan pengusahaan pariwisata alam diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 tahun
sesuaidenganjeniskegiatannya;
e. Jenis-jenis usaha sarana pariwisata alam yang dapat dilakukan dalam kawasan Taman
Nasional,TamanHutanRaya,danTamanWisataAlammeliputikegiatanusaha:
• akomodasisepertipondokwisata,bumiperkemahan,karavan,danpenginapan;
• makanandanminuman;
• saranawisatatirta;
• angkutanwisata;
• cenderamata;
• saranawisatabudaya.
f. Dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya setempat, pemerintah daerah dapat
menetapkan kawasan, lingkungan dan atau bangunan sebagai lingkungan dan bangunan
cagar budaya sebagai kawasan pariwisata budaya. Penetapannya dilakukan apabila dalam
suatu kawasan terdapat beberapa lingkungan cagar budaya yang mempunyai keterkaitan
keruangan,sejarah,danarkeologi;
g. Penetapan kawasan, lingkungan dan atau bangunan bersejarah sebagai kawasan pariwisata
oleh Pemerintah Kota/Kabupaten berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yangberlaku;
h. Kriteria, tolak ukur, dan penggolongan lingkungan cagar budaya berdasarkan kriteria nilai
sejarah, umur, keaslian, dan kelangkaan. Sedangkan kriteria penggolongan bangunan cagar
budaya berdasarkan kriteria nilai sejarah, umur, keaslian, kelangkaan, tengeran/landmark,
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pariwisata
60 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
danarsitektur.Kriteriadantolakukurtersebutadalahsebagaiberikut:
• Nilai sejarah dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa perjuangan, ketokohan, politik, sosial,
budaya yang menjadi simbol nilai kesejarahan tingkat nasional dan atau daerah masing-
masing;
• Umurdikaitkandenganbatasusiasekurang-kurangnya50tahun;
• Keaslian dikaitkan dengan keutuhan baik sarana dan prasarana lingkungan maupun
struktur,material,tapakbangunandanbangunandidalamnya;
• Kelangkaan dikaitkan dengan keberadaannya sebagai satu-satunya atau yang terlengkap
darijenisnyayangmasihadapadalingkunganlokal,nasional,ataudunia;
• Tengeran dikaitkan dengan keberadaan sebuah bangunan tunggal monumen atau
bentangalamyangdijadikansimboldanwakildarisuatulingkungan;
• Arsitektur dikaitkan dengan estetik dan rancangan yang menggambarkan suatu zaman
dangayatertentu.
i. Berdasarkan kriteria dan tolak ukur, kawasan lingkungan cagar budaya dapat dikelompokkan
menjadi beberapa golongan yang berbeda satu dengan lainnya. Penggolongan lingkungan
cagarbudayadiaturmelaluiKeputusanBupati/Walikotasetempat;
j. Pelestarianlingkungandanbangunan cagarbudayayangdijadikankawasanpariwisataharus
mengikutiprinsip-prinsippemugaranyangmeliputikeaslianbentuk,penyajiandantataletak
denganmemperhatikannilaisejarah,ilmupengetahuan,dankebudayaan;
k. Pengembangan lahan yang berada dalam kawasan lingkungan cagar budaya harus mengikuti
peraturanperundanganyangberlaku.
a. Pembangunan hunian diijinkan hanya jika bangunan komersial telah berada pada persil atau
merupakanbagiandariIzinMendirikanBangunan(IMB);
b. Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada lantai dasar di bagian depan dari
perpetakan,kecualiuntukzona-zonatertentu;
c. Perletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung disesuaikan
dengankelaskonsumenyangakandilayani;
d. Jenis-jenisbangunanyangdiperbolehkanantaralain:
• bangunan usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung, tempat perkulakan,
pertokoan;
• bangunanpenginapan:hotel,guesthouse,motel,hostel,penginapan;
• bangunanpenyimpanan:gedungtempatparkir,showroom,gudang;
• bangunantempatpertemuan:aula,tempatkonferensi;
e. bangunanpariwisata(diruangtertutup):bioskop,areabermain.
Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Perdagangan dan Jasa
Gambar10PetaLokasiWisataDiKabupatenMinahasaTenggara
61MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
62 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Kriteria & Batasan Teknis
No Jenis Wisata
Fisik Prasarana Sarana
1 Wisata Alam
- Wisata
Pegunungan
?Luas lahan minimal 100
Ha
?Mempunyai struktur
tanah yang stabil
?Mempunyai kemiringan
tanah yang
memungkinkan dibangun
tanpa memberikan
dampak negatif terhadap
kelestarian lingkungan
?Iklim sejuk (di atas 700
dpl, atau suhu <20o
C)
?Mempunyai daya tarik
flora & fauna, air terjun,
sungai, dan air panas
?Jenis prasarana yang
tersedia antara lain
jalan, air bersih,
listrik, dan telepon
?Mempunyai nilai
pencapaian dan
kemudahan
hubungan yang tinggi
dan mudah dicapai
?Tidak mengganggu
kelancaran lalu lintas
pada jalur regional
?Tersedia angkutan umum
?Jenis sarana yang tersedia
yaitu hotel/penginapan,
rumah makan, kantor
pengelola, tempat
rekreasi & hiburan, WC
umum, mushola,
poliklinik, dan wartel
?Gaya bangunan
disesuaikan dengan
kondisi lingkungan dan
dianjurkan untuk
menampilkan ciri-ciri
budaya daerah
- Wisata Bahari ?Mempunyai struktur
tanah yang stabil
?Mempunyai kemiringan
tanah yang
memungkinkan dibangun
tanpa memberikan
dampak negatif terhadap
kelestarian lingkungan
?Mempunyai daya tarik,
flora & fauna aquatic,
pasir putih, dan terumbu
karang
?Harus bebas bau tidak
enak, debu, asap, serta
air tercemar
?Jenis prasarana yang
tersedia antara lain
jalan, air bersih,
listrik, dan telepon
?Mempunyai nilai
pencapaian dan
kemudahan
hubungan yang tinggi
dan mudah dicapai
dengan kendaraan
bermotor
?Memperhatikan
resiko bahaya dan
bencana
?Perancangan
sempadan pantai
yang memperhatikan
tinggi gelombang laut
?Tersedia angkutan umum
?Jenis sarana yang tersedia
yaitu hotel/penginapan,
rumah makan, kantor
pengelola, tempat rekreasi
& hiburan, WC umum, dan
mushola
?Gaya bangunan disesuaikan
dengan kondisi lingkungan
dan dianjurkan untuk
menampilkan ciri-ciri
budaya daerah
Tabel 14 Karakteristik Kawasan Peruntukan Pariwisata
Sumber : Kriteria Lokasi dan Standar Teknis Kawasan Budi daya, Departemen PU, 2003
Kriteria Teknis
No Jenis Wisata
Fisik Prasarana Sarana
2 Wisata Buatan
?Dibangun disesuaikan
dengan kebutuhan dan
peruntukannya
?Status kepemilikan harus
jelas dan tidak
menimbulkan masalah
dalam penguasaannya
?Mempunyai struktur
tanah yang stabil
?Mempunyai kemiringan
tanah yang
memungkinkan dibangun
tanpa memberikan
dampak negatif terhadap
kelestarian lingkungan
?Mempunyai daya tarik
historis, kebudayaan, dan
pendidikan
?Bebas bau tidak enak,
debu, dan air tercemar
?Jenis prasarana yang
tersedia antara lain
jalan, air bersih,
listrik, dan telepon
?Mempunyai nilai
pencapaian dan
kemudahan
hubungan yang tinggi
dan mudah dicapai
dengan kendaraan
bermotor roda empat
?Tersedia angkutan umum
?Gaya bangunan disesuaikan
dengan kondisi lingkungan
dan menampilkan ciri-ciri
budaya daerah
?Jenis sarana yang tersedia
yaitu rumah makan, kantor
pengelola, tempat rekreasi
& hiburan, WC umum, dan
mushola
?Ada tempat untuk
melakukan kegiatan
penerangan wisata, pentas
seni, pameran dan
penjualan barang-barang
hasil kerajinan
?Terdapat perkampungan
adat
Taman Rekreasi ?Luas lahan min. 3 Ha
?Mempunyai struktur
tanah yang stabil
?Mempunyai
?kemiringan tanah yang
memungkinkan dibangun
tanpa memberikan
dampak negatif terhadap
kelestarian lingkungan
?Harus bebas bau yang
tidak enak, debu, air yang
tercemar
?Jenis prasarana yang
tersedia antara lain
jalan, air bersih,
listrik, dan telepon
?Mempunyai nilai
?Pencapaian dan
kemudahan
hubungan yang tinggi
dan mudah dicapai
dengan kendaraan
bermotor roda empat
?Tersedia angkutan umum
?Tersedia yaitu rumah
makan, kantor
pengelola, tempat rekreasi
& hiburan, WC umum,
mushola, dan tempat parkir
?Tersedia sekurangnya 3
jenis sarana rekreasi yang
mengandung unsur
hiburan, pendidikan,
kebudayaan, dan arena
bermain anak-anak.
?Ada tempat untuk
melakukan kegiatan
penerangan wisata, pentas
seni, pameran dan
penjualan barang-barang
hasil kerajinan
63MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Gambar11ContohPetaKawasanPerdagangandanJasa
64 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
PENUTUP
44
Penutup
Anda telah mencapai akhir dari setiap langkah pengaplikasian
kriteria teknis untuk kawasan budidaya dalam proses perencanaan
tata ruang wilayah/kawasan.
Untuk memahami langkah-langkah pelaksanaan secara lebih
mendalam dapat dilakukan latihan dalam kasus dan diskusi topik
bahasan seperti dicontohkan pada Lembar Diskusi
Untuk melakukan evaluasi mandiri terhadap pemahaman substansi
buku Pedoman dan Modul dapat dilakukan dengan mengisi daftar
pertanyaan pada Lembar Pre-Test dan Post-Test
Dokumen rencana yang baik, tidak akan banyak memberikan
manfaat bila tidak didukung oleh implementasi dan pelaksanaan
pengendalian yang baik pula. Untuk itu, konsistensi ketiganya harus
selalu terjaga agar kita mendapatkan manfaat seperti yang
diharapkan.
67MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
68 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS
KAWASAN BUDI DAYA
Untuk informasi
Buku Pedoman dan Modul Terapan
Bidang Penataan Ruang
Anda dapat menghubungi :
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Gedung G-2, Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru
Jakarta 12110
Telpon : (021) 7236009, 7267762
Faximili : (021) 7236009
Website : www.penataanruang.net
www.pu.go.id
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
JL.PATIMURA NO.20 KEB.BARU, JAKARTA SELATAN
PEDOMAN PENATAAN RUANG
KAWASAN REKLAMASI PANTAI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.40/PRT/M/2007
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110
Telp./Faks.: (021) 7236009, 7267762
Website: www.penataanruang.net; www.pu.go.id

More Related Content

What's hot

Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
Paparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptx
Paparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptxPaparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptx
Paparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptxAndiAkbar42
 
Bab 4 pendekatan dan metodologi
Bab 4   pendekatan dan metodologiBab 4   pendekatan dan metodologi
Bab 4 pendekatan dan metodologidandi rustandi
 
SE.5/MENLHK/PKTL/PLA.3/11/2016 - Penyusunan RPPLH Daerah
SE.5/MENLHK/PKTL/PLA.3/11/2016 - Penyusunan RPPLH DaerahSE.5/MENLHK/PKTL/PLA.3/11/2016 - Penyusunan RPPLH Daerah
SE.5/MENLHK/PKTL/PLA.3/11/2016 - Penyusunan RPPLH DaerahLAKSMI WIJAYANTI
 
Rencana Induk Persampahan (Master Plan)
Rencana Induk Persampahan (Master Plan)Rencana Induk Persampahan (Master Plan)
Rencana Induk Persampahan (Master Plan)Joy Irman
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPenataan Ruang
 
Review (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman) RPLP Kelurahan Senen 2017 - 2022
Review (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman) RPLP Kelurahan Senen 2017 - 2022Review (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman) RPLP Kelurahan Senen 2017 - 2022
Review (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman) RPLP Kelurahan Senen 2017 - 2022Nurlina Y.
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang KabupatenPenataan Ruang
 
Materi Teknis RTRW Provinsi Riau
Materi Teknis RTRW Provinsi RiauMateri Teknis RTRW Provinsi Riau
Materi Teknis RTRW Provinsi Riaujoihot
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPenataan Ruang
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Himpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Penataan Ruang
 
1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok
1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok
1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklokmuhfidzilla
 
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negaraPedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negarainfosanitasi
 
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantaiPedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantaiPenataan Ruang
 
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Anton Riyanto
 
Pengantar pemodelan wilayah dan kota
Pengantar pemodelan wilayah dan kotaPengantar pemodelan wilayah dan kota
Pengantar pemodelan wilayah dan kotaIbnu Syabri
 
Permen pu no. 5 tahun 2008 tentang rth
Permen pu no. 5 tahun 2008 tentang rthPermen pu no. 5 tahun 2008 tentang rth
Permen pu no. 5 tahun 2008 tentang rthjamestravolta
 
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) SampahRehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampahinfosanitasi
 
Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
Rencana Tata Ruang Pulau KalimantanRencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
Rencana Tata Ruang Pulau KalimantanPenataan Ruang
 

What's hot (20)

Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Paparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptx
Paparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptxPaparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptx
Paparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptx
 
Bab 4 pendekatan dan metodologi
Bab 4   pendekatan dan metodologiBab 4   pendekatan dan metodologi
Bab 4 pendekatan dan metodologi
 
SE.5/MENLHK/PKTL/PLA.3/11/2016 - Penyusunan RPPLH Daerah
SE.5/MENLHK/PKTL/PLA.3/11/2016 - Penyusunan RPPLH DaerahSE.5/MENLHK/PKTL/PLA.3/11/2016 - Penyusunan RPPLH Daerah
SE.5/MENLHK/PKTL/PLA.3/11/2016 - Penyusunan RPPLH Daerah
 
Rencana Induk Persampahan (Master Plan)
Rencana Induk Persampahan (Master Plan)Rencana Induk Persampahan (Master Plan)
Rencana Induk Persampahan (Master Plan)
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
 
Review (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman) RPLP Kelurahan Senen 2017 - 2022
Review (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman) RPLP Kelurahan Senen 2017 - 2022Review (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman) RPLP Kelurahan Senen 2017 - 2022
Review (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman) RPLP Kelurahan Senen 2017 - 2022
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten
 
Materi Teknis RTRW Provinsi Riau
Materi Teknis RTRW Provinsi RiauMateri Teknis RTRW Provinsi Riau
Materi Teknis RTRW Provinsi Riau
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
 
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...
 
1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok
1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok
1 laporan pendahuluan rtdr kp rengasdengklok
 
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negaraPedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
 
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantaiPedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai
 
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan...
 
Pengantar pemodelan wilayah dan kota
Pengantar pemodelan wilayah dan kotaPengantar pemodelan wilayah dan kota
Pengantar pemodelan wilayah dan kota
 
Permen pu no. 5 tahun 2008 tentang rth
Permen pu no. 5 tahun 2008 tentang rthPermen pu no. 5 tahun 2008 tentang rth
Permen pu no. 5 tahun 2008 tentang rth
 
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) SampahRehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
 
Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
Rencana Tata Ruang Pulau KalimantanRencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
 

Similar to Modul terapan pedoman kriteria teknis kawasan budidaya

Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaPenataan Ruang
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaAji Qan D
 
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007Ar Tinambunan
 
Contoh Kkp MI
Contoh Kkp MIContoh Kkp MI
Contoh Kkp MIAhmad M
 
Kkpmi 111106045901-phpapp02
Kkpmi 111106045901-phpapp02Kkpmi 111106045901-phpapp02
Kkpmi 111106045901-phpapp02Bucek MyName
 
Kkp manajemen-informatika2
Kkp manajemen-informatika2Kkp manajemen-informatika2
Kkp manajemen-informatika2wiizza
 
1. rdtr canduang
1. rdtr canduang1. rdtr canduang
1. rdtr canduanganginlembah
 
77da8_15._Instrumentasi_Bendungan_Urugan__bulak_balik_.pdf
77da8_15._Instrumentasi_Bendungan_Urugan__bulak_balik_.pdf77da8_15._Instrumentasi_Bendungan_Urugan__bulak_balik_.pdf
77da8_15._Instrumentasi_Bendungan_Urugan__bulak_balik_.pdfJembiseRonald
 
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012Mellianae Merkusi
 
Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara
Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegaraProsedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara
Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegaraMas Niban
 
Buku Petunjuk Kinerja V.17012023.pdf
Buku Petunjuk Kinerja V.17012023.pdfBuku Petunjuk Kinerja V.17012023.pdf
Buku Petunjuk Kinerja V.17012023.pdfnanangajim
 
Buku Petunjuk Kinerja guru tahun 2023 pdf
Buku Petunjuk Kinerja guru tahun 2023 pdfBuku Petunjuk Kinerja guru tahun 2023 pdf
Buku Petunjuk Kinerja guru tahun 2023 pdfiyuliarthawan87
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Arismon Saputra
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMEKPD
 
Permen41 th 2007 tt pedoman kriteria kawasan budidaya
Permen41 th 2007 tt pedoman kriteria kawasan budidayaPermen41 th 2007 tt pedoman kriteria kawasan budidaya
Permen41 th 2007 tt pedoman kriteria kawasan budidayaDeki Zulkarnain
 

Similar to Modul terapan pedoman kriteria teknis kawasan budidaya (20)

pedoman budidaya
pedoman budidayapedoman budidaya
pedoman budidaya
 
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR Kota
 
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
 
Permen 41
Permen 41Permen 41
Permen 41
 
Contoh Kkp MI
Contoh Kkp MIContoh Kkp MI
Contoh Kkp MI
 
Kkpmi 111106045901-phpapp02
Kkpmi 111106045901-phpapp02Kkpmi 111106045901-phpapp02
Kkpmi 111106045901-phpapp02
 
Kkp manajemen-informatika2
Kkp manajemen-informatika2Kkp manajemen-informatika2
Kkp manajemen-informatika2
 
1. rdtr canduang
1. rdtr canduang1. rdtr canduang
1. rdtr canduang
 
77da8_15._Instrumentasi_Bendungan_Urugan__bulak_balik_.pdf
77da8_15._Instrumentasi_Bendungan_Urugan__bulak_balik_.pdf77da8_15._Instrumentasi_Bendungan_Urugan__bulak_balik_.pdf
77da8_15._Instrumentasi_Bendungan_Urugan__bulak_balik_.pdf
 
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
 
Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara
Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegaraProsedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara
Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara
 
Buku Petunjuk Kinerja V.17012023.pdf
Buku Petunjuk Kinerja V.17012023.pdfBuku Petunjuk Kinerja V.17012023.pdf
Buku Petunjuk Kinerja V.17012023.pdf
 
Buku Petunjuk Kinerja guru tahun 2023 pdf
Buku Petunjuk Kinerja guru tahun 2023 pdfBuku Petunjuk Kinerja guru tahun 2023 pdf
Buku Petunjuk Kinerja guru tahun 2023 pdf
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
 
Eksum
EksumEksum
Eksum
 
Permen41 th 2007 tt pedoman kriteria kawasan budidaya
Permen41 th 2007 tt pedoman kriteria kawasan budidayaPermen41 th 2007 tt pedoman kriteria kawasan budidaya
Permen41 th 2007 tt pedoman kriteria kawasan budidaya
 
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRIPRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
 
Laporan Kkl Awal
Laporan Kkl AwalLaporan Kkl Awal
Laporan Kkl Awal
 

Recently uploaded

Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfachsofyan1
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...Neta
 
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99
 
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTIDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTNeta
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikssuser328cb5
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99
 
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024ADYSULISTIYO2
 
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot
 

Recently uploaded (9)

Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
 
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
 
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTIDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
 
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
 
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
 

Modul terapan pedoman kriteria teknis kawasan budidaya

  • 1. PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA MODUL TERAPAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.41/PRT/M/2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
  • 2. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG JL.PATIMURA NO.20 KEB.BARU, JAKARTA SELATAN PEDOMAN PENATAAN RUANG KAWASAN REKLAMASI PANTAI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.40/PRT/M/2007
  • 3. PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA MODULTERAPANMODULTERAPAN DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
  • 4. Sumber gambar cover: http://www.crystalcg.com
  • 5. Kata Pengantar iMODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Berkat limpahan Rahmat dan KaruniaNYA, serta puji syukur kehadirat ALLAH SWT, telah tersusun Modul Terapan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkepentingan dalam penyusunan rencana tata ruang sebagai arahan pelaksanaan pembangunan agar tercipta keterpaduan dan keserasianpembangunanolehseluruhpemangkukepentingan. Dalam kaitan pelaksanaan pembangunan dan pelaksanaan pembinaan di daerah, Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum telah menyusun beberapa pedoman bidang penataan ruang dalam rangka operasionalisasi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Salah satu pedoman tersebut adalah Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNomor41/PRT/M/2007. Modul Terapan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ini disusun dalam rangka untuk dapat lebih memahami dan untuk memberikan penjelasan sistematis substansi pedoman, serta memberikan penjelasan cara penggunaan Pedoman Kriteria Teknis KawasanBudiDaya. Mudah-mudahan Modul Terapan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ini dapat mempercepat terwujudnya penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutandipersadaNusantara. Jakarta,Desember2008 DIREKTORATJENDERALPENATAANRUANG
  • 6.
  • 7. Daftar Isi iiiMODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Kata Pengantar.................................................................................................................... i Daftar Isi .......................................................................................................................... iii BAGIAN 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 Pengenalan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ................................................. 3 Kedudukan Legal Aspek Dalam Peraturan Penataan Ruang ............................................... 5 Kedudukan Dalam Proses Penataan Ruang ........................................................................ 6 Ruang Lingkup .................................................................................................................... 7 Sistematika Buku Modul .................................................................................................... 8 BAGIAN 2 WACANA ACUAN ....................................................................................... 11 Acuan Normatif dan Pengaturan Teknis ............................................................................. 13 Pendekatan Aplikasi Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya .................................... 16 Pengkayaan Materi ............................................................................................................. 16 BAGIAN 3 KRITERIA PENETAPAN ................................................................................ 23 Langkah 1: Apa Fungsi Utama dari Setiap Peruntukan Ruang di Kawasan Budi Daya?........................................................................................................ 25 Langkah 2: Bagaimana Kriteria Umum & Kaidah Perencanaan untuk Setiap Peruntukan Ruang di Kawasan Budi Daya?....................................................... 27 Langkah 3: Bagaimana Karakteristik Lokasi & Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Budi Daya?......................................................................................... 36 Langkah 4: Bagaimana Kriteria & Batasan Teknis untuk Setiap Peruntukan Ruang di Kawasan Budi Daya? .......................................................................... 39 Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Hutan Produksi ................................ 39 Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pertanian ......................................... 41 Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pertambangan ................................. 45 Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Permukiman .................................... 45 Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Industri ............................................ 55 Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pariwisata ........................................ 59 Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Perdagangan dan Jasa ..................... 60 BAGIAN 4 PENUTUP ................................................................................................... 65 Penutup .......................................................................................................................... 67
  • 8. DAFTAR TABEL Tabel 1 Fungsi Utama Peruntukan Ruang ....................................................................... 26 Tabel 2 Kriteria Umum dan Kaidah Perencanaan ............................................................ 28 Tabel 3 Karakteristik Lokasi dan Kesesuaian Lahan ......................................................... 36 Tabel 4 Skoring Kelas Lereng ........................................................................................... 38 Tabel 5 Skoring Kelas Jenis Tanah .................................................................................... 38 Tabel 6 Skoring Kelas Intensitas Hujan ............................................................................ 38 Tabel 7 Karakteristik Kawasan Peruntukan Pertanian ..................................................... 44 Tabel 8 Kebutuhan Sarana Pendidikan pada Kawasan Peruntukan Permukiman ........... 51 Tabel 9 Kebutuhan Sarana Kesehatan pada Kawasan Peruntukan Permukiman ............ 52 Tabel 10 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olah Raga ................ 53 Tabel 11 Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga pada Kawasan Peruntukan Permukiman ....................................................................................................... 54 Tabel 12 Alokasi Lahan pada Kawasan Industri ................................................................. 57 Tabel 13 Standar Teknis Pelayanan Umum di Kawasan Industri ....................................... 58 Tabel 14 Karakteristik Kawasan Peruntukan Pariwisata .................................................... 61 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Contoh Peta Pola Ruang ............................................................................... 34 Gambar 2 Contoh Peta Kawasan Budi Daya .................................................................. 35 Gambar 3 Contoh Peta Kawasan Hutan ........................................................................ 40 Gambar 4 Contoh Peta Kawasan Pertanian .................................................................. 43 Gambar 5 Contoh Peta Kawasan Pertambangan .......................................................... 46 Gambar 6 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kota ..................................................... 48 Gambar 7 Contoh Zoning Regulasi Permukiman Kota .................................................. 49 Gambar 8 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kabupaten ........................................... 50 Gambar 9 Contoh Peta Kawasan Industri ...................................................................... 56 Gambar 10 Contoh Peta Kawasan Pariwisata ................................................................. 61 Gambar 11 Contoh Peta Kawasan Perdagangan dan Jasa ............................................... 64 iv MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 9. MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA disusun untuk memberikan penjelasan sistematis substansi Pedoman dan cara penggunaan buku Pedoman dalam Perencanaan Tata Ruang. Substansi dari buku Pedoman yang dianggap sudah jelas tidak akan dijabarkan kembali dalam buku modul ini. Oleh karenanya penggunaan buku modul ini tidak dapat terpisah dari buku PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA && vMODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 10.
  • 12.
  • 13. Pendahuluan PENGENALAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Acuan di bidang penataan ruang bagi pemerintah kabupaten/kota serta pemangku kepentingan (stakeholder) lain dalam kegiatan perencanaan kawasan budi daya di wilayahnya sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan operasional perencanaan kawasan budi daya dalam kerangka proses penyusunan tata ruang. Tujuannya adalah untuk mewujudkan rencana tata ruang kabupaten/kota yang memenuhi kaidah teknis penataan ruang. • jenis kawasan budi daya yang sesuai dalam rencana tata ruang, khususnya bgi instansi-instansi yang mempunyai tugas, pokok, dan fungsi menyusun rencana tata ruang dan instansi-instansi sektoral yang terkait dengan pelaksanan penataan ruang kawasan/wilayah. • Stakeholder lain : sebagai acuan dalam menentukan kriteria lokasi dan jenis kegiatan pemanfaatan ruang dalam suatu kawasan budi daya, antara lain bagi wakil masyarakat, pihak akademisi, asosiasi, dan dunia usaha yang terlibat dalam proses penyusunan rencana tata ruang kawasan/wilayah. Pemerintah Kabupaten/Kota : sebagai acuan dalam menetapkan Apa yang dimaksud dengan buku Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ? Apa Maksud & Tujuan disusunnya Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya? Siapa yang Menggunakan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ? 3MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 14. Agar pemanfaatan ruang kawasan budi daya dapat sesuai dengan kaidah tata ruang yang seharusnya diperhatikan Mengapa harus menggunakan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya? 4 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Pada saat menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah/Kawasan dalam tahapan penentuan kriteria lokasi dan penentuan kegiatan pemanfaatan ruang Kapan harus menggunakan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ?
  • 15. KEDUDUKAN LEGAL ASPEK PERATURAN PENATAAN RUANG DALAM PP Bidang Penataan Ruang lainnya PP No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Permen PU No 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya Pedoman-Pedoman Bidang Penataan Ruang lainnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Acuan pemerintah daerah dalam menyusun Peraturan Daerah mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah/Kawasan Kepmen Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang PP Penatagunaan Tanah PP Penatagunaan Air PP Penatagunaan Hutan PP Pengelolaan DAS Terpadu Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 5MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 16. KEDUDUKAN DALAM PROSES PENATAAN RUANG 6 Pengumpulan & Analisis Data Aspek Fisik Lingkungan Aspek Sosial Budaya §Sistem Perkotaan & Perdesaan §Hirarki Pusat-pusat Pengembangan §Hirarki Pusat Pelayanan §Fungsi Pusat-pusat Pelayanan §SistemPrasarana Wilayah: §Sistem Jaringan Prasarana Transportasi §Prasarana Telematikan §Sistem Prasarana Pengairan §Sistem Jaringan Prasarana Energi §Sistem Prasarana Lingkungan Arahan Pola Ruang: Kawasan Lindung: §Kawasan yang memberi perlndungan kawasan bawahannya §Kawasan perlindungan setempat §Kawasan suaka alam §Kawasan pelestarian alam §Kawasan rawan bencana alam §Kawasan lindung lainnya Kawasan Budi Daya: §Kawasan hutan produksi §Kawasan pertanian §Kawasan pertambangan §Kawasan industri §Kawasan pariwisata §Kawasan permukiman §Kawasan konservasi budaya & sejarah Aspek Ekonomi Arahan ktur Ruang:Stru Rencana Tata Ruang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya Pedoman Penentuan Klasifikasi Zona Kawasan perkotaan & perdesaan Identifikasi Penetapan Kawasan MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 17. RUANG LINGKUP 7 KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA PERDESAAN FUNGSI UTAMA PERKOTAAN PERUNTUKAN RUANG DI KAWASAN BUDI DAYA: 1. Hutan Produksi 2. Pertanian 3. Pertambangan 4. Permukiman 5. Industri 6. Pariwisata 7. Perdagangan dan Jasa KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN KRITERIA & BATASAN TEKNIS KARAKTERISTIK LOKASI & KESESUAIAN LAHAN Mengacu pada pedoman lain yang terkait MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 18. SISTEMATIKA BUKU MODUL 8 Isi Materi Maksud & Tujuan Bagian 1 Pendahuluan Mengenalkan lingkup isi yang dimaksud dalam buku pedoman Bagian 2 Wacana Acuan §materi pengayaan §acuan normatif dan pengaturan teknis Menjadikan referensi bagi pengaplikasian Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya Bagian 3 Kriteria Penetapan: §Langkah 1 Penentuan fungsi utama kawasan budi daya §Langkah 2 Kriteria umum dan kaidah perencanaan kawasan budi daya §Langkah 3 Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan kawasan budi daya §Langkah 4 Kriteria dan batasan teknis kawasan budi daya Memudahkan dalam operasionalisasi / implementasi buku Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya Bagian 4 Penutup MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 19. Sebelum anda mulai menyusun Dokumen Rencana Tata Ruang, perlu dipahami terlebih dahulu tentang kriteria teknis kawasan budi daya. WACANA ACUAN yang memuat pemahaman aspek-aspek tersebut dapat dibaca pada Bagian 2 buku modul ini! 9MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Bila anda menemukan informasi/notasi sebagai berikut... Diagram ini merupakan model sederhana dari diagram yang menggambarkan hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai output pada setiap langkah pelaksanaaan. Bagian kotak berwarna dari model sederhana ini menjadi panduan untuk mengetahui sampai di tahap mana kita berada dalam melaksanakan langkah tersebut. CARA MENGGUNAKAN BUKU MODUL TERAPAN ...maka itu berarti Anda harus mengacu/mencari informasi tersebut di buku Pedoman Kriteria Teknis Ruang Kawasan Budi Daya dalam
  • 20.
  • 22.
  • 23. Wacana Acuan ACUAN NORMATIF DAN PENGATURAN TEKNIS 13 Acuan Normatif Mengapa Digunakan ? Dasar Pertim- bangan Dasar Pelak- sanaan 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Memberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk aktivitas pertanian, khususnya peternakan üü 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Memberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk aktivitas pertambangan üü 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. Memberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk aktivitas industri üü 4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Memberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk aktivitas kepariwisataan üü 5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Memberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk penataan lingkungan permukiman dan perumahan üü 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Memberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya yang memiliki situs-situs cagar budaya üü 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman. Memberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk aktivitas pertanian üü 8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Memberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk penataan kawasan hutan üü 9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Memberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk aktivitas penambangan dan penggalian üü 10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan. Memberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk aktivitas dan penataan kawasan perkebunan üü 11. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Memberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk aktivitas pertanian, khususnya perikanan üü MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 24. 14 12. Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Sebagai acuan dalam pengelolaan lingkungan fisik kawasan. üü 13. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Payung utama sebagai acuan penyusunan berbagai dokumen penataan ruang üü 14. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Memberi panduan dalam penetapan pemanfaatan ruang di kawasan budi daya yang menjadi situs-situs cagar budaya üü 15. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri. Memberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk fungsi permukiman dan perumahan üüüü 16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Memberi arahan dalam melakukan studi AMDAL dan menyusun Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) üüüü 17. Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri. Memberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk penataan kawasan industri üüüü 18. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kampung Kota. Memberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk permukiman di kawasan perkotaan üüüü 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 & Instruksi Menteri Dalam Negeri No.30 tahun 1990 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah. Memberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk permukiman beserta pengelolaan fasilitas dan prasarana lingkungan permukiman üüüü 20. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 83/KPTS/UM/8/1981, tentang Penetapan Batas Hutan Produksi. Memberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk hutan produksi üü 21. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 50/M/SK/1997 tentang Standar Teknis Kawasan Industri. Memberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk kawasan industri üü 22. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman. Memberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk pengembangan permukiman dan perumahan üü Acuan Normatif Mengapa Digunakan ? Dasar Pertim- bangan Dasar Pelak- sanaan MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 25. 12. SNI 03-3242-1994, Tata cara pengelolaan sampah di permukiman. Memberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk permukiman üü 13. SNI 03-2453-2002, Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan. Memberi panduan dalam menyusun penggunaan dan pengelolaan ruang untuk lingkungan permukiman üü 14. SNI 03-1733-2004, Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Memberi panduan dalam menyusun penggunaan dan pengelolaan ruang untuk lingkungan permukiman dan perumahan. üü Acuan Normatif Mengapa Digunakan ? Dasar Pertim- bangan Dasar Pelak- sanaan 15 Bahan Materi yang Perlu Ada Mengapa diperlukan ? 1. Buku Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi dan Sosial Budaya Sebagai dasar teknik suatu kawasan dijadikan kawasan lindung atau kawasan budi daya 2 4 . Buku Pedoman Penentuan Klasifikasi Zona Kawasan Perda-perda lain yang mengatur kegiatan pemanfaatan ruang dan kawasan budi daya Perkotaan & Perdesaan Sebagai dasar pembagian zona kawasan lindung dan budi daya di zona perkotaan dan perdesaan 3. Peraturan daerah masing-masing tentang AMDAL, contohnya Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 99 Tahun 2002 tentang Mekanisme Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Upaya Pengelolaan Lingkungan serta Upaya Pemantauan Lingkungan Dalam Perizinan Daerah Sebagai dasar pelaksanaan dan tata cara pelaksanaan AMDAL tingkat Propinsi TERMINOLOGI peristilahan dapat dlihat pada Buku Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya di BAGIAN 3 tentang ISTILAH DAN DEFINISI MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 26. PENGKAYAAN MATERI Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayananjasapemerintahan,pelayanansosialdankegiatanekonomi. Kawasan Perkotaan merupakan pusat kegiatan yang berperan sangat penting dalam perekonomian nasional maupun bagi perekonomian masyarakat pada kawasan tersebut. Seiring dengan proses globalisasi yang didorong oleh kemampuan teknologi informasi dan transportasi, kawasan perkotaan cenderung berkembang dengan pesat melampaui daya dukungnya yang berakibat pada menurunnya kemampuan kawasan tersebut dalam menopang kehidupanmasyarakatmaupunperekonomiannasional. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,pelayananjasapemerintahan,pelayanansosialdankegiatanekonomi. Dalam pengembangan wilayah kawasan perdesaan harus dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan kawasan perkotaan. Pemahaman yang menyeluruh dan tidak dikotomis ini menjadi penting dan mendasar dalam penyusunan peraturan atau aturan main yang berkaitan dengan pembangunan perdesaan maupun perkotaan, agar terjadi sinergi dan keseimbangan perlakuanwilayahkhususnyaolehpelakupembangunan. 16 Pendekatan penataan ruang dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan pada aspek- aspek penggunaan ruang yang didasarkan pada perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem dan jaminan terhadap kesejahteraan masyarakat, yang dilakukan secara harmonis, yaitu: a) Penilaianpadastrukturruangdanpolaruangpadakawasanbudidaya. b) Penilaianpadaintensitaspemanfaatanruangpadakawasanbudidaya. PENDEKATAN APLIKASI PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Pendekatan Penataan Ruang MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 27. 17MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Pola pemanfaatan ruang wilayah dalam kawasan perkotaan dan perdesaan terdiri dari Kawasan lindung, Kawasan budi daya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumberdaya buatan. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia dansumberdayabuatan. Jenis Definisi A. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Bagi Kawasan Bawahnya 1. Kawasan hutan berfungsi lindung Kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, dan atau yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya yaitu se bagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi, serta memelihara kesuburan tanah. 2. Kawasan Bergambut Kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa- sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu lama. 3. Kawasan resapan air Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air. B. Kawasan Suaka Alam 1. Kawasan cagar alam/ cagar bahari Kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. 2. Kawasan suaka marga- satwa/suaka perikanan Kawasan suaka alam yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasinya, memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi, dan atau merupakan tempat dan kehidupan jenis satwa migran tertentu. 3. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya Kawasan yang mewakili ekosistem khas di lautan maupun perairan lainnya, yang merupakan habitat alami yang memberikan tempat maupun perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang ada. C. Kawasan Pelestarian Alam 1. Taman nasional/Taman Laut Nasional Kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi. 2. Taman hutan raya Kawasan pelestarian yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa, alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan, budaya pariwisata dan rekreasi. Tabel Definisi Jenis Kawasan Lindung
  • 28. 18 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Jenis Definisi D. Kawasan Rawan Bencana 1. Kawasan rawan bencana gunung berapi Kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana akibat letusan gunung berapi. 2. Kawasan rawan gempa bumi Kawasan yang pernah terjadi dan diidentifikasikan mempunyai potensi terancam bahaya gempa bumi baik gempa bumi tektonik maupun vulkanik. 3. Kawasan rawan gerakan tanah Kawasan yang berdasarkan kondisi geologi dan geografi dinyatakan rawan longsor atau kawasan yang mengalami kejadian longsor dengan frekuensi cukup tinggi 4. Kawasan rawan banjir Kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi terjadi banjir. E. Kawasan Perlindungan Setempat 1. Sempadan pantai Kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai 2. Sempadan sungai Kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. 3. Kawasan sekitar waduk dan situ Kawasan tertentu di sekeliling waduk atau situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk atau situ. 4. Kawasan sekitar mata air Kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. 5. Ruang terbuka hijau termasuk didalamnya hutan kota RTH merupakan salah satu bentuk dari ruang terbuka, yang tandai oleh keberadaan pepohonan sebagai pengisi lahan yang utama, yang kemudian didukung pula oleh keberadaan tanaman lain sebagai pelengkap (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya). RTH juga dapat mengandung komponen / barang lainnya di luar tumbuhan, yang keberadaannya melengkapi dan menunjang fungsi RTH sesuai dengan tema pengembangan dari lahan RTH yang bersangkutan 3. Taman wisata alam/ Taman Wisata Laut Kawasan pelestarian alam di darat maupun di laut yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. 4. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan Kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.
  • 29. Jenis Definisi F. Kawasan Perlindungan Lainnya 1. Taman Buru Kawasan pelestarian alam di darat yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam, khususnya perburuan satwa yang sifatnya dapat dikembangbiakan dan tidak termasuk satwa yang dilindungi. 2. Daerah Perlindung Laut Lokal Wilayah perairan laut di suatu desa/kecamatan yang disepakati bersama oleh warga setempat untuk ditetapkan sebagai DPL 3. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Kawasan di luar kawasan suaka alam dan pelestarian alam yang diperuntukkan bagi pengembangan dan pelestarian pemanfaatan plasma nutfah tertentu 4. Kawasan Pengungsian Satwa Kawasan yang memiliki fungsi sebagai tempat perlindungan satwa 5. Kawasan pantai berhutan bakau Kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan 19MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Proses penyusunan pola pemanfaatan ruang dilakukan dengan mengacu pada hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan. Analisis evaluasi lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesesuaian, tingkat kemampuan, dan tingkat ketersediaan lahan untuk kawasanlindungdanbudidaya.Prosesanalisisiniakanmenggunakansumberberupapeta-peta tematik yang kemudian ditumpangtindihkan (overlay) melalui alat bantu program GIS (arc info atau map info), sehingga teridentifikasi kondisi kesesuaian lahan menurut klasifikasi yang telah ditentukan. Kriteria penentuan kawasan budi daya dan kawasan lindung tersebut dilakukan berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang penetapan kawasan lindung, penetapan kriteria dan pola pengelolaan kawasan budi daya (BAPPENAS, 1995) , FAO (1976) tentang Kerangka Kerja Evaluasi Kesesuaian Lahan, PPTA (1993). Rangkuman kriteria tersebut dapat digambarkan pada tabel KriteriaFisikLingkunganKawasanBudiDayadanKawasanLindung.
  • 30. Tabel Definisi Kawasan Budi Daya Jenis Definisi A. Kawasan Hutan Produksi 1. Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas dimana eksploitasinya hanya dapat dengan tebang pilih tanam 2. Kawasan Hutan Produksi Tetap Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi tetap dimana eksploitasinya dapat dengan tebang pilih atau tebang habis dan tanam 3. Kawasan Hutan Produksi Konversi Kawasan hutan yang bilamana diperlukan dapat dialihgunakan 4. Kawasan Hutan Rakyat Kawasan hutan yang dapat dibudidayakan oleh masyarakat sekitarnya dengan mengikuti ketentuan yang ditetapkan B. Kawasan Pertanian 1. Kawasan Tanaman Pangan Lahan Basah Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan basah dimana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah ataupun teknis 2. Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kering Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan kering untuk tanaman palawija, holtikultura, atau tanaman pangan 3. Kawasan Tanaman Tahunan/Perkebunan Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman tahunan/perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan dan bahan baku industri. 4. Kawasan Peternakan Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk usaha peternakan baik sebagai sambilan, cabang usaha, usaha pokok maupun industri, serta sebagai padang penggembalaan ternak 5. Kawasan Perikanan Darat Kawasan yang diperuntukkan bagi perikanan, baik berupa pertambakan/kolam maupun perairan darat lainnya. 6. Kawasan Perikanan Air Payau dan Laut Kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan periakan air payau dan laut baik dalam bentuk budi daya maupuan penangkapan C. Kawasan Pertambangan 1. Kawasan Pertambangan Kawasan yang diperuntukkan bagi pertambangan, baik wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan pertambangan Terbagi menjadi kawasan pertambangan untuk : - Golongan bahan galian strategis - Golongan bahan galian vital - Golongan bahan galian yang tidak termasuk kedua golongan di atas D. Kawasan Budi Daya Lainnya 1. Kawasan Perindustrian Kawasan yang diperuntukkan bagi industri, berupa tempat pemusatan kegiatan industri. 2. Kawasan Pariwisata Kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata 3. Kawasan Permukiman Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam maupun buatan manusia, sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha. 4. Kawasan perdagangan dan jasa Kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan perdagangan dan jasa 5. Kawasan pemerintahan Kawasan yang diperuntukkan sebagai pusat pemerintahan 20 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 31. 21MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Anda dapat mulai menyusun dokumen penataan ruang kawasan budi daya! Sekarang... Tabel Kriteria Fisik Lingkungan Kawasan Budi Daya dan Kawasan Lindung Karakteristik/Tematik Kriteria Kawasan Lindung Kriteria Kawasan Budi Daya Iklim (Schmidt & Fergusson, 1951) G, h A, B, C, D, E, F Ketinggian (m dpl) > 2000 < 2000 Bentuk Wilayah Bergunung Datar s/d Berbukit Kemiringan Lereng (%) > 40 < 40 Singkapan Batuan (%) > 50 < 50 Bahaya Banjir > 1 x / thn - Bahaya Longsor/erosi Labil Stabil Jenis Tanah (soil taxonomy) Sphagnofibrist, Tropofibrist, Tropofolist, Halaquepts, Natrabolls, Natraquall, Lithic, Natrustolls, Natraqualfs, Natustalfs, Hyrdaquents, Psamments Lainya Sumber : 1. Pedoman Penentuan Klasifikasi Zona Perkotaan dan Perdesaan, 2008 2. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 3. PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, 4. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung 5. Penetapan Kriteria dan Pola Pengelolaan Kawasan Budi Daya, Bappenas, 1995 6. Kerangka Kerja Evaluasi Kesesuaian Lahan, PPTA, 1993
  • 32.
  • 34.
  • 35. Kriteria Penetapan 25 Menentukan fungsi utama dari setiap peruntukan ruang yang telah ada. Fungsi dari setiap peruntukan ruang CARA MENCAPAI OUTPUT Apa Fungsi Utama dari Setiap Peruntukan Ruang di Kawasan Budi Daya? TUJUAN OUTPUT Peruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruang. Setiap peruntukan akan memiliki fungsinya masing-masing seperti terlihat dalam Tabel berikut ini. MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 36. 26 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Peruntukan Ruang FUNGSI UTAMA 1. Hutan Produksi a. Penghasil kayu dan bukan kayu; b. Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya; c. Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat; d. Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 2. Pertanian a. Menghasilkan bahan pangan, palawija, tanaman keras, hasil peternakan dan perikanan; b. Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya; c. Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. 3. Pertambangan a. Menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi minyak dan gas bumi; bahan galian pertambangan secara umum, dan bahan galian C; b. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja; c. Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 4. Permukiman a. Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial; b. Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan keluarga. 5. Industri a. Memfasilitasi kegiatan industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi di satu lokasi dengan biaya investasi prasarana yang efisien; b. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja; c. Meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah yang bersangkutan; d. Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan. 6. Pariwisata a. Memperkenalkan, mendayagunakan dan melestarikan nilai-nilai sejarah/budaya lokal dan keindahan alam; b. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan. 7. Perdagangan dan Jasa a. Memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakat yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi penawaran); b. Menyerap tenaga kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang dominan terhadap PDRB. Tabel 1 Fungsi Utama Peruntukan Ruang
  • 37. 27MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA CARA MENCAPAI OUTPUT Mengidentifikasi ketentuan-ketentuan pemanfaatan ruang yang pada umumnya ada pada setiap peruntukan ruang. Kriteria umum dan kaidah perencanaan setiap peruntukan ruang TUJUAN OUTPUT Bagaimana Kriteria Umum & Kaidah Perencanaan untuk Setiap Peruntukan Ruang di Kawasan Budi Daya? Peruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruang. Setiapperuntukanakanmemilikikriteriaumumdankaidahperencanaanmasing-masingseperti terlihatdalamTabelberikutini.
  • 38. 28 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN 1. Hutan Produksi a. Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: §Tidak mengubah fungsi pokok kawasan peruntukan hutan produksi; §Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui pemberian ijin pinjam pakai oleh Menteri terkait dengan memperhatikan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian hutan/lingkungan; §Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pertambangan terbuka harus dilakukan dengan ketentuan khusus dan secara selektif. b. Ketentuan pokok tentang status dan fungsi hutan; pengurusan hutan; perencanaan hutan; dan pengelolaan hutan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; c. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi mencakup tentang kegiatan pemanfaatan kawasan, kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, kegiatan pemanfaatan hasil kayu dan atau bukan kayu, dan kegiatan pemungutan hasil kayu dan atau bukan kayu; d. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang diselenggarakan oleh pemrakarsa yang dilengkapi dengan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL); e. Cara pengelolaan produksi hutan yang diterapkan harus didasarkan kepada rencana kerja yang disetujui Dinas Kehutanan dan atau Departemen Kehutanan, dan pelaksanaannya harus dilaporkan secara berkala. Rencana kerja tersebut harus memuat juga rencana kegiatan reboisasi di lokasi hutan yang sudah ditebang; f. Kegiatan di kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk tetap mempertahankan bentuk tebing sungai dan mencegah sedimentasi ke aliran sungai akibat erosi dan longsor; g. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk menyerap sebesar mungkin tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal; h. Kawasan peruntukan hutan produksi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan di luar sektor kehutanan seperti pertambangan, pembangunan jaringan listrik, telepon dan instalasi air, kepentingan religi, serta kepentingan pertahanan dan keamanan; i. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi wajib memenuhi kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan ekologi; j. Pemanfaatan ruang beserta sumber daya hasil hutan di kawasan peruntukan hutan produksi harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan negara dan kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan sebagai daerah resapan air hujan serta memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup. Tabel 2 Kriteria Umum dan Kaidah Perencanaan
  • 39. 29MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA 2. Pertanian a. Ketentuan pokok tentang perencanaan dan penyelenggaraan budi daya tanaman; serta tata ruang dan tata guna tanah budi daya tanaman mengacu kepada Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman; b. Ketentuan pokok tentang kegiatan perencanaan perkebunan; penggunaan tanah untuk usaha perkebunan; serta pemberdayaan dan pengelolaan usaha perkebunan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan; c. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pertanian harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup; d. Ketentuan pokok tentang pemakaian tanah dan air untuk usaha peternakan; serta penertiban dan keseimbangan tanah untuk ternak mengacu kepada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan; e. Ketentuan pokok tentang wilayah pengelolaan perikanan; pengelolaan perikanan; dan usaha perikanan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan; f. Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus memanfaatkan potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya; g. Kawasan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh dialihfungsikan; h. Kawasan pertanian tanaman lahan kering tidak produktif dapat dialihfungsikan dengan syarat-syarat tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat dan atau oleh Departemen Pertanian; i. Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi dilindungi kelestariannya dengan indikasi ruang; j. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi geografis dilarang dialihfungsikan; k. Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), baik yang menggunakan lahan luas ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal; l. Penanganan limbah pertanian tanaman (kadar pupuk dan pestisida yang terlarut dalam air drainase) dan polusi industri pertanian (udara-bau dan asap, limbah cair) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal; m. Penanganan limbah peternakan (kotoran ternak, bangkai ternak, kulit ternak, bulu unggas, dsb) dan polusi (udara-bau, limbah cair) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal; n. Penanganan limbah perikanan (ikan busuk, kulit ikan/udang/kerang) dan polusi (udara-bau) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal; o. Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), harus diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga kerja setempat; p. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan; q. Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif (tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan tanpa mengurangi kesejahteraan masyarakat. Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
  • 40. 30 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN 3. Pertambangan a. Ketentuan pokok tentang penggolongan pelaksanaan penguasaan bahan galian; bentuk dan organisasi perusahaan pertambangan; usaha pertambangan; kuasa pertambangan; dan hubungan kuasa pertambangan dengan hak-hak tanah mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan; b. Ketentuan pokok tentang penguasaan dan pengusahaan; kegiatan usaha hulu; kegiatan usaha hilir; hubungan kegiatan usaha minyak dan gas bumi dengan hak atas tanah; serta pembinaan dan pengawasan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi; c. Pemanfaatan ruang beserta sumber daya tambang dan galian di kawasan peruntukan pertambangan harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah- kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup; d. Setiap kegiatan pertambangan harus memberdayakan masyarakat di lingkungan yang dipengaruhinya guna kepentingan dan kesejahteraan masyarakat setempat; e. Kegiatan pertambangan ditujukan untuk menyediakan bahan baku bagi industri dalam negeri dan berbagai keperluan masyarakat, serta meningkatkan ekspor, meningkatkan penerimaan negara dan pendapatan daerah serta memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha; f. Kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal yang dilengkapi dengan RPL dan RKL; g. Kegiatan pertambangan mulai dari tahap perencanaan, tahap ekplorasi hingga eksploitasi harus diupayakan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan perselisihan dan atau persengketaan dengan masyarakat setempat; h. Rencana kegiatan eksploitasi harus disetujui oleh dinas pertambangan setempat dan atau oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan pelaksanaannya dilaporkan secara berkala; i. Pada lokasi kawasan pertambangan fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran air kotor.
  • 41. 31MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA 4. Permukiman a. Ketentuan pokok tentang perumahan, permukiman, peran masyarakat dan pembinaan perumahan dan permukiman nasional mengacu kepada Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP); b. Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman harus sesuai dengan daya dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup; c. Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau oleh sarana tranportasi umum; d. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama); e. Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada; f. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam; g. Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba), penetapan lokasi dan penyediaan tanah, penyelenggaraan pengelolaan, dan pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri. 5. Industri a. Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri; serta izin usaha industri mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; b. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri harus sebesar-besarnya diperuntukan bagi upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah dan peningkatan pendapatan yang tercipta akibat efisiensi biaya investasi dan proses aglomerasi, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup; c. Jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis industri yang dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat dengan karakteristik lokasi setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku dan atau kemudahan akses ke pasar; d. Kawasan peruntukan industri harus memiliki kajian Amdal, sehingga dapat ditetapkan kriteria jenis industri yang diijinkan beroperasi di kawasan tersebut; e. Untuk mempercepat pengembangan kawasan peruntukan, di dalam kawasan peruntukan industri dapat dibentuk suatu perusahaan kawasan industri yang mengelola kawasan industri; f. Ketentuan tentang kawasan industri diatur tersendiri melalui Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri dan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 50/M/SK/1997 tentang Standar Teknis Kawasan Industri yang mengatur beberapa aspek substansi serta hak dan kewajiban Perusahaan Kawasan Industri, Perusahaan Pengelola Kawasan Industri dan Perusahaan Industri dalam pengelolaan Kawasan Industri; g. Khusus untuk kawasan industri, pihak pengelola wajib menyiapkan kajian studi Amdal sehingga pihak industri cukup menyiapkan RPL dan RKL. Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
  • 42. 32 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA 6. Pariwisata a. Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan kegiatan kepariwisataan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan; b. Kegiatan kepariwisataan diarahkan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam, budaya dan sejarah di kawasan peruntukan pariwisata guna mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya, adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam serta kelestarian fungsi lingkungan hidup; c. Kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan harus memiliki hubungan fungsional dengan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga serta membangkitkan kegiatan sektor jasa masyarakat; d. Pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya untuk kepentingan pariwisata, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayan dan agama harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya tersebut. Pemanfaatan tersebut harus memiliki izin dari Pemerintah Daerah dan atau Kementerian yang menangani bidang kebudayaan; e. Pengusahaan situs benda cagar budaya sebagai obyek wisata diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan dana bagi pemeliharaan dan upaya pelestarian benda cagar budaya yang bersangkutan; f. Ketentuan tentang penguasaan, pemilikan, pengelolaan dan pemanfaatan benda- benda cagar budaya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya; g. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pariwisata harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup; h. Pada kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, telepon, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran air kotor; i. Harus memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti kawasan pertanian, perikanan, dan perkebunan; j. Harus bebas polusi; k. Pengelolaan dan perawatan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab pemerintah/pemerintah daerah; l. Setiap orang dilarang mengubah bentuk dan atau warna, mengambil atau memindahkan benda cagar budaya dari lokasi keberadaannya. Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN
  • 43. 33MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA 7. Perdagangan dan Jasa a. Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung disesuaikan dengan kebutuhan konsumen; b. Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain: §bangunan usaha perdagangan (eceran dan grosir): toko, warung, tempat perkulakan, pertokoan, dan sebagainya; §bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, dan penginapan lainnya; §bangunan penyimpanan dan pergudangan: tempat parkir, gudang; §bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi; §bangunan pariwisata/rekreasi (di ruang tertutup): bioskop, area bermain. c. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan perdagangan dan jasa diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup Peruntukan Ruang KRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN Sumber : Buku Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007
  • 44. 34 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Gambar1ContohPetaPolaRuang $Z ÊÚ ÊÚ ÊÚ ÊÚ ÊÚ ÊÚ ############################################################################################################################# ################# ############################################################## ########################################### ######################################################################### ######### ############# ################################# ##################################################### ############################# $Z 0°52'30" 0°52'30" 1°00'00" 1°00'00" 1°7'30" 1°7'30" 124°30'00" 124°30'00" 124°37'30" 124°37'30" 124°45'00" 124°45'00" 124°52'30" 124°52'30" 125°00'00" 125°00'00" RATAHAN TOMBATURANOKETANG D.Buililin Silian Kuyanga Londola Tambelang banga Lowotag Molompar Winorangin Liwutung Tonsawang Rasi Tatengesan MINANGA Wio Wongkai Wiau BELANG Malompar KEC.TOULUAAN KEC.RATAHAN KEC.TOMBATU KEC.RATATOTOK KEC.BELANG KEC.PUSOMAEN GarisPantai Sungai JalanRencana JalanArteri JalanKolektor JalanLokal BatasKecamatan BatasKabupaten BatasProvinsi LEGENDA DEPARTEMENPEKERJAANUMUM DIREKTORATJENDERALPENATAANRUANG SatuanKerjaPembinaanPenataanRuang KawasanSedangBerkembang 3036Km U BANTEKPELAKSANAANPENATAANRUANG KABUPATENMINAHASATENGGARA PROVINSISULAWESIUTARA DANAU TONDANO LAUT MALUKU LAUT SULAWESI Sumber: -PetaRupabumiBakosurtanal,Skala1:50.000 Edisitahun1991,Lembar2416-43,2416-44dan2417-12 -HasilAnalisis KABUPATEN MINAHASASELATAN KABUPATEN MINAHASASELATAN KABUPATEN BOLAANGMONGONDOW KABUPATEN MINAHASA IbukotaProvinsi IbukotaKabupaten KantorKecamatan PETARENCANAPOLARUANG KABUPATENMINAHASATENGGARA RATATOTOK Basaan 0° 0° 1° 1° 2° 2° 123° 123° 124° 124° 125° 125° Prov.SulawesiUtara IndeksLokasi KAWASANLINDUNG DaerahLindunglain HutanLindung KAWASANBUDIDAYA IndustridanPergudangan Pariwisata Perkebunan Permukiman Pertambangan Pertanian pemakamanumum/kuburan ÊÚLokasiWisata $ZPusatPemerintahanKabupaten ... . ... ùùùùùùùùùùùù Sesar/Patahan ZonaAliranLava/LaharGn.Soputan DaerahBAHAYAletusanGn.Api(radius5km)$Z $ZDaerahWASPADAletusanGn.Api(radius8km) Î Î $TGunungApi HutanProduksi ÎPelabuhanUtamatersier PelabuhanPengumpan- Sekunder Î DaerahRawanLongsor P.Bentenan P.Dakokayu P.Babi å å å å å å å Luas(Ha.)% 7.896,511,11 26,7919.039,7 827,61,2 0,33236,6 16,90,02 1,34954,7 24.165,634,00 24,6017.486,7 4,00,01 0,64451,6 100,0071.080,0JUMLAH SKALA1:100.000(PadakertasA1:59,4cmx84,1cm) P.Bohoikecil P.Bohoibesar P.Salimburung P.Hogow P.Putusputus
  • 45. Gambar2ContohPetaKawasanBudiDaya 35MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 46. 36 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Peruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruang. Setiap peruntukan memiliki karakteristik lokasi yang sesuai untuk dapat mendukung fungsi- fungsinyasepertiterlihatdalamTabelberikutini. CARA MENCAPAI OUTPUT Bagaimana Karakteristik Lokasi & Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Budi Daya? Mengidentifikasi karakteristik setiap peruntukan ruang serta menganalisis kesesuaian lahan dari setiap peruntukan ruang Kesesuaian Lahan dari setiap peruntukan ruang TUJUAN OUTPUT Peruntukan Ruang KARAKTERISTIK LOKASI & KESESUAIAN LAHAN 1. Hutan Produksi Dasar Penetapan batas hutan produksi: Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 83/KPTS/UM/8/1981 a. Parameter yang diperhatikan dan diperhitungkan dalam penetapan hutan produksi adalah lereng (kemiringan) lapangan, jenis tanah, dan intensitas hujan; b. Untuk keperluan penilaian fisik wilayah, setiap parameter tersebut dibedakan dalam 5 tingkatan (kelas) yang diuraikan dengan tingkat kepekaannya terhadap erosi. Makin tinggi nilai kelas parameter makin tinggi pula tingkat kepekaannya terhadap erosi; c. Skoring fisik wilayah ditentukan oleh total nilai kelas ketiga parameter setelah masing-masing nilai kelas parameter dikalikan dengan bobot 20 untuk parameter lereng, bobot 15 untuk parameter jenis tanah, dan bobot 10 untuk parameter intensitas hujan (lihat tabel 1, 2 dan 3); d. Berdasarkan hasil penjumlahan skoring ketiga parameter tersebut yaitu lereng, jenis lahan, dan intensitas hujan suatu wilayah hutan dinyatakan memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai: §Hutan Produksi Tetap jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai < 125; tidak merupakan kawasan lindung; serta berada di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi lainnya; §Hutan Produksi Terbatas jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai 125 - 175; tidak merupakan kawasan lindung; mempunyai satuan bentangan sekurang-kurangnya 0,25 Ha (pada ketelitian skala peta 1 : 10.000); serta bisa berfungsi sebagai kawasan penyangga; §Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai >175; tidak merupakan kawasan lindung; dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan kegiatan budi daya lainnya; serta berada di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi lainnya. Tabel 3 Karakteristik Lokasi dan Kesesuaian Lahan
  • 47. 37MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA 2. Pertanian Karakteristik kawasan peruntukan pertanian terdiri dari pertanian lahan basah, pertanian lahan kering dan pertanian tanaman tahunan. Masing-masing karateristik kawasan peruntukan pertanian tersebut memiliki kriteria teknis seperti ditunjukkan pada Tabel 7. 3. Pertam- bangan Peruntukan pertambangan bahan galian golongan C: a. Bahan galian terletak di daerah dataran, perbukitan yang bergelombang atau landai {kemiringan lereng antara (0°- 17°), curam (17°- 36°) hingga sangat curam (> 36 °)}, pada alur sungai, dan cara pencapaian; b. Lokasi tidak berada di kawasan hutan lindung; c. Lokasi tidak terletak pada bagian hulu dari alur -alur sungai (yang umumnya bergradien dasar sungai yang tinggi); d. Lokasi penggalian di dalam sungai harus seimbang dengan kecepatan sedimentasi; e. Jenis dan besarnya cadangan/deposit bahan tambang secara ekonomis menguntungkan untuk dieksplorasi; f. Lokasi penggalian tidak terletak di daerah rawan bencana alam seperti gerakan tanah, jalur gempa, bahaya letusan gunung api, dan sebagainya. 4. Permuki man a. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%); b. Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari; c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi , abrasi); d. Drainase baik sampai sedang; e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan; f. Tidak berada pada kawasan lindung; g. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga; h. Menghindari sawah irigasi teknis. 5. Industri a. kemiringan lereng : kemiringan lereng yang sesuai untuk kegiatan industri berkisar 0% - 25%, pada kemiringan >25% - 45% dapat dikembangkan kegiatan industri dengan perbaikan kontur, serta ketinggian tidak lebih dari 1000 meter dpl; b. hidrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber air, drainase baik sampai sedang; c. klimatologi : lokasi berada pada kecenderungan minimum arah angin yang menuju permukiman penduduk; d. geologi : dapat menunjang konstruksi bangunan, tidak berada di daerah rawan bencana longsor; e. lahan : area cukup luas minimal 20 ha; karakteristik tanah bertekstur sedang sampai kasar, berada pada tanah marginal untuk pertanian. 6. Pariwisata a. Memiliki struktur tanah yang stabil; b. Memiliki kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan; c. Merupakan lahan yang tidak terlalu subur dan bukan lahan pertanian yang produktif; d. Memiliki aksesibilitas yang tinggi; e. Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur jalan raya regional; f. Tersedia prasarana fisik yaitu listrik dan air bersih; g. Terdiri dari lingkungan/ bangunan/ gedung bersejarah dan cagar budaya; h. Memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya, serta keunikan tertentu; i. Dilengkapi fasilitas pengolah limbah (padat dan cair). 7. Perdaga- ngan dan Jasa a. Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam; b. Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru kota; c. Dilengkapi dengan sar ana antara lain tempat parkir umum, bank/ATM, pos polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu, tempat ibadah, dan sarana penunjang kegiatan komersial serta kegiatan pengunjung; d. Terdiri dari perdagangan lokal, regional, dan antar regional. Peruntukan Ruang KARAKTERISTIK LOKASI & KESESUAIAN LAHAN
  • 48. 38 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Sumber : Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007 Sumber : Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007 Sumber : Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007 Tabel 4 Skoring Kelas Lereng Tabel 5 Skoring Kelas Jenis Tanah Tabel 6 Skoring Kelas Intensitas Hujan Kelas Intensitas Hujan Kisaran Curah Hujan (mm/hari hujan) Keterangan Hasil Nilai Kelas x Bobot 1 8 - 13,6 sangat rendah 10 2 13,6 - 20,7 rendah 20 3 20,7 - 27,7 sedang 30 4 27,7 - 34,8 tinggi 40 5 ?34,8 sangat tinggi 50 Kelas Tanah Kelompok Jenis Tanah Kepekaan Terhadap Erosi Hasil Nilai Kelas x Bobot 1 Aluvial, Tanah, Glei, Planossol, Hidromorf Kelabu, Literite Air Tanah tidak peka 15 2 Latosol agak peka 30 3 Brown Forest Soil, Non Calcic kurang peka 45 4 Andosol, Laterictic Gromusol, Podsolik peka 60 5 Regosol, Litosol Organosol, Renzine sangat peka 75 Kelas Lereng Kisaran Lereng (%) Keterangan Hasil Nilai Kelas x Bobot 1 0 - 8 datar 20 2 8 - 15 landai 40 3 15 - 25 agak curam 60 4 25 - 45 curam 80 5 ?45 sangat curam 100
  • 49. 39MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Bagaimana Kriteria dan Batasan Teknis Untuk Setiap Peruntukan Ruang di Kawasan Budi Daya? Peruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruang. Setiap peruntukan akan memiliki batasan/kriteria teknis masing-masing untuk kegiatan pemanfaatanyangmasihdiperbolehkansepertiterlihatdibawahini. a. Radius atau jarak yang diperbolehkan untuk melakukan penebangan pohon di kawasan hutanproduksi: • >500(limaratus)meterdaritepiwadukataudanau; • >200(duaratus)meterdaritepimataairdankirikanansungaididaerahrawa; • >100(seratus)meterdarikirikanantepisungai; • >50(limapuluh)meterdarikirikanantepianaksungai; • >2(dua)kalikedalamanjurangdaritepijurang; • > 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai. b. Kawasanhutanproduksidapatdikonversidenganketentuansebagaiberikut: • Faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 124 atau kurang, di luarhutansuakaalamdanhutanpelestarianalam; CARA MENCAPAI OUTPUT Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Hutan Produksi Menentukan kriteria dan batasan teknis pemanfaatan ruang yang diperbolehkan pada setiap peruntukan ruang. Batasan/kriteria teknis pemanfaatan ruang dari setiap peruntukan ruang di kawasan budi daya. TUJUAN OUTPUT
  • 50. 40 Gambar3ContohPetaKawasanHutan MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA AreaPenggunaanLain(APL) HutanProduksiTerbatas(HPT) HutanProduksi(HP) HutanLindung(HL) KEC.TOULUAAN KEC.RATAHAN KEC.TOMBATU KEC.RATATOTOK KEC.BELANG KEC.PUSOMAEN Prov.SulawesiUtara IndeksLokasi 0° 0° 1° 1° 2° 2° 123° 123° 124° 124° 125° 125° 0°52'30" 0°52'30" 1°00'00" 1°00'00" 1°7'30" 1°7'30" 124°30'00" 124°30'00" 124°37'30" 124°37'30" 124°45'00" 124°45'00" 124°52'30" 124°52'30" 125°00'00" 125°00'00" DEPARTEMENPEKERJAANUMUM DIREKTORATJENDERALPENATAANRUANG SatuanKerjaPembinaanPenataanRuang KawasanSedangBerkembang BANTEKPELAKSANAANPENATAANRUANG KABUPATENMINAHASATENGGARA PROVINSISULAWESIUTARA DANAU TONDANO LAUT MALUKU LAUT SULAWESI Sumber: -PetaRupabumiBakosurtanal,Skala1:50.000 Tahun1991Lembar2416-43,2416-44,2417-12 -PetaTGHKKab.MinahasaTenggara,DinasKehutananMitra -PetaKawasanHutanDanPerairanSulawesiUtara Skala1:250.000,DepHutBunTahun1999 KABUPATEN MINAHASASELATAN KABUPATEN MINAHASASELATAN KABUPATEN BOLAANGMONGONDOW KABUPATEN MINAHASA #Y ArahanPertanian TATAGUNAHUTANKESEPAKATAN(TGHK) HL.Gn.Soputan HL.Gn.Kawatak HL.Bakau BentenanHPT.Gn.Surat HP.S.Ranopayo RATAHAN TOMBATURANOKETANG D.Buililin Silian Kuyanga Londola Tambelang banga Lowotag Molompar Winorangin Liwutung Tonsawang Rasi Tatengesan MINANGA Wio Wongkai Wiau BELANG Malompar 3036Km U SKALA1:100.000(PadakertasA1:59,4cmx84,1cm) å å Sungai BatasProvinsi BatasKabupaten BatasKecamatan JalanLokal JalanKolektor JalanArteri JalanLain GarisPantai KantorKecamatanå IbukotaKabupaten IbukotaProvinsi LEGENDA Permukiman
  • 51. • Secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan transportasi, transmigrasi,permukiman,pertanian,perkebunan,industri. c. Luas kawasan hutan dalam setiap daerah aliran sungai (DAS) dan atau pulau minimal 30% dari luas daratan. Berdasarkan pertimbangan tersebut setiap provinsi dan kabupaten/kota yang luas kawasan hutannya kurang dari 30% perlu menambah luas hutannya. Sedangkan bagi provinsi dan kabupaten/kota yang luas kawasan hutannya lebih dari 30% tidak boleh secarabebasmengurangiluaskawasanhutannya. a. Pemanfaatandanpengelolaanlahanharusdilakukanberdasarkankesesuaianlahan; b. Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif (tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan secara selektif tanpa mengurangikesejahteraanmasyarakat; c. Kawasanpertanianlahanbasahmencakup: 1. Polatanam:monokultur,tumpangsari,campurantumpanggilir; 2. Tindakankonservasiberkaitandengan: • Vegetatif: pola tanam sepanjang tahun, penanaman tanaman panen atas air tersedia dengan jumlah dan mutu yang memadai yaitu 5-20 L/detik/ha untuk mina padi, mutu 0 airbebaspolusi,suhu23-30 C,oksigenlarut3-7ppm,amoniak0.1ppmdanpH5-7; • Mekanik:pembuatanpematang,teras,dansalurandrainase. d. Kawasanpertanianlahankeringmencakup: 1. Kemiringan 0-6%: tindakan konservasi secara vegetatif ringan, tanpa tindakan konservasi secaramekanik; 2. Kemiringan8-15%: • Tindakan konservasi secara vegetatif ringan sampai berat yaitu pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pupuk hijau, pengembalian bahan organik, tanaman penguatkeras; • Tindakan konservasi secara mekanik (ringan), teras gulud disertai tanaman penguat keras; • Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras gulud dengan interval tinggi 0.75- 1.5mdilengkapitanamanpenguat,dansaluranpembuangairditanamirumput. 3. Kemiringan15-40%: • Tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman, penanaman menurutkontur,pemberianmulsasisatanaman,pupukkandang,pupukhijau,sisipan tanamantahunanataubatupenguatterasdanrokrak; • Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang dilengkapi tanaman ataubatupenguatterasdanrokrak,saluranpembuanganairditanamirumput. Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pertanian 41MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 52. 42 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA e. Kawasanpertaniantanamantahunanmencakup: 1. Kemiringan 0-6%: pola tanam monokultur, tumpang sari, interkultur atau campuran. Tindakan konservasi, vegetatif tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanahminimum.Tanpatindakankonservasisecaramekanik; 2. Kemiringan8-15%: • Polatanam,monokultur,tumpangsari,interkulturataucampuran; • Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahantanahminimal; • Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak teras bangku, diperkuatdengantanamanpenguatataurumput. 3. Kemiringan25-40%: • Polatanam,monokultur,interkulturataucampuran; • Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahantanahminimal; • Tindakankonservasisecaramekanik,salurandrainase,rokrakterasindividu. f. Kawasan perikanan mencakup luas lahan untuk kegiatan budi daya tambak udang/ikan dengan atau tanpa unit pengolahannya adalah ≥ 25 Ha, budi daya perikanan terapung di air tawarluas≥2,5 Haataujumlah≥500unit; g. Pemanfaatan dan penggunaan lahan untuk usaha perkebunan, luas maksimum dan luas minimumnya ditetapkan oleh Menteri dengan berpedoman pada jenis tanaman, ketersediaan tanah yang sesuai secara agroklimat, modal, kapasitas pabrik, tingkat kepadatan penduduk, pola pengembangan usaha, kondisi geografis, dan perkembangan teknologi; h. Hakgunausahauntukusahaperkebunandiberikandenganjangkawaktupalinglama35(tiga puluhlima)tahun; i. Lahan perkebunan besar swasta yang terlantar (kelas V) yang tidak berupaya untuk melakukan perbaikan usaha setelah dilakukan pembinaan, pemanfaatan lahannya dapat dialihkanuntukkegiatannonperkebunan.
  • 54. 44 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Tabel 7 Karakteristik Kawasan Peruntukan Pertanian Kriteria Teknis Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering Pertanian Tanaman Tahunan Iklim: Kelembaban (%) 33 - 90 29 - 32 42 - 75 Curah Hujan (mm) A, B, C (Schmidt & Ferguson, 1951) 350 - 600 1200 - 1600 Sifat Fisik Tanah: Drainase agak baik s/d agak terhambat baik s/d agak terhambat baik s/d agak terhambat Tekstur: h, ah, s h, ah, s h, ah, s Bahan Kasar (%) < 15 < 15 < 35 Kedalaman Tanah (cm) > 30 > 30 > 60 Ketebalan Gambut (cm) < 200 < 200 < 200 Kematangan Gambut saprik, hemik saprik, hemik saprik, hemik Retensi Hara: Kejenuhan Basa (%) > 30 > 30 > 30 Kemasaman Tanah (pH) 5,5 - 8,2 5,6 - 7,6 5,2 - 7,5 Kapasitas Tukar Kation (Cmol) > 12 > 12 > 12 Kandungan C-Organik (%) > 0,8 > 0,8 > 0,8 Toksisitas: Kedalaman Bahan Sulfidik (cm) > 50 > 50 > 50 Salinitas (dS/m) < 4 < 4 < 4 Bahaya Erosi: Lereng (%) < 8 < 15 < 40 Tingkat Bahaya Erosi r sd sd Bahaya Banjir: Genangan F0,F11,F12, F21,F23 F0,F11,F12, F21,F23 F0,F11,F12, F21,F23 Penyiapan Lahan: Batuan di Permukaan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25 Singkapan Batuan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25 Tekstur Tanah : ak = agak kasar s = sedang ah = agak halus h = halus k = kasar Bahaya Erosi : sr = sangat ringan r = ringan sd = sedang b = berat sb = sangat berat Kelas Bahaya Banjir (F) : F0 Tanpa F1 Ringan F2 Sedang F3 Agak Berat F4 Berat
  • 55. 45MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA PeruntukanpertambanganbahangaliangolonganC: a. Kegiatanpenambangantidakbolehdilakukandikawasanlindung; b. Kegiatanpenambangantidakbolehmenimbulkankerusakanlingkungan; c. Lokasi tidak terletak terlalu dekat terhadap daerah permukiman. Hal ini untuk menghindari bahayayangdiakibatkanolehgerakantanah,pencemaranudara,sertakebisinganakibatlalu lintas pengangkutan bahan galian, mesin pemecah batu, ledakan dinamit, dan sebagainya. Jarak dari permukiman 1-2 km bila digunakan bahan peledak dan minimal 500 m bila tanpa peledakan; d. Lokasi penambangan tidak terletak di daerah tadah (daerah imbuhan) untuk menjaga kelestariansumberair(mataair,airtanah); e. Lokasi penggalian tidak dilakukan pada lereng curam (> 40%) yang kemantapan lerengnya kurangstabil.Haliniuntukmenghindariterjadinyaerosidanlongsor. a. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta daya dukunglingkungan; b. Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak bersusun maksimum50bangunanrumah/hadandilengkapidenganutilitasumumyangmemadai; c. Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan peruntukan permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat,dengantetapmemperhatikankelestarianfungsilingkunganhidup; d. Kawasanperumahanharusdilengkapidengan: • Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara PerencanaanLingkunganPerumahandiPerkotaan; • Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan perumahan bebas dari genangan. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup. Dilengkapi juga dengan sumur resapan air hujan mengikuti SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan dan dilengkapi dengan penanamanpohon; Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pertambangan Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Permukiman
  • 56. 46 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA • Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Kapasitas minimum sambungan rumah tangga 60 liter/orang/hari dan sambungan kran umum30liter/orang/hari; • Sistem pembuangan sampah mengikuti ketentuan SNI 03-3242-1994 tentang Tata Cara PengelolaanSampahdiPermukiman. e. Penyediaan kebutuhan sarana pendidikan di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitandenganjenissaranayangdisediakan,jumlahpendudukpendukung,luaslantaidan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian secara lebih rinci ditunjukkanpadaTabel8; f. Penyediaan kebutuhan sarana kesehatan di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitandenganjenissaranayangdisediakan,jumlahpendudukpendukung,luaslantaidan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian secara lebih rinci ditunjukkanpadaTabel9; g. Penyediaan kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olah raga di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lahan minimal, radius pencapaian, dan kriteria lokasi dan penyelesaiansecaralebihrinciditunjukkanpadaTabel10; h. Penyediaan kebutuhan sarana perdagangan dan niaga di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian secara lebih rinciditunjukkanpadaTabel11; i. Pemanfaatan kawasan perumahan merujuk pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan FasilitasSosialPerumahankepadaPemerintahDaerah; j. Dalam rangka mewujudkan kawasan perkotaan yang tertata dengan baik, perlu dilakukan peremajaan permukiman kumuh yang mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1990tentangPengelolaanKampungKota.
  • 58. 48 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Gambar6ContohPetaKawasanPermukimanKota
  • 59. 49MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Gambar7ContohZoningRegulasiPemukimanKota
  • 60. 50 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA SKALA:1:85.000 2.25 Km 3.40 Keterangan: 00.851.70 Gambar: RENCANAPENGEMBANGANPERMUKIMAN PERKOTAANDANPERDESAAN SUMBER:-Rencana U DS.SARAGENI DS.MARGATIRTA DS.JAYASARI DS.GUNUNGANTEN DS.SANGKAMANIK DS.GIRIMUKTI DS.SUDAMANIK DS.MEKARJAYA DS.INTENJAYA DS.JAYAMANIK DS.MARGAJAYA DS.CIMARGA DS.MARGALUYU DS.SANGIANGJAYA S.Ciberang DS.KARYAJAYA BI BJ BK BL BM BN BO BP BQ BR BS BT BH BG BF BE BD BC BB 2829303132333435363738394041424344454647484950 S.Cikeunyeup S.Cisim eut S.Cimanggu S.Ciminyak S.Cila ki S.Ciujung KE.RANGKASBITUNG KE.CILELES KE.LEUW IDAM AR KE.RANGKASBITUNG KEC.MUNCANG KEC.LEUWIDAMAR KEC.RANGKASBITUNGKEC.CIKULUR PEMERINTAHKABUPATEN LEBAK RENCANAUMUMTATARUANG KECAMATANCIMARGA 2006 JaringanJalanSekunder JaringanJalanPrimer Sungai KantorCamat BatasDesa BatasKecamatan BENDUNGKARIAN KawasanPengembangan PermukimanPerkotaan PengembanganPermukiman Perdesaan KE.RANGKASBITUNG KE.RANGKASBITUNG PasarUmum KawasanPendidikan Terminal SentraIndustriKecil/Kerajinan Dermaga/TempatPelelanganIkan Gambar8ContohPetaKawasanPermukimanKabupaten DS.TAMBAK
  • 61. KebutuhanpersatuansaranaKriteria No Jenis sarana Jumlah penduduk pendukung (jiwa) Luaslantai min(m2 ) Luaslahanmin (m2 ) Standar (m2 /jiwa) Radius pencapaian (m) Lokasidan penyelesaian 1TK1.2502165000,28500 2SD1.6006332.0001,251.000 Ditengahkelompok keluarga. Tidakmenyeberang jalanraya. Bergabungdengan tamansehinggaterjadi pengelompokan kegiatan. 3SLTP4.8002.2829.0001,881.000 4SLTA4.8003.83512.5002,63.000 Dapatdijangkaudengan kendaraanumum, Disatukandengan lapanganolahraga. Tidakselaluharusdi pusatlingkungan 5Taman Bacaan 2.500721500,091.000Ditengahkelompok warga. Tidakmenyeberangjalan lingkungan. Tabel8KebutuhanSaranaPendidikanpadaKawasanPeruntukanpermukimanP Sumber:SNI03-1733-2004tentangTatacaraperencanaanlingkunganperumahandiperkotaan 51MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 62. 52 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Kebutuhanpersatuan sarana Kriteria NoJenissarana Jumlah penduduk pendukung (jiwa) Luas lantaimin (m2 ) Luas lahanmin (m2 ) Standar (m2 /jiwa)Radius pencapaian(m) Lokasidanpenyelesaian 1Posyandu1.25036600,048500Ditengahkelompok tetangga. Tidakmenyeberangjalan raya. 2BalaiPengobatan Warga 2.5001503000,121.000Ditengahkelompok tetangga. Tidakmenyeberangjalan raya. 3BKIA/Klinik Bersalin 30.0001.5003.0000,14.000Dapatdijangkaudengan kendaraanumum 4Puskesmas Pembantudan Balaipengobatan Lingkungan 30.0001503000,0061.500Dapatdijangkaudengan kendaraanumum 5Puskesmasdan BalaiPengobatan 120.0004201.0000,0083.000Dapatdijangkaudengan kendaraanumum 6TempatPraktek Dokter 5.00018--1.500Dapatdijangkaudengan kendaraanumum 7Apotik/Rumah Obat 30.0001202500,0251.500Dapatdijangkaudengan kendaraanumum Tabel9KebutuhanSaranaKesehatanpadaKawasanPeruntukanPermukiman Sumber:SNI03-1733-2004tentangTatacaraperencanaanlingkunganperumahandiperkotaan
  • 64. 54 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA KebutuhanpersatuansaranaKriteria NoJenissarana Jumlah penduduk pendukung (jiwa) Luaslantai min(m2 ) Luaslahan min(m2 ) Standar (m2 /jiwa) Radius pencapai an(m) Lokasidan penyelesaian 1Toko/Warung25050 (termasuk gudang) 100 (bilaberdiri sendiri) 0,4300Ditengahkelompok tetangga. Dapatmerupakan bagiandarisaranalain 2Pertokoan6.0001.2003.0000,52.000Dipusatkegiatansub lingkungan. KDB40%. DapatberbentukP&D. 3PusatPertokoan +Pasar Lingkungan 30.00013.50010.0000,33Dapatdijangkaudengan kendaraanumum 4Pusat Perbelanjaandan Niaga(toko+ pasar+bank+ kantor) 120.00036.00036.0000,3Terletakdijalanutama. Termasuksaranaparkir sesuaiketentuanyang berlaku Sumber:SNI03-1733-2004tentangTatacaraperencanaanlingkunganperumahandiperkotaan Tabel11Kebutuhansaranaperdagangandanniagapadakawasanperuntukanpermukiman
  • 65. 55MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA a. Harusmemperhatikankelestarianlingkungan; b. Harusdilengkapidenganunitpengolahanlimbah; c. Harusmemperhatikansuplaiairbersih; d. Jenis industri yang dikembangkan adalah industri yang ramah lingkungan dan memenuhi kriteriaambanglimbahyangditetapkanKementerianLingkunganHidup; e. Pengelolaan limbah untuk industri yang berkumpul di lokasi berdekatan sebaiknya dikelola secaraterpadu; f. Pembatasanpembangunanperumahanbarudikawasanperuntukanindustri; g. Harus memenuhi syarat AMDAL sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang- undanganyangberlaku; h. Memperhatikan penataankawasanperumahandisekitarkawasanindustri; I. Pembangunan kawasan industri minimal berjarak 2 Km dari permukiman dan berjarak 15- 20Kmdaripusatkota; j. Kawasanindustriminimalberjarak5KmdarisungaitipeCatauD; k. Penggunaanlahanpadakawasanindustriterdiridaripenggunaankavelingindustri,jalandan saluran, ruang terbuka hijau, dan fasilitas penunjang. Pola penggunaan lahan pada kawasan industrisecarateknisdapatdilihatpadaGambar9. l. Setiap kawasan industri, sesuai dengan luas lahan yang dikelola, harus mengalokasikan lahannya untuk kaveling industri, kaveling perumahan, jalan dan sarana penunjang, dan ruangterbukahijau.AlokasilahanpadaKawasanIndustridapatdilihatpadaTabel12; m. Kawasan Industri harus menyediakan fasilitas fisik dan pelayanan umum. Standar teknis pelayananumumdanfasilitasfisikdikawasanindustridapatdilihatTabel13. Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Industri
  • 66. 56 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Kantor PusatPerbelanjaan KantorPolisi Menara/Tower LapanganTerbang KawasanIndustri LapanganGolf Masjid KuilBudha Gereja LEGENDA Jalan Sungai/Saluran Waduk/Reservoir BatasKecamatan BatasKelurahan KantorWalikota KantorKecamatan KantorKelurahan SUMBER: -PetaDasarPulauBatamskala1:2000,OtoritaBatam tahun1998 -PetaAdministrasiKotaBatam,PEMKOBATAMtahun2005 Koordinat:.............Geographic Proyeksi:.............TransvereMercator Datum:..............WGS84 Zone:..............48Utara KAWASANINDUSTRI KAWASANINDUSTRI AREAPENYUSUNANRDTR BENGKONGDANBATAMKOTA Gambar9ContohPetaKawasanIndustri(DiBengkongDanBatamKota)KawasanIndustri
  • 67. Luas Lahan Dapat Dijual (Maksimal 70%) No Luas Kawasan Industri (Ha) Kaveling Industri (%) Kaveling Komersial (%) Kaveling Perumahan (%) Jalan & Sarana Penunjang Lainnya Maksimal 70% Ruang Terbuka Hijau (%) 1 10-20 65-70 Maksimal 10 Maksimal 10 Sesuai kebutuhan Minimal 10 2 >20-50 65-70 Maksimal 10 Maksimal 10 Sesuai kebutuhan Minimal 10 3 >50-100 60-70 Maksimal 12.5 Maksimal 10 Sesuai kebutuhan Minimal 10 4 >100-200 50-70 Maksimal 15 Maksimal 10 Sesuai kebutuhan Minimal 10 5 >200-500 45-70 Maksimal 17.5 10-25 Sesuai kebutuhan Minimal 10 6 >500 40-70 Maksimal 20 10-30 Sesuai kebutuhan Minimal 10 Sumber : Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) di Daerah, Balitbang Indag - Puslitbang, 2001 Tabel 12 Alokasi Lahan pada Kawasan Industri 57MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 68. 58 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA No Teknis Pelayanan Standar Kebutuhan Keterangan 1 Tenaga kerja 90 - 110 tenaga kerja/Ha 2 Luas lahan per unit usaha 0.3 - 5 Ha Terdapat beberapa variasi urutan kaveling. Rata-rata kebutuhan lahan 1.34 Ha/Unit Usaha Industri 3 Listrik 0.15 - 0.2 MVA/Ha Sumber dari PLN atau swasta 4 Telekomunikasi 4 - 5 SST/Ha Termasuk faximile/telex Telepon umum 1 SST/16 Ha 5 Air bersih 0.55 – 0.75 liter/Ha Sumber PDAM/air tanah usaha sendiri sesuai ketentuan yang berlaku 6 Saluran drainase Sesuai debit Ditempatkan di kiri kanan jalan utama dan lingkungan 7 Saluran sewerage Sesuai debit Saluran tertutup yang terpisah dari saluran drainase 8 Prasarana & sarana sampah 1 bak sampah/kaveling 1 armada sampah/20 Ha 1 unit TPS/20 Ha Perkiraan limbah padat yang 3 dihasilkan adalam 4 m /Ha/hari 9 Kapasitas kelola IPAL Standar influent : BOD : 400 - 600 mg/l COD : 600 - 800 mg/l TSS : 400 - 600 mg/l PH : 4 - 10 Kualitas parameter limbah cair yang berada di atas standar influent yang ditetapkan, wajib dikelola terlebih dahulu oleh pabrik yang bersangkutan 10 Jaringan jalan a. Jalan utama 2 jalur 1 arah dengan perkerasan 2x7 m, atau 1 jalur dengan perkerasan minimal 8 m b. Jalan lingkungan 2 arah dengan perkerasan minimal 7 m 11 Kebutuhan hunian 1.5 tenaga kerja/unit hunian 12 Kebutuhan fasilitas komersial Sesuai kebutuhan dengan maksimum 20% luas lahan Diperlukan Trade Center untuk promosi wilayah dan produk 13 Bangkitan transportasi Ekspor : 3.5 TEU’s/Ha/Bulan Impor : 3.0 TEU’s/Ha/Bulan Belum termasuk angkutan buruh dan karyawan Sumber : Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) di Daerah, Balitbang Indag - Puslitbang, 2001 Tabel 13 Standar Teknis Pelayanan Umum di Kawasan Industri
  • 69. 59MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA a. Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam untuk kegiatan pariwisata alam dilaksanakan sesuai dengan asas konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; b. Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam untuk saranapariwisataalamdiselenggarakandenganpersyaratansebagaiberikut: • Luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam maksimum 10% dari luas zona pemanfaatan taman nasional, blok pemanfaatan tamanhutanraya,danblokpemanfaatantamanwisataalamyangbersangkutan; • Bentukbangunanbergayaarsitektursetempat; • Tidakmengubahbentangalamyangada; • Tidakmengganggupandanganvisual. c. Pihak-pihak yang memanfaatkan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam harus menyusun Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam yang dilengkapi dengan AMDAL sesuai dengan peraturan perundang-undanganyangberlaku; d. Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 tahun sesuaidenganjeniskegiatannya; e. Jenis-jenis usaha sarana pariwisata alam yang dapat dilakukan dalam kawasan Taman Nasional,TamanHutanRaya,danTamanWisataAlammeliputikegiatanusaha: • akomodasisepertipondokwisata,bumiperkemahan,karavan,danpenginapan; • makanandanminuman; • saranawisatatirta; • angkutanwisata; • cenderamata; • saranawisatabudaya. f. Dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya setempat, pemerintah daerah dapat menetapkan kawasan, lingkungan dan atau bangunan sebagai lingkungan dan bangunan cagar budaya sebagai kawasan pariwisata budaya. Penetapannya dilakukan apabila dalam suatu kawasan terdapat beberapa lingkungan cagar budaya yang mempunyai keterkaitan keruangan,sejarah,danarkeologi; g. Penetapan kawasan, lingkungan dan atau bangunan bersejarah sebagai kawasan pariwisata oleh Pemerintah Kota/Kabupaten berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku; h. Kriteria, tolak ukur, dan penggolongan lingkungan cagar budaya berdasarkan kriteria nilai sejarah, umur, keaslian, dan kelangkaan. Sedangkan kriteria penggolongan bangunan cagar budaya berdasarkan kriteria nilai sejarah, umur, keaslian, kelangkaan, tengeran/landmark, Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pariwisata
  • 70. 60 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA danarsitektur.Kriteriadantolakukurtersebutadalahsebagaiberikut: • Nilai sejarah dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa perjuangan, ketokohan, politik, sosial, budaya yang menjadi simbol nilai kesejarahan tingkat nasional dan atau daerah masing- masing; • Umurdikaitkandenganbatasusiasekurang-kurangnya50tahun; • Keaslian dikaitkan dengan keutuhan baik sarana dan prasarana lingkungan maupun struktur,material,tapakbangunandanbangunandidalamnya; • Kelangkaan dikaitkan dengan keberadaannya sebagai satu-satunya atau yang terlengkap darijenisnyayangmasihadapadalingkunganlokal,nasional,ataudunia; • Tengeran dikaitkan dengan keberadaan sebuah bangunan tunggal monumen atau bentangalamyangdijadikansimboldanwakildarisuatulingkungan; • Arsitektur dikaitkan dengan estetik dan rancangan yang menggambarkan suatu zaman dangayatertentu. i. Berdasarkan kriteria dan tolak ukur, kawasan lingkungan cagar budaya dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yang berbeda satu dengan lainnya. Penggolongan lingkungan cagarbudayadiaturmelaluiKeputusanBupati/Walikotasetempat; j. Pelestarianlingkungandanbangunan cagarbudayayangdijadikankawasanpariwisataharus mengikutiprinsip-prinsippemugaranyangmeliputikeaslianbentuk,penyajiandantataletak denganmemperhatikannilaisejarah,ilmupengetahuan,dankebudayaan; k. Pengembangan lahan yang berada dalam kawasan lingkungan cagar budaya harus mengikuti peraturanperundanganyangberlaku. a. Pembangunan hunian diijinkan hanya jika bangunan komersial telah berada pada persil atau merupakanbagiandariIzinMendirikanBangunan(IMB); b. Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada lantai dasar di bagian depan dari perpetakan,kecualiuntukzona-zonatertentu; c. Perletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung disesuaikan dengankelaskonsumenyangakandilayani; d. Jenis-jenisbangunanyangdiperbolehkanantaralain: • bangunan usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung, tempat perkulakan, pertokoan; • bangunanpenginapan:hotel,guesthouse,motel,hostel,penginapan; • bangunanpenyimpanan:gedungtempatparkir,showroom,gudang; • bangunantempatpertemuan:aula,tempatkonferensi; e. bangunanpariwisata(diruangtertutup):bioskop,areabermain. Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Perdagangan dan Jasa
  • 72. 62 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Kriteria & Batasan Teknis No Jenis Wisata Fisik Prasarana Sarana 1 Wisata Alam - Wisata Pegunungan ?Luas lahan minimal 100 Ha ?Mempunyai struktur tanah yang stabil ?Mempunyai kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan ?Iklim sejuk (di atas 700 dpl, atau suhu <20o C) ?Mempunyai daya tarik flora & fauna, air terjun, sungai, dan air panas ?Jenis prasarana yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon ?Mempunyai nilai pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai ?Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur regional ?Tersedia angkutan umum ?Jenis sarana yang tersedia yaitu hotel/penginapan, rumah makan, kantor pengelola, tempat rekreasi & hiburan, WC umum, mushola, poliklinik, dan wartel ?Gaya bangunan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dianjurkan untuk menampilkan ciri-ciri budaya daerah - Wisata Bahari ?Mempunyai struktur tanah yang stabil ?Mempunyai kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan ?Mempunyai daya tarik, flora & fauna aquatic, pasir putih, dan terumbu karang ?Harus bebas bau tidak enak, debu, asap, serta air tercemar ?Jenis prasarana yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon ?Mempunyai nilai pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai dengan kendaraan bermotor ?Memperhatikan resiko bahaya dan bencana ?Perancangan sempadan pantai yang memperhatikan tinggi gelombang laut ?Tersedia angkutan umum ?Jenis sarana yang tersedia yaitu hotel/penginapan, rumah makan, kantor pengelola, tempat rekreasi & hiburan, WC umum, dan mushola ?Gaya bangunan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dianjurkan untuk menampilkan ciri-ciri budaya daerah Tabel 14 Karakteristik Kawasan Peruntukan Pariwisata
  • 73. Sumber : Kriteria Lokasi dan Standar Teknis Kawasan Budi daya, Departemen PU, 2003 Kriteria Teknis No Jenis Wisata Fisik Prasarana Sarana 2 Wisata Buatan ?Dibangun disesuaikan dengan kebutuhan dan peruntukannya ?Status kepemilikan harus jelas dan tidak menimbulkan masalah dalam penguasaannya ?Mempunyai struktur tanah yang stabil ?Mempunyai kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan ?Mempunyai daya tarik historis, kebudayaan, dan pendidikan ?Bebas bau tidak enak, debu, dan air tercemar ?Jenis prasarana yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon ?Mempunyai nilai pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai dengan kendaraan bermotor roda empat ?Tersedia angkutan umum ?Gaya bangunan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan menampilkan ciri-ciri budaya daerah ?Jenis sarana yang tersedia yaitu rumah makan, kantor pengelola, tempat rekreasi & hiburan, WC umum, dan mushola ?Ada tempat untuk melakukan kegiatan penerangan wisata, pentas seni, pameran dan penjualan barang-barang hasil kerajinan ?Terdapat perkampungan adat Taman Rekreasi ?Luas lahan min. 3 Ha ?Mempunyai struktur tanah yang stabil ?Mempunyai ?kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan ?Harus bebas bau yang tidak enak, debu, air yang tercemar ?Jenis prasarana yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon ?Mempunyai nilai ?Pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai dengan kendaraan bermotor roda empat ?Tersedia angkutan umum ?Tersedia yaitu rumah makan, kantor pengelola, tempat rekreasi & hiburan, WC umum, mushola, dan tempat parkir ?Tersedia sekurangnya 3 jenis sarana rekreasi yang mengandung unsur hiburan, pendidikan, kebudayaan, dan arena bermain anak-anak. ?Ada tempat untuk melakukan kegiatan penerangan wisata, pentas seni, pameran dan penjualan barang-barang hasil kerajinan 63MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 74. Gambar11ContohPetaKawasanPerdagangandanJasa 64 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 76.
  • 77. Penutup Anda telah mencapai akhir dari setiap langkah pengaplikasian kriteria teknis untuk kawasan budidaya dalam proses perencanaan tata ruang wilayah/kawasan. Untuk memahami langkah-langkah pelaksanaan secara lebih mendalam dapat dilakukan latihan dalam kasus dan diskusi topik bahasan seperti dicontohkan pada Lembar Diskusi Untuk melakukan evaluasi mandiri terhadap pemahaman substansi buku Pedoman dan Modul dapat dilakukan dengan mengisi daftar pertanyaan pada Lembar Pre-Test dan Post-Test Dokumen rencana yang baik, tidak akan banyak memberikan manfaat bila tidak didukung oleh implementasi dan pelaksanaan pengendalian yang baik pula. Untuk itu, konsistensi ketiganya harus selalu terjaga agar kita mendapatkan manfaat seperti yang diharapkan. 67MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA
  • 78. 68 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA Untuk informasi Buku Pedoman dan Modul Terapan Bidang Penataan Ruang Anda dapat menghubungi : DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Gedung G-2, Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru Jakarta 12110 Telpon : (021) 7236009, 7267762 Faximili : (021) 7236009 Website : www.penataanruang.net www.pu.go.id
  • 79. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG JL.PATIMURA NO.20 KEB.BARU, JAKARTA SELATAN PEDOMAN PENATAAN RUANG KAWASAN REKLAMASI PANTAI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.40/PRT/M/2007
  • 80. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110 Telp./Faks.: (021) 7236009, 7267762 Website: www.penataanruang.net; www.pu.go.id