SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK DI
LAHAN KRITIS DENGAN
MEMANFAATKAN MIKORIZA

KELOMPOK 8
Adi Firmansyah (150110080158)
Rahmanita Desi U.
(150110080159)
Dhea Primasari (150110080160)
Arina Robbi T. K. (150110080161)
Raden Bondan E.B
(150110080162)
SKEMA PEMBAHASAN

                  LAHAN KRITIS



                                  PENERAPAN
PENGERTIAN         PERTANIAN      PERTANIAN
LAHAN KRITIS        ORGANIK       ORGANIK DI
                                 LAHAN KRITIS


                                    PEMANFAATAN
  KARAKTERISTIK                    MIKORIZA UNTUK
   LAHAN KRITIS                      PERBAIKAN
                                       TANAH
PENGERTIAN LAHAN KRITIS

   Lahan Kritis adalah Lahan yang tidak
    produktif akibat tingkat erosi yang kuat (Gully
    Erosion), vegetasi penutup lahan sangat
    kecil dan tidak memungkinkan untuk
    diusahakan sebagai lahan pertanian tanpa
    usaha merehabilitasi terlebih dahulu
MASALAH UTAMA LAHAN KRITIS

 Fujisaka dan Carrity (1989)
  mengemukakan bahwa masalah utama yang
  dihadapi di lahan kritis antara lain adalah
1. lahan mudah tererosi,

2. tanah bereaksi masam dan

3. miskin unsur hara.
KARAKTERISTIK LAHAN KRITIS
                   LAHAN YANG GUNDUL



                 MUNCUL BATU – BATUAN DI
                      PERMUKAAN


                 TOPOGRAFI CURAM , BERBUKIT
                      DAN BERLERENG
  LAHAN KRITIS

                      PH TANAH RENDAH




                 TINGKAT PRODUKTIFITAS RENDAH



                     VEGETASI ALANG –ALANG
                         MENDOMINASI
Tabel 2: Kriteria Lahan Kritis Kawasan Budidaya Untuk
             Usaha Pertanian

No.      Kriteria          Kelas             Besaran/Diskripsi       Skor   Keteranga
                                                                                n
         (% bobot)
1     Produktivitas 1.     Sgt. Tinggi            >80%                5     Dinilai
      *)            2.     Tinggi                                           berdasark
                                                61 – 80 %             4
                                                                            an ratio
      (30)          3.     Sedang
                                                41 – 60 %             3     terhadap
                    4.     Rendah                                           produksi
                                                21 – 40 %             2
                                                                            komoditi
                    5.     Sgt.
                                                  <20 %               1     umum
                         Rendah
                                                                            optimal
                                                                            pada
                                                                            pengelola
                                                                            an
                                                                            tradisional

2     Lereng        1.    Datar                   <8 %                5
                    2.    Landai
      (20)                                       8 – 15 %             4
                    3.    Agk. Curam
                                                16 – 25 %             3
                    4.    Curam
                                                26 – 40 %             2
                    5.    Sgt. Curam
                                                  >40 %               1
3   Erosi   1.   Ringan    Tanah dalam        : <25% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi
            2.   Sedang                  alur pada jarak 20 – 50 m
    (15)
                           Tanah dangkal : <25% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi
            3.   Berat
                           alur pada jarak >50 m
            4.   Sgt. Berat Tanah dalam : 25 – 75 % lapisan tanah atas hilang dan/atau
                            erosi alur pada jarak kurang dari 20 m

                           Tanah dangkal : 25–50% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi
                           alur dengan jarak 20-50 m

                           Tanah dalam     : Lebih dari 75 % lapisan tanah atas hilang
                           dan/atau erosi parit dengan jarak 20-50 m

                           Tanah dangkal   : 50 – 75 % lapisan tanah atas hilang

                           Tanah dalam     : Semua lapisan tanah atas hilang >25 % lapisan
                                      tanah bawah dan/atau erosi parit dengan kedalaman
                                      sedang pada jarak kurang dari 20 m
                           Tanah dangkal : >75 % lapisan tanah atas telah hilang, sebagian
                                      lapisan tanah bawah telah tererosi
4   Batu –   1.   Sedikit   < 10 % permukaan lahan             5
    batuan   2.   Sedang    tertutup batuan
                                                               3
    (5)      3.   Banyak    10 – 30 % permukaan lahan
                                                               1
                            tertutup batuan
                            >30 % permukaan lahan
                            tertutup batuan




5   Manaje   1.   Baik      -       Penerapan teknologi        5
    men      2.   Sedang        konservasi tanah lengkap
                                                               3
                                dan sesuai petunjuk teknis
    (30)     3.   Buruk
                                                               1
                            -       Tidak lengkap atau tidak
                                terpelihara
                            -       Tidak ada
Hasil Inventarisasi Lahan Kritis Pada Lahan Kawasan lahan Budidaya Pertanian *)
                                                Luas Lahan Kritis
                                                                                          Total Luas
    No           Propinsi                                                    Potensial
                            Sangat Kritis       Kritis       Agak Kritis                     (Ha)
                                                                                Kritis
1        D.I. Aceh              5.777,00    320.248,13         96.738,29    437.896,51     860.659,93

2        Sumatera Utara                 -
                                             70.680,00        217.349,00    134.812,00     594.157,54

3        Sumatera Barat                 -              -               -
                                                                                      -       112.304

4        Riau                           -
                                            254.822,00        861.669,00   3.445.625,00     4.562.116

5        Jambi                          -              -               -
                                                                                      -    544.100,64

6        Sumatera Selatan               -              -               -
                                                                                      -     2.278.661

7        Bengkulu
                              160.563,00    339.256,00        286.319,00    259.221,00      1.045.359

8        Lampung                        -              -               -
                                                                                      -    152.885,15

9        Jawa Barat                     -              -               -
                                                                                      -    362.827,97

10       Jawa Tengah
                               37.432,00    223.954,00        327.368,00    293.836,00     982.920,50

11       D.I. Yogyakarta
                               18.160,00     15.758,00         42.051,00     46.484,00        122.453
12   Jawa Timur                    -              -              -              -     953.211,31

13   Kalimantan Barat              -              -              -              -    1.811.003,87

14   Kalimantan Tengah             -              -              -              -      1.708.181

15   Kalimantan Selatan            -              -              -              -        221.602

16   Kalimantan Timur              -              -              -              -        824.968

17   Sulawesi Utara                -              -              -              -        318.861

18   Sulawesi Tengah               -              -              -              -     153.151,49

19   Sulawesi Tenggara             -              -              -              -        188.059

20   Sulawesi Selatan              -              -              -              -     451.505,30

21   Bali                   1.675,00     21.797,00      61.413,00      94.611,00         179.496

22   NTT                           -              -              -              -      1.057.466

23   NTB                           -              -              -              -        224.177

24   Maluku                        -              -              -              -        514.875

25   Irian Jaya                    -              -              -              -      1.719.594

     Jumlah               223.607,00   1.246.515,13   1.892.907,29   4.712.485,51   21.944.595,70
Keterangan : Total luas yang tidak terbagi dalam 4 kriteria lahan kritis,
              digolongkan ke dalam Lahan kritis sampai dengan lahan sangat
kritis
          *) Tidak termasuk DKI Jakarta
Sumber : Departemen Kehutanan dan Perkebunan tahun 2000
PERTANIAN ORGANIK

 Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai
  suatu sistem produksi pertanian yang
  menghindarkan atau mengesampingkan
  penggunaan senyawa sintetik baik untuk
  pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida.
 Sistem Pertanian Organik adalah sistem
  produksi holistic dan terpadu, mengoptimalkan
  kesehatan dan produktivitas agro ekosistem
  secara alami serta mampu menghasilkan
  pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan
  berkelanjutan (Deptan 2002).
MIKORIZA BAGI LAHAN KRITIS
    Sifat cendawan mikoriza sebagai dasar
     dalam upaya bioremidiasi lahan kritis.
1.   Mikoriza tidak hanya berkembang pada
     tanah berdrainase baik, tapi juga pada
     lahan tergenang seperti pada padi sawah
     (Solaiman dan Hirata, 1995). Bahkan pada
     lingkungan yang sangat miskin atau
     lingkungan yang tercemar limbah
     berbahaya, cendawan mikoriza masih
     memperlihatkan eksistensinya (Aggangan et
     al, 1998)
PERBAIKAN STRUKTUR
TANAH
   MIKORIZA
                      JARINGAN HIFA
                       EKSTERNAL
SEKRESI SENYAWA
 POLISAKARIDA,
 ASAM ORGANIK,
   DAN LENDIR            ORGANIC
                         BINDING
 BUTIR – BUTIR            ACTION
 PRIMER DIIKAT
 JADI AGREGAT           MECHANICAL
    MIKRO                 BINDING
                          ACTION

                   CENDAWAN ENDOMIKRIZA
                     /VAM MENGHASILKAN
   AGREGAT        GLICOPROTEIN GLOMALIN YG
   MAKRO YG           BERPENGARUH PADA
    MANTAP        PENINGKATAN KEMANTAPAN
                          AGREGAT
LAHAN KRITIS ( LAHAN ALANG –
ALANG )
 Padang alang-alang tersebar luas di
  Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan pulau
  besar lainnya.
 Lahan alang-alang pada umumnya adalah
1. tanah mineral masam,
2. miskin hara dan bahan organik,
3. kejenuhan Al tinggi.
4. Memiliki sifat fisik yang kurang baik
 alang-alang berasosiasi dengan berbagai
   cendawan mikoriza arbuscular seperti Glomus
   sp., Acaulospora dan Gigaspora (Widada dan
   Kabirun ,1997).
   Kabirun dan Widada (1994) menunjukkan bahwa
    inokulasi MVA mampu meningkatkan
    pertumbuhan, serapan hara dan hasil kedelai pada
    tanah Podsolik dan Latosol.
   Pada tanah Podsolik serapan hara meningkat dari
    0,18 mgP/tan menjadi 2,15 mg P/tan., sedangkan
    hasil kedelai meningkat dari 0,02 g biji/tan. menjadi
    5,13 g biji /tan.
   Pada tanah Latosol serapan hara meningkat dari
    0,13 mg P/tan. menjadi 2,66 mg P/tan, dan hasil
    kedelai meningkat dari 2,84 g biji/tan menjadi 5,98 g
    biji/tan. Penelitian pemupukan tanaman padi
    menggunakan perunut 32P pada Ultisols
    menunjukkan bahwa serapan hara total maupun yang
    berasal dari pupuk meningkat nyata pada tanaman
    yang diinokulasikan dengan cendawan VAM (Ali et
TERIMAH KASIH
                       OLEH KELOMPOK 8
            WASSALLAMMUALAIKUM
 WARRAHMATULLAHI WABARAKATUH
             BERKENAN DOWNLOAD
HTTP://FILEKOM.COM/Z4Z4E7VXGJPG
                              .HTML

More Related Content

More from Bondan the Planter of Palm Oil

Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentRingkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentBondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 metode ilmu penelitian (bagian 37)
Ringkasan perkuliahan semester 6 metode ilmu penelitian (bagian 37)Ringkasan perkuliahan semester 6 metode ilmu penelitian (bagian 37)
Ringkasan perkuliahan semester 6 metode ilmu penelitian (bagian 37)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian organik (bagian 36)
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian organik (bagian 36)Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian organik (bagian 36)
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian organik (bagian 36)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 36)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 36)Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 36)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 36)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 5 teknologi perbenihan (bagian 34)
Ringkasan perkuliahan semester 5 teknologi perbenihan (bagian 34)Ringkasan perkuliahan semester 5 teknologi perbenihan (bagian 34)
Ringkasan perkuliahan semester 5 teknologi perbenihan (bagian 34)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 4 evaluasi lahan (bagian 33)
Ringkasan perkuliahan semester 4 evaluasi lahan (bagian 33)Ringkasan perkuliahan semester 4 evaluasi lahan (bagian 33)
Ringkasan perkuliahan semester 4 evaluasi lahan (bagian 33)Bondan the Planter of Palm Oil
 

More from Bondan the Planter of Palm Oil (20)

Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentRingkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian konservasi (bagian 38)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 metode ilmu penelitian (bagian 37)
Ringkasan perkuliahan semester 6 metode ilmu penelitian (bagian 37)Ringkasan perkuliahan semester 6 metode ilmu penelitian (bagian 37)
Ringkasan perkuliahan semester 6 metode ilmu penelitian (bagian 37)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian organik (bagian 36)
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian organik (bagian 36)Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian organik (bagian 36)
Ringkasan perkuliahan semester 6 pertanian organik (bagian 36)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 36)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 36)Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 36)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 36)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
Ringkasan perkuliahan semester 6 toksikologi (bagian 35)
 
Ringkasan perkuliahan semester 5 teknologi perbenihan (bagian 34)
Ringkasan perkuliahan semester 5 teknologi perbenihan (bagian 34)Ringkasan perkuliahan semester 5 teknologi perbenihan (bagian 34)
Ringkasan perkuliahan semester 5 teknologi perbenihan (bagian 34)
 
Ringkasan perkuliahan semester 4 evaluasi lahan (bagian 33)
Ringkasan perkuliahan semester 4 evaluasi lahan (bagian 33)Ringkasan perkuliahan semester 4 evaluasi lahan (bagian 33)
Ringkasan perkuliahan semester 4 evaluasi lahan (bagian 33)
 

Presentasi no 2 6_penerapan pertanian organik di lahan kritis dengan mikoriza

  • 1. PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK DI LAHAN KRITIS DENGAN MEMANFAATKAN MIKORIZA KELOMPOK 8 Adi Firmansyah (150110080158) Rahmanita Desi U. (150110080159) Dhea Primasari (150110080160) Arina Robbi T. K. (150110080161) Raden Bondan E.B (150110080162)
  • 2. SKEMA PEMBAHASAN LAHAN KRITIS PENERAPAN PENGERTIAN PERTANIAN PERTANIAN LAHAN KRITIS ORGANIK ORGANIK DI LAHAN KRITIS PEMANFAATAN KARAKTERISTIK MIKORIZA UNTUK LAHAN KRITIS PERBAIKAN TANAH
  • 3. PENGERTIAN LAHAN KRITIS  Lahan Kritis adalah Lahan yang tidak produktif akibat tingkat erosi yang kuat (Gully Erosion), vegetasi penutup lahan sangat kecil dan tidak memungkinkan untuk diusahakan sebagai lahan pertanian tanpa usaha merehabilitasi terlebih dahulu
  • 4. MASALAH UTAMA LAHAN KRITIS  Fujisaka dan Carrity (1989) mengemukakan bahwa masalah utama yang dihadapi di lahan kritis antara lain adalah 1. lahan mudah tererosi, 2. tanah bereaksi masam dan 3. miskin unsur hara.
  • 5. KARAKTERISTIK LAHAN KRITIS LAHAN YANG GUNDUL MUNCUL BATU – BATUAN DI PERMUKAAN TOPOGRAFI CURAM , BERBUKIT DAN BERLERENG LAHAN KRITIS PH TANAH RENDAH TINGKAT PRODUKTIFITAS RENDAH VEGETASI ALANG –ALANG MENDOMINASI
  • 6.
  • 7. Tabel 2: Kriteria Lahan Kritis Kawasan Budidaya Untuk Usaha Pertanian No. Kriteria Kelas Besaran/Diskripsi Skor Keteranga n (% bobot) 1 Produktivitas 1. Sgt. Tinggi >80% 5 Dinilai *) 2. Tinggi berdasark 61 – 80 % 4 an ratio (30) 3. Sedang 41 – 60 % 3 terhadap 4. Rendah produksi 21 – 40 % 2 komoditi 5. Sgt. <20 % 1 umum Rendah optimal pada pengelola an tradisional 2 Lereng 1. Datar <8 % 5 2. Landai (20) 8 – 15 % 4 3. Agk. Curam 16 – 25 % 3 4. Curam 26 – 40 % 2 5. Sgt. Curam >40 % 1
  • 8. 3 Erosi 1. Ringan Tanah dalam : <25% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi 2. Sedang alur pada jarak 20 – 50 m (15) Tanah dangkal : <25% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi 3. Berat alur pada jarak >50 m 4. Sgt. Berat Tanah dalam : 25 – 75 % lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur pada jarak kurang dari 20 m Tanah dangkal : 25–50% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur dengan jarak 20-50 m Tanah dalam : Lebih dari 75 % lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi parit dengan jarak 20-50 m Tanah dangkal : 50 – 75 % lapisan tanah atas hilang Tanah dalam : Semua lapisan tanah atas hilang >25 % lapisan tanah bawah dan/atau erosi parit dengan kedalaman sedang pada jarak kurang dari 20 m Tanah dangkal : >75 % lapisan tanah atas telah hilang, sebagian lapisan tanah bawah telah tererosi
  • 9. 4 Batu – 1. Sedikit < 10 % permukaan lahan 5 batuan 2. Sedang tertutup batuan 3 (5) 3. Banyak 10 – 30 % permukaan lahan 1 tertutup batuan >30 % permukaan lahan tertutup batuan 5 Manaje 1. Baik - Penerapan teknologi 5 men 2. Sedang konservasi tanah lengkap 3 dan sesuai petunjuk teknis (30) 3. Buruk 1 - Tidak lengkap atau tidak terpelihara - Tidak ada
  • 10. Hasil Inventarisasi Lahan Kritis Pada Lahan Kawasan lahan Budidaya Pertanian *) Luas Lahan Kritis Total Luas No Propinsi Potensial Sangat Kritis Kritis Agak Kritis (Ha) Kritis 1 D.I. Aceh 5.777,00 320.248,13 96.738,29 437.896,51 860.659,93 2 Sumatera Utara - 70.680,00 217.349,00 134.812,00 594.157,54 3 Sumatera Barat - - - - 112.304 4 Riau - 254.822,00 861.669,00 3.445.625,00 4.562.116 5 Jambi - - - - 544.100,64 6 Sumatera Selatan - - - - 2.278.661 7 Bengkulu 160.563,00 339.256,00 286.319,00 259.221,00 1.045.359 8 Lampung - - - - 152.885,15 9 Jawa Barat - - - - 362.827,97 10 Jawa Tengah 37.432,00 223.954,00 327.368,00 293.836,00 982.920,50 11 D.I. Yogyakarta 18.160,00 15.758,00 42.051,00 46.484,00 122.453
  • 11. 12 Jawa Timur - - - - 953.211,31 13 Kalimantan Barat - - - - 1.811.003,87 14 Kalimantan Tengah - - - - 1.708.181 15 Kalimantan Selatan - - - - 221.602 16 Kalimantan Timur - - - - 824.968 17 Sulawesi Utara - - - - 318.861 18 Sulawesi Tengah - - - - 153.151,49 19 Sulawesi Tenggara - - - - 188.059 20 Sulawesi Selatan - - - - 451.505,30 21 Bali 1.675,00 21.797,00 61.413,00 94.611,00 179.496 22 NTT - - - - 1.057.466 23 NTB - - - - 224.177 24 Maluku - - - - 514.875 25 Irian Jaya - - - - 1.719.594 Jumlah 223.607,00 1.246.515,13 1.892.907,29 4.712.485,51 21.944.595,70
  • 12. Keterangan : Total luas yang tidak terbagi dalam 4 kriteria lahan kritis, digolongkan ke dalam Lahan kritis sampai dengan lahan sangat kritis *) Tidak termasuk DKI Jakarta Sumber : Departemen Kehutanan dan Perkebunan tahun 2000
  • 13. PERTANIAN ORGANIK  Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida.  Sistem Pertanian Organik adalah sistem produksi holistic dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro ekosistem secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan (Deptan 2002).
  • 14.
  • 15. MIKORIZA BAGI LAHAN KRITIS  Sifat cendawan mikoriza sebagai dasar dalam upaya bioremidiasi lahan kritis. 1. Mikoriza tidak hanya berkembang pada tanah berdrainase baik, tapi juga pada lahan tergenang seperti pada padi sawah (Solaiman dan Hirata, 1995). Bahkan pada lingkungan yang sangat miskin atau lingkungan yang tercemar limbah berbahaya, cendawan mikoriza masih memperlihatkan eksistensinya (Aggangan et al, 1998)
  • 16. PERBAIKAN STRUKTUR TANAH MIKORIZA JARINGAN HIFA EKSTERNAL SEKRESI SENYAWA POLISAKARIDA, ASAM ORGANIK, DAN LENDIR ORGANIC BINDING BUTIR – BUTIR ACTION PRIMER DIIKAT JADI AGREGAT MECHANICAL MIKRO BINDING ACTION CENDAWAN ENDOMIKRIZA /VAM MENGHASILKAN AGREGAT GLICOPROTEIN GLOMALIN YG MAKRO YG BERPENGARUH PADA MANTAP PENINGKATAN KEMANTAPAN AGREGAT
  • 17. LAHAN KRITIS ( LAHAN ALANG – ALANG )  Padang alang-alang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan pulau besar lainnya.  Lahan alang-alang pada umumnya adalah 1. tanah mineral masam, 2. miskin hara dan bahan organik, 3. kejenuhan Al tinggi. 4. Memiliki sifat fisik yang kurang baik  alang-alang berasosiasi dengan berbagai cendawan mikoriza arbuscular seperti Glomus sp., Acaulospora dan Gigaspora (Widada dan Kabirun ,1997).
  • 18. Kabirun dan Widada (1994) menunjukkan bahwa inokulasi MVA mampu meningkatkan pertumbuhan, serapan hara dan hasil kedelai pada tanah Podsolik dan Latosol.  Pada tanah Podsolik serapan hara meningkat dari 0,18 mgP/tan menjadi 2,15 mg P/tan., sedangkan hasil kedelai meningkat dari 0,02 g biji/tan. menjadi 5,13 g biji /tan.  Pada tanah Latosol serapan hara meningkat dari 0,13 mg P/tan. menjadi 2,66 mg P/tan, dan hasil kedelai meningkat dari 2,84 g biji/tan menjadi 5,98 g biji/tan. Penelitian pemupukan tanaman padi menggunakan perunut 32P pada Ultisols menunjukkan bahwa serapan hara total maupun yang berasal dari pupuk meningkat nyata pada tanaman yang diinokulasikan dengan cendawan VAM (Ali et
  • 19. TERIMAH KASIH OLEH KELOMPOK 8 WASSALLAMMUALAIKUM WARRAHMATULLAHI WABARAKATUH BERKENAN DOWNLOAD HTTP://FILEKOM.COM/Z4Z4E7VXGJPG .HTML