SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Download to read offline
DAFTAR ISI
ANGGARAN DASAR
MUKADIMAH
BAB I NAMA, KEDUDUKAN DAN WAKTU
Pasal 1 Nama
Pasal 2 Kedudukan
Pasal 3 Waktu
BAB II ASAS, SIFAT dan TUJUAN
Pasal 4 Asas
Pasal 5 Sifat
Pasal 6 Tujuan
BAB III STATUS, DAN FUNGSI
Pasal 7 Status
Pasal 8 Fungsi
BAB IV LINGKUP KEWENANGAN DAN KEGIATAN
Pasal 9
BAB V KEANGGOTAAN
Pasal 10
BAB VI STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 11 Struktur Organisasi Pasal 12 Kepengurusan
BAB VII TUGAS DAN KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 13
BAB VIII KODE ETIK DAN DEWAN ETIK
Pasal 14
BAB IX DEWAN PAKAR DAN DEWAN PENGAWAS
Pasal 15 Dewan Pakar
Pasal 16 Dewan Pengawas
BAB X MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
BAB XI KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 21
Pasal 22
BAB XII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 23
Pasal 24
BAB XIII ATRIBUT
Pasal 25
BAB XIV KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BAB I ATRIBUT
Pasal 1
BAB II KEANGGOTAAN
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
BAB III KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 6
Pasal 7
BAB IV HUBUNGAN TATA KERJA
Pasal 8
Pasal 9
BAB V KEPENGURUSAN
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
BAB VI STRUKTUR KEPENGURUSAN
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
BAB VII MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 17
BAB VIII DEWAN PEMBINA, DEWAN PAKAR, DEWAN ETIK DAN DEWAN PENGAWAS
Pasal 18 Dewan Pembina
Pasal 19 Dewan Pakar
Pasal 20 Dewan Etik
Pasal 21 Dewan Pengawas
BAB IX KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
BAB X PRODUK HUKUM
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
BAB XI TATA TERTIB PEMILIHAN
Pasal 28
Pasal 29
BAB XI PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 30
ANGGARAN DASAR
IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA (IPeKB) INDONESIA
MUKADIMAH
Bahwa sesungguhnya masyarakat adil dan makmur adalah bagian dari tujuan
negara serta cita-cita luhur bangsa Indonesia. Hakikat pembangunan nasional
sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Pembangunan nasional mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan
termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga.
Keberhasilan dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan
mengembangkan kualitas penduduk serta keluarga akan memperbaiki segala aspek
dan dimensi pembangunan dan kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan
pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas dilakukan upaya
pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas
penduduk, pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan perkawinan serta
kehamilan sehingga penduduk menjadi sumber daya manusia yang tangguh bagi
pembangunan dan ketahanan nasional, serta mampu bersaing dengan bangsa lain,
dan dapat menikmati hasil pembangunan secara adil dan merata.
Disahkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah pada Lampiran N memberi dampak yang besar terhadap arah kebijakan
Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, secara langsung maupun
tidak langsung. Pembagian urusan pemerintahan bidang Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana merupakan pemaduan dan sinkronisasi kebijakan baik di
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota serta Pengelolaan dan pendayagunaan tenaga Penyuluh Keluarga
Berencana (Penyuluh KB) dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)
Menyadari sepenuhnya kondisi seperti yang di uraikan di atas, maka untuk
mempertahankan eksistensi keberadaan dan untuk memperkuat kedudukan peran
dan fungsi Penyuluh KB dan PLKB, atas berkat rahmat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, disertai rasa tanggung jawab yang tinggi, dengan ini Penyuluh KB dan PLKB
yang memiliki keinginan yang sama untuk meningkatkan profesionalisme melalui
wadah organisasi profesi dengan Anggaran Dasar sebagai berikut:
BAB I
NAMA, KEDUDUKAN DAN WAKTU
Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama “Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana Indonesia” disingkat
IPeKB Indonesia.
Pasal 2
Kedudukan
IPeKB Indonesia berkedudukan di Ibu Kota Negara dengan perwakilan di Ibu Kota
Provinsi dan Ibu Kota Kabupaten/Kota.
Pasal 3
Waktu
IPeKB Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 26 Juli 2007, untuk jangka waktu
yang tidak ditentukan.
BAB II
ASAS, SIFAT dan TUJUAN
Pasal 4
Asas
IPeKB Indonesia berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Pasal 5
Sifat
IPeKB Indonesia bersifat keahlian, koordinatif, demokratis, kekeluargaan, sosial
kemasyarakatan, kemandirian, tidak berafiliasi dengan organisasi/partai politik, tidak
memandang perbedaan suku, ras, agama dan golongan tertentu dan memiliki
kesatuan tujuan untuk mensukseskan Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana.
Pasal 6
Tujuan
IPeKB Indonesia memiliki tujuan untuk:
a. berperan aktif dalam mewujudkan visi, misi pembangunan, dan tujuan serta
sasaran bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana;
b. menjadi pemersatu Penyuluh KB dan PLKB;
c. mengembangkan metode penyuluhan, penggerakan, pelayanan, dan
pengembangan dan penyebarluasan informasi bidang Kependudukan dan
Keluarga Berencana yang efektif, efisien dan produktif;
d. berperan dalam mendukung efektifitas pengelolaan dan pendayagunaan Penyuluh
KB dan PLKB;
e. membina etika dan perilaku Penyuluh KB dan PLKB;
f. meningkatkan mutu profesi Penyuluh KB dan PLKB; dan
g. menyalurkan aspirasi dan meningkatkan kesejahteraan Anggota.
BAB III
STATUS DAN FUNGSI
Pasal 7
Status
(1) Ikatan Penyuluh KB Indonesia merupakan satu-satunya organisasi profesi
Penyuluh KB dan PLKB di Indonesia.
(2) Ikatan Penyuluh KB Indonesia berbadan hukum perkumpulan.
Pasal 8
Fungsi
IPeKB Indonesia berfungsi sebagai pemersatu, pembina dan penggerak Penyuluh KB
dan PLKB di Indonesia.
BAB IV
LINGKUP KEWENANGAN DAN KEGIATAN
Pasal 9
(1) Lingkup kewenangan IPeKB Indonesia adalah sebagai berikut:
a. menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
b. menyusun dan menetapkan kode etik dan kode perilaku Penyuluh KB dan
PLKB;
c. memberikan advokasi terkait Penyuluh KB dan PLKB;
d. melakukan advokasi terkait Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana;
e. memeriksa dan memberikan rekomendasi atas pelanggaran kode etik dan
kode perilaku Penyuluh KB dan PLKB;
(2) Memberikan rekomendasi kompetensi Penyuluh KB dan PLKB;
(3) Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
ditetapkan oleh IPeKB Indonesia setelah dilakukan persetujuan dengan Instansi
Pembina;
(4) Pelanggaran kode etik dan kode perilaku Penyuluh KB dan PLKB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e dilakukan pembinaan dan penegakan oleh
Pejabat yang Berwenang dan/atau Pejabat Pembina Kepegawaian di Instansi
Pembina.
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 10
(1) Anggota IPeKB Indonesia adalah Penyuluh Keluarga Berencana (Penyuluh KB)
dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)
(2) Status keanggotaan IPeKB Indonesia:
a. Anggota Biasa.
b. Anggota Luar biasa.
c. Anggota Kehormatan.
(3) Ketentuan anggota diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART)
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 11
Struktur Organisasi
(1) Struktur organisasi IPeKB Indonesia di Pusat disebut IPeKB Indonesia.
(2) Struktur organisasi IPeKB Indonesia di Provinsi disebut IPeKB Indonesia IPeKB
Indonesia Daerah.
(3) Struktur organisasi IPeKB Indonesia di Kabupaten/kota disebut IPeKB Indonesia
Cabang.
Pasal 12
Kepengurusan
(1) Kepengurusan IPeKB Indonesia terdiri dari Dewan Pengurus Pusat (DPP),
Dewan Pengurus Daerah (DPD) dan Dewan Pengurus Cabang (DPC)
(2) DPP, DPD dan DPC terdiri dari Pengurus Inti, Pengurus Teras dan Pengurus
Harian.
(3) Pengurus inti DPP, DPD dan DPC terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum
dan Bendahara Umum.
(4) Pengurus Teras DPP, DPD dan DPC terdiri dari Pengurus inti ditambah Wakil
Ketua, Wakil Sekretaris dan Wakil Bendahara.
(5) Pengurus Harian DPP terdiri dari Pengurus Inti, Pengurus Teras ditambah
Departemen, Bidang, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT), sedangkan Pengurus
Harian DPD dan DPC terdiri dari Pengurus inti, Pengurus Teras ditambah
Bidang, Seksi dan UPT.
(6) Kepengurusan DPP IPeKB Indonesia dilengkapi dengan Dewan Pembina, Dewan
Kehormatan, Dewan Pakar, Dewan Pengawas, dan Dewan Etik, sedangkan
kepengurusan DPD dilengkapi dengan Dewan Pembina dan Dewan Etik dan
kepengurusan DPC dilengkapi dengan Dewan Pembina.
(7) Pengurus inti dipilih oleh Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah
(Musda) dan Musyawarah Cabang (Muscab)
(8) Jangka waktu kepengurusan DPP, DPD dan DPC selama 4 (empat) tahun.
(9) Pengusulan nama pengurus selain Pengurus inti, dilakukan oleh Pengurus Inti
terpilih bersama Tim Formatur terpilih.
(10) Pengurus Inti boleh menjabat maksimal 2 (dua) periode dalam jabatan yang
sama dan tingkatan yang sama.
(11) Pengurus inti DPP IPeKB Indonesia tidak diperbolehkan merangkap jabatan
sebagai pengurus IPeKB Indonesia dibawahnya.
(12) Pengurus inti DPD dan DPC tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai
pengurus inti pada tingkatan yang berbeda.
BAB VII
TUGAS DAN KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 13
(1) Dewan Pengurus Pusat memimpin kepengurusan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan keputusan Musyawarah Nasional.
(2) Dewan Pengurus Pusat berkewajiban memberikan laporan atas pelaksanaan Ayat
(1) kepada Musyawarah Nasional berikutnya.
(3) Dewan Pengurus Daerah memimpin kepengurusan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan keputusan Musyawarah Daerah.
(4) Dewan Pengurus Daerah berkewajiban memberikan laporan atas pelaksanaan
Ayat (3) kepada Musyawarah Daerah berikutnya.
(5) Dewan Pengurus Cabang memimpin kepengurusan dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan keputusan Musyawarah Cabang.
(6) Dewan Pengurus Cabang berkewajiban memberikan laporan atas pelaksanaan
Ayat (5) kepada Musyawarah Cabang berikutnya.
BAB VIII
KODE ETIK DAN DEWAN ETIK
Pasal 14
(1) Alat kelengkapan terdiri dari:
a. Kode Etik Penyuluh KB dan PLKB,
b. Dewan Etik.
(2) Ketentuan Alat Kelengkapan IPeKB Indonesia diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
BAB IX
DEWAN PAKAR DAN DEWAN PENGAWAS
Pasal 15
Dewan Pakar
Dewan Pakar bertugas dalam memberikan masukan kepada pengurus dalam
pengembangan organisasi, melakukan analisa, kajian dan perumusan kebijakan-
kebijakan strategis program organisasi dan memberikan asistensi dalam pelaksanaan
program kerja organisasi.
Pasal 16
Dewan Pengawas
Dewan Pengawas bertugas dalam menjalankan tugas pengawasan organisasi,
kebijakan dan administratif organisasi, memberikan masukan dan evaluasi terhadap
pengurus serta membantu kepengurusan untuk mempererat hubungan organisasi
antar pengurus dan anggota, dengan regulator dan hubungan antar lembaga.
BAB X
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 17
(1) Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda) dan Musyawarah
Cabang (Muscab) IPeKB Indonesia merupakan otoritas tertinggi untuk
menetapkan pengurus inti, kebijakan umum dan menilai serta mensahkan
pertanggungjawaban pengurus.
(2) Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda), dan Musyawarah
Cabang (Muscab) dilaksanakan setiap 4 (empat) tahun.
Pasal 18
(1) Musyawarah Umum IPeKB Indonesia di Pusat disebut Musyawarah Nasional
(Munas) dihadiri oleh Pengurus Pusat, utusan Pengurus daerah atau yang
mewakili dengan membawa surat mandat, Instansi pembina dan undangan
lainnya.
(2) Musyawarah Umum IPeKB Indonesia di Provinsi disebut Musyawarah Daerah
(Musda) dihadiri oleh Pengurus Daerah dan utusan Pengurus Cabang atau yang
mewakili dengan membawa surat mandat, Utusan DPP IPeKB Indonesia dan
undangan lainnya.
(3) Musyawarah Umum IPeKB Indonesia di Kabupaten/Kota disebut Musyawarah
Cabang (Muscab) dihadiri oleh Pengurus Cabang, Anggota, Utusan DPD IPeKB
Indonesia dan undangan lainnya.
Pasal 19
(1) Rapat kerja adalah tindak lanjut dari hasil Musyawarah Nasional (Munas),
Musyawarah Daerah (Musda) dan Musyawarah Cabang (Muscab) IPeKB
Indonesia.
(2) Rapat Kerja dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 20
(1) Macam-macam rapat antara lain:
a. Rapat Kerja Pengurus.
b. Rapat Koordinasi.
c. Rapat Pimpinan.
d. Rapat Konsultasi.
(2) Ketentuan macam-macam rapat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART)
BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 21
(1) Keuangan IPeKB Indonesia bersumber dari:
a. Iuran anggota;
b. APBN/APBD;
c. Sumbangan, bantuan, hibah, serta sumber-sumber lain yang tidak mengikat;
d. Hasil usaha yang dilakukan oleh unit khusus IPeKB Indonesia;
(2) Ketentuan besaran iuran anggota diatur dalam Peraturan Organisasi (PO)
Pasal 22
Kekayaan IPeKB Indonesia adalah seluruh barang/inventaris baik bergerak maupun
tidak bergerak yang menjadi asset organisasi.
BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 23
(1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan melalui Munas.
(2) Munas pada ayat (1) minimal harus dihadiri oleh 2/3 dari Peserta Munas yang
diundang.
(3) Keputusan Perubahan Anggaran Dasar harus disetujui minimal oleh 1/2 + 1
peserta yang hadir.
Pasal 24
(1) Organisasi IPeKB Indonesia dapat dibubarkan oleh Munas yang dilakukan khusus
untuk pembubaran organisasi apabila diusulkan oleh 2/3 Pengurus Pusat, 2/3
Pengurus Daerah dan 2/3 Pengurus Cabang.
(2) Keputusan pembubaran ini sah apabila dihadiri oleh 2/3 utusan tersebut pada
ayat
(1) dan diputuskan oleh 1/2 +1 dari yang hadir.
(3) Keputusan pembubaran diberitahukan kepada pihak-pihak yang terkait paling
lambat 7 (tujuh) hari kemudian.
(4) Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah pembubaran IPeKB Indonesia maka
kepengurusan pada periode terakhir harus menyelesaikan urusan hutang-piutang
dan kewajiban lainnya.
(5) Kekayaan yang masih ada diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB XIII
ATRIBUT
Pasal 25
IpeKB Indonesia mempunyai atribut khusus yang diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga (ART)
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
(1) Ketentuan yang belum tercantum dalam Anggaran Dasar ini selanjutnya akan
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
(2) Anggaran Dasar ini berlaku sejak ditetapkan dan disahkan oleh Musyawarah
Nasional (Munas)
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA (IPeKB) INDONESIA
BAB I ATRIBUT
Pasal 1
(1) Lambang organisasi IPeKB Indonesia adalah segi lima warna biru muda yang
didalamnya terdapat gambar keluarga dengan dua anak dan 8 pilar berwarna
biru tua yang menggambarkan 8 fungsi keluarga, ikatan pita berwarna kuning
emas bertuliskan IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA INDONESIA, dan
bertulis akronim: IPeKB INDONESIA serta berpondasi tiga tangga berwarna biru
tua.
(2) Bendera organisasi IPeKB Indonesia dasar berwarna biru muda bergambar
lambang pada ayat (1)
(3) Logo organisasi IPeKB Indonesia berbentuk lingkaran yang didalamnya terdapat
gambar keluarga dengan dua anak, yang berwarna biru tua dikelilingi tulisan
Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana Indonesia.
(4) Lencana IPeKB Indonesia dengan ukuran sesuai dengan lambang IPeKB
Indonesia pada ayat (1)
(5) Kop surat berisi lambang organisasi, nama organisasi, alamat, nomor telepon,
dan alamat email, sesuai dengan tata naskah yang ditetapkan pada Peraturan
Organisasi (PO)
(6) Stempel berbentuk lingkaran, berisi logo IPeKB Indonesia dengan tinta biru.
(7) Kartu anggota berisi logo, identitas anggota dan barcode tandatangan ketua
Dewan Pengurus Pusat (DPP) IPeKB Indonesia, serta berlaku sepanjang yang
bersangkutan masih menjadi anggota organisasi.
(8) Desain ukuran, warna, bentuk dan isi kartu anggota dibuat seragam oleh DPP
IPeKB Indonesia, dan dicetak oleh Dewan Pengurus Pusat IPeKB Indonesia.
(9) IPeKB Indonesia memiliki seragam organisasi.
(10) IPeKB Indonesia memiliki Mars dan Hymne organisasi.
(11) Tatakelola Lambang, Bendera, Logo, Lencana, Kop Surat, Stempel, Kartu
Anggota, Seragam, Mars dan Hymne serta atribut lainnya diatur dalam
Peraturan Organisasi.
(12) Logo, Mars, Hymne, Seragam dan Atribut lain dapat dilakukan perubahan.
(13) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (12) diamanatkan pada pengurus
DPP IPeKB Indonesia hasil Munas.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
(1) Syarat menjadi anggota IPeKB Indonesia adalah Penyuluh Keluarga Berencana
(Penyuluh KB) dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)
(2) Tata aturan terkait dengan keanggotaan akan diatur dalam Peraturan Organisasi
Pasal 3
Status keanggotaan seseorang sebagai anggota berhenti tetap apabila:
a. Pensiun;
b. Meninggal dunia;
c. Mutasi jabatan selain Jabatan Fungsional Penyuluh KB dan PLKB;
d. Dibatalkan oleh DPP atas rekomendasi Dewan Etik.
Pasal 4
Status keanggotaan seseorang diberhentikan sementara jika melakukan pelanggaran
sesuai dengan Kode etik dan kode perilaku Penyuluh KB dan PLKB.
Pasal 5
Pemulihan status keanggotaan yang diberhentikan sementara dilakukan atas
rekomendasi Dewan Etik.
BAB III
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 6
Kewajiban anggota adalah:
a. Aktif mengikuti setiap kegiatan organisasi;
b. Melaksanakan profesi dengan baik dan sungguh-sungguh;
c. Menjaga dan taat kepada kode etik dan kode perilaku Penyuluh KB dan PLKB;
d. Membayar iuran anggota yang ditetapkan organisasi;
e. Menggunakan atribut pada saat kegiatan Organisasi.
Pasal 7
(1) Hak anggota biasa adalah:
a. Memilih dan dipilih menjadi pengurus;
b. Mendapatkan kesempatan pengembangan kompetensi;
c. Mendapatkan manfaat dari kegiatan usaha organisasi;
d. Mendapatkan fasilitasi layanan pendampingan dalam urusan kepegawaian di
instansi pembina;
e. Mendapatkan hak pemulihan keanggotaan sesuai mekanisme organisasi.
(2) Hak anggota luar biasa adalah:
a. Mendapatkan kesempatan pengembangan kompetensi;
b. Mendapatkan manfaat dari kegiatan usaha organisasi;
c. Mendapatkan fasilitasi layanan pendampingan dalam urusan kepegawaian di
instansi pembina;
d. Mendapatkan hak pemulihan keanggotaan sesuai mekanisme organisasi
BAB IV
HUBUNGAN TATA KERJA
Pasal 8
(1) Hubungan tata kerja organisasi meliputi Koordinasi dan konsultasi antar Dewan
Pengurus Cabang (DPC) Dewan Pengurus Daerah (DPD) dan Dewan Pengurus
Pusat (DPP) dilakukan secara berjenjang dan beretika.
(2) DPP, DPD dan DPC dapat melakukan hubungan konsultasi dan koordinasi dengan
Instansi Pembina.
(3) DPP, DPD dan DPC dapat melakukan kemitraan dengan pihak lain, yang
selanjutnya diatur dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 9
Bagan struktur organisasi tertuang dalam lampiran Anggaran Rumah Tangga (ART )
BAB V
KEPENGURUSAN
Pasal 10
Syarat menjadi pengurus adalah:
a. Anggota yang diusulkan, dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional
(Munas), Musyawarah Daerah (Musda) dan Musyawarah Cabang (Muscab);
b. Bertanggung jawab, jujur, memiliki loyalitas yang tinggi, dan bersedia bekerja
secara Tim;
c. Memiliki kompetensi dan integritas dalam mengelola organisasi;
d. Mendedikasikan tenaga, waktu dan pikiran untuk kemajuan Organisasi ;
e. Masa kepengurusan DPP, DPD dan DPC bagi pengurus inti minimal sama dengan
sisa masa kerja sebagai penyuluh KB/PLKB;
f. Tidak sedang melanggar kode etik Profesi dan Kode Perilaku Penyuluh KB dan
PLKB dan/atau tidak sedang bermasalah dengan hukum.
g. Tidak pernah mengundurkan diri dari Pengurus inti dan Pengurus Harian DPP.
DPD dan DPC.
Pasal 11
Tugas Pengurus adalah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan Munas, Musda dan Muscab,
b. Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan oleh Munas bagi Pengurus
DPP, Musda bagi Pengurus DPD dan Muscab bagi Pengurus DPC.
c. Menyampaikan laporan kegiatan secara berjenjang setiap 1 (satu) tahun sekali,
d. Menggali potensi sumber daya yang sah untuk optimalisasi pencapaian program
kerja,
e. Memperjuangkan aspirasi dan kesejahteraan anggota,
f. Membantu peningkatan kompetensi dan profesionalisme anggota,
g. Melakukan kemitraan untuk penguatan organisasi.
Pasal 12
Pengurus inti (Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum) berhalangan
tetap/berhenti dari jabatannya, apabila:
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri;
c. Beralih status dari Jabatan Fungsional Penyuluh KB/PLKB ke jabatan struktural
atau jabatan fungsional lainnya;
d. Merangkap jabatan sebagai pengurus inti (dalam jabatan yang sama) di organisasi
IPeKB Indonesia pada tingkatan DPD atau DPC;
e. Merangkap jabatan sebagai pengurus di organisasi IPeKB Indonesia pada
tingkatan yang berbeda untuk DPP;
f. Melakukan pelanggaran hukum yang telah diputuskan oleh pengadilan tingkat I
dan pelanggaran kode etik dan perilaku Penyuluh KB dan PLKB yang telah
diputuskan oleh Dewan Etik.
Pasal 13
(1) Apabila Ketua Umum berhalangan tetap dengan sisa masa jabatan kurang dari
satu tahun maka tugas Ketua Umum dilaksanakan oleh Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum sampai masa jabatan berakhir, dan apabila sisa masa jabatan
lebih dari satu tahun maka dilaksanakan Musyawarah Luar Biasa.
(2) Apabila Ketua Umum dan Sekretaris Umum berhalangan tetap dengan sisa masa
jabatan kurang dari satu tahun maka tugas Ketua Umum dan Sekretaris Umum
dilaksanakan oleh Bendahara Umum sampai masa jabatan berakhir dan apabila
sisa masa jabatan lebih dari satu tahun maka dilaksanakan Musyawarah Luar
Biasa.
(3) Apabila Sekretaris Umum dan Bendahara Umum berhalangan tetap maka
jabatannya dilaksanakan sementara oleh anggota/pengurus lainnya yang dipilih
melalui Rapat Pengurus.
(4) Apabila pengurus berhalangan tetap maka jabatannya diisi oleh anggota yang
ditetapkan melalui rapat pengurus
BAB VI
STRUKTUR KEPENGURUSAN
Pasal 14
Struktur Pengurus
(1) Struktur Pengurus Pusat meliputi: Dewan Pengurus, Dewan Pembina, Dewan
Etik, Dewan Pakar dan Dewan Pengawas.
(2) Struktur Pengurus Daerah meliputi: Dewan Pengurus, Dewan Pembina dan
Dewan Etik.
(3) Struktur Pengurus Cabang meliputi: Dewan Pengurus dan Dewan Pembina.
Pasal 15
Kelengkapan Pengurus
(1) Dewan Pengurus sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) meliputi
Pengurus Inti, Pengurus Teras dan Pengurus Harian.
(2) Dewan Pembina sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) adalah instansi
pembina.
(3) Dewan Etik sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) berjumlah ganjil
meliputi Ketua dan Anggota, yang ketentuannya akan diatur melalui Kode Etik
dan Kode Perilaku Penyuluh KB dan PLKB.
(4) Dewan Pakar dan Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat
(1) meliputi Ketua dan Anggota, yang ketentuannya akan diatur melalui
Peraturan Organisasi.
Pasal 16
DPD dan DPC sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (2) dan pasal 14 ayat (3)
yaitu Pengurus Inti (terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara
Umum), Bidang, Seksi dan Unit Pelaksana Teknis.
Pasal 17
(1) Pengurus Inti sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (1) terdiri dari: Ketua
Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum.
(2) Pengurus Teras sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (1) terdiri dari pengurus
inti ditambah Wakil Ketua, Wakil Sekretaris dan Wakil Bendahara .
(3) Pengurus Harian sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (1) terdiri dari Pengurus
Teras ditambah Departemen dan Bidang.
(4) Kelengkapan Dewan Pengurus Pusat IPeKB Indonesia meliputi
a. Departemen Organisasi dan Kepengurusan:
1) Bidang Pembinaan dan Penguatan Organisasi;
2) Bidang Pemantauan, Evaluasi dan Pengawasan Internal Organisasi ;
b. Departemen Kompetensi dan Kesejahteraan:
1) Bidang Pengembangan Kompetensi;
2) Bidang Koperasi, Pameran dan Peningkatan Kesejahteraan;
c. Departemen Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat:
1) Bidang Kerjasama, Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat;
2) Bidang Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak ;
d. Departemen advokasi dan Bantuan Hukum:
1) Bidang penggerakan dan advokasi;
2) Bidang Bantuan Hukum;
e. Departemen Humas, Media dan KIE:
1) Bidang Humas dan Publikasi;
2) Bidang Media dan KIE;
f. Departemen Riset dan teknologi:
1) Bidang Penelitian dan pengembangan program;
2) Bidang Pendidikan dan Pelatihan.
g. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
(5) Kelengkapan Dewan Pengurus Daerah IPeKB Indonesia:
a. Bidang Organisasi dan Kepengurusan:
1) Seksi Pembinaan dan penguatan organisasi;
2) Seksi Pemantauan, Evaluasi dan pengawasan internal organisasi
b. Bidang Kompetensi dan kesejahteraan:
1) Seksi pengembangan kompetensi;
2) Seksi koperasi, pameran dan peningkatan kesejahteraan;
c. Bidang Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat:
1) Seksi Kerjasama, Kemitraan dan pengabdian masyarakat;
2) Seksi Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak;
d. Bidang advokasi dan Bantuan Hukum:
1) Seksi penggerakan dan advokasi;
2) Seksi Bantuan Hukum;
e. Bidang Humas, Media dan KIE:
1) Seksi Humas dan Publikasi;
2) Seksi Media dan KIE;
f. Bidang Riset dan teknologi:
1) Seksi Penelitian dan pengembangan program
2) Seksi Pendidikan dan Pelatihan
g. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
(6) Kelengkapan Dewan Pengurus Cabang (DPC) IPeKB Indonesia meliputi:
a. Bidang Organisasi dan Kepengurusan:
1) Seksi Pembinaan dan penguatan organisasi;
2) Seksi Evaluasi internal organisasi;
b. Bidang Kompetensi dan kesejahteraan:
1) Seksi Pengembangan kompetensi;
2) Seksi Koperasi, Pameran dan Peningkatan kesejahteraan;
c. Bidang Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat:
1) Seksi Kerjasama, Kemitraan dan pengabdian masyarakat;
2) Seksi Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak ;
d. Bidang advokasi dan Bantuan Hukum:
1) Seksi Penggerakan dan advokasi;
2) Seksi Bantuan Hukum;
e. Bidang Humas, Media dan KIE:
1) Seksi Humas dan Publikasi;
2) Seksi Media dan KIE;
f. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
(7) Kelengkapan struktur DPD dan DPC disesuaikan dengan kondisi daerah.
(8) Struktur Organisasi DPD dan DPC dapat mengacu pada contoh terlampir.
BAB VII
DEWAN PEMBINA, DEWAN PAKAR, DEWAN ETIK DAN DEWAN PENGAWAS
Pasal 18
Dewan Pembina
(1) Dewan Pembina berada pada setiap tingkatan wilayah (Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/ Kota)
(2) Dewan Pembina sebagaimana dimaksud pada pasal 18 ayat (1) untuk struktur
pengurus pusat adalah instansi Pembina tingkat pusat, daerah adalah Instansi
Pembina tingkat provinsi, dan untuk struktur pengurus cabang adalah instansi
pengguna tingkat kabupaten/kota.
(3) Tugas Dewan Pembina adalah:
a. Memberi masukan kepada pengurus dalam pengelolaan organisasi,
b. Memberi dukungan dan fasilitasi kepada pengurus untuk kemajuan organisasi,
c. Mengkoordinasikan program organisasi dengan pemangku kepentingan dan
mitra.
Pasal 19 Dewan Pakar
(1) Dewan Pakar berkedudukan di Pusat;
(2) Susunan Dewan Pakar terdiri dari Ketua dan anggota;
(3) Syarat untuk menjadi Dewan Pakar adalah:
a. Menunjukkan kepedulian dan peran serta dalam program Pembangunan
Keluarga, kependudukan dan Keluarga Berencana;
b. Memiliki kompetensi yang berkaitan dengan program Pembangunan Keluarga,
kependudukan dan Keluarga Berencana;
c. Memiliki pengalaman dalam pengelolaan Program Pembangunan Keluarga,
kependudukan dan Keluarga Berencana.
(4) Tugas Dewan Pakar adalah:
a. Memberi masukan kepada pengurus dalam pengembangan organisasi;
b. Melakukan analisa, kajian dan perumusan kebijakan-kebijakan
strategis program organisasi;
c. Memberikan asistensi dalam pelaksanaan program kerja organisasi;
Pasal 20
Dewan Etik
Tata aturan Dewan Etik diatur dalam Kode Etik dan Kode Perilaku Penyuluh KB dan
PLKB.
Pasal 21
Dewan Pengawas
(1) Dewan Pengawas berkedudukan di pusat.
(2) Susunan Dewan Pengawas terdiri dari Ketua dan Anggota.
(3) Syarat untuk menjadi Dewan Pengawas adalah:
a. Menunjukan kepedulian dan peran serta dalam Program Pembangunan
Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana.
b. Memiliki kompetensi yang berkaitan dengan Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana.
c. Memiliki pengalaman dalam pengelolaan Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana.
(4) Tugas Dewan Pengawas adalah:
a. Bertindak atas nama Dewan Pengawas,
b. Menjalankan tugas pengawasan organisasi, kebijakan dan administratif
organisasi,
c. Membantu kepengurusan dalam kapasitasnya sebagai pengawas untuk
mempererat hubungan organisasi antar pengurus dan anggota, dengan
regulator dan juga hubungan antar lembaga,
BAB IX
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 22
(1) Musyawarah terdiri dari Musyawarah Umum dan Musyawarah Luar Biasa.
(2) Musyawarah umum dilakukan pada akhir masa jabatan kepengurusan,
sekaligus memilih dan menetapkan pengurus yang baru.
(3) Musyawarah Umum untuk Tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota
selanjutnya disebut Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah
(Musda) dan Musyawarah Cabang (Muscab)
(4) Pelaksanaan Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1)
dilaksanakan oleh pengurus di setiap tingkatan.
(5) Musyawarah disetiap tingkatan sah dilaksanakan, apabila dihadiri oleh
sekurang- kurangnya 2/3 utusan peserta.
(6) Musyawarah Luar Biasa dilaksanakan apabila ada hal-hal yang mendesak untuk
diselesaikan menyangkut kepentingan organisasi dan dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 utusan peserta.
(7) Hak suara dalam Musyawarah Nasional adalah utusan dari unsur Pengurus
Pusat, unsur Pengurus Daerah dan khusus unsur Pengurus Cabang adalah
sebesar dua puluh persen dari jumlah Dewan Pengurus Cabang (DPC) dalam
provinsi yang bersangkutan dan membawa surat mandat dari DPD.
(8) Hak suara dalam Musyawarah Daerah adalah utusan dari unsur pengurus DPD
dan pengurus inti DPC.
(9) Hak suara dalam Musyawarah Cabang adalah dari unsur pengurus DPC dan
seluruh anggota.
(10) Mengenai hak suara dari utusan unsur pengurus selanjutnya diatur dalam
Peraturan Organisasi.
Pasal 23
(1) Musyawarah Kerja IPeKB Indonesia dilaksanakan minimal 2 (dua) tahun sekali,
guna membahas evaluasi dan perencanaan program.
(2) Musyawarah Kerja untuk tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota
selanjutnya disebut Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas), Musyawarah Kerja
Daerah (Mukerda) dan Musyawarah Kerja Cabang (Mukercab)
(3) Peserta Mukernas adalah DPP, utusan DPD, utusan DPC dan undangan.
(4) Peserta Mukerda adalah DPD, utusan DPC dan undangan.
(5) Peserta Mukercab adalah DPC, Anggota dan undangan.
(6) Undangan musyawarah kerja adalah mitra kerja, Dewan Pembina, Dewan Pakar,
Pengurus Purnabakti, dan Pemerintah.
Pasal 24
(1) Rapat Kerja terdiri dari:
a. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dihadiri oleh DPP dan undangan,
dilaksanakan minimal 1 ( satu ) tahun sekali.
b. Rapat Kerja Daerah (Rakerda) dihadiri DPD dan undangan, dilaksanakan 1
(satu) tahun sekali.
c. Rapat Kerja Cabang (Rakercab) dihadiri oleh DPC dan undangan, dilaksanakan
minimal 1 (satu) tahun sekali.
(2) Rapat Koordinasi adalah rapat yang dihadiri oleh unsur Pimpinan Pengurus,
Dewan Pembina dan Dewan Pakar dilaksanakan minimal 6 (enam) bulan sekali.
(3) Rapat Pimpinan adalah rapat yang dihadiri oleh Ketua Umum, Sekretaris Umum
dan Bendahara Umum di Pusat, Daerah dan Cabang, dilaksanakan minimal 3
(tiga) bulan sekali.
(4) Rapat Konsultasi adalah rapat yang diselenggarakan oleh Cabang/ Daerah yang
dihadiri oleh pengurus setingkat di atasnya.
BAB X
PRODUK HUKUM
Pasal 25
Produk Hukum Organisasi meliputi:
a. Peraturan Organisasi (PO) merupakan pedoman dasar yang mengatur urusan
organisasi dalam bidang-bidang tertentu sebagai acuan dalam menjalankan roda
organisasi.
b. Surat Keputusan Pengurus merupakan dasar yang mengikat untuk melaksanakan
tugas, wewenang, kewajiban dan hak pengurus dalam menjalankan organisasi.
c. Surat Edaran Pengurus merupakan pemberitahuan dari pengurus yang mendasari
anggota berpartisipasi aktif dalam memajukan organisasi.
d. Surat Perintah Tugas merupakan penugasan dari pimpinan organisasi kepada
pengurus/anggota untuk melaksanakan tugas organisasi.
e. Surat Peringatan merupakan teguran/peringatan yang ditujukan kepada
seseorang/lembaga/anggota untuk diketahui bahwa yang bersangkutan telah
melakukan tindakan/ sikap yang merugikan kepentingan organisasi.
f. Surat Pemberhentian dan atau pembatalan anggota merupakan tindakan
pengurus setelah surat peringatan tidak mendapat respon yang cukup.
Pasal 26
(1) Susunan Dewan Pengurus Pusat ditetapkan dan disahkan oleh Ketua dan
Sekretaris.
(2) Dewan Pengurus Pusat dilantik dan dikukuhkan oleh Kepala BKKBN.
(3) Susunan Dewan Pengurus Daerah ditetapkan dan disahkan dengan Surat
Keputusan Dewan Pengurus Pusat.
(4) Dewan Pengurus Daerah dilantik oleh Dewan Pengurus Pusat dan dikukuhkan
oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi.
(5) Susunan Dewan Pengurus Cabang ditetapkan dan disahkan dengan Surat
Keputusan Dewan Pengurus Daerah.
(6) Dewan Pengurus Cabang dilantik oleh Dewan Pengurus Daerah dan dikukuhkan
oleh Pejabat Daerah di tingkat Kabupaten/ Kota.
(7) Apabila Dewan Pengurus Cabang sudah terbentuk, sementara Dewan Pengurus
Daerah belum terbentuk atau tak dapat menjalankan tugas maka susunan
pengurus ditetapkan dan disahkan dengan Surat Keputusan Dewan Pengurus
Pusat.
Pasal 27
Sistem administrasi organisasi ditetapkan melalui rapat kerja pengurus.
BAB XI
TATA TERTIB PEMILIHAN
Pasal 28
(1) Pemilihan Pengurus Inti (Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum)
dilakukan melalui penetapan bakal calon dan pemilihan calon tetap.
(2) Penetapan bakal calon Pengurus Inti dilakukan dengan cara setiap utusan
daerah/cabang mengajukan paling banyak 3 (tiga) nama bakal calon Ketua
Umum, 3 (tiga) nama bakal calon Sekretaris Umum dan 3 (tiga) nama bakal
calon Bendahara Umum.
(3) Bakal calon Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum yang
mendapat suara tertinggi 1 sampai 3 ditetapkan sebagai calon tetap.
(4) Calon tetap Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum dipilih oleh
setiap peserta sidang dan memiliki 1 (satu) hak suara (one man one vote), dan
setiap peninjau hanya memiliki hak bicara.
(5) Calon Ketua Umum, calon Sekretaris Umum dan calon Bendahara Umum yang
mendapatkan suara terbanyak ditetapkan sebagai Ketua Umum terpilih,
Sekretaris Umum terpilih dan Bendahara Umum terpilih.
Pasal 29
(1) Penyusunan kepengurusan dilakukan oleh Ketua Umum terpilih, Sekretaris
Umum terpilih dan Bendahara Umum terpilih bersama Tim Formatur.
(2) Tim Formatur terdiri dari Pengurus Inti terpilih dan beberapa Utusan Daerah.
(3) Jumlah anggota formatur dari utusan daerah/utusan cabang dan cara
pemilihannya ditetapkan oleh Majelis Sidang.
(4) Tugas Tim Formatur adalah:
a. Membentuk kelengkapan susunan pengurus;
b. Mengusulkan anggota Dewan Pakar dan Dewan Pengawas;
c. Menindaklanjuti agar kepengurusan mendapat surat keputusan, pelantikan
dan pengukuhan sebagaimana diatur dalam pasal 28;
d. Kepengurusan memperhatikan kemampuan kompetensi manajemen
berorganisasi dan keterwakilan daerah geografis.
BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 30
(1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah
Nasional (Munas) atau Musyawarah Luar Biasa (Munaslub)
(2) Musyawarah Nasional sah apabila dihadiri oleh 2/3 Pengurus Pusat, dan 2/3
utusan Pengurus Daerah.
(3) Keputusan musyawarah dianggap sah apabila disetujui oleh ½+1 anggota yang
hadir.

More Related Content

Similar to AD ART IPeKB 2023.pdf

Permen no.57 th_2011
Permen no.57 th_2011Permen no.57 th_2011
Permen no.57 th_2011
vozol
 
Petunjuk Penyelenggaraan Saka Bakti Husada
Petunjuk Penyelenggaraan Saka Bakti HusadaPetunjuk Penyelenggaraan Saka Bakti Husada
Petunjuk Penyelenggaraan Saka Bakti Husada
Samwil Huda
 
BINA WILAYAH PKK KECAMATAN CIBINONG
BINA WILAYAH PKK KECAMATAN CIBINONGBINA WILAYAH PKK KECAMATAN CIBINONG
BINA WILAYAH PKK KECAMATAN CIBINONG
Kiki Abdul Gani
 
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journalPermensos no. 9 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journal
IdnJournal
 
Jukran sismintir, nomor 162.a tahun 2011
Jukran sismintir, nomor 162.a tahun 2011Jukran sismintir, nomor 162.a tahun 2011
Jukran sismintir, nomor 162.a tahun 2011
Andi Darussalam
 
MATERI UJIAN DINAS 1 Juli 2022 edit.pptx
MATERI UJIAN DINAS 1 Juli 2022 edit.pptxMATERI UJIAN DINAS 1 Juli 2022 edit.pptx
MATERI UJIAN DINAS 1 Juli 2022 edit.pptx
Sircokie
 

Similar to AD ART IPeKB 2023.pdf (20)

Permen no.57 th_2011
Permen no.57 th_2011Permen no.57 th_2011
Permen no.57 th_2011
 
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
Anggaran dasar dan anggaran rumah tanggaAnggaran dasar dan anggaran rumah tangga
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
 
Ad art himpunan perawat manajer indonesia
Ad art himpunan perawat manajer  indonesiaAd art himpunan perawat manajer  indonesia
Ad art himpunan perawat manajer indonesia
 
ESAP TENTANG fungsi keluarga
ESAP TENTANG fungsi keluargaESAP TENTANG fungsi keluarga
ESAP TENTANG fungsi keluarga
 
Contoh AD ART Ikatan ALumni
Contoh AD ART Ikatan ALumniContoh AD ART Ikatan ALumni
Contoh AD ART Ikatan ALumni
 
Pilar kebangsaan
Pilar kebangsaan Pilar kebangsaan
Pilar kebangsaan
 
Petunjuk Penyelenggaraan Saka Bakti Husada
Petunjuk Penyelenggaraan Saka Bakti HusadaPetunjuk Penyelenggaraan Saka Bakti Husada
Petunjuk Penyelenggaraan Saka Bakti Husada
 
Peraturan BKKBN No 13 Tahun 2022.pdf
Peraturan BKKBN No 13 Tahun 2022.pdfPeraturan BKKBN No 13 Tahun 2022.pdf
Peraturan BKKBN No 13 Tahun 2022.pdf
 
Juknis BOKB 2023
Juknis BOKB 2023Juknis BOKB 2023
Juknis BOKB 2023
 
1618 kmdn 26_2003
1618 kmdn 26_20031618 kmdn 26_2003
1618 kmdn 26_2003
 
BINA WILAYAH PKK KECAMATAN CIBINONG
BINA WILAYAH PKK KECAMATAN CIBINONGBINA WILAYAH PKK KECAMATAN CIBINONG
BINA WILAYAH PKK KECAMATAN CIBINONG
 
Peraturan menteri sosial republik indonesia nomor 77/huk/2010 tentang pedoma...
Peraturan menteri sosial republik indonesia nomor  77/huk/2010 tentang pedoma...Peraturan menteri sosial republik indonesia nomor  77/huk/2010 tentang pedoma...
Peraturan menteri sosial republik indonesia nomor 77/huk/2010 tentang pedoma...
 
Buku Pedoman Kegiatan Ketahanan Keluarga
Buku Pedoman Kegiatan Ketahanan KeluargaBuku Pedoman Kegiatan Ketahanan Keluarga
Buku Pedoman Kegiatan Ketahanan Keluarga
 
10 program ppk.ppt
10 program ppk.ppt10 program ppk.ppt
10 program ppk.ppt
 
Korpri, SDM dan Pelayanan Publik
Korpri, SDM dan Pelayanan PublikKorpri, SDM dan Pelayanan Publik
Korpri, SDM dan Pelayanan Publik
 
Ppni
PpniPpni
Ppni
 
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journalPermensos no. 9 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journal
 
Jukran sismintir, nomor 162.a tahun 2011
Jukran sismintir, nomor 162.a tahun 2011Jukran sismintir, nomor 162.a tahun 2011
Jukran sismintir, nomor 162.a tahun 2011
 
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga pan
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga panAnggaran dasar dan anggaran rumah tangga pan
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga pan
 
MATERI UJIAN DINAS 1 Juli 2022 edit.pptx
MATERI UJIAN DINAS 1 Juli 2022 edit.pptxMATERI UJIAN DINAS 1 Juli 2022 edit.pptx
MATERI UJIAN DINAS 1 Juli 2022 edit.pptx
 

AD ART IPeKB 2023.pdf

  • 1.
  • 2. DAFTAR ISI ANGGARAN DASAR MUKADIMAH BAB I NAMA, KEDUDUKAN DAN WAKTU Pasal 1 Nama Pasal 2 Kedudukan Pasal 3 Waktu BAB II ASAS, SIFAT dan TUJUAN Pasal 4 Asas Pasal 5 Sifat Pasal 6 Tujuan BAB III STATUS, DAN FUNGSI Pasal 7 Status Pasal 8 Fungsi BAB IV LINGKUP KEWENANGAN DAN KEGIATAN Pasal 9 BAB V KEANGGOTAAN Pasal 10 BAB VI STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN Pasal 11 Struktur Organisasi Pasal 12 Kepengurusan BAB VII TUGAS DAN KEWAJIBAN PENGURUS Pasal 13 BAB VIII KODE ETIK DAN DEWAN ETIK Pasal 14 BAB IX DEWAN PAKAR DAN DEWAN PENGAWAS Pasal 15 Dewan Pakar Pasal 16 Dewan Pengawas BAB X MUSYAWARAH DAN RAPAT Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 BAB XI KEUANGAN DAN KEKAYAAN Pasal 21 Pasal 22 BAB XII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI Pasal 23 Pasal 24 BAB XIII ATRIBUT Pasal 25 BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 26
  • 3. ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB I ATRIBUT Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 BAB III KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA Pasal 6 Pasal 7 BAB IV HUBUNGAN TATA KERJA Pasal 8 Pasal 9 BAB V KEPENGURUSAN Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 BAB VI STRUKTUR KEPENGURUSAN Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 BAB VII MUSYAWARAH DAN RAPAT Pasal 17 BAB VIII DEWAN PEMBINA, DEWAN PAKAR, DEWAN ETIK DAN DEWAN PENGAWAS Pasal 18 Dewan Pembina Pasal 19 Dewan Pakar Pasal 20 Dewan Etik Pasal 21 Dewan Pengawas BAB IX KEUANGAN DAN KEKAYAAN Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 BAB X PRODUK HUKUM Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 BAB XI TATA TERTIB PEMILIHAN Pasal 28 Pasal 29 BAB XI PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 30
  • 4. ANGGARAN DASAR IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA (IPeKB) INDONESIA MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya masyarakat adil dan makmur adalah bagian dari tujuan negara serta cita-cita luhur bangsa Indonesia. Hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan nasional mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. Keberhasilan dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk serta keluarga akan memperbaiki segala aspek dan dimensi pembangunan dan kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas dilakukan upaya pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan perkawinan serta kehamilan sehingga penduduk menjadi sumber daya manusia yang tangguh bagi pembangunan dan ketahanan nasional, serta mampu bersaing dengan bangsa lain, dan dapat menikmati hasil pembangunan secara adil dan merata. Disahkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Lampiran N memberi dampak yang besar terhadap arah kebijakan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, secara langsung maupun tidak langsung. Pembagian urusan pemerintahan bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana merupakan pemaduan dan sinkronisasi kebijakan baik di Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota serta Pengelolaan dan pendayagunaan tenaga Penyuluh Keluarga Berencana (Penyuluh KB) dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Menyadari sepenuhnya kondisi seperti yang di uraikan di atas, maka untuk mempertahankan eksistensi keberadaan dan untuk memperkuat kedudukan peran dan fungsi Penyuluh KB dan PLKB, atas berkat rahmat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, disertai rasa tanggung jawab yang tinggi, dengan ini Penyuluh KB dan PLKB yang memiliki keinginan yang sama untuk meningkatkan profesionalisme melalui wadah organisasi profesi dengan Anggaran Dasar sebagai berikut:
  • 5. BAB I NAMA, KEDUDUKAN DAN WAKTU Pasal 1 Nama Organisasi ini bernama “Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana Indonesia” disingkat IPeKB Indonesia. Pasal 2 Kedudukan IPeKB Indonesia berkedudukan di Ibu Kota Negara dengan perwakilan di Ibu Kota Provinsi dan Ibu Kota Kabupaten/Kota. Pasal 3 Waktu IPeKB Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 26 Juli 2007, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. BAB II ASAS, SIFAT dan TUJUAN Pasal 4 Asas IPeKB Indonesia berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 5 Sifat IPeKB Indonesia bersifat keahlian, koordinatif, demokratis, kekeluargaan, sosial kemasyarakatan, kemandirian, tidak berafiliasi dengan organisasi/partai politik, tidak memandang perbedaan suku, ras, agama dan golongan tertentu dan memiliki kesatuan tujuan untuk mensukseskan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana.
  • 6. Pasal 6 Tujuan IPeKB Indonesia memiliki tujuan untuk: a. berperan aktif dalam mewujudkan visi, misi pembangunan, dan tujuan serta sasaran bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana; b. menjadi pemersatu Penyuluh KB dan PLKB; c. mengembangkan metode penyuluhan, penggerakan, pelayanan, dan pengembangan dan penyebarluasan informasi bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana yang efektif, efisien dan produktif; d. berperan dalam mendukung efektifitas pengelolaan dan pendayagunaan Penyuluh KB dan PLKB; e. membina etika dan perilaku Penyuluh KB dan PLKB; f. meningkatkan mutu profesi Penyuluh KB dan PLKB; dan g. menyalurkan aspirasi dan meningkatkan kesejahteraan Anggota. BAB III STATUS DAN FUNGSI Pasal 7 Status (1) Ikatan Penyuluh KB Indonesia merupakan satu-satunya organisasi profesi Penyuluh KB dan PLKB di Indonesia. (2) Ikatan Penyuluh KB Indonesia berbadan hukum perkumpulan. Pasal 8 Fungsi IPeKB Indonesia berfungsi sebagai pemersatu, pembina dan penggerak Penyuluh KB dan PLKB di Indonesia.
  • 7. BAB IV LINGKUP KEWENANGAN DAN KEGIATAN Pasal 9 (1) Lingkup kewenangan IPeKB Indonesia adalah sebagai berikut: a. menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; b. menyusun dan menetapkan kode etik dan kode perilaku Penyuluh KB dan PLKB; c. memberikan advokasi terkait Penyuluh KB dan PLKB; d. melakukan advokasi terkait Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana; e. memeriksa dan memberikan rekomendasi atas pelanggaran kode etik dan kode perilaku Penyuluh KB dan PLKB; (2) Memberikan rekomendasi kompetensi Penyuluh KB dan PLKB; (3) Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan oleh IPeKB Indonesia setelah dilakukan persetujuan dengan Instansi Pembina; (4) Pelanggaran kode etik dan kode perilaku Penyuluh KB dan PLKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dilakukan pembinaan dan penegakan oleh Pejabat yang Berwenang dan/atau Pejabat Pembina Kepegawaian di Instansi Pembina. BAB V KEANGGOTAAN Pasal 10 (1) Anggota IPeKB Indonesia adalah Penyuluh Keluarga Berencana (Penyuluh KB) dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) (2) Status keanggotaan IPeKB Indonesia: a. Anggota Biasa. b. Anggota Luar biasa. c. Anggota Kehormatan. (3) Ketentuan anggota diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART)
  • 8. BAB VI STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN Pasal 11 Struktur Organisasi (1) Struktur organisasi IPeKB Indonesia di Pusat disebut IPeKB Indonesia. (2) Struktur organisasi IPeKB Indonesia di Provinsi disebut IPeKB Indonesia IPeKB Indonesia Daerah. (3) Struktur organisasi IPeKB Indonesia di Kabupaten/kota disebut IPeKB Indonesia Cabang. Pasal 12 Kepengurusan (1) Kepengurusan IPeKB Indonesia terdiri dari Dewan Pengurus Pusat (DPP), Dewan Pengurus Daerah (DPD) dan Dewan Pengurus Cabang (DPC) (2) DPP, DPD dan DPC terdiri dari Pengurus Inti, Pengurus Teras dan Pengurus Harian. (3) Pengurus inti DPP, DPD dan DPC terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum. (4) Pengurus Teras DPP, DPD dan DPC terdiri dari Pengurus inti ditambah Wakil Ketua, Wakil Sekretaris dan Wakil Bendahara. (5) Pengurus Harian DPP terdiri dari Pengurus Inti, Pengurus Teras ditambah Departemen, Bidang, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT), sedangkan Pengurus Harian DPD dan DPC terdiri dari Pengurus inti, Pengurus Teras ditambah Bidang, Seksi dan UPT. (6) Kepengurusan DPP IPeKB Indonesia dilengkapi dengan Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, Dewan Pakar, Dewan Pengawas, dan Dewan Etik, sedangkan kepengurusan DPD dilengkapi dengan Dewan Pembina dan Dewan Etik dan kepengurusan DPC dilengkapi dengan Dewan Pembina. (7) Pengurus inti dipilih oleh Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda) dan Musyawarah Cabang (Muscab) (8) Jangka waktu kepengurusan DPP, DPD dan DPC selama 4 (empat) tahun. (9) Pengusulan nama pengurus selain Pengurus inti, dilakukan oleh Pengurus Inti terpilih bersama Tim Formatur terpilih.
  • 9. (10) Pengurus Inti boleh menjabat maksimal 2 (dua) periode dalam jabatan yang sama dan tingkatan yang sama. (11) Pengurus inti DPP IPeKB Indonesia tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai pengurus IPeKB Indonesia dibawahnya. (12) Pengurus inti DPD dan DPC tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai pengurus inti pada tingkatan yang berbeda. BAB VII TUGAS DAN KEWAJIBAN PENGURUS Pasal 13 (1) Dewan Pengurus Pusat memimpin kepengurusan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan Musyawarah Nasional. (2) Dewan Pengurus Pusat berkewajiban memberikan laporan atas pelaksanaan Ayat (1) kepada Musyawarah Nasional berikutnya. (3) Dewan Pengurus Daerah memimpin kepengurusan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan Musyawarah Daerah. (4) Dewan Pengurus Daerah berkewajiban memberikan laporan atas pelaksanaan Ayat (3) kepada Musyawarah Daerah berikutnya. (5) Dewan Pengurus Cabang memimpin kepengurusan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan Musyawarah Cabang. (6) Dewan Pengurus Cabang berkewajiban memberikan laporan atas pelaksanaan Ayat (5) kepada Musyawarah Cabang berikutnya. BAB VIII KODE ETIK DAN DEWAN ETIK Pasal 14 (1) Alat kelengkapan terdiri dari: a. Kode Etik Penyuluh KB dan PLKB, b. Dewan Etik. (2) Ketentuan Alat Kelengkapan IPeKB Indonesia diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
  • 10. BAB IX DEWAN PAKAR DAN DEWAN PENGAWAS Pasal 15 Dewan Pakar Dewan Pakar bertugas dalam memberikan masukan kepada pengurus dalam pengembangan organisasi, melakukan analisa, kajian dan perumusan kebijakan- kebijakan strategis program organisasi dan memberikan asistensi dalam pelaksanaan program kerja organisasi. Pasal 16 Dewan Pengawas Dewan Pengawas bertugas dalam menjalankan tugas pengawasan organisasi, kebijakan dan administratif organisasi, memberikan masukan dan evaluasi terhadap pengurus serta membantu kepengurusan untuk mempererat hubungan organisasi antar pengurus dan anggota, dengan regulator dan hubungan antar lembaga. BAB X MUSYAWARAH DAN RAPAT Pasal 17 (1) Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda) dan Musyawarah Cabang (Muscab) IPeKB Indonesia merupakan otoritas tertinggi untuk menetapkan pengurus inti, kebijakan umum dan menilai serta mensahkan pertanggungjawaban pengurus. (2) Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda), dan Musyawarah Cabang (Muscab) dilaksanakan setiap 4 (empat) tahun. Pasal 18 (1) Musyawarah Umum IPeKB Indonesia di Pusat disebut Musyawarah Nasional (Munas) dihadiri oleh Pengurus Pusat, utusan Pengurus daerah atau yang mewakili dengan membawa surat mandat, Instansi pembina dan undangan lainnya.
  • 11. (2) Musyawarah Umum IPeKB Indonesia di Provinsi disebut Musyawarah Daerah (Musda) dihadiri oleh Pengurus Daerah dan utusan Pengurus Cabang atau yang mewakili dengan membawa surat mandat, Utusan DPP IPeKB Indonesia dan undangan lainnya. (3) Musyawarah Umum IPeKB Indonesia di Kabupaten/Kota disebut Musyawarah Cabang (Muscab) dihadiri oleh Pengurus Cabang, Anggota, Utusan DPD IPeKB Indonesia dan undangan lainnya. Pasal 19 (1) Rapat kerja adalah tindak lanjut dari hasil Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda) dan Musyawarah Cabang (Muscab) IPeKB Indonesia. (2) Rapat Kerja dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Pasal 20 (1) Macam-macam rapat antara lain: a. Rapat Kerja Pengurus. b. Rapat Koordinasi. c. Rapat Pimpinan. d. Rapat Konsultasi. (2) Ketentuan macam-macam rapat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) BAB XI KEUANGAN DAN KEKAYAAN Pasal 21 (1) Keuangan IPeKB Indonesia bersumber dari: a. Iuran anggota; b. APBN/APBD; c. Sumbangan, bantuan, hibah, serta sumber-sumber lain yang tidak mengikat; d. Hasil usaha yang dilakukan oleh unit khusus IPeKB Indonesia; (2) Ketentuan besaran iuran anggota diatur dalam Peraturan Organisasi (PO)
  • 12. Pasal 22 Kekayaan IPeKB Indonesia adalah seluruh barang/inventaris baik bergerak maupun tidak bergerak yang menjadi asset organisasi. BAB XII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI Pasal 23 (1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan melalui Munas. (2) Munas pada ayat (1) minimal harus dihadiri oleh 2/3 dari Peserta Munas yang diundang. (3) Keputusan Perubahan Anggaran Dasar harus disetujui minimal oleh 1/2 + 1 peserta yang hadir. Pasal 24 (1) Organisasi IPeKB Indonesia dapat dibubarkan oleh Munas yang dilakukan khusus untuk pembubaran organisasi apabila diusulkan oleh 2/3 Pengurus Pusat, 2/3 Pengurus Daerah dan 2/3 Pengurus Cabang. (2) Keputusan pembubaran ini sah apabila dihadiri oleh 2/3 utusan tersebut pada ayat (1) dan diputuskan oleh 1/2 +1 dari yang hadir. (3) Keputusan pembubaran diberitahukan kepada pihak-pihak yang terkait paling lambat 7 (tujuh) hari kemudian. (4) Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah pembubaran IPeKB Indonesia maka kepengurusan pada periode terakhir harus menyelesaikan urusan hutang-piutang dan kewajiban lainnya. (5) Kekayaan yang masih ada diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
  • 13. BAB XIII ATRIBUT Pasal 25 IpeKB Indonesia mempunyai atribut khusus yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 (1) Ketentuan yang belum tercantum dalam Anggaran Dasar ini selanjutnya akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. (2) Anggaran Dasar ini berlaku sejak ditetapkan dan disahkan oleh Musyawarah Nasional (Munas)
  • 14. ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA (IPeKB) INDONESIA BAB I ATRIBUT Pasal 1 (1) Lambang organisasi IPeKB Indonesia adalah segi lima warna biru muda yang didalamnya terdapat gambar keluarga dengan dua anak dan 8 pilar berwarna biru tua yang menggambarkan 8 fungsi keluarga, ikatan pita berwarna kuning emas bertuliskan IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA INDONESIA, dan bertulis akronim: IPeKB INDONESIA serta berpondasi tiga tangga berwarna biru tua. (2) Bendera organisasi IPeKB Indonesia dasar berwarna biru muda bergambar lambang pada ayat (1) (3) Logo organisasi IPeKB Indonesia berbentuk lingkaran yang didalamnya terdapat gambar keluarga dengan dua anak, yang berwarna biru tua dikelilingi tulisan Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana Indonesia. (4) Lencana IPeKB Indonesia dengan ukuran sesuai dengan lambang IPeKB Indonesia pada ayat (1) (5) Kop surat berisi lambang organisasi, nama organisasi, alamat, nomor telepon, dan alamat email, sesuai dengan tata naskah yang ditetapkan pada Peraturan Organisasi (PO) (6) Stempel berbentuk lingkaran, berisi logo IPeKB Indonesia dengan tinta biru. (7) Kartu anggota berisi logo, identitas anggota dan barcode tandatangan ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) IPeKB Indonesia, serta berlaku sepanjang yang bersangkutan masih menjadi anggota organisasi. (8) Desain ukuran, warna, bentuk dan isi kartu anggota dibuat seragam oleh DPP IPeKB Indonesia, dan dicetak oleh Dewan Pengurus Pusat IPeKB Indonesia.
  • 15. (9) IPeKB Indonesia memiliki seragam organisasi. (10) IPeKB Indonesia memiliki Mars dan Hymne organisasi. (11) Tatakelola Lambang, Bendera, Logo, Lencana, Kop Surat, Stempel, Kartu Anggota, Seragam, Mars dan Hymne serta atribut lainnya diatur dalam Peraturan Organisasi. (12) Logo, Mars, Hymne, Seragam dan Atribut lain dapat dilakukan perubahan. (13) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (12) diamanatkan pada pengurus DPP IPeKB Indonesia hasil Munas. BAB II KEANGGOTAAN Pasal 2 (1) Syarat menjadi anggota IPeKB Indonesia adalah Penyuluh Keluarga Berencana (Penyuluh KB) dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) (2) Tata aturan terkait dengan keanggotaan akan diatur dalam Peraturan Organisasi Pasal 3 Status keanggotaan seseorang sebagai anggota berhenti tetap apabila: a. Pensiun; b. Meninggal dunia; c. Mutasi jabatan selain Jabatan Fungsional Penyuluh KB dan PLKB; d. Dibatalkan oleh DPP atas rekomendasi Dewan Etik. Pasal 4 Status keanggotaan seseorang diberhentikan sementara jika melakukan pelanggaran sesuai dengan Kode etik dan kode perilaku Penyuluh KB dan PLKB. Pasal 5 Pemulihan status keanggotaan yang diberhentikan sementara dilakukan atas rekomendasi Dewan Etik.
  • 16. BAB III KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA Pasal 6 Kewajiban anggota adalah: a. Aktif mengikuti setiap kegiatan organisasi; b. Melaksanakan profesi dengan baik dan sungguh-sungguh; c. Menjaga dan taat kepada kode etik dan kode perilaku Penyuluh KB dan PLKB; d. Membayar iuran anggota yang ditetapkan organisasi; e. Menggunakan atribut pada saat kegiatan Organisasi. Pasal 7 (1) Hak anggota biasa adalah: a. Memilih dan dipilih menjadi pengurus; b. Mendapatkan kesempatan pengembangan kompetensi; c. Mendapatkan manfaat dari kegiatan usaha organisasi; d. Mendapatkan fasilitasi layanan pendampingan dalam urusan kepegawaian di instansi pembina; e. Mendapatkan hak pemulihan keanggotaan sesuai mekanisme organisasi. (2) Hak anggota luar biasa adalah: a. Mendapatkan kesempatan pengembangan kompetensi; b. Mendapatkan manfaat dari kegiatan usaha organisasi; c. Mendapatkan fasilitasi layanan pendampingan dalam urusan kepegawaian di instansi pembina; d. Mendapatkan hak pemulihan keanggotaan sesuai mekanisme organisasi BAB IV HUBUNGAN TATA KERJA Pasal 8 (1) Hubungan tata kerja organisasi meliputi Koordinasi dan konsultasi antar Dewan Pengurus Cabang (DPC) Dewan Pengurus Daerah (DPD) dan Dewan Pengurus Pusat (DPP) dilakukan secara berjenjang dan beretika.
  • 17. (2) DPP, DPD dan DPC dapat melakukan hubungan konsultasi dan koordinasi dengan Instansi Pembina. (3) DPP, DPD dan DPC dapat melakukan kemitraan dengan pihak lain, yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Organisasi. Pasal 9 Bagan struktur organisasi tertuang dalam lampiran Anggaran Rumah Tangga (ART ) BAB V KEPENGURUSAN Pasal 10 Syarat menjadi pengurus adalah: a. Anggota yang diusulkan, dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda) dan Musyawarah Cabang (Muscab); b. Bertanggung jawab, jujur, memiliki loyalitas yang tinggi, dan bersedia bekerja secara Tim; c. Memiliki kompetensi dan integritas dalam mengelola organisasi; d. Mendedikasikan tenaga, waktu dan pikiran untuk kemajuan Organisasi ; e. Masa kepengurusan DPP, DPD dan DPC bagi pengurus inti minimal sama dengan sisa masa kerja sebagai penyuluh KB/PLKB; f. Tidak sedang melanggar kode etik Profesi dan Kode Perilaku Penyuluh KB dan PLKB dan/atau tidak sedang bermasalah dengan hukum. g. Tidak pernah mengundurkan diri dari Pengurus inti dan Pengurus Harian DPP. DPD dan DPC. Pasal 11 Tugas Pengurus adalah sebagai berikut: a. Menyelenggarakan Munas, Musda dan Muscab, b. Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan oleh Munas bagi Pengurus DPP, Musda bagi Pengurus DPD dan Muscab bagi Pengurus DPC. c. Menyampaikan laporan kegiatan secara berjenjang setiap 1 (satu) tahun sekali,
  • 18. d. Menggali potensi sumber daya yang sah untuk optimalisasi pencapaian program kerja, e. Memperjuangkan aspirasi dan kesejahteraan anggota, f. Membantu peningkatan kompetensi dan profesionalisme anggota, g. Melakukan kemitraan untuk penguatan organisasi. Pasal 12 Pengurus inti (Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum) berhalangan tetap/berhenti dari jabatannya, apabila: a. Meninggal dunia; b. Mengundurkan diri; c. Beralih status dari Jabatan Fungsional Penyuluh KB/PLKB ke jabatan struktural atau jabatan fungsional lainnya; d. Merangkap jabatan sebagai pengurus inti (dalam jabatan yang sama) di organisasi IPeKB Indonesia pada tingkatan DPD atau DPC; e. Merangkap jabatan sebagai pengurus di organisasi IPeKB Indonesia pada tingkatan yang berbeda untuk DPP; f. Melakukan pelanggaran hukum yang telah diputuskan oleh pengadilan tingkat I dan pelanggaran kode etik dan perilaku Penyuluh KB dan PLKB yang telah diputuskan oleh Dewan Etik. Pasal 13 (1) Apabila Ketua Umum berhalangan tetap dengan sisa masa jabatan kurang dari satu tahun maka tugas Ketua Umum dilaksanakan oleh Sekretaris Umum dan Bendahara Umum sampai masa jabatan berakhir, dan apabila sisa masa jabatan lebih dari satu tahun maka dilaksanakan Musyawarah Luar Biasa. (2) Apabila Ketua Umum dan Sekretaris Umum berhalangan tetap dengan sisa masa jabatan kurang dari satu tahun maka tugas Ketua Umum dan Sekretaris Umum dilaksanakan oleh Bendahara Umum sampai masa jabatan berakhir dan apabila sisa masa jabatan lebih dari satu tahun maka dilaksanakan Musyawarah Luar Biasa.
  • 19. (3) Apabila Sekretaris Umum dan Bendahara Umum berhalangan tetap maka jabatannya dilaksanakan sementara oleh anggota/pengurus lainnya yang dipilih melalui Rapat Pengurus. (4) Apabila pengurus berhalangan tetap maka jabatannya diisi oleh anggota yang ditetapkan melalui rapat pengurus BAB VI STRUKTUR KEPENGURUSAN Pasal 14 Struktur Pengurus (1) Struktur Pengurus Pusat meliputi: Dewan Pengurus, Dewan Pembina, Dewan Etik, Dewan Pakar dan Dewan Pengawas. (2) Struktur Pengurus Daerah meliputi: Dewan Pengurus, Dewan Pembina dan Dewan Etik. (3) Struktur Pengurus Cabang meliputi: Dewan Pengurus dan Dewan Pembina. Pasal 15 Kelengkapan Pengurus (1) Dewan Pengurus sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) meliputi Pengurus Inti, Pengurus Teras dan Pengurus Harian. (2) Dewan Pembina sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) adalah instansi pembina. (3) Dewan Etik sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) berjumlah ganjil meliputi Ketua dan Anggota, yang ketentuannya akan diatur melalui Kode Etik dan Kode Perilaku Penyuluh KB dan PLKB. (4) Dewan Pakar dan Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) meliputi Ketua dan Anggota, yang ketentuannya akan diatur melalui Peraturan Organisasi.
  • 20. Pasal 16 DPD dan DPC sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (2) dan pasal 14 ayat (3) yaitu Pengurus Inti (terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum), Bidang, Seksi dan Unit Pelaksana Teknis. Pasal 17 (1) Pengurus Inti sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (1) terdiri dari: Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum. (2) Pengurus Teras sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (1) terdiri dari pengurus inti ditambah Wakil Ketua, Wakil Sekretaris dan Wakil Bendahara . (3) Pengurus Harian sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (1) terdiri dari Pengurus Teras ditambah Departemen dan Bidang. (4) Kelengkapan Dewan Pengurus Pusat IPeKB Indonesia meliputi a. Departemen Organisasi dan Kepengurusan: 1) Bidang Pembinaan dan Penguatan Organisasi; 2) Bidang Pemantauan, Evaluasi dan Pengawasan Internal Organisasi ; b. Departemen Kompetensi dan Kesejahteraan: 1) Bidang Pengembangan Kompetensi; 2) Bidang Koperasi, Pameran dan Peningkatan Kesejahteraan; c. Departemen Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat: 1) Bidang Kerjasama, Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat; 2) Bidang Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak ; d. Departemen advokasi dan Bantuan Hukum: 1) Bidang penggerakan dan advokasi; 2) Bidang Bantuan Hukum; e. Departemen Humas, Media dan KIE: 1) Bidang Humas dan Publikasi; 2) Bidang Media dan KIE; f. Departemen Riset dan teknologi: 1) Bidang Penelitian dan pengembangan program; 2) Bidang Pendidikan dan Pelatihan. g. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
  • 21. (5) Kelengkapan Dewan Pengurus Daerah IPeKB Indonesia: a. Bidang Organisasi dan Kepengurusan: 1) Seksi Pembinaan dan penguatan organisasi; 2) Seksi Pemantauan, Evaluasi dan pengawasan internal organisasi b. Bidang Kompetensi dan kesejahteraan: 1) Seksi pengembangan kompetensi; 2) Seksi koperasi, pameran dan peningkatan kesejahteraan; c. Bidang Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat: 1) Seksi Kerjasama, Kemitraan dan pengabdian masyarakat; 2) Seksi Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak; d. Bidang advokasi dan Bantuan Hukum: 1) Seksi penggerakan dan advokasi; 2) Seksi Bantuan Hukum; e. Bidang Humas, Media dan KIE: 1) Seksi Humas dan Publikasi; 2) Seksi Media dan KIE; f. Bidang Riset dan teknologi: 1) Seksi Penelitian dan pengembangan program 2) Seksi Pendidikan dan Pelatihan g. Unit Pelaksana Teknis (UPT) (6) Kelengkapan Dewan Pengurus Cabang (DPC) IPeKB Indonesia meliputi: a. Bidang Organisasi dan Kepengurusan: 1) Seksi Pembinaan dan penguatan organisasi; 2) Seksi Evaluasi internal organisasi; b. Bidang Kompetensi dan kesejahteraan: 1) Seksi Pengembangan kompetensi; 2) Seksi Koperasi, Pameran dan Peningkatan kesejahteraan; c. Bidang Kemitraan dan Pengabdian Masyarakat: 1) Seksi Kerjasama, Kemitraan dan pengabdian masyarakat; 2) Seksi Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak ; d. Bidang advokasi dan Bantuan Hukum: 1) Seksi Penggerakan dan advokasi; 2) Seksi Bantuan Hukum;
  • 22. e. Bidang Humas, Media dan KIE: 1) Seksi Humas dan Publikasi; 2) Seksi Media dan KIE; f. Unit Pelaksana Teknis (UPT) (7) Kelengkapan struktur DPD dan DPC disesuaikan dengan kondisi daerah. (8) Struktur Organisasi DPD dan DPC dapat mengacu pada contoh terlampir. BAB VII DEWAN PEMBINA, DEWAN PAKAR, DEWAN ETIK DAN DEWAN PENGAWAS Pasal 18 Dewan Pembina (1) Dewan Pembina berada pada setiap tingkatan wilayah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota) (2) Dewan Pembina sebagaimana dimaksud pada pasal 18 ayat (1) untuk struktur pengurus pusat adalah instansi Pembina tingkat pusat, daerah adalah Instansi Pembina tingkat provinsi, dan untuk struktur pengurus cabang adalah instansi pengguna tingkat kabupaten/kota. (3) Tugas Dewan Pembina adalah: a. Memberi masukan kepada pengurus dalam pengelolaan organisasi, b. Memberi dukungan dan fasilitasi kepada pengurus untuk kemajuan organisasi, c. Mengkoordinasikan program organisasi dengan pemangku kepentingan dan mitra. Pasal 19 Dewan Pakar (1) Dewan Pakar berkedudukan di Pusat; (2) Susunan Dewan Pakar terdiri dari Ketua dan anggota; (3) Syarat untuk menjadi Dewan Pakar adalah: a. Menunjukkan kepedulian dan peran serta dalam program Pembangunan Keluarga, kependudukan dan Keluarga Berencana; b. Memiliki kompetensi yang berkaitan dengan program Pembangunan Keluarga, kependudukan dan Keluarga Berencana;
  • 23. c. Memiliki pengalaman dalam pengelolaan Program Pembangunan Keluarga, kependudukan dan Keluarga Berencana. (4) Tugas Dewan Pakar adalah: a. Memberi masukan kepada pengurus dalam pengembangan organisasi; b. Melakukan analisa, kajian dan perumusan kebijakan-kebijakan strategis program organisasi; c. Memberikan asistensi dalam pelaksanaan program kerja organisasi; Pasal 20 Dewan Etik Tata aturan Dewan Etik diatur dalam Kode Etik dan Kode Perilaku Penyuluh KB dan PLKB. Pasal 21 Dewan Pengawas (1) Dewan Pengawas berkedudukan di pusat. (2) Susunan Dewan Pengawas terdiri dari Ketua dan Anggota. (3) Syarat untuk menjadi Dewan Pengawas adalah: a. Menunjukan kepedulian dan peran serta dalam Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana. b. Memiliki kompetensi yang berkaitan dengan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana. c. Memiliki pengalaman dalam pengelolaan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana. (4) Tugas Dewan Pengawas adalah: a. Bertindak atas nama Dewan Pengawas, b. Menjalankan tugas pengawasan organisasi, kebijakan dan administratif organisasi, c. Membantu kepengurusan dalam kapasitasnya sebagai pengawas untuk mempererat hubungan organisasi antar pengurus dan anggota, dengan regulator dan juga hubungan antar lembaga,
  • 24. BAB IX MUSYAWARAH DAN RAPAT Pasal 22 (1) Musyawarah terdiri dari Musyawarah Umum dan Musyawarah Luar Biasa. (2) Musyawarah umum dilakukan pada akhir masa jabatan kepengurusan, sekaligus memilih dan menetapkan pengurus yang baru. (3) Musyawarah Umum untuk Tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota selanjutnya disebut Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda) dan Musyawarah Cabang (Muscab) (4) Pelaksanaan Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) dilaksanakan oleh pengurus di setiap tingkatan. (5) Musyawarah disetiap tingkatan sah dilaksanakan, apabila dihadiri oleh sekurang- kurangnya 2/3 utusan peserta. (6) Musyawarah Luar Biasa dilaksanakan apabila ada hal-hal yang mendesak untuk diselesaikan menyangkut kepentingan organisasi dan dihadiri oleh sekurang- kurangnya 2/3 utusan peserta. (7) Hak suara dalam Musyawarah Nasional adalah utusan dari unsur Pengurus Pusat, unsur Pengurus Daerah dan khusus unsur Pengurus Cabang adalah sebesar dua puluh persen dari jumlah Dewan Pengurus Cabang (DPC) dalam provinsi yang bersangkutan dan membawa surat mandat dari DPD. (8) Hak suara dalam Musyawarah Daerah adalah utusan dari unsur pengurus DPD dan pengurus inti DPC. (9) Hak suara dalam Musyawarah Cabang adalah dari unsur pengurus DPC dan seluruh anggota. (10) Mengenai hak suara dari utusan unsur pengurus selanjutnya diatur dalam Peraturan Organisasi. Pasal 23 (1) Musyawarah Kerja IPeKB Indonesia dilaksanakan minimal 2 (dua) tahun sekali, guna membahas evaluasi dan perencanaan program. (2) Musyawarah Kerja untuk tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota selanjutnya disebut Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas), Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) dan Musyawarah Kerja Cabang (Mukercab)
  • 25. (3) Peserta Mukernas adalah DPP, utusan DPD, utusan DPC dan undangan. (4) Peserta Mukerda adalah DPD, utusan DPC dan undangan. (5) Peserta Mukercab adalah DPC, Anggota dan undangan. (6) Undangan musyawarah kerja adalah mitra kerja, Dewan Pembina, Dewan Pakar, Pengurus Purnabakti, dan Pemerintah. Pasal 24 (1) Rapat Kerja terdiri dari: a. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dihadiri oleh DPP dan undangan, dilaksanakan minimal 1 ( satu ) tahun sekali. b. Rapat Kerja Daerah (Rakerda) dihadiri DPD dan undangan, dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali. c. Rapat Kerja Cabang (Rakercab) dihadiri oleh DPC dan undangan, dilaksanakan minimal 1 (satu) tahun sekali. (2) Rapat Koordinasi adalah rapat yang dihadiri oleh unsur Pimpinan Pengurus, Dewan Pembina dan Dewan Pakar dilaksanakan minimal 6 (enam) bulan sekali. (3) Rapat Pimpinan adalah rapat yang dihadiri oleh Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum di Pusat, Daerah dan Cabang, dilaksanakan minimal 3 (tiga) bulan sekali. (4) Rapat Konsultasi adalah rapat yang diselenggarakan oleh Cabang/ Daerah yang dihadiri oleh pengurus setingkat di atasnya. BAB X PRODUK HUKUM Pasal 25 Produk Hukum Organisasi meliputi: a. Peraturan Organisasi (PO) merupakan pedoman dasar yang mengatur urusan organisasi dalam bidang-bidang tertentu sebagai acuan dalam menjalankan roda organisasi. b. Surat Keputusan Pengurus merupakan dasar yang mengikat untuk melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban dan hak pengurus dalam menjalankan organisasi.
  • 26. c. Surat Edaran Pengurus merupakan pemberitahuan dari pengurus yang mendasari anggota berpartisipasi aktif dalam memajukan organisasi. d. Surat Perintah Tugas merupakan penugasan dari pimpinan organisasi kepada pengurus/anggota untuk melaksanakan tugas organisasi. e. Surat Peringatan merupakan teguran/peringatan yang ditujukan kepada seseorang/lembaga/anggota untuk diketahui bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindakan/ sikap yang merugikan kepentingan organisasi. f. Surat Pemberhentian dan atau pembatalan anggota merupakan tindakan pengurus setelah surat peringatan tidak mendapat respon yang cukup. Pasal 26 (1) Susunan Dewan Pengurus Pusat ditetapkan dan disahkan oleh Ketua dan Sekretaris. (2) Dewan Pengurus Pusat dilantik dan dikukuhkan oleh Kepala BKKBN. (3) Susunan Dewan Pengurus Daerah ditetapkan dan disahkan dengan Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat. (4) Dewan Pengurus Daerah dilantik oleh Dewan Pengurus Pusat dan dikukuhkan oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi. (5) Susunan Dewan Pengurus Cabang ditetapkan dan disahkan dengan Surat Keputusan Dewan Pengurus Daerah. (6) Dewan Pengurus Cabang dilantik oleh Dewan Pengurus Daerah dan dikukuhkan oleh Pejabat Daerah di tingkat Kabupaten/ Kota. (7) Apabila Dewan Pengurus Cabang sudah terbentuk, sementara Dewan Pengurus Daerah belum terbentuk atau tak dapat menjalankan tugas maka susunan pengurus ditetapkan dan disahkan dengan Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat. Pasal 27 Sistem administrasi organisasi ditetapkan melalui rapat kerja pengurus.
  • 27. BAB XI TATA TERTIB PEMILIHAN Pasal 28 (1) Pemilihan Pengurus Inti (Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum) dilakukan melalui penetapan bakal calon dan pemilihan calon tetap. (2) Penetapan bakal calon Pengurus Inti dilakukan dengan cara setiap utusan daerah/cabang mengajukan paling banyak 3 (tiga) nama bakal calon Ketua Umum, 3 (tiga) nama bakal calon Sekretaris Umum dan 3 (tiga) nama bakal calon Bendahara Umum. (3) Bakal calon Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum yang mendapat suara tertinggi 1 sampai 3 ditetapkan sebagai calon tetap. (4) Calon tetap Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum dipilih oleh setiap peserta sidang dan memiliki 1 (satu) hak suara (one man one vote), dan setiap peninjau hanya memiliki hak bicara. (5) Calon Ketua Umum, calon Sekretaris Umum dan calon Bendahara Umum yang mendapatkan suara terbanyak ditetapkan sebagai Ketua Umum terpilih, Sekretaris Umum terpilih dan Bendahara Umum terpilih. Pasal 29 (1) Penyusunan kepengurusan dilakukan oleh Ketua Umum terpilih, Sekretaris Umum terpilih dan Bendahara Umum terpilih bersama Tim Formatur. (2) Tim Formatur terdiri dari Pengurus Inti terpilih dan beberapa Utusan Daerah. (3) Jumlah anggota formatur dari utusan daerah/utusan cabang dan cara pemilihannya ditetapkan oleh Majelis Sidang. (4) Tugas Tim Formatur adalah: a. Membentuk kelengkapan susunan pengurus; b. Mengusulkan anggota Dewan Pakar dan Dewan Pengawas; c. Menindaklanjuti agar kepengurusan mendapat surat keputusan, pelantikan dan pengukuhan sebagaimana diatur dalam pasal 28; d. Kepengurusan memperhatikan kemampuan kompetensi manajemen berorganisasi dan keterwakilan daerah geografis.
  • 28. BAB XII PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 30 (1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Nasional (Munas) atau Musyawarah Luar Biasa (Munaslub) (2) Musyawarah Nasional sah apabila dihadiri oleh 2/3 Pengurus Pusat, dan 2/3 utusan Pengurus Daerah. (3) Keputusan musyawarah dianggap sah apabila disetujui oleh ½+1 anggota yang hadir.