1) Ahlussunnah Wal-Jamaah merujuk pada kelompok mayoritas umat Islam yang mengikuti madzhab Asy'ari dan Maturidi dalam akidah, serta madzhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali dalam fikih.
3. DEFINISI AHLUSSUNNAH WAL-JAMAAH
• Ahlun bermakna:
1 Keluarga (Ahlul bayt, keluarga rumah tangga)
2 Pengikut (Ahlussunnah, pengikut sunnah)
3 Penduduk (Ahlul Jannah, penduduk surga)
4. DEFINISI AHLUSSUNNAH WAL-JAMAAH
Makna al-Sunnah
Secara kebahasaan: jalan
Secara syar’i: jalan yang
diridhai oleh Allah ,
yang menjadi pijakan
dalam agama, dan telah
ditempuh oleh Rasulullah
atau orang yang
menjadi panutan dalam
agama seperti sahabat
ُ
َّةنُّ
لسَا
ُ
ةَغل
ُ
ةَ
قْيِ
رَّطال
ُْ
وَلَ
و
َُ
رْيَغ
،ٍ
ةَّيِ
ضْ
رَ
م
اعْ
رَ
شَ
و
ُ
مْ
سِا
ُ
َّطلِل
ُ
ِ
ةَ
قْيِ
ر
ُ
ِ
ةَّيِ
ضْ
رَ
ْملا
ُ
ِ
ةَ
كْ
ولْ
سَ
ْملا
ُِ
ف
ُِ
نْيِّ
ِ
الد
اَ
هَ
كَلَ
س
ُْ
وسَ
ر
ُ
ل
ُ
ِ
للا
ُْ
َوأ
ُ
هرْيَغ
ُْ
نَِّ
ِم
َُ
وه
ُ
مَلَ
ع
ُِ
ف
ُِ
نْيِّ
ِ
الد
ُ
ِ
ةَابَ
حَّ
الصَ
ك
،
ُ
ِ
هِلْ
وَ
قِل
:
ُ
َلَ
ع
ُْ
مكْي
ُِْ
َّتنسِب
ُ
َّنسَ
و
ُ
ِ
ة
ُِ
اءَ
فَلْ
اْل
َُ
نْيِ
دِ
اشَّ
الر
ُْ
نِ
م
،ْ
يِ
دْعَب
ُ
ُِِّّ
نُّ
السَ
و
ُ
َ
م
ُ
بْ
وسْن
َُ
لِإ
ُ
ِ
َّةنُّ
الس
اه
(
حضرة
الشيخ
حممد
هاشم
،أشعري
رسالة
أهل
السنة
واجلماعة
ص
/
5
)
.
5. DEFINISI AHLUSSUNNAH WAL-JAMAAH
• Jamaah secara bahasa:
•
ُ
هتَ
رْثَ
كَ
ُوٍ
ءْ
يَ
شُِِّ
لُكدَ
دَ
ع
• “Sekumpulan apa saja dan jumlahnya banyak”.
6. DEFINISI AHLUSSUNNAH WAL-JAMAAH
• Secara istilah: Jamaah adalah golongan yang
selalu menjaga kekompakan, kebersamaan dan
kerukunan, sebagai kebalikan dari kata al-
furqah (golongan yang berpecah belah dan
bercerai berai).
• Dikatakan al-jamaah, karena golongan ini
selalu memelihara kekompakan, kebersamaan
dan kerukunan terhadap sesama.
• Meskipun terjadi perbedaan pendapat di
kalangan mereka, perbedaan tersebut tidak
melahirkan sikap saling membid’ahkan,
memfasikkan dan mengkafirkan terhadap
sesama mereka.
8. SIAPA AHLUSSUNNAH WAL-JAMAAH?
•Tidak semua aliran dalam Islam
mengklaim sebagai Ahlussunnah
Wal-Jama’ah.
•Khawarij menamakan dirinya al-
syurat.
•Syi’ah menamakan dirinya Syi’ah
Ali atau Syi’ah Ahlul Bayt.
•Mu’tazilah menamakan dirinya
ahlul ‘adli wat tauhid dan lain
sebagainya.
9. DALAM PERJALANAN SEJARAH, HANYA DUA
GOLONGAN YANG MENGAKU
AHLUSSUNNAH WAL-
JAMAAH
•1) Golongan
mayoritas kaum
Muslimin (jumhur
al-muslimin) yang
mengikuti
madzhab al-
Asy’ari dan al-
Maturidi
• 2) Kelompok
minoritas yang
mengikuti
paradigma
pemikiran Syaikh
Ibnu Taimiyah,
yang dewasa ini
dikenal dengan
nama Wahabi dan
Salafi.
10. AHLUSSUNNAH WAL-JAMAAH IDENTIK
DENGAN MADZHAB ASY’ARI-MATURIDI
Apabila Ahlussunnah Wal-
Jamaah disebutkan, maka
maksudnya adalah golongan
madzhab Asy’ari dan Maturidi.
24. Tujuan:
Merebut Kekuasaan Politik
Melaksanakan Konsepsi PKI
ISLAM RADIKAL
(S.A)
NEOKOMUNISME
Tujuan:
Demokrasi Liberal
Merebut Pengaruh Politik
Menguasai Sumber Daya Alam / Ekonomi
Strategi:
Sama dengan NEOLIB Int’l
Mengusung Teologi Pembebasan
Dekonstruksi
REFORMASI: SERANGAN KAPITALISMEGLOBAL PADA NKRI
Strategi:
Sama dgn NEOLIB Int’l
Dekonstruksi
Metode:
Balas Dendam
Menghancurkan tatanan Nasional
Menciptakan konflik vertikal / horizontal
Sabotase
Strategi:
Mengubah/Mengganti UUD &
Peraturan per. UU lainnya
Campur tangan berbagai konflik
Mempengaruhi Pola Pikir
Metode:
Issue HAM & Lingkungan
Hidup
Tekanan Ekonomi
Infiltrasi & Invasi
Tujuan:
Islam Kaffah
N.I.I
Syariat Islam
Strategi:
Sama dengan NEOLIB Int’l
Metode:
Parlementer plus (Sosial,
Tarbiyah bawah tanah)
Jihad/teror
SOSIAL
DEMOKRAT
(U.E)
NEO LIBERAL
(USA)
Metode:
Sama dengan NEOLIB Int’l
24
25. Inilah Kekuatan NU
Banyak Pemimpin NU di daerah-daerah dan juga di pusat yang
tidak yakin akan kekuatan NU, mereka lebih meyakini kekuatan
golongan lain. Orang-orang ini terpengaruh oleh bisikan orang
yang menghembuskan propaganda agar tidak yakin akan
kekuatan yang dimilikinya.
Kekuatan NU itu ibarat senjata adalah meriam, betul-betul
meriam. Tetapi digoncanghkan hati mereka oleh propaganda luar
yang menghasut seolah-olah senjata itu bukan meriam, tetapi
hanya gelugu alias pohon kelapa sebagai meriam tiruan.
Pemimpin NU yang tolol itu tidak akan sadar siasat lawan dalam
menjatuhkan NU melalui cara membuat pemimpin NU ragu-ragu
akan kekuatan sendiri.
Jakarta 1950
KH A.Wahab Hasbullah.