SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
MAKALAH ANALISIS
PERTUMBUHAN TANAMAN
UBI JALAR
M ILHAM ABRAR
2204290158P
PENDAHULUAN
• Umumnya tanaman ubi jalar Cilembu ini ditanam di wilayah dataran tinggi dengan
ciri karakteristik suhu yang lebih rendah ( 15 – 30oC) dibandingkan wilayah dataran
rendah yang suhunya cenderung lebih tinggi (20 – 33oC). Namun demikian, mengingat
konsumen ubi cilembu ini cukup luas, dan tidak hanya terbatas dari wilayah dataran tinggi
saja, maka upaya pengembangannya perlu diperluas ke wilayah yang mempunyai
ketinggian tempat yang lebih rendah seperti Jatikerto. Berbedanya kondisi agro-ekologi
dari kedua wilayah ini dimungkinkan akan memberikan pengaruh yang berbeda pada
pertumbuhan dan hasil ubi jalar Cilembu yang akan ditanam di wilayah Jatikerto. Oleh
karena itu, untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan akibat berbedanya
kondisi lingkungan mikro tersebut, baik terhadap pertumbuhan maupun hasil, maka
penelitian ini perlu dilakukan.
METODE
Pengumpulan data dilakukan secara destruktif, meliputi aspek fisiologi
tanaman (jumlah cabang, luas daun dan bobot kering total tanaman), analisis
pertumbuhan tanaman ( Laju Pertumbuhan relatif, harga satuan daun dan
indeks pembagian) serta hasil umbi per hektar. Uji F taraf 5% digunakan
untuk menguji pengaruh perlakuan, sedang perbedaan diantara rata-rata
perlakuan didasarkan pada nilai BNT taraf 5%. Analisis regresi digunakan
untuk menjajagi hubungan diantara dua variable tanaman
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Secara umum pemupukan N berpengaruh nyata pada semua
parameter yang diamati, mencakup aspek fisiologi, analisis
pertumbuhan tanaman maupun hasil per hektar. Pengamatan
difokuskan pada saat tanaman berumur 80 hari setelah tanam (hst)
dengan pertimbangan tanaman telah memasuki fase vegetatif
maksimum.
Aspek Fisiologi
Aspek pengukuran jumlah cabang, luas daun dan bobot kering total tanaman. Rerata
pengukuran dari ketiga parameter tesebut disajikan pada Tabel 1
Tabel 1. Rerata jumlah cabang, luas daun dan bobot kering total tanaman pada saat tanaman
berumur 80 hst
Perlakuan Jumlah cabang/
tanaman
Luas
daun (
cm2)
Bobot kering
total tanaman
(g)
Level pemupukan N
(%)
0% N 5,0 a 4073,58 a 81, 43 a
25% N 7,17 ab 4143,66 a 115,77 ab
50% N 7,17 ab 4324,78 a 147,90 ab
75% N 8,67 ab 5391,58 ab 132,72 ab
100% N 8,83 b 6863,74 cd 186,20 b
125% N 7,67 ab 5900,84 bc 139,75 ab
150% N 9,33 b 8109,95 d 118,70 ab
BNT 5% 3,50 1326,41 73,39
Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5% ; hst : hari setelah tanam
Tabel 1 menunjukkan bahwa untuk tanaman yang dipupuk N sebanyak 100%
maupun 125%, jumlah cabang yang dihasilkan lebih banyak 86,6% dan 76,6%
dibandingkan dengan tanaman yang tanpa dipupuk N. Pada tanaman yang tidak
dipupuk N, tingkat ketersediaan N sangat rendah sehingga berakibat pada rendahnya
laju pertumbuhan tanaman (Suminarti et al., 206). N bagi tanaman berperan dalam
penyusunan klorofil yang penting artinya dalam penyerapan cahaya untuk kegiatan
fotosintesis. Oleh karena itu, apabila ketersediaan N rendah, maka laju fotosintesispun
juga akan terhambat. N juga berperan dalam pembentukan protein, dan bersama-sama
asimilat, protein ini berfungsi sebagai energi pertumbuhan.
Analisis Pertumbuhan Tanaman
Pengamatan terhadap analisis pertumbuhan tanaman mencakup tiga aspek yaitu : laju pertumbuhan
relatif (LPR), harga satuan daun (HSD) dan indeks pembagian (IP). Penghitungan terhadap LPR dan
HSD dilakukan ketika tanaman akan memasuki fase vegetative puncak (antara umur 65 hst-80 hst),
sedangkan penghitungan IP dilakukan pada saat panen. Rerata hasil analisis ketiga komponen tersebut
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata LPR, HSD dan IP pada kisaran umur 65 hst – 80 hst untuk LPR dan HSD
dan umur 120 hst untuk IP.
Perlakuan LPR
(g.g-
1hari-1)
HSD
(mg. cm-2
hari-1)
IP
Level pemupukan N (%)
0% N 0,02 a 1,0 bc 0,60 b
25% N 0,03 ab 1,2 c 0,58 b
50% N 0,04 abc 0,6 ab 0,55 b
75% N 0,06 cd 0,6 ab 0,45 a
100% N 0,07 d 0,4 a 0,44 a
125% N 0,05 bcd 0,4 a 0,42 a
150% N 0,03 ab 0,3 a 0,38 a
BNT 5% 0,03 0,5 0,08
Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5% ; hst : hari setelah tanam
LPR menggambarkan banyaknya asimilat yang dihasilkan tanaman dari bobot awal per satuan
waktu. LPR yang lebih rendah didapatkan pada perlakuan tanpa pupuk maupun yang dipupuk
25% N dan 50% N maupun 150% N. Pada tingkat pemupukan rendah, luas daun yang dibentuk
lebih sempit sehingga berpengaruh pada rendahnya asimilat yang dihasilkan. Sedangkan pada
tingkat pemupukan tinggi (150%), tingginya jumlah dan luas daun menyebabkan rendahnya
penetrasi cahaya yang diterima oleh setiap lamina daun sebagai akibat terjadinya peristiwa saling
menaungi diantara daun yang terbentuk. Akibatnya asimilat yang dihasilkan rendah. Hal ini juga
dapat dibuktikan melalui hasil
penghitungan harga luas daun. Umumnya HSD yang lebih rendah didapatkan pada tingkat
pemupukan tinggi, dan menunjukkan peningkatan ketika dosis pemupukan N diturunkan.
Indeks pembagian menggambarkan banyaknya asimilat yang dialokasikan ke bagian umbi dari
total asimilat yang dihasilkan. Umumnya Indeks pembagian yang lebih rendah didapatkan pada
tingkat pemupukan tinggi, karena sebagian dari asimilat yang dihasilkan dipergunakan untuk
energi pertumbuhan maupun pemeliharaan tanaman.
Hasil Umbi per hektar
Hasil umbi per hektar dihitung berdasarkan luasan pada sampel petak panen. Rerata
hasil umbi per hektar pada berbagai tingkat pemupukan N pada saat panen disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Rerata hasil umbi per hektar pada berbagai tingkat pemupukan N pada saat panen
Perlakuan Hasil umbi per hektar
(ton)
Level pemupukan N
(%) 0% N 23,73 a
25% N 34,22 b
50% N 36,05 b
75% N 36,55 b
100% N 36,59 b
125% N 34,59 b
150% N 31,73 b
BNT 5% 7,3
Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5% ; hst : hari setelah tanam
Hasil umbi per hektar pada berbagai tingkat pemupukan N memperlihatkan hasil yang tidak
berbeda nyata, dan nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemupukan N. Oleh
karena itu, untuk menentukan dosis optimum pada pemupukanber N tersebut, hasil analisis regresi
memperlihatkan terbentuknya tanggapan kuadratik antara dosis pemupukan N (X) dengan hasil umbi
per hektar (Y) sebagaimana disajikan pada Gambar 1.
Berdasarkan persamaan tersebut di atas, maka dapat diketahui dosis optimum pupuk N yang diperlukan oleh
tanaman ubi jalar varietas Cilembu, yaitu sebesar 83,33% atau setara dengan 122,92 kg N ha-1
(267,22 kg urea
ha-1
) dengan hasil maksimum sebesar 36,95 ton ha-
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemupukan N
berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar Cilembu.
Pada tingkat pemupukan N paling rendah (0%), bobot umbi per hektar yang
dihasilkan paling rendah (23,73 ton ha-1). Hasil ubi jalar maksimum per hektar
(36,95 ton ha-1) didapatkan pada tingkat pemupukan N optimum sebesar
83,33% atau setara dengan 267,22 kg ha-1

More Related Content

Featured

How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Applitools
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at WorkGetSmarter
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...DevGAMM Conference
 
Barbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationBarbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationErica Santiago
 
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them wellGood Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them wellSaba Software
 
Introduction to C Programming Language
Introduction to C Programming LanguageIntroduction to C Programming Language
Introduction to C Programming LanguageSimplilearn
 

Featured (20)

How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
 
ChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slidesChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slides
 
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike RoutesMore than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
 
Barbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationBarbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy Presentation
 
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them wellGood Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
 
Introduction to C Programming Language
Introduction to C Programming LanguageIntroduction to C Programming Language
Introduction to C Programming Language
 

PPT ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN UBI JALAR M ILHAM ABRAR.pptx

  • 1. MAKALAH ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN UBI JALAR M ILHAM ABRAR 2204290158P
  • 2. PENDAHULUAN • Umumnya tanaman ubi jalar Cilembu ini ditanam di wilayah dataran tinggi dengan ciri karakteristik suhu yang lebih rendah ( 15 – 30oC) dibandingkan wilayah dataran rendah yang suhunya cenderung lebih tinggi (20 – 33oC). Namun demikian, mengingat konsumen ubi cilembu ini cukup luas, dan tidak hanya terbatas dari wilayah dataran tinggi saja, maka upaya pengembangannya perlu diperluas ke wilayah yang mempunyai ketinggian tempat yang lebih rendah seperti Jatikerto. Berbedanya kondisi agro-ekologi dari kedua wilayah ini dimungkinkan akan memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan dan hasil ubi jalar Cilembu yang akan ditanam di wilayah Jatikerto. Oleh karena itu, untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan akibat berbedanya kondisi lingkungan mikro tersebut, baik terhadap pertumbuhan maupun hasil, maka penelitian ini perlu dilakukan.
  • 3. METODE Pengumpulan data dilakukan secara destruktif, meliputi aspek fisiologi tanaman (jumlah cabang, luas daun dan bobot kering total tanaman), analisis pertumbuhan tanaman ( Laju Pertumbuhan relatif, harga satuan daun dan indeks pembagian) serta hasil umbi per hektar. Uji F taraf 5% digunakan untuk menguji pengaruh perlakuan, sedang perbedaan diantara rata-rata perlakuan didasarkan pada nilai BNT taraf 5%. Analisis regresi digunakan untuk menjajagi hubungan diantara dua variable tanaman
  • 4. HASIL DAN PEMBAHASAN • Secara umum pemupukan N berpengaruh nyata pada semua parameter yang diamati, mencakup aspek fisiologi, analisis pertumbuhan tanaman maupun hasil per hektar. Pengamatan difokuskan pada saat tanaman berumur 80 hari setelah tanam (hst) dengan pertimbangan tanaman telah memasuki fase vegetatif maksimum.
  • 5. Aspek Fisiologi Aspek pengukuran jumlah cabang, luas daun dan bobot kering total tanaman. Rerata pengukuran dari ketiga parameter tesebut disajikan pada Tabel 1 Tabel 1. Rerata jumlah cabang, luas daun dan bobot kering total tanaman pada saat tanaman berumur 80 hst Perlakuan Jumlah cabang/ tanaman Luas daun ( cm2) Bobot kering total tanaman (g) Level pemupukan N (%) 0% N 5,0 a 4073,58 a 81, 43 a 25% N 7,17 ab 4143,66 a 115,77 ab 50% N 7,17 ab 4324,78 a 147,90 ab 75% N 8,67 ab 5391,58 ab 132,72 ab 100% N 8,83 b 6863,74 cd 186,20 b 125% N 7,67 ab 5900,84 bc 139,75 ab 150% N 9,33 b 8109,95 d 118,70 ab BNT 5% 3,50 1326,41 73,39 Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5% ; hst : hari setelah tanam
  • 6. Tabel 1 menunjukkan bahwa untuk tanaman yang dipupuk N sebanyak 100% maupun 125%, jumlah cabang yang dihasilkan lebih banyak 86,6% dan 76,6% dibandingkan dengan tanaman yang tanpa dipupuk N. Pada tanaman yang tidak dipupuk N, tingkat ketersediaan N sangat rendah sehingga berakibat pada rendahnya laju pertumbuhan tanaman (Suminarti et al., 206). N bagi tanaman berperan dalam penyusunan klorofil yang penting artinya dalam penyerapan cahaya untuk kegiatan fotosintesis. Oleh karena itu, apabila ketersediaan N rendah, maka laju fotosintesispun juga akan terhambat. N juga berperan dalam pembentukan protein, dan bersama-sama asimilat, protein ini berfungsi sebagai energi pertumbuhan.
  • 7. Analisis Pertumbuhan Tanaman Pengamatan terhadap analisis pertumbuhan tanaman mencakup tiga aspek yaitu : laju pertumbuhan relatif (LPR), harga satuan daun (HSD) dan indeks pembagian (IP). Penghitungan terhadap LPR dan HSD dilakukan ketika tanaman akan memasuki fase vegetative puncak (antara umur 65 hst-80 hst), sedangkan penghitungan IP dilakukan pada saat panen. Rerata hasil analisis ketiga komponen tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata LPR, HSD dan IP pada kisaran umur 65 hst – 80 hst untuk LPR dan HSD dan umur 120 hst untuk IP. Perlakuan LPR (g.g- 1hari-1) HSD (mg. cm-2 hari-1) IP Level pemupukan N (%) 0% N 0,02 a 1,0 bc 0,60 b 25% N 0,03 ab 1,2 c 0,58 b 50% N 0,04 abc 0,6 ab 0,55 b 75% N 0,06 cd 0,6 ab 0,45 a 100% N 0,07 d 0,4 a 0,44 a 125% N 0,05 bcd 0,4 a 0,42 a 150% N 0,03 ab 0,3 a 0,38 a BNT 5% 0,03 0,5 0,08 Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5% ; hst : hari setelah tanam
  • 8. LPR menggambarkan banyaknya asimilat yang dihasilkan tanaman dari bobot awal per satuan waktu. LPR yang lebih rendah didapatkan pada perlakuan tanpa pupuk maupun yang dipupuk 25% N dan 50% N maupun 150% N. Pada tingkat pemupukan rendah, luas daun yang dibentuk lebih sempit sehingga berpengaruh pada rendahnya asimilat yang dihasilkan. Sedangkan pada tingkat pemupukan tinggi (150%), tingginya jumlah dan luas daun menyebabkan rendahnya penetrasi cahaya yang diterima oleh setiap lamina daun sebagai akibat terjadinya peristiwa saling menaungi diantara daun yang terbentuk. Akibatnya asimilat yang dihasilkan rendah. Hal ini juga dapat dibuktikan melalui hasil penghitungan harga luas daun. Umumnya HSD yang lebih rendah didapatkan pada tingkat pemupukan tinggi, dan menunjukkan peningkatan ketika dosis pemupukan N diturunkan. Indeks pembagian menggambarkan banyaknya asimilat yang dialokasikan ke bagian umbi dari total asimilat yang dihasilkan. Umumnya Indeks pembagian yang lebih rendah didapatkan pada tingkat pemupukan tinggi, karena sebagian dari asimilat yang dihasilkan dipergunakan untuk energi pertumbuhan maupun pemeliharaan tanaman.
  • 9. Hasil Umbi per hektar Hasil umbi per hektar dihitung berdasarkan luasan pada sampel petak panen. Rerata hasil umbi per hektar pada berbagai tingkat pemupukan N pada saat panen disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rerata hasil umbi per hektar pada berbagai tingkat pemupukan N pada saat panen Perlakuan Hasil umbi per hektar (ton) Level pemupukan N (%) 0% N 23,73 a 25% N 34,22 b 50% N 36,05 b 75% N 36,55 b 100% N 36,59 b 125% N 34,59 b 150% N 31,73 b BNT 5% 7,3 Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5% ; hst : hari setelah tanam
  • 10. Hasil umbi per hektar pada berbagai tingkat pemupukan N memperlihatkan hasil yang tidak berbeda nyata, dan nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemupukan N. Oleh karena itu, untuk menentukan dosis optimum pada pemupukanber N tersebut, hasil analisis regresi memperlihatkan terbentuknya tanggapan kuadratik antara dosis pemupukan N (X) dengan hasil umbi per hektar (Y) sebagaimana disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan persamaan tersebut di atas, maka dapat diketahui dosis optimum pupuk N yang diperlukan oleh tanaman ubi jalar varietas Cilembu, yaitu sebesar 83,33% atau setara dengan 122,92 kg N ha-1 (267,22 kg urea ha-1 ) dengan hasil maksimum sebesar 36,95 ton ha-
  • 11. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemupukan N berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar Cilembu. Pada tingkat pemupukan N paling rendah (0%), bobot umbi per hektar yang dihasilkan paling rendah (23,73 ton ha-1). Hasil ubi jalar maksimum per hektar (36,95 ton ha-1) didapatkan pada tingkat pemupukan N optimum sebesar 83,33% atau setara dengan 267,22 kg ha-1