Dokumen tersebut membahas tentang realisasi Pancasila secara objektif dan subjektif, meliputi penjabaran, internalisasi, pembentukan kepribadian, sosialisasi, dan pembudayaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. A. Pengantar
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai filsafat bangsa,
sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia dan fungsi lainnya, memiliki
realisasi yang diambil dari nilai-nilai pancasila itu sendiri, yang diangkat
dari nilai-nilai yang ada dalam kehidupan secara nyata bangsa Indonesia
yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, serta nilai-nilai agama
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri sebelum membentuk negara.
Oleh karena itu, realisasi pancaisla sangat penting karena pancasila
sebagai dasar filsafat, pandangan hidup pada hakikatnya merupakan suatu
sistem nilai, yang pada giliranya untuk dijabarkan, direalisasikan serta
diamalkan dalam kehidupan secara konkrit dalam konteks bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
3. B. Realisasi Pancasila
yang Objektif
Realisasi pengalaman pancasila secara objektif yaitu realisasi serta
implementasi nilai-nilai pancasila dalam segala aspek penyelenggaraan negara,
terutama dalam kaitannya dengan penjabaran nilai-nilai pancasila dalam praktis
penyelenggaraan negara dan peraturan perundang-undang di indonesia.
Implementasi penjabaran pancasila yang bersifat objektif adalah merupakan
perwujudan nilai-nilai pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang realisasi kongkritnya merupakan sumber dari segala
sumber hukum (sumber tertib hukum) indonesia. Implementasi Pancasila yang
objektif ini berkaitan dengan norma-norma hukum dan moral, secara lebih luas
dengan norma-norma kenegaraan.
4. C. Penjabaran Pancasila
yang Objektif
Pengertian penjabaran Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan dalam bentuk
realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif
maupun yudikatif dan semua bidang kenegaraan dan terutama realisasinya dalam
bentuk peraturan perundang-undangan negara Indonesia. Hal itu dapat dirinci sebagai
berikut:
Tafsir Undang-Undang Dasar 1945, harus dilihat dari sudut dasar filsafat negara
Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.
Pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam undang-undang harus mengingat
dasar-dasar pokok pikiran yang tercantum dalam dasar filsafat negara Indonesia.
Tanpa mengurangi sifat-sifat undang-undang yang tidak dapat diganggu gugat,
interpretasi pelaksanaannya harus mengingat unsur-unsur yang terkandung dalam
filsafat negara.
5. Pelaksanaan undang-undang harus lengkap dan menyeluruh, meliputi seluruh perundang-
undangan di bawah undang-undang dan keputusan-keputusan administrasi dari semua tingkat
penguasa negara.
Pokok kaidah negara serta pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD
1945 dan UUD 1945 juga didasarkan atas asas kerohanian Pancasila. Bahkan yang terlebih
penting lagi adalah dalam realisasi pelaksanaan kongkritnya yaitu dalam setiap penentuan
kebijaksanaan di bidang kenegaraan antara lain:
a. Bentuk dan kedaulatan dalam negara.
b. Hukum, perundang-undangan dan peradilan
c. Sistem Demokrasi
d. Pemerintahan dan Pusat sampai daerah
e. Politik dalam dan luar negeri
f. Keselamatan, keamanan dan pertahanan
g. Kesejahteraan
h. Kebudayaan
i. Pendidikan dan lain sebagainya (Notonagoro, 1971)
j. Tujuan negara
k. Reformasi dan segala pelaksanaannya
l. Pembangunan Nasional dan lain pelaksanaan kenegaraan
6. Negara pada hakikatnya adalah merupakan lembaga kemanusiaan, lembaga
kemasyarakatan yang merupakan suatu organisasi.
makna hakikat serta arah dan tujuan pembangunan nasional adalah
berdasarkan pancasila yang bersumber pada hakikat kodrat manusia
‘monopluralis’ yang merupakan esensi dari Pancasila. Pembangunan dalam
suatu negara sangat penting karena negara sebagai lembaga kemasyarakatan
maka negara pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu tujuan, melainkan
sarana untuk mencapai tujuan dari seluruh warganya.
Pancasila sebagai Dasar Filsafat Pembangunan Nasional
7. D. Realisasi Pancasila
yang Subjektif
Aktualisasi Pancasila yang subjektif adalah pelaksanaan pada setiap
pribadi perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap
penduduk, setiap penguasa setiap orang Indonesia. Dalam pengertian
inilah pelaksanaan pancasila yang subjektif yang mewujudkan suatu
bentuk kehidupan dimana kesadaran wajib hukum, telah terpadu menjadi
kesadaran wajib moral. Dalam hal ini nilai yang berkaitan pada diri
seseorang adalah sikap dan tingkah laku dalam realisasi Pancasila secara
subjektif yang disebut moral Pancasila Jadi Aktualisasi Pancasila yang
bersifat subjektif ini lebih berkaitan dengan kondisi objektif, yaitu
berkaitan dengan norma-norma moral.
8. E. Internalisasi
Nilai-nilai Pancasila
Realisasi nilai-nilai pancasila dasar filsafat negara Indonesia, perlu
secara berangsur-angsur dengan jalan pendidikan baik disekolah,
masyarakat maupun di dalam keluarga sehingga diperoleh hal-hal sebagai
berikut:
• Pengetahuan,yaitu suatu pengetahuan yang benar tentang
•
•
•
pancasila,baik aspek nilai,norma,maupun aspek praksisnya.
• Kesadaran, selalu mengetahui pertumbuhan keadaan yang ada dalam
diri sendiri.
Ketaatan,yaitu selalu dalam keadaan kesediaan untuk memenuhi wajib
lahir dan batin.
Kemampuan kehendak,yang cukup kuat sebagai pendorong untuk
melakukan perbuatan,berdasar nilai-nilai pancasila.
Watak dan hati nurani agar orang selalu mawas diri
9. Dengan demikian akan memiliki suatu ketahanan ideology yang berdasarkan
keyakinan atas kebenaran pancasila, sehingga dirinya akan merupakan sumber
kemampuan untuk memelihara, mengembangkan, mengamalkan, mewariskan,
merealisasikan pancasila dalam segala aspek kehidupan.
Pada dasarnya ada dua bentuk realisasinya yaitu bersifat statis dan yang bersifat
dinamis. Statis dalam pengertian intinya atau esensinya (yaitu nilai – nilai yang bersifat
rokhaniah dan universal). Bersifat dinamis dalam arti bahwa aktualisasinya senantiasa
bersifat inovatif,sesuai dengan dinamika masyarakat,perubahan,serta konteks
lingkungannya.
Strategi dan metode proses internalisasi harus diikuti dengan strategi serta metode
yang relevan dan memadai. Oleh karena itu dalam proses internalisasi dan aktualisasi
harus diterapkan strategi yang relevan serta metode yang efektif.
10. F. Proses Pembentukan
Kepribadian Pancasila
Bilamana kita rinci pemahaman dan aktualisasi Pancasila sampai pada tingkat
mentalitas, kepribadian dan ketahanan ideologis adalah sebagai berikut :
1. Proses penghayatan diawali dengan memiliki pengetahuan yang lengkap.
suatu
Kemudian diserap dan dihayati.
2. Kemudian ditingkatkan ke dalam hati sampai adanya suatu ketaatan, yaitu
kesediaan yang harus senantiasa ada untuk merealisasikan Pancasila.
3. Kemudian disusul dengan adanya kemampuan dan kebiasaan untuk melakukan
perbuatan mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kemudian ditingkatkan menjadi mentalitas, yaitu selalu terselenggaranya kesatuan
lahir batin, kesatuan akal, rasa, kehendak sikap dan perbuatan.
11. G. Sosialisasi dan
Pembudayaan Pancasila
Epistemologi Realisasi Nilai-nilai Pancasila
Jika kita ingin merealisasikan atau mengamalkan Pancasila harus
dipahami terlebih dahulu bahwa Pancasila itu merupakan suatu sitem nilai, di
mana kelima sila merupakan suatu kesatuan yang sistematik. Oleh karena itu
setiap sila tidak dapat dipisahkan dengan sila lainnya.
Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara, sehingga
konsekuensinya Negara Kesatuan Republik Indonesia diatur dalam hukum
dasar negara sebagai norma dasar dalam penyelenggaraan negara yaitu
Undang-Undang Dasar 1945.
Sistem Epistemologi dalam realisasi Pancasila adalah bahwa Pancasila
sebagai suatu sitem nilai, kemudian dijabarkan dalam norma dasar negara,
yaitu UUD 1945. Pancasila juga merupakan suatu filsafat bangsa Indonesia
maka Pancasila diistilahkan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
12. Proses Sosialisasi dan Pembudayaan Pancasila
Dalam suatu sistem masyarakat, suatu fenomena sosial budaya akan terkandung di
dalamnya suatu nilai keagamaan, nilai kemanusiaan, dan nilai kebersamaan. Wujud budaya
kongkret lainnya adalah bentuk-bentuk budaya fisik yang dihasilkan manusia, wujud budaya ini
juga sering disebut sebagai benda-benda budaya. Dalam hubungan ini, manusia senantiasa
membutuhkan sarana fisik untuk mencapai tujuannya. Benda-benda budaya tersebut baik berupa
sarana atau alat-alat dalam kehidupan masyarakat, maupun sebagai hasil ekspresi dan kreasi
manusia.
Secara sistematik, wujud sistem sosial-kebudayaan dalam pembudayaan Pancasila dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Sistem nilai (pembudayaan nilai-nilai Pancasila)
2. Sistem sosial (pembudayaan Pancasila pada kehidupan sosial)
3. Wujud fisik (Pembudayaan Pancasila dalam wujud budaya fisik)
Oleh karena itu dalam proses pembudayaan nilai-nilai Pancasila harus meliputi tiga dimensi
tersebut. Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat nampak semakin kuatnya pengaruh
individualisme, primordialisme serta fanatisme etnis, ras, golonga, maupun agama.
13. Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila
Yaitu proses pembudayaan pada domein values (nilai). Realitas nilai adalah merupakan
sesuatu yang hanya dapat dipahami dan dimengerti oleh manusia. Misalnya nilai Ketuhanan,
selain pengertian Ketuhanan juga harus dihubungkan dengan realitas kehidupan manusia dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Misalnya sikap toleransi, tidak memaksakan
keyakinan beragama pada orang lain, dsb.
Pembudayaan Pancasila pada Kehidupan Sosial
Yaitu proses pembudayaan Pancasila dalam kehidupan sosial-budaya secara kongkrit.
Dalam hubungan ini realisasi Pancasila dilakukan secara langsung dalam kehidupan masyarakat
secara kongkrit. Misalnya praktek realisasi musyawarah mufakat, sikap toleransi, sikap tenggang
rasa, realisasi kemanusiaan, misalnya membantu warga yang sedang kesulitan dan lain
sebagainya.
Pembudayaan Pancasila dalam Wujud Budaya Fisik
Yaitu pembudayaan nilai-nilai Pancasila secara langsung dalam wujud kebudayaan fisik.
Misalnya pada kaos dengan gambar simbol nasionalisme, semboyan, kebangsaan dsb. Secara
lebih luas, dapat dilakukan pada benda budaya lain seperti buku, buku cerita anak, gantungan
kunci, patung, pakaian, lukisan, dsb.
14. Kesimpulan
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai filsafat bangsa,
sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia dan fungsi lainnya,
memiliki realisasi yang diambil dari nilai-nilai pancasila itu sendiri, yang
diangkat dari nilai-nilai yang ada dalam kehidupan secara nyata bangsa
Indonesia yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, serta nilai-
nilai agama yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri sebelum
membentuk negara. Oleh karena itu, realisasi pancaisla sangat penting
karena pancasila sebagai dasar filsafat, pandangan hidup pada
hakikatnya merupakan suatu sistem nilai, yang pada giliranya untuk
dijabarkan, direalisasikan serta diamalkan dalam kehidupan secara
konkrit dalam konteks bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.