1. 70
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Deskripsi data menggambarkan seperti apa data yang digunakan
dalam penelitian, untuk memudahkan menganalisis maka data – data
yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam 3 grafik. Grafik
pertama menunjukkan pergerakan data kurs valuta asing USD, Euro dan
Yen, grafik kedua menunjukkan pergerakan BI Rate dan Inflasi
sementara grafik ke tiga menunjukkan pergerakan IHSG yang akan
menjadi variabel dependent dalam penelitian.
Berikut ini adalah grafik pertama yang menunjukkan pergerakan
kurs valuta asing USD, Euro dan Yen, adapun data diambil perbulan
pada periode January 2002 hingga Desember 2011.
Pada grafik ini kurs valuta asing USD, Euro dan Yen dijadikan satu
agar mudah membandingkan pergerakan dari ketiganya dalam kurun
waktu yang sama. Hal tersebut perlu dilakukan agar dapat melihat
bagaimana trend dari masing-masing mata uang.
2. 71
GAMBAR 5.1 Deskriptif USD, Euro dan Yen
Dari Gambar tersebut diatas terlihat bahwa pergerakan kurs valuta
asing USD, Euro dan Yen seiring sejalan, dimana saat kurs valuta asing
USD menunjukan trend menurun maka Euro dan Yen juga mengikuti
trend tersebut. Namun ada satu hal yang perlu dicermati dimana nilai
3. 72
Yen yang sebelumnya berada di bawah nilai USD sejak 31 Oktober
2008 nilainya berada diatas nilai USD, hal tersebut dikarenakan berawal
dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime
mortgage default) diAmerika Serikat (AS), krisis kemudian
menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di AS namun
meluas hingga ke Eropa lalu ke Asia. Secara beruntun
menyebabkan effect domino terhadap solvabilitas dan likuiditas
lembaga-lembaga keuangan di negara negara tersebut, yang antara lain
menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas,
reksadana, dana pensiun dan asuransi. Krisis kemudian merambat ke
belahan Asia terutama negara-negara seperti Jepang, Korea, China,
Singapura, Hongkong, Malaysia, Thailand termasuk Indonesia yang
kebetulan sudah lama memiliki surat-surat beharga perusahaan-
perusahaan tersebut. Namun demikian krisis yang membuat nilai kurs
valuta asing US$ menurun tidak membawa dampak bagi kurs valuta
asing Yen karena negara Jepang tidak terimbas efek krisis ini, sehingga
pada periode 31 Oktober 2008 nilai kurs valuta asing Yen berada diatas
nilai kurs valuta asing US$38
.
38
http://rutacs.wordpress.com/2008/10/30/dampak-krisis-keuangan-global-tahun-2008-terhadap-ekonomi-
indonesia/diunduh 6 Juli 2012
4. 73
Gambar 5.2. Deskriptif BI Rate dan Inflasi
Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa nilai Inflasi cendrung
berada dibawah nilai BI Rate kecuali pada periode Oktober 2005 –
September 2006 dan pada periode Maret 2008 – Maret 2009, hal ini
disebabkan karena 6 Maret 2008, memutuskan untuk mempertahankan
BI Rate pada tingkat 8%. Keputusan tersebut diambil setelah
5. 74
mempertimbangkan prospek dan tantangan pencapaian sasaran Inflasi
tahun 2008 dan 2009 yang ditetapkan oleh pemerintah, hal inilah yang
membuat nilai Inflasi berada dibawah BI Rate39
.
Selain itu dari gambar diatas juga terlihat bahwa pada periode
Agustus 2009 – Januari 2011 nilai BI Rate stabil atau tidak bergerak
nilainya hal tersebut terjadi karena Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank
Indonesia akhir tahun 2009, memutuskan untuk mempertahankan BI
Rate pada level 6,5%. Setelah mengevaluasi kinerja perekenomian 2009
dan membahas propek ekonomi ke depan. Dewan Gubernur
memandang bahwa pelonggaran kebijakan moneter melalui penurunan
suku bunga BI Rate sebesar 300 bps telah cukup kondusif bagi proses
pemulihan perekonomian dan intermediasi perbankan, kondidsi tersebut
terus bertahan hingga tahun 201140
.
Grafik ketiga yang ada dalam deskriptif ini adalah grafik mengenai
IHSG, dimana dalam penelitian ini variabel IHSG akan menjadi
variabel dependent atau terikat. IHSG akan menggambarkan
pergerakan indeks harga saham gabungan yang berada di bursa efek
selama periode penelitian dilakukan
39
http://www.inilah.com/read/detail/15621/semoga-bi-rate-tidak-turun diunduh 6 Juli 2012
40
http://www.bi.go.id/web/id/Ruang+Media/Siaran+Pers/SP_112909.htm diunduh 6 Juli 2012
6. 75
Gambar 5.3. Deskriptif IHSG
Dari gambar diatas terlihat bahwa pergerakan IHSG walaupun
berfluktuatif namun tetap menunjukkan trend meningkat dalam kurun
waktu 6 tahun terakhir.
Kenaikan IHSG ini disebabkan karena harga-harga saham di
Amerika Serikat (AS) terus bergerak naik, yang dipicu oleh rendahnya
Inlasi, turunnya harga minyak di pasaran dunia dan disertai oleh
melemahnya mata uang AS terhadap mata uang dunia lainnya, keadaan
ini membuat pasar modal AS menjadi terlihat murah dan menarik bagi
para investor di seluruh dunia.
Tetapi pada Oktober 2008, IHSG turun tajam hingga jatuh ke level
1256 atau terkoreksi sebesar minus 53% dari level tertingginya 2721
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
3,500.00
4,000.00
4,500.00
31-Jan-02
31-Jul-02
31-Jan-03
31-Jul-03
31-Jan-04
31-Jul-04
31-Jan-05
31-Jul-05
31-Jan-06
31-Jul-06
31-Jan-07
31-Jul-07
31-Jan-08
31-Jul-08
31-Jan-09
31-Jul-09
31-Jan-10
31-Jul-10
31-Jan-11
31-Jul-11
IHSG
IHSG
7. 76
pada bulan Febuari 2008. Pada saat itu para investor, terutama investor
asing berlomba-lomba menjual saham yang dimilikinya, sehingga pihak
Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan ‘penutupan sementara atau
suspension’ terhadap perdagangan saham di bursa. Hal ini disebabkan
pada hari itu indeks turun lebih dari 10%, maka sesuai dengan
wewenang yang dimiliki oleh BEI, perdagangan di bursa saham ditutup
sementara untuk menjaga penurunan indeks yang lebih dalam lagi.
Penurunan IHSG ini terjadi karena adanya krisis keuangan global,
yang dimulai di AS berupa krisis sub-prime mortgage yaitu 'kegagalan
para debitur individu dalam membayar cicilan utang rumah/mortgage-
nya kepada pihak perbankan, yang kemudian berkelanjutnya kepada
pihak perbankan, dimana pihak perbankanpun gagal juga dalam
membayar kewajibannya'. Situasi ini membuat multiplayers effect
keseluruh sistem perbankan AS pada khususnya serta sistem perbankan
dunia pada umumnya. Kemudian menciptakan krisis global dan telah
mengguncangkan perekonomian dunia, bahkan pada saat itu nilai tukar
Mata Uang Rupiah terhadap Dolar AS turun nilainya (devaluasi) sebesar
25%.
8. 77
B. UJI ASUMSI
Pengujian awal yang dilakukan adalah uji normalitas eror dengan
hipotesis :
H0 = eror berdistribusi normal
H1 = eror tidak berdistribusi normal
Statistik pengujian : Jarque – Bera
Alfa pengujian : 5%
Gambar 5.4. Grafik Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
14
-1200 -800 -400 0 400 800 1200
Series: Residuals
Sample 1 120
Observations 120
Mean 9.55e-13
Median -75.23734
Maximum 1170.487
Minimum -1326.123
Std. Dev. 521.1305
Skewness 0.177918
Kurtosis 2.301916
Jarque-Bera 3.069706
Probability 0.215487
9. 78
Dari hasil perhitungan diperoleh p value jarque bera 0,21 > 0,05.
Dengan demikian kita menerima H0 yang artinya error mengikuti fungsi
distribusi normal
Nilai mean 9,55e13 menunjukkan nilai rata-rata dari data yang
digunakan, nilai ini didapat dengan menjumlahkan seluruh data
kemudian membaginya dengan jumlah dari data tersebut. Angka median
sebesar -75,237 menunjukkan nilai tengah dari data. Angka maximum
dan minimum menunjukkan nilai maximum dan minimum pada data
yang diolah. Standar deviasi adalah untuk menilai dispersi rata-rata dari
sampel. Nilai Skewnes adalah 0,177 bila rasio kurtosis berada antara -2
sampai dengan +2, maka distribusi data adalah normal. Kurtosis adalah
derajat keruncingan suatu distribusi (biasanya diukur relatif terhadap
distribusi normal). Kurva yang lebih lebih runcing dari distribusi normal
dinamakan leptokurtik, yang lebih datar platikurtik dan distribusi
normal disebut mesokurtik. Kurtosis dihitung dari momen keempat
terhadap mean. Nilai Jarque –Bera digunakan untuk menguji apakah
residualnya berdistribusi normal atau tidak.
Yang kedua adalah uji hetroskedastisitas dengan hipotesis sebagai
berikut:
H0 = varians error bersifat homoskedastisitas
10. 79
H1 = varians error bersifat hetroskedastisitas
Statistik pengujian : Breusch-Pagan-Godfrey
Alfa pengujian : 5%
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Hetroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 1.033789 Prob. F(5,114) 0.4013
Obs*R-squared 5.204994 Prob. Chi-Square(5) 0.3914
Scaled explained SS 3.057879 Prob. Chi-Square(5) 0.6911
Sumber : lampiran 2
Dari hasil perhitungan terlihat p value prob Chi Square 0,3914 >
0,05. Dengan demikian kita menerima H0 atau dengan kata lain varians
error bersifat homoskedastisitas
Pemeriksaan selanjutnya adalah ada tidaknya masalah otokolerasi
dengan hipotesis:
H0 = tidak ada masalah otokolerasi
H1 = ada masalah otokolerasi
Statistik pengujian : uji durbin watson
Berdasarkan hasil tabel sebelumnya nilai durbin watson adalah
0,9044 sementara nilai durbin watson tabel dengan jumlah data n = 120
adalah dL = 1,665 dan dU = 1,802. Oleh karena nilai durbin watson
11. 80
hitung 0,9044 < 1,665 maka H0 diterima atau dapat dikatakan tidak ada
masalah otokorelasi
C. Uji Regresi
Setelah pemeriksaan asumsi regresi terpenuhi maka selanjutnya
dilakukan pengujian hipotesis baik secara parsial maupun simultan.
Adapun hasil perhitungan Eviews adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan EVIEWS
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 9079.891 544.7300 16.66861 0.0000
BI_RATE -23078.34 4890.127 -4.719374 0.0000
EURO 0.072226 0.038561 1.873047 0.0651
INFLASI 4481.562 1679.503 2.668386 0.0094
USD -0.919849 0.074240 -12.39024 0.0000
YEN 0.269185 0.037856 7.110770 0.0000
R-squared 0.916190 Mean dependent var 2296.140
Adjusted R-squared 0.910370 S.D. dependent var 884.5343
S.E. of regression 264.8140 Akaike info criterion 14.06974
Sum squared resid 5049104. Schwarz criterion 14.25102
Log likelihood -542.7197 Hannan-Quinn criter. 14.14231
F-statistic 157.4178 Durbin-Watson stat 0.904478
Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan hasil output e views, nilai statistik F adalah 157.4178
dengan p-value (prob F statistic = 0,0000) < 0,05. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa BI Rate, Euro, Inflasi, USD dan Yen secara
simultan mempengaruhi IHSG.
Secara parsial dengan pengujian statistik t, diperoleh nilai statistik
t untuk BI Rate -4.719374 dengan p-value 0,000 < 0,05, sedangkan
12. 81
untuk kurs valuta asing Euro diperoleh nilai statistik t 1.873047 dengan
p-value 0.0651 > 0,05, untuk Inflasi diperoleh nilai statistik t 2.668386
dengan p-value 0.0094 < 0,05, untuk kurs valuta asing USD diperoleh
nilai statistik t -12.39024 dengan p-value 0,000 < 0,05 dan untuk kurs
valuta asing Yen diperoleh nilai statistik t 7.110770 dengan p-value
0,000 < 0,05, Dengan demikian dari pengujian secara parsial dari lima
variabel yaitu BI Rate, Euro, Inflasi, USD dan Yen ada empat variabel
yang secara signifikan mempengaruhi IHSG yaitu BI Rate, Euro, Inflasi,
USD dan Yen sementara Euro terbukti tidak mempengaruhi IHSG.
Secara keseluruhan besarnya variabilitas nilai yang mampu
dijelaskan oleh variabel BI Rate, Euro, Inflasi, USD dan Yen adalah
sebesar 91,03%, sementara sisa dari nilai variabilitas sebesar 0,97%
dijelaskan oleh variabel lain.
Adapun model regresi yang terbentuk adalah :
Y = 9079.891 - 23078.34 BI_Rate + 0.072226 Euro + 4481.562
Inflasi – 0.919849 USD + 0.269185 Yen
Artinya:
1. Jika variabel lain dianggap konstan, setiap perubahan yang
meningkatkan variabel BI Rate sebesar 1 satuan, maka akan
13. 82
menurunkan variabel IHSG sebesar 23078.34 IHSG sangat
dipengaruhi oleh BI Rate, hal tersebut disebabkan karena saat nilai
BI Rate naik umumnya orang akan beralih untuk menabung dan
bukan membeli saham. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Theresia Puji Rahayu diketahui Variabel nilai tukar
dan tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang negatif
terhadap variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2. Jika variabel lain dianggap konstan, setiap perubahan yang
meningkatkan variabel Euro sebesar 1 satuan , maka akan
meningkatkan variabel IHSG sebesar 0.072226. Jika diperhatikan
bahwa hubungan antara IHSG dengan Euro bersifat positif, hal ini
disebabkan Euro bukanlah mata uang utama yang menjadi patokan
di Indonesia. Nilai Euro berpengaruh terhadap IHSG karena dengan
meningkatnya mata uang Euro akan mebuat investor berkeinginan
untuk menambah nilai investasi mereka
3. Jika variabel lain dianggap konstan, setiap perubahan yang
meningkatkan variabel Inflasi sebesar 1 satuan, maka akan
meningkatkan variabel IHSG sebesar 4481.562. Nilai Inflasi ini
mempengaruhi IHSG karena apabila kondisi Inflasi dalam negeri
meningkat maka orang akan mencari alternatif investasi terutama
dipasar saham. Penelitian ini memberikan hasil yang sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sudjono dimana pada periode 1990
14. 83
– 2000 menunjukkan ada pengaruh yang positif inflasi terhadap
IHSG.
4. Jika variabel lain dianggap konstan, setiap perubahan yang
meningkatkan variabel USD sebesar 1 satuan, maka akan
menurunkan variabel IHSG sebesar 0.919849. Di Indonesia USD
merupakan patokan dari nilai tukar, dimana jika nilai tukar USD
meningkat orang akan cendrung membeli USD dan mengurangi
investasi mereka di bursa saham. Hal tersebut yang membuat
pengaruh antara USD dengan IHSG bersifat negatf.
5. Jika variabel lain dianggap konstan, setiap perubahan yang
meningkatkan variabel Yen sebesar 1 satuan, maka akan
meningkatkan variabel IHSG sebesar 0.269185. Nilai Yen tidak
memberikan pengaruh yang besar terhadap IHSG karena negara
Jepang bukanlah kiblat perekonomian Indonesia.
Hasil penelitian ini juga menguatkan temuan penelitian sebelumnya
Rahmawati yang menunjukkan bahwa inflasi dan suku bunga secara simultan
berpengaruh terhadap LQ 4541
. Rosialita juga mengemukakan bahwa perubahan
tingkat bunga SBI,Kurs dollar AS dan tingkat inflasi berpengaruh terhadap IHSG42
,
41
Rahmawati, Tutie. 2004. Pengaruh Perubahan Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap LQ 45 Periode
Tahun 2003-2004. UIN. Malang
42
Rosalita, Esti.2006. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar AS danTingkat Inflasi
Terhadap IHSG Periode tahun 2003-2005. UNIBRAW. Malang
15. 84
temuan Awaluddin juga mengungkapkan bahwa variabel kurs tengah US$, suku
bunga SBI dan inflasi berpengaruh secara serentak terhadap LQ 4543
.
43
Awaluddin, Asep. 2006. Pengaruh Nilai Tukar Dollar (kurs)Amerika, Tingkat Suku Bunga SBI dan
Inflasi Terhadap Harga Saham Indeks LQ45. UNIBRAW. Malang