Pasien wanita berusia 32 tahun yang merupakan aktivis LGBT asal Peru ditangkap di bandara Bali karena membawa ganja. Pasien mengalami kejang dan demam setelah ditahan di Polda Bali. Pasien sebelumnya tinggal di Afrika Selatan dimana penggunaan ganja dilegalkan.
1. Tinjuauan Pustaka dan Ilustrasi Kasus
oleh:
dr. I Gede Vasmana Hardika
PROGRAM STUDI SPESIALIS PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2022
Tim Penguji:
Dr. dr. Luh Nyoman Alit Aryani, Sp.KJ (K)
dr. Ni Ketut Sri Diniari, Sp.KJ (K)
dr. I Gusti Ngurah Putra Astawa, Sp.KJ
Adiksi Ganja Pada Pasien dengan Gangguan Orientasi Seksual (LGBT)
2. Pendahuluan
• Beberapa tahun terakhir, masalah penyalahgunaan NAPZA menunjukkan adanya
peningkatan kuantitas, kualitas, maupun tingkat penyebarannya. Laporan Narkoba Dunia
2021, sekitar 275 juta orang menggunakan narkoba di seluruh dunia pada tahun 2020.
Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkapkan terjadi peningkatan pengguna narkoba
di Indonesia pada 2021 sebesar 3,66 juta jiwa (BNN, 2020).
• Ganja memiliki efek adiktif. Sebagian besar pengguna ganja berat akan terjadi gejala
putus zat terjadi dalam waktu 1-3 hari, efek puncaknya 2-6 hari dan sebagian besar gejala
berakhir antara 4-14 hari. (Koob, Arends & Moal, 2014).
• Diperkirakan 20 hingga 30% komunitas LGBT menyalahgunakan zat, dibandingkan
dengan sekitar 9% populasi secara keseluruhan. Transgender lebih cenderung mengalami
depresi, bunuh diri, menyakiti diri sendiri. Individu transgender sangat rentan untuk
beralih ke zat adiktif untuk mengatasi perasaan cemas atau kesepian akibat stigma negatif
dan diskriminasi. (Brubaker 2012)
3. Tinjauan Pustaka
• Fakta sejarah mengungkapkan sendiri kalau ”Cannabis” atau ”Ganja” adalah salah
satu kata dengan akar bahasa yang tertua di dunia. Catatan tertulis pertama yang
lengkap tentang tanaman ganja berasal dari lempengan tanah liat yang ditulis
dalam huruf paku (cuneiform) oleh bangsa Sumeria pada masa 3.000 tahun
sebelum masehi (Narayana Dira, 2011)
• Bangsa Yunani kemudian mengabadikan ganja dalam literatur pengobatan
Romawi dengan nama kánnabis.Setelah Yunani ditaklukkan oleh bangsa Romawi,
“Kannabis” berubah dalam bahasa Latin menjadi “Cannabis”.
• Ganja pertamakali digunakan sebagai obat di Tiongkok pada Kekaisaran Tiongkok
Shen Nung. Dari Tiongkok, petani pesisir membawa ganja ini ke Korea sekitar
2000 SM, kemudian tiba di Asia Selatan ketika wilayah ini diserang oleh bangsa
Arya kelompok berbahasa Indo-Eropa Kuno (Nurdin, 2007).
4. Profil Tanaman Ganja
• Ganja muncul pertama kali di Asia, dengan kemungkinan daerah awal
persebarannya di Laut Kaspia, Rusia Tengah, Rusia Selatan sampai India Utara
dan pegunungan Himalaya. Ganja berkembang biak dari biji, namun setiap bijinya
bisa memunculkan dua jenis tanaman yang berbeda, yaitu tanaman jantan dan
betina, di mana keduanya terpisah dan tidak pernah berada dalam satu tanaman
• Salah satu ciri utamanya adalah daunnya berbentuk runcing memanjang, pinggir
bergerigi, ujung lancip dan berjari-jari ganjil 5, 7 atau 9, sedangkan bunganya
sudah dapat dilihat pada umur 6 bulan.
• Bagian yang penting dari tanaman ganja adalah trikoma atau bulu-bulu halus
yang tumbuh di seluruh permukaan tanaman ganja yang bersentuhan dengan
udara, terutama terkonsentrasi di daun dan bunganya. Trikoma menghasilkan
berbagai macam zat kimia dalam bentuk resin (getah) yang salah satunya bernama
delta-9-Tetrahyd- rocannabinol atau THC. Zat THC bersifat memabukkan dan
memiliki efek yang sangat kompleks pada otak manusia.
5. Neurobiologi Ganja
• Zat Endocannabinoid yang diproduksi oleh otak manusia, dimana zat tersebut berfungsi
sama persis dengan Tetrahydrocannabinol (THC), zat psikoaktif utama yang dikandung
oleh ganja. Zat endocannabinoid tersebut diketahui berperan dalam hampir semua proses
fisiologis manusia, pengatur keseimbangan global (homeostasis), aliran energi dalam
tubuh manusia dan berpotensi membantu menstabilkan suasana hati (emosi). Beberapa
penelitian menunjukkan fakta bahwa senyawa cannabinoid yang dihasilkan oleh tanaman
ganja memiliki fungsi yang sama dengan endocannabinoid yang dihasilkan oleh otak
manusia.
• THC yang terakumulasi di dalam otak menstimulasi sel-sel otak sehingga dikeluarkan
neurotransmitter dopamin yang memicu pecandu ganja untuk merasa euforia, halusinasi,
peningkatan persepsi sensoris dan peningkatan selera makan. Namun setelah beberapa
saat, pecandu akan merasa kantuk dan depresi. Penggunaan ganja yang terus menerus
menyebabkan disfungsi dari neurotransmitter tersebut sehingga muncul tanda-tanda
ketidaknyamanan dan efek psikotik termasuk gelisah, paranoid, halusinasi, euforia, serta
emosi yang berubah-ubah.
6. Neurobiologi Ganja
• Reseptor cannabinoid berdasarkan afinitasnya dibagi
menjadi reseptor CB1 dan reseptor CB2
• Reseptor CB1 dapat ditemukan di hipokampus, ganglia
basal, serebelum, amigdala, korteks. Reseptor CB2
ditemukan di makrofag pada limpa, sel-sel imun, dan
sel-sel asini kelenjar saliva submandibula
• Cannabinoids endogen dapat berinteraksi dengan
elemen-elemen postsinaptik di nucleus accumbens yang
melibatkan dopamin dan sistem peptida opioid yang
menghambat pelepasan neurotransmiter inhibisi
(GABA) sehingga terjadi pelepasan dopamine
7. Neurobiologi Ganja
• Hipokampus terdapat pada lobus temporal dan
berperan untuk ingatan jangka pendek. Apabila
THC berikatan dengan reseptor cannabinoid di
hipokampus maka akan terjadi pengumpulan
kembali ingatan-ingatan yang baru terjadi.
• Ganglia basal berperan dalam pergerakan spontan,
perencanaan dan inisiasi.
• Serebelum merupakan pusat kontrol motorik dan
koordinasi, hal ini yang dapat menyebabkan
kerusakan pada sistem koordinasi motorik pada
pecandu ganja
• sel-sel otak di nucleus accumbens dan prefrontal
cortex berperan dalam pengaturan emosi dan sikap,
sehingga dapat menyebabkan munculnya rasa
senang dan santai pada seseorang.
8. Ketergantungan Ganja
Seseorang dapat didiagnosis mengalami substance dependence, apabila telah
mengalami setidaknya 3 atau lebih dari 7 kriteria berikut ini selama 12 bulan :
1. Penggunaan dosis zat yang semakin lama semakin meningkat untuk memperoleh
efek yang diinginkan (toleransi).
2. Efek negatif terhadap fisik atau psikologis yang berkembang ketika penggunaan
zat dikurangi atau dihentikan (withdrawal).
3. Penggunaan zat dalam waktu jangka panjang.
4. Ada keinginan atau usaha untuk mengurangi atau mengontrol zat.
5. Menghabiskan banyak waktu untuk berusaha memperoleh zat.
6. Terganggu aktifitas sosial, rekreasional atau aktifitas terkait pekerjaan.
7. Tetap menggunakan zat meskipun tahu ada masalah-masalah yang disebabkan
oleh penggunaan zat.
9. Gangguan Orientasi Seksual (LGBT)
• Pada 1970 aktivis memprotes klasifikasi homoseksualitas sebagai penyakit jiwa
oleh American Psychiatric Association dalam Manual Diagnostik dan Statistik
Gangguan Mental mereka, dan pada tahun 1974 diganti dengan kategori
"gangguan orientasi seksual"
• Kinsey menunjukan seseorang tidak bisa disebut murni homoseksual atau
heteroseksaul. Ia memperkenalkan skala yang disebut “Kinsey Scale” yang
menunjukan gradasi orientasi seksual manusia dengan rasio 0-6; dari murni
heteroseksual bergradasi hingga murni homoseksual. Seorang manusia bisa saja
pada satu masa dalam hidupnya adalah homoseksual dan terus berkembang
menjadi heteroseksual atau sebaliknya.
• Skala 0 menunjukkan seseorang memiliki keinginan berhubungan seks hanya
dengan lawan jenisnya sementara skala 6 menunjukkan seseorang berkeinginan
berhubungan seks hanya dengan sesama jenisnya.
10. Faktor Terjadinya LGBT
• Pengaruh dari budaya, fisik, seks, psikososial, agama dan kesehatan turut andil
dalam membentuk individu menjadi LGBT. Lingkungan dapat dibentuk oleh
perilaku dan sebaliknya perilaku dapat dibentuk oleh lingkungan. Dalam
hubungan resiprokal ini terjadi pembelajaran sosial yang mengarah pada transfer
informasi, kebiasaan atau perilaku.
• Psikoneurologis, individu dibekali kemampuan di dalam otaknya untuk melakukan
imitasi gerakan, tindakan, suara, perilaku atau berbicara. Bagian otak yang
bertugas mengatur imitasi yang dilakukan individu disebut lobus parietal dari
belahan yang dominan
• Anak yang selalu menonton tayangan perilaku laki-laki yang berperilaku gemulai
membuka peluang bagi anak untuk bersikap sama. Anak mulai memiliki
pengetahuan bahwa laki-laki bersifat seperti apa yang dilihatnya, mengikuti gaya
atau perilaku laki-laki yang sering dilihatnya. Selanjutnya perasaan aneh atau lucu
di awal reaksi berubah menjadi perasaan yang understandable dan acceptable. ]
11. Penyalahgunaan Ganja Pada LGBT
• Individu LGBT yang terlibat dalam penyalahgunaan zat lebih mungkin untuk
memiliki gangguan kejiwaan. Pria gay dan biseksual dan lesbian dan wanita
biseksual mengalami tekanan mental dan depresi lebih sering daripada rekan
heteroseksual. Selain itu, remaja transgender lebih cenderung mengalami depresi,
bunuh diri, menyakiti diri sendiri, dan gangguan makan daripada rekan-rekan non-
transgender mereka
• Seringkali, individu LGBTQ akan beralih ke obat-obatan atau alkohol sebagai cara
untuk mengobati diri sendiri. Zat dapat membantu untuk sementara mematikan
perasaan tidak nyaman seperti depresi, kecemasan, kemarahan, atau ketakutan.
Meskipun penyalahgunaan zat mungkin tampak bermanfaat pada awalnya, ada
banyak konsekuensi jangka panjang dan negatif. Individu transgender sangat
rentan untuk beralih ke zat adiktif untuk mengatasi perasaan cemas atau kesepian
akibat stigma negatif dan diskriminasi
12. Ilustrasi Kasus
I. Identitas
Nama : VVRDP
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ditresnarkoba Polda Bali
Agama : Kristen
Suku : Latin
Warganegara : Peru
Pendidikan : S2 Harvard
Pekerjaan : Ketua Aktivis LGBT Peru
Status Pernikahan : Menikah Sesama Jenis
Pemeriksaan : 10 Agustus 2022 pukul 11.30 WITA
Pasien dikonsulkan karena riwayat penggunaan ganja
13. Keluhan utama:
• Autoanamnesis : Gelisah
• Heteroanamnesis : Gelisah
Autoanamnesis
• Pasien dikonsulkan ke bagian divisi adiksi karena ada riwayat penggunaan ganja.
• Pasien diwawancarai dalam posisi berbaring di tempat tidur, menggunakan baju kaos hitam dan celana
panjang berwarna hitam, rambut pasien tampak dicat berwarna ungu. Roman muka tampak bingung dan
gelisah. Keempat ekstremitas pasien terikat.
• Ketika dipanggil namanya pasien mau menoleh ke arah pemeriksa namun dengan tatapan yang kosong,
pasien tidak dapat menyebutkan namanya dan sedang berada dimana saat ini. Pasien tampak gelisah berusaha
melepaskan ikatan yang ada di kedua tangannya. Saat ditanya keluhannya pasien tidak menjawab.
• Saat ditanya tentang perasaannya pasien hanya diam, matanya menatap keatas dengan tatapan kosong.
Pasien sempat kejang selama dua menit dan mendapatkan injeksi diazepam untuk mengatasi kejangnya. Saat
dilakukan pemeriksaan suhu tubuh didapatkan demam 39 derajat celcius, kemudian kondisi pasien
disampaikan ke teman sejawat leader untuk dilakukan penanganan kondisi medis umum pasien.
14. Riwayat Penyakit Sekarang (heteroanamnesis)
• Pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit Prof dr.
I.G.N.G Ngoerah karena mengalami kejang dan
penurunan kesadaran. Status pasien saat ini adalah
tersangka dan tahanan dari Polda Bali.
• Pasangan pasien menceritakan bahwa dirinya sudah
hidup bersama selama tujuh tahun dan baru saja
menikah dengan pasien pada bulan Mei tahun 2022
di Chile. Pasien berasal dari Peru namun negara
asalnya tidak mengijinkan pernikahan sesama jenis
sehingga pasien dan pasangannya memutuskan
untuk menikah di negara Chile.
• Pasien ditangkap oleh pihak imigrasi karena
ditemukan membawa ganja. Tidak disebutkan oleh
pasangan pasien berapa banyak ganja yang dibawa
namun pasangan pasien menyebutkan ada beberapa
ganja yang dibawa dalam bentuk permen cokelat
dan makanan yang dibawa dari Afrika Selatan.
• Setelah dari bandara pasien kemudian ditahan di
Polda Bali.
• Sebelum berbulan madu ke Bali, pasien sebelumnya
tinggal di Afrika Selatan selama 3 bulan untuk
melakukan poyek magang musim panas dalam
rangka studi S2 di Harvard.
• Di negara Afrika Selatan pemakaian ganja
dilegalkan oleh pemerintah bahkan penanaman
ganja untuk konsumsi pribadi juga diijinkan. Di
negara asal pasien sendiri untuk penggunaan ganja
medis diijinkan oleh pemerintah.
• Saat didalam tahanan pasien merasakan ketakutan
dan mengalami tekanan yang berat sehingga
memutuskan untuk meminum semua obat-obatan
psikiatri yang dibawanya sejumlah kurang lebih 100
butir pil dibagi berdua dengan pasangannya.
Pasangan pasien sempat mengalami muntah setelah
minum semua pil itu, namun pasien dikatakan
kejang kejang dan mulutnya berbusa sehingga
dibawa ke rumah sakit.
15. • Riwayat Gangguan Psikiatrik: riwayat berobat ke Psikiater sejak kuliah di Harvard dan mendapat
obat tablet sertraline, quetiapine dan bupropion.
• Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif: Pasien ada riwayat menggunakan ganja sejal 10 tahun yang
lalu. Penggunaan ganja untuk kepentingan medis diijinkan di negaranya. Dalam waktu 3 bulan
terakhir pasien ada banyak menggunakan ganja di Afrika Selatan karena variasinya yang bisa
ditemukan pada kue brownies dan permen cokelat. Pasien minum kopi sesekali terutama saat
membuat tugas kuliah untuk membantu dirinya berkonsentrasi. Minum alkohol sesekali saat acara
pernikahan atau upacara seremonial lainnya, selebihnya pasien jarang mengkomsumsi alkohol. Pasien
mengatakan tidak pernah merokok ataupun menggunakan obat-obatan psikotropika lainnya selain
ganja.
• Riwayat Penyakit Dahulu (Medis): tidak mempunyai riwayat penyakit asma, hipertensi, diabetes
melitus dan jantung.
• Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
• Riwayat Kepribadian Sebelumnya: Pasien suka menarik perhatian orang lain dengan
sering berganti warna rambut dan tindik hidung.
Riwayat Gangguan Sebelumnya
16. Riwayat Kehidupan Pribadi
Prenatal dan Perinatal 0-3 tahun Riwayat Masa Dewasa
• Data mengenai riwayat
masa kecil pasien tidak
didapatkan secara lengkap,
namun dari
heteroanamnesa
pasangannya pasien sangat
disayang dan diharapkan
oleh kedua orangtuanya,
lahir dalam keadaan normal
dan sehat.
Sejak lahir pasien diasuh oleh ayah
dan ibunya di peru, tidak ada
kelainan dalam tumbuh kembang
pasien
Pasien bersekolah di Peru dari
elementary school sampai senior
high school.
Pasien kuliah S1 di Peru kemudian
melanjutkan S2nya di Harvard
Amerika.
• Pasien saat ini bekerja sebagai founder aktivis
LGBT di Peru dan mempunyai pengaruh yang
cukup luas dalam menyuarakan hak hak LGBT.
Saat ini pasien sedang melanjutkan kuliahnya di
Hardvard Kennedy School di Cambridge Amerika
di bidang kebijakan publik.
• Pasien baru saja menikah dengan pasanganya
sesama jenis pada bulan Mei 2022 di negara
Chile.
• Pasien menyadari dirinya mengalami perbedaan
orientasi seksual sejak remaja, pasien ingin
menjadi laki-laki namun pasien terlahir sebagai
perempuan.
• Pasien dibesarkan dalam lingkungan Kristen
• Pasien menggunakan waktu luangnya selama 3
bulan terakhir untuk menyelesaikan tugas kuliah
magang musim panasnya di Johanesburg Afrika
Selatan.
3-11 tahun
Kanak Akhir dan Remaja
17. Pemeriksaan Fisik
Status Present :
Kesadaran : fluktuatif, GCS E3V2M4
Tekanan darah : 140/90 mmHg, Nadi 88x/mnt, RR: 24x/Mnt, T: 39 0C
Status Generalis :
Kepala : Mata: anemis - / -, ikterus -/-, Reflek pupil +/+ isokor 5/5 mm
THT : kesan tenang
Thorak : Cor/Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Distensi(-), Bising usus(+)Normal, Hepar dan Lien tidak teraba
Ekstrimitas: hangat
18. Pemeriksaan Status Mental
STATUS PSIKIATRI KETERANGAN
DESKRIPSI UMUM Pasien perempuan dengan penampilan seperti laki laki, Penampilan tidak wajar,
roman muka bingung dan gelisah, kontak verbal dan visual kurang
SENSORIUM & KOGNITIF Fluktuatif
MOOD/AFEK/KESERASIAN Belum dapat dievaluasi
PROSES PIKIR
Bentuk Pikir
Arus Pikir
Proses Pikir
Belum dapat dievaluasi
PERSEPSI Belum dapat dievaluasi
DORONGAN INSTINGTUAL Insomnia ada tipe campuran, hipobulia dan raptus tidak ada
KEMAMPUAN
MENGENDALIKAN IMPULS
Meningkat CAM 4 RASS +3
DAYA NILAI DAN TILIKAN Tilikan derajat 2
PASIEN DAPAT DIPERCAYA Secara keseluruhan pasien dapat dipercaya
19. 1. WHO ASSIST: Ganja = 39, artinya saat ini pasien memerlukan penilaian lebih
lanjut dan pengobatan yang lebih intensif.
2. Kesimpulan pada penilaian assesmen wajib lapor & rehabilitasi medis
• Masalah medis : Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Canabis
• Masalah pekerjaan : pekerjaan pasien terganggu
• Masalah NAPZA : adiksi ganja
• Masalah social : bermasalah dengan hukum karena kepemilikan ganja
• Masalah psikiatri : Gangguan orientasi seksual
20. DIAGNOSIS BANDING
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Canabis (F12.03)
1
2 Delirium ec Metabolik (F05.8)
3 Gangguan Afektif Bipolar Episode kini Depresi Berat dengan gejala psikotik (F31.5)
21. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
• Aksis I : Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Canabis (F12.03)
• Aksis II : Ciri kepribadian Histrionik, MPE Somatisasi, dan
Introyeksi
• Aksis III : Obs DOC ec susp metabolik,
Intoksikasi ec susp sertraline,
Acute symptomatic seizure ec drug induced.
• Aksis IV : Masalah dengan pihak berwajib
• Aksis V : GAF saat ini : 30-21 ‘
GAF terbaik 1 tahun terakhir: 90-81
22. - Rawat bersama dengan TS Interna dan Neuro
- Lorazepam tablet 0,5 mg tiap 24 jam intraoral malam
- Psikoterapi suportif
- Psikoedukasi Keluarga
- Perbaikan kondisi medis umum pasien
- Breaking bad news
PENATALAKSANAAN