Sandi Caesar dinamai dari Julius Caesar yang menggunakannya dengan geseran tiga huruf untuk pesan rahasia. Keponakannya Augustus juga menggunakannya dengan variasi. Sandi ini masih digunakan hingga abad ke-19 meski sudah ditemukan pengembangan sandi Vigenère pada abad ke-16.
1. Sejarah dan Penggunaan.
Nama Sandi Caesar diambil dari Julius Caesar, yang menurut buku Suetonius Kehidupan
Duabelas Caesar, menggunakan sandi ini dengan geseran tiga, untuk mengirim pesan yang
mengandung rahasia atau taktik militer.
Jika ia memiliki suatu rahasia yang akan disampaikan, ia menuliskannya dalam
sandi, dengan mengganti urutan abjad, sehingga tak satu kata pun dapat dimengerti.
Jika ada yang ingin membaca pesan-pesan ini, ia harus mengganti huruf keempat
dalam alfabet, yaitu D, untuk A, dan seterusnya untuk huruf-huruf lain. - Suetonius,
Kehidupan Julius Caesar 56
Keponakan Caesar, Augustus juga menggunakan skema sandi Caesar, namun dengan geseran
satu ke kanan, dengan sedikit perbedaan.
Jika ia hendak menulis sandi, ia menuliskan B untuk A, C untuk B, dan seterusnya,
serta AA untuk Z. — Suetonius, Kehidupan Augustus 88.
Juga terdapat bukti bahwa Julius Caesar juga menggunakan sistem yang lebih rumit. Penulis
Aulus Gellius, merujuk pada sebuah risalah (yang sekarang hilang) dalam sandi-sandinya.
Bahkan terdapat suatu risalah yang ditulis secara cerdas oleh ahli tatabahasa Probus
mengenai arti rahasia dari huruf-huruf yang menyusun surat-surat Caesar — Aulus
Gellius, 17.9.1–5.
Masih belum diketahui seberapa efektif sandi Caesar pada waktu itu, namun kemungkinan
besar sandi tersebut cukup aman, karena amat sedikit dari musuh Caesar yang dapat
membaca, apalagi yang dapat memecahkan sandi. Tidak ada catatan mengenai ditemukannya
solusi untuk memecahkan sandi Caesar pada zaman itu. Catatan tertua mengenai pemecahan
sandi substitusi monoalfabetik seperti sandi Caesar adalah pada abad ke-9, oleh kebudayaan
Arab Muslim yang menemukan analisis frekuensi.
Juga diketahui bahwa sejenis sandi Caesar juga pernah digunakan sebelum masa Caesar.
Sandi Caesar dengan geseran satu diklaim telah ditemukan di belakang Hezuzah.
Pada abad ke-19, iklan pribadi di surat-surat kabar kadang-kadang dituliskan dengan sandi
Caesar. David Kahn (1967) menuliskan beberapa pasangan kekasih berkomunikasi secara
rahasia dengan sandi Caesar melalui iklan di The Times. Bahkan pada Perang Dunia I,
Tentara Kekaisaran Rusia menggunakan sandi Caesar, karena banyak tentara yang tidak
mampu menggunakan metode sandi yang lebih maju; akibatnya para kriptoanalis Jerman dan
Austria dapat memecahkan sandi-sandi tentara Rusia dengan mudah.
Sekarang sandi Caesar tidak dapat digunakan untuk hal-hal yang penting, namun dapat
digunakan untuk kepentingan sederhana seperti diari, surat cinta, menyembunyikan
penghinaan, spoiler dan lain-lain yang tidak melibatkan para ahli. Sandi Caesar dengan
geseran 13 disebut algoritma ROT13, digunakan pada forum-forum internet agar suatu tulisan
(mis. spoiler) tidak langsung terbaca.
Pada akhir abad ke-16 ditemukan sandi Vigenère yang merupakan pengembangan lebih
lanjut daripada sandi Caesar. Sandi Vigenère menggunakan sandi Caesar dengan bilangan
2. geseran yang berbeda tiap hurufnya, sesuai dengan sebuah kata kunci. Berbeda dengan sandi
Caesar yang dapat dipecahkan melalui analisis frekuensi sederhana, Sandi Vigenère pada saat
itu terlihat sulit sekali dipecahkan. Sandi Vigenère dijuluki le chiffre indéchiffrable (sandi
yang tak terpecahkan) hingga akhirnya dipecahkan pada abad ke-19 dengan cara analisis
frekuensi lanjutan.
Pada April 2006, seorang bos mafia buronan Bernardo Provenzano tertangkap di pulau
Sisilia. Keberhasilan ini tak lepas dari keberhasilan pihak berwenang memecahkan sandi
yang digunakan sang buronan. Provenzano menggunakan suatu variasi dari sandi Caesar.