SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
A. Besaran-Besaran dalam Teori Kinetik Gas 
1. Tekanan dan Gaya 
Pada skala atomik (mikroskopis), ada beberapa interaksi yang muncul 
di antara molekul-molekul penyusun benda. Contohnya interaksi gravitasi, 
kelistrikan, dan interaksi antarmolekul yang memaksanya menjadi zat yang 
berwujud tertentu (gas, cair, atau padatan). Karena bermassa begitu kecil, 
interaksi gravitasi antarmolekul menjadi tidak cukup penting untuk 
diperhitungkan. Begitu juga interaksi kelistrikan, pada sebagian besar zat 
yang tidak mempunyai sifat polaritas pada molekul-mole-kulnya, interaksi 
ini dapat diabaikan. Akibatnya, interaksi yang tertinggal adalah interaksi 
terakhir, yaitu interaksi yang memaksa molekul-molekul zat berkumpul 
dan membentuk fase tertentu. Berbeda dengan interaksi yang lain, 
interaksi ini tidak berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Hal yang 
menarik adalah gaya interaksi ini bersifat tarik-menarik pada jarak di atas 
ukuran molekul. Akibatnya, ketika benda tersebut ditarik untuk 
direnggangkan, benda akan kembali ke bentuk semula setelah tarikannya 
dilepas. Namun, jika tarikan tersebut diteruskan akan terdapat batas 
kekuatan tertentu yang menyebabkan benda menjadi patah. Seperti yang 
dapat dilihat pada semua zat, untuk memaksa zat menjadi zat lain yang lebih 
padat akan memerlukan tekanan yang sangat besar. Anda perlu menekan keras-keras 
benda tersebut agar menjadi lebih padat. Hal ini berarti perlu usaha 
keras untuk memaksa molekul-molekul zat untuk lebih rapat dari keadaan 
normalnya, dan tentunya usaha ini diperlukan karena pada jarak lebih kecil
dari orde dimensi molekul, interaksi ini bersifat tolak-menolak. Itulah 
sebabnya setelah ditekan terus, benda tetap tidak dapat dipadatkan lagi meski 
seberapa pun keras usaha Anda untuk menekannya. Keadaan tersebut dapat 
disimpulkan sebagai berikut: pada jarak antarmolekul benda yang cukup 
besar, terdapai interaksi yang bersifal tarik-menarik dan memaksa benda 
untuk kembali ke bentuk asal setelah ditariknya. Namun, setelah jarak 
tertentu antarmolekul, kekuatan tarikannya berkurang drastis. Jika jaraknya 
diperkecil dari kondisi awal, tarikannya akan terus mem-besar hingga nilai 
maksimum, dan kemudian berkurang menjadi nol saat mencapai jarak 
tertentu. 
Sementara untuk, gas, interaksi antarmolekul penyusunnya jauh lebih 
lemah jika dibandingkan dengan interaksi antara molekul dalam fase cairan 
atau padatar sehingga dapat dikatakan rincian riwayat hidup setiap individu 
molekul tidak terlalu berpengaruh pada perilaku makroskopis gas. Oleh 
karena itu, perilaku makroskopis gas (yaitu perilaku gas yang tampak 
meskipun dengan mata telanjang) dapat dianggap sebagai perilaku statistik 
besaran-besaran mekanik molekul penyusunnya. Sebagai contoh, tekanan 
yang dikerjakan oleh gas pada dinding pembatasnya dapat dianggap sebagai 
rata-rata laju transfer momentum yang dilakukan oleh setiap atom gas ketika 
menumbuk dinding per satuan area. Suhu juga dapat dipandang sebagai 
kuantitas yang berhubungan dengan rata-rata energi kinetik atom-atom atau 
molekul-molekul gas. Dengan teori ini, akan dilihat seberapa besar 
sebenarnya kapasitas kalor yang dimiliki oleh gas dan beberapa masalah juga
sukses dijelaskan oleh teori ini. 
Gas yang ditinjau adalah gas ideal. Gas ideal sebenarnya merupakan 
model gas yang paling sederhana karena mengabaikan sifat-sifat 
makroskopis gas sejati. Keberlakuannya pun terbatas, yaitu gas sejati pada 
kerapatan yang rendah atau berjumlah molekul sedikit saja. Namun 
demikian, penyederhanaan ini patut diacungi jempol karena mampu 
menjelaskan banyak hal sebatas pada daerah berlakunya model teori 
tersebut. 
Teori kinetika merupakan teori yang berusaha menjelaskan perilaku 
makroskopis benda melalui pendekatan stastistik pada perilaku mikroskopis 
partikel-partikel penyusun benda. Teori ini dikembangkan oleh Robert Boyle 
(1627-1691), Daniel Bernoulli (1700-1782), James Joule (1818-1889), A. 
Kronig (1822-1879), Rudolf Clausius (1822-1888), dan James Clerk 
Maxwell (1831-1879). Metode ini akan dipakai untuk memperluas 
pemahaman Anda terhadap tekanan, suhu, kapasitas kalor, dan energi dakhil 
pada tataran atom dalam gas (dibatasi pada gas ideal). Sebenarnya, ada versi 
lain pendekatan statistik perilaku mekanis sistem partikel yang disebut 
dengan mekanika statistik. Teori ini dikembangkan oleh J. Willard Gibbs 
(1839-1903) dan Ludwig Boltzmann (1844-1906) yang mampu pula 
menjelaskan teori kinetika secara memuaskan. Namun, kaerna kompleksitas 
matematika yang diperlukan terlalu tinggi, Anda akan membatasi diri hanya 
pada teori kinetika. 
Ada baiknya sebelum masuk apda topik kajian bab ini, Anda sudah
memahami konsep mekanika Newton (seperti; gaya, momentum, kecepatan, 
dan sebagainya), usaha dan tenaga, serta komnsep suhu dan kalor. Di dalam 
bab ini, Anda akan menemui teknik matematika yang disebut integrasi. Bagi 
yang belum mengetahuinya, Anda dapat melewati detail perhitungannya. 
Sebagai gantinya, Anda dapat melihat maksud perhitungan tersebut dari 
grafik yang ikut pula disajikan. Jadi, jangan terlalu pesimis dahulu. 
2. Satuan Massa Atom 
Massa atom dan molekul biasanya dinyatakan dalam suatu satuan 
yang disebut satuan massa atom (sma) di samping juga dinyatakan dalam 
satuan kilogram. Satuan massa atom tersebut biasa dilambangkan dengan u. 
Satuan tersebut didefinisikan sebagai berikut: 
1 
1 u  massa 
atomkarbon  12 ..................................................(1.1) 
12 
Atom karbon-12 adalah atom karbon yang inti atomnya mempunyai 
12 nukleon: 6 proton dan 6 neutron. Dengan menggunakan satuan u ini, 
massa atom lainnya dapat diketahui dengan pendekatan ini. Sebagai contoh, 
massa atom yang paling sederhana, yaitu hidrogen sebesar 1,007825u dan 
massa atom oksigen adalah 15,994915u. Untuk suatu molekul, massa 
molekulnya adalah jumlahan dari massa atom-atom penyusunnya. Molekul 
air dapat dinyatakan dengan rumus kimia H2O (terdiri atas dua atom 
hidrogen dan satu atom oksigen). Oleh karena itu, 
Massa air = 2 massa atom hidrogen + 1 massa atom oksigen .. (9.2) 
= 2 (1,007825u) + (15,994915u)
= 18,010565u 
Untuk keperluan praktis dalam perhitungan, berikut ini disajikan 
daftar satuan massa atom yang telah dibulatkan dari sejumlah atom seperti 
pada Tabel 1.1. 
Tabel 1.1 Satuan Massa Atom 
Zat Simbol Kimia Massa (u) 
Hydrogen H 1 
Helium He 4 
Karbon C 12 
Oksigen O 16 
Natrium Na 22 
Fosfor P 31 
Kalsium Ca 40 
Besi Fe 56 
Nikel Ni 58 
Tembaga Cu 64 
Seng Zn 66 
Tungsten W 184 
Sejumlah teknik eksperimen telah dipakai untuk menentukan 
hubungan antara satuan massa atom dengan satuan berat biasa. Ternyata, 
diperoleh hubungan 
u kg 27 1 1,6605 10  
......................................................................(1.3) 
Jadi, massa satu atom hidrogen adalah 
mH = l,007826u 
= (l,007825u) ( 1,6605 x 10-27 kg/u) 
= 1,6735 x 10-27 kg 
3. Bilangan Avogadro dan Konsep Mol 
Massa atom besi adalah 56u dan massa molekul metanol (CH4) 
adalah 16u. Oleh karena itu, Anda dapat menyatakan perbandingan massa 
antar keduanya sebagai berikut. 
56 
16 
massa atombesi 
massamolekul metanol 
 
Sekarang, jika mengumpulkan atom besi dan molekul metanol 
masing-masinf sebanyak n buah sekali pun, angka perbandingannya akan 
tetap sehingga 
56 
16 
n 
56 
16 
massa buah atombesi 
massa buahmolekul metanol 
  
n 
n 
n 
Misalkan, n dibuat cukup besar sehingga massa besi mencapai 56 
gram. Tentu saja, hal ini menyebabkan massa metanol juga dapat menjadi 16 
gram. Karena n pada besi dan metanol tersebut sama sehingga Anda 
mendapatkan 
n = banyaknya atom besi dalam 56 g besi 
= banyaknya molekul metana dalam 16 g metana ............................... (1.4) 
Ketika banyaknya gram suatu zat sama dengan banyaknya dalam 
satuan u. dikatakan zat tersebut sebanyak 1 mol. Jadi, 1 mol besi mempunyai
massa 56 gram dan 1 mol metanol mempunyai massa 16 gram. Mol, 
biasanya dilambangkan dengan n saja. Jadi, sebuah zat yang mempunyai 
massa M (dalam gram) dan bermassa molekul m (dalam u) mempunyai mol 
sebanyak 
M 
n  ........................................................................................ (1.5) 
m 
Persamaaan (1.5) menunjukkan bahwa banyaknya atom besi dan 
molekui metanol dalam 1 mol ternyata sama. Begitu juga banyaknya 
molekul zat lainnya dalam satu mol. Jadi, banyaknya atom atau molekul dari 
1 mol zat apapun adalah sama. Ide penting ini pertama kali disampaikan oleh 
seorang ilmuwan Italia bernama Amedeo Avogadro (1776-1856) pada tahun 
1811. Atas jasanya, bilangan dasar yang menunjukkan banyaknya molekul 
dalam 1 mol sembarang zat tersebut disebut sebagai bilangan Avogadro, N. 
Bilangan tersebut sebanyak 
NA = 6,022 x 1023 partikel/mol ................................................. (1.6) 
Partikel di atas untuk menyatakan molekul atau atom, bergantung 
pada zat yang sedang ditinjau. Perlu diingat, jika suatu zattersusun atas 
molekul, sedangkan setiar molekul tersusun oleh atom-atom berbeda. Oleh 
karena itu, banyaknya molekul. dalam 1 mol sebuah zat akan berbeda 
dengan banyaknya atom-atom penyusun molekul zat tersebut. Semisal untuk 
gas metanol di atas, 1 mol metanol atau 16 gram metanol akan mempunyai 
molekul metanol (CH4) sebanyak bilangan Avogadro NA. Akan tetapi, 
banyaknya atom dalam 1 molekul CH4 adalah 1 atom C dan 4 atom H. Oleh 
karena itu, banyaknya atom-atom dalam 1 mol metanol adalah
banyaknya atom CH4/mol = NA molekul CH4 
= NA ( 1 atom C + 4 atom H) 
= NA atom C + 4NA atom H 
= 5NA atom 
Dengan demikian, banyaknya atom yang terkandung di dalam 1 mol 
metano. adalah sebanyak 5N. Secara umum, dalam satu mol zat yang setiap 
molekulnya disusun oleh k buah atom, akan mempunyai banyak atom kNA 
buah. 
B. Perilaku Mikroskopis Gas 
Dari sudutpandang mikroskopis, gas ideal adalah gas yang memiliki 
sifat-sifat tertentu pada tingkat atomik. Besaran-besaran makroskopis 
(temperatur, tekanan, dan lainnya) yang telah dijelaskan sebelumnya dapat 
ditunjukkan sejalan dengan statistika perilaku mikroskopis gas tersebut. 
1. Deskripsi Mikroskopis Gas Ideal 
Gas dianggap (diasumsikan) sebagai gas ideal jika memenuhi syarat-syarat 
atomik berikut ini. 
a. Setiap gas terdiri atas atom-atom atau molekul-molekul yang bersifat 
stabil dan identik satu dengan yang lain. 
b. Gerakan molekul gas bersifat acak dan memenuhi hukum-hukum 
gerak Newton. Gaya tarik antarmolekul gas diabaikan. 
c. Semua jenis tumbukan molekul gas, baik tumbukan antarmolekul 
ataupun tumbukan molekul gas dengan dinding pembatas gas bersifat
lenting sempurna dan selang waktu tumbukannya berlangsung 
singkat. 
d. Volume molekul gas sangat kecil jika dibandingkan dengan volume 
gas se-cara keseluruhan. Oleh karena itu, volume molekul dapat 
diabaikan dalam perbandingan ini. 
2. Tekanan Gas Ideal 
Untuk mengetahui apa yang menjadi sumber tekanan gas ideal 
pada dinding-dinding pembatasnya, perlu Anda ingat bahwa tekanan 
merupakan besarnya gaya normal yang bekerja per satuan area. Pada 
tataran molekul, tentu saja gaya ini diperoleh dari perubahan momentum 
molekul gas ketika molekul menumbuk dinding. Artinya, tekanan yang 
dirasakan pada dinding pembatas gas sebenarnya diakibatkan oleh 
tabrakan molekul-molekul gas pada dinding pembatas gas. 
Untuk lebih jelasnya, Anda tinjau suatu molekul gas ber-masssa 
m yang bergerak sepanjang sumbu-x dengan kecepatan vX. Momentum 
awal molekul tentu saja adalah pX = mvX. Jika molekul menabrak dinding 
secara elastis sempurna, setelah tumbukan molekul akan membalik arah 
dengan kelajuan yang sama sehingga momentum setelah tumbukan 
adalah X X p'  mv Dengan demikian, perubahan momentum selama 
tumbukan adalah 
X X X X p p p 2mv '      
................................................. (1.7) 
Interval waktu yang diperlukan molekul untuk menumbuk dinding 
satunya lagi adalah
L 
x v 
t 
2 
  
Oleh karena itu, rata-rata gaya yang dikerjakan pada dinding oleh 
sebuah molekul adalah 
mv 
 
2 
   
..................................................... (1.8) 
F x 
L 
mv 
x x 
L 
v 
P 
t 
x 
x 
2 
2 
 
Akan tetapi, dalam kotak tersebut terdapat N buah molekul 
sehingga gaya yang dikerjakan pada sumbu-x adalah kelipatan N dari Fx. 
Jika (vx). menyatakan kecepatan molekul nomor i pada sumbu-x dan 
(Fx), menyatakan gay a yang dikerjakan oleh molekul nomor i pada 
dinding maka gaya total yang dikerjakan adalah 
m 
 
    
Nmv 
 
F F x 
L 
v 
   
L 
N 
i 
x i 
N 
x x i 
i 
2 
1 
2 
1 
  
 
 
 
  
................................. (1.9) 
Karena massa molekul-molekul gas tersebut sama, yaitu m. Factor 
 v 
 
N 
v 
V 
i 
x 
x 
 
  1 
2 
2 
menyatakan kecepatan rata-rata molekul gas pada kotak. Molekul-molekul 
gas bergerak secara acak sehingga tidak ada perbedaan antara 
kecepatan rata-rata ke arah sumbu-x, sumbu-y atau pun ke arah sumbu-z, 
yaitu 2 2 2 
x y z v  v  v . Padahal, kecepatan rata-rata molekul ke segala arah 
adalah 2 2 2 2 
x y z v  v  v  v sehingga didapat 2 2 3 x v  v . Dengan demikian, 
gaya total yang dikerjakan pada setiap dinding adalah
Nmv 
L 
F F F Fx y z 3 
2 
    .................................................. (1.10) 
Luas setiap dinding yang ditumbuk oleh molekul-molekul gas adalah L2 
sehingga tekanan yang dirasakan pada masing-masing dinding adalah 
Nmv 
p   .................................................................. (1.11) 
2 
2 
F 
2 3L 
L 
Karena volume kotak adalah V = L2, persamaan di atas dapat ditulis 
ulang sebagai 
2 
1 
v Nm pV  ...................................................................... (1.12) 
3 
Padahal energi kinetik rata-rata pada setiap molekul gas adalah 
2 
1 
E mv k  
2 
Sehingga hubungan antara pV dan energi kinetik rata-rata setiap 
molekul k E adalah 
2 
 ........................................................................ (1.13) 
k pV NE 
3 
Apabila dibandingkan dengan persamaan keadaan gas ideal pV 
= kNT, akan diperoleh kaitan antara energi kinetik rata-rata per 
molekul dan temperatur 
2 
k pV kNT NE 
  atau E kT 3 
k 2 
3 
 ................................. (1.14) 
Apa yang dapat anda simpulkan dari persamaan (1.14)? 
Persamaan tersebut mengaitkan energi kinetik rata-rata setiap molekul 
gas dengan temperatur gas yang terukur. Sekarang, perhatikan bahwa
persamaan di atas tidak mengandung variabel lain selain k E dan T. 
Suku tetapan Boltzmann k hanyalah merupakan suku kesebandingan 
pada kedua ruas persamaan. Dengan demikian, Anda dapat 
menyimpulkan bahwa temperatur hanyalah merupakan ukuran energi 
kinetik rata-rata yang dimiliki oleh setiap molekul dalam gas. 
Meskipun temperatur dapat diukur dengan termometer, tetapi tidaklah 
sama seperti kuantitas fisika lain yang dapat terukur seperti panjang, 
massa, dan waktu. Temperatur hanyalah suatu watak statistik dari 
energi kinetik molekul-molekul penyusun suatu sampel gas. Dengan 
sudut pandang seperti ini, Anda dapat mengatakan bahwa 
"temperatur sebuah molekul gas" atau "temperatur beberapa 
molekul gas dalam kotak" tidak mempunyai arti fisis sama sekali. 
Agar konsep temperatur mempunyai makna, sampel yang 
dikumpulkan haruslah cukup besar. 
Anda dapat menarik kesimpulan tentang tekanan gas dan 
temperatur gas melalui sudut pandang teori kinetika gas sebagai 
berikut. 
a. Tekanan gas (p) adalah resultan gaya rata-rata (F) yang diperoleh 
dari perubahan momentum molekul-molekul gas ketika menumbuk 
dinding penyekat gas. 
b. Temperatur (T) adalah ukuran energi kinetik rata-rata (EK) yang 
dimiliki oleh setiap molekul gas. 
c. Hubungan antara temperatur (T) dan energi kinetik rata-rata (EK)
hanya bermakna secara fisis jika sampel yang diamati mempunyai 
cacah molekul yang cukup besar. 
3. Kelajuan Molekul 
a. Kelajuan Efektif Molekul-Molekul Gas 
3 
Persamaan kT Ek 2 
 memberikan pula informasi tentang 
kecepatan molekul gas pada titik temperatur tertentu. Apabila kita 
kembalikan hubungan antara energi kinetik rata-rata kE dengan 
rata-rata kuadrat kecepatan molekul 2 v , yaitu melalui hubungan 
2 
1 
1 2   atau 
E  mv maka akan diperoleh E mv kT k 2 
k 2 
3 
2 
kT 
v 3 2  ...................................................................... (1.15) 
m 
Jika diambil akar dari 2 v , bukannya akan diperoleh v . 
Akan tetapi, besaran lain yang disebut sebagai laju akar rata-rata 
kuadrat (root-mean-square) atau kelajuan efektif molekul gas 
yang dilambangkan dengan vrms, yaitu 
kT 
v v rms 3 2   ..................................................... (1.16) 
m 
b. Perbandingan Kelajuan Efektif Molekul-Molekul Gas 
Sebenarnya kecepatan setiap molekul dalam gas selalu 
berbeda-beda dan terdistribusi menurut fungsi tertentu. Hanya saja 
tidak diharapkan adanya molekul yang mempunyai kelajuan yang 
jauh lebih rendah dari vrms (mendekati nol) atau jauh lebih tinggi
dari vrms. Oleh karena itu, vrms dapat dikatakan sebagai kelajuan 
efektif molekul-molekul gas ideal. James Clerk Maxwell berhasil 
menemukan fungsi distribusi kelajuan molekul-molekul gas tersebut. 
Fungsi distribusi kelajuan molekul gas tersebut kemudian disebut 
sebagai distribusi Maxwell (Maxwellian distribution). 
Distribusi Maxwell 
James Clerk Maxwell menyatakan bahwa dalam sampel gas 
yang berisikan N buah molekul gas, banyaknya molekul gas yang 
mempunyai kecepatan v (yang akan kita lambangkan dengan N (v) 
akan memenuhi fungsi distribusi 
mv 
 kT 
...................................... (1.17) 
 
 
N v Nv e 
2 
m 
kT 
3 
2 
2 
2 
( ) 4 
 
 
 
 
 
 
 
Untuk menemukan banyaknya molekul yang mempunyai kecepatan 
di antara v = va sampai dengan kecepatan v = vb, cukup dilakukan 
integrasi fungsi distribusi N(v) dengan batas-batas kecepatan v = va 
dan v = vb, yaitu 
N(va,vb) = ................................................................................. (1.18) 
yang sama dengan luas area di bawah kurva yang dibatasi garis 
vertikal yang melalui va dan vb. 
Untuk menentukan cacah semua molekul yang berada 
dalam sistem, integrasi pada persamaan (1.18) diambil pada 
keseluruhan daerah kecepatan (yaitu dari 0 sampai dengan tak 
berhingga ∞)
 
 
   
N N v dv ............................................................... (1.19) 
0 
yang sama maknanya dengan luas wilayah yang berada di bawah 
kurva N(v) f(v) dari v = 0 sampai v = ∞. Untuk memperoleh rata-rata 
nilai suatu fungsi f(v) yang menggunakan variabel peubah v 
dalam distribusi Maxwell harus dihitung dari persamaan 
 
       
f v  
............................................... (1.20) 
0 
1 
N v f v dv 
N 
yang sama maknanya dengan luas wilayah yang berada di bawah 
1 
kurva Nv f v 
N 
dari titik v = 0 sampai dengan titik v = ∞. Jika 
menggunakan formula tersebut, untuk menghitung rata-rata 
kecepatan v molekul gas pada distribusi Maxwell adalah dengan 
menggantikan f(v) dengan v, yaitu 
 
   
v  
......................................................... (1.21) 
0 
1 
N v v dv 
N 
Apabila fungsi N(v) pada persamaan (9.17) dimasukkan ke dalam 
persamaan (9.21) kemudian diintegrasikan maka didapat bahwa 
 
1 8 
  
kT 
m 
kT 
v 1,59 
    
m 
N v v dv 
N 
0 
 
....................... (1.22) 
Dapat menggunakan cara serupa, untuk menentukan rata-rata 
kuadrat kecepatan 2 v , cukup menggantikan f(v) dengan v2 
kemudian mengintegrasikan. Anda dapat membuktikan bahwa
  
kT 
m 
1 
 
2 2    
v N v v dv 
3 
N 
0 
............................................ (1.23) 
seperti yang diperoleh pada persamaan (1.15), sehingga vrms dberikan oleh 
kT 
v v rms 3 1,73 2    ................................... (1.24) 
m 
kT 
m 
Berada pada kecepatan berapakah molekul-molekul gas paling banyak? 
Tentu saja dapat Anda lihat dari grafiik bahwa molekul paling banyak 
berada pada kecepatan tempat puncak grafik berada atau saat N(v) 
mencapai nilai maksimum. Keadaan tersebut ketika fungsi distribusi 
Maxwell memenuhi syarat 
  
 0 
dN v 
dv 
Pada titik ini menunjukkan cacah molekul terbanyak. Oleh karena itu, 
kecepatan di titik tersebut menyatakan kecepatan yang paling mungkin 
dimiliki molekul gas. Kecepatan molekul yang paling mungkin tersebut 
sebagai v (dari kata puncak) dan dengan sedikit kerja keras dapat diperoleh 
kT 
vp  2  1,41 ................................................. (1.25) 
m 
kT 
m 
Ketiga persamaan (1.23), (1.22), dan (1.21) terlihat memenuhi kaitan 
p rms v  v  v . Bagaimana hubungan antara temperatur (T), energi kinetik 
rata-rata molekul gas (EK) dan kecepatan vrms? Hubungan antarbesaran ini 
unik sekali. Lihatlah persamaan-persamaan yang mengaitkannya, yaitu 
persamaan (1.15) dan (1.24). Persamaan (1.15) memberitahu Anda bahwa 
temperatur menyatakan besarnya energi kinetik rata-rata molekul gas. 
Karena tidak ada variabel lain yang berhubungan dengan keduanya maka
jelas bahwa hubungan ini berlaku untuk semua gas ideal. Artinya. semua 
gas ideal yang mempunyai temperatur yang sama akan selalu mempu-nyai 
energi kinetik rata-rata yang sama pula. Sementara itu, persamaan (1.24) 
mengatakan bahwa di samping bergantung pada temperatur, vrms juga 
bergantung pada massa molekul gas. Pada temperatur tertentu, makin besar 
massa molekul gas, makin kecil vrms untuk gas tersebut. Apabila penafsiran 
kedua persamaan ini digabungkan, akan Anda dapati bahwa pada 
temperatur tertentu energi kinetik rata-rata molekul semua gas ideal selalu 
sama. Akan tetapi, kecepatan vrms yang berbeda. Makin berat molekul gas 
ideal tersebut, makin lambat gerakannya. 
Untuk melihat perbandingan kelajuan efektif molekul-molekul 
gas, persamaan (1.16) dinyatakan dalam massa molekul 
gas, yaitu massa molekul gas dalam satuan kg/kmol misalnya 
dilambangkan m’ = mNA dan k = 
R 
A N 
sehingga diperoleh 
RT 
' 
3 
 
  
 
 
rms  
' 
kT 
3 3 2 
m 
R 
A 
m 
N 
T 
N 
m 
v v 
A 
  
 
   ................ (1.26) 
Sama halnya dengan kesimpulan yang diperoleh dari 
distribusi Maxwell bahwa Persamaan (1.26) menunjukkan pada 
temperatur tertentu, molekul-molekul gas yang lebih ringan, secara 
rata-rata bergerak lebih cepat daripada molekul-molekul gas yang 
lebih berat. 
Kecepatan efektif molekul-molekul gas hidrogen dapat
dianalisis dari massa molarnya yang merupakan seperenambelas 
dari massa molar gas oksigen, sedangkan vrms sebanding dengan 
' 
1 
m 
. Oleh karena itu, vrms gas hidrogen adalah empat kali vrms gas 
oksigen atau sekitar 1,93 km/s. 
Kelajuan lepas di permukaan bumi sebesar 11,2 km/s. 
Sementara itu, kelajuan efektif molekul-molekul gas hidrogen 
hanya 1,93 km/s. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya gas 
hidrogen bebas di atmosfer bumi. Sebagain besar molekul gas yang 
ada dalam kesetimbangan temperatur mempunyai kelajuan yang 
lebih besar dari vrms. Apabila vrms hanya sekitar seperenam kelajuan 
lepas di permukaan bumi, cukup banyak molekul yang mempunyai 
kelajuan yang lebih besar dari kelajuan lepas sehingga gas itu tidak 
terdapat di atmosfer planet itu. Gas oksigen ditemukan di atmosfer, 
walaupun hanya sedikit. 
C. Kapasitas Kalor Gas Ideal 
Sebagaimana terlihat dari persamaan keadaan gas ideal, untuk menaikkan 
suhu ada beberapa macam cara. Cara tersebut antara lain dengan menaikkan 
tekanan gas dan menjaga volumenya tetap, volumenya diperbesar dan tekanan 
gas dibuat tetap atau mengubah volume sekaligus tekanannya. Pada masing-masing 
proses tersebut kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu per satuan 
massa gas akan selalu berbeda. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk 
menaikkan suhu zat sebesar satu derajat Kelvin disebut kapasitas kalor atau
kapasitas panas dan dilambangkan dengan C, yaitu 
Q 
 
 ........................................................................................... (1.27) 
T 
C 
 
dengan AQ menyatakan besarnya panas atau kalor yang diserap zat dan ΔT 
menyatakan perubahan temperatur yang diakibatkan oleh penyerapan kalor 
tersebut. 
Satuan kapasitas kalor adalah J/K. Kapasitas kalor adalah kuantitas fisis 
yang tidak bergantung pada banyaknya benda. Oleh karena itu, perlu pula 
didefinisikan kuantitas fisis yang setara dengan kapasitas kalor dan juga 
mengakomodasi banyaknya zat. Kuantitas fisis ini Anda sebut sebagai kapasitas 
kalor spesifik (c) yang dinyatakan sebagai besarnya kapasitas kalor per 
banyaknya zat. Apabila banyakny zat dinyatakan dalam massanya, kapasitas 
kalor spesifik ini disebut sebagai kalor jenis. Jika banyaknya zat dinyatakan 
dalam mol zat, Anda sebut kapasitas kalor spesifik tersebut sebagai kapasitas 
kalor molar. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa gas mempunyai berbagai 
kapasitas kalor. Jadi, jika m menyatakan massa zat dan n menyatakan banyaknya 
mol zat, kalor jenis zat adalah 
C 
c  ............................................................................................... (1.28) 
m 
Dan kapasitas kalor molarnya adalah 
C 
c  ............................................................................................... (1.29) 
n 
Keduanya setara sehingga dapat saling menggantikan. Bedanya hanya 
kapan masing-masing diungkapkan. Jika banyaknya zat dinyatakan dalam mol,
kapasitas kalor spesifik yang dipakai adalah kapasitas kalor molar. Jika yang 
dipakai untuk menyatakan banyaknya zat adalah massa maka yang dipakai 
adalah kalor jenis. 
Terdapat dua kapasitas kalor yang mempunyai arti praktis, yaitu 
kapasitas kalor pada volume tetap (Cv) dan kapasitas kalor pada tekanan tetap 
(Cp). Berapakah kedua kapasitas kalor tersebut? Untuk yang pertama, Anda 
akan menentukan besarnya kapasitas kalor pada volume tetap Cv. Misalkan, 
Anda mempunyai gas ideal bermassa m dan mempunyai kalor jenis pada volume 
tetap cv. Untuk setiap kenaikan temperatur sebesar ΔT, diperlukan kalor sebesar 
TmcQv v    .................................................................................. (1.30) 
Kalor pada persamaan (9.29) digunakan untuk menaikkan energi dakhil 
gas dan untuk melakukan usaha luar. Namun, usaha luar yang dikerjakan pada 
volume tetap adalah nol (W=0). Kalor yang diserap oleh gas digunakan 
seluruhnya untuk menaikkan energi dakhil (ΔQv = ΔU) sehingga ΔU = mcvΔT. 
Energi dakhil berkaitan dengan besarnya energi yang dimiliki sistem pada 
tingkat atomik, yaitu energi potensial internal yang bekerja antarmolekul gas dan 
energi kinetik molekul. Pada gas ideal, diasumsikan tidak terdapat energi 
potensial antarmolekulnya sebagai akibat ketiadaan energi interaksi 
antarmolekulnya. Akibatnya, energi dakhil yang dimiliki oleh gas ideal 
sepenuhnya berasal dari sumbangan energi kinetik molekul-molekulnya. 
Katakanlah gas ideal tersebut berisikan N buah molekul sehingga 
3 
3 
U NE Nk T nR T k       
2 
2 
.................................................... (1.31) 
Dari persamaan (9.29) dan (9.30) dapat diperoleh
3 
   ...................................................... (1.32) 
c v v v 2 
C mc nR 
nR 
m 
3 
atau 
2 
dengan Cv = mcv menyatakan kapasitas kalor pada volume tetap. 
Berikutnya, Anda hendak menentukan kapasitas kalor pada tekanan tetap 
C. Serupa dengan cara sebelumnya, Anda asumsikan keberadaan gas ideal 
bermassa m dan mempunyai kalor jenis pada tekanan tetap c . Untuk setiap 
kenaikan temperatur sebesar AT, akan memerlukan kalor sebesar 
ΔQp = mcpΔT .................................................................................... (1.33) 
Menurut hukum termodinamika pertama, kalor ini digunakan untuk menaikkan 
ener-gi dakhil gas dan untuk melakukan usaha luar, yaitu AQ = ΔU + W. 
Sebagaimana sebelumnya, energi dakhil gas ideal hanya berasal dari energi 
kinetik molekul-molekulnya dan tentunya sama dengan ΔQv. Usaha yang 
dikerjakan pada tekanan tetap tentu saja adalah 
W = pΔV 
= nRΔT 
sehingga 
ΔQp = ΔU + W=ΔQv + W ................................................................. (1.34) 
atau 
mcpΔT= mcvΔT+ nRΔT..................................................................... (1.35) 
Karena mcy = Cy dan mc = C sehingga persamaan (1.35) menjadi 
(C - C) ΔT=nRΔT............................................................................. (1.36) 
atau 
Cp - Cv = nR ................................................................................... (1.37) 
Nilai Cv gas ideal dimasukkan ke persamaan (1.31) akan diperoleh
Cp = 
5 
nR......................................................................................... (1.38) 
2 
Sehingga 
1,667 
5 
   
3 
p 
C 
v 
C 
.......................................................................... (1.39) 
Apabila Cp dan Cv dinyatakan dalam kapasitas kalor molar dan 
menyatakan 
satuannya dalam kal/mol.C°, tentunya nilai R disesuaikan sehingga 
mempunyai 
nilai R = 1,99 kal/mol.Co. 
C 
p 
C 
Pada satuan ini, nilai Cv, Cp, Cp - Cv, dan v 
dapat dihitung. Hasilnya 
adalah 
Cv = 2,985 kal/mol.Co 
Cp = 4,975 kal/mol.C° 
Cp - Cv =1,99 kal/mol.Co 
dan 
 1,667 
p 
C 
v 
C 
Walaupun dirumuskan untuk gas ideal, ternyata hasil-hasilnya 
mendekati hasil eksperimen pada gas sejati dengan tekanan rendah dan 
sedang. Terutama. untuk gas-gas monoatomik dan sebagian gas diatomik.
Ketidaksesuaian untuk gas bermolekul lebih dari satu akan dijelaskan pada 
teori partisi energi pada subbab berikutnya. Untuk sementara, Anda cukup 
membandingkan hasilnya dengan data-data eksperimen dalam tabel berikut. 
Tabel 1.2 Kapasitas Kalor Molar pada Tekanan Rendah (Tekanan 1,0 
atm dan Temperatur 20oC) 
Tipe Gas Gas 
Cp 
(kal/mol.Co) 
C 
(kal/mol.Co) 
Cp – Cv 
(kal/mol.Co) 
 
p 
C 
v 
C 
Monoatomik He 
A 
4,97 
4,97 
2,98 
2,98 
1,99 
1,99 
1,67 
1,67 
Diatomik H2 
N2 
O2 
CO 
6,87 
6,95 
7,03 
6,97 
4,88 
4,96 
5,04 
4,98 
1,99 
1,99 
1,99 
1,99 
1,41 
1,40 
1,40 
1,40 
Poliatomik CO2 
SO2 
H2S 
8,83 
9,65 
8,27 
6,80 
7,50 
6,20 
2,03 
2,15 
2,10 
1,30 
1,29 
1,34 
D. Ekipartisi Energi 
Sebagaimana telah dibahas pada subbab sebelumnya, yaitu pada saat 
menjelaskan kapasitas kalor gas, teori kinetika gas boleh dikatakan sukses besar 
untuk gas-gas monoatomik. Apakah berarti teori ini menjadi tidak sahih pada 
gas-gas bermolekul lebih dari satu atom? Apakah berarti gas-gas poliatomik 
bertekanai rendah atau yang memiliki rapat jenis kecil bukan termasuk gas ideal? 
Jawabannya, tidaklah seperti itu. Teori kinetika gas masih cukup sahih untuk 
gas-gas poliatomik Hanya perlu sedikit modifikasi pada beberapa hal yang 
menjadi batasan sebelumnya. Hal ini tersirat pada berbagai asumsi gas ideal 
sebelumnya, yakni penggambaran molekul sebagai bola tunggal yang pejal dan 
sangat elastis. Coba Anda cermati kembali, dari batasan mana Anda 
memperoleh pernyataan ini? Sebagai bola pejal tunggal, energi dakhilnya
berasal dari energi kinetik translasi saja, yaitu dalam bentuk suku EK = ½ mv2 
yang nilainya setara dengan ½kT. Karena keacakan geraknya, pada setiap 
sumbu gerak energi kinetik yang diperoleh adalah sama. Itulah sebabnya 
energi kinetik yang diperoleh tiga kali lipat pada setiap sumbunya. 
Bagaimana jika molekul gas tidak hanya digambarkan sebagai bola 
pejal tunggal saja? Katakanlah untuk setiap atomnya dinyatakan sebagai bola 
pejal, tentulah molekul gas diatomik berisikan dua buah bola pejal yang 
terikat kuat melalui sebuah sumbu bersama. Begitu pula molekul gas 
poliatomik, Anda dapat menggambarkannya sebagai kumpulan bola pejal 
yang terikat bersama melalui sumbu-sumbu yang diatur dengan aturan tertentu 
(mirip dengan model ikatan kimia). Karena memiliki sumbu bersama, molekul 
dapat melakukan rotasi sehingga mempunyai energi kinetik rotasi ½I2, 
energi kinetik vibrasi atom-atom dalam molekul ½ μv2 (dengan u menyatakan 
massa tereduksi molekul) dan energi potensial vibrasi ½ kx2. Meskipun ada 
juga energi lainnya seperti: energi magnet, listrik, dan lainnya, semuanya bisa 
dikatakan dapat digambarkan melalui energi-energi jenis ini. Meskipun 
berasal dari sumber energi yang berbeda-beda, tetapi semuanya mengandung 
ekspresi matematika yang serupa: suatu konstanta positif (m, I, u, k) dikalikan 
dengan kuadrat konstanta lain yang nilainya bisa diambil positif atau negatif 
(v, , x). Mekanika statistik menyatakan bahwa: 
Ketika cacah partikel gas cukup besar dan mekanima Newton terpenuhi untuk 
setiap partikelnya, semua suku energi di atas mempunyai nilai rata-rata yang 
sama dan nilai rata-rata energinya hanya tergantung pada temperatur gas.
Teorema ini disebut sebagai teorema ekipartisi energi yang 
disampaikan oleh Maxwell. Versi yang setara dengan pernyataan di atas 
adalah 
Setiap energi yang mungkin diserap oleh gas hanya bergantung pada 
temperatur dan mempunyai porsi yang sama. Energi total gas adalah jumlah 
semua jenis energi tersebut. 
Cacah jalan penyerapan energi tersebut meliputi translasi, rotasi, 
vibrasi yang kemudian disebut sebagai derajat kebebasan sistem. 
Pada gas monoatomik, gas hanya mungkin melakukan gerak translasi 
tiga dimensi. Akibatnya, energi dakhilnya adalah U = 
3 
2 
nRTdan hasil untuk 
kapasitas kalornya akan sama dengan apa yang telah Anda hitung. 
Pada gas diatomik, molekul dapat berotasi ke semua sumbu. Namun, 
karena momen inersia sepanjang sumbu adalah nol, energi kinetik rotasi yang 
disum-bangkan hanya berasal dari dua sumbu lainnya yang tegak lurus sumbu 
molekul. Jika ditambahkan dengan tiga energi kinetik translasi ke semua 
sumbu, Anda akan memperoleh energi dakhil gas sebesar 
U = 3n (½ RT) + 2n (½ RT) ............................................................ (1.40) 
Suku pertama berasal dari gerak translasi, sedangkan suku kedua berasal dari 
gerak rotasi. Oleh karena itu, 
5 
 ........................................................................................ (1.41) 
C nR v 2 
dan
7 
 ........................................................................................ (9.42) 
C nR p 2 
Pada gas poliatomik, molekul terdiri atas tiga atau lebih atom. Oleh 
karena iru, suku energi rotasinya tidak lenyap pada ketiga sumbu (karena 
momen inersianya tidak hilang). Jika ditambah energi gerak translasi ketiga 
sumbu maka Anda akan mempunyai 
U = 3n (½ RT) + 3n (½ RT) = 3nRT ............................................... (9.43) 
Sehingga diperoleh 
Cv = 3nR .......................................................................................... (1.44) 
dan 
Cp = 4nR .......................................................................................... (1.45) 
Meskipun perhitungan energi di atas belum melibatkan energi vibrasi, 
tetapi kesesuaiannya dengan data dalam Tabel 1.1 mulai terlihat lebih baik. 
(Coba bandingkan nilai-nilainya dan buktikan sendiri). Apabila energi vibrasi 
juga diperhitungkan, nilai-nilai yang diperoleh akan mendekati hasil 
eksperimen yang tercantum dalam tabel tersebut.

More Related Content

What's hot

Pertemuan i teori kinetik gas
Pertemuan i teori kinetik gasPertemuan i teori kinetik gas
Pertemuan i teori kinetik gasMuhammad Syarif
 
Handout interaktif hukum hukum dasar kimia
Handout  interaktif  hukum hukum  dasar  kimiaHandout  interaktif  hukum hukum  dasar  kimia
Handout interaktif hukum hukum dasar kimiaAdi Prihandono
 
Gas Ideal - Kelompok 10
Gas Ideal -  Kelompok 10Gas Ideal -  Kelompok 10
Gas Ideal - Kelompok 10Alfian Isnan
 
STOIKIOMETRI
STOIKIOMETRISTOIKIOMETRI
STOIKIOMETRIMei Wina
 
Teori kinetik gas
Teori kinetik gasTeori kinetik gas
Teori kinetik gaslarash 13
 
Atom, molekul dan rumus kimia
Atom, molekul dan rumus kimiaAtom, molekul dan rumus kimia
Atom, molekul dan rumus kimiaYessi Seftiara
 
Hukum dasar kimia dan perhitungan kimia
Hukum dasar kimia dan perhitungan kimiaHukum dasar kimia dan perhitungan kimia
Hukum dasar kimia dan perhitungan kimiaEKO SUPRIYADI
 
Gas Ideal - Kelompok 4
Gas Ideal -  Kelompok 4Gas Ideal -  Kelompok 4
Gas Ideal - Kelompok 4Alfian Isnan
 
Hukum dasar kimia dan stoikiometri
Hukum dasar kimia dan stoikiometri Hukum dasar kimia dan stoikiometri
Hukum dasar kimia dan stoikiometri pierse
 
Gas Ideal - Kelompok 9
Gas Ideal -  Kelompok 9Gas Ideal -  Kelompok 9
Gas Ideal - Kelompok 9Alfian Isnan
 

What's hot (20)

Teori Kinetik Gas
Teori Kinetik GasTeori Kinetik Gas
Teori Kinetik Gas
 
Pertemuan i teori kinetik gas
Pertemuan i teori kinetik gasPertemuan i teori kinetik gas
Pertemuan i teori kinetik gas
 
Handout interaktif hukum hukum dasar kimia
Handout  interaktif  hukum hukum  dasar  kimiaHandout  interaktif  hukum hukum  dasar  kimia
Handout interaktif hukum hukum dasar kimia
 
Gas Ideal - Kelompok 10
Gas Ideal -  Kelompok 10Gas Ideal -  Kelompok 10
Gas Ideal - Kelompok 10
 
10)teori kinetik gas
10)teori kinetik gas10)teori kinetik gas
10)teori kinetik gas
 
Teori kinetik gas
Teori kinetik gasTeori kinetik gas
Teori kinetik gas
 
STOIKIOMETRI
STOIKIOMETRISTOIKIOMETRI
STOIKIOMETRI
 
4 teori kinetika gas
4 teori kinetika gas4 teori kinetika gas
4 teori kinetika gas
 
Hukum Hukum Dasar Kimia PPT
Hukum Hukum Dasar Kimia PPTHukum Hukum Dasar Kimia PPT
Hukum Hukum Dasar Kimia PPT
 
Perhitungan kimia 1
Perhitungan kimia 1Perhitungan kimia 1
Perhitungan kimia 1
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
 
Teori kinetik gas
Teori kinetik gasTeori kinetik gas
Teori kinetik gas
 
Atom, molekul dan rumus kimia
Atom, molekul dan rumus kimiaAtom, molekul dan rumus kimia
Atom, molekul dan rumus kimia
 
Hukum dasar kimia dan perhitungan kimia
Hukum dasar kimia dan perhitungan kimiaHukum dasar kimia dan perhitungan kimia
Hukum dasar kimia dan perhitungan kimia
 
Gas Ideal - Kelompok 4
Gas Ideal -  Kelompok 4Gas Ideal -  Kelompok 4
Gas Ideal - Kelompok 4
 
Hukum dasar kimia dan stoikiometri
Hukum dasar kimia dan stoikiometri Hukum dasar kimia dan stoikiometri
Hukum dasar kimia dan stoikiometri
 
Sixxxx
SixxxxSixxxx
Sixxxx
 
Teori kinetik gas
Teori kinetik gasTeori kinetik gas
Teori kinetik gas
 
Gas Ideal - Kelompok 9
Gas Ideal -  Kelompok 9Gas Ideal -  Kelompok 9
Gas Ideal - Kelompok 9
 
Teori Kinetik Gas
Teori Kinetik GasTeori Kinetik Gas
Teori Kinetik Gas
 

Similar to TEORI KINETIKA GAS

Similar to TEORI KINETIKA GAS (20)

Teori kinetik-gas(1)
Teori kinetik-gas(1)Teori kinetik-gas(1)
Teori kinetik-gas(1)
 
Pertemuan iv-v
Pertemuan iv-vPertemuan iv-v
Pertemuan iv-v
 
Makalah Stoikiometri
Makalah StoikiometriMakalah Stoikiometri
Makalah Stoikiometri
 
Ppt kimia fisika
Ppt kimia fisikaPpt kimia fisika
Ppt kimia fisika
 
S T O I K I O M E T R I
S T O I K I O M E T R IS T O I K I O M E T R I
S T O I K I O M E T R I
 
Gas Ideal
Gas IdealGas Ideal
Gas Ideal
 
09 bab 8
09 bab 809 bab 8
09 bab 8
 
Komponen materi
Komponen materiKomponen materi
Komponen materi
 
Massa atom jumlah partikel dan mol
Massa atom jumlah partikel dan molMassa atom jumlah partikel dan mol
Massa atom jumlah partikel dan mol
 
Resume kimia dasar 1 kelompok 1
Resume kimia dasar 1 kelompok 1Resume kimia dasar 1 kelompok 1
Resume kimia dasar 1 kelompok 1
 
Konsep mol
Konsep molKonsep mol
Konsep mol
 
Pengertian gas ideal dan gas nyata
Pengertian gas ideal dan gas nyataPengertian gas ideal dan gas nyata
Pengertian gas ideal dan gas nyata
 
5 konsep-mol-dan-stoikiometri
5 konsep-mol-dan-stoikiometri5 konsep-mol-dan-stoikiometri
5 konsep-mol-dan-stoikiometri
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
Stoikiometri
StoikiometriStoikiometri
Stoikiometri
 
TEORI KINETIK GAS _R (1).pptx
TEORI KINETIK GAS _R (1).pptxTEORI KINETIK GAS _R (1).pptx
TEORI KINETIK GAS _R (1).pptx
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
PPT Stoikiometri.pptx
PPT Stoikiometri.pptxPPT Stoikiometri.pptx
PPT Stoikiometri.pptx
 
PPT Stoikiometri (1).pptx
PPT Stoikiometri (1).pptxPPT Stoikiometri (1).pptx
PPT Stoikiometri (1).pptx
 

TEORI KINETIKA GAS

  • 1. A. Besaran-Besaran dalam Teori Kinetik Gas 1. Tekanan dan Gaya Pada skala atomik (mikroskopis), ada beberapa interaksi yang muncul di antara molekul-molekul penyusun benda. Contohnya interaksi gravitasi, kelistrikan, dan interaksi antarmolekul yang memaksanya menjadi zat yang berwujud tertentu (gas, cair, atau padatan). Karena bermassa begitu kecil, interaksi gravitasi antarmolekul menjadi tidak cukup penting untuk diperhitungkan. Begitu juga interaksi kelistrikan, pada sebagian besar zat yang tidak mempunyai sifat polaritas pada molekul-mole-kulnya, interaksi ini dapat diabaikan. Akibatnya, interaksi yang tertinggal adalah interaksi terakhir, yaitu interaksi yang memaksa molekul-molekul zat berkumpul dan membentuk fase tertentu. Berbeda dengan interaksi yang lain, interaksi ini tidak berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Hal yang menarik adalah gaya interaksi ini bersifat tarik-menarik pada jarak di atas ukuran molekul. Akibatnya, ketika benda tersebut ditarik untuk direnggangkan, benda akan kembali ke bentuk semula setelah tarikannya dilepas. Namun, jika tarikan tersebut diteruskan akan terdapat batas kekuatan tertentu yang menyebabkan benda menjadi patah. Seperti yang dapat dilihat pada semua zat, untuk memaksa zat menjadi zat lain yang lebih padat akan memerlukan tekanan yang sangat besar. Anda perlu menekan keras-keras benda tersebut agar menjadi lebih padat. Hal ini berarti perlu usaha keras untuk memaksa molekul-molekul zat untuk lebih rapat dari keadaan normalnya, dan tentunya usaha ini diperlukan karena pada jarak lebih kecil
  • 2. dari orde dimensi molekul, interaksi ini bersifat tolak-menolak. Itulah sebabnya setelah ditekan terus, benda tetap tidak dapat dipadatkan lagi meski seberapa pun keras usaha Anda untuk menekannya. Keadaan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: pada jarak antarmolekul benda yang cukup besar, terdapai interaksi yang bersifal tarik-menarik dan memaksa benda untuk kembali ke bentuk asal setelah ditariknya. Namun, setelah jarak tertentu antarmolekul, kekuatan tarikannya berkurang drastis. Jika jaraknya diperkecil dari kondisi awal, tarikannya akan terus mem-besar hingga nilai maksimum, dan kemudian berkurang menjadi nol saat mencapai jarak tertentu. Sementara untuk, gas, interaksi antarmolekul penyusunnya jauh lebih lemah jika dibandingkan dengan interaksi antara molekul dalam fase cairan atau padatar sehingga dapat dikatakan rincian riwayat hidup setiap individu molekul tidak terlalu berpengaruh pada perilaku makroskopis gas. Oleh karena itu, perilaku makroskopis gas (yaitu perilaku gas yang tampak meskipun dengan mata telanjang) dapat dianggap sebagai perilaku statistik besaran-besaran mekanik molekul penyusunnya. Sebagai contoh, tekanan yang dikerjakan oleh gas pada dinding pembatasnya dapat dianggap sebagai rata-rata laju transfer momentum yang dilakukan oleh setiap atom gas ketika menumbuk dinding per satuan area. Suhu juga dapat dipandang sebagai kuantitas yang berhubungan dengan rata-rata energi kinetik atom-atom atau molekul-molekul gas. Dengan teori ini, akan dilihat seberapa besar sebenarnya kapasitas kalor yang dimiliki oleh gas dan beberapa masalah juga
  • 3. sukses dijelaskan oleh teori ini. Gas yang ditinjau adalah gas ideal. Gas ideal sebenarnya merupakan model gas yang paling sederhana karena mengabaikan sifat-sifat makroskopis gas sejati. Keberlakuannya pun terbatas, yaitu gas sejati pada kerapatan yang rendah atau berjumlah molekul sedikit saja. Namun demikian, penyederhanaan ini patut diacungi jempol karena mampu menjelaskan banyak hal sebatas pada daerah berlakunya model teori tersebut. Teori kinetika merupakan teori yang berusaha menjelaskan perilaku makroskopis benda melalui pendekatan stastistik pada perilaku mikroskopis partikel-partikel penyusun benda. Teori ini dikembangkan oleh Robert Boyle (1627-1691), Daniel Bernoulli (1700-1782), James Joule (1818-1889), A. Kronig (1822-1879), Rudolf Clausius (1822-1888), dan James Clerk Maxwell (1831-1879). Metode ini akan dipakai untuk memperluas pemahaman Anda terhadap tekanan, suhu, kapasitas kalor, dan energi dakhil pada tataran atom dalam gas (dibatasi pada gas ideal). Sebenarnya, ada versi lain pendekatan statistik perilaku mekanis sistem partikel yang disebut dengan mekanika statistik. Teori ini dikembangkan oleh J. Willard Gibbs (1839-1903) dan Ludwig Boltzmann (1844-1906) yang mampu pula menjelaskan teori kinetika secara memuaskan. Namun, kaerna kompleksitas matematika yang diperlukan terlalu tinggi, Anda akan membatasi diri hanya pada teori kinetika. Ada baiknya sebelum masuk apda topik kajian bab ini, Anda sudah
  • 4. memahami konsep mekanika Newton (seperti; gaya, momentum, kecepatan, dan sebagainya), usaha dan tenaga, serta komnsep suhu dan kalor. Di dalam bab ini, Anda akan menemui teknik matematika yang disebut integrasi. Bagi yang belum mengetahuinya, Anda dapat melewati detail perhitungannya. Sebagai gantinya, Anda dapat melihat maksud perhitungan tersebut dari grafik yang ikut pula disajikan. Jadi, jangan terlalu pesimis dahulu. 2. Satuan Massa Atom Massa atom dan molekul biasanya dinyatakan dalam suatu satuan yang disebut satuan massa atom (sma) di samping juga dinyatakan dalam satuan kilogram. Satuan massa atom tersebut biasa dilambangkan dengan u. Satuan tersebut didefinisikan sebagai berikut: 1 1 u  massa atomkarbon  12 ..................................................(1.1) 12 Atom karbon-12 adalah atom karbon yang inti atomnya mempunyai 12 nukleon: 6 proton dan 6 neutron. Dengan menggunakan satuan u ini, massa atom lainnya dapat diketahui dengan pendekatan ini. Sebagai contoh, massa atom yang paling sederhana, yaitu hidrogen sebesar 1,007825u dan massa atom oksigen adalah 15,994915u. Untuk suatu molekul, massa molekulnya adalah jumlahan dari massa atom-atom penyusunnya. Molekul air dapat dinyatakan dengan rumus kimia H2O (terdiri atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen). Oleh karena itu, Massa air = 2 massa atom hidrogen + 1 massa atom oksigen .. (9.2) = 2 (1,007825u) + (15,994915u)
  • 5. = 18,010565u Untuk keperluan praktis dalam perhitungan, berikut ini disajikan daftar satuan massa atom yang telah dibulatkan dari sejumlah atom seperti pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Satuan Massa Atom Zat Simbol Kimia Massa (u) Hydrogen H 1 Helium He 4 Karbon C 12 Oksigen O 16 Natrium Na 22 Fosfor P 31 Kalsium Ca 40 Besi Fe 56 Nikel Ni 58 Tembaga Cu 64 Seng Zn 66 Tungsten W 184 Sejumlah teknik eksperimen telah dipakai untuk menentukan hubungan antara satuan massa atom dengan satuan berat biasa. Ternyata, diperoleh hubungan u kg 27 1 1,6605 10  
  • 6. ......................................................................(1.3) Jadi, massa satu atom hidrogen adalah mH = l,007826u = (l,007825u) ( 1,6605 x 10-27 kg/u) = 1,6735 x 10-27 kg 3. Bilangan Avogadro dan Konsep Mol Massa atom besi adalah 56u dan massa molekul metanol (CH4) adalah 16u. Oleh karena itu, Anda dapat menyatakan perbandingan massa antar keduanya sebagai berikut. 56 16 massa atombesi massamolekul metanol  Sekarang, jika mengumpulkan atom besi dan molekul metanol masing-masinf sebanyak n buah sekali pun, angka perbandingannya akan tetap sehingga 56 16 n 56 16 massa buah atombesi massa buahmolekul metanol   n n n Misalkan, n dibuat cukup besar sehingga massa besi mencapai 56 gram. Tentu saja, hal ini menyebabkan massa metanol juga dapat menjadi 16 gram. Karena n pada besi dan metanol tersebut sama sehingga Anda mendapatkan n = banyaknya atom besi dalam 56 g besi = banyaknya molekul metana dalam 16 g metana ............................... (1.4) Ketika banyaknya gram suatu zat sama dengan banyaknya dalam satuan u. dikatakan zat tersebut sebanyak 1 mol. Jadi, 1 mol besi mempunyai
  • 7. massa 56 gram dan 1 mol metanol mempunyai massa 16 gram. Mol, biasanya dilambangkan dengan n saja. Jadi, sebuah zat yang mempunyai massa M (dalam gram) dan bermassa molekul m (dalam u) mempunyai mol sebanyak M n  ........................................................................................ (1.5) m Persamaaan (1.5) menunjukkan bahwa banyaknya atom besi dan molekui metanol dalam 1 mol ternyata sama. Begitu juga banyaknya molekul zat lainnya dalam satu mol. Jadi, banyaknya atom atau molekul dari 1 mol zat apapun adalah sama. Ide penting ini pertama kali disampaikan oleh seorang ilmuwan Italia bernama Amedeo Avogadro (1776-1856) pada tahun 1811. Atas jasanya, bilangan dasar yang menunjukkan banyaknya molekul dalam 1 mol sembarang zat tersebut disebut sebagai bilangan Avogadro, N. Bilangan tersebut sebanyak NA = 6,022 x 1023 partikel/mol ................................................. (1.6) Partikel di atas untuk menyatakan molekul atau atom, bergantung pada zat yang sedang ditinjau. Perlu diingat, jika suatu zattersusun atas molekul, sedangkan setiar molekul tersusun oleh atom-atom berbeda. Oleh karena itu, banyaknya molekul. dalam 1 mol sebuah zat akan berbeda dengan banyaknya atom-atom penyusun molekul zat tersebut. Semisal untuk gas metanol di atas, 1 mol metanol atau 16 gram metanol akan mempunyai molekul metanol (CH4) sebanyak bilangan Avogadro NA. Akan tetapi, banyaknya atom dalam 1 molekul CH4 adalah 1 atom C dan 4 atom H. Oleh karena itu, banyaknya atom-atom dalam 1 mol metanol adalah
  • 8. banyaknya atom CH4/mol = NA molekul CH4 = NA ( 1 atom C + 4 atom H) = NA atom C + 4NA atom H = 5NA atom Dengan demikian, banyaknya atom yang terkandung di dalam 1 mol metano. adalah sebanyak 5N. Secara umum, dalam satu mol zat yang setiap molekulnya disusun oleh k buah atom, akan mempunyai banyak atom kNA buah. B. Perilaku Mikroskopis Gas Dari sudutpandang mikroskopis, gas ideal adalah gas yang memiliki sifat-sifat tertentu pada tingkat atomik. Besaran-besaran makroskopis (temperatur, tekanan, dan lainnya) yang telah dijelaskan sebelumnya dapat ditunjukkan sejalan dengan statistika perilaku mikroskopis gas tersebut. 1. Deskripsi Mikroskopis Gas Ideal Gas dianggap (diasumsikan) sebagai gas ideal jika memenuhi syarat-syarat atomik berikut ini. a. Setiap gas terdiri atas atom-atom atau molekul-molekul yang bersifat stabil dan identik satu dengan yang lain. b. Gerakan molekul gas bersifat acak dan memenuhi hukum-hukum gerak Newton. Gaya tarik antarmolekul gas diabaikan. c. Semua jenis tumbukan molekul gas, baik tumbukan antarmolekul ataupun tumbukan molekul gas dengan dinding pembatas gas bersifat
  • 9. lenting sempurna dan selang waktu tumbukannya berlangsung singkat. d. Volume molekul gas sangat kecil jika dibandingkan dengan volume gas se-cara keseluruhan. Oleh karena itu, volume molekul dapat diabaikan dalam perbandingan ini. 2. Tekanan Gas Ideal Untuk mengetahui apa yang menjadi sumber tekanan gas ideal pada dinding-dinding pembatasnya, perlu Anda ingat bahwa tekanan merupakan besarnya gaya normal yang bekerja per satuan area. Pada tataran molekul, tentu saja gaya ini diperoleh dari perubahan momentum molekul gas ketika molekul menumbuk dinding. Artinya, tekanan yang dirasakan pada dinding pembatas gas sebenarnya diakibatkan oleh tabrakan molekul-molekul gas pada dinding pembatas gas. Untuk lebih jelasnya, Anda tinjau suatu molekul gas ber-masssa m yang bergerak sepanjang sumbu-x dengan kecepatan vX. Momentum awal molekul tentu saja adalah pX = mvX. Jika molekul menabrak dinding secara elastis sempurna, setelah tumbukan molekul akan membalik arah dengan kelajuan yang sama sehingga momentum setelah tumbukan adalah X X p'  mv Dengan demikian, perubahan momentum selama tumbukan adalah X X X X p p p 2mv '      ................................................. (1.7) Interval waktu yang diperlukan molekul untuk menumbuk dinding satunya lagi adalah
  • 10. L x v t 2   Oleh karena itu, rata-rata gaya yang dikerjakan pada dinding oleh sebuah molekul adalah mv  2    ..................................................... (1.8) F x L mv x x L v P t x x 2 2  Akan tetapi, dalam kotak tersebut terdapat N buah molekul sehingga gaya yang dikerjakan pada sumbu-x adalah kelipatan N dari Fx. Jika (vx). menyatakan kecepatan molekul nomor i pada sumbu-x dan (Fx), menyatakan gay a yang dikerjakan oleh molekul nomor i pada dinding maka gaya total yang dikerjakan adalah m      Nmv  F F x L v    L N i x i N x x i i 2 1 2 1        ................................. (1.9) Karena massa molekul-molekul gas tersebut sama, yaitu m. Factor  v  N v V i x x    1 2 2 menyatakan kecepatan rata-rata molekul gas pada kotak. Molekul-molekul gas bergerak secara acak sehingga tidak ada perbedaan antara kecepatan rata-rata ke arah sumbu-x, sumbu-y atau pun ke arah sumbu-z, yaitu 2 2 2 x y z v  v  v . Padahal, kecepatan rata-rata molekul ke segala arah adalah 2 2 2 2 x y z v  v  v  v sehingga didapat 2 2 3 x v  v . Dengan demikian, gaya total yang dikerjakan pada setiap dinding adalah
  • 11. Nmv L F F F Fx y z 3 2     .................................................. (1.10) Luas setiap dinding yang ditumbuk oleh molekul-molekul gas adalah L2 sehingga tekanan yang dirasakan pada masing-masing dinding adalah Nmv p   .................................................................. (1.11) 2 2 F 2 3L L Karena volume kotak adalah V = L2, persamaan di atas dapat ditulis ulang sebagai 2 1 v Nm pV  ...................................................................... (1.12) 3 Padahal energi kinetik rata-rata pada setiap molekul gas adalah 2 1 E mv k  2 Sehingga hubungan antara pV dan energi kinetik rata-rata setiap molekul k E adalah 2  ........................................................................ (1.13) k pV NE 3 Apabila dibandingkan dengan persamaan keadaan gas ideal pV = kNT, akan diperoleh kaitan antara energi kinetik rata-rata per molekul dan temperatur 2 k pV kNT NE   atau E kT 3 k 2 3  ................................. (1.14) Apa yang dapat anda simpulkan dari persamaan (1.14)? Persamaan tersebut mengaitkan energi kinetik rata-rata setiap molekul gas dengan temperatur gas yang terukur. Sekarang, perhatikan bahwa
  • 12. persamaan di atas tidak mengandung variabel lain selain k E dan T. Suku tetapan Boltzmann k hanyalah merupakan suku kesebandingan pada kedua ruas persamaan. Dengan demikian, Anda dapat menyimpulkan bahwa temperatur hanyalah merupakan ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh setiap molekul dalam gas. Meskipun temperatur dapat diukur dengan termometer, tetapi tidaklah sama seperti kuantitas fisika lain yang dapat terukur seperti panjang, massa, dan waktu. Temperatur hanyalah suatu watak statistik dari energi kinetik molekul-molekul penyusun suatu sampel gas. Dengan sudut pandang seperti ini, Anda dapat mengatakan bahwa "temperatur sebuah molekul gas" atau "temperatur beberapa molekul gas dalam kotak" tidak mempunyai arti fisis sama sekali. Agar konsep temperatur mempunyai makna, sampel yang dikumpulkan haruslah cukup besar. Anda dapat menarik kesimpulan tentang tekanan gas dan temperatur gas melalui sudut pandang teori kinetika gas sebagai berikut. a. Tekanan gas (p) adalah resultan gaya rata-rata (F) yang diperoleh dari perubahan momentum molekul-molekul gas ketika menumbuk dinding penyekat gas. b. Temperatur (T) adalah ukuran energi kinetik rata-rata (EK) yang dimiliki oleh setiap molekul gas. c. Hubungan antara temperatur (T) dan energi kinetik rata-rata (EK)
  • 13. hanya bermakna secara fisis jika sampel yang diamati mempunyai cacah molekul yang cukup besar. 3. Kelajuan Molekul a. Kelajuan Efektif Molekul-Molekul Gas 3 Persamaan kT Ek 2  memberikan pula informasi tentang kecepatan molekul gas pada titik temperatur tertentu. Apabila kita kembalikan hubungan antara energi kinetik rata-rata kE dengan rata-rata kuadrat kecepatan molekul 2 v , yaitu melalui hubungan 2 1 1 2   atau E  mv maka akan diperoleh E mv kT k 2 k 2 3 2 kT v 3 2  ...................................................................... (1.15) m Jika diambil akar dari 2 v , bukannya akan diperoleh v . Akan tetapi, besaran lain yang disebut sebagai laju akar rata-rata kuadrat (root-mean-square) atau kelajuan efektif molekul gas yang dilambangkan dengan vrms, yaitu kT v v rms 3 2   ..................................................... (1.16) m b. Perbandingan Kelajuan Efektif Molekul-Molekul Gas Sebenarnya kecepatan setiap molekul dalam gas selalu berbeda-beda dan terdistribusi menurut fungsi tertentu. Hanya saja tidak diharapkan adanya molekul yang mempunyai kelajuan yang jauh lebih rendah dari vrms (mendekati nol) atau jauh lebih tinggi
  • 14. dari vrms. Oleh karena itu, vrms dapat dikatakan sebagai kelajuan efektif molekul-molekul gas ideal. James Clerk Maxwell berhasil menemukan fungsi distribusi kelajuan molekul-molekul gas tersebut. Fungsi distribusi kelajuan molekul gas tersebut kemudian disebut sebagai distribusi Maxwell (Maxwellian distribution). Distribusi Maxwell James Clerk Maxwell menyatakan bahwa dalam sampel gas yang berisikan N buah molekul gas, banyaknya molekul gas yang mempunyai kecepatan v (yang akan kita lambangkan dengan N (v) akan memenuhi fungsi distribusi mv  kT ...................................... (1.17)   N v Nv e 2 m kT 3 2 2 2 ( ) 4        Untuk menemukan banyaknya molekul yang mempunyai kecepatan di antara v = va sampai dengan kecepatan v = vb, cukup dilakukan integrasi fungsi distribusi N(v) dengan batas-batas kecepatan v = va dan v = vb, yaitu N(va,vb) = ................................................................................. (1.18) yang sama dengan luas area di bawah kurva yang dibatasi garis vertikal yang melalui va dan vb. Untuk menentukan cacah semua molekul yang berada dalam sistem, integrasi pada persamaan (1.18) diambil pada keseluruhan daerah kecepatan (yaitu dari 0 sampai dengan tak berhingga ∞)
  • 15.      N N v dv ............................................................... (1.19) 0 yang sama maknanya dengan luas wilayah yang berada di bawah kurva N(v) f(v) dari v = 0 sampai v = ∞. Untuk memperoleh rata-rata nilai suatu fungsi f(v) yang menggunakan variabel peubah v dalam distribusi Maxwell harus dihitung dari persamaan         f v  ............................................... (1.20) 0 1 N v f v dv N yang sama maknanya dengan luas wilayah yang berada di bawah 1 kurva Nv f v N dari titik v = 0 sampai dengan titik v = ∞. Jika menggunakan formula tersebut, untuk menghitung rata-rata kecepatan v molekul gas pada distribusi Maxwell adalah dengan menggantikan f(v) dengan v, yaitu     v  ......................................................... (1.21) 0 1 N v v dv N Apabila fungsi N(v) pada persamaan (9.17) dimasukkan ke dalam persamaan (9.21) kemudian diintegrasikan maka didapat bahwa  1 8   kT m kT v 1,59     m N v v dv N 0  ....................... (1.22) Dapat menggunakan cara serupa, untuk menentukan rata-rata kuadrat kecepatan 2 v , cukup menggantikan f(v) dengan v2 kemudian mengintegrasikan. Anda dapat membuktikan bahwa
  • 16.   kT m 1  2 2    v N v v dv 3 N 0 ............................................ (1.23) seperti yang diperoleh pada persamaan (1.15), sehingga vrms dberikan oleh kT v v rms 3 1,73 2    ................................... (1.24) m kT m Berada pada kecepatan berapakah molekul-molekul gas paling banyak? Tentu saja dapat Anda lihat dari grafiik bahwa molekul paling banyak berada pada kecepatan tempat puncak grafik berada atau saat N(v) mencapai nilai maksimum. Keadaan tersebut ketika fungsi distribusi Maxwell memenuhi syarat    0 dN v dv Pada titik ini menunjukkan cacah molekul terbanyak. Oleh karena itu, kecepatan di titik tersebut menyatakan kecepatan yang paling mungkin dimiliki molekul gas. Kecepatan molekul yang paling mungkin tersebut sebagai v (dari kata puncak) dan dengan sedikit kerja keras dapat diperoleh kT vp  2  1,41 ................................................. (1.25) m kT m Ketiga persamaan (1.23), (1.22), dan (1.21) terlihat memenuhi kaitan p rms v  v  v . Bagaimana hubungan antara temperatur (T), energi kinetik rata-rata molekul gas (EK) dan kecepatan vrms? Hubungan antarbesaran ini unik sekali. Lihatlah persamaan-persamaan yang mengaitkannya, yaitu persamaan (1.15) dan (1.24). Persamaan (1.15) memberitahu Anda bahwa temperatur menyatakan besarnya energi kinetik rata-rata molekul gas. Karena tidak ada variabel lain yang berhubungan dengan keduanya maka
  • 17. jelas bahwa hubungan ini berlaku untuk semua gas ideal. Artinya. semua gas ideal yang mempunyai temperatur yang sama akan selalu mempu-nyai energi kinetik rata-rata yang sama pula. Sementara itu, persamaan (1.24) mengatakan bahwa di samping bergantung pada temperatur, vrms juga bergantung pada massa molekul gas. Pada temperatur tertentu, makin besar massa molekul gas, makin kecil vrms untuk gas tersebut. Apabila penafsiran kedua persamaan ini digabungkan, akan Anda dapati bahwa pada temperatur tertentu energi kinetik rata-rata molekul semua gas ideal selalu sama. Akan tetapi, kecepatan vrms yang berbeda. Makin berat molekul gas ideal tersebut, makin lambat gerakannya. Untuk melihat perbandingan kelajuan efektif molekul-molekul gas, persamaan (1.16) dinyatakan dalam massa molekul gas, yaitu massa molekul gas dalam satuan kg/kmol misalnya dilambangkan m’ = mNA dan k = R A N sehingga diperoleh RT ' 3      rms  ' kT 3 3 2 m R A m N T N m v v A       ................ (1.26) Sama halnya dengan kesimpulan yang diperoleh dari distribusi Maxwell bahwa Persamaan (1.26) menunjukkan pada temperatur tertentu, molekul-molekul gas yang lebih ringan, secara rata-rata bergerak lebih cepat daripada molekul-molekul gas yang lebih berat. Kecepatan efektif molekul-molekul gas hidrogen dapat
  • 18. dianalisis dari massa molarnya yang merupakan seperenambelas dari massa molar gas oksigen, sedangkan vrms sebanding dengan ' 1 m . Oleh karena itu, vrms gas hidrogen adalah empat kali vrms gas oksigen atau sekitar 1,93 km/s. Kelajuan lepas di permukaan bumi sebesar 11,2 km/s. Sementara itu, kelajuan efektif molekul-molekul gas hidrogen hanya 1,93 km/s. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya gas hidrogen bebas di atmosfer bumi. Sebagain besar molekul gas yang ada dalam kesetimbangan temperatur mempunyai kelajuan yang lebih besar dari vrms. Apabila vrms hanya sekitar seperenam kelajuan lepas di permukaan bumi, cukup banyak molekul yang mempunyai kelajuan yang lebih besar dari kelajuan lepas sehingga gas itu tidak terdapat di atmosfer planet itu. Gas oksigen ditemukan di atmosfer, walaupun hanya sedikit. C. Kapasitas Kalor Gas Ideal Sebagaimana terlihat dari persamaan keadaan gas ideal, untuk menaikkan suhu ada beberapa macam cara. Cara tersebut antara lain dengan menaikkan tekanan gas dan menjaga volumenya tetap, volumenya diperbesar dan tekanan gas dibuat tetap atau mengubah volume sekaligus tekanannya. Pada masing-masing proses tersebut kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu per satuan massa gas akan selalu berbeda. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat sebesar satu derajat Kelvin disebut kapasitas kalor atau
  • 19. kapasitas panas dan dilambangkan dengan C, yaitu Q   ........................................................................................... (1.27) T C  dengan AQ menyatakan besarnya panas atau kalor yang diserap zat dan ΔT menyatakan perubahan temperatur yang diakibatkan oleh penyerapan kalor tersebut. Satuan kapasitas kalor adalah J/K. Kapasitas kalor adalah kuantitas fisis yang tidak bergantung pada banyaknya benda. Oleh karena itu, perlu pula didefinisikan kuantitas fisis yang setara dengan kapasitas kalor dan juga mengakomodasi banyaknya zat. Kuantitas fisis ini Anda sebut sebagai kapasitas kalor spesifik (c) yang dinyatakan sebagai besarnya kapasitas kalor per banyaknya zat. Apabila banyakny zat dinyatakan dalam massanya, kapasitas kalor spesifik ini disebut sebagai kalor jenis. Jika banyaknya zat dinyatakan dalam mol zat, Anda sebut kapasitas kalor spesifik tersebut sebagai kapasitas kalor molar. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa gas mempunyai berbagai kapasitas kalor. Jadi, jika m menyatakan massa zat dan n menyatakan banyaknya mol zat, kalor jenis zat adalah C c  ............................................................................................... (1.28) m Dan kapasitas kalor molarnya adalah C c  ............................................................................................... (1.29) n Keduanya setara sehingga dapat saling menggantikan. Bedanya hanya kapan masing-masing diungkapkan. Jika banyaknya zat dinyatakan dalam mol,
  • 20. kapasitas kalor spesifik yang dipakai adalah kapasitas kalor molar. Jika yang dipakai untuk menyatakan banyaknya zat adalah massa maka yang dipakai adalah kalor jenis. Terdapat dua kapasitas kalor yang mempunyai arti praktis, yaitu kapasitas kalor pada volume tetap (Cv) dan kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp). Berapakah kedua kapasitas kalor tersebut? Untuk yang pertama, Anda akan menentukan besarnya kapasitas kalor pada volume tetap Cv. Misalkan, Anda mempunyai gas ideal bermassa m dan mempunyai kalor jenis pada volume tetap cv. Untuk setiap kenaikan temperatur sebesar ΔT, diperlukan kalor sebesar TmcQv v    .................................................................................. (1.30) Kalor pada persamaan (9.29) digunakan untuk menaikkan energi dakhil gas dan untuk melakukan usaha luar. Namun, usaha luar yang dikerjakan pada volume tetap adalah nol (W=0). Kalor yang diserap oleh gas digunakan seluruhnya untuk menaikkan energi dakhil (ΔQv = ΔU) sehingga ΔU = mcvΔT. Energi dakhil berkaitan dengan besarnya energi yang dimiliki sistem pada tingkat atomik, yaitu energi potensial internal yang bekerja antarmolekul gas dan energi kinetik molekul. Pada gas ideal, diasumsikan tidak terdapat energi potensial antarmolekulnya sebagai akibat ketiadaan energi interaksi antarmolekulnya. Akibatnya, energi dakhil yang dimiliki oleh gas ideal sepenuhnya berasal dari sumbangan energi kinetik molekul-molekulnya. Katakanlah gas ideal tersebut berisikan N buah molekul sehingga 3 3 U NE Nk T nR T k       2 2 .................................................... (1.31) Dari persamaan (9.29) dan (9.30) dapat diperoleh
  • 21. 3    ...................................................... (1.32) c v v v 2 C mc nR nR m 3 atau 2 dengan Cv = mcv menyatakan kapasitas kalor pada volume tetap. Berikutnya, Anda hendak menentukan kapasitas kalor pada tekanan tetap C. Serupa dengan cara sebelumnya, Anda asumsikan keberadaan gas ideal bermassa m dan mempunyai kalor jenis pada tekanan tetap c . Untuk setiap kenaikan temperatur sebesar AT, akan memerlukan kalor sebesar ΔQp = mcpΔT .................................................................................... (1.33) Menurut hukum termodinamika pertama, kalor ini digunakan untuk menaikkan ener-gi dakhil gas dan untuk melakukan usaha luar, yaitu AQ = ΔU + W. Sebagaimana sebelumnya, energi dakhil gas ideal hanya berasal dari energi kinetik molekul-molekulnya dan tentunya sama dengan ΔQv. Usaha yang dikerjakan pada tekanan tetap tentu saja adalah W = pΔV = nRΔT sehingga ΔQp = ΔU + W=ΔQv + W ................................................................. (1.34) atau mcpΔT= mcvΔT+ nRΔT..................................................................... (1.35) Karena mcy = Cy dan mc = C sehingga persamaan (1.35) menjadi (C - C) ΔT=nRΔT............................................................................. (1.36) atau Cp - Cv = nR ................................................................................... (1.37) Nilai Cv gas ideal dimasukkan ke persamaan (1.31) akan diperoleh
  • 22. Cp = 5 nR......................................................................................... (1.38) 2 Sehingga 1,667 5    3 p C v C .......................................................................... (1.39) Apabila Cp dan Cv dinyatakan dalam kapasitas kalor molar dan menyatakan satuannya dalam kal/mol.C°, tentunya nilai R disesuaikan sehingga mempunyai nilai R = 1,99 kal/mol.Co. C p C Pada satuan ini, nilai Cv, Cp, Cp - Cv, dan v dapat dihitung. Hasilnya adalah Cv = 2,985 kal/mol.Co Cp = 4,975 kal/mol.C° Cp - Cv =1,99 kal/mol.Co dan  1,667 p C v C Walaupun dirumuskan untuk gas ideal, ternyata hasil-hasilnya mendekati hasil eksperimen pada gas sejati dengan tekanan rendah dan sedang. Terutama. untuk gas-gas monoatomik dan sebagian gas diatomik.
  • 23. Ketidaksesuaian untuk gas bermolekul lebih dari satu akan dijelaskan pada teori partisi energi pada subbab berikutnya. Untuk sementara, Anda cukup membandingkan hasilnya dengan data-data eksperimen dalam tabel berikut. Tabel 1.2 Kapasitas Kalor Molar pada Tekanan Rendah (Tekanan 1,0 atm dan Temperatur 20oC) Tipe Gas Gas Cp (kal/mol.Co) C (kal/mol.Co) Cp – Cv (kal/mol.Co)  p C v C Monoatomik He A 4,97 4,97 2,98 2,98 1,99 1,99 1,67 1,67 Diatomik H2 N2 O2 CO 6,87 6,95 7,03 6,97 4,88 4,96 5,04 4,98 1,99 1,99 1,99 1,99 1,41 1,40 1,40 1,40 Poliatomik CO2 SO2 H2S 8,83 9,65 8,27 6,80 7,50 6,20 2,03 2,15 2,10 1,30 1,29 1,34 D. Ekipartisi Energi Sebagaimana telah dibahas pada subbab sebelumnya, yaitu pada saat menjelaskan kapasitas kalor gas, teori kinetika gas boleh dikatakan sukses besar untuk gas-gas monoatomik. Apakah berarti teori ini menjadi tidak sahih pada gas-gas bermolekul lebih dari satu atom? Apakah berarti gas-gas poliatomik bertekanai rendah atau yang memiliki rapat jenis kecil bukan termasuk gas ideal? Jawabannya, tidaklah seperti itu. Teori kinetika gas masih cukup sahih untuk gas-gas poliatomik Hanya perlu sedikit modifikasi pada beberapa hal yang menjadi batasan sebelumnya. Hal ini tersirat pada berbagai asumsi gas ideal sebelumnya, yakni penggambaran molekul sebagai bola tunggal yang pejal dan sangat elastis. Coba Anda cermati kembali, dari batasan mana Anda memperoleh pernyataan ini? Sebagai bola pejal tunggal, energi dakhilnya
  • 24. berasal dari energi kinetik translasi saja, yaitu dalam bentuk suku EK = ½ mv2 yang nilainya setara dengan ½kT. Karena keacakan geraknya, pada setiap sumbu gerak energi kinetik yang diperoleh adalah sama. Itulah sebabnya energi kinetik yang diperoleh tiga kali lipat pada setiap sumbunya. Bagaimana jika molekul gas tidak hanya digambarkan sebagai bola pejal tunggal saja? Katakanlah untuk setiap atomnya dinyatakan sebagai bola pejal, tentulah molekul gas diatomik berisikan dua buah bola pejal yang terikat kuat melalui sebuah sumbu bersama. Begitu pula molekul gas poliatomik, Anda dapat menggambarkannya sebagai kumpulan bola pejal yang terikat bersama melalui sumbu-sumbu yang diatur dengan aturan tertentu (mirip dengan model ikatan kimia). Karena memiliki sumbu bersama, molekul dapat melakukan rotasi sehingga mempunyai energi kinetik rotasi ½I2, energi kinetik vibrasi atom-atom dalam molekul ½ μv2 (dengan u menyatakan massa tereduksi molekul) dan energi potensial vibrasi ½ kx2. Meskipun ada juga energi lainnya seperti: energi magnet, listrik, dan lainnya, semuanya bisa dikatakan dapat digambarkan melalui energi-energi jenis ini. Meskipun berasal dari sumber energi yang berbeda-beda, tetapi semuanya mengandung ekspresi matematika yang serupa: suatu konstanta positif (m, I, u, k) dikalikan dengan kuadrat konstanta lain yang nilainya bisa diambil positif atau negatif (v, , x). Mekanika statistik menyatakan bahwa: Ketika cacah partikel gas cukup besar dan mekanima Newton terpenuhi untuk setiap partikelnya, semua suku energi di atas mempunyai nilai rata-rata yang sama dan nilai rata-rata energinya hanya tergantung pada temperatur gas.
  • 25. Teorema ini disebut sebagai teorema ekipartisi energi yang disampaikan oleh Maxwell. Versi yang setara dengan pernyataan di atas adalah Setiap energi yang mungkin diserap oleh gas hanya bergantung pada temperatur dan mempunyai porsi yang sama. Energi total gas adalah jumlah semua jenis energi tersebut. Cacah jalan penyerapan energi tersebut meliputi translasi, rotasi, vibrasi yang kemudian disebut sebagai derajat kebebasan sistem. Pada gas monoatomik, gas hanya mungkin melakukan gerak translasi tiga dimensi. Akibatnya, energi dakhilnya adalah U = 3 2 nRTdan hasil untuk kapasitas kalornya akan sama dengan apa yang telah Anda hitung. Pada gas diatomik, molekul dapat berotasi ke semua sumbu. Namun, karena momen inersia sepanjang sumbu adalah nol, energi kinetik rotasi yang disum-bangkan hanya berasal dari dua sumbu lainnya yang tegak lurus sumbu molekul. Jika ditambahkan dengan tiga energi kinetik translasi ke semua sumbu, Anda akan memperoleh energi dakhil gas sebesar U = 3n (½ RT) + 2n (½ RT) ............................................................ (1.40) Suku pertama berasal dari gerak translasi, sedangkan suku kedua berasal dari gerak rotasi. Oleh karena itu, 5  ........................................................................................ (1.41) C nR v 2 dan
  • 26. 7  ........................................................................................ (9.42) C nR p 2 Pada gas poliatomik, molekul terdiri atas tiga atau lebih atom. Oleh karena iru, suku energi rotasinya tidak lenyap pada ketiga sumbu (karena momen inersianya tidak hilang). Jika ditambah energi gerak translasi ketiga sumbu maka Anda akan mempunyai U = 3n (½ RT) + 3n (½ RT) = 3nRT ............................................... (9.43) Sehingga diperoleh Cv = 3nR .......................................................................................... (1.44) dan Cp = 4nR .......................................................................................... (1.45) Meskipun perhitungan energi di atas belum melibatkan energi vibrasi, tetapi kesesuaiannya dengan data dalam Tabel 1.1 mulai terlihat lebih baik. (Coba bandingkan nilai-nilainya dan buktikan sendiri). Apabila energi vibrasi juga diperhitungkan, nilai-nilai yang diperoleh akan mendekati hasil eksperimen yang tercantum dalam tabel tersebut.