Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Sejarah katekisasi dalam pendidikan agama Kristen berawal dari persekutuan umat Tuhan dalam Perjanjian Lama, dimana keluarga menjadi wadah utama pengajaran iman.
2. Pada masa gereja perdana, calon Kristen wajib mengikuti pelajaran Alkitab selama 3 tahun sebelum dibaptis.
3. Tujuan pendidikan agama Kristen adalah membentuk manusia seutuhny
2. Sejarah Katekisasi Dalam
Pendidikan Agama Kristen
Yoshua 1:8, “Janganlah engkau lupa
memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi
renungkanlah itu siang dan malam, supaya
engkau bertindak hati-hati sesuai dengan
segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan
demikian perjalananmu akan berhasil dan
engkau akan beruntung.”
2 Timotius 1:13, “Peganglah segala sesuatu
yang telah engkau dengar dari padaku sebagai
contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu
dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.”
Ada banyak ayat-ayat
rujukan yang dapat
kita pakai mengenai
esensi pentingnya
pengajaran Iman
Kristen secara
sistematik, sungguh-
sungguh dan benar.
3. Penyelenggaraan katekisasi dalam gereja
sesungguhnya berpangkal dari persekutuan umat
Tuhan dalam masa Perjanjian Lama. Keluarga
adalah, unit terkecil dalam persekutuan umat
Tuhan yang menjadi wadah di mana pendidikan
iman ditumbuh-kembangkan.
Orang tua berkewajiban mengkomunikasikan
iman mereka
dari nenek-moyangnya
Sampai kepada para keturunannya dari
generasi ke generasi berikutnya tentang
segala perbuatan TUHAN (Yahwe)
Berpangkal dari Perjanjian Lama
Mereka membaca dari Taurat, kitab suci Yudaisme. Anak laki-laki
pada usia 13 dan perempuan pada usia 12 menjadi bertanggung
jawab untuk mengikuti hukum Yahudi dan tradisi
4. MAZMUR 78:3-7, dalam pointer;
1. Diceritakan oleh nenek moyang
2. Kami tidak sembunyikan kepada anak-anak
3. kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian
4. nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk
memperkenalkannya kepada anak-anak mereka
5. Supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan
menceritakannya kepada anak-anak mereka
Berpangkal dari Perjanjian Lama
5. MAZMUR 78:3-7
78:3 Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek
moyang kami, 78:4 kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan
ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan
perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya. 78:5 Telah ditetapkan-Nya peringatan di
Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk
memperkenalkannya kepada anak-anak mereka, 78:6 supaya dikenal oleh angkatan yang
kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-
anak mereka, 78:7 supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan
perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya
Berpangkal dari Perjanjian Lama
Mazmur yang dicipta Asaf ada dua belas mazmur bernomor 50 dan 73-83 dalam Masoretis, 49 dan 72-82 dalam Septuaginta. Mereka berada
dalam Kitab Mazmur dalam Alkitab Ibrani (apa yang juga disebut Perjanjian Lama).
6. Berpangkal dari Perjanjian Lama
Setiap umat Israel mengungkapkan iman mereka berdasarkan pengakuan
percaya ( credo ) mereka bahwa, “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
Kasihilah TUHAN, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6 : 4– 6).
Shema Yisrael, adalah awalan doa yang wajib diucapkan bangsa Israel pada
pagi saat bangun, dan malam sebelum tidur, dan dalam peribadahan.
Mengkomunikasikan iman ini tidak hanya berdasarkan tradisi lisan saja
melainkan juga terwujud melalui kehidupan sehari-hari bangsa Israel seperti,
bekerja, mempersiapkan perayaan hari-hari raya (misalnya hari raya utama
adalah Sabat sebagai hari yang dikuduskan Allah).
7. Berpangkal dari Perjanjian Lama
Kemudian
1. hari Pendamaian Agung,
2. pesta Paskah ,
3. pesta panen Pentakosta,
4. hari raya Pondok Daun, pesta Purim)
5. dan lain sebagainya.
Tujuan utama dari usaha ini adalah, umat hanya
mengabdi kepada TUHAN saja (Ul. 4: 4), dan
bagaimana wujud umat diminta untuk hanya
mengabdi pada TUHAN saja, maka perintah
TUHAN jelas bahwa umat diminta untuk mengasihi
TUHAN dengan segenap hati (Ul. 6:5), dengan
segenap jiwa (Ul. 6:5), dan dengan segenap
kekuatan (Ul. 6:5).
8. Berpangkal dari Perjanjian Lama
METODE
Beberapa metode yang dipakai dalam proses
mengkomunikasikan hal di atas antara lain:
1. memperhatikan,
2. mengajar berulang-ulang, (Lisan)
3. membicarakan, (diskusi)
4. membuat tanda/simbol (mengikatkan /
menuliskan)
Proses mengkomunikasikan iman ini dilakukan oleh keluarga baik di rumah maupun di luar rumah;
dengan kata lain setiap tempat dan waktu digunakan untuk proses pengajaran.
Sejak dini anak-anak Yahudi sudah dibiasakan menaati peraturan agama yang dilakukan sesuai tahapan usianya.
Pada usia sekitar 5 tahun anak-anak diberi pelajaran dasar membaca Taurat.
9. Berpangkal dari Perjanjian Lama
Sesudah masa pembuangan, pendidikan iman bergeser dari wadah keluarga ke Sinagoge (rumah
sembahyang orang Yahudi yang ada hampir di setiap perkampungan). Sinagoge adalah wadah
berkumpul sekaligus lembaga tempat orang Yahudi membicarakan berbagai hal menyangkut
kehidupan mereka. Dalam wadah ini orang Yahudi belajar Syemo Esre , harfiah berarti delapan
belas.
Syemone Esre
adalah doa yang terdiri dari 18 pengucapan dan diucapkan setiap hari (pagi, sore dan malam)
dalam ibadah di sinagoge.
Syema Yisrael
bagaikan kredo pengakuan iman dan pengucapan syukur yang dibaca setiap hari (pagi dan
malam) dalam ibadah di sinagoge tersebut. Pada tahun 75 Sebelum Masehi yakni, sebelum
kelahiran Tuhan Yesus, bangsa Yahudi mengadakan semacam sekolah dasar yang disebut beth-ha-
sefer artinya, rumah sang kitab (bet = rumah; sefer = kitab). Di sekolah ini pengetahuan tentang
Taurat diajarkan kepada anak-anak Yahudi.
10. Berpangkal dari Perjanjian Lama
Taurat dibaca berulang-ulang dan anak-anak wajib menghafalnya secara seksama dan harfiah.
Sekolah ini bukanlah lembaga tetap yang terdapat di banyak tempat, melainkan hanya suatu
kumpulan murid yang diberi pelajaran oleh para ahli Taurat. Sejak usia 6 atau 7 tahun seorang
anak sudah dibawa orangtuanya ke sekolah ini. Tujuannya bukanlah untuk memperoleh
pendidikan umum, melainkan khusus mempelajari pengetahuan tentang Taurat. Selanjutnya,
pada tingkat yang lebih tinggi lagi setingkat sekolah menengah pertama anak-anak yang berusia
10 atau 11 tahun dikirim ke Beth – ha - midrasy ( beth = rumah; midrash = pengajaran).
Tujuan sekolah ini bukan hanya untuk mempelajari isi Taurat, tapi yang utama adalah penelitian
mengenai manfaat dan maknanya. Sejalan dengan timbulnya sekolah, timbul pula pentingnya
jabatan guru . Dalam kebudayaan Yahudi, seorang guru begitu dihormati, sehingga seorang murid
patut menunjukkan pengabdian kepada guru sama seperti budak kepada majikannya, kecuali
dalam satu hal yang sangat rendah yaitu, membuka tali kasut.
11. Berlanjut di Perjanjian Baru
Pada abad pertama pada waktu belum ada gedung gereja, orang-orang Kristen
berkumpul dari satu rumah ke rumah lainnya. Kumpulan itu disebut “ Jemaah
Rumah” seperti beberapa contohnya dalam surat Roma 16 : 5; I Korintus 16 :19;
Kolose 4 : 15 dan Filemon 2. Setiap hari keluarga-keluarga Kristen yang
berkumpul di salah satu rumah bersama-sama mempelajari ajaran para rasul,
berdoa dan makan bersama. Jemaah rumah juga merupakan wadah
persekutuan berdoa dan belajar.
12. Berlanjut di Perjanjian Baru
Pada masa Gereja Purba atau Gereja mula-mula, baik orang keturunan dari
agama Kristen maupun orang-orang non Kristen yang hendak menjadi pengikut
Yesus Kristus diwajibkan untuk mengikuti pelajaran yang mempelajari Alkitab
dan ajaran para rasul selama 3 tahun lamanya.
Menjelang memasuki masa akhir 3 tahun tersebut setiap calon orang Kristen
wajib menerapkan kehidupan Kristen secara tertib dan disiplin sehingga mereka
benar-benar bertobat dan menyatakan diri sedia memikul salib-Nya. Setelah
masa 3 tahun tersebut barulah dilaksanakan pelayanan Baptisan Kudus dan
selanjutnya diperkenankan untuk mengikuti Sakramen Perjamuan Kudus.
13. Pandangan Martin Luther & Calvin
Setelah baptisan ketika anak itu beranjak
dewasa. Sekitar abad pertengahan fokus
pembinaan iman adalah tentang iman bahwa,
Yesus Kristus adalah Juru-selamat, dan kemudian
dilengkapi dengan sejumlah materi seperti:
1. Dasa Titah
2. Doa Bapa Kami
3. Pengakuan Iman Rasuli.
Periode selanjutnya, dua tokoh reformasi juga
memberikan perhatian atas kegiatan pengajaran
iman ini, yaitu :
Martin Luther dan Yohanes Calvin .
John Calvin
10 July 1509 – 27 May 1564
Martin Luther
10 November 1483
Sampai dengan 18 February 1546
14. Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah:
Melibatkan semua warga jemaat, khususnya yang muda, dalam
rangka belajar teratur dan tertib
1. agar semakin sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam
2. Firman Yesus Kristus yang memerdekakan mereka disamping
3. memperlengkapi mereka dengan sumber iman,
4. khususnya dalam pengalaman berdoa, Firman tertulis, Alkitab,
dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani
sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta mengambil
bagian secara bertanggung-jawab dalam persekutuan Kristen,
yaitu Gereja.
Dengan demikian, bagi Luther katekisasi ditujukan kepada semua
warga jemaat, khususnya generasi muda untuk belajar secara
teratur dan tertib agar dapat mengambil bagian secara bertanggung-
jawab di dalam lingkup Gereja maupun masyarakat.
Pandangan Martin Luther
15. Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah :
Pemupukan akal orang-orang percaya dan anak-anak mereka dengan Firman
Allah di bawah bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar
yang dilaksanakan gereja, sehingga dalam diri mereka dihasilkan
pertumbuhan rohani yang bersinambung yang diejawantahkan semakin
mendalam melalui pengabdian diri kepada Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus
berupa tindakan-tindakan terhadap sesamanya.
Pandangan Yohanes Calvin
16. Agak berbeda dengan Martin Luther, Calvin lebih mengutamakan sifat intelektual dari pengalaman belajar. Dari
uraian sejarah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Katekisasi dilaksanakan dalam lingkup : Keluarga, Lembaga Keagamaan, Sekolah Umum, Gereja.
2. Peserta katekisasi ialah: semua anggota Persekutuan orang percaya.
3. Pengajar katekisasi ialah : Allah sendiri, Orang tua, Imam-imam, Pastor, Guru- guru, Semua orang percaya.
4. Penekanan isi pengajaran Katekisasi adalah : pada Pengakuan Percaya (Credo), Iman kepada Yesus Kristus.
5. Metode Pengajaran katekisasi mencakup seluruh gerak kehidupan sehari-hari manusia. Artinya, berusaha
untuk membentuk manusia seutuhnya (baik segi Kognitif , Afektif & Psikomotoris yang seimbang / selaras).
Pandangan Yohanes Calvin
17. 1. Robert Boehlke, Sejarah Perkembangan Pemikiran
Agama Kristen I (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986)
2. Dr. Andar Ismail, Selamat Ribut Rukun – 22 Renungan
Tentang Keluarga (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1993)
3. G. Riemer, Ajarlah Mereka – Kualitas Umat Kristiani
Esok Ditentukan Oleh Pembinaan Kini (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1998).
Daftar Pustaka