DJOKO SUSANTO MERUPAKAN SALAH SATU PENGUSAHA SUKSES DI INDONESIA. OLEH SEBAB ITU MAKA WAJAR SAJA PROFIL DAN PERJUANGAN BELIAU BANYAK DIJADIKAN INPIRASI BAGI BANYAK ORANG TERUTAMA DIBIDANG WIRAUSAHA.
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
PROFIL DJOKO SUSANTO
1. PROFIL DJOKO SUSANTO
PT SUMBER ALFARIA TRIJAYA TBK
Yuda Agustian
Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam
UIN Walisongo Semarang | walisongo.ac.id
Mata Kuliah Dasar-dasar Edupreneur | Syaiful Bakhri, M.Msi
Djoko Susanto (Kwok Kwie Fo) lahir di Jakarta, 9 Februari 1950 dari putra Kwok Man Tok
dan Wong Sat Nyang yang merupakan salah seorang dari sekian banyak perantau Tiongkok
yang mempertaruhkan hidupnya di Jakarta. Dia merupakan anak keenam dari sepuluh
bersaudara. Sejak kecil dia dan sepuluh saudaranya sudah dikenalkan dunia dagang oleh kedua
orang tuanya yang berprofesi sebagai pedagang. Dia dilatih untuk berhemat dan bersabar
Sering kali papahnya mengajak berbelanja barang jualan di sentra-sentra grosir ibukota. Dia
memperhatikan cara papahnya berbelanja dimana intuisi dijalankan saat memilih barang,
menentukan mana yang hendak dibeli, dan menawarnya Mamahnya pun kerap kali membawa
dia ke tokonya di Pasar Royal yang becek. Dia memperhatikan bagaimana mamahnya melayani
pembeli, menegur dengan santun, dan sigap melayani secermat dan secepat mungkin. Dia juga
mencermati ilmu stok dan penentuan harga secara alamiah selama dia berada di toko.
Djoko Susanto menempuh pendidikan di SD Tionghoa Bei Hoa, kemudian lanjut ke SMP
Tionghoa Pa Chung. Selanjurnya pada tahun 1965, Ia melanjutkan Pendidikan di SMA Pa
Chung. Pada saat Djoko Susanto menempuh SMA, ia hanya sampai kelas satu saja karena pada
saat itu pemerinah Indonesia tidak memberi ijin pada siswa dengan nama Cina bersekolah di
Indonesia. Walaupun begitu Ia tetap semangat mengembangkan kemampuannya meski tanpa
pendidikan formal. Untuk menghilangkan rasa sedihnya, ia menetima tawaran dari temannya
2. untuk bekerja di pabrik perusahaan radiotransistor Aladin. Dia sempat menyempatkan waktu
untuk mencari penghasilan tambahan dengan meperbaiki barang-barang eletronik namun
selalu gagal.
Sejak 1969, Djoko mengelola toko orang tuanya sendiri. Dia memikirkan akan merubah
tokonya yang penuh beraneka ragam barang dagangan dengan hanya menjual barang
segmented. Tahun 1971, dia akhirnya hanya menjual rokok karena saat itu dia melihat potensi
besar dalam usaha rokok dan mulai fokus dalam penjualan rokok. Djoko Susanto berhasil
melakukan hubungan kerjasama yang baik antar agen di luar daerah, pedagang eceran, dan
perwakilan dari pabrik rokok yang sering berkunjung ke tempatnya. Sikap kerja kerasnya
sebagai penyalur dan agen telah diamati oleh Putera Sampoerna melalui penyelidikan yang
dilakukan oleh Mr.Phang hingga akhirnya dipertemukan secara pribadi oleh Putera Sampoerna.
Tahun 1985, Djoko Susanto dan Putera Sampoerna sepakat membuka 15 gerai di beberapa
lokasi di Jakarta di bawah nama CV Sumber Bahagia dengan berkantor di rumahnya sendiri.
Tahun 1989, Putera Sampoerna menawarkan dia membuka Alfa Toko Gudang Rabat dengan
modal sepenuhnya dari Sampoerna dan pembagian saham Putera 40% sedangkan Djoko
Susanto 60%. Tahun 1989 juga, dia ditunjuk menjadi Direktur Distribusi dan Penjualan PT.HM
Sampoerna dan Presiden Direktur PT.Panamas, anak perusahaan PT.HM.Sampoerna dibidang
distribusi rokok. Tanggal 18 Oktober 1999, toko pertama kali Alfamart dibuka di Karawaci,
tepatnya di kawan Beringin Raya. Alfamart ada untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang
memerlukan belanja kebutuhan kecil sehari-hari.
Tahun 2002, Putera Sampoerna bergabung di Alfamart dengan pembagian saham PT.HM
Sampoerna 70% sedangkan Djoko 30% saham. Tahun 2005, Putera Sampoerna menjual
seluruh aset PT HM Sampoerna ke Phillip Morris Indonesia yang berimbas langsung dengan
kepemilikan Alfamart 70% dan Alfa TGR 40% ke Phillip Morris Indonesia. Tahun 2006, PT
PMI akhirnya menjual saham Alfamart ke Djoko Susanto dan partnernya, Northstar, sehingga
kepemilikan saham Djoko Susanto 60% dan Northstar 40%. Di tahun 2010 akhirnya Northstar
mengakhiri partner dan 100% Alfamart dimiliki oleh Djoko Susanto. Tanggal 9 Januari 2008,
PT Alfa Retailindo pemegang Alfa TGR resmi dijual ke PT Carrefour Indonesia karena dia
melihat tidak dapat bersaing dengan peritel asing. Tahun 2007, Djoko Susanto mendirikan
Alfamidi di bawah nama PT Midi Utama Indonesia dengan konsep toko yang lebih kecil dari
supermarket dan hypermart yang menjual barang-barang yang tidak dijual di Alfamart seperti
3. fresh food. Tahun 2010, dibawah PT MUI, dia menggandeng Lawson dengan konsep
convenience store.
Berkat kegigihan dan kerja kerasnya, Djoko Susanto berhasil membawa perusahaan menjadi
maju dan sukses. Berkat kesusksesannya itu, ia berhasil menjadi salah satu pengusaha dengan
kekayaan pantastik serta membawa Alfamart dalam mendapatkan beberapa penghargaan,
diantaranya sebagai berikut :
1. Pada tahun 2022, Djoko kembali menempati posisi 17 orang terkaya di Indonesia
menurut versi Majalah Forbes dengan kekayaan sekitar US$ 1,9 miliar atau stara
dengan 29,05 triliun rupiah.
2. Pada tahun 2021, Alfamart mendapat penghargaan Indonesia Best Business
Tranformation dari SWA Maganize 2021
3. Pada tahun 2020, Alfamart mendapat penghargaan The Top Compaines for 2020 dari
Forbes
4. Pada tahun 2014, menurut versi Majalah Forbes, Djoko menempati peringkat ke 27
orang terkaya di Indonesia.
5. Pada Tahun 2012, Alfamart mendapat gelar Top Brand yang digelar oleh Lembaga
Riset Frontier Consulting Group dan juga menjadi pemenang dalam kategori
minimarket terbaik dalam Indonesia Best Brand Award.