Teks tersebut membahas pentingnya pendidikan karakter melalui kegiatan kepramukaan. Kepramukaan dijelaskan sebagai salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa melalui kode kehormatan pramuka yang mencakup delapan belas darma. Tujuan akhirnya adalah membentuk karakter siswa menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, dan berguna bagi bangsa.
1. Pramuka dan Pendidikan Berkarakter
Sunarti, M.Pd.
(Andalan Daerah Kwartir Daerah Lampung,
Guru SMA Negeri 8 Bandarlampung)
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945
akhir-akhir ini, banyak dan sering menjadi pembahasan
berbagai kalangan, terutama kalangan pendidikan. Hal ini terdorong oleh adanya fakta
bahwa siswa sebagai produk pendidikan belum kuat secara kemanusiaan, serta
kepribadiannya masih lemah sehingga mudah terpengaruh oleh hal-hal dari luar. Selain
itu, semangat untuk belajar, berdisiplin, beretika, bekerja keras, dan sebagainya kian
menurun. Peserta didik banyak yang tidak siap untuk menghadapi kehidupan sehingga
dengan mudah meniru budaya luar yang negatif, terlibat di dalam amuk massa,
melakukan kekerasan di sekolah atau kampus, dan sebagainya. Meningkatnya
kemiskinan, menjamurnya budaya korupsi, munculnya plagiarisme, menguatnya politik
uang, dan sebagainya merupakan cerminan dari kehidupan yang tidak berkarakter kuat
untuk menuju bangsa yang berperadaban maju.
Pendidikan yang ada selama ini dianggap gagal dalam membentuk karakter siswa. Oleh
karena itu, benar kata WS Renda dalam salah satu puisinya telah mempertanyakan
tentang adanya “papan tulis-papan tulis para pendidik yang terlepas dari persoalan
kehidupan”. Mengapa? Proses pendidikan di sekolah ternyata masih lebih
mengutamakan aspek kognitifnya ketimbang afektif dan psikomotoriknya. Selama ini
pendidikan hanya berorientasi pada angka/nilai semata. Bahkan konon Ujian Nasional
pun lebih mementingkan aspek intelektualnya ketimbang aspek kejujurannya. Konon
tingkat kejujuran Ujian Nasional itu hanyalah 20%, karena masih banyak peserta didik
yang menyontek dalam pelbagai cara dalam mengerjakan Ujian Nasional itu. Padahal,
dalam UU Sisdiknas tahun 2003, Bab II, pasal 3, jelas disebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
2. untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan memang bukanlah sekadar transfer pengetahuan (transfer of knowledge),
tapi alat wahana pembentukan kepribadian (character building), mulai dari pola pikir,
kejiwaan dan pola tingkah laku (attitude). Oleh sebab itu, muncullah kesadaran tentang
perlu dikembangkannya kembali pendidikan karakter di sekolah. Salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk menanamkan pendidikan karakter adalah melalui kepramukaan.
Kepramukaan mampu dijadikan sebagai pintu masuk dalam penanaman nilai-nilai
moral. Nilai-nilai moral, seperti kejujuran, pengorbanan, kepedulian sosial, cinta tanah
air, psikologis, demokrasi, santun, dan sebagainya bisa ditemukan
dalam
Kode
Kehormatan Pramuka yang disesuaikan dengan golongan usia dan perkembangan
rohani serta jasmani anggota muda, yaitu:
Dwisatya dan Dwidarma untuk Pramuka Siaga
Trisatya dan Dasadarma untuk Pramuka Penggalang
Trisatya dan Dasadarma untuk Pramuka Penegak dan Pandega
Trisatya dan Dasadarma untuk Anggota Dewasa.
Gerakan Pramuka mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan
mental, moral, spiritual, emosional, social, intelektual dan fisiknya sehingga menjadi:
1) Manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental, dan tinggi moral; tinggi
kecerdasan dan mutu ketrampilannya; kuat dan sehat jasmaninya.
2) Warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan
berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama
3. bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap
sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional maupun internasional.
Hal ini dapat dilakukan dengan menyertakan kaum muda dalam proses pendidikan
nonformal selama tahun-tahun pembentukan kepribadiannya, menggunakan metode
khusus yang membuat masing-masing pribadi menjadi penggerak
utama dalam
pengembangan dirinya sendiri, untuk menjadi orang yang mandiri, siap membantu
sesamanya, bertanggungjawab dan merasa terpanggil, membantu mereka dalam
membentuk suatu sistem nilai yang didasarkan pada asas-asas spiritual, sosial dan
personal, sebagaimana dinyatakan dalam Satya dan Darma.
Berbeda dengan pendidikan nonformal lainnya, Kepramukaan mencakup keempat
“soko guru” pendidikan, yaitu: belajar mengetahui (learning to know) , belajar berbuat
(learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together); dan belajar menjadi
seseorang (learning to be); Kepramukaan memiliki sistem pendidikan terorganisasi dan
lengkap dengan lima komponen utamanya, yakni: tujuan pendidikan, peserta didik,
yang mendidik, metode pendidikan, materi pendidikan atau kurikulum. Pendekatan
pendidikan yang digunakan dalam kepramukaan adalah pendekatan yang utuh dan
menyeluruh (holistik). Namun demikian, kepramukaan tetap merupakan pelengkap
jalur-jalur pendidikan lainnya dan memberi kontribusi kepada keseluruhan pendidikan
anak muda.
Dalam kegiatan itu sendiri kepramukaan bersifat sukarela, tidak membedakan asal usul,
suku, ras, golongan atau agama. Sifat sukarela menggarisbawahi persyaratan bahwa
para anggota bergabung atas dasar kemauannya sendiri dan atas dasar penerimaannya
secara sukarela akan asas-asas Gerakan Pramuka. Hal ini berlaku untuk anggota muda
maupun anggota dewasa dan inilah yang harus menjadi perhatian para pendidik. Sebuah
kekeliruan kalau kepramukaan itu diwajibkan bagi perserta didik dengan adanya
pendidikan berkarakter, mungkin yang dapat dilakukan sekarang bagaimana pembina
itu bisa menciptakan kegiatan-kegiatan yang menarik sehingga peserta didik dengan
sukarela masuk menjadi anggota pramuka tanpa ada unsur paksaan sehingga pada
akhirnya akan tumbuh generasi muda yang tangguh,taqwa, bermoral. Tentunya hal ini
4. perlu dukungan semua unsur pendidikan mulai dari kepala sekolah, orang tua, pendidik,
komite, dan masyarakat.
Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan
akhlak mulia. Sejalan dengan tujuan Gerakan Pramuka yaitu mendidik dan membina
kaum muda Indonesia guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, social,
intelektual dan fisiknya, sangat relevan sekali dalam menunjang pendidikan berkarakter
yang meliputi delapan belas pilar yang dalam kepramukaan menjadi kode kehormatan
setiap anggota pramuka, yang lebih rincinya sebagai berikut:
1.Darma Pertama: Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tidak dapat dipisahkan
dari pengertian moral, budi pekerti dan akhlak. Moral, budi pekerti atau akhlak adalah
sikap yang digerakan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan manusia
terhadap Tuhan, terhadap sesama manusia, sesama makhluk, dan terhadap diri sendiri
Akhlak terhadap Tuhan Yang Mahaesa meliputi cinta, takut, syukur, taubat, ikhlas
terhadap Tuhan. Akhlak terhadap Tuhan Yang Mahaesa mengandung unsure-unsur
takwa, beriman kepada Tuhan Yang Mahaesa, dan berbudi pekerti yang luhur.
2. Darma kedua: Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, Cinta dan kasih
sayang berarti manusia dapat ikut merasakan suka dan derita alam sekitarnya khususnya
manusia.
3. Darma Ketiga : Patriot yang Sopan dan Ksatria, Membiasakan dan mendorong
anggota Pramuka untuk: Menghormati dan memahami serta menghayati lambang
Negara, bendera sang Merah Putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya, mencintai
bahasa, seni budaya, dan sejarah Indonesia. Mengerti, menghayati, mengamalkan dan
mengamankan
Pancasila.
Mengenal
adapt-istiadat
suku-suku
bangsa
di
Indonesia.Mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan diri pribadi. Selalu
membantu dan membela yang lemah dan yang benar..
Membiasakan diri berani
mengakui kesalah dan membenarkan yang benar.Menghormati orang tua, guru dan
pemimpin.
5. 4. Darma keempat: Patuh dan Suka Bermusyawarah, Membiasakan diri untuk
menepati janji, mematuhi peraturan yang ditetapkan di gugusdepan dan mematuhi
peraturan di RT/RK, kampung dan desa, sekolah dan peratur perundang-undangan yang
berlaku. Misalnya, setia mengikuti latihan membayar iuran, menaati peraturan lalu
llintas dan lain-lain.Belajar mendengar pendapat orang, menghargai gagasan orang
lain.Membiasakan untuk merumuskan kesepakatan dengan memperhatikan kepentingan
orang banyak. Membiasakan diri untuk bermusyawarah sebelum melaksanakan suatu
kegiatan (misalnya akan berkemah, widyawisata dan lain-lain.
5. Darma Kelima: Rela Menolong dan Tabah, Membiasakan diri untuk ikut merasakan
penderitaan orang lain, membantu yang lemah, dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
Tabah dalam hal ini membiasakan diri untuk selalu bisa menerima kenyataan, tidak
cepat berputus asa, mengeluh dalam setiap kesulitan yang dihadapi. Jelaskan bahwa
dibalik kesulitan, kegagalan, dan kekecewaan selalu terdapat hal-hal yang baik dan
berguna.
6. Darma Keenam: Rajin Terampil dan Gembira, Biasakan diri untuk membaca buku
yang baik. Biasakan untuk membuat karya tulis, selenggarakan diskusi-diskusi untuk
belajar; mengolah pikiran, mengemukakan pendapat.Membiasakan jadwal harian yang
tetap untuk belajar. Biasakan bekerja menurut manfaat dan disesuaikan dengan
kemampuan.
lain.
Jangan terlalu cepat menegur, mengkritik atau menyalahkan orang
Hargai dan tonjolkan suatu prestasi kerja.
rencana.
Bergembiralah dalam tiap usaha.
jangan tunda sampai esok hari.
sesuatu.
Berusaha untuk bekerja dengan
Selesaikan setiap tugas pekerjaan,
Jangan cepat puas setelah selesai mengerjakan
Mintalah tuntunan dari orang yang lebih berpengalaman.
Jangan menolak
tugas pekerjaan apa pun yang diberikan pada kita. Laksanakan tugas dengan sebaikbaiknya sesuai dengan kemampuan yang ada.
7. Darma Ketujuh: Hemat, Cermat, dan Bersahaja, membiasakan peserta didik
untuk menggunakan waktu dengan tepat ke sekolah, tidur, makan, latihan dan
sebagainya.Tidak ceroboh. Bertindak dengan teliti pada waktu yang tepat agar ia tidak
dirusakkan oleh keinginan jahat dari luar. Sadar akan dirinya sebagai suatu
6. pribadi.Berpakaian yang sederhana tanpa perhiasan yang berlebihan-lebihan. Meneliti
selalu sebelum berbuat sesuaatu agar terjadi ketepatan di dalam pelaksanaannya.
Memeriksa pekerjaan sebelum diserahkan kepada Pembina. Menggunakan uang jajan
dengan hemat. Memberi anak tanggung jawab untuk tugas di rumah dan lain-lain.
Membiasakan untuk menabung. Bekerja berdasarkan manfaat dan rencana
8. Darma Kedelapan: Disiplin, Berani, dan Setia, Pelaksanaan dalam Hidup Seharihari:
Berusaha untuk mengendalikan dan mengatur diri (self disiplin). Menaati
peraturan. Belajar untuk menilai kenyataan, bukti dan kebenaran suatu keterangan
(informasi). Patuh dengan pertimbangan dan keyakinan.
9. Darma Kesembilan: Bertanggung Jawab dan Dapat Dipercaya, membiasakan
diri untuk bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diperbuat baik atas perintah
maupun tidak, terutama secara pribadi bertanggungjawab terhadap Negara, bangsa,
masyarakat dan keluarga. Dapat dipercaya artinya Pramuka itu dapat dipercaya, baik
perkataannya maupun perbuatannya. Jujur terhadap diri sendiri, terhadap anak didik dan
terhadap orang lain terutama yang menyangkut uang, materi dan lain-lain. Apa yang
dikatakannya tidaklah suatu karangan yang dibuat-buat. Apabila ia ditugaskan untuk
melaksanakan sesuatu, maka ia dapat dipercaya bahwa ia pasti akan melaksanakannya
dengan sebaik-baiknya. Dalam kehidupan sehari-hari dimana dan kapan pun juga
Pramuka dapat dipercaya bahwa ia tidak akan berbuat sesuatu yang tidak baik,
meskipun tidak ada orang yang tahu atau yang mengawasinya. Selalu menepati waktu
yang sudah ditentukan, Tujuan adalah mendidik Pramuka menjadi orang yang jujur dan
yang dapat dipercaya akan segala tingkah laku
10. Darma Kesepuluh: Suci dalam Pikiran Perkataan dan Perbuatan,
membiasakan pramuka untuk selalu menyumbangkan pikirannya yang baik, tidak
berprasangka, dan tidak boleh mempunyai sikap-sikap yang teercela dan selalu
menghargai pemikiran-pemikiran orang lain. Selalu berhati-hati dan berusaha sekuat
tenaga untuk mengendalikan diri terhadap ucapannya, dan menjauhkan diri dari
perkataan-perkataan yang tidak pantas dan menimbulkan ketidak percayaan orang
lain. Menjadi contoh pribadi dalam segala tingkah lakunya dan menjauhkan diri dari
7. perbuatan-perbuatan yang jelek yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Mempunyai pegangan hidup yaitu agama, jelas di sini bahwa Pramuka itu beragama
bukan hanya dalam pikiran dan perkataan belaka, tetapi keberagamaan Pramuka
tercermin pula dalam perbuatan yang nyata.
Karakter peserta didik memang harus dibentuk dan dibiasakan sejak dini mengingat
semakin banyak peserta didik yang kurang berahlak. Pendidikan berkarakter memang
sangat urgen sekali dan harus dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan. Gerakan
Pramuka dengan dasadarmanya dan kegiatannya sangat relevan dengan delapan belas
pilar karakter, hanya saja sekarang bagaimana agar kepramukaan itu menjadi kegiatan
yang favorit bagi peserta didik sehingga tidak ditinggalkan
dan masuk gerakan
pramuka dengan tanpa unsur paksaan tentunya ini menjadi tanggung jawab kita
bersama. Mari, satukan langkah, pikirkan anak negeri, Ikhlas Bakti Bina Bangsa
Berbudi Bawa Laksana.