This microteaching material is about "Prayer." The definition of prayer, how to offer the prayer, how to be sure that our prayer would be heard to God.
1. Nama Lengkap : Grady P. Sinadia
Posisi yang dilamar : Guru Alkitab & Bahasa Inggris (Bible & English Teacher)
Peserta Didik : Kelas 7 - 9
Topik : Doa (Prayer)
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat mengerti apa definisi doa dan mengapa harus berdoa.
2. Siswa dapat mengetahui dan menjelaskan syarat-syarat tertentu agar Allah dapat
mendengar dan menjawab doa.
3. Siswa dapat menjelaskan kapan waktu yang tepat dan di mana tempat yang cocok
untuk berdoa.
2. The Privilege of Prayer
(Keistimewaan Doa)
Prepared by: Grady P. Sinadia, S.Fil
3. The Definition of Prayer
(Pengertian Doa)
Prayer is the opening of the heart to God as to a friend. (Doa adalah membuka hati
kepada Allah seperti kepada seorang sahabat)
Not that it is necessary in order to make known to God what we are, but in order to
enable us to receive Him. (Doa itu perlu bukan supaya Allah mengetahui keadaan
kita yang sebenarnya, melainkan untuk menyanggupkan kita untuk menerima Dia)
Prayer does not bring God down to us, but brings us up to Him. (Doa bukanlah
membawa Allah turun kepada kita, melainkan membawa kita naik kepada-Nya)
4. Why should we pray?
(Mengapa kita harus berdoa?)
Jesus Himself, while He dwelt among men, was often in prayer. Our Savior
identified Himself with our needs and weakness, in that He became a suppliant, a
petitioner, seeking from His Father fresh supplies of strength, that He might come
forth braced for duty and trial. He is our example in all things. He is a brother in our
infirmities, “in all points tempted like as we are;” but as the sinless one His nature
recoiled from evil; He endured struggles and torture of soul in a world of sin. His
humanity made prayer a necessity and a privilege. He found comfort and joy in
communion with His Father. And if the Savior of men, the Son of God, felt the need
of prayer, how much more should feeble, sinful mortals feel the necessity of
fervent, constant prayer.
5. Why should we pray?
(Mengapa kita harus berdoa?)
Yesus sendiri, ketika Dia berada di antara manusia, sering berdoa. Juruselamat kita
menyamakan Dirinya sendiri dengan keperluan dan kelemahan-kelemahan kita, dengan
demikian Dia menjadi seorang pemohon, mencari kekuatan dari Bapa-Nya, supaya Dia
dapat muncul dengan kekuatan menghadapi tugas dan pencobaan. Dialah teladan kita
di dalam segala sesuatu. Dialah seorang saudara di dalam kelemahan kita, “Ia telah
dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15), tetapi sebagai yang tidak berdosa,
sikap-Nya mual terhadap kejahatan; Dia menahan pergumulan-pergumulan dan siksaan
jiwa di dalam satu dunia yang penuh dosa. Sebab Dia dalam keadaan manusia, maka
doa merupakan keperluan yang penting. Dia memperoleh penghiburan dan
kegembiraan di dalam perhubungan dengan Bapa-Nya. Kalau Juruselamat manusia,
Anak Allah, merasakan perlunya doa itu, apalagi orang yang lemah, fana dan berdosa
lebih memerlukan doa yang tekun dan tetap.
6. The certain conditions so that God can hear and answer our
prayers. (Syarat-syarat tertentu agar Allah dapat mendengar dan
menjawab doa-doa kita)
1. We must feel that we need help from God. (Kita harus merasa bahwa kita
memerlukan pertolongan dari pada Allah.)
There are certain conditions upon which we may expect that God will hear and answer
our prayers. One of the first of these is that we feel our need of help from Him. God has
promised, “I will pour water upon him that is thirsty, and floods upon the dry ground.”
Isaiah 44:3. Those who hunger and thirst after righteousness, who long after God, may be
sure that they will be filled. The heart must be open to the Spirit’s influence, or God’s
blessing cannot be received. (Ada syarat-syarat tertentu oleh mana kita dapat
mengharapkan bahwa Allah akan mendengar dan menjawab doa-doa kita. Salah satunya
ialah merasa bahwa kita memerlukan pertolongan dari pada-Nya. Allah telah berjanji:
“Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat
yang kering” (Yesaya 44:3). Barangsiapa yang lapar dan haus akan kebenaran, yang rindu
kepada Tuhan, dapatlah merasa pasti bahwa mereka akan dikenyangkan. Hati haruslah
dibuka bagi pengaruh Roh Kudus, kalau tidak berkat Tuhan tidak akan diterima.)
7. The certain conditions so that God can hear and answer our
prayers. (Syarat-syarat tertentu agar Allah dapat mendengar dan
menjawab doa-doa kita)
2. We must have faith in God’s word. (Kita harus memiliki iman dalam firman
Tuhan)
Another element of prevailing prayer is faith. “But without faith it is impossible to
please him: He that cometh to God must believe that He is, and that He is a rewarder
of them that diligently seek Him.” Hebrews 11:6. Jesus said to His disciples, “What
things soever ye desire, when ye pray, believe that ye receive them, and ye shall have
them.” Mark 11:24. Do we take Him at His word? (Unsur lain supaya doa kita diterima
ialah iman. “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab
barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa
Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” Ibrani 11:6.
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Apa saja yang kamu minta dan doakan,
percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”
Markus 11:24. Percayakah kita kepada firman-Nya?
8. The certain conditions so that God can hear and answer our
prayers. (Syarat-syarat tertentu agar Allah dapat mendengar dan
menjawab doa-doa kita)
3. We should have a spirit of love and forgiveness in our own hearts. (Kita harus
mempunyai satu roh kasih dan pengampunan di dalam hari kita sendiri.)
When we come to ask mercy and blessing from God we should have a spirit of love
and forgiveness in our own hearts. How can we pray, “Forgive us our debts, as we forgive
our debtors,” and yet indulge an unforgiving spirit? Matthew 6:12. If we expect our own
prayers to be heard we must forgive others in the same manner and to the same extent as
we hope to be forgiven. (Apabila kita datang memohon kemurahan dan berkat dari Allah,
kita harus mempunyai satu roh kasih dan pengampunan di dalam hati kita sendiri.
Bagaimana kita dapat berdoa: “Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga
mengampuni orang yang bersalah kepada kami,” namun masih tetap tidak mau
mengampuni? (Matius 6:12). Jika kita mengharapkan doa kita didengar maka kita harus
mengampuni orang-orang lain dalam cara yang sama dan dalam ukuran yang sama
sebagaimana kita harapkan untuk diampuni.)
9. The certain conditions so that God can hear and answer our
prayers. (Syarat-syarat tertentu agar Allah dapat mendengar dan
menjawab doa-doa kita)
4. We must have perseverance in prayer.
Perseverance in prayer has been made a condition of receiving. We must pray
always if we would grow in faith and experience. We are to be “instant in prayer,” to
“continue in prayer, and watch in the same with thanksgiving.” Romans 12:12;
Colossians 4:2. Peter exhorts believers to be “sober, and watch unto prayer.” 1 Peter
4:7. Paul directs, “In everything by prayer and supplication with thanksgiving let your
requests be made known unto God.” Philippians 4:6. “But ye, beloved,” says Jude,
“praying in the Holy Ghost, keep yourselves in the love of God.” Jude 20, 21. Unceasing
prayer is the unbroken union of the soul with God, so that life from God flows into our
life; and from our life, purity and holiness flow back to God.
10. The certain conditions so that God can hear and answer our
prayers. (Syarat-syarat tertentu agar Allah dapat mendengar dan
menjawab doa-doa kita)
Kita harus memiliki ketekunan dalam berdoa.
Ketekunan dalam doa telah ditetapkan menjadi satu syarat keberterimaan. Kita harus
senantiasa berdoa jika ingin bertumbuh dalam iman dan pengalaman. Kita harus “bertekun
di dalam doa” dan berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” (Roma 12:12; Kolose 4:2).
Rasul Petrus mengingatkan orang-orang percaya supaya “Kuasailah dirimu dan jadilah
tenang, supaya kamu dapat berdoa.” (1 Petrus 4:7). Paulus langsung berkata: “Tetapi
nyatakanlah dalam segala keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur.” (Filipi 4:6). Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, tulis Yudas,
“bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh
Kudus.” (Yudas 20). Doa yang tiada berkeputusan adalah hubungan jiwa yang tetap dengan
Allah dengan demikian hidup itu mengalir dari Allah masuk ke dalam kehidupan kita, dan
dari kehidupan kita mengalir kembali kesucian dan kemurnian kepada Allah.
11. The right time and the right place to pray.
(Waktu dan tempat yang tepat untuk berdoa)
There is no time or place in which it is inappropriate to offer up a petition to God. There
is nothing that can prevent us from lifting up our hearts in the spirit of earnest prayer. In
the crowds of the street, in the midst of a business engagement, we may send up a
petition to God and plead for divine guidance, as did Nehemiah when he made his
request before King Artaxerxes. A closet of communion may be found wherever we are.
We should have the door of the heart open continually and our invitation going up that
Jesus may come and abide as a heavenly guest in the soul.
Although there may be a tainted, corrupted atmosphere around us, we need not
breathe its miasma, but may live in the pure air of heaven. We may close every door to
impure imaginings and unholy thoughts by lifting the soul into the presence of God
through sincere prayer. Those whose hearts are open to receive the support and
blessing of God will walk in a holier atmosphere than that of earth and will have
constant communion with heaven.
12. The right time and the right place to pray.
(Waktu dan tempat yang tepat untuk berdoa)
Tiada tempat dan waktu yang tidak cocok untuk menghadapkan satu permohonan kepada Allah.
Tiada sesuatu yang dapat mencegah kita dari mengangkat hati kita di dalam doa yang sungguh-
sungguh. Di jalan-jalan yang ramai, di tengah segala kesibukan bisnis, kita dapat melayangkan
sebuah permohonan kepada Allah, memohon bimbingan Ilahi seperti yang telah dilakukan
Nehemia ketika dia mengadakan permohonan di hadapan raja Arthasasta. Satu hubungan yang
intim dapat diadakan di manapun kita berada. Kita harus mempunyai hati yang senantiasa terbuka
oleh doa yang selalu dilayangkan supaya Yesus dapat datang dan tinggal sebagai tamu surga di
dalam jiwa.
Meskipun suasana di sekeliling kita kotor dan korup, kita tidak perlu menapaskan suasana udara
yang buruk semacam itu, melainkan kita boleh hidup di dalam suasana udara surge yang bersih.
Kita dapat menutup pintu bagi angan-angan hati serta pikiran yang kotor dengan jalan
mengangkat jiwa ke hadirat Allah melalui doa yang sungguh. Orang-orang yang hatinya terbuka
menerima bantuan berkat Allah akan berjalan dalam suasana yang lebih kudus daripada suasana
dunia ini, serta akan mempunyai hubungan yang tetap dengan surga.
13. Conclusion (Kesimpulan)
Bring all your wants, your joys, your sorrows, your cares, and your fears before God. You
cannot burden Him; you cannot weary Him. He who numbers the hairs of your head is
not indifferent to the wants of His children. “The Lord is very pitiful, and of tender
mercy.” James 5:11. His heart of love is touched by our sorrows and even by our
utterances of them. Take to Him everything that perplexes the mind. Nothing is too
great for Him to bear, for He holds up worlds, He rules over all the affairs of the
universe. Nothing that in any way concerns our peace is too small for Him to notice.
There is no chapter in our experience too dark for Him to read; there is no perplexity
too difficult for Him to unravel. No calamity can befall the least of His children, no
anxiety harass the soul, no joy cheer, no sincere prayer escape the lips, of which our
heavenly Father is unobservant, or in which He takes no immediate interest. “He healeth
the broken in heart, and bindeth up their wounds.” Psalm 147:3. The relations between
God and each soul are as distinct and full as though there were not another soul upon
the earth to share His watchcare, not another soul for whom He gave His beloved Son.
14. Conclusion (Kesimpulan)
Bawalah segala kekuranganmu, kegembiraanmu, dukacitamu, keluh kesahmu, dan ketakutanmu ke
hadapan Allah. Engkau tidak dapat membebani Dia; engkau tidak dapat membuat Dia letih. Dia
yang menghitung jumlah rambut di kepalamu tidaklah bersikap masa bodoh terhadap keperluan-
keperluan anak-anak-Nya. “Karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.” (Yakobus
5:11). Hati-Nya yang penuh kasih terjamah oleh dukacita kita, bahkan terhadap ucapan kita
mengenai hal itu. Bawalah pada-Nya segala sesuatu yang memberatkan pikiran. Tiada yang terlalu
besar untuk ditanggung-Nya, karena Dia yang memerintah semesta alam. Tiada sesuatu pun yang
menyangkut kedamaian kita yang terlalu kecil untuk diperhatikan-Nya. Tiada satu bagian pun
dalam pengalaman kita yang terlalu gelap untuk dibaca-Nya; tiada kesukaran yang terlalu sulit
untuk diselesaikan-Nya. Tiada derita yang menimpa anak terkecil sekalipun dari anak-anak-Nya,
tiada kebimbangan yang menyusahkan jiwa, tiada kegembiraan yang menyenangkan, tiada doa
yang sungguh-sungguh diucapkan bibir, yang tidak diperhatikan Bapa semawi itu atau yang tidak
segera diperhatikan-Nya. Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka
mereka.” (Mazmur 147:3). Hubungan antara Allah dengan tiap-tiap jiwa adalah jelas dan sempurna
seolah-olah tidak ada lagi jiwa lain di dunia ini untuk menikmati penjagaan-Nya dan tiada jiwa lain
untuk mana Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal itu.