Dokumen ini berisi tentang perencanaan jaringan irigasi untuk lahan persawahan. Terdapat beberapa prinsip teknik irigasi seperti pemisahan jaringan saluran pembawa air dan saluran pembuang air. Juga dijelaskan langkah-langkah perencanaan jaringan irigasi seperti penetapan debit air dan ketinggian saluran. Contoh perhitungan kebutuhan air di setiap pintu tersier juga disajikan.
1. Nama Kelompok
1. Muh. Jalil 02.211.3156
2. Rahmad Fuji 02.211.3170
3. Musrifin 02.211.3162
4. Muh. Rizky 30201203360
5. Isan yusuf 022113133
Assalamu’alaikum Wr. Wb.......
2. PERENCANAAN JARINGAN
IRIGASI
1. Prinsip Teknik Irigasi, pemisahan :
jaringan saluran pembawa/irigasi
jaringan saluran pembuang
Saluran pembawa / irigasi
Mengalirkan air dari sumber air sampai ke
lahan sawah
Saluran pembuang
Mengalirkan kelebihan air dari sawah ke
selokan pembuang atau sungai yang
selanjutnya dan berakhir di laut
3. 2. Prinsip penataan sistim Irigasi
Saluran Irigasi harus :
lebih tinggi dari lahan yang akan dialiri dan diupayakan dapat
menjangkau areal sawah seluas-luasnya
Diupayakan sependek mungkin, hal ini akan mencegah
berkurangnya tekanan atau energi dan biaya pembangunan
Mengikuti garis kontur agar tetap memperoleh ketinggian
Saluran tersier harus mampu :
Mengalirkan air ke petak-petak tersier sehingga dapat
menggenangi persawahan
Saluran Pembuang harus mampu :
Menampung dan menyalurkan kelebihan air dari petak
persawahan dengan lancar, termasuk air hujan
4. 3. Bangunan dan Fungsi dalam sistim
Irigasi :
Bangunan Irigasi dibagi menjadi :
a. Bangunan Utama
adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi,
mulai dari bangunan utama (bendung/ bendungan) saluran
induk / primer, saluran sekuder dan bangunan sadap serta
bangunan pelengkapnya.
b. Jaringan Irigasi :
adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan
dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi yang mencakup
penyediaan, pengambilan, pembagian.
5. Dalam mendesain suatu sistem Irigasi,
langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam perencanaannya adalah :
Menentukan yang akan
direncanakan sistem irigasinya,
kemudian membaginya ke dalam
bentuk , dan
selanjutnya disajikan dalam bentuk
.
Menentukan
untuk mengetahui debit
saluran guna merencanakan
.
Setelah mengetahui
, maka
perlu direncanakan
guna mengatur debit
keluaran dari saluran induk ke saluran
anaknya
7. 4. Langkah-langkah Perencanaan
jaringan Irigasi
a. Penarikan trase saluran, diusahakan :
dalam perencanaan Saluran diperlukan peta
topografi berskala 1 : 25.000 dan 1 : 50.000,
kemiringan medan harus tergambar jelas
Menentukan elevasi muka air saluran,
Muka air rencana sama atau dibawah elevasi
tanah. Hal ini untuk menghindari pencurian air
atau penyadapan liar dan menghemat biaya
Elevasi muka air harus cukup tinggi, agar dapat
mengaliri sawah-sawah yang paling tinggi pada
petak-petak tersier
8. b. Letak bangunan sadap
Batas-batas petak tersier ditetapkan
berdasarkan peta topografi skala 1 :
5.000 dengan luas rata-rata 50 – 100 Ha
Kemudian ditentukan lokasi bangunan
sadap sedemikian rupa sehingga mampu
mengaliri petak tersier.
c. Ketinggian muka air di bangunan sadap
Tinggi muka air di bangunan Sadap
tersier pada saluran Primer atau
Sekunder dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
9. – P = elevasi muka air di saluran primer atau sekunder
– A = elevasi lahan sawah
– a = lapisan genangan air di sawah ( 10 cm )
– b = kehilangan tinggi energi disaluran kuarter ke sawah ( 5 cm )
– c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter ( 5 cm )
– d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi
– e = kehilangan tinggi energi di boks bagi
– f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong
– g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap
–h = variasi tinggi muka air
– z = kehilangan tinggi energi di bangunan tersier lain
Keterangan :
10. d. Menentukan kemiringan saluran di lapangan,
kemiringan saluran mengikuti kemiringan medan pada
peta topografi (kontur). Cara terbaik adalah memplot
elevasi pada titik potong trase saluran dengan garis
kontur
14.00
14.00
13.50
13.00
12.50
12.00
11.00
11.50
13.00
12.00
11.00
10.00
10.50
0.0 9.00 15.00 25.00
11. e. Kemiringan Medan ( Io )
Kemiringan medan tiap ruas dapat ditentukan dengan
persamaan :
L
H
RWL
RWL
I d
u 0
0
Keterangan :
RWLu = Tinggi muka air yang diperlukan pada
bangunan sadap di hulu
RWLd = Tinggi muka air yang diperlukan pada
bangunan sadap di hilir
H0 = Jumlah perkiraan kehilangan tinggi pada
bangunan dan saluran
L = Panjang ruas
12. CONTOH
1. Daerah Irigasi M yang terdiri dari 7 petak tersier
dengan skema seperti pada gambar dibawah
B1
B2
B5
B3
B4
13. Untuk masa tanam pada musim kemarau ( awal ) pada
periode 1 direncanakan budidaya tanaman sebagai berikut
:
Kebutuhan air di tetapkan :
Padi = 1.00 l/det/ha
Tebu = 0.50 l/det/ha
Palawija = 0.25 l/det/ha
Kehilangan air di jaringan primer dan sekunder = 15 %,
dan di jaringan tersier = 25 %
Debit yang tersedia di bendung = 406 l/det
Jenis tanaman Petak I Petak 2 Petak 3 Petak 4 Petak 5 Petak 6 Petak 7
Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
Padi 28 18 41 37 27 49 31
Tebu 8 6 15 12 8 16 9
Palawija 18 14 27 23 22 26 20
JUMLAH 54 38 83 72 57 91 60
15. Kehilangan air di saluran primer dan sekunder
= 0.15 x 408.35) = 61.25 l/det
Kebutuhan air di bendung = 408.35 + 61.25 = 469.6 l/det
Faktor keamanan (k) air = 406 / 469.6 = 0.86
Agar pembagian air adil
tiap petak dikalikan dengan angka keamanan (k) tersebut
Debit (Q) yang diperlukan di pintu Pengambilan
Qd = kebutuhan air di bangunan pengambilan
= Qf = kebutuhan air di sawah
L = Prosentase kehilangan air
di pintu B2 =
(100%/(100%-15%) x (0.86)(38+91+60))= 191.22 l/det
Di pintu B4 =
(100%/(100%-15%) x (0.86)(72+57)) = 130.52 l/det
L
Q
Q
f
d
1
16. 2. Tentukan dimensi saluran kuarter b2 yang melayani areal 10.4 ha,
jika kebutuhan air 1.4 l/det/ha, kemiringan I = 0.002,
Rumus Strickler :
h
mh
b
I
m
h
b
h
mh
b
k
Q
m
h
b
p
h
mh
b
A
P
A
R
I
R
k
v
A
v
Q
)
.(
.
1
2
)
(
.
1
2
)
(
/
.
.
.
2
1
3
2
2
1
3
2
2
2
V = Kecepatan aliran (m/det)
k = koefesien kekasaran Strickler
pasangan batu = 60
beton = 70
tanah = 35 – 45
R = Jari-jari hidrolis (m) = A/p
A = luas penampang basah (m2)
p = keliling basah (m)
I = kemiringan saluran
m = kemiringan talud saluran
w
h
b
m
17. Kebutuhan air (Q) = 10.4 x 1.4 = 15.6 l/det
b diambil = 0.30 m tinggi saluran basah ( h ) = 0.14 m,
tinggi jagaan (w) = 0.20 m,
kemiringan talud sal. (m) = 1
22. METODE IRIGASI
IRIGASI PERMUKAAN IRIGASI BAWAH
PERMUKAAN
IRIGASI SEMPROTAN
MENGGENANG
WILD FLOODING
FURROW METHOD
CONTROLLED FLOODING
CONTOUR FARMING
FREE
FLOODING
BORDER
STRIPS
BASIN
FLOODING
CONTOUR
LATERAL
CHECKS OR
LEVEES
ZIG-ZAG
METHOD
SKEMA METODE IRIGASI
23. Cara pemberian air irigasi ada tiga macam,
yaitu:
Irigasi pada permukaan,
Irigasi dari atas permukaan (semprotan), dan
Irigasi dari bawah permukaan,
setiap metode ini ada kelebihan dan kekurangannya.
Irigasi permukaan
Irigasi permukaan terdiri dari : penggenangan, metode
alur, dan metode garis tinggi.
Penggenangan terdiri dari penggenangan dengan tidak
sengaja, dan penggenangan dengan sengaja
Penggenangan dengan sengaja terdiri dari: genangan
bebas; sisi garis tinggi, tanggul pembatas, tanggul
genangan, kolam genangan, dan zig-zag.
24.
25. Irigasi di atas permukaan
(semprotan)
Metode ini adalah cara pemberian air
melalui atas permukaan tanah melalui
semburan air atau semprotan, metode ini
telah dikembangkan sejak 1900.
Metode ini dilengkapi dengan pipa pipa
utama dan pipa distribusi, kadang-
kadang pipa-pipa ini dapat dipindahkan
sesuai dengan keperluan di lahan mana
air akan diberikan.
26. Kondisi untuk irigasi semprotan ini
digunakan sebagai berikut; tanah yang
porous, tanah yang bergelombang,
banyak kerikil, tidak tembus air yang
dangkal, sudut lereng curam dan
mudah tererosi, ketersediaan air
permukaan (sumber air) kecil,
menghasilkan lebih cepat, SDM tidak
perlu yang tinggi.
27. Jenis-jenis Semprotan: Semprotan
tetap (fixed nozzle pipe); pipa
berlobang, (perforated pipe); dan
semprotan berputar (rotating
sprinkler).
Jenis-jenis sistem semprotan: instalasi
semi permanen, sistem portable.
Pipa cabang yang dapat berpindah,
terdiri dari : Semprotan sistem
gravitasi & Sistem tetesan.
29. Sub surface irrigation,
merupakan sistem irigasi melalui bawah
permukaan, yang pemberian airnya
langsung ke akar tanaman, adapun
kondisi yang baik untuk metode ini
adalah: tanah tak tembus air dengan
kedalaman antara 2 sampai 3 meter; pada
zona perakaran terdapat tanah lempung
(loam) atau lempung pasiran (sandy
loam); topografi lahan sama; kemiringan
sedang; dan kualitas air irigasi baik.
30. Ak
ar
Batas atas
pembasahan Arah Pembasahan tanah
Pemberian air lewat bawah permukaan
0,35 – 0,45 m
1,00 – 1,25 m
Metode Brujulan
1,00 – 1,25 m
Metode Reynoso
0,35 – 0,50 m