SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
HIPERTENSI

Definisi
   The Joint International Comittee (JNC) di Amerika Serikat dan WHO-ISH Guidelines
   Comittee: batas tekanan darah dari hipertensi adalah 140 mmHg ( ≥ 140 mmHg ) untuk
   tekanan darah sistolik dan 90 mmHg ( ≥ 90 mmHg ) untuk tekanan darah diastolik.
   Untuk menegakkan diagnosis hipertensi minimal dengan tiga kali pengukuran tekanan
   darah, kecuali pada pengukuran pertama pada tekanan darah diastolik ≥ 120 mmHg
   dan/atau tekanan darah sistolik ≥ 210 mmHg maka diagnosis hipertensi dapat langsung
   ditegakkan.
   Diagnosis hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan
   yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis.
   Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah
   beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (menutupi
   80% lengan).

Klasifikasi Hipertensi
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Hipertensi dari the 7th Joint National Comittee
Kategori                Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
                        (mmHg)                       (mmHg)
Normal                  < 120                        < 80
Prehipertensi           120-139                      80-99
Stage 1                 140-159                      90-99
Stage 2                 ≥ 160                        ≥ 100

Tabel 2. Klasifikasi Derajat Tekanan Darah sesuai WHO/ISH (2003)
Klasifikasi                      Sistolik (mmHg)     Diastolik (mmHg)
Optimal                          <120                <80
Normal                           <130                <85
Normal-Tinggi                    130-139             85-89
Grade 1 Hypertension (ringan)    140-159             90-99
         Subgrup : Borderline    140-149             90-94
Grade 2 Hypertension (sedang)    160-179             100-109
Grade 3 Hypertension (berat)     ≥180                ≥110
Isolated Systolic Hypertension   ≥ 140               <90
          Subgrup : Borderline   140-149             <90



ETIOLOGI
1.   Predisposisi poligenetis
Perbedaan yang dibawa secara genetis sehingga menderita hipertensi esensial. Meliputi
kepekaan (sensitifitas) terhadap komsumsi garam, abnormalitas transportasi natrium-kalsium,
respon sistem saraf pusat terhadap stimulasi psikososial, respon pressor dan trofik
     neurohormonal
     2.   Faktor lingkungan
     Ada 2 faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap predisposisi genetis, hingga hipertensi
     esensial jadi manifes, yaitu faktor komsumsi garam, psikososial, dan nutrisi (kalori tinggi).
     Faktor psikososial melalui sistem saraf pusat dan pressor-tropik neurohormonal berpengaruh
     pada jantung dan pembuluh darah.
     3.    Adaptasi struktural jantung dan pembuluh darah
     Terjadi hipertrofi eksentrik bila tension ( wall stress) yang dialami berupa preload (volume)
     yang besar. Hipertrofi konsentrik bila tension yang dialami berupa afterload (resistens) yang
     tinggi. Pada pembuluh darah, terjadi vaskular hipertrofi, sehingga rasio tebal dinding dengan
     lumen meningkat, disertai dengan penambahan massa dinding disekitar lumen yang telah
     menyempit.


                                             Autoregulation


                  Blood Pressure = cardiac output       X       peripheral resistance
                  Hypertension = increased CO and / or increased PR



    Preload                  Contractility               Functional                      Vaskular
                                                         Constriction                    Remodelling


 Fluid           ↑Volume                                                                   Cell
Volume                                                                                     membrane
                                                                                           alteration
              redistribution
                                                   Sympathetic             Renin
     Renal                                         nervous                 angiotensin
                                                                                               Genetic
     Sodium                                        overactivity            excess
                                                                                               alteration
     Retention

                                                                                         hyperinsulinemia
Excess             Genetic
Sodium                                               stress
Intake                                                                                         obesity
                   Alteration


                                                                                                 Endothelium
                                                                                                 derived factors
Resistensi Insulin menyebabkan Hipertensi
RAAS


                                   ANGIOTENSINOGEN                             Macula densa signal
                                                             Renin             Renal arteriolar pressure
                                                                               Renal nerve activity
                                            ANGIOTENSIN I
                                                                Converting
                                                                 enzyme
                                            ANGIOTENSIN II                            ANGIOTENSIN III


                                                            ANGTIOTENSINASE A




     Adrenal       Kidney       Intestine           CNS               Peripheral nervous            Vascular        Heart
      cortex                                                                system                  smooth
                                                                                                     muscle

                                                                                     Adrenergic
                                                                                     facilitation
    Aldosterone                                                                                                Contractility
                                                                             Sympathetic
                                                                              discharge

       Distal
      nephron       Sodium and water          Thirst salt    Vasopressin                      Vasoconstriction
    reabsorption      reabsorption             appetite        release



                                                                                                                 Cardiac
                    Maintain or increase                                   Total peripheral                      output
                          ECFV                                                resistance




PATOGENESIS
  Patogenesis dari hipertensi esensial adalah multifaktorial dan sangat kompleks dengan
  interaksi dari berbagai faktor.
  Beberapa faktor yang mengatur tekanan darah untuk perfusi jaringan yang adekuat
  termasuk : mediator humoral, reaktivitas vaskuler, volume darah sirkulasi, kaliber
  vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah, dan stimulasi
  neural. Mungkin pula ada predisposisi genetik.
  Mekanisme lain mencakup perubahan-perubahan berikut:
      (1) ekskresi natrium dan air oleh ginjal
       (2) kepekaan baroreseptor
       (3) respon vaskuler
       (4) sekresi renin.
   Mekanisme bagaimana hipertensi menimbulkan kelumpuhan atau kematian berkaitan
   langsung dengan pengaruhnya pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan
   darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri,
   akibatnya beban jantung bertambah. Sebagai akibatnya, terjadi hipertrofi ventrikel untuk
   meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk
   mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui, dan
   terjadi dilatasi dan gagal jantung. Jantung menjadi semakin terancam oleh semakin
parahnya aterosklerosis koroner. Bila proses aterosklerosis berlanjut maka suplai oksigen
    miokardium berkurang. Kebutuhan miokardium akan oksigen yang meningkat akibat
    hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung, akhirnya menyebabkan angina
    atau infark miokardium. Sekitar separuh kematian karena hipertensi adalah akibat infark
    miokardium atau payah jantung.
   Kerusakan vaskular akibat hipertensi terlihat jelas di seluruh pembuluh perifer. Perubahan
   vaskuler retina yang dapat diketahui dengan mudah melalui pemeriksaan oftalmoskopik,
   sangat berguna untuk menilai perkembangan penyakit dan respon terhadap terapi yang
   dilakukan. Perubahan struktur dalam arteria-arteria kecil dan arteriola menyebabkan
   penyumbatan pembuluh progresif. Bila pembuluh menyempit maka aliran arteria
   terganggu dan dapat menyebabkan mikroinfark jaringan. Akibat yang ditimbulkan
   perubahan vaskuler ini paling nyata pada otak dan ginjal. Obstruksi atau ruptura
   pembuluh darah otak merupakan penyebab sekitar sepertiga kematian akibat hipertensi.
   Sklerosis progresif pembuluh darah ginjal mengakibatkan disfungsi dan gagal ginjal yang
   juga dapat menimbulkan kematian.


GEJALA KLINIS
       Hipertensi primer biasanya timbul antara usia 30 sampai dengan 50 tahun dan cenderung
tetap asimptomatik selama 10 sampai 20 tahun mulai dari naiknya tekanan darah. Pada hipertensi
ini tidak jarang satu-satunya tanda adalah tingginya tekanan darah, dan baru timbul gejala setelah
terdapat komplikasi pada organ target seperti mata, otak, jantung, dan ginjal. Gejala seperti sakit
kepala, palpitasi, nokturia, tinnitus, cepat marah, sukar tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk,
mata berkunang-kunang dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi. Adanya kerusakan organ
merupakan pertanda bahwa tekanan darah harus segera diturunkan.


KERUSAKAN TARGET ORGAN

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kerusakan organ-organ target yang dapat ditemui pada pasien hipertensi adalah :
     1. Jantung
            a. miokardium
              mekanisme  peningkatan kerja otot jantung bersamaan dengan penurunan
              perfusi arteri koroner
              efek patologis potensial  hipertrofi ventrikel kiri, iskemik miokard, gagal
              jantung kiri
            b. arteri koronaria
              mekanisme  pembentukan aterosklerosis yang cepat (penyakit arteri koroner
              Efek patologis potensial  iskemik miokard, infark miokard, kematian
              mendadak
     2. Ginjal
       Mekanisme :
a. Sekresi renin dan aldosteron yang terstimulasi akibat penurunan aliran darah
                  ginjal  retensi natrium dan air mengakibatkan terjadinya peningkatan
                  tekanan darah dan timbul hipertensi persisten
              b. Penurunan suplai oksigen  kerusakan jaringan yang mengakibatkan
                  terjadinya gangguan filtrasi
              c. Peningkatan tekanan arteriol ginjal  nefrosklerosis menyebabkan
                  terjadinya gagal ginjal
      3. Otak
        Penurunan perfusi otak dan suplai oksigen; kelainan pembuluh darah, aterosklerosis
         TIA (Transient Ischemic Attack), trombosis otak, aneurisma, perdarahan, infark
        otak akut.
      4. Mata (retina)
              a. penurunan aliran darah  sklerosis pembuluh darah retina
              b. tekanan tinggi arteriol  eksudat, perdarahan
      5. Aorta
        Kelemahan dinding pembuluh darah  pecahnya aneurysma
      6. Pembuluh darah arteri di ekstremitas bawah
        Penurunan aliran darah dan tekanan tinggi arteriol, pembentukan aterosklerosis 
        gangren.
        Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut
dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak
langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor autoantibodi terhadap reseptor
AT1 angiotensin II, stres oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan
lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap
garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan
pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-B (TGF-B).
        Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah, akan
memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas dan mortalitas pasien
hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular.
Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara lain adalah :
          Merokok
          Obesitas
          Kurangnya aktivitas fisik
          Dislipidemia
          Diabetes mellitus
          Mikroalbuminuria atau perhitungan LFG <60ml/menit
          Umur (laki-laki > 55 tahun, perempuan 65 tahun)
          Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur (laki-laki <55
          tahun, perempuan < 65 tahun)
Gejala kerusakan organ :
    a. otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic
        attacks, defisit sensoris atau motoris
    b. jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
c. ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri
   d. arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi :
   1. Jantung
               Pemeriksaan fisis
               Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks
               dan sirkulasi pulmoner)
               Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi, aritmia, serta
               hipertrofi ventrikel kiri)
               Ekokardiografi
   2. pembuluh darah
               pemeriksaan fisis termasuk perhitungan pulse pressure
               ultrasonografi (USG) karotis
               fungsi endotel (masih dalam penelitian)
   3. Otak
               Pemeriksaan neurologis
               Diagnosis strok ditegakkan dengan menggunakan cranial computed
               tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk pasien
               dengan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan kognitif)
   4. mata
               funduskopi
   5. fungsi ginjal
               pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-
               makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin
               perkiraan laju filtrasi glomerulus


Hipertensi Primer
        Biasanya timbul antara usia 30-50 tahun dan cenderung tetap asimptomatik selama
10-20 tahun.
        Pada hipertensi primer tidak jarang satu-satunya tanda adalah peninggian tekanan
darah. Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah
terdapat komplikasi pada target organ antara lain : otak, mata, jantung, ginjal. Gejala seperti
sakit kepala, epistaksis, migrain, palpitasi, nokturia, tinitus, cepat marah, sukar tidur, sesak
nafas, rasa berat di tengkuk, mata berkunang-kunang dapat ditemukan sebagai gejala klinis
hipertensi. Adanya kerusakan organ merupakan pertanda bahwa tekanan darah harus segera
diturunkan.
        Pada tahap awal hipertensi, curah jantung meningkat sedangkan tahanan perifer
normal. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis. Pada tahap
selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat. Inilah yang
dinamakan autoregulasi. Peningkatan tekanan perifer pada hipertensi primer terjadi bertahap
dalam jangka waktu lama. Adanya perubahan autoregulasi pada hipertensi merupakan
penyebab terjadinya retensi garam oleh ginjal.
Etiologi dari hipertensi primer adalah poligenik dan polifaktor. Kebanyakan kasusnya
adalah defek herediter dari otot polos pembuluh darah yang akan meningkatkan reaktifitas
dari resistensi vena sehingga meningkatkan tahanan perifer. Perubahan genetik akan
berinteraksi dengan lingkungan dalam meningkatkan tonus vaskuler (meningkatkan resistensi
perifer) dan volume darah, sehingga mengakibatkan tekanan darah. Defek yang diturunkan
pada hipertensi primer berhubungan dengan ekskresi natrium di ginjal, insulin dan
sensitivitas terhadap insulin, aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf
simpatis, Faktor lainnya adalah :
    1. Umur : semakin bertambahnya umur, compliance arteri akan berkurang.
    2. Lingkungan : stress fisik dan mental dapat meningkatkan tekanan darah.
    3. Intake natrium yang berlebihan : akan meningkatkan volume darah sehingga
        meningkatkan preload dan pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
    4. Alkohol : dalam jumlah sedikit dapat menurunkan tekanan darah sedangkan dalam
        jumlah banyak dapat meningkatkan tekanan darah.
    5. Obesitas : resistensi insulin biasanya terjadi pada pasien NIDDM atau obesitas. Pada
        awalnya hiperinsulinemia menyebabkan retensi sodium pada ginjal dan meningkatkan
        aktifitas simpatis, efek ini dapat mengarah pada peningkatan tekanan arteri.
    6. Ras : ras kaukasian insidensinya lebih rendah daripada ras kulit hitam.

Hipertensi sekunder
5 persen kasus hipertensi timbul sekunder dari proses penyakit lain seperti :
    1. Kelainan ginjal
      a. Penyakit parenkim ginjal  gangguan filtrasi dan reabsorpsi natrium, kalium,
          kalsium serum mengakibatkan terjadinya perubahan hemodinamik pada awal
          hipertensi.
      b. Penyakit renovaskuler  gangguan aliran darah dan iskemik ginjal merangsang
          mekanisme renin-angiotensin-aldosteron yang dapat meningkatkan tekanan perfusi
          ginjal
      c. Gagal ginjal  gangguan filtrasi dan reabsorpsi natrium, kalium, kalsium seru
          mengakibatkan terjadinya perubahan hemodinamik pada awal hipertensi
      d. Retensi natrium primer  gangguan filtrasi dqan atau reabsorpsi natrium serum
          mengakibatkan terjadinya perubahan hemodinamik pada awal hipertensi.
2. Gangguan endokrin
      a. Akromegali  growth hormone yang berlebihan menyebabkan peningkatan
          resistensi perifer
      b. Hipotyroidisme  deposit mukopolisakarida pada jaringan vaskuler meningkatkan
          resistensi
      c. Hiperkalsemia  ion kalsium secara langsung mempengaruhi tonus vaskuler,
          peningkatan kadar kalsium serum meningkatkan tonus vaskuler dan resistensi
          perifer
      d. Hipertirodime  efek inotropik yang meningkat pada jantung meningkatkan tekanan
          sistolik; tekanan diastolik menurun sebagai hasil penurunan resistensi perifer.
e. Kelainan adrenal (gangguan korteks dan cushing syndrome)  glukokortikoid
          menyebabkan retensi natrium dan air menyebabkan perubahan hemodinamika pada
          awal hipertensi
      f. Primary aldosteronism  kelebihan aldosteron merangsang retensi sodium dan
          menginisiasi perubahan hemodinamik pada awal hipertensi
      g. Hiperplasia adrenal kongenital  produksi berlebihan hormon adrenokortikal
          merangsang retensi air dan natrium
      h. Gangguan medula adrenal (phaeocromocytoma)  katekolamin yang berlebihan
          meningkatkan tonus vaskuler dan meningkatkan resitensi perifer
      i. Tumor kromafin ekstra adrenal  katekolamin yang berlebihan meningkatkan tonus
          vaskuler dan meningkatkan resistensi perifer
3. Gangguan vaskuler
      a. Coarctatio aortae  penurunan aliran darah pada daerah distal menginisiasi resistensi
          perifer maksimal yang merupakan usaha autoregulasi untuk menyesuaikan dengan
          tekanan perfusi
      b. Arteriosklerosis  penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan terjadinya
          resistensi perifer
4. Gangguan neurologi
      a. Peningkatan tekanan intrakranial (tumor, ensephalitis, asidosis respiratorik dari paru
          atau sistem saraf pusat)  tekanan darah yang tinggi diperlukan untuk menjaga
          perfusi serebral
      b. Kuadriplegi, akut porfiria, disatonomia familial, keracunan timbal, gullian-barre
          syndrome
5. Stress akut
      a. pembedahan, hiperventilasi psikogenik, hipoglikemi, luka bakar, pankreatitis, putus
          alkohol, krisis sickle cell, resusitasi, peningkatan volume intravaskuler 
          mempresipitasi pelepasan katekolamin dan glukokortikoid yang menyebabkan
          terjadinya peningkatan tonus vaskuler dan peningkatan resistensi perifer
6. Obat-obatan
      a. kontrasepsi oral dan estrogen  tidak diketahui tetapi diperkirakan disebabkan
          karena terjadinya retensi natrium, peningkatan berat badan, perubahan kadar dan
          aktifitas renin, angiotensin dan aldosteron
      b. kortikosteroid  glikokortikoid menyebabkan retensi natrium dan menyebabkan
          perubahan hemodinamika pada awal hipertensi
      c. Monoamine Oxidase Inhibitor  hipertensi dapat berkembang dari individu yang
          secara rutin mengkomsumsi MAOI dengan memakan makanan yang mengandung
          tiramine seperti keju yang sudah lama.

Krisis Hipertensi
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target.
Pada umunya krisis hipertensi terjadi pada pasien hipertensi yang tidak atau lalai memakan
obata antihipertensi.
Krisis hipertensi meliputi 2 kelompok yaitu :
1. Hipertensi darurat (emergency hypertension): dimana selain tekanan darah
              yang sangat tinggi terdapat kelainan/ kerusakan target organ yang bersifat
              progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam
              menit sampai jam) agar dapat mencegah/membatasi kerusakan target organ
              yang terjadi.
           2. Hipertensi mendesak (urgency hypertension): dimana terdapat tekanan darah
              yang sangat tinggi tetapi tidak disertai kelainan/kerusakan organ target yang
              progresif, sehingga penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
              (dalam hitungan jam sampai hari).

Gejala
        Hipertensi krisis umunya adalah gejala organ target yang terganggu, diantaranya nyeri
dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur pada edema
papila mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak;
gagal ginjal akut pada gangguan ginjal. Diagnosis ditegakkkan berdasarkan tingginya tekanan
darah, gejala dan tanda keterlibatan organ target.
        Selain pemeriksaan fisik, data laboratorium ikut membantu diagnosis dan
perencanaan. Urin dapat menunjukkan proteinuri, hematuri dan silinder. Hal ini terjadi karena
tingginya tekanan darah juga menandakan keterlibatan ginjal apalagi bila ureum dan kretainin
meningkat. Gangguan elktrolit bisa terjadi pada hipertensi sekunder dan berpotensi
menimbulkan aritmia.




Gambaran klinik Hipertensi Darurat
Tekanan darah    Funduskopi Status                Jantung       Ginjal         Gastrointesti-
                               neurologi                                       nal

>220/140mmHg         Perdarahan    Sakit          Denyut        Uremia         Mual, muntah
                     Eksudat       kepala,        jelas,        Proteinuri
                     Edema         kacau                        a
                     papilla       Gangguan       Membesar
                                   kesadaran,     dekompens
                                   kejang,        asi
                                   lateralisasi   oligouria

MANAJEMEN HIPERTENSI

       Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi
non farmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan
menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit penyerta
lainnya.
       Tujuan pengobatan hipertensi adalah :
o Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes, gagal
     ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
   o Penurunan morbiditas dan mortilitas kardiovaskular
   o Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria

        Pada mayoritas penderita hipertensi, menurunkan tekanan darah sistolik lebih sulit
dibandingkan tekanan darah diastolik. Hampir semua kasus memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi. Kegagalan perubahaan gaya hidup, obat antihipertensi yang tidak cukup dan
kombinasi obat yang tidak tepat menghasilkan kontrol tekanan darah yang idak baik.

Ω Terapi Non Farmakologis
Terapi ini dilakukan dengan cara perubahan atau modifikasi gaya hidup, yang terdiri dari :
   1. Menghentikan merokok
   2. Menurunkan berat badan berlebih
   3. Menurunkan konsumsi alkohol berlebih
   4. Latihan fisik
   5. Menurunkan asupan garam
   6. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
Lifestyle modifications to prevent and manage hypertension*


 Modification                       Recommendation                                Approximate SBP
                                                                                 Reduction (Range)†
 Weight reduction                   Maintain normal body weight                  5–20 mmHg/10kg92,93
                                    (body mass index 18.5–24.9
                                    kg/m2).
 Adopt DASH eating plan             Consume a diet rich in fruits,                   8–14 mmHg94,95
                                    vegetables, and lowfat dairy
                                    products with a reduced
                                    content of saturated and total
                                    fat.
 Dietary sodium                     Reduce dietary sodium intake                     2–8 mmHg94-96
 reduction                          to no more than 100 mmol per
                                    day (2.4 g sodium or 6 g
                                    sodium chloride).
 Physical activity                                                                   4–9 mmHg97-98
                                    Engage in regular aerobic
                                    physical activity such as brisk
                                    walking (at least 30 min per
                                    day, most days of the week).
 Moderation of alcohol              Limit consumption to no more                       2–4 mmHg99
 consumption                        than 2 drinks (e.g., 24 oz beer,
                                    10 oz wine, or 3 oz 80-proof
                                    whiskey) per day in most men,
                                    and to no more than 1 drink per
                                    day in women and lighter
                                    weight persons.



DASH, Dietary Approaches to Stop Hypertension; SBP, systolic blood pressure
* For overall cardiovascular risk reduction, stop smoking.
† The effects of implementing these modifications are dose and time dependent, and could be greater for
some individuals.


       Kombinasi dua atau lebih modifikasi gaya hidup akan mendapatkan hasil yang lebih
baik. Untuk mengurangi resiko kardiovaskular seluruhnya dianjurkan untuk berhenti
merokok. Perubahan gaya hidup ini tergantung frekuensi dan kemauan individual. Selain itu
diperlukan juga relaksasi untuk mengatasi masalah psikis dan pemberian suplemen kalium
sebagai efek samping obat anti hipertensi.

Ω Terapi Farmakologis
       Prinsip pengobatan hipertensi :
1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengibatan kausal
2. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan
   memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi. Pengobatan bersifat
   seumur hidup
3. Biasanya dimulai dari dosis kecil dan jika perlu dosisnya dinaikan perlahan – lahan sesuai
   umur, kebutuhan dan hasil pengobatan
4. Obat anti hipertensi sebaiknya dipilih yang mempunyai efek penurunan tekanan darah
   selama 24 jam dengan dosis sekali sehari. Disebabkan kepatuhan pasien minum obat
lebih baik, harga dapat lebih murah, pengendalian tekanan daarah perlahan – lahan dan
    persisten serta melindungi terhadap kematian mendadak, serangan jantung, stroke, serta
    peninggian tekanan darah saat bengun setelah tidur malam hari.
 5. Apabila tekanan darah telah turun dan dosis telah stabil dalam waktu 6 – 12 bulan, maka
    dapat dicoba diturunkan dengan pengawasan ketat, tetapi tidak boleh langsung
    dihentikan.

         Obat Anti Hipertensi digolongkan menjadi :
 I. Diuretik
   Efeknya :menurunkan volume ekstraselular dan plasma sehingga terjadi penurunan curah
   jantung.
   Misalnya :
    Thiazid (hidroklorotiazid) yang menghambat reabsorbsi natrium di segmenkortikal
   ascending limb. Loop Henle, dan pada bagian awal tubulus ginjal. Pada pemberian jangka
   panjang akan menurunkan tahanan perifer
   Efek samping : hipokalemia yang dapat meningkatnya resiko terjadinya aritmia jantung,
   hiponatremia, hiperurisemia dan gangguan lain seperti kelemahan otot, muntah, dan pusing.
   Selain itu terdapat juga efek kemerahan kulit, leucopeni, trombositopenia, dan
   hiperglikemia.
   Kontra indikasi : penyakit ginjal
    Loop diuretik (furosemid dan asam etakrinik) termasuk diuretik kuat yang bekerja pada
   segmen tebal medullary ascending limb, loop henle
    Potasium sparing diuretik (aldakton dan triamteren) yang menghambat ekskresi natrium,
   kalium dan hidrogen pada tubulus distal
   Efek samping : hiperkalemia
   Kontra indikasi : penyakit ginjal

II. Antiadrenergik Agent
  Penyekat Alfa
  Penyekat Beta
 Efek : dengan penekanan sekresi renin maka terjadi penurunan curah jantung
 Dibedakan 2 jenis :
      Non selektif (propanolol, timolol)
      Cardioselektif (atenolol, metoprolol) yang dapat diberikan pada orang dengan
         gangguan pernafasan dan hipertensi seperti asma bronkial
     Efek samping bradikardia dapat diperkecil dengan pemberian obat yang mengandung
 Intrinsic Sympathomimetic Activity, misalnya pindolol. Cara kerja pindolol : mengurangi
 tahanan perifer tanpa mempengaruhi curah jantung.
   Selain itu terdapat gabungan penyekat alfa dan beta yaitu labetalol dan carvedilol

III. Vasodilator
    Efek : bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang
    meningkatkan penurunan resistensi pembuluh darah.
Hidralazin, minoksidiln dan diazoksid bekerja pada arteri sehingga penurunan
  resistensi pembuluh darah akan diikuti oleh peninggian saraf simpatik. Peninggian saraf
  simpatik ini akan menimbulkan kontraktilitas otot miokard dan takikardia yang akan
  mengakibatkan peningkatan curah jantung.
        Sodium nitroprusid selain bekerja pada arteri, juga bekerja pada vena sehingga efek
  samping yang menimbulkan adalah hipertensi ortostatik yang disebabkan penumpukan
  darah dalam vena.
        Misal : hidralazin, efek vasodilatasi pada pembuluh darah perifer, portal – hepatik,
  dan koroner lebih besar dibandingkan dengan pembuluh darah otak, otot dan kulit
                Minoksidil digunakan pada pasien hipertensi yang sulit dikendalikan dengan
  obat lain
                Doksazosin yang termasuk dalam alfa satu reseptor blocker
                Diazoksid dapat diberikan parenteral sehingga dapat pada kedaruratan
  hipertensi. Pemberiannya harus hati – hati agar tidak terjadi ekstravasasi yang hebat
                Sodium nitroprusid merupakan vasodilator yang poten terhadap otot polos.
 Efek kerja bukan karena metabolit tetapi karena gugus radikal bebasnya.

IV. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
        Efek : menghambat pembentukan angiotensin II yang mempunyai efek vasokonstriksi
   Misal : kaptopril secara per oral selain dapat menghambat pembentukan angiotensin II yang
   mengakibatkan penurunan aldosteron dan dilatasi arteriol, obat ini juga menghambat
   degradasi bradikinin yang merupakan vasodilator yang kuat.
   Efek samping : kemerahan kulit, gangguan pengecap, agranulositosis, proteinuria, dan
   gagal ginjal.

V. Antagonis Kalsium
   Aktivitas otot polos pembuluh darah diatur oleh ion kalsium intraseluler bebas yang
   sebagian besar berasal dari ekstrasel dan masuk melalui saluran kalsium. Peningkatan
   kontraktilitas otot jantung akan mengakibatkan peninggian curah jantung. Hormon presor
   seperti angiotensin juga akan meningkat dengan pengaruh kalsium. Berbagai hal diataslah
   yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
    Antagonis kalsium menghambat masuknya kalsium melalui saluran kalsium,
    menghambat pengeluaran kalsium dari pemecahan retikulum sarcoplasma dan mengikat
    kalsium pada otot polos pembuluh darah.
    Misal : verapamil akan menurunkan curah jantung dengan menghambat kontraktilitas
    yang akan menurunkan tekanan darah. Kombinasi denga diuretik akan meningkatkan
    potensinya. Kombinasi dengan penyekat beta tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan
    bradikardia dan gangguan atrioventrikular.
    Misal : nifedipin dengan cara kerja yang sama dengan verapamil dan diltiazem
    mempunyai efek lebih besar pada pembuluh darah daripada otot jantung. Selain itu obat
    ini menurunkan resistensi pembuluh darah koroner dan menurunkan kebutuhan oksigen
    miokard. Dapat dikombinasikan dengan metildopa atau penyekat beta.
Efek samping : panas pada muka dan bengkak pada ekstrimitas bawah


VI. Angiotensin II receptor blocker
       Diberikan secara intravena. Obat ini menimbulkan efek hemidinamik deperti ACE
       inhibitor namun tidak menimbulkan batuk karena tidak meningkatkan bradikinin.
       Misalnya: saralasin


        Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
 oleh JNC VII :
     1. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)

    2. Beta Blocker (BB)

    3. Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)

    4. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)

    5. Angiotensin II Reseptor Blocker atau AT, receptor antagonist/blocker (ARB)

         Masing-masing obat anti hipertensi memiliki efektifitas dan keamanan dalam
 pengobatan hipertensi , tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa faktor,
 yaitu :
                   Faktor sosio ekonomi
                   Profil faktor risiko kardiovaskular
                   Ada tidaknya kerusakan organ target
                   Ada tidaknya penyakit penyerta
                   Variasi individu dan respon pasien terhadap obat anti hipertensi
                   Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk
                   penyakit lain
                   Bukti ilmiah kemampuan obat anti hipertensi yang akan digunakan dalam
                   menurunkan risiko kardiovaskular
Algorithm for Treatment of Hypertension

                            Lifestyle Modifications



                        Not at goal BP
                        (<140/90 mmHg or <130/80 mmHg for
                        Those with Diabetes or Chronic Kidney
                        Disease)

                          Initial Drug Choices




         Hypertensions            without    Hypertension with compelling
         compelling indications              indications




        Stage 1 Hypertension                Stage 2 Hypertension            Drug(s)      for       the
        (Systolic BP 140–159 mmHg or        (Systolic BP≥160 mmHg or        compelling indications
        Diastolic BP 90 – 99 mm Hg)         Diastolic BP≥100mmHg)           Other Antihypertension
        Thiazide-Type Diuretics for         2-Drug Combination for most     Drugs (Diuretics, ACE
        most                                (Usually        Thiazide-Type   inhibitor,   ARB,        B
        May consider ACE Inhibitor,         Diuretic and ACE inhibitor or   blocker, CCB) as needed
        ARB,B blocker, CCB, or              ARB or B Blocker or CCB)
        Combination




                                                 Not at Goal BP



                                        Optimize dosages or add additional drugs
                                        until goal BP is achieved consider
                                        consultation with hypertension specialist.

       Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokan pasien berdasar yang memerlukan
pertimbangan khusus (special considerations), yaitu kelompok indikasi yang memaksa
(compelling indication) dan keadaan khusus lainnya ( special situations).

      Pilihan obat anti hipertensi untuk kondisi tertentu

      Indikasi yang memaksa                                Pilihan terapi awal

      Gagal jantung                                        Thiaz, BB, ACEI, ARB, Aldo Ant
Pasca infark miokard                             BB, ACEI, Aldo Ant

        Risiko penyakit pembuluh darah koroner           Thiaz, BB, ACEI, CCB

        Diabetes                                         Thiaz, BB, ACEI, ARB, CCB

        Penyakit ginjal kronis                           ACEI, ARB

        Penyakit stroke berulang                         Thiaz, ACEI




Ω Penatalaksanaan Hipertensi Darurat
Obat            Dosis              Onset   Durasi    Efek samping              Indikasi
Diuretik
furosemid       20-40 mg dlm 1-    5-15    2-3 jam   Hipokalemi                Biasanya digunakan
                2 menit            menit             Penurunan volume          untuk
                                                                               mempertahankan
                                                                               efektifitas obat lain
Vasodilator
nitroprusid     0.25-10            Cepat   1-2       Mual,          muntah,    Sebagian          besar
                ug/kgbb/menit              menit     berkeringat               emergency
                bersama infus IV                                               hipertensive, hati-hati
                                                                               pada       peningkatan
                                                                               tekanan intra kranial

                                                                               Iskemik koroner
                5-100 ug dalam
nitrogliserin   infus IV           2-5     5-10      Nyeri kepala, muntah,
                                   menit   menit     methemoglobin
                10-20mg IV                                                     Eclampsia,     hati-hati
                                                     Takhikardi,       nyeri   pada TTIK
Hidralazine     10-20mg IM         10-20   3-8 jam   kepala, muntah
                                   menit
                                   20-30
                                   menit
Adrenergik
inhibitor
Pentolamin      5-15 mg IV         1-2     3-10      Takhikardi, flushing,     Katetokalim         yang
                                   menit   menit     nyeri kapala              berlebihan

                                                     Hipotensi, mual
Esmolol         200-500            1-2     10-20                               Diseksi    aorta,   post
                ug/kgbb/menit      menit   menit                               operasi
                dalam 4 menit
                diteruskan
                dengan 50-300
                ug/kgbb/menit
                IV

                20-80   mg   IV                      Muntah, pusing, mual,
Labetalol     bolus setiap 10    5-10    3-6 jam   hipotensi    ortoststik,   Sebagian besar kasus
              menit              menit             rasa      panas       di   emergency
              2 mg/menit infus                     tenggorokan                hipertensive kecuali
              IV                                                              gagal jantung


Ω Pemantauan
        Pasien yang telah mulai mendapat pengobatan harus datang kembali untuk evaluasi
lanjutan dan pengaturan dosis obat sampai target tekanan darah tercapai. Setelah tekanan
darah tercapai dan stabil, kunjungan selanjutnya dengan interval 3-6 bulan, tetapi frekuensi
kunjungan ini juga ditentukan oleh ada tidaknya komorbiditas seperti gagal jantung, penyakit
yang berhubungan seperti diabetes, dan kebutuhan akan pemeriksaan laboratorium.

More Related Content

Featured

Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Applitools
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at WorkGetSmarter
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...DevGAMM Conference
 
Barbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationBarbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationErica Santiago
 
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them wellGood Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them wellSaba Software
 

Featured (20)

Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
 
ChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slidesChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slides
 
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike RoutesMore than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
 
Barbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationBarbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy Presentation
 
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them wellGood Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
 

Hipertensi

  • 1. HIPERTENSI Definisi The Joint International Comittee (JNC) di Amerika Serikat dan WHO-ISH Guidelines Comittee: batas tekanan darah dari hipertensi adalah 140 mmHg ( ≥ 140 mmHg ) untuk tekanan darah sistolik dan 90 mmHg ( ≥ 90 mmHg ) untuk tekanan darah diastolik. Untuk menegakkan diagnosis hipertensi minimal dengan tiga kali pengukuran tekanan darah, kecuali pada pengukuran pertama pada tekanan darah diastolik ≥ 120 mmHg dan/atau tekanan darah sistolik ≥ 210 mmHg maka diagnosis hipertensi dapat langsung ditegakkan. Diagnosis hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Klasifikasi Hipertensi Tabel 1. Klasifikasi Derajat Hipertensi dari the 7th Joint National Comittee Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik (mmHg) (mmHg) Normal < 120 < 80 Prehipertensi 120-139 80-99 Stage 1 140-159 90-99 Stage 2 ≥ 160 ≥ 100 Tabel 2. Klasifikasi Derajat Tekanan Darah sesuai WHO/ISH (2003) Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Optimal <120 <80 Normal <130 <85 Normal-Tinggi 130-139 85-89 Grade 1 Hypertension (ringan) 140-159 90-99 Subgrup : Borderline 140-149 90-94 Grade 2 Hypertension (sedang) 160-179 100-109 Grade 3 Hypertension (berat) ≥180 ≥110 Isolated Systolic Hypertension ≥ 140 <90 Subgrup : Borderline 140-149 <90 ETIOLOGI 1. Predisposisi poligenetis Perbedaan yang dibawa secara genetis sehingga menderita hipertensi esensial. Meliputi kepekaan (sensitifitas) terhadap komsumsi garam, abnormalitas transportasi natrium-kalsium,
  • 2. respon sistem saraf pusat terhadap stimulasi psikososial, respon pressor dan trofik neurohormonal 2. Faktor lingkungan Ada 2 faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap predisposisi genetis, hingga hipertensi esensial jadi manifes, yaitu faktor komsumsi garam, psikososial, dan nutrisi (kalori tinggi). Faktor psikososial melalui sistem saraf pusat dan pressor-tropik neurohormonal berpengaruh pada jantung dan pembuluh darah. 3. Adaptasi struktural jantung dan pembuluh darah Terjadi hipertrofi eksentrik bila tension ( wall stress) yang dialami berupa preload (volume) yang besar. Hipertrofi konsentrik bila tension yang dialami berupa afterload (resistens) yang tinggi. Pada pembuluh darah, terjadi vaskular hipertrofi, sehingga rasio tebal dinding dengan lumen meningkat, disertai dengan penambahan massa dinding disekitar lumen yang telah menyempit. Autoregulation Blood Pressure = cardiac output X peripheral resistance Hypertension = increased CO and / or increased PR Preload Contractility Functional Vaskular Constriction Remodelling Fluid ↑Volume Cell Volume membrane alteration redistribution Sympathetic Renin Renal nervous angiotensin Genetic Sodium overactivity excess alteration Retention hyperinsulinemia Excess Genetic Sodium stress Intake obesity Alteration Endothelium derived factors
  • 4. RAAS ANGIOTENSINOGEN Macula densa signal Renin Renal arteriolar pressure Renal nerve activity ANGIOTENSIN I Converting enzyme ANGIOTENSIN II ANGIOTENSIN III ANGTIOTENSINASE A Adrenal Kidney Intestine CNS Peripheral nervous Vascular Heart cortex system smooth muscle Adrenergic facilitation Aldosterone Contractility Sympathetic discharge Distal nephron Sodium and water Thirst salt Vasopressin Vasoconstriction reabsorption reabsorption appetite release Cardiac Maintain or increase Total peripheral output ECFV resistance PATOGENESIS Patogenesis dari hipertensi esensial adalah multifaktorial dan sangat kompleks dengan interaksi dari berbagai faktor. Beberapa faktor yang mengatur tekanan darah untuk perfusi jaringan yang adekuat termasuk : mediator humoral, reaktivitas vaskuler, volume darah sirkulasi, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah, dan stimulasi neural. Mungkin pula ada predisposisi genetik. Mekanisme lain mencakup perubahan-perubahan berikut: (1) ekskresi natrium dan air oleh ginjal (2) kepekaan baroreseptor (3) respon vaskuler (4) sekresi renin. Mekanisme bagaimana hipertensi menimbulkan kelumpuhan atau kematian berkaitan langsung dengan pengaruhnya pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, akibatnya beban jantung bertambah. Sebagai akibatnya, terjadi hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui, dan terjadi dilatasi dan gagal jantung. Jantung menjadi semakin terancam oleh semakin
  • 5. parahnya aterosklerosis koroner. Bila proses aterosklerosis berlanjut maka suplai oksigen miokardium berkurang. Kebutuhan miokardium akan oksigen yang meningkat akibat hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung, akhirnya menyebabkan angina atau infark miokardium. Sekitar separuh kematian karena hipertensi adalah akibat infark miokardium atau payah jantung. Kerusakan vaskular akibat hipertensi terlihat jelas di seluruh pembuluh perifer. Perubahan vaskuler retina yang dapat diketahui dengan mudah melalui pemeriksaan oftalmoskopik, sangat berguna untuk menilai perkembangan penyakit dan respon terhadap terapi yang dilakukan. Perubahan struktur dalam arteria-arteria kecil dan arteriola menyebabkan penyumbatan pembuluh progresif. Bila pembuluh menyempit maka aliran arteria terganggu dan dapat menyebabkan mikroinfark jaringan. Akibat yang ditimbulkan perubahan vaskuler ini paling nyata pada otak dan ginjal. Obstruksi atau ruptura pembuluh darah otak merupakan penyebab sekitar sepertiga kematian akibat hipertensi. Sklerosis progresif pembuluh darah ginjal mengakibatkan disfungsi dan gagal ginjal yang juga dapat menimbulkan kematian. GEJALA KLINIS Hipertensi primer biasanya timbul antara usia 30 sampai dengan 50 tahun dan cenderung tetap asimptomatik selama 10 sampai 20 tahun mulai dari naiknya tekanan darah. Pada hipertensi ini tidak jarang satu-satunya tanda adalah tingginya tekanan darah, dan baru timbul gejala setelah terdapat komplikasi pada organ target seperti mata, otak, jantung, dan ginjal. Gejala seperti sakit kepala, palpitasi, nokturia, tinnitus, cepat marah, sukar tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mata berkunang-kunang dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi. Adanya kerusakan organ merupakan pertanda bahwa tekanan darah harus segera diturunkan. KERUSAKAN TARGET ORGAN Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang dapat ditemui pada pasien hipertensi adalah : 1. Jantung a. miokardium mekanisme  peningkatan kerja otot jantung bersamaan dengan penurunan perfusi arteri koroner efek patologis potensial  hipertrofi ventrikel kiri, iskemik miokard, gagal jantung kiri b. arteri koronaria mekanisme  pembentukan aterosklerosis yang cepat (penyakit arteri koroner Efek patologis potensial  iskemik miokard, infark miokard, kematian mendadak 2. Ginjal Mekanisme :
  • 6. a. Sekresi renin dan aldosteron yang terstimulasi akibat penurunan aliran darah ginjal  retensi natrium dan air mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah dan timbul hipertensi persisten b. Penurunan suplai oksigen  kerusakan jaringan yang mengakibatkan terjadinya gangguan filtrasi c. Peningkatan tekanan arteriol ginjal  nefrosklerosis menyebabkan terjadinya gagal ginjal 3. Otak Penurunan perfusi otak dan suplai oksigen; kelainan pembuluh darah, aterosklerosis  TIA (Transient Ischemic Attack), trombosis otak, aneurisma, perdarahan, infark otak akut. 4. Mata (retina) a. penurunan aliran darah  sklerosis pembuluh darah retina b. tekanan tinggi arteriol  eksudat, perdarahan 5. Aorta Kelemahan dinding pembuluh darah  pecahnya aneurysma 6. Pembuluh darah arteri di ekstremitas bawah Penurunan aliran darah dan tekanan tinggi arteriol, pembentukan aterosklerosis  gangren. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor autoantibodi terhadap reseptor AT1 angiotensin II, stres oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-B (TGF-B). Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah, akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas dan mortalitas pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular. Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara lain adalah : Merokok Obesitas Kurangnya aktivitas fisik Dislipidemia Diabetes mellitus Mikroalbuminuria atau perhitungan LFG <60ml/menit Umur (laki-laki > 55 tahun, perempuan 65 tahun) Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur (laki-laki <55 tahun, perempuan < 65 tahun) Gejala kerusakan organ : a. otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attacks, defisit sensoris atau motoris b. jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
  • 7. c. ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri d. arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi : 1. Jantung Pemeriksaan fisis Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks dan sirkulasi pulmoner) Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi, aritmia, serta hipertrofi ventrikel kiri) Ekokardiografi 2. pembuluh darah pemeriksaan fisis termasuk perhitungan pulse pressure ultrasonografi (USG) karotis fungsi endotel (masih dalam penelitian) 3. Otak Pemeriksaan neurologis Diagnosis strok ditegakkan dengan menggunakan cranial computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk pasien dengan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan kognitif) 4. mata funduskopi 5. fungsi ginjal pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro- makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin perkiraan laju filtrasi glomerulus Hipertensi Primer Biasanya timbul antara usia 30-50 tahun dan cenderung tetap asimptomatik selama 10-20 tahun. Pada hipertensi primer tidak jarang satu-satunya tanda adalah peninggian tekanan darah. Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terdapat komplikasi pada target organ antara lain : otak, mata, jantung, ginjal. Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, migrain, palpitasi, nokturia, tinitus, cepat marah, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mata berkunang-kunang dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi. Adanya kerusakan organ merupakan pertanda bahwa tekanan darah harus segera diturunkan. Pada tahap awal hipertensi, curah jantung meningkat sedangkan tahanan perifer normal. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis. Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat. Inilah yang dinamakan autoregulasi. Peningkatan tekanan perifer pada hipertensi primer terjadi bertahap dalam jangka waktu lama. Adanya perubahan autoregulasi pada hipertensi merupakan penyebab terjadinya retensi garam oleh ginjal.
  • 8. Etiologi dari hipertensi primer adalah poligenik dan polifaktor. Kebanyakan kasusnya adalah defek herediter dari otot polos pembuluh darah yang akan meningkatkan reaktifitas dari resistensi vena sehingga meningkatkan tahanan perifer. Perubahan genetik akan berinteraksi dengan lingkungan dalam meningkatkan tonus vaskuler (meningkatkan resistensi perifer) dan volume darah, sehingga mengakibatkan tekanan darah. Defek yang diturunkan pada hipertensi primer berhubungan dengan ekskresi natrium di ginjal, insulin dan sensitivitas terhadap insulin, aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf simpatis, Faktor lainnya adalah : 1. Umur : semakin bertambahnya umur, compliance arteri akan berkurang. 2. Lingkungan : stress fisik dan mental dapat meningkatkan tekanan darah. 3. Intake natrium yang berlebihan : akan meningkatkan volume darah sehingga meningkatkan preload dan pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. 4. Alkohol : dalam jumlah sedikit dapat menurunkan tekanan darah sedangkan dalam jumlah banyak dapat meningkatkan tekanan darah. 5. Obesitas : resistensi insulin biasanya terjadi pada pasien NIDDM atau obesitas. Pada awalnya hiperinsulinemia menyebabkan retensi sodium pada ginjal dan meningkatkan aktifitas simpatis, efek ini dapat mengarah pada peningkatan tekanan arteri. 6. Ras : ras kaukasian insidensinya lebih rendah daripada ras kulit hitam. Hipertensi sekunder 5 persen kasus hipertensi timbul sekunder dari proses penyakit lain seperti : 1. Kelainan ginjal a. Penyakit parenkim ginjal  gangguan filtrasi dan reabsorpsi natrium, kalium, kalsium serum mengakibatkan terjadinya perubahan hemodinamik pada awal hipertensi. b. Penyakit renovaskuler  gangguan aliran darah dan iskemik ginjal merangsang mekanisme renin-angiotensin-aldosteron yang dapat meningkatkan tekanan perfusi ginjal c. Gagal ginjal  gangguan filtrasi dan reabsorpsi natrium, kalium, kalsium seru mengakibatkan terjadinya perubahan hemodinamik pada awal hipertensi d. Retensi natrium primer  gangguan filtrasi dqan atau reabsorpsi natrium serum mengakibatkan terjadinya perubahan hemodinamik pada awal hipertensi. 2. Gangguan endokrin a. Akromegali  growth hormone yang berlebihan menyebabkan peningkatan resistensi perifer b. Hipotyroidisme  deposit mukopolisakarida pada jaringan vaskuler meningkatkan resistensi c. Hiperkalsemia  ion kalsium secara langsung mempengaruhi tonus vaskuler, peningkatan kadar kalsium serum meningkatkan tonus vaskuler dan resistensi perifer d. Hipertirodime  efek inotropik yang meningkat pada jantung meningkatkan tekanan sistolik; tekanan diastolik menurun sebagai hasil penurunan resistensi perifer.
  • 9. e. Kelainan adrenal (gangguan korteks dan cushing syndrome)  glukokortikoid menyebabkan retensi natrium dan air menyebabkan perubahan hemodinamika pada awal hipertensi f. Primary aldosteronism  kelebihan aldosteron merangsang retensi sodium dan menginisiasi perubahan hemodinamik pada awal hipertensi g. Hiperplasia adrenal kongenital  produksi berlebihan hormon adrenokortikal merangsang retensi air dan natrium h. Gangguan medula adrenal (phaeocromocytoma)  katekolamin yang berlebihan meningkatkan tonus vaskuler dan meningkatkan resitensi perifer i. Tumor kromafin ekstra adrenal  katekolamin yang berlebihan meningkatkan tonus vaskuler dan meningkatkan resistensi perifer 3. Gangguan vaskuler a. Coarctatio aortae  penurunan aliran darah pada daerah distal menginisiasi resistensi perifer maksimal yang merupakan usaha autoregulasi untuk menyesuaikan dengan tekanan perfusi b. Arteriosklerosis  penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan terjadinya resistensi perifer 4. Gangguan neurologi a. Peningkatan tekanan intrakranial (tumor, ensephalitis, asidosis respiratorik dari paru atau sistem saraf pusat)  tekanan darah yang tinggi diperlukan untuk menjaga perfusi serebral b. Kuadriplegi, akut porfiria, disatonomia familial, keracunan timbal, gullian-barre syndrome 5. Stress akut a. pembedahan, hiperventilasi psikogenik, hipoglikemi, luka bakar, pankreatitis, putus alkohol, krisis sickle cell, resusitasi, peningkatan volume intravaskuler  mempresipitasi pelepasan katekolamin dan glukokortikoid yang menyebabkan terjadinya peningkatan tonus vaskuler dan peningkatan resistensi perifer 6. Obat-obatan a. kontrasepsi oral dan estrogen  tidak diketahui tetapi diperkirakan disebabkan karena terjadinya retensi natrium, peningkatan berat badan, perubahan kadar dan aktifitas renin, angiotensin dan aldosteron b. kortikosteroid  glikokortikoid menyebabkan retensi natrium dan menyebabkan perubahan hemodinamika pada awal hipertensi c. Monoamine Oxidase Inhibitor  hipertensi dapat berkembang dari individu yang secara rutin mengkomsumsi MAOI dengan memakan makanan yang mengandung tiramine seperti keju yang sudah lama. Krisis Hipertensi Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target. Pada umunya krisis hipertensi terjadi pada pasien hipertensi yang tidak atau lalai memakan obata antihipertensi. Krisis hipertensi meliputi 2 kelompok yaitu :
  • 10. 1. Hipertensi darurat (emergency hypertension): dimana selain tekanan darah yang sangat tinggi terdapat kelainan/ kerusakan target organ yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit sampai jam) agar dapat mencegah/membatasi kerusakan target organ yang terjadi. 2. Hipertensi mendesak (urgency hypertension): dimana terdapat tekanan darah yang sangat tinggi tetapi tidak disertai kelainan/kerusakan organ target yang progresif, sehingga penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari). Gejala Hipertensi krisis umunya adalah gejala organ target yang terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur pada edema papila mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal. Diagnosis ditegakkkan berdasarkan tingginya tekanan darah, gejala dan tanda keterlibatan organ target. Selain pemeriksaan fisik, data laboratorium ikut membantu diagnosis dan perencanaan. Urin dapat menunjukkan proteinuri, hematuri dan silinder. Hal ini terjadi karena tingginya tekanan darah juga menandakan keterlibatan ginjal apalagi bila ureum dan kretainin meningkat. Gangguan elktrolit bisa terjadi pada hipertensi sekunder dan berpotensi menimbulkan aritmia. Gambaran klinik Hipertensi Darurat Tekanan darah Funduskopi Status Jantung Ginjal Gastrointesti- neurologi nal >220/140mmHg Perdarahan Sakit Denyut Uremia Mual, muntah Eksudat kepala, jelas, Proteinuri Edema kacau a papilla Gangguan Membesar kesadaran, dekompens kejang, asi lateralisasi oligouria MANAJEMEN HIPERTENSI Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi non farmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit penyerta lainnya. Tujuan pengobatan hipertensi adalah :
  • 11. o Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg o Penurunan morbiditas dan mortilitas kardiovaskular o Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria Pada mayoritas penderita hipertensi, menurunkan tekanan darah sistolik lebih sulit dibandingkan tekanan darah diastolik. Hampir semua kasus memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi. Kegagalan perubahaan gaya hidup, obat antihipertensi yang tidak cukup dan kombinasi obat yang tidak tepat menghasilkan kontrol tekanan darah yang idak baik. Ω Terapi Non Farmakologis Terapi ini dilakukan dengan cara perubahan atau modifikasi gaya hidup, yang terdiri dari : 1. Menghentikan merokok 2. Menurunkan berat badan berlebih 3. Menurunkan konsumsi alkohol berlebih 4. Latihan fisik 5. Menurunkan asupan garam 6. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
  • 12. Lifestyle modifications to prevent and manage hypertension* Modification Recommendation Approximate SBP Reduction (Range)† Weight reduction Maintain normal body weight 5–20 mmHg/10kg92,93 (body mass index 18.5–24.9 kg/m2). Adopt DASH eating plan Consume a diet rich in fruits, 8–14 mmHg94,95 vegetables, and lowfat dairy products with a reduced content of saturated and total fat. Dietary sodium Reduce dietary sodium intake 2–8 mmHg94-96 reduction to no more than 100 mmol per day (2.4 g sodium or 6 g sodium chloride). Physical activity 4–9 mmHg97-98 Engage in regular aerobic physical activity such as brisk walking (at least 30 min per day, most days of the week). Moderation of alcohol Limit consumption to no more 2–4 mmHg99 consumption than 2 drinks (e.g., 24 oz beer, 10 oz wine, or 3 oz 80-proof whiskey) per day in most men, and to no more than 1 drink per day in women and lighter weight persons. DASH, Dietary Approaches to Stop Hypertension; SBP, systolic blood pressure * For overall cardiovascular risk reduction, stop smoking. † The effects of implementing these modifications are dose and time dependent, and could be greater for some individuals. Kombinasi dua atau lebih modifikasi gaya hidup akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Untuk mengurangi resiko kardiovaskular seluruhnya dianjurkan untuk berhenti merokok. Perubahan gaya hidup ini tergantung frekuensi dan kemauan individual. Selain itu diperlukan juga relaksasi untuk mengatasi masalah psikis dan pemberian suplemen kalium sebagai efek samping obat anti hipertensi. Ω Terapi Farmakologis Prinsip pengobatan hipertensi : 1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengibatan kausal 2. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi. Pengobatan bersifat seumur hidup 3. Biasanya dimulai dari dosis kecil dan jika perlu dosisnya dinaikan perlahan – lahan sesuai umur, kebutuhan dan hasil pengobatan 4. Obat anti hipertensi sebaiknya dipilih yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari. Disebabkan kepatuhan pasien minum obat
  • 13. lebih baik, harga dapat lebih murah, pengendalian tekanan daarah perlahan – lahan dan persisten serta melindungi terhadap kematian mendadak, serangan jantung, stroke, serta peninggian tekanan darah saat bengun setelah tidur malam hari. 5. Apabila tekanan darah telah turun dan dosis telah stabil dalam waktu 6 – 12 bulan, maka dapat dicoba diturunkan dengan pengawasan ketat, tetapi tidak boleh langsung dihentikan. Obat Anti Hipertensi digolongkan menjadi : I. Diuretik Efeknya :menurunkan volume ekstraselular dan plasma sehingga terjadi penurunan curah jantung. Misalnya :  Thiazid (hidroklorotiazid) yang menghambat reabsorbsi natrium di segmenkortikal ascending limb. Loop Henle, dan pada bagian awal tubulus ginjal. Pada pemberian jangka panjang akan menurunkan tahanan perifer Efek samping : hipokalemia yang dapat meningkatnya resiko terjadinya aritmia jantung, hiponatremia, hiperurisemia dan gangguan lain seperti kelemahan otot, muntah, dan pusing. Selain itu terdapat juga efek kemerahan kulit, leucopeni, trombositopenia, dan hiperglikemia. Kontra indikasi : penyakit ginjal  Loop diuretik (furosemid dan asam etakrinik) termasuk diuretik kuat yang bekerja pada segmen tebal medullary ascending limb, loop henle  Potasium sparing diuretik (aldakton dan triamteren) yang menghambat ekskresi natrium, kalium dan hidrogen pada tubulus distal Efek samping : hiperkalemia Kontra indikasi : penyakit ginjal II. Antiadrenergik Agent  Penyekat Alfa  Penyekat Beta Efek : dengan penekanan sekresi renin maka terjadi penurunan curah jantung Dibedakan 2 jenis :  Non selektif (propanolol, timolol)  Cardioselektif (atenolol, metoprolol) yang dapat diberikan pada orang dengan gangguan pernafasan dan hipertensi seperti asma bronkial Efek samping bradikardia dapat diperkecil dengan pemberian obat yang mengandung Intrinsic Sympathomimetic Activity, misalnya pindolol. Cara kerja pindolol : mengurangi tahanan perifer tanpa mempengaruhi curah jantung. Selain itu terdapat gabungan penyekat alfa dan beta yaitu labetalol dan carvedilol III. Vasodilator Efek : bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang meningkatkan penurunan resistensi pembuluh darah.
  • 14. Hidralazin, minoksidiln dan diazoksid bekerja pada arteri sehingga penurunan resistensi pembuluh darah akan diikuti oleh peninggian saraf simpatik. Peninggian saraf simpatik ini akan menimbulkan kontraktilitas otot miokard dan takikardia yang akan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Sodium nitroprusid selain bekerja pada arteri, juga bekerja pada vena sehingga efek samping yang menimbulkan adalah hipertensi ortostatik yang disebabkan penumpukan darah dalam vena. Misal : hidralazin, efek vasodilatasi pada pembuluh darah perifer, portal – hepatik, dan koroner lebih besar dibandingkan dengan pembuluh darah otak, otot dan kulit Minoksidil digunakan pada pasien hipertensi yang sulit dikendalikan dengan obat lain Doksazosin yang termasuk dalam alfa satu reseptor blocker Diazoksid dapat diberikan parenteral sehingga dapat pada kedaruratan hipertensi. Pemberiannya harus hati – hati agar tidak terjadi ekstravasasi yang hebat Sodium nitroprusid merupakan vasodilator yang poten terhadap otot polos. Efek kerja bukan karena metabolit tetapi karena gugus radikal bebasnya. IV. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin Efek : menghambat pembentukan angiotensin II yang mempunyai efek vasokonstriksi Misal : kaptopril secara per oral selain dapat menghambat pembentukan angiotensin II yang mengakibatkan penurunan aldosteron dan dilatasi arteriol, obat ini juga menghambat degradasi bradikinin yang merupakan vasodilator yang kuat. Efek samping : kemerahan kulit, gangguan pengecap, agranulositosis, proteinuria, dan gagal ginjal. V. Antagonis Kalsium Aktivitas otot polos pembuluh darah diatur oleh ion kalsium intraseluler bebas yang sebagian besar berasal dari ekstrasel dan masuk melalui saluran kalsium. Peningkatan kontraktilitas otot jantung akan mengakibatkan peninggian curah jantung. Hormon presor seperti angiotensin juga akan meningkat dengan pengaruh kalsium. Berbagai hal diataslah yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Antagonis kalsium menghambat masuknya kalsium melalui saluran kalsium, menghambat pengeluaran kalsium dari pemecahan retikulum sarcoplasma dan mengikat kalsium pada otot polos pembuluh darah. Misal : verapamil akan menurunkan curah jantung dengan menghambat kontraktilitas yang akan menurunkan tekanan darah. Kombinasi denga diuretik akan meningkatkan potensinya. Kombinasi dengan penyekat beta tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan bradikardia dan gangguan atrioventrikular. Misal : nifedipin dengan cara kerja yang sama dengan verapamil dan diltiazem mempunyai efek lebih besar pada pembuluh darah daripada otot jantung. Selain itu obat ini menurunkan resistensi pembuluh darah koroner dan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Dapat dikombinasikan dengan metildopa atau penyekat beta.
  • 15. Efek samping : panas pada muka dan bengkak pada ekstrimitas bawah VI. Angiotensin II receptor blocker Diberikan secara intravena. Obat ini menimbulkan efek hemidinamik deperti ACE inhibitor namun tidak menimbulkan batuk karena tidak meningkatkan bradikinin. Misalnya: saralasin Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII : 1. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant) 2. Beta Blocker (BB) 3. Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB) 4. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) 5. Angiotensin II Reseptor Blocker atau AT, receptor antagonist/blocker (ARB) Masing-masing obat anti hipertensi memiliki efektifitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi , tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa faktor, yaitu : Faktor sosio ekonomi Profil faktor risiko kardiovaskular Ada tidaknya kerusakan organ target Ada tidaknya penyakit penyerta Variasi individu dan respon pasien terhadap obat anti hipertensi Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk penyakit lain Bukti ilmiah kemampuan obat anti hipertensi yang akan digunakan dalam menurunkan risiko kardiovaskular
  • 16. Algorithm for Treatment of Hypertension Lifestyle Modifications Not at goal BP (<140/90 mmHg or <130/80 mmHg for Those with Diabetes or Chronic Kidney Disease) Initial Drug Choices Hypertensions without Hypertension with compelling compelling indications indications Stage 1 Hypertension Stage 2 Hypertension Drug(s) for the (Systolic BP 140–159 mmHg or (Systolic BP≥160 mmHg or compelling indications Diastolic BP 90 – 99 mm Hg) Diastolic BP≥100mmHg) Other Antihypertension Thiazide-Type Diuretics for 2-Drug Combination for most Drugs (Diuretics, ACE most (Usually Thiazide-Type inhibitor, ARB, B May consider ACE Inhibitor, Diuretic and ACE inhibitor or blocker, CCB) as needed ARB,B blocker, CCB, or ARB or B Blocker or CCB) Combination Not at Goal BP Optimize dosages or add additional drugs until goal BP is achieved consider consultation with hypertension specialist. Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokan pasien berdasar yang memerlukan pertimbangan khusus (special considerations), yaitu kelompok indikasi yang memaksa (compelling indication) dan keadaan khusus lainnya ( special situations). Pilihan obat anti hipertensi untuk kondisi tertentu Indikasi yang memaksa Pilihan terapi awal Gagal jantung Thiaz, BB, ACEI, ARB, Aldo Ant
  • 17. Pasca infark miokard BB, ACEI, Aldo Ant Risiko penyakit pembuluh darah koroner Thiaz, BB, ACEI, CCB Diabetes Thiaz, BB, ACEI, ARB, CCB Penyakit ginjal kronis ACEI, ARB Penyakit stroke berulang Thiaz, ACEI Ω Penatalaksanaan Hipertensi Darurat Obat Dosis Onset Durasi Efek samping Indikasi Diuretik furosemid 20-40 mg dlm 1- 5-15 2-3 jam Hipokalemi Biasanya digunakan 2 menit menit Penurunan volume untuk mempertahankan efektifitas obat lain Vasodilator nitroprusid 0.25-10 Cepat 1-2 Mual, muntah, Sebagian besar ug/kgbb/menit menit berkeringat emergency bersama infus IV hipertensive, hati-hati pada peningkatan tekanan intra kranial Iskemik koroner 5-100 ug dalam nitrogliserin infus IV 2-5 5-10 Nyeri kepala, muntah, menit menit methemoglobin 10-20mg IV Eclampsia, hati-hati Takhikardi, nyeri pada TTIK Hidralazine 10-20mg IM 10-20 3-8 jam kepala, muntah menit 20-30 menit Adrenergik inhibitor Pentolamin 5-15 mg IV 1-2 3-10 Takhikardi, flushing, Katetokalim yang menit menit nyeri kapala berlebihan Hipotensi, mual Esmolol 200-500 1-2 10-20 Diseksi aorta, post ug/kgbb/menit menit menit operasi dalam 4 menit diteruskan dengan 50-300 ug/kgbb/menit IV 20-80 mg IV Muntah, pusing, mual,
  • 18. Labetalol bolus setiap 10 5-10 3-6 jam hipotensi ortoststik, Sebagian besar kasus menit menit rasa panas di emergency 2 mg/menit infus tenggorokan hipertensive kecuali IV gagal jantung Ω Pemantauan Pasien yang telah mulai mendapat pengobatan harus datang kembali untuk evaluasi lanjutan dan pengaturan dosis obat sampai target tekanan darah tercapai. Setelah tekanan darah tercapai dan stabil, kunjungan selanjutnya dengan interval 3-6 bulan, tetapi frekuensi kunjungan ini juga ditentukan oleh ada tidaknya komorbiditas seperti gagal jantung, penyakit yang berhubungan seperti diabetes, dan kebutuhan akan pemeriksaan laboratorium.