Dokumen tersebut membahas dampak perubahan iklim terhadap ekosistem mangrove di negara-negara kepulauan Karibia. Perubahan iklim berpotensi merusak mangrove melalui kenaikan suhu dan permukaan air laut, serta perubahan pola hujan. Hal ini dapat mengancam keberlangsungan mangrove dan ekosistem terkait seperti terumbu karang. Dokumen juga menjelaskan respon adaptif mangrove terhadap perubahan iklim seperti migrasi ke daratan lebih
1. Impacts of Climate Change on Mangrove Ecosystems in the
Coastal and Marine Environments of Caribbean Small Island
Developing States (SIDS)
MATA KULIAH BIOLOGI KONSERVASI
JURUSAN BIOLOGI
4. Persebaran Mangrove di Karibia
Source: 2010 World Atlas of Mangroves
Meksiko: 7.700 km2 (770.000 hektar)
Belize: 785,11 km2 (78.511 hektar)
Guatemala: 188 km2 (18.800 hektar)
Honduras: 530 km2 (54.300 hektar)
24% hutan
mangrove di
Karibia telah
hilang dalam ¼
abad terakhir
5. Spesies Mangrove di Karibia
Rhizophora mangle
Avicennia germinans
Laguncularia racemose
Conocarpus erectus
6. Ancaman-ancaman terhadap Ekosistem Mangrove
Perubahan lanskap (pembangunan pesisir)
Perubahan Iklim
Polusi
Eksploitasi manusia
Kerangka Hukum yang tidak efektif
7. Respon Mangrove Terhadap Perubahan Iklim
Meningkatnya
Karbon di
Atmosfer
Kenaikan
Permukaan
Air Laut
Meningkatnya
Suhu
Permukaan
Perubahan
Presipitasi
Dampak
Terhadap
Ekosistem
di
Sekitarnya
Badai dan
Kejadian
Cuaca
Ekstrim
Pengasaman
Air Laut
8. Respon Mangrove terhadap kenaikan permukaan air laut
Respon mangrove terhadap naiknya
muka air laut akan bervariasi menurut
lokasi dan akan bergantung pada laju
kenaikan muka air laut secara lokal dan
ketersediaan sedimen sebagai media
tempat tumbuhnya mangrove. Di wilayah
Karibia, semai mangrove sangat sensitif
terhadap ketersediaan sedimen yang
rendah, diperkirakan mangrove di Pulau
Koral Caribbean tidak akan survive apabila
permukaan air laut meningkat. Ellison and
Stoddart (1991) melaporkan bahwa di
wilayah Caribbean dan Pasifik mangrove
masih dapat berkembang pada kenaikan
muka air laut sekitar 8-9 cm/100 tahun
mangrove mengalami stres, dan kenaikan
diatas 12 cm/100 tahun mangrove hilang.
9. Meningkatnya Karbon di Atmosfer
CO2 dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan produktivitas
tumbuhan secara langsung. Semakin
tinggi konsentrasi CO2 pada atmosfer,
mangrove akan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi air yang
semakin tinggi pula. Peningkatan CO2
diatmosfer diperkirakan dapat
memperkuat kemampuan mangrove
(melalui proses biologis seperti
pembentukan akar dan pertambahan
tanah) untuk berpindah menuju
daratan yang lebih tinggi selama SLR
(Sea Level Rise) menggenangi habitat
primernya di zona intertidal.
10. Meningkatnya Suhu Permukaan
Mangrove umumnya tumbuh dalam
kisaran suhu 15-25°C. Peningkatan CO2
dan suhu di atmosfer dapat mempengaruhi
produktivitas mangrove dan dapat
menyebabkan mangrove melakukan
ekspansi menuju latitude / garis lintang
yang lebih tinggi di seluruh dunia. Efek
yang dapat terjadi pada mangrove meliputi:
perubahan komposisi spesies; perubahan
pola phonological (waktu pembungaan dan
pembuahan); peningkatan produktivitas
mangrove (selama suhu tidak melebihi
ambang batas). Peningkatan suhu dapat
memberikan efek negatif yang tajam pada
mangrove tepi pantai.
11. Perubahan Presipitasi
Sedikitnya hujan, adanya SLR (Sea Level Rise),
atau berkurangnya groundwater dapat menyebabkan
tingginya salinitas di lingkungan mangrove. Penurunan
hujan akan mengurangi area geografis pertumbuhan
mangrove dan peningkatan hujan akan memperluas area
geografis pertumbuhan mangrove. Hal tersebut dikarenakan
sedikitnya hujan dapat menyebabkan mangrove mengambil
garam-garaman dari lingkungan rawa. SLR (Sea Level Rise),
sedikitnya hujan dan runoff dapat menyebabkan mangrove
mengalami salinitas yang tinggi dan campuran air asin yang
berdampak pada berkurangya produktivitas secara
keseluruhan. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi
komposisi spesies, diversitas dan interaksi mangrove dengan
vegetasi coastal lainnya.
Badai dan Kejadian Cuaca
Ekstrim
Mangrove sejak lama diketahui mudah
untuk terdegradasi dan melemahkan fungsi
ekosistem dikarenakan adanya peristiwa cuaca
yang ekstrim seperti angina topan dan badai
tropis. Mangrove dapat memberikan
perlindungan dari angina dan hentakan badai
yang disebabkan oleh berbagai cauaca ekstrem.
Mangrove juga berperan sebagai tempat untuk
ikan dan habitat sejumlah spesies, berperan
sebagai mata pencaharian populasi sekitar, dan
mendukung kegiatan turis pantai dan laut.
12. Dampak Terhadap Ekosistem di Sekitarnya
Karena saling ketergantungan antara
ekosistem mangrove dengan ekosistem disekitarnya,
dengan adanya perubahan iklim maka akan
menurunkan tingkat interaksi antar keduanya.
Misalnya, dampak terhadap terumbu karang termasuk
pemutihan karang dan degradasi struktur terumbu
karang akibat menurunnya pH air laut. Hal ini akan
membatasi perlindungan yang diberikan oleh
ekosistem tersebut dari gelombang yang besar
maupun badai, dengan demikian maka akan semakin
memperburuk degradasi hutan mangrove di Karibia.
13. Menetralkan pengasaman air laut
Ketika lautan menyerap CO2, proses
hidrolisis meningkatkan potensi hidrogen (pH)
air laut. Satu studi baru-baru ini
mempertimbangkan apakah mangrove adalah
penggerak pengasaman laut atau penyangga
terhadapnya. Studi ini menetapkan bahwa ekspor
senyawa anorganik terlarut dan alkalinitas dari
enam sungai mangrove asli di Australia
menciptakan peningkatan yang terukur, secara
lokal, dalam pH laut pesisir, menunjukkan
bahwa mangrove dapat secara parsial
menetralkan pengasaman laut di perairan tropis.