SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA FLUIDA
MODUL 2
ALIRAN SERAGAM DAN KEMIRINGAN SALURAN
Nama Praktikum : Aditya Hegi Saputra
NIM : P17333115433
Kelompok/Shift : 4 ( 13.00 – 14.30 )
Tanggal Pengumpulan : 12 Juli 2018
Asisten yang Bertugas : 1. Lailatus Syifa ( 1531409 )
2. Nurul Rohim ( 1531404 )
PROGRAM STUDI DIV-KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
BANDUNG
2018
I. Tujuan
Tujuan dari praktikum Aliran Seragam dan Kemiringan Saluran
pada percobaan ini yaitu:
1. Menentukan nilai debit aktual pada aliran seragam.
2. Membuktikan fenomena aliran seragam suatu saluran pada
kemiringan tertentu dengan pengukuran kedalaman air enam titik
(Profil Aliran).
3. Menentukan Koefisien Chezy (C) pada aliran seragam dengan
kemiringan tertentu.
4. Menentukan Koefisien Manning (n) saluran pada aliran seragam
dengan kemiringan tertentu.
5. Menghitung bilangan Reynold (Nre) pada suatu aliran seragam dengan
kemiringan tertentu
6. Menentukan korelasi antara Koefisien Chezy (C) dan Koefisien
Manning (n).
II. Prinsip Praktikum
Setiap aliran fluida yang melewati suatu pipa akan selalu mengalami
kerugian energi atau headloss. Pada praktikum ini, akan dicari nilai head
loss yang dialami oleh aliran air pada pipa. Air dialirkan pada sistem
perpipaan melalui hydraulic bench, kemudian sesaat setelahnya akan terjadi
perbedaan tinggi tekan pada gate valve dan globe valve yang dapat dilihat
pada U-tube Manometer, sedangkan pada pipa lurus, penyempitan tiba-tiba,
pelebaran tiba-tiba, dan pipa dengan aksesoris, perbedaan tinggi tekan dapat
dilihat pada Piezometer. Perbedaan tinggi tekan tersebut kemudian
digunakan untuk menentukan tinggi tekan yang hilang (head loss) pada
aliran.
III. Teori Dasar
Headloss adalah suatu nilai untuk mengetahui seberapa besar reduksi
tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistem
pengaliran. Total head merupakan kombinasi dari elevation head (tekanan
karena ketinggian suatu fluida), velocity head (tekanan karena kecepatan alir
suatu fluida), dan pressure head (tekanan normal dari fluida itu sendiri).
Headloss terdiri dari minor headloss dan major headloss. Mayor headloss
merupakan kerugian energi sepanjang saluran pipa yang dapat dinyatakan
dengan rumus:
β„ŽπΏ = 𝑓
𝐿
𝐷
𝑣2
2𝑔
Minor headloss merupakan kerugian head pada fitting dan valve yang
terdapat sepanjang sistem perpipaan. Minor headloss dapat dinyatakan dengan
rumus:
β„ŽπΏ = π‘˜
𝑣2
2𝑔
1. Gate Valve
Gate valve adalah jenis katup yang digunakan untuk membuka jalur bagi
aliran dengan cara mengangkat gerbang penutupnya yang berbentuk bulat atau
persegi panjang. Gate valve adalah jenis valve yang paling sering digunakan,
berfungsi untuk membuka dan menutup jalur bagi aliran. Gate valve tidak
dapat mengatur besar-kecilnya laju suatu aliran fluida dengan cara membuka
setengah atau seperempat posisinya. Posisi gate pada valve ini harus benar-
benar terbuka (fully open) atau benar-benar tertutup (fully closed).
Gambar 3.1 Gate Valve
(sumber: www.ijinmarine.com)
2. Globe Valve
Globe valve adalah jenis katup yang digunakan untuk mengatur besar-
kecilnya laju aliran fluida dalam pipa. Prinsip dasar dari operasi globe valve
adalah gerakan tegak lurus disk dari dudukannya. Besarya aliran fluida yang
melewati valve dapat diatur dengan cara memuar handle pada valve. Dudukan
valve yang sejajar dengan aliran membuat globe valve efisien untuk mengatur
besar-kecilnya aliran dengan minimum erosi piringan dan dudukan, tetapi
tahanan di dalam valve terbilang cukup besar. Desain globe valve yang
sedemikian rupa memaksa adanya perubahan arah aliran fluida di dalam valve
sehingga tekanan menurun drastis dan menyebabkan adanya turbulensi dalam
valve itu sendiri. Oleh karena itu, globe valve tidak direkomendasikan untuk
diinstal pada sistem yang menghindari penurunan tekanan atau sistem yang
menghindari tahanan pada aliran.
Gambar 3.2 Globe Valve
(sumber: www.encyclopedia2.thefreedictionary.com)
3. Elbow
Elbow merupakan komponen perpipaan yang berfungsi untuk
membelokkan arah aliran yang melewatinya, pada umumnya memiliki
diameter yang sama antara masukan dan keluaran. Salah satu jenis elbow yang
paling banyak digunakan adalah elbow berderajat 900
.
IV. Data Awal
Di bawah ini adalah hasil pengukuran massa beban, suhu awal,
suhu akhir, dan lebar saluran saat praktikum, sebagai berikut :
Tabel 4.1 Pengukuran Massa, Suhu, dan Lebar Saluran
Massa beban (m) 2.5 (kg)
Suhu air awal (Tawal) 22 (˚C)
Suhu air akhir (Takhir) 23 (˚C)
Lebar saluran (L) 0.075 (m)
Berikut hasil pengukuran jarak dari hulu dan jarak hilir saluran saat praktikum
sebagai berikut
Tabel 4.2 Pengukuran Jarak Hulu dan Jarak Hilir
Berikut hasil pengukuran ketinggian hulu dan hilir saat dibendung sebagai
berikut :
Tabel 4.3 Pengukuran Ketinggian Hulu dan Hilir saat Dibendung
Kedalaman titik 1 (Ys1) 0.0198 ( m )
Kedalaman titik 2 (Ys2) 0.0209 ( m )
Jarak antar titik (Xs) 2 ( m )
Dibawah ini merupakan tabulasi data hasil pengukuran waktu, kedalaman
hulu, dan kedalaman hilir sebagai berikut :
Tabel 4.4 Pengukuran Waktu dan Kedalaman Hulu
Variasi
debit
Waktu Kedalaman Hulu
t1 t2 t3 trata-rata y1 y2 y3 yrata-rata
1 4.09 4.15 4.14 4.12666667 0.0557 0.0555 0.0514 0.0542
2 9.38 9.22 9.19 9.26333333 0.0329 0.031 0.0275 0.03046
3 5.7 5.71 5.75 5.72 0.0485 0.0476 0.0452 0.0471
Tabel 4.5 Pengukuran Kedalaman Hilir Pada waktu sesuai dengan Tabel 4.4
Variasi
debit
Kedalaman Hilir Y Total
rata-ratay1 y2 y3 yrata-rata
1 0.053 0.0477 0.0446 0.04843 0.051315
2 0.0345 0.0346 0.0325 0.03386 0.03216
3 0.0425 0.0401 0.0382 0.04026 0.04368
Berikut merupakan tabel suhu terhadap densitas air yang didapatkan dari
literatur sebagai berikut :
Tabel 4.6 Suhu Terhadap Densitas Air dan Viskositas Kinematis
Jarak di hulu (m) Jarak di hilir (m)
X1 = 0 X1 = 2,3
X2 = 0,6 X2 = 2,9
X3 = 1,6 X3 = 3,4
didapati Grafik
hubungan antara Densitas dan Suhu data literatur(data tabel 4.1), grafik
hubungannya sebagai berikut :
Gambar 4.1 Suhu Terhadap Densitas Air
suhu Densitas (kg/m3)
Viskositas kinematis 10^-6
m2/s)
0 999.80 1.785
5 1000.00 1.519
10 999.70 1.306
15 999.10 1.139
20 998.20 1.003
25 997.00 0.893
30 995.70 0.8
40 992.20 0.658
50 988.00 0.553
60 983.20 0.474
70 977.80 0.413
80 971.80 0.364
90 965.30 0.26
100 958.40 0.294y = -0.0036x2
- 0.0675x + 1000.6
RΒ² = 0.9992
955.00
960.00
965.00
970.00
975.00
980.00
985.00
990.00
995.00
1000.00
1005.00
0 20 40 60 80 100 120
Densitas
SuhuSeries1 Poly. (Series1)
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Viskositas Kinematis dan Suhu Air
V. Pengolahan Data
5.1. Menentukan Densitas Air dan Viskositas Kinematis Air
Untuk menghitung densitas air dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut:
y = -0.0036x2 - 0.0675x + 1000.6
Dengan mensubtitusi nilai x dengan nilai suhu rata – rata, maka:
y = -0.0036(22.5)2 - 0.0675(22.5) + 1000.6
= 997,25875 kg/m3
Sehingga didapat nilai densitas air adalah 997,25875 kg/m3
Sedangkan untuk menghitung nilai viskositas kinematis air
dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
y = 0.0002x2 - 0.0323x + 1.6471
Dengan mensutitusi nilai x dengan nilai suhu rata – rata, maka :
y = 0.0002(22.5)2 - 0.0323(22.5) + 1.6471
= 1.0216x 10-6 m2/s
Sehingga didapat nilai viskositas kinematis air adalah 1.0216x
10-6 m2/s
5.2. Menentukan Volume Air
y = 0.0002x2
- 0.0323x + 1.6471
RΒ² = 0.9797
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
0 20 40 60 80 100 120
Viskositaskinematis(m2/s)
Suhu
Series1
Poly. (Series1)
Untuk menentukan volume air dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut :
V =
π‘š
𝜌
Untuk variasi 1, 2 dan 3 karena menggunakan volume yang tetap (m
dan 𝜌) itu tidak berubah, tetap. Dengan menggunakan data massa beban
pada tabel 1.1, sehingga dapat dihitung nilai volume airnya :
V =
7.5
997,25875
= 0,007530652 m3
Jadi nilai volume air adalah 0.007521059 m3 .
5.3.Menentukan Keliling Basah Saluran
Untuk menentukan keliling basah saluran dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
P = b + 2y
Dengan menggunakan data pada tabel 4.1 untuk nilai lebar saluran dan
data variasi 1 pada tabel 4.5 untuk ketinggian rata-rata yang didapat,
sehingga keliling basah dapat dihitung sebagai berikut :
P1 = 0.075 + 2(0.051315)
= 0.17763 m
Maka didapatkan nilai keliling basah adalah 0.17763 m. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati P lainnya (m):
P2 = 0.13932 P3= 0.16236
5.4.Menentukan Luas Penampang Saluran
Untuk menentukan luas penampang saluran dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
A = lebar saluran x Ytotal rata-rata
Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 4.1 , maka
didapatkan nilai luas penampang saluran sebagai berikut
A1 = 0.075 x 0.051315
A1 = 0.00384863m2
Sehingga nilai luas penampang saluran adalah 0.00384863 m2.
Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula
yang sama. Sehingga didapati luas penampang lainnya (m2) :
A2 = 0.002412 ; A3 = 0.003276
5.5.Menentukan Debit Aktual Air
Untuk menentukan debit aktual air dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut :
Q =
𝑉
𝑑 π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Žβˆ’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž
Dengan menggunakan data pada tabel 4.1 variasi 1, maka didapatkan
nilai debit aktual sebesar :
Q1 =
0,007530652
4.1266667
= 0.00182255 m3/s
Jadi nilai debit aktual air adalah 0.00182255 m3/s . Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati debit aktual lainnya(m3/s) :
Q2 = 0.00081192 ; Q3 = 0.00131487
5.6.Menentukan Jari – Jari Hidrolis Saluran
Untuk menentukan jari - jari hidrolis saluran dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
R =
𝐴
𝑃
Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 4.1 , maka
didapatkan nilai jari – jari hidrolis saluran :
R1 =
0,00384863
0,17763
R1 = 0,02166653 m
Dan untuk nilai jari – jari hidrolis dipangkatkan 2/3 adalah :
R1
2/3 = 0,02166532/3
R1
2/3 = 0,07771882 m
Jadi nilai jari – jari hidrolis saluran adalah 0,02166653 m dan nilai hasil
dipangkatkan 2/3 adalah 0,07771882 m. Begitu pun dengan variasi lainnya,
digunakanlah rumus dan formula mencari jari-jari hidrolis yang sama.
Sehingga didapati jari-jari hidrolisnya (m):
R2 = 0.01731266 ; R3 = 0.02017738 dan R2
2/3 =0.06692308 ;
R3
2/3 = 0.07411565
5.7.Menentukan Kemiringan Saluran (Slope)
Untuk menentukan kemiringan saluran (slope) dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
S =
𝑦𝑠2βˆ’π‘¦π‘ 1
π‘₯𝑠
Dengan menggunakan data pada tabel 1.3, maka dapat dilakukan
perhitungan :
S =
0,0209 βˆ’ 0,0198
2
S= 0.00055
Jadi nilai kemiringan saluran (slope) adalah 0.00055
5.8.Menentukan Bilangan Reynold
Untuk menentukan bilangan Reynold dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut :
NRe =
𝑣 π‘₯ 𝑅
πœ—
Sehingga dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 6.1, dapat
dilakukan perhitungan sebagai berikut :
NRe1 =
0.4735352 π‘₯ 0,0216665
1.0216 x 10 βˆ’6
NRe1 = 100042.934
Maka didapatkan nilai bilangan Reynold adalah 100042.934. Formula ini
berlaku sama untuk variasi bilangan Reynold lainnya. Sehingga didapati :
NRe2 = 5704.21093 ; NRe3 = 7926.86136
5.9.Menentukan Kecepatan Aliran Air
Untuk menentukan kecepatan aliran dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :
v =
𝑄
𝐴
Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 6.1, dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
.v1 =
0.00182
0,0038486
V1 = 0,4735352 m/s
Jadi nilai kecepatan aliran air adalah 0,4735352 m/s. Begitu pun dengan
variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga
didapati v (m/s) :
V2 = 0,33365988 ; V3 = 0,4013445
5.10. Menentukan Koefisien Kekasaran Manning
Untuk menentukan koefisien kekasaran manning dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
n =
1 π‘₯ 𝑅2/3
π‘₯ 𝑆0.5
𝑣
Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 3.1, dapat dilakukan
perhitungan :
n1 =
1 π‘₯ 0,0777188π‘₯ 0,000550.5
0 ,4735352
n1 = 0.00384907
Jadi nilai koefisien kekasaran manning adalah 0.00384907. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati :
n2 = 0.00466278 ; n3 = 0.00433086
5.11. Menentukan Koefisien Chezy
Untuk menentukan nilai koefisien chezy dapat menggunakan persamaan
berikut :
C =
𝑣
(𝑅 π‘₯ 𝑆)0.5
Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 6.1, dapat dilakukan
perhitungan :
C1 =
0,4735352
(0,0216665 π‘₯ 0,00055)0.5
C1 = 137.1754
Sehingga didapatkan nilai koefisien chezy adalah 137.1754. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati :
C2 = 109.0811 ; C3= 120.4768
VI. DATA AKHIR
Setelah dilakukan pengolahan data pada bab sebelumnya, maka
didapatkan hasil perhitungannya sebagai berikut :
Tabel 6.1 Hasil Perhitungan Data Akhir 1
Volume
air (m3)
Qaktual
y rata-
rata tot A (m2) P R ( m ) R2/3
(m3/s) (m)
0.00752
1
0.0018225
5
0.05131
5
0.003848
63
0.1776
3
0.0216665
3
0.0777188
2
0.00752
1
0.0008119
2
0.03216 0.002412
0.1393
2
0.0173126
6
0.0669230
8
0.00752
1
0.0013148
7
0.04368 0.003276
0.1623
6
0.0201773
8
0.0741156
5
Tabel 6.2 Hasil Perhitungan Data Akhir 2
S
v
Nre n C
(m/s)
0.00055 0.4735589 10043.438 0.00384887 137.1822816
0.00055 0.33661572 5704.49694 0.00466254 109.0865318
0.00055 0.40136461 7927.25882 0.00433064 120.4828693
VII. ANALISIS A
ο‚· Analisis Cara Kerja
Dalam praktikum β€œAliran Seragam dan Kemiringan Saluran”,
langkah pertama yang dilakukan adalah mengukur temperatur air pada awal
percobaan setelah hydraulic bench dinyalakan. Hal ini bertujuan untuk
menentukan massa jenis dari fluida tersebut, dilihat dari data tabel massa
jenis fluida terhadap suhunya. Serta mempengaruhi perhitungan karena
adanya kemungkinan untuk terjadinya proses penguapan pada fluida
tersebut. Hydraulic Bench ini harus dihubungkan ke sumber listrik 110 V,
karena jika tidak, dapat menyebabkan kerusakan pada Hydraulic Bench.
Selanjutnya setelah menekan tombol hijau dapat dilakukan pengoperasian
hydraulic bench dengan beban tertentu, Dalam menghitung Qaktual kita
menggunakan rumus volume dari fluida yang digunakan dibagi dengan rata-
rata waktu pada setiap variasi. Volume didapat dari massa air dengan massa
jenis air yang didapat dari hasil regresi. Massa air yang digunakan adalah
7,5 kg yang didapat dari perbandingan LA : LB = 3 : 1, dan LA : LB = MA :
MB, maka MA=3MB dengan MB=2,5 kg. Maka dari itu, massa beban
berbanding terbalik dengan panjang lengannya, karena semakin besar
panjang lengan maka semakin kecil massanya, begitu juga sebaliknya.
Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya keseimbangan
pada hydraulic bench menunjukkan debit fluida yang keluar semakin kecil
begitu sebaliknya semakin cepat waktu yang dibutuhkan hydraulic
bench mencapai keseimbangannya maka semakin besar atau kencang debit
yang keluar.
Kemudian mengkalibrasi alat pengukur kedalaman aliran air, hal ini
bertujuan agar saat pengukuran ketinggian permukaan aliran air lebih akurat
dan menghindarkan kesalahan perhitungan saat mengukur ketinggian
tersebut. Selanjutnya mengukur lebar saluran terbuka, lebar saluran terbuka
ini sangatlah memengaruhi dalam perhitungan keliling basah pada saluran
terbuka ini. Kemudian dilanjutkan dengan mengatur kemiringan saluran
pada hydraulic bench agar dapat menentukan nilai kekasaran saluran pipa.
Setelah itu, mengukur kedalaman di 6 titik sepanjang saluran ( 3 titik di hulu
saluran dan 3 titik lagi hilir saluran dengan jarak yang sama) dengan
menggunakan alat pengukur kedalaman. Mencatat posisi disetiap titik
tersebut. Hal ini bertujuan untuk menentukan nilai jari – jari hidrolisis
saluran. Percobaan ini dilakukan dengan 3 variasi, agar didapatkan data
yang lebih presisi. Dan terakhir, mengukur temperatur air pada akhir
percobaan. Suhu fluida akhir juga sama pentingnya dengan suhu
fluida awal karena nanti akan di interpolasikan untuk digunakan
pada perhitungan densitas air. Setelah dilakukan pengukuran
temperatur akhir, pastikan dalam pengukuran suhu ini termometer
harus dalam posisi yang benar. Jangan sampai menyentuh dinding
tangki agar didapati suhu air akhir yang tepat. Setelah itu
hydraulic bench dimatikan kembali.
ο‚· Analisis Grafik
a) Grafik X terhadap Kedalaman
Gambar 7.1 Grafik X terhadap Kedalaman
Berdasarkan plot data pada titik – titik grafik di atas, grafik ini membuktikan
bahwa profil aliran pada grafik tidak membuktikan adanya aliran seragam yang
bekerja pada saluran terbuka ini, hal ini ditinjau dari grafik tersebut yang tidak
sejajar, hal ini menunjukkan bahwa distribusi kedalaman pada aliran tersebut tidak
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0 1 2 3 4
Jarak(m)
Keadalaman ( m )
Variasi 1
Variasi 2
Variasi 3
merata (tidak seragam). Karena di kehidupan nyata pun sangat jarang ditemukan
adanya aliran seragam.
Sehingga, profil grafik di atas tidak memenuhi syarat utama terjadinya aliran
seragam yaitu :
1. kedalaman, luas basah, kecepatan dan debit pada setiap penampang pada bagian
saluran terbuka yang lurus adalah konstan.
Maka, aliran yang ada pada percobaan kali ini tidaklah seragam. Karena dapat
dikatakan aliran seragam bila memenuhi syarat standar yang sudah dibakukan.
b) Grafik Nre terhadap Koefisien Chezy
Gambar 7.2 Grafik NRe terhadap Koefisien Chezy
Berdasarkan gambar 7.2 Grafik NRe terhadap Koefisien Chezy, dapat dilihat
nilai koefisien determinasi RΒ² = 0.985. Koefisien determinasi menunjukkan plot
variabel dalam grafik tersebut mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Dilihat
dari nilai R2 = 0.985, maka pada grafik tersebut plot variable tidak mewakili
keadaan yang ideal, dikareakan besarnya R2 sangatlah jauh dari standar keidealan
pengaruh variabel terhadap terjadinnya suatu aliran. Ketidak ideal-an ini terjadi
mungkin bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Yang akan dibahas pada analisis
kesalahan.
y = 152.39x - 10738
RΒ² = 0.985
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Nre
C
R = 0.9850,5
= 0.992471
Berbeda dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,992471
dengan nilai yang kurang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut
juga kurang saling berkaitan.
c) Grafik Yrata2 Terhadap Q actual
Gambar 7.3 Grafik Yrata
2 terhadap Qaktual
Berdasarkan gambar 7.3 Grafik Yrata
2 terhadap Qaktual, dapat dilihat nilai
koefisien determinasi RΒ² = 0.9956. Koefisien determinasi menunjukkan plot
variabel dalam grafik tersebut mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan
ideal yang dimaksud ini adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman
total nilai peubah Y yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X melalui hubungan
pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut plot
variable mewakili keadaan yang ideal.
R = 0.99560,5
= 0.99779
dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0.99779 , dengan nilai
yang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut juga saling berkaitan.
y = 2.0406x0.5822
RΒ² = 0.9956
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002
Yratarata
Debit (m3/s)
Dari gambar 7.3 tersebut juga dapat dicari nilai galatnya dengan menurunkan
rumus debit sebagai berikut :
Q = A x v
= (b) x (yrata2
1) x (v)
Q β‰ˆ yrata2
1
Karena nilai lebar saluran dan kecepatan konstan, dan untuk mencari nilai
galatnya dengan membandingkan nilai pangkat dari kedalaman saluran rata-rata
dengan nilai pangkat variabel x pada persamaan pada grafik tersebut yaitu y =
2.0406x0.5822 , maka nilat galatnya adalah sebagai berikut :
%πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ =
1 βˆ’ 0,5822
1
π‘₯ 100%
%πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ = 41.78%
Dengan hasil persen nilai galat adalah 41.78 %, maka faktor kesalahan tidak
terlalu besar. Sehingga, didapati nilai yang cukup akurat untuk kedua variabel ini.
d) Grafik Kecepatan terhadap Yrata2
Gambar 7.4 Grafik Kecepatan terhadap Yrata2
Berdasarkan gambar 7.4 diatas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi RΒ²
= 0.9748. Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut
mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini
y = 3.8225x0.71
RΒ² = 0.9748
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Kecepetan(m/s)
Y rata-rata ( m )
adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah
Y(Kecepatan Aliran) yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (y rata-rata)
melalui hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik
tersebut plot variabel mewakili keadaan yang ideal.
R = 0.97480,5
= 0,987319
Hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,987319R adalah suatu ukuan
untuk mengukur tingkat (keeratan) hubungan linier antara variabel terikat dengan
seluruh vaiabel bebas secara bersama-sama. dengan nilai yang mendekati satu
berarti hubungan antar variabel tersebut saling berkaitan. Dari gambar 7.4 tersebut
juga dapat dicari nilai galat dengan menurunkan rumus debit sebagai berikut :
Q = A x v
= (b) x (yrata2
1) x (v)
Karena nilai lebar saluran dan kecepatan konstan, Maka persamaan nilai
kecepatannya adalah :
𝑣 β‰ˆ
1
π‘Œπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž2^1
............... (1)
Dan untuk mencari nilai galatnya dengan membandingkan nilai pangkat dari
kedalaman saluran rata-rata yaitu -1 dengan nilai pangkat variable x pada
persamaan pada grafik tersebut yaitu y = 3.8225x0.71 , maka nilat galatnya adalah
sebagai berikut :
%πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ =
0,71 βˆ’ (βˆ’1)
1
π‘₯ 100%
%πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ = 171%
Dengan hasil persen nilai galat adalah 171%, maka faktor kesalahan sangat
besar. Faktor kesalahan ini dapat menyebabkan ketidak presisian pengukuran
percobaan.
e) Grafik Nre terhadap Y rata2
Gambar 7.5 Grafik NRe terhadap Yrata2
Berdasarkan gambar 7.5 diatas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi RΒ²
= 0,9931. Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut
mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini
adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah Y
(Bilangan Reynold) yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (y rata-rata) melalui
hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut
plot 20ariable mewakili keadaan yang ideal.
R = 0,99310,5
= 0,996544
Berbeda dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,996544,
dengan nilai yang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut saling
berakaitan. Dari gambar 7.5 tersebut juga dapat dicari nilai galatnya dengan
menurunkan rumus debit sebagai berikut :
Q = A x v
= (b) x (yrata2
1) x (v)
𝑣 =
𝑄
𝑏 π‘₯ π‘¦π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž2
..................... (1)
Untuk menurunkan persamaan bilangan Reynold dapat mensubtitusi
persamaan kecepatan diatas (1) sebagai berikut :
y = 340873x1.1927
RΒ² = 0.9931
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
NRe
Y rata-rata ( m )
𝑁𝑅𝑒 =
𝑣 π‘₯ 𝑅
πœ—
𝑁𝑅𝑒 =
𝑄 π‘₯ 𝑅
πœ— π‘₯ 𝑏 π‘₯ π‘¦π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž2
𝑁𝑅𝑒 β‰ˆ
1
π‘¦π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž2
.............. (2)
Mencari nilai galat dengan membandingkan nilai pangkat dari kedalaman
saluran rata-rata yaitu -1 dengan nilai pangkat variable x pada persamaan pada
grafik tersebut yaitu y = 340873x1.1927, maka nilat galatnya adalah sebagai berikut
:
%πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ =
1,1927 βˆ’ (βˆ’1)
1
π‘₯ 100%
%πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ = 219,27%
Dengan hasil persen nilai galat adalah 219,27%, maka faktor kesalahan sangat
besar. Dengan galat yang sangat besar ini memengaruhi kepresisian pegukuran.
Sehingga, perlu dilakukan pengkajian kembali atau perlu dengan upaya
meminimalisir kesalahan pada pengukuran.
f) Grafik kecepatan Terhadap Rs0.5
Gambar 7.6 Grafik Kecepatan terhadap Rs^0.5
Merupakan grafik hubungan bilangan kecepatan aliran terhadap jari-jari
hidrolis. Dari grafik tersebut diperoleh persamaan y = 357.73x - 0.773
y = 357.73x - 0.773
RΒ² = 0.95
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035
V
Rs^0.5
dan RΒ² = 0,95 .Dengan y adalah kecepatan aliran dan x adalah jari-jari hidrolis.
Dari grafik ini dapat disimpulkan bahwa kecepatan aliran memiliki hubungan yang
kuat dengan jari-jari hidrolis yang dapat dilihat dari nilai R = 0,97467 yang
mendekati 1. Selain itu, nilai R yang positif itu artinya hubungan jari-jari hidrolis
berbanding lurus dengan kecepatan aliran. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada
grafik tersebut plot variabel tidak mewakili keadaan yang ideal.
R = 0,9500,5
= 0,97467
g) Grafik Kecepatan terhadap R2/3
y = 5.5633x
RΒ² = 0.6707
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.066 0.068 0.07 0.072 0.074 0.076 0.078 0.08
V
Rs2/3
Gambar 7.8 Grafik Kecepatan terhadap R2/3
Berdasarkan gambar 7.8 diatas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi RΒ² =
0.6707 Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut
mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini
adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah Y
(Kecepatan Aliran) yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (R^2/3) melalui
hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut
plot variabel tidak mewakili keadaan yang ideal.
R = 0,67070,5
= 0,818962
Berbeda dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,818962,
dengan nilai yang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut saling
berkaitan. Untuk mencari nilai galatnya dengan membandingkan antara nilai
koefisien manning literatur dengan nilai koefisien manning yang didapatkan saat
praktikum dengan langkah - langkah sebagai berikut
𝑣 =
1
𝑛
π‘₯ 𝑅2/3
π‘₯ 𝑆1/2
Maka, diubah ke persamaan garis sebagai berikut :
𝑦 = (
1
𝑛
)(𝑆
1
2)(π‘₯)
Dan dibandingkan dengan persamaan garis pada grafik diatas adalah y =
5.5633x, sehingga
1
𝑛
=
5,5633 x
0.1323529411/2 π‘₯
n = 0,00637
Setelah itu, dibandingkan dengan koefisien manning pada literature pada
gambar berikut :
Gambar 7.9 Nilai Koefisien Manning berdasarkan Literatur
Sumber : www.buildsite.com/pdf/aco/Aco-Polyester-Fibergkass-Composition-
Technical-Notes-93054.pdf
Berdasarkan literatur yang dicari pada gambar 7.9, kita menggunakan jenis saluran
fiberglass roving yang nilai koefisien manningnya adalah 0.08. Sehingga nilai galat
yang didapatkan sebagai berikut :
%πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ =
π‘€π‘Žπ‘›π‘›π‘–π‘›π‘” π‘™π‘–π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿβˆ’π‘€π‘Žπ‘›π‘›π‘–π‘›π‘” π‘π‘Ÿπ‘Žπ‘˜π‘‘π‘–π‘˜π‘’π‘š
π‘€π‘Žπ‘›π‘›π‘–π‘›π‘” π‘™π‘–π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ
π‘₯ 100%
=|
0.008 βˆ’0.00637
0.028
π‘₯ 100%|
= |26,296%| = 26,296 %
Jadi nilai galatnya adalah πŸπŸ”, πŸπŸ—πŸ” % yang menunjukkan besarnya
kesalahan saat praktikum. Ini menunjukan bahwan koefisien manning yang didapat
hampir mendekati literatur. Kurang presisinya data ini bisa disebabkan oleh
berbagai faktor kesalahan yang mungkin saja terjadi selama praktikum
berlangsung.
ο‚· Analisis Kesalahan
Dalam praktikum dan perhitungan kali ini, adanya kemungkinan
kesalahan yang dilakukan oleh praktikan contohnya seperti memulai dan
mengakhiri stopwatch. Adanya kesalahan dalam memulai dan mengakhiri
Stopwatch seperti tidak sigapnya seseorang yang menggunakan
stopwatchnya, sehingga dapat mengubah hasil perhitungan Qaktual . Hal ini
tentu jelas memberi dampak pada perhitungan dan perbandingan lainnya.
Selanjutnya terdapat juga kesalahan saat peletakan beban. Peletakan beban
harus dilakukan tepat pada saat beban mulai terangkat. Hal inilah yang
sering kali menimbulkan ketidakakuratan, sebab kesigapan dan kecepatan
praktikan sangat berpengaruh dalam memperhitungkan waktu ketika lengan
hydraulic bench mulai terangkat.
Faktor jumlah percobaan pada setiap variasi juga dapat mempengaruhi
perbedaan tinggi masing-masing alat ukur semakin banyak data percobaan
yang diperoleh maka semakin akurat juga hasil data yang dapat dihitung.
Kesalahan pembacaan alat sangat mungkin terjadi dan biasanya
disebabkan oleh skala alat yang terlalu kecil untuk dilihat mata atau saat
mengalibrasi alat yang tidak tepat, sehingga menimbulkan kebingungan
bagi praktikan saat membaca alat dan menyebabkan hasil percobaan
menjadi kurang akurat. Adanya gelembung udara pada aliran air pun dapat
mengurangi kepresisian pengukuran, karena pengukuran kedalaman dan
keakuratan pengamatan profil aliran akan terganggu, jika praktikan tidak
menepatkan agar gelembung pada aliran tidak terlalu banyak maka
kemungkinan akan terjadi kesalahan pengukuran dan pengmatan dalam
praktikum.
Lalu tidak tepatnya jarum pengukur kedalaman aliran fluida (air) tepat
di permukaan aliran tersebut, sehingga berpengaruh juga dalam pembacaan
dan perhitungan data. Khususnya untuk pengukuran kemiringan aliran
terdapat kesalahan dimana, ketika pengukuran akhir dilakukan alat
pengukur kedalaman yang sudah terlepas tidak dikalibrasi kembali. Hal ini
sangat berpengaruh dalam pengukuran kedalam air, karena kalibrasi sangat
penting dalam pegukuran. Sehingga, seharusnya praktikan selalu
memastikan kembali apakah alat pengukur kedalaman sudah dilakukan
pengkalibrasian terlebih dahulu. Dan juga tidak tepatnya saat menentukan
skala antar titik kedalaman aliran yang terbagi – bagi menjadi 6 titik (3 titik
di hulu saluran dan 3 titik di hilir saluran). Salahnya penandaan titik
mungkin saja terjadi, dan faktor ini jelas menentukan adanya kesalahan
dalam melakukan percobaan, sehingga ketelitian, keakuratan, kefokusan
dan kesigapan kinerja praktikan menjadi sangatlah penting.
VIII. ANALISIS B
a) Daerah Aliran Sungai
Adalah aliran yang mengalir pada suatu kawasan yang dibatasi oleh
titik-titk tinggi, dimana air tersebut berasal dari air hujan yang jatuh dan
terkumpul dalam sistem tersebut. Air pada DAS merupakan aliran yang
mengalami siklus hidrologi secara alamiah, dalam bidang Teknik
Lingkungan pengamatan DAS menjadi sangatlah penting, dan di sinilah
bisa dilakukan pegamatan aliran seragam di saluran terbuka secara alamiah.
Gambar 8.1 Daerah Aliran Sungai
b) Drainase
Saluran tahan erosi merupakan saluran buatan yang diberi lapisan
dari bahan tidak mudah tererosi. Karena saluran tahan erosi merupakan
merupakan saluran buatan maka dimensi saluran direncanakan sedemikian
rupa agar mampu mengalirkan air sebesar sebesar mungkin untuk suatu luas
penampang penampang (A) dan kemiringan aliran tertentu.
Drainse atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami
atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan suatu tempat.
Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras,
membuang atau mengalihkan air.
Gambar 8.2 Saluran Drainase Berpenampang Persegi
Karena kemiringan tebing dapat disesuaikan dengan kemiringan
lereng alam tanah yang ditempatinya. Untuk saluran buatan, faktor
ekonomis juga menjadi menjadi salah satu faktor pertimbangan desain
drainase ini.
IX. KESIMPULAN
1. Pada kenyataannya aliran seragam itu sangat jaranglah terjadi, ini
dibuktikan dengan grafik profil aliran pada percoban ini :
Gambar 9.1 Grafik Profil Aliran yang Membuktikan tidak terjadinya aliran
seragam secara sempurna atau ideal
2. Koefisien Chezy (C) pada percobaan didapati, sebagai berikut :
Tabel 9.1 Hasil Akhir Nilai Koefisien Chezy
Variasi C
1 137.1822816
2 109.0865318
3 120.4828693
3. Nilai Koefisien Manning (n) saluran pada percobaan ini sebagai berikut:
Tabel 9.2 Hasil Akhir Nilai Koefisien Manning
Variasi n
1 0.00384887
2 0.00466254
3 0.00433064
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0 1 2 3 4
Jarak(m)
Keadalaman ( m )
Variasi 1
Variasi 2
Variasi 3
4. Bilangan Reynold (Nre) pada percobaan kali ini didapati sebagai
berikut :
Tabel 9.3 Hasil Akhir Nilai Bilangan Reynold Aliran Fluida
Variasi Nre
1 10043.438
2 5704.49694
3 7927.25882
5. Menentukan korelasi antara Koefisien Chezy (C) dan Koefisien
Manning (n).
𝑣 = 𝑣
c√RS = (R2/3 x S1/2) / n
c = (R2/3 x S1/2) / (R1/2 x S1/2 x n)
c = R1/6 / n
Dapat dilihat korelasi antara perbandingan Koefisien Chezy
dengan Koefisien Manning adalah berbanding terbalik.
6. Nilai debit aktual pada aliran seragam pada percobaan kali ini didapati
sebagai berikut :
Tabel 9.3 Hasil Akhir Nilai Debit actual Aliran Fluida
Variasi Qaktual
(m3/s)
1 0.00182255
2 0.00081192
3 0.00131487
DAFTAR PUSTAKA
Finnemore, E.John and Joseph B. Franzini. 2002. Fluid Mechanics with
Engineering Application. California : The McGraw Companies.
Bruce, R.Munson, Donald F. Young & Theodore. 2006. Mekanika Fluida.
Erlangga : Jakarta.
Akan, Osman. 2006. Open Channel Hydraulics. Burlington : Elsevier
Companies.
Surya, Yohanes. 2004. Mekanika dan Fluida 2. Kandel : Indonesia.

More Related Content

What's hot

Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
Β 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
Β 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Joy Irman
Β 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site systemJoy Irman
Β 
Teknologi pengendalian partikulat
Teknologi pengendalian partikulatTeknologi pengendalian partikulat
Teknologi pengendalian partikulatkopisusumantap
Β 
Kebutuhan air baku
Kebutuhan air bakuKebutuhan air baku
Kebutuhan air bakuudhiye
Β 
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahDasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahinfosanitasi
Β 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Joy Irman
Β 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatinfosanitasi
Β 
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Joy Irman
Β 
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...infosanitasi
Β 
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Joy Irman
Β 
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatinfosanitasi
Β 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasiJulia Maidar
Β 
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaSistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaJoy Irman
Β 
214361943 6-pengolahan-air-bersih
214361943 6-pengolahan-air-bersih214361943 6-pengolahan-air-bersih
214361943 6-pengolahan-air-bersihYudirwan Tanjung
Β 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
Β 
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMarfizal Marfizal
Β 
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurPerencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurJoy Irman
Β 
Perhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampah
Perhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampahPerhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampah
Perhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampahNurul Angreliany
Β 

What's hot (20)

Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Β 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Β 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Β 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Β 
Teknologi pengendalian partikulat
Teknologi pengendalian partikulatTeknologi pengendalian partikulat
Teknologi pengendalian partikulat
Β 
Kebutuhan air baku
Kebutuhan air bakuKebutuhan air baku
Kebutuhan air baku
Β 
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahDasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Β 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Β 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Β 
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Β 
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Β 
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Β 
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Β 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Β 
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaSistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Β 
214361943 6-pengolahan-air-bersih
214361943 6-pengolahan-air-bersih214361943 6-pengolahan-air-bersih
214361943 6-pengolahan-air-bersih
Β 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Β 
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Β 
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurPerencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Β 
Perhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampah
Perhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampahPerhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampah
Perhitungan jumlah trip kendaraan pengangkut sampah
Β 

Similar to ALIRAN SERAGAM

Laporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixs
Laporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixsLaporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixs
Laporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixsHealth Polytechnic of Bandung
Β 
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itbLaporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itbHealth Polytechnic of Bandung
Β 
Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1
Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1
Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1Health Polytechnic of Bandung
Β 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanikITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanikFransiska Puteri
Β 
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 1 Unit Penghisap
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 1 Unit PenghisapITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 1 Unit Penghisap
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 1 Unit PenghisapFransiska Puteri
Β 
Pengaruh sudut datang sinar matahari
Pengaruh sudut datang sinar matahariPengaruh sudut datang sinar matahari
Pengaruh sudut datang sinar matahariSilfia Juliana
Β 
Flow simulator group e
Flow simulator group eFlow simulator group e
Flow simulator group eIndiana Agak
Β 
Bab iv fluida
Bab iv fluidaBab iv fluida
Bab iv fluidakusumarossy
Β 
Perencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptx
Perencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptxPerencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptx
Perencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptxanisa321586
Β 
SOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptx
SOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptxSOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptx
SOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptxProYeniEP1
Β 
Mekanika fluida ppt
Mekanika fluida pptMekanika fluida ppt
Mekanika fluida pptsisrika fitriza
Β 
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okkMekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okkMarfizal Marfizal
Β 
Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugalPompa sentrifugal
Pompa sentrifugalIffa M.Nisa
Β 
Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013
Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013
Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013Mega Dharma Putra
Β 

Similar to ALIRAN SERAGAM (20)

Laporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixs
Laporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixsLaporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixs
Laporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixs
Β 
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itbLaporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Β 
Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1
Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1
Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1
Β 
F18
F18F18
F18
Β 
Bab 7-current-meter-2
Bab 7-current-meter-2Bab 7-current-meter-2
Bab 7-current-meter-2
Β 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanikITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
Β 
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 1 Unit Penghisap
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 1 Unit PenghisapITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 1 Unit Penghisap
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 1 Unit Penghisap
Β 
Aliran fluida lengkap
Aliran fluida lengkapAliran fluida lengkap
Aliran fluida lengkap
Β 
Pengaruh sudut datang sinar matahari
Pengaruh sudut datang sinar matahariPengaruh sudut datang sinar matahari
Pengaruh sudut datang sinar matahari
Β 
PRATIKUM FENOMENA & PENGUKURAN DASAR MESIN
PRATIKUM FENOMENA & PENGUKURAN DASAR MESINPRATIKUM FENOMENA & PENGUKURAN DASAR MESIN
PRATIKUM FENOMENA & PENGUKURAN DASAR MESIN
Β 
Flow simulator group e
Flow simulator group eFlow simulator group e
Flow simulator group e
Β 
Mekanika fluida 2 ok
Mekanika fluida 2 okMekanika fluida 2 ok
Mekanika fluida 2 ok
Β 
Bab iv fluida
Bab iv fluidaBab iv fluida
Bab iv fluida
Β 
Perencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptx
Perencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptxPerencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptx
Perencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptx
Β 
Tekanan hidrostatis
Tekanan hidrostatisTekanan hidrostatis
Tekanan hidrostatis
Β 
SOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptx
SOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptxSOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptx
SOAL_SOAL_HIDROSTATIKA.pptx
Β 
Mekanika fluida ppt
Mekanika fluida pptMekanika fluida ppt
Mekanika fluida ppt
Β 
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okkMekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Β 
Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugalPompa sentrifugal
Pompa sentrifugal
Β 
Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013
Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013
Modul Praktikum Geohidrologi UGM Tahun 2013
Β 

Recently uploaded

PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxYehezkielAkwila3
Β 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxarifyudianto3
Β 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranSintaMarlina3
Β 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxHamidNurMukhlis
Β 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx185TsabitSujud
Β 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfVardyFahrizal
Β 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
Β 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxdjam11
Β 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industririzwahyung
Β 

Recently uploaded (9)

PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
Β 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Β 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Β 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
Β 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Β 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Β 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
Β 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
Β 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Β 

ALIRAN SERAGAM

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA MODUL 2 ALIRAN SERAGAM DAN KEMIRINGAN SALURAN Nama Praktikum : Aditya Hegi Saputra NIM : P17333115433 Kelompok/Shift : 4 ( 13.00 – 14.30 ) Tanggal Pengumpulan : 12 Juli 2018 Asisten yang Bertugas : 1. Lailatus Syifa ( 1531409 ) 2. Nurul Rohim ( 1531404 ) PROGRAM STUDI DIV-KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG 2018
  • 2. I. Tujuan Tujuan dari praktikum Aliran Seragam dan Kemiringan Saluran pada percobaan ini yaitu: 1. Menentukan nilai debit aktual pada aliran seragam. 2. Membuktikan fenomena aliran seragam suatu saluran pada kemiringan tertentu dengan pengukuran kedalaman air enam titik (Profil Aliran). 3. Menentukan Koefisien Chezy (C) pada aliran seragam dengan kemiringan tertentu. 4. Menentukan Koefisien Manning (n) saluran pada aliran seragam dengan kemiringan tertentu. 5. Menghitung bilangan Reynold (Nre) pada suatu aliran seragam dengan kemiringan tertentu 6. Menentukan korelasi antara Koefisien Chezy (C) dan Koefisien Manning (n). II. Prinsip Praktikum Setiap aliran fluida yang melewati suatu pipa akan selalu mengalami kerugian energi atau headloss. Pada praktikum ini, akan dicari nilai head loss yang dialami oleh aliran air pada pipa. Air dialirkan pada sistem perpipaan melalui hydraulic bench, kemudian sesaat setelahnya akan terjadi perbedaan tinggi tekan pada gate valve dan globe valve yang dapat dilihat pada U-tube Manometer, sedangkan pada pipa lurus, penyempitan tiba-tiba, pelebaran tiba-tiba, dan pipa dengan aksesoris, perbedaan tinggi tekan dapat dilihat pada Piezometer. Perbedaan tinggi tekan tersebut kemudian digunakan untuk menentukan tinggi tekan yang hilang (head loss) pada aliran. III. Teori Dasar Headloss adalah suatu nilai untuk mengetahui seberapa besar reduksi tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh fluida saat melewati sistem
  • 3. pengaliran. Total head merupakan kombinasi dari elevation head (tekanan karena ketinggian suatu fluida), velocity head (tekanan karena kecepatan alir suatu fluida), dan pressure head (tekanan normal dari fluida itu sendiri). Headloss terdiri dari minor headloss dan major headloss. Mayor headloss merupakan kerugian energi sepanjang saluran pipa yang dapat dinyatakan dengan rumus: β„ŽπΏ = 𝑓 𝐿 𝐷 𝑣2 2𝑔 Minor headloss merupakan kerugian head pada fitting dan valve yang terdapat sepanjang sistem perpipaan. Minor headloss dapat dinyatakan dengan rumus: β„ŽπΏ = π‘˜ 𝑣2 2𝑔 1. Gate Valve Gate valve adalah jenis katup yang digunakan untuk membuka jalur bagi aliran dengan cara mengangkat gerbang penutupnya yang berbentuk bulat atau persegi panjang. Gate valve adalah jenis valve yang paling sering digunakan, berfungsi untuk membuka dan menutup jalur bagi aliran. Gate valve tidak dapat mengatur besar-kecilnya laju suatu aliran fluida dengan cara membuka setengah atau seperempat posisinya. Posisi gate pada valve ini harus benar- benar terbuka (fully open) atau benar-benar tertutup (fully closed). Gambar 3.1 Gate Valve (sumber: www.ijinmarine.com) 2. Globe Valve Globe valve adalah jenis katup yang digunakan untuk mengatur besar- kecilnya laju aliran fluida dalam pipa. Prinsip dasar dari operasi globe valve
  • 4. adalah gerakan tegak lurus disk dari dudukannya. Besarya aliran fluida yang melewati valve dapat diatur dengan cara memuar handle pada valve. Dudukan valve yang sejajar dengan aliran membuat globe valve efisien untuk mengatur besar-kecilnya aliran dengan minimum erosi piringan dan dudukan, tetapi tahanan di dalam valve terbilang cukup besar. Desain globe valve yang sedemikian rupa memaksa adanya perubahan arah aliran fluida di dalam valve sehingga tekanan menurun drastis dan menyebabkan adanya turbulensi dalam valve itu sendiri. Oleh karena itu, globe valve tidak direkomendasikan untuk diinstal pada sistem yang menghindari penurunan tekanan atau sistem yang menghindari tahanan pada aliran. Gambar 3.2 Globe Valve (sumber: www.encyclopedia2.thefreedictionary.com) 3. Elbow Elbow merupakan komponen perpipaan yang berfungsi untuk membelokkan arah aliran yang melewatinya, pada umumnya memiliki diameter yang sama antara masukan dan keluaran. Salah satu jenis elbow yang paling banyak digunakan adalah elbow berderajat 900 . IV. Data Awal Di bawah ini adalah hasil pengukuran massa beban, suhu awal, suhu akhir, dan lebar saluran saat praktikum, sebagai berikut : Tabel 4.1 Pengukuran Massa, Suhu, dan Lebar Saluran Massa beban (m) 2.5 (kg) Suhu air awal (Tawal) 22 (˚C) Suhu air akhir (Takhir) 23 (˚C) Lebar saluran (L) 0.075 (m)
  • 5. Berikut hasil pengukuran jarak dari hulu dan jarak hilir saluran saat praktikum sebagai berikut Tabel 4.2 Pengukuran Jarak Hulu dan Jarak Hilir Berikut hasil pengukuran ketinggian hulu dan hilir saat dibendung sebagai berikut : Tabel 4.3 Pengukuran Ketinggian Hulu dan Hilir saat Dibendung Kedalaman titik 1 (Ys1) 0.0198 ( m ) Kedalaman titik 2 (Ys2) 0.0209 ( m ) Jarak antar titik (Xs) 2 ( m ) Dibawah ini merupakan tabulasi data hasil pengukuran waktu, kedalaman hulu, dan kedalaman hilir sebagai berikut : Tabel 4.4 Pengukuran Waktu dan Kedalaman Hulu Variasi debit Waktu Kedalaman Hulu t1 t2 t3 trata-rata y1 y2 y3 yrata-rata 1 4.09 4.15 4.14 4.12666667 0.0557 0.0555 0.0514 0.0542 2 9.38 9.22 9.19 9.26333333 0.0329 0.031 0.0275 0.03046 3 5.7 5.71 5.75 5.72 0.0485 0.0476 0.0452 0.0471 Tabel 4.5 Pengukuran Kedalaman Hilir Pada waktu sesuai dengan Tabel 4.4 Variasi debit Kedalaman Hilir Y Total rata-ratay1 y2 y3 yrata-rata 1 0.053 0.0477 0.0446 0.04843 0.051315 2 0.0345 0.0346 0.0325 0.03386 0.03216 3 0.0425 0.0401 0.0382 0.04026 0.04368 Berikut merupakan tabel suhu terhadap densitas air yang didapatkan dari literatur sebagai berikut : Tabel 4.6 Suhu Terhadap Densitas Air dan Viskositas Kinematis Jarak di hulu (m) Jarak di hilir (m) X1 = 0 X1 = 2,3 X2 = 0,6 X2 = 2,9 X3 = 1,6 X3 = 3,4
  • 6. didapati Grafik hubungan antara Densitas dan Suhu data literatur(data tabel 4.1), grafik hubungannya sebagai berikut : Gambar 4.1 Suhu Terhadap Densitas Air suhu Densitas (kg/m3) Viskositas kinematis 10^-6 m2/s) 0 999.80 1.785 5 1000.00 1.519 10 999.70 1.306 15 999.10 1.139 20 998.20 1.003 25 997.00 0.893 30 995.70 0.8 40 992.20 0.658 50 988.00 0.553 60 983.20 0.474 70 977.80 0.413 80 971.80 0.364 90 965.30 0.26 100 958.40 0.294y = -0.0036x2 - 0.0675x + 1000.6 RΒ² = 0.9992 955.00 960.00 965.00 970.00 975.00 980.00 985.00 990.00 995.00 1000.00 1005.00 0 20 40 60 80 100 120 Densitas SuhuSeries1 Poly. (Series1)
  • 7. Gambar 4.2 Grafik Hubungan Viskositas Kinematis dan Suhu Air V. Pengolahan Data 5.1. Menentukan Densitas Air dan Viskositas Kinematis Air Untuk menghitung densitas air dapat menggunakan persamaan sebagai berikut: y = -0.0036x2 - 0.0675x + 1000.6 Dengan mensubtitusi nilai x dengan nilai suhu rata – rata, maka: y = -0.0036(22.5)2 - 0.0675(22.5) + 1000.6 = 997,25875 kg/m3 Sehingga didapat nilai densitas air adalah 997,25875 kg/m3 Sedangkan untuk menghitung nilai viskositas kinematis air dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : y = 0.0002x2 - 0.0323x + 1.6471 Dengan mensutitusi nilai x dengan nilai suhu rata – rata, maka : y = 0.0002(22.5)2 - 0.0323(22.5) + 1.6471 = 1.0216x 10-6 m2/s Sehingga didapat nilai viskositas kinematis air adalah 1.0216x 10-6 m2/s 5.2. Menentukan Volume Air y = 0.0002x2 - 0.0323x + 1.6471 RΒ² = 0.9797 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 0 20 40 60 80 100 120 Viskositaskinematis(m2/s) Suhu Series1 Poly. (Series1)
  • 8. Untuk menentukan volume air dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : V = π‘š 𝜌 Untuk variasi 1, 2 dan 3 karena menggunakan volume yang tetap (m dan 𝜌) itu tidak berubah, tetap. Dengan menggunakan data massa beban pada tabel 1.1, sehingga dapat dihitung nilai volume airnya : V = 7.5 997,25875 = 0,007530652 m3 Jadi nilai volume air adalah 0.007521059 m3 . 5.3.Menentukan Keliling Basah Saluran Untuk menentukan keliling basah saluran dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : P = b + 2y Dengan menggunakan data pada tabel 4.1 untuk nilai lebar saluran dan data variasi 1 pada tabel 4.5 untuk ketinggian rata-rata yang didapat, sehingga keliling basah dapat dihitung sebagai berikut : P1 = 0.075 + 2(0.051315) = 0.17763 m Maka didapatkan nilai keliling basah adalah 0.17763 m. Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga didapati P lainnya (m): P2 = 0.13932 P3= 0.16236 5.4.Menentukan Luas Penampang Saluran Untuk menentukan luas penampang saluran dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : A = lebar saluran x Ytotal rata-rata Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 4.1 , maka didapatkan nilai luas penampang saluran sebagai berikut
  • 9. A1 = 0.075 x 0.051315 A1 = 0.00384863m2 Sehingga nilai luas penampang saluran adalah 0.00384863 m2. Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga didapati luas penampang lainnya (m2) : A2 = 0.002412 ; A3 = 0.003276 5.5.Menentukan Debit Aktual Air Untuk menentukan debit aktual air dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : Q = 𝑉 𝑑 π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Žβˆ’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž Dengan menggunakan data pada tabel 4.1 variasi 1, maka didapatkan nilai debit aktual sebesar : Q1 = 0,007530652 4.1266667 = 0.00182255 m3/s Jadi nilai debit aktual air adalah 0.00182255 m3/s . Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga didapati debit aktual lainnya(m3/s) : Q2 = 0.00081192 ; Q3 = 0.00131487 5.6.Menentukan Jari – Jari Hidrolis Saluran Untuk menentukan jari - jari hidrolis saluran dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : R = 𝐴 𝑃 Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 4.1 , maka didapatkan nilai jari – jari hidrolis saluran : R1 = 0,00384863 0,17763 R1 = 0,02166653 m Dan untuk nilai jari – jari hidrolis dipangkatkan 2/3 adalah : R1 2/3 = 0,02166532/3
  • 10. R1 2/3 = 0,07771882 m Jadi nilai jari – jari hidrolis saluran adalah 0,02166653 m dan nilai hasil dipangkatkan 2/3 adalah 0,07771882 m. Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula mencari jari-jari hidrolis yang sama. Sehingga didapati jari-jari hidrolisnya (m): R2 = 0.01731266 ; R3 = 0.02017738 dan R2 2/3 =0.06692308 ; R3 2/3 = 0.07411565 5.7.Menentukan Kemiringan Saluran (Slope) Untuk menentukan kemiringan saluran (slope) dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : S = 𝑦𝑠2βˆ’π‘¦π‘ 1 π‘₯𝑠 Dengan menggunakan data pada tabel 1.3, maka dapat dilakukan perhitungan : S = 0,0209 βˆ’ 0,0198 2 S= 0.00055 Jadi nilai kemiringan saluran (slope) adalah 0.00055 5.8.Menentukan Bilangan Reynold Untuk menentukan bilangan Reynold dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : NRe = 𝑣 π‘₯ 𝑅 πœ— Sehingga dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 6.1, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut : NRe1 = 0.4735352 π‘₯ 0,0216665 1.0216 x 10 βˆ’6 NRe1 = 100042.934 Maka didapatkan nilai bilangan Reynold adalah 100042.934. Formula ini berlaku sama untuk variasi bilangan Reynold lainnya. Sehingga didapati :
  • 11. NRe2 = 5704.21093 ; NRe3 = 7926.86136 5.9.Menentukan Kecepatan Aliran Air Untuk menentukan kecepatan aliran dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : v = 𝑄 𝐴 Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 6.1, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut : .v1 = 0.00182 0,0038486 V1 = 0,4735352 m/s Jadi nilai kecepatan aliran air adalah 0,4735352 m/s. Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga didapati v (m/s) : V2 = 0,33365988 ; V3 = 0,4013445 5.10. Menentukan Koefisien Kekasaran Manning Untuk menentukan koefisien kekasaran manning dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : n = 1 π‘₯ 𝑅2/3 π‘₯ 𝑆0.5 𝑣 Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 3.1, dapat dilakukan perhitungan : n1 = 1 π‘₯ 0,0777188π‘₯ 0,000550.5 0 ,4735352 n1 = 0.00384907 Jadi nilai koefisien kekasaran manning adalah 0.00384907. Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga didapati : n2 = 0.00466278 ; n3 = 0.00433086 5.11. Menentukan Koefisien Chezy
  • 12. Untuk menentukan nilai koefisien chezy dapat menggunakan persamaan berikut : C = 𝑣 (𝑅 π‘₯ 𝑆)0.5 Dengan menggunakan data variasi 1 pada tabel 6.1, dapat dilakukan perhitungan : C1 = 0,4735352 (0,0216665 π‘₯ 0,00055)0.5 C1 = 137.1754 Sehingga didapatkan nilai koefisien chezy adalah 137.1754. Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga didapati : C2 = 109.0811 ; C3= 120.4768 VI. DATA AKHIR Setelah dilakukan pengolahan data pada bab sebelumnya, maka didapatkan hasil perhitungannya sebagai berikut : Tabel 6.1 Hasil Perhitungan Data Akhir 1 Volume air (m3) Qaktual y rata- rata tot A (m2) P R ( m ) R2/3 (m3/s) (m) 0.00752 1 0.0018225 5 0.05131 5 0.003848 63 0.1776 3 0.0216665 3 0.0777188 2 0.00752 1 0.0008119 2 0.03216 0.002412 0.1393 2 0.0173126 6 0.0669230 8 0.00752 1 0.0013148 7 0.04368 0.003276 0.1623 6 0.0201773 8 0.0741156 5 Tabel 6.2 Hasil Perhitungan Data Akhir 2
  • 13. S v Nre n C (m/s) 0.00055 0.4735589 10043.438 0.00384887 137.1822816 0.00055 0.33661572 5704.49694 0.00466254 109.0865318 0.00055 0.40136461 7927.25882 0.00433064 120.4828693
  • 14. VII. ANALISIS A ο‚· Analisis Cara Kerja Dalam praktikum β€œAliran Seragam dan Kemiringan Saluran”, langkah pertama yang dilakukan adalah mengukur temperatur air pada awal percobaan setelah hydraulic bench dinyalakan. Hal ini bertujuan untuk menentukan massa jenis dari fluida tersebut, dilihat dari data tabel massa jenis fluida terhadap suhunya. Serta mempengaruhi perhitungan karena adanya kemungkinan untuk terjadinya proses penguapan pada fluida tersebut. Hydraulic Bench ini harus dihubungkan ke sumber listrik 110 V, karena jika tidak, dapat menyebabkan kerusakan pada Hydraulic Bench. Selanjutnya setelah menekan tombol hijau dapat dilakukan pengoperasian hydraulic bench dengan beban tertentu, Dalam menghitung Qaktual kita menggunakan rumus volume dari fluida yang digunakan dibagi dengan rata- rata waktu pada setiap variasi. Volume didapat dari massa air dengan massa jenis air yang didapat dari hasil regresi. Massa air yang digunakan adalah 7,5 kg yang didapat dari perbandingan LA : LB = 3 : 1, dan LA : LB = MA : MB, maka MA=3MB dengan MB=2,5 kg. Maka dari itu, massa beban berbanding terbalik dengan panjang lengannya, karena semakin besar panjang lengan maka semakin kecil massanya, begitu juga sebaliknya. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya keseimbangan pada hydraulic bench menunjukkan debit fluida yang keluar semakin kecil begitu sebaliknya semakin cepat waktu yang dibutuhkan hydraulic bench mencapai keseimbangannya maka semakin besar atau kencang debit yang keluar. Kemudian mengkalibrasi alat pengukur kedalaman aliran air, hal ini bertujuan agar saat pengukuran ketinggian permukaan aliran air lebih akurat dan menghindarkan kesalahan perhitungan saat mengukur ketinggian tersebut. Selanjutnya mengukur lebar saluran terbuka, lebar saluran terbuka ini sangatlah memengaruhi dalam perhitungan keliling basah pada saluran terbuka ini. Kemudian dilanjutkan dengan mengatur kemiringan saluran
  • 15. pada hydraulic bench agar dapat menentukan nilai kekasaran saluran pipa. Setelah itu, mengukur kedalaman di 6 titik sepanjang saluran ( 3 titik di hulu saluran dan 3 titik lagi hilir saluran dengan jarak yang sama) dengan menggunakan alat pengukur kedalaman. Mencatat posisi disetiap titik tersebut. Hal ini bertujuan untuk menentukan nilai jari – jari hidrolisis saluran. Percobaan ini dilakukan dengan 3 variasi, agar didapatkan data yang lebih presisi. Dan terakhir, mengukur temperatur air pada akhir percobaan. Suhu fluida akhir juga sama pentingnya dengan suhu fluida awal karena nanti akan di interpolasikan untuk digunakan pada perhitungan densitas air. Setelah dilakukan pengukuran temperatur akhir, pastikan dalam pengukuran suhu ini termometer harus dalam posisi yang benar. Jangan sampai menyentuh dinding tangki agar didapati suhu air akhir yang tepat. Setelah itu hydraulic bench dimatikan kembali. ο‚· Analisis Grafik a) Grafik X terhadap Kedalaman Gambar 7.1 Grafik X terhadap Kedalaman Berdasarkan plot data pada titik – titik grafik di atas, grafik ini membuktikan bahwa profil aliran pada grafik tidak membuktikan adanya aliran seragam yang bekerja pada saluran terbuka ini, hal ini ditinjau dari grafik tersebut yang tidak sejajar, hal ini menunjukkan bahwa distribusi kedalaman pada aliran tersebut tidak 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0 1 2 3 4 Jarak(m) Keadalaman ( m ) Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3
  • 16. merata (tidak seragam). Karena di kehidupan nyata pun sangat jarang ditemukan adanya aliran seragam. Sehingga, profil grafik di atas tidak memenuhi syarat utama terjadinya aliran seragam yaitu : 1. kedalaman, luas basah, kecepatan dan debit pada setiap penampang pada bagian saluran terbuka yang lurus adalah konstan. Maka, aliran yang ada pada percobaan kali ini tidaklah seragam. Karena dapat dikatakan aliran seragam bila memenuhi syarat standar yang sudah dibakukan. b) Grafik Nre terhadap Koefisien Chezy Gambar 7.2 Grafik NRe terhadap Koefisien Chezy Berdasarkan gambar 7.2 Grafik NRe terhadap Koefisien Chezy, dapat dilihat nilai koefisien determinasi RΒ² = 0.985. Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Dilihat dari nilai R2 = 0.985, maka pada grafik tersebut plot variable tidak mewakili keadaan yang ideal, dikareakan besarnya R2 sangatlah jauh dari standar keidealan pengaruh variabel terhadap terjadinnya suatu aliran. Ketidak ideal-an ini terjadi mungkin bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Yang akan dibahas pada analisis kesalahan. y = 152.39x - 10738 RΒ² = 0.985 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Nre C
  • 17. R = 0.9850,5 = 0.992471 Berbeda dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,992471 dengan nilai yang kurang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut juga kurang saling berkaitan. c) Grafik Yrata2 Terhadap Q actual Gambar 7.3 Grafik Yrata 2 terhadap Qaktual Berdasarkan gambar 7.3 Grafik Yrata 2 terhadap Qaktual, dapat dilihat nilai koefisien determinasi RΒ² = 0.9956. Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah Y yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X melalui hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut plot variable mewakili keadaan yang ideal. R = 0.99560,5 = 0.99779 dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0.99779 , dengan nilai yang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut juga saling berkaitan. y = 2.0406x0.5822 RΒ² = 0.9956 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 Yratarata Debit (m3/s)
  • 18. Dari gambar 7.3 tersebut juga dapat dicari nilai galatnya dengan menurunkan rumus debit sebagai berikut : Q = A x v = (b) x (yrata2 1) x (v) Q β‰ˆ yrata2 1 Karena nilai lebar saluran dan kecepatan konstan, dan untuk mencari nilai galatnya dengan membandingkan nilai pangkat dari kedalaman saluran rata-rata dengan nilai pangkat variabel x pada persamaan pada grafik tersebut yaitu y = 2.0406x0.5822 , maka nilat galatnya adalah sebagai berikut : %πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ = 1 βˆ’ 0,5822 1 π‘₯ 100% %πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ = 41.78% Dengan hasil persen nilai galat adalah 41.78 %, maka faktor kesalahan tidak terlalu besar. Sehingga, didapati nilai yang cukup akurat untuk kedua variabel ini. d) Grafik Kecepatan terhadap Yrata2 Gambar 7.4 Grafik Kecepatan terhadap Yrata2 Berdasarkan gambar 7.4 diatas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi RΒ² = 0.9748. Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini y = 3.8225x0.71 RΒ² = 0.9748 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 Kecepetan(m/s) Y rata-rata ( m )
  • 19. adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah Y(Kecepatan Aliran) yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (y rata-rata) melalui hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut plot variabel mewakili keadaan yang ideal. R = 0.97480,5 = 0,987319 Hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,987319R adalah suatu ukuan untuk mengukur tingkat (keeratan) hubungan linier antara variabel terikat dengan seluruh vaiabel bebas secara bersama-sama. dengan nilai yang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut saling berkaitan. Dari gambar 7.4 tersebut juga dapat dicari nilai galat dengan menurunkan rumus debit sebagai berikut : Q = A x v = (b) x (yrata2 1) x (v) Karena nilai lebar saluran dan kecepatan konstan, Maka persamaan nilai kecepatannya adalah : 𝑣 β‰ˆ 1 π‘Œπ‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž2^1 ............... (1) Dan untuk mencari nilai galatnya dengan membandingkan nilai pangkat dari kedalaman saluran rata-rata yaitu -1 dengan nilai pangkat variable x pada persamaan pada grafik tersebut yaitu y = 3.8225x0.71 , maka nilat galatnya adalah sebagai berikut : %πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ = 0,71 βˆ’ (βˆ’1) 1 π‘₯ 100% %πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ = 171% Dengan hasil persen nilai galat adalah 171%, maka faktor kesalahan sangat besar. Faktor kesalahan ini dapat menyebabkan ketidak presisian pengukuran percobaan. e) Grafik Nre terhadap Y rata2
  • 20. Gambar 7.5 Grafik NRe terhadap Yrata2 Berdasarkan gambar 7.5 diatas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi RΒ² = 0,9931. Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah Y (Bilangan Reynold) yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (y rata-rata) melalui hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut plot 20ariable mewakili keadaan yang ideal. R = 0,99310,5 = 0,996544 Berbeda dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,996544, dengan nilai yang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut saling berakaitan. Dari gambar 7.5 tersebut juga dapat dicari nilai galatnya dengan menurunkan rumus debit sebagai berikut : Q = A x v = (b) x (yrata2 1) x (v) 𝑣 = 𝑄 𝑏 π‘₯ π‘¦π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž2 ..................... (1) Untuk menurunkan persamaan bilangan Reynold dapat mensubtitusi persamaan kecepatan diatas (1) sebagai berikut : y = 340873x1.1927 RΒ² = 0.9931 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 NRe Y rata-rata ( m )
  • 21. 𝑁𝑅𝑒 = 𝑣 π‘₯ 𝑅 πœ— 𝑁𝑅𝑒 = 𝑄 π‘₯ 𝑅 πœ— π‘₯ 𝑏 π‘₯ π‘¦π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž2 𝑁𝑅𝑒 β‰ˆ 1 π‘¦π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž2 .............. (2) Mencari nilai galat dengan membandingkan nilai pangkat dari kedalaman saluran rata-rata yaitu -1 dengan nilai pangkat variable x pada persamaan pada grafik tersebut yaitu y = 340873x1.1927, maka nilat galatnya adalah sebagai berikut : %πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ = 1,1927 βˆ’ (βˆ’1) 1 π‘₯ 100% %πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ = 219,27% Dengan hasil persen nilai galat adalah 219,27%, maka faktor kesalahan sangat besar. Dengan galat yang sangat besar ini memengaruhi kepresisian pegukuran. Sehingga, perlu dilakukan pengkajian kembali atau perlu dengan upaya meminimalisir kesalahan pada pengukuran. f) Grafik kecepatan Terhadap Rs0.5 Gambar 7.6 Grafik Kecepatan terhadap Rs^0.5 Merupakan grafik hubungan bilangan kecepatan aliran terhadap jari-jari hidrolis. Dari grafik tersebut diperoleh persamaan y = 357.73x - 0.773 y = 357.73x - 0.773 RΒ² = 0.95 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035 V Rs^0.5
  • 22. dan RΒ² = 0,95 .Dengan y adalah kecepatan aliran dan x adalah jari-jari hidrolis. Dari grafik ini dapat disimpulkan bahwa kecepatan aliran memiliki hubungan yang kuat dengan jari-jari hidrolis yang dapat dilihat dari nilai R = 0,97467 yang mendekati 1. Selain itu, nilai R yang positif itu artinya hubungan jari-jari hidrolis berbanding lurus dengan kecepatan aliran. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut plot variabel tidak mewakili keadaan yang ideal. R = 0,9500,5 = 0,97467 g) Grafik Kecepatan terhadap R2/3 y = 5.5633x RΒ² = 0.6707 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.066 0.068 0.07 0.072 0.074 0.076 0.078 0.08 V Rs2/3
  • 23. Gambar 7.8 Grafik Kecepatan terhadap R2/3 Berdasarkan gambar 7.8 diatas, dapat dilihat nilai koefisien determinasi RΒ² = 0.6707 Koefisien determinasi menunjukkan plot variabel dalam grafik tersebut mewakili keadaan ideal jika mendekati satu. Kedaan ideal yang dimaksud ini adalah menunjukan bahwa ukuran proporsi keragaman total nilai peubah Y (Kecepatan Aliran) yang dapat dijelaskan oleh nilai peubah X (R^2/3) melalui hubungan pada grafik ini. Dilihat dari nilai R2 tersebut, maka pada grafik tersebut plot variabel tidak mewakili keadaan yang ideal. R = 0,67070,5 = 0,818962 Berbeda dengan hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,818962, dengan nilai yang mendekati satu berarti hubungan antar variabel tersebut saling berkaitan. Untuk mencari nilai galatnya dengan membandingkan antara nilai koefisien manning literatur dengan nilai koefisien manning yang didapatkan saat praktikum dengan langkah - langkah sebagai berikut 𝑣 = 1 𝑛 π‘₯ 𝑅2/3 π‘₯ 𝑆1/2 Maka, diubah ke persamaan garis sebagai berikut : 𝑦 = ( 1 𝑛 )(𝑆 1 2)(π‘₯) Dan dibandingkan dengan persamaan garis pada grafik diatas adalah y = 5.5633x, sehingga 1 𝑛 = 5,5633 x 0.1323529411/2 π‘₯ n = 0,00637 Setelah itu, dibandingkan dengan koefisien manning pada literature pada gambar berikut :
  • 24. Gambar 7.9 Nilai Koefisien Manning berdasarkan Literatur Sumber : www.buildsite.com/pdf/aco/Aco-Polyester-Fibergkass-Composition- Technical-Notes-93054.pdf Berdasarkan literatur yang dicari pada gambar 7.9, kita menggunakan jenis saluran fiberglass roving yang nilai koefisien manningnya adalah 0.08. Sehingga nilai galat yang didapatkan sebagai berikut : %πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ = π‘€π‘Žπ‘›π‘›π‘–π‘›π‘” π‘™π‘–π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿβˆ’π‘€π‘Žπ‘›π‘›π‘–π‘›π‘” π‘π‘Ÿπ‘Žπ‘˜π‘‘π‘–π‘˜π‘’π‘š π‘€π‘Žπ‘›π‘›π‘–π‘›π‘” π‘™π‘–π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ π‘₯ 100% =| 0.008 βˆ’0.00637 0.028 π‘₯ 100%| = |26,296%| = 26,296 % Jadi nilai galatnya adalah πŸπŸ”, πŸπŸ—πŸ” % yang menunjukkan besarnya kesalahan saat praktikum. Ini menunjukan bahwan koefisien manning yang didapat hampir mendekati literatur. Kurang presisinya data ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor kesalahan yang mungkin saja terjadi selama praktikum berlangsung.
  • 25. ο‚· Analisis Kesalahan Dalam praktikum dan perhitungan kali ini, adanya kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh praktikan contohnya seperti memulai dan mengakhiri stopwatch. Adanya kesalahan dalam memulai dan mengakhiri Stopwatch seperti tidak sigapnya seseorang yang menggunakan stopwatchnya, sehingga dapat mengubah hasil perhitungan Qaktual . Hal ini tentu jelas memberi dampak pada perhitungan dan perbandingan lainnya. Selanjutnya terdapat juga kesalahan saat peletakan beban. Peletakan beban harus dilakukan tepat pada saat beban mulai terangkat. Hal inilah yang sering kali menimbulkan ketidakakuratan, sebab kesigapan dan kecepatan praktikan sangat berpengaruh dalam memperhitungkan waktu ketika lengan hydraulic bench mulai terangkat. Faktor jumlah percobaan pada setiap variasi juga dapat mempengaruhi perbedaan tinggi masing-masing alat ukur semakin banyak data percobaan yang diperoleh maka semakin akurat juga hasil data yang dapat dihitung. Kesalahan pembacaan alat sangat mungkin terjadi dan biasanya disebabkan oleh skala alat yang terlalu kecil untuk dilihat mata atau saat mengalibrasi alat yang tidak tepat, sehingga menimbulkan kebingungan bagi praktikan saat membaca alat dan menyebabkan hasil percobaan menjadi kurang akurat. Adanya gelembung udara pada aliran air pun dapat mengurangi kepresisian pengukuran, karena pengukuran kedalaman dan keakuratan pengamatan profil aliran akan terganggu, jika praktikan tidak menepatkan agar gelembung pada aliran tidak terlalu banyak maka kemungkinan akan terjadi kesalahan pengukuran dan pengmatan dalam praktikum. Lalu tidak tepatnya jarum pengukur kedalaman aliran fluida (air) tepat di permukaan aliran tersebut, sehingga berpengaruh juga dalam pembacaan dan perhitungan data. Khususnya untuk pengukuran kemiringan aliran terdapat kesalahan dimana, ketika pengukuran akhir dilakukan alat pengukur kedalaman yang sudah terlepas tidak dikalibrasi kembali. Hal ini sangat berpengaruh dalam pengukuran kedalam air, karena kalibrasi sangat
  • 26. penting dalam pegukuran. Sehingga, seharusnya praktikan selalu memastikan kembali apakah alat pengukur kedalaman sudah dilakukan pengkalibrasian terlebih dahulu. Dan juga tidak tepatnya saat menentukan skala antar titik kedalaman aliran yang terbagi – bagi menjadi 6 titik (3 titik di hulu saluran dan 3 titik di hilir saluran). Salahnya penandaan titik mungkin saja terjadi, dan faktor ini jelas menentukan adanya kesalahan dalam melakukan percobaan, sehingga ketelitian, keakuratan, kefokusan dan kesigapan kinerja praktikan menjadi sangatlah penting. VIII. ANALISIS B a) Daerah Aliran Sungai Adalah aliran yang mengalir pada suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titk tinggi, dimana air tersebut berasal dari air hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Air pada DAS merupakan aliran yang mengalami siklus hidrologi secara alamiah, dalam bidang Teknik Lingkungan pengamatan DAS menjadi sangatlah penting, dan di sinilah bisa dilakukan pegamatan aliran seragam di saluran terbuka secara alamiah. Gambar 8.1 Daerah Aliran Sungai
  • 27. b) Drainase Saluran tahan erosi merupakan saluran buatan yang diberi lapisan dari bahan tidak mudah tererosi. Karena saluran tahan erosi merupakan merupakan saluran buatan maka dimensi saluran direncanakan sedemikian rupa agar mampu mengalirkan air sebesar sebesar mungkin untuk suatu luas penampang penampang (A) dan kemiringan aliran tertentu. Drainse atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan suatu tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan air. Gambar 8.2 Saluran Drainase Berpenampang Persegi Karena kemiringan tebing dapat disesuaikan dengan kemiringan lereng alam tanah yang ditempatinya. Untuk saluran buatan, faktor ekonomis juga menjadi menjadi salah satu faktor pertimbangan desain drainase ini. IX. KESIMPULAN 1. Pada kenyataannya aliran seragam itu sangat jaranglah terjadi, ini dibuktikan dengan grafik profil aliran pada percoban ini :
  • 28. Gambar 9.1 Grafik Profil Aliran yang Membuktikan tidak terjadinya aliran seragam secara sempurna atau ideal 2. Koefisien Chezy (C) pada percobaan didapati, sebagai berikut : Tabel 9.1 Hasil Akhir Nilai Koefisien Chezy Variasi C 1 137.1822816 2 109.0865318 3 120.4828693 3. Nilai Koefisien Manning (n) saluran pada percobaan ini sebagai berikut: Tabel 9.2 Hasil Akhir Nilai Koefisien Manning Variasi n 1 0.00384887 2 0.00466254 3 0.00433064 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0 1 2 3 4 Jarak(m) Keadalaman ( m ) Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3
  • 29. 4. Bilangan Reynold (Nre) pada percobaan kali ini didapati sebagai berikut : Tabel 9.3 Hasil Akhir Nilai Bilangan Reynold Aliran Fluida Variasi Nre 1 10043.438 2 5704.49694 3 7927.25882 5. Menentukan korelasi antara Koefisien Chezy (C) dan Koefisien Manning (n). 𝑣 = 𝑣 c√RS = (R2/3 x S1/2) / n c = (R2/3 x S1/2) / (R1/2 x S1/2 x n) c = R1/6 / n Dapat dilihat korelasi antara perbandingan Koefisien Chezy dengan Koefisien Manning adalah berbanding terbalik. 6. Nilai debit aktual pada aliran seragam pada percobaan kali ini didapati sebagai berikut : Tabel 9.3 Hasil Akhir Nilai Debit actual Aliran Fluida Variasi Qaktual (m3/s) 1 0.00182255 2 0.00081192 3 0.00131487
  • 30. DAFTAR PUSTAKA Finnemore, E.John and Joseph B. Franzini. 2002. Fluid Mechanics with Engineering Application. California : The McGraw Companies. Bruce, R.Munson, Donald F. Young & Theodore. 2006. Mekanika Fluida. Erlangga : Jakarta. Akan, Osman. 2006. Open Channel Hydraulics. Burlington : Elsevier Companies. Surya, Yohanes. 2004. Mekanika dan Fluida 2. Kandel : Indonesia.