Presiden Obama mengumumkan perubahan kebijakan Amerika Serikat dalam menangani warga AS yang disandera kelompok teroris. Kebijakan sebelumnya melarang tebusan, namun sekarang pemerintah tidak akan menuntut keluarga yang membayar tebusan. Kelompok teroris diperkirakan telah mendapatkan lebih dari US$ 125 juta dari tebusan, sementara Amerika Serikat kehilangan beberapa warga akibat penolakan tebusan. Perubahan keb
1. 94 | | 12 JULI 2015
AMERIKA SERIKATINTERNASIONAL
SETELAHINSIDENJIM
Presiden Barack
Obama di Gedung Putih,
Washington, Juni 2015.
2. S
ETIAP kali melewati tangga
rumahnya yang memajang de-
retan foto keluarga, Marc Tice,
warga Houston, Amerika Se-
rikat, selalu mengingat anak-
nya, Austin Tice. Mantan marinir yang ke-
mudian menjadi jurnalis lepas di Suriah itu
tak pernah terdengar lagi kabarnya sejak di-
culik pada 2011. Marc yakin anaknya masih
hidup. ”Jika punya kesempatan untuk mem-
bawa pulang Austin, kami akan melakukan
semua yang kami bisa,” kata pria 56 tahun
itu dalam wawancara dengan CBS News, Ka-
mis dua pekan lalu.
Sebagai orang tua yang sudah tak per-
nah mendengar kabar tentang nasib anak-
nya yang diculik selama empat tahun, Marc
mengapresiasi pengumuman yang disam-
paikan Presiden Barack Obama sehari sebe-
lumnya. Debra, ibu Austin Tice, menambah-
kan, ”Bukti utama dari efektivitas perubah-
an kebijakan ini adalah ketika kami menda-
patkan anak kami lagi.”
Obama, pada Rabu dua pekan lalu, meng-
umumkanperubahanpentingmengenaike-
bijakan dalam menangani warga Amerika
yang disandera kelompok teroris atau pen-
jahat di seluruh dunia. Amerika, seperti hal-
nya Inggris, memiliki kebijakan ”tak mau
melakukan konsesi” dengan para penjahat
itu. Sikap ini berbeda dengan sejumlah ne-
gara Eropa, seperti Prancis, Spanyol, dan
Swiss.
Kebijakan tanpa kompromi ini didasar-
kan pada Antiterrorism and Effective Death
PenaltyActTahun1996,yangdiperkuatoleh
Financial Anti-Terrorism Act Tahun 2001.
Kedua undang-undang ini mengkategori-
kan sebagai pelanggaran orang atau lem-
baga yang berada di Amerika memberikan
dukungan material kepada organisasi tero-
ris. Kebijakan tanpa kompromi ini, me-
nurut The Guardian dan The New York
Times, akhirnya dikaji ulang setelah
insiden James Wright ”Jim” Foley.
FoleyadalahjurnalisAmerikayang
bekerja sebagai koresponden peliput
perang saudara di Suriah untuk Glo-
balPost dan sejumlah kantor berita,
termasuk Agence France-Presse
(AFP). Pria kelahiran Evan-
REUTERS/KEVINLAMARQUE(OBAMA),COURTESYOFTICEFAMILY(AUSTINTICE)
12 JULI 2015 | | 95
Amerika Serikat mempertahankan sikap tak
berkompromi, tapi membolehkan keluarga membayar
tebusan. Dikhawatirkan akan terus memicu
penyanderaan.FOLEY
ston, Illinois, 18 Oktober 1973, ini disande-
ra kelompok kriminal sesaat setelah keluar
dari warung Internet bersama penerjemah,
sopirnya, dan jurnalis Inggris, John Cantlie,
di tenggara Suriah. Pada 22 November 2012
itu mereka dalam perjalanan menuju perba-
tasan Turki. Sopir dan penerjemah dibebas-
kan. Foley dan Cantlie disandera. Penyande-
ra meminta tebusan sekitar US$ 132 juta.
Amerika memang tak tinggal diam. Pada
Juli 2014, Obama melakukan otorisasi ope-
rasi penyelamatan setelah data intelijen me-
nunjukkan bahwa Foley diyakini ditahan
di sebuah tempat di Suriah. Operasi penye-
lamatannya melibatkan Delta Force, heli-
kopter, pesawat tempur, dan pesawat tan-
pa awak. Ketika pasukan khusus itu menda-
ratdiKotaRaqq,tenggaraSuriah,merekadi-
berondong tembakan. Operasi ini juga gagal
membebaskanFoleykarenadiasudahdipin-
dahkan.
Meski ada operasi penyelamatan, kelu-
arga Foley kecewa dan menyebut pemerin-
tah tak mengambil tindakan yang cukup ke-
ras untuk membebaskan anaknya. ”Biro Pe-
nyelidik Federal (FBI) Amerika tidak banyak
membantu kita—mari kita hadapi itu,” ujar
Diane Foley dalam sebuah wawancara tele-
pon. ”Pemerintah kami sangat jelas bahwa
tidak ada uang tebusan yang akan atau ha-
rus dibayar,” katanya saat itu, seperti dilan-
sir TheNewYorkTimes.
Keberadaan Foley tak diketahui hingga
19 August 2014, ketika kelompok militan Ne-
gara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengung-
gah video ke YouTube berjudul ”A Messa-
ge to America”. Dalam video itu ada adeg-
an Foley berlutut di gurun di sebelah seseo-
rang yang bertopeng, yang kemudian dike-
tahui bertindak sebagai algojo. Setelah Fo-
ley berbicara, giliran orang di sebelahnya
yang mengutuk serangan udara Ameri-
ka dan mengancam setiap agresi Ame-
rika ”akan mengakibatkan tumpah-
nya darah orang-orang Amerika”. Fo-
ley akhirnya dipenggal dan menjadi
warga Amerika pertama yang tewas
di tangan ISIS—dan bukan sandera
Amerika terakhir yang ke-
hilangan nyawa.
Setelah itu setidak-
Austin Tice
3. AMERIKA SERIKATINTERNASIONAL
96 | | 12 JULI 2015
nya ada tiga warga Amerika yang juga men-
jemput ajal setelah disandera kelompok te-
roris: Kayla Jean Mueller, Warren Weinste-
in, dan Luke Daniel Somers. Kayla disan-
dera pada Agustus 2013 di Aleppo, Suriah,
dan tewas pada 6 Februari 2015. Weinstein
disandera Al-Qaidah pada 13 Agustus 2011
di Lahore, Pakistan, dan tewas pada 14 Ja-
nuari 2015. Somers disandera Al-Qaidah di
Kota Sana’a, Yaman, September 2013, dan
tewas pada 6 Desember 2014.
Dalam kasus Foley dan lainnya, Ameri-
ka bukannya diam saja. Tapi yang menjadi
pangkal frustrasi keluarga korban sande-
ra adalah penanganannya yang dianggap
membingungkan karena kebijakan ”tak
mau bernegosiasi” itu. Keluarga tak men-
dapat informasi yang memadai, atau sim-
pang-siur, mengenai apa saja yang dilaku-
kan pemerintah. Mereka merasa diganggu
olehancamanpenjarakalaumemberiuang
tebusan dan merasa terjebak dalam pusar-
an birokrasi pejabat tingkat rendah.
Sikap Amerika itu sangat kontras dengan
kolega Eropanya. Menurut investigasi The
New York Times, Al-Qaidah dan afiliasinya
memperoleh pendapatan setidaknya US$
125 juta dari penculikan sejak 2008. Dari
jumlah ini, US$ 66 juta dibayar tahun lalu.
Taksiran yang dibuat Departemen Keuang-
an Amerika malah menyebutkan uang te-
busan itu, bila digabungkan, jumlahnya se-
kitar US$ 165 juta pada periode yang sama.
Kementerian luar negeri Austria, Prancis,
Jerman, Italia, dan Swiss secara resmi mem-
bantah membayar tebusan kepada teroris.
Setelah memerintahkan pejabatnya me-
lakukan kajian selama sekitar enam bu-
lan, Obama menyatakan ada sekitar 80
orang Amerika yang ditahan kelompok te-
roris, kriminal, sejak 2001. Sekitar sepa-
ruhnya sudah dibebaskan, tapi masih ada
30-an yang masih dalam penyanderaan.
Buah dari kajian itu, Obama mengumum-
kanperubahankebijakandi Gedung Putih,
Washington, 24 Juni lalu.
Perubahannya signifikan, tapi seperti
kolega Eropanya. Seperti ditegaskan Oba-
ma, ”Amerika tak akan membuat konsesi,
seperti membayar tebusan kepada kelom-
pok teroris yang menyandera warga Ame-
rika. Saya tahu ini bisa menjadi subyek de-
bat publik yang signifikan. Saya sangat
percaya bahwa jika pemerintah Amerika
membayar tebusan untuk teroris, itu beri-
siko membahayakan lebih banyak orang
Amerika dan berarti mendanai terorisme
yang sedang hendak kita hentikan.”
Perbedaannya, pemerintah tak akan
mempidanakan keluarga yang membayar
uang tebusan. Dengan regulasi sebelum-
nya, mereka bisa diancam 15 tahun penja-
ra. ”Secara khusus saya ingin menegaskan
bahwatidakadakeluargasanderaAmerika
yang akan dituntut karena membayar te-
busan bagi kembalinya orang yang mereka
cintai,” kata Obama.
Selain itu, akan ada Hostage Response
Group, yang terdiri atas pejabat senior dari
seluruh pemerintah yang akan bertang-
gung jawab memastikan penanganan san-
dera dilaksanakan dengan cepat dan efek-
tif. Mereka akan bertanggung jawab ke-
pada presiden. Ia juga berjanji menunjuk
utusan khusus presiden bidang sandera.
Efektivitas kebijakan baru ini akan dikaji
enam bulan mendatang.
Keluarga korban sandera, seperti Marc
Tice, menyambut gembira perubahan ini
dan menyebutnya ”langkah yang sangat
baik untuk masa mendatang”. Namun ada
juga yang khawatir terhadap dampak se-
lanjutnya. David Cohen, kini Wakil Direk-
tur CIA, dalam pidato pada Agustus 2014,
berkata, ”Pembayaran tebusan dikhawa-
tirkan mengakibatkan adanya penculik-
an.... Hal itu juga akan meningkatkan ke-
mampuan organisasi teroris melakukan
serangan.” Tim Constantine, kolumnis
washingtontimes.com, menyebutkan kebi-
jakan Obama ini buruk karena dua alasan:
melanggar hukum federal dan membaha-
yakan lebih banyak orang Amerika.
● ABDUL MANAN (THE GUARDIAN, THE NEW YORK TIMES,
CNN, FOREIGN POLICY, THE WASHINGTON TIMES)
KE MANA UANG MENGALIR
US$ 91,5juta ke Al-Qaeda in the
Islamic Maghreb (AQIM)
US$ 5,1juta ke Al-Shabaab,
Somalia
US$ 29,9juta ke Al-Qaeda in the
Arabian Peninsula (AQAP)
NEGARA PEMBAYAR DAN SANDERA
Prancis
US$ 58.100.000
Untuk pembebasan sandera 8 warga
Prancis selama 2010-2013
Qatar dan Oman
US$ 20.400.000
Membayar tebusan untuk sandera 2
warga Finlandia, 1 warga Austria, dan 1
warga Swiss pada 2011-2013 kepada
Al-Shabaab serta untuk sandera 2 warga
Finlandia, 1 Austria, dan 1 Swiss kepada
AQAP
Swiss
US$ 12.400.000
Untuk sandera 2 warga Swiss dari AQIM
tahun 2009 dan 1 warga dari AQAP pada
2012-2013
Spanyol
US$ 11.000.000
Untuk sandera 2 warga Spanyol pada
2011-2012 dan 3 lagi pada 2009-2010
Austria
US$ 3.200.000
Untuk sandera 2 warga Austria pada
2008
Tak ditentukan
US$ 21.400.000
Untuk sandera warga Italia dan 2 warga
Spanyol pada 2011-2012 serta 2 warga
Kanada pada 2008-2009
SUMBER: DIOLAH DARI THE NEW YORK TIMES
ALIRAN UANG TEBUSAN
SETIDAKNYA ada US$ 125 juta uang
tebusan dari sejumlah negara yang
dibayarkan ke Al-Qaidah dan sekutunya
sejak 2008 dalam penyanderaan yang
dilaporkan.
REUTERS/SOCIALMEDIA