Laporan praktikum mekanika fluida membahas aliran seragam dan kemiringan saluran. Tujuan praktikum adalah menentukan debit aktual, koefisien Chezy, dan Manning serta bilangan Reynold pada aliran seragam dengan kemiringan tertentu. Data pengukuran seperti massa, suhu, lebar saluran, dan kedalaman digunakan untuk menghitung volume air, luas penampang, debit aktual, dan jari-jari hidrolis saluran.
1. LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA FLUIDA
MODUL 2
ALIRAN SERAGAM DAN KEMIRINGAN SALURAN
Nama Praktikum : Aditya Hegi Saputra
NIM : P17333115433
Kelompok/Shift : 4 ( 13.00 β 14.30 )
Tanggal Pengumpulan : 12 Juli 2018
Asisten yang Bertugas : 1. Lailatus Syifa ( 1531409 )
2. Nurul Rohim ( 1531404 )
PROGRAM STUDI DIV-KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
BANDUNG
2018
2. I. Tujuan
Tujuan dari praktikum Aliran Seragam dan Kemiringan Saluran
pada percobaan ini yaitu:
1. Menentukan nilai debit aktual pada aliran seragam.
2. Membuktikan fenomena aliran seragam suatu saluran pada
kemiringan tertentu dengan pengukuran kedalaman air enam titik
(Profil Aliran).
3. Menentukan Koefisien Chezy (C) pada aliran seragam dengan
kemiringan tertentu.
4. Menentukan Koefisien Manning (n) saluran pada aliran seragam
dengan kemiringan tertentu.
5. Menghitung bilangan Reynold (Nre) pada suatu aliran seragam dengan
kemiringan tertentu
6. Menentukan korelasi antara Koefisien Chezy (C) dan Koefisien
Manning (n).
II. Prinsip Praktikum
Setiap aliran fluida yang melewati suatu pipa akan selalu mengalami
kerugian energi atau headloss. Pada praktikum ini, akan dicari nilai head
loss yang dialami oleh aliran air pada pipa. Air dialirkan pada sistem
perpipaan melalui hydraulic bench, kemudian sesaat setelahnya akan terjadi
perbedaan tinggi tekan pada gate valve dan globe valve yang dapat dilihat
pada U-tube Manometer, sedangkan pada pipa lurus, penyempitan tiba-tiba,
pelebaran tiba-tiba, dan pipa dengan aksesoris, perbedaan tinggi tekan dapat
dilihat pada Piezometer. Perbedaan tinggi tekan tersebut kemudian
digunakan untuk menentukan tinggi tekan yang hilang (head loss) pada
aliran.
III. Teori Dasar
Headloss adalah suatu nilai untuk mengetahui seberapa besar reduksi
tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistem
3. pengaliran. Total head merupakan kombinasi dari elevation head (tekanan
karena ketinggian suatu fluida), velocity head (tekanan karena kecepatan alir
suatu fluida), dan pressure head (tekanan normal dari fluida itu sendiri).
Headloss terdiri dari minor headloss dan major headloss. Mayor headloss
merupakan kerugian energi sepanjang saluran pipa yang dapat dinyatakan
dengan rumus:
βπΏ = π
πΏ
π·
π£2
2π
Minor headloss merupakan kerugian head pada fitting dan valve yang
terdapat sepanjang sistem perpipaan. Minor headloss dapat dinyatakan dengan
rumus:
βπΏ = π
π£2
2π
1. Gate Valve
Gate valve adalah jenis katup yang digunakan untuk membuka jalur bagi
aliran dengan cara mengangkat gerbang penutupnya yang berbentuk bulat atau
persegi panjang. Gate valve adalah jenis valve yang paling sering digunakan,
berfungsi untuk membuka dan menutup jalur bagi aliran. Gate valve tidak
dapat mengatur besar-kecilnya laju suatu aliran fluida dengan cara membuka
setengah atau seperempat posisinya. Posisi gate pada valve ini harus benar-
benar terbuka (fully open) atau benar-benar tertutup (fully closed).
Gambar 3.1 Gate Valve
(sumber: www.ijinmarine.com)
2. Globe Valve
Globe valve adalah jenis katup yang digunakan untuk mengatur besar-
kecilnya laju aliran fluida dalam pipa. Prinsip dasar dari operasi globe valve
4. adalah gerakan tegak lurus disk dari dudukannya. Besarya aliran fluida yang
melewati valve dapat diatur dengan cara memuar handle pada valve. Dudukan
valve yang sejajar dengan aliran membuat globe valve efisien untuk mengatur
besar-kecilnya aliran dengan minimum erosi piringan dan dudukan, tetapi
tahanan di dalam valve terbilang cukup besar. Desain globe valve yang
sedemikian rupa memaksa adanya perubahan arah aliran fluida di dalam valve
sehingga tekanan menurun drastis dan menyebabkan adanya turbulensi dalam
valve itu sendiri. Oleh karena itu, globe valve tidak direkomendasikan untuk
diinstal pada sistem yang menghindari penurunan tekanan atau sistem yang
menghindari tahanan pada aliran.
Gambar 3.2 Globe Valve
(sumber: www.encyclopedia2.thefreedictionary.com)
3. Elbow
Elbow merupakan komponen perpipaan yang berfungsi untuk
membelokkan arah aliran yang melewatinya, pada umumnya memiliki
diameter yang sama antara masukan dan keluaran. Salah satu jenis elbow yang
paling banyak digunakan adalah elbow berderajat 900
.
IV. Data Awal
Di bawah ini adalah hasil pengukuran massa beban, suhu awal,
suhu akhir, dan lebar saluran saat praktikum, sebagai berikut :
Tabel 4.1 Pengukuran Massa, Suhu, dan Lebar Saluran
Massa beban (m) 2.5 (kg)
Suhu air awal (Tawal) 22 (ΛC)
Suhu air akhir (Takhir) 23 (ΛC)
Lebar saluran (L) 0.075 (m)
5. Berikut hasil pengukuran jarak dari hulu dan jarak hilir saluran saat praktikum
sebagai berikut
Tabel 4.2 Pengukuran Jarak Hulu dan Jarak Hilir
Berikut hasil pengukuran ketinggian hulu dan hilir saat dibendung sebagai
berikut :
Tabel 4.3 Pengukuran Ketinggian Hulu dan Hilir saat Dibendung
Kedalaman titik 1 (Ys1) 0.0198 ( m )
Kedalaman titik 2 (Ys2) 0.0209 ( m )
Jarak antar titik (Xs) 2 ( m )
Dibawah ini merupakan tabulasi data hasil pengukuran waktu, kedalaman
hulu, dan kedalaman hilir sebagai berikut :
Tabel 4.4 Pengukuran Waktu dan Kedalaman Hulu
Variasi
debit
Waktu Kedalaman Hulu
t1 t2 t3 trata-rata y1 y2 y3 yrata-rata
1 4.09 4.15 4.14 4.12666667 0.0557 0.0555 0.0514 0.0542
2 9.38 9.22 9.19 9.26333333 0.0329 0.031 0.0275 0.03046
3 5.7 5.71 5.75 5.72 0.0485 0.0476 0.0452 0.0471
Tabel 4.5 Pengukuran Kedalaman Hilir Pada waktu sesuai dengan Tabel 4.4
Variasi
debit
Kedalaman Hilir Y Total
rata-ratay1 y2 y3 yrata-rata
1 0.053 0.0477 0.0446 0.04843 0.051315
2 0.0345 0.0346 0.0325 0.03386 0.03216
3 0.0425 0.0401 0.0382 0.04026 0.04368
Berikut merupakan tabel suhu terhadap densitas air yang didapatkan dari
literatur sebagai berikut :
Tabel 4.6 Suhu Terhadap Densitas Air dan Viskositas Kinematis
Jarak di hulu (m) Jarak di hilir (m)
X1 = 0 X1 = 2,3
X2 = 0,6 X2 = 2,9
X3 = 1,6 X3 = 3,4
6. didapati Grafik
hubungan antara Densitas dan Suhu data literatur(data tabel 4.1), grafik
hubungannya sebagai berikut :
Gambar 4.1 Suhu Terhadap Densitas Air
suhu Densitas (kg/m3)
Viskositas kinematis 10^-6
m2/s)
0 999.80 1.785
5 1000.00 1.519
10 999.70 1.306
15 999.10 1.139
20 998.20 1.003
25 997.00 0.893
30 995.70 0.8
40 992.20 0.658
50 988.00 0.553
60 983.20 0.474
70 977.80 0.413
80 971.80 0.364
90 965.30 0.26
100 958.40 0.294y = -0.0036x2
- 0.0675x + 1000.6
RΒ² = 0.9992
955.00
960.00
965.00
970.00
975.00
980.00
985.00
990.00
995.00
1000.00
1005.00
0 20 40 60 80 100 120
Densitas
SuhuSeries1 Poly. (Series1)
7. Gambar 4.2 Grafik Hubungan Viskositas Kinematis dan Suhu Air
V. Pengolahan Data
5.1. Menentukan Densitas Air dan Viskositas Kinematis Air
Untuk menghitung densitas air dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut:
y = -0.0036x2 - 0.0675x + 1000.6
Dengan mensubtitusi nilai x dengan nilai suhu rata β rata, maka:
y = -0.0036(22.5)2 - 0.0675(22.5) + 1000.6
= 997,25875 kg/m3
Sehingga didapat nilai densitas air adalah 997,25875 kg/m3
Sedangkan untuk menghitung nilai viskositas kinematis air
dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
y = 0.0002x2 - 0.0323x + 1.6471
Dengan mensutitusi nilai x dengan nilai suhu rata β rata, maka :
y = 0.0002(22.5)2 - 0.0323(22.5) + 1.6471
= 1.0216x 10-6 m2/s
Sehingga didapat nilai viskositas kinematis air adalah 1.0216x
10-6 m2/s
5.2. Menentukan Volume Air
y = 0.0002x2
- 0.0323x + 1.6471
RΒ² = 0.9797
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
0 20 40 60 80 100 120
Viskositaskinematis(m2/s)
Suhu
Series1
Poly. (Series1)
8. Untuk menentukan volume air dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut :
V =
π
π
Untuk variasi 1, 2 dan 3 karena menggunakan volume yang tetap (m
dan π) itu tidak berubah, tetap. Dengan menggunakan data massa beban
pada tabel 1.1, sehingga dapat dihitung nilai volume airnya :
V =
7.5
997,25875
= 0,007530652 m3
Jadi nilai volume air adalah 0.007521059 m3 .
5.3.Menentukan Keliling Basah Saluran
Untuk menentukan keliling basah saluran dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
P = b + 2y
Dengan menggunakan data pada tabel 4.1 untuk nilai lebar saluran dan
data variasi 1 pada tabel 4.5 untuk ketinggian rata-rata yang didapat,
sehingga keliling basah dapat dihitung sebagai berikut :
P1 = 0.075 + 2(0.051315)
= 0.17763 m
Maka didapatkan nilai keliling basah adalah 0.17763 m. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati P lainnya (m):
P2 = 0.13932 P3= 0.16236
5.4.Menentukan Luas Penampang Saluran
Untuk menentukan luas penampang saluran dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
A = lebar saluran x Ytotal rata-rata
Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 4.1 , maka
didapatkan nilai luas penampang saluran sebagai berikut
9. A1 = 0.075 x 0.051315
A1 = 0.00384863m2
Sehingga nilai luas penampang saluran adalah 0.00384863 m2.
Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula
yang sama. Sehingga didapati luas penampang lainnya (m2) :
A2 = 0.002412 ; A3 = 0.003276
5.5.Menentukan Debit Aktual Air
Untuk menentukan debit aktual air dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut :
Q =
π
π‘ πππ‘πβπππ‘π
Dengan menggunakan data pada tabel 4.1 variasi 1, maka didapatkan
nilai debit aktual sebesar :
Q1 =
0,007530652
4.1266667
= 0.00182255 m3/s
Jadi nilai debit aktual air adalah 0.00182255 m3/s . Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati debit aktual lainnya(m3/s) :
Q2 = 0.00081192 ; Q3 = 0.00131487
5.6.Menentukan Jari β Jari Hidrolis Saluran
Untuk menentukan jari - jari hidrolis saluran dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
R =
π΄
π
Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 4.1 , maka
didapatkan nilai jari β jari hidrolis saluran :
R1 =
0,00384863
0,17763
R1 = 0,02166653 m
Dan untuk nilai jari β jari hidrolis dipangkatkan 2/3 adalah :
R1
2/3 = 0,02166532/3
10. R1
2/3 = 0,07771882 m
Jadi nilai jari β jari hidrolis saluran adalah 0,02166653 m dan nilai hasil
dipangkatkan 2/3 adalah 0,07771882 m. Begitu pun dengan variasi lainnya,
digunakanlah rumus dan formula mencari jari-jari hidrolis yang sama.
Sehingga didapati jari-jari hidrolisnya (m):
R2 = 0.01731266 ; R3 = 0.02017738 dan R2
2/3 =0.06692308 ;
R3
2/3 = 0.07411565
5.7.Menentukan Kemiringan Saluran (Slope)
Untuk menentukan kemiringan saluran (slope) dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
S =
π¦π 2βπ¦π 1
π₯π
Dengan menggunakan data pada tabel 1.3, maka dapat dilakukan
perhitungan :
S =
0,0209 β 0,0198
2
S= 0.00055
Jadi nilai kemiringan saluran (slope) adalah 0.00055
5.8.Menentukan Bilangan Reynold
Untuk menentukan bilangan Reynold dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut :
NRe =
π£ π₯ π
π
Sehingga dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 6.1, dapat
dilakukan perhitungan sebagai berikut :
NRe1 =
0.4735352 π₯ 0,0216665
1.0216 x 10 β6
NRe1 = 100042.934
Maka didapatkan nilai bilangan Reynold adalah 100042.934. Formula ini
berlaku sama untuk variasi bilangan Reynold lainnya. Sehingga didapati :
11. NRe2 = 5704.21093 ; NRe3 = 7926.86136
5.9.Menentukan Kecepatan Aliran Air
Untuk menentukan kecepatan aliran dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :
v =
π
π΄
Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 6.1, dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
.v1 =
0.00182
0,0038486
V1 = 0,4735352 m/s
Jadi nilai kecepatan aliran air adalah 0,4735352 m/s. Begitu pun dengan
variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga
didapati v (m/s) :
V2 = 0,33365988 ; V3 = 0,4013445
5.10. Menentukan Koefisien Kekasaran Manning
Untuk menentukan koefisien kekasaran manning dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
n =
1 π₯ π 2/3
π₯ π0.5
π£
Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 3.1, dapat dilakukan
perhitungan :
n1 =
1 π₯ 0,0777188π₯ 0,000550.5
0 ,4735352
n1 = 0.00384907
Jadi nilai koefisien kekasaran manning adalah 0.00384907. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati :
n2 = 0.00466278 ; n3 = 0.00433086
5.11. Menentukan Koefisien Chezy
12. Untuk menentukan nilai koefisien chezy dapat menggunakan persamaan
berikut :
C =
π£
(π π₯ π)0.5
Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 6.1, dapat dilakukan
perhitungan :
C1 =
0,4735352
(0,0216665 π₯ 0,00055)0.5
C1 = 137.1754
Sehingga didapatkan nilai koefisien chezy adalah 137.1754. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati :
C2 = 109.0811 ; C3= 120.4768
VI. DATA AKHIR
Setelah dilakukan pengolahan data pada bab sebelumnya, maka
didapatkan hasil perhitungannya sebagai berikut :
Tabel 6.1 Hasil Perhitungan Data Akhir 1
Volume
air (m3)
Qaktual
y rata-
rata tot A (m2) P R ( m ) R2/3
(m3/s) (m)
0.00752
1
0.0018225
5
0.05131
5
0.003848
63
0.1776
3
0.0216665
3
0.0777188
2
0.00752
1
0.0008119
2
0.03216 0.002412
0.1393
2
0.0173126
6
0.0669230
8
0.00752
1
0.0013148
7
0.04368 0.003276
0.1623
6
0.0201773
8
0.0741156
5
Tabel 6.2 Hasil Perhitungan Data Akhir 2
13. S
v
Nre n C
(m/s)
0.00055 0.4735589 10043.438 0.00384887 137.1822816
0.00055 0.33661572 5704.49694 0.00466254 109.0865318
0.00055 0.40136461 7927.25882 0.00433064 120.4828693
14. VII. ANALISIS A
ο· Analisis Cara Kerja
Dalam praktikum βAliran Seragam dan Kemiringan Saluranβ,
langkah pertama yang dilakukan adalah mengukur temperatur air pada awal
percobaan setelah hydraulic bench dinyalakan. Hal ini bertujuan untuk
menentukan massa jenis dari fluida tersebut, dilihat dari data tabel massa
jenis fluida terhadap suhunya. Serta mempengaruhi perhitungan karena
adanya kemungkinan untuk terjadinya proses penguapan pada fluida
tersebut. Hydraulic Bench ini harus dihubungkan ke sumber listrik 110 V,
karena jika tidak, dapat menyebabkan kerusakan pada Hydraulic Bench.
Selanjutnya setelah menekan tombol hijau dapat dilakukan pengoperasian
hydraulic bench dengan beban tertentu, Dalam menghitung Qaktual kita
menggunakan rumus volume dari fluida yang digunakan dibagi dengan rata-
rata waktu pada setiap variasi. Volume didapat dari massa air dengan massa
jenis air yang didapat dari hasil regresi. Massa air yang digunakan adalah
7,5 kg yang didapat dari perbandingan LA : LB = 3 : 1, dan LA : LB = MA :
MB, maka MA=3MB dengan MB=2,5 kg. Maka dari itu, massa beban
berbanding terbalik dengan panjang lengannya, karena semakin besar
panjang lengan maka semakin kecil massanya, begitu juga sebaliknya.
Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya keseimbangan
pada hydraulic bench menunjukkan debit fluida yang keluar semakin kecil
begitu sebaliknya semakin cepat waktu yang dibutuhkan hydraulic
bench mencapai keseimbangannya maka semakin besar atau kencang debit
yang keluar.
Kemudian mengkalibrasi alat pengukur kedalaman aliran air, hal ini
bertujuan agar saat pengukuran ketinggian permukaan aliran air lebih akurat
dan menghindarkan kesalahan perhitungan saat mengukur ketinggian
tersebut. Selanjutnya mengukur lebar saluran terbuka, lebar saluran terbuka
ini sangatlah memengaruhi dalam perhitungan keliling basah pada saluran
terbuka ini. Kemudian dilanjutkan dengan mengatur kemiringan saluran
15. pada hydraulic bench agar dapat menentukan nilai kekasaran saluran pipa.
Setelah itu, mengukur kedalaman di 6 titik sepanjang saluran ( 3 titik di hulu
saluran dan 3 titik lagi hilir saluran dengan jarak yang sama) dengan
menggunakan alat pengukur kedalaman. Mencatat posisi disetiap titik
tersebut. Hal ini bertujuan untuk menentukan nilai jari β jari hidrolisis
saluran. Percobaan ini dilakukan dengan 3 variasi, agar didapatkan data
yang lebih presisi. Dan terakhir, mengukur temperatur air pada akhir
percobaan. Suhu fluida akhir juga sama pentingnya dengan suhu
fluida awal karena nanti akan di interpolasikan untuk digunakan
pada perhitungan densitas air. Setelah dilakukan pengukuran
temperatur akhir, pastikan dalam pengukuran suhu ini termometer
harus dalam posisi yang benar. Jangan sampai menyentuh dinding
tangki agar didapati suhu air akhir yang tepat. Setelah itu
hydraulic bench dimatikan kembali.
ο· Analisis Grafik
a) Grafik X terhadap Kedalaman
Gambar 7.1 Grafik X terhadap Kedalaman
Berdasarkan plot data pada titik β titik grafik di atas, grafik ini membuktikan
bahwa profil aliran pada grafik tidak membuktikan adanya aliran seragam yang
bekerja pada saluran terbuka ini, hal ini ditinjau dari grafik tersebut yang tidak
sejajar, hal ini menunjukkan bahwa distribusi kedalaman pada aliran tersebut tidak
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0 1 2 3 4
Jarak(m)
Keadalaman ( m )
Variasi 1
Variasi 2
Variasi 3
16. merata (tidak seragam). Karena di kehidupan nyata pun sangat jarang ditemukan
adanya aliran seragam.
Sehingga, profil grafik di atas tidak memenuhi syarat utama terjadinya aliran
seragam yaitu :
1. kedalaman, luas basah, kecepatan dan debit pada setiap penampang pada bagian
saluran terbuka yang lurus adalah konstan.
Maka, aliran yang ada pada percobaan kali ini tidaklah seragam. Karena dapat
dikatakan aliran seragam bila memenuhi syarat standar yang sudah dibakukan.
b) Grafik Nre terhadap Koefisien Chezy
Gambar 7.2 Grafik NRe terhadap Koefisien Chezy
Berdasarkan gambar 7.2 Grafik NRe terhadap Koefisien Chezy, dapat dilihat
nilai koefisien determinasi RΒ² = 0.985. Koefisien determinasi menunjukkan plot
variabel dalam grafik tersebut mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Dilihat
dari nilai R2 = 0.985, maka pada grafik tersebut plot variable tidak mewakili
keadaan yang ideal, dikareakan besarnya R2 sangatlah jauh dari standar keidealan
pengaruh variabel terhadap terjadinnya suatu aliran. Ketidak ideal-an ini terjadi
mungkin bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Yang akan dibahas pada analisis
kesalahan.
y = 152.39x - 10738
RΒ² = 0.985
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Nre
C
17. R = 0.9850,5
= 0.992471
Berbeda dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,992471
dengan nilai yang kurang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut
juga kurang saling berkaitan.
c) Grafik Yrata2 Terhadap Q actual
Gambar 7.3 Grafik Yrata
2 terhadap Qaktual
Berdasarkan gambar 7.3 Grafik Yrata
2 terhadap Qaktual, dapat dilihat nilai
koefisien determinasi RΒ² = 0.9956. Koefisien determinasi menunjukkan plot
variabel dalam grafik tersebut mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan
ideal yang dimaksud ini adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman
total nilai peubah Y yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X melalui hubungan
pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut plot
variable mewakili keadaan yang ideal.
R = 0.99560,5
= 0.99779
dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0.99779 , dengan nilai
yang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut juga saling berkaitan.
y = 2.0406x0.5822
RΒ² = 0.9956
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002
Yratarata
Debit (m3/s)
18. Dari gambar 7.3 tersebut juga dapat dicari nilai galatnya dengan menurunkan
rumus debit sebagai berikut :
Q = A x v
= (b) x (yrata2
1) x (v)
Q β yrata2
1
Karena nilai lebar saluran dan kecepatan konstan, dan untuk mencari nilai
galatnya dengan membandingkan nilai pangkat dari kedalaman saluran rata-rata
dengan nilai pangkat variabel x pada persamaan pada grafik tersebut yaitu y =
2.0406x0.5822 , maka nilat galatnya adalah sebagai berikut :
%πΊππππ‘ =
1 β 0,5822
1
π₯ 100%
%πΊππππ‘ = 41.78%
Dengan hasil persen nilai galat adalah 41.78 %, maka faktor kesalahan tidak
terlalu besar. Sehingga, didapati nilai yang cukup akurat untuk kedua variabel ini.
d) Grafik Kecepatan terhadap Yrata2
Gambar 7.4 Grafik Kecepatan terhadap Yrata2
Berdasarkan gambar 7.4 diatas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi RΒ²
= 0.9748. Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut
mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini
y = 3.8225x0.71
RΒ² = 0.9748
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Kecepetan(m/s)
Y rata-rata ( m )
19. adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah
Y(Kecepatan Aliran) yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (y rata-rata)
melalui hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik
tersebut plot variabel mewakili keadaan yang ideal.
R = 0.97480,5
= 0,987319
Hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,987319R adalah suatu ukuan
untuk mengukur tingkat (keeratan) hubungan linier antara variabel terikat dengan
seluruh vaiabel bebas secara bersama-sama. dengan nilai yang mendekati satu
berarti hubungan antar variabel tersebut saling berkaitan. Dari gambar 7.4 tersebut
juga dapat dicari nilai galat dengan menurunkan rumus debit sebagai berikut :
Q = A x v
= (b) x (yrata2
1) x (v)
Karena nilai lebar saluran dan kecepatan konstan, Maka persamaan nilai
kecepatannya adalah :
π£ β
1
ππππ‘π2^1
............... (1)
Dan untuk mencari nilai galatnya dengan membandingkan nilai pangkat dari
kedalaman saluran rata-rata yaitu -1 dengan nilai pangkat variable x pada
persamaan pada grafik tersebut yaitu y = 3.8225x0.71 , maka nilat galatnya adalah
sebagai berikut :
%πΊππππ‘ =
0,71 β (β1)
1
π₯ 100%
%πΊππππ‘ = 171%
Dengan hasil persen nilai galat adalah 171%, maka faktor kesalahan sangat
besar. Faktor kesalahan ini dapat menyebabkan ketidak presisian pengukuran
percobaan.
e) Grafik Nre terhadap Y rata2
20. Gambar 7.5 Grafik NRe terhadap Yrata2
Berdasarkan gambar 7.5 diatas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi RΒ²
= 0,9931. Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut
mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini
adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah Y
(Bilangan Reynold) yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (y rata-rata) melalui
hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut
plot 20ariable mewakili keadaan yang ideal.
R = 0,99310,5
= 0,996544
Berbeda dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,996544,
dengan nilai yang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut saling
berakaitan. Dari gambar 7.5 tersebut juga dapat dicari nilai galatnya dengan
menurunkan rumus debit sebagai berikut :
Q = A x v
= (b) x (yrata2
1) x (v)
π£ =
π
π π₯ π¦πππ‘π2
..................... (1)
Untuk menurunkan persamaan bilangan Reynold dapat mensubtitusi
persamaan kecepatan diatas (1) sebagai berikut :
y = 340873x1.1927
RΒ² = 0.9931
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
NRe
Y rata-rata ( m )
21. ππ π =
π£ π₯ π
π
ππ π =
π π₯ π
π π₯ π π₯ π¦πππ‘π2
ππ π β
1
π¦πππ‘π2
.............. (2)
Mencari nilai galat dengan membandingkan nilai pangkat dari kedalaman
saluran rata-rata yaitu -1 dengan nilai pangkat variable x pada persamaan pada
grafik tersebut yaitu y = 340873x1.1927, maka nilat galatnya adalah sebagai berikut
:
%πΊππππ‘ =
1,1927 β (β1)
1
π₯ 100%
%πΊππππ‘ = 219,27%
Dengan hasil persen nilai galat adalah 219,27%, maka faktor kesalahan sangat
besar. Dengan galat yang sangat besar ini memengaruhi kepresisian pegukuran.
Sehingga, perlu dilakukan pengkajian kembali atau perlu dengan upaya
meminimalisir kesalahan pada pengukuran.
f) Grafik kecepatan Terhadap Rs0.5
Gambar 7.6 Grafik Kecepatan terhadap Rs^0.5
Merupakan grafik hubungan bilangan kecepatan aliran terhadap jari-jari
hidrolis. Dari grafik tersebut diperoleh persamaan y = 357.73x - 0.773
y = 357.73x - 0.773
RΒ² = 0.95
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035
V
Rs^0.5
22. dan RΒ² = 0,95 .Dengan y adalah kecepatan aliran dan x adalah jari-jari hidrolis.
Dari grafik ini dapat disimpulkan bahwa kecepatan aliran memiliki hubungan yang
kuat dengan jari-jari hidrolis yang dapat dilihat dari nilai R = 0,97467 yang
mendekati 1. Selain itu, nilai R yang positif itu artinya hubungan jari-jari hidrolis
berbanding lurus dengan kecepatan aliran. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada
grafik tersebut plot variabel tidak mewakili keadaan yang ideal.
R = 0,9500,5
= 0,97467
g) Grafik Kecepatan terhadap R2/3
y = 5.5633x
RΒ² = 0.6707
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.066 0.068 0.07 0.072 0.074 0.076 0.078 0.08
V
Rs2/3
23. Gambar 7.8 Grafik Kecepatan terhadap R2/3
Berdasarkan gambar 7.8 diatas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi RΒ² =
0.6707 Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut
mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini
adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah Y
(Kecepatan Aliran) yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (R^2/3) melalui
hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut
plot variabel tidak mewakili keadaan yang ideal.
R = 0,67070,5
= 0,818962
Berbeda dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,818962,
dengan nilai yang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut saling
berkaitan. Untuk mencari nilai galatnya dengan membandingkan antara nilai
koefisien manning literatur dengan nilai koefisien manning yang didapatkan saat
praktikum dengan langkah - langkah sebagai berikut
π£ =
1
π
π₯ π 2/3
π₯ π1/2
Maka, diubah ke persamaan garis sebagai berikut :
π¦ = (
1
π
)(π
1
2)(π₯)
Dan dibandingkan dengan persamaan garis pada grafik diatas adalah y =
5.5633x, sehingga
1
π
=
5,5633 x
0.1323529411/2 π₯
n = 0,00637
Setelah itu, dibandingkan dengan koefisien manning pada literature pada
gambar berikut :
24. Gambar 7.9 Nilai Koefisien Manning berdasarkan Literatur
Sumber : www.buildsite.com/pdf/aco/Aco-Polyester-Fibergkass-Composition-
Technical-Notes-93054.pdf
Berdasarkan literatur yang dicari pada gambar 7.9, kita menggunakan jenis saluran
fiberglass roving yang nilai koefisien manningnya adalah 0.08. Sehingga nilai galat
yang didapatkan sebagai berikut :
%πΊππππ‘ =
πππππππ πππ‘ππππ‘π’πβπππππππ πππππ‘πππ’π
πππππππ πππ‘ππππ‘π’π
π₯ 100%
=|
0.008 β0.00637
0.028
π₯ 100%|
= |26,296%| = 26,296 %
Jadi nilai galatnya adalah ππ, πππ % yang menunjukkan besarnya
kesalahan saat praktikum. Ini menunjukan bahwan koefisien manning yang didapat
hampir mendekati literatur. Kurang presisinya data ini bisa disebabkan oleh
berbagai faktor kesalahan yang mungkin saja terjadi selama praktikum
berlangsung.
25. ο· Analisis Kesalahan
Dalam praktikum dan perhitungan kali ini, adanya kemungkinan
kesalahan yang dilakukan oleh praktikan contohnya seperti memulai dan
mengakhiri stopwatch. Adanya kesalahan dalam memulai dan mengakhiri
Stopwatch seperti tidak sigapnya seseorang yang menggunakan
stopwatchnya, sehingga dapat mengubah hasil perhitungan Qaktual . Hal ini
tentu jelas memberi dampak pada perhitungan dan perbandingan lainnya.
Selanjutnya terdapat juga kesalahan saat peletakan beban. Peletakan beban
harus dilakukan tepat pada saat beban mulai terangkat. Hal inilah yang
sering kali menimbulkan ketidakakuratan, sebab kesigapan dan kecepatan
praktikan sangat berpengaruh dalam memperhitungkan waktu ketika lengan
hydraulic bench mulai terangkat.
Faktor jumlah percobaan pada setiap variasi juga dapat mempengaruhi
perbedaan tinggi masing-masing alat ukur semakin banyak data percobaan
yang diperoleh maka semakin akurat juga hasil data yang dapat dihitung.
Kesalahan pembacaan alat sangat mungkin terjadi dan biasanya
disebabkan oleh skala alat yang terlalu kecil untuk dilihat mata atau saat
mengalibrasi alat yang tidak tepat, sehingga menimbulkan kebingungan
bagi praktikan saat membaca alat dan menyebabkan hasil percobaan
menjadi kurang akurat. Adanya gelembung udara pada aliran air pun dapat
mengurangi kepresisian pengukuran, karena pengukuran kedalaman dan
keakuratan pengamatan profil aliran akan terganggu, jika praktikan tidak
menepatkan agar gelembung pada aliran tidak terlalu banyak maka
kemungkinan akan terjadi kesalahan pengukuran dan pengmatan dalam
praktikum.
Lalu tidak tepatnya jarum pengukur kedalaman aliran fluida (air) tepat
di permukaan aliran tersebut, sehingga berpengaruh juga dalam pembacaan
dan perhitungan data. Khususnya untuk pengukuran kemiringan aliran
terdapat kesalahan dimana, ketika pengukuran akhir dilakukan alat
pengukur kedalaman yang sudah terlepas tidak dikalibrasi kembali. Hal ini
sangat berpengaruh dalam pengukuran kedalam air, karena kalibrasi sangat
26. penting dalam pegukuran. Sehingga, seharusnya praktikan selalu
memastikan kembali apakah alat pengukur kedalaman sudah dilakukan
pengkalibrasian terlebih dahulu. Dan juga tidak tepatnya saat menentukan
skala antar titik kedalaman aliran yang terbagi β bagi menjadi 6 titik (3 titik
di hulu saluran dan 3 titik di hilir saluran). Salahnya penandaan titik
mungkin saja terjadi, dan faktor ini jelas menentukan adanya kesalahan
dalam melakukan percobaan, sehingga ketelitian, keakuratan, kefokusan
dan kesigapan kinerja praktikan menjadi sangatlah penting.
VIII. ANALISIS B
a) Daerah Aliran Sungai
Adalah aliran yang mengalir pada suatu kawasan yang dibatasi oleh
titik-titk tinggi, dimana air tersebut berasal dari air hujan yang jatuh dan
terkumpul dalam sistem tersebut. Air pada DAS merupakan aliran yang
mengalami siklus hidrologi secara alamiah, dalam bidang Teknik
Lingkungan pengamatan DAS menjadi sangatlah penting, dan di sinilah
bisa dilakukan pegamatan aliran seragam di saluran terbuka secara alamiah.
Gambar 8.1 Daerah Aliran Sungai
27. b) Drainase
Saluran tahan erosi merupakan saluran buatan yang diberi lapisan
dari bahan tidak mudah tererosi. Karena saluran tahan erosi merupakan
merupakan saluran buatan maka dimensi saluran direncanakan sedemikian
rupa agar mampu mengalirkan air sebesar sebesar mungkin untuk suatu luas
penampang penampang (A) dan kemiringan aliran tertentu.
Drainse atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami
atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan suatu tempat.
Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras,
membuang atau mengalihkan air.
Gambar 8.2 Saluran Drainase Berpenampang Persegi
Karena kemiringan tebing dapat disesuaikan dengan kemiringan
lereng alam tanah yang ditempatinya. Untuk saluran buatan, faktor
ekonomis juga menjadi menjadi salah satu faktor pertimbangan desain
drainase ini.
IX. KESIMPULAN
1. Pada kenyataannya aliran seragam itu sangat jaranglah terjadi, ini
dibuktikan dengan grafik profil aliran pada percoban ini :
28. Gambar 9.1 Grafik Profil Aliran yang Membuktikan tidak terjadinya aliran
seragam secara sempurna atau ideal
2. Koefisien Chezy (C) pada percobaan didapati, sebagai berikut :
Tabel 9.1 Hasil Akhir Nilai Koefisien Chezy
Variasi C
1 137.1822816
2 109.0865318
3 120.4828693
3. Nilai Koefisien Manning (n) saluran pada percobaan ini sebagai berikut:
Tabel 9.2 Hasil Akhir Nilai Koefisien Manning
Variasi n
1 0.00384887
2 0.00466254
3 0.00433064
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0 1 2 3 4
Jarak(m)
Keadalaman ( m )
Variasi 1
Variasi 2
Variasi 3
29. 4. Bilangan Reynold (Nre) pada percobaan kali ini didapati sebagai
berikut :
Tabel 9.3 Hasil Akhir Nilai Bilangan Reynold Aliran Fluida
Variasi Nre
1 10043.438
2 5704.49694
3 7927.25882
5. Menentukan korelasi antara Koefisien Chezy (C) dan Koefisien
Manning (n).
π£ = π£
cβRS = (R2/3 x S1/2) / n
c = (R2/3 x S1/2) / (R1/2 x S1/2 x n)
c = R1/6 / n
Dapat dilihat korelasi antara perbandingan Koefisien Chezy
dengan Koefisien Manning adalah berbanding terbalik.
6. Nilai debit aktual pada aliran seragam pada percobaan kali ini didapati
sebagai berikut :
Tabel 9.3 Hasil Akhir Nilai Debit actual Aliran Fluida
Variasi Qaktual
(m3/s)
1 0.00182255
2 0.00081192
3 0.00131487
30. DAFTAR PUSTAKA
Finnemore, E.John and Joseph B. Franzini. 2002. Fluid Mechanics with
Engineering Application. California : The McGraw Companies.
Bruce, R.Munson, Donald F. Young & Theodore. 2006. Mekanika Fluida.
Erlangga : Jakarta.
Akan, Osman. 2006. Open Channel Hydraulics. Burlington : Elsevier
Companies.
Surya, Yohanes. 2004. Mekanika dan Fluida 2. Kandel : Indonesia.