SlideShare a Scribd company logo
1 of 161
Download to read offline
ALIANSI PENGENDALIAN TEMBAKAU INDONESIA
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
PETA JALAN PENGENDALIAN PRODUK TEMBAKAU NDONESIA 
Perlindungan terhadap Keluarga, Generasi Muda dan Bangsa terhadap Ancaman 
Bahaya Rokok. 
Hak cipta ada pada tim editor 
@ Indonesian Tobacco Control Network 
Aliansi Pengendalian Tembakau Indonesia 
Alamat: 
Jalan benda IV No.25 kebayoran Baru Jakarta Selatan 
Telp: (021) 739318 
Tim Editor: 
Dr. Sudibyo Markus MBA, Dr. Kartono Mohamad, Dr. Prijo Sidipratomo Sp Rad, Mia Hanafiah, 
Dr. Widyastuti Soerojo MPH, Dr. Hakim Sarimuda Pohan Sp.OG., DR. Rohani Budi Prihatin, Dr. 
Alex Papilaya MPH, Dra. Tien Sapartinah, Drs. Abdillah Ahsan, Tulus Abadi S.H, 
Siti Masyitah S.E., MA., Deni Wahyu Kurniawan S.Th.I, 
M. Abdoel Malik R. 
ISBN No. 978-979-636-151-9 
Hak Terbit 
Penerbit: 
Muhammadiyah University Press 
Universitas Muhammadiyah Surakarta 
Kampus I Gd. I, 
Jalan A. Yani Tromol Pos I Pabelan 
Surakarta 
57102 
Telp. 0271 717417 
Fax 0271 715448 
ii
-- Sambutan-Sambutan -- 
Kata Pengantar 
Universitas Muhammadiyah Surakarta 
University Press 
Bismillahirrahmanirahiem 
Assalamu’alaikum wr. Wb. 
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), melalui UNIVERSITY PRESSnya 
bersyukur, dapat berkontribusi dalam Penerbitan Road Map atau Peta Jalan 
Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia ini, yang digagas oleh Aliansi Masyarakat 
Pengendalian Tembakau Indonesia. Keterlibatan UMS University Press tersebut, merupakan 
bagian dari tanggung jawab lembaga pendidikan tinggi dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, 
tidak saja dari sisi Pengabdian Masyarakat, tapi juga dalam tugas Pendidikan dan Penelitian, 
karena ternyata Road Map Pengendalian Produk Tembakau ini amat sarat dengan panggilan 
untuk mendidik masyarakat, serta meneliti lebih lanjut berbagai dampak negative dari 
konsumsi rokok. 
Sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tinggi milik Muhammadiyah, keterlibatan 
University Press UMS ini juga merupakan panggilan untuk berdakwah dan amar makruf 
nahi munkar, untuk selalu mengingatkan, agar masyarakat perokok selalu berusaha dan 
tak kenal menyerah untuk meninggalkan kegiatan buruk yang bersifat khobaa’itz atau 
merusak diri sendiri dan bunuh diri pelan-pelan tersebut. 
Terlebih lagi, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sebagai tindak lanjut dari Fatwa bahwa 
merokok hukumnya adalah haram, telah pula memerintahkan seluruh lembaga amal usaha 
Muhammadiyah, lembaga pendidikan sejak Bustanul Atfal atau Taman Kanak-Kanak hingga 
lembaga Pendidikan Tingginya, lembaga pelayanan kesehatan atau Rumah Sakit, lembaga 
pelayanan sosial berupa Panti Asuhan, bahkan forum-forum Musyawarah Muhammadiyah, 
untuk secara istiqomah pula, membebaskan diri dari asap rokok, maupun sponsor dan 
iklan rokok. Sekali lagi diperlukan sikap istiqomah, kesabaran, melalui upaya-upaya 
pendidikan, penyadaran, karena sungguh tidak mudah bagi para perokok untuk dengan 
serta merta menghentikan kebiasaan merokok yang adiktif tersebut. 
iii
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Kiranya kontribusi kecil University Press UMS dalam mencetak dan menerbitkan 
Road Map atau Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau ini, memberi manfaat kepada 
masyarakat luas . 
Semoga Allah swt meridloi dan memberkati segala ikhtiar dan amal usaha kemanusiaan 
iv 
kita bersama. Amien. 
Surakarta, 20 Juni 2013 
Universitas Muhammadiyah Surakarta 
Rektor 
Prof. Dr. Bambang Setiadji
KATA -- Sambutan-PENGANTAR 
Sambutan -- 
Koordinator Tim Penulisan Buku 
“Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia” 
Perlindungan terhadap Keluarga, Generasi Muda dan Bangsa 
Terhadap Ancaman Bahaya Rokok” 
v 
The Great Trinity 
All our knowledge bring us nearer to our ignorance 
all our ignorance bring us nearer to death 
but nearness to death no nearer to god 
where is the life we have lost in living 
where is the wisdom we have lost in information 
the cycles of heaven in twenty centuries 
bring us farther from god 
and nearer to the dust 
-T. S. Eliot 
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, perjalanan yang cukup panjang dalam upaya penulisan buku Road 
Map atau “Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia” yang kita 
rintis dalam pertemuan awal pada tanggal 8 November 2009, akhirnya dapat kita selesaikan, 
walau dalam waktu yang agak lebih lama dari waktu yang kita prakirakan. 
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Andrew Tani, CEO Andrew Tani & Co, 
yang telah bersedia memandu kita bersama dalam bagaimana menyusun satu road map 
dalam format yang baik, termasuk dalam mendorong pengembangan cohesiveness antar 
kita anggota jejaring pengendalian tembakau. 
“We are aligned now”, motto yang selalu beliau tekankan kepada kita bersama. Motto 
tersebut memang benar, tidak saja dalam arti pengembangan komitmen bersama kita dalam 
penyelesaian buku ini, tapi juga bahwa road map pengendalian produk tembakau ini 
memang akan “mempersatukan” semua pemangku kepentingan atau stake holders, untuk 
berangkat dari titik yang sama, menuju ke titik yang berbeda-beda, sasaran dan bidang 
garapan yang berbeda, dengan metode dan tehnik yang berbeda, tapi dengan tujuan yang 
sama, yakni menyelamatkan masyarakat dan bangsa Indonesia dari ancaman bahaya 
kehancuran akibat adiksi tembakau. 
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Nina Sardjunani, Deputi Meneg 
PPN Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan; Bapak Prof. Dr. Tjandra Yoga 
Aditama, Dirjen P2PL Kemenkes RI dan Bapak Dr. Emil Agustiono, Deputy Menko Kesra 
Bidang Kesehatan dan Kependudukan beserta jajarannya masing-masing, yang telah 
memberikan dukungan, dorongan serta bantuan bagi terselesaikan penulisan buku ini. 
Tentu ucapan terima kasih kami tujukan kepada semua teman yang mewakili seluruh 
anggota Jejaring Pengendalian Tembakau Indonesia (Indonesian Tobacco Control Network), 
yang yelah membuktikan komitmen serta kontribusinya dari awal hingga diselesaikannya 
penulisan buku ini.
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
vi 
Road Map untuk siapa? 
Pertanyaan pertama yang diajukan pada rapat awal rencana penulisan Road Map atau 
Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia di ruang rapat Pusat Dakwah 
Muhammadiyah, tanggal 14 Oktober 2010 adalah, “road map pengendalian tembakau di 
Indonesia ini nanti milik siapa?” 
Pertanyaan ini wajar, karena selama ini masyarakat Indonesia hanya mengenal satu 
road map yang terkait dengan industri hasil tembakau (IHT), yakni “Road Map 2007 – 
2020 Industri Hasil Tembakau dan Kebijakan Cukai”, yang jelas-jelas merupakan milik 
kalangan industri tembakau, yang jelas amat berfokus pada segala upaya keberhasilan bisnis 
rokok. 
Selama ini hanya isu kesehatan yang mengedepan dalam upaya pengendalian produk 
tembakau, yang didukung secara optimal oleh lembaga dan berbagai sumber daya kesehatan. 
Sementara berbagai isu lain yang terkait dengan tembakau, seperti cukai, perlindungan 
petani tembakau dan pekerja industri serta perlindungan masyarakat secara luas belum 
mengedepan secara proporsional, sehingga laju ekspansi industri tembakau yang berdampak 
pada peningkatan konsumsi rokok praktis sulit dikendalikan. 
Berbagai upaya pengendalian tembakau yang terkait dengan isu kesehatan, terutama 
dalam upaya melahirkan berbagai produk legal atau perundang-undangan dalam pengen-dalian 
produk tembakau, dengan Kementerian Kesehatan sebagai leading sektornya, selalu 
terhambat dan berbenturan dengan kepentingan isu-isu non kesehatan tersebut di atas. 
Setelah melalui diskusi mendalam, akhirnya peserta rapat yang merupakan wakil-wakil 
organisasi masyarakat sipil dan anggota Jaringan Pengendalian Tembakau Indonesia 
(Indonesian Tobaccop Control Network) beserta peserta perwakilan dari BAPPENAS, 
Kemenko Kesra RI dan Kemenkes RI tersebut menyepakati beberapa hal, yakni: 
Pertama, bahwa Road Map Pengendalian Tembakau di Indonesia adalah milik semua 
stake holders atau pemangku kepentingan terhadap masalah pertembakauan, 
baik dari unsur pemerintah, kalangan pengusaha maupun masyarakat sipil. 
Kedua bahwa Road Map Pengendalian Tembakau di Indonesia merupakan (i) bahan 
komunikasi, informasi dan edukasi bagi masyarakat untuk memahami ancaman 
bahaya tembakau, sekaligus (ii) merupakan rujukan dalam mengembangkan 
kebijakan dan merancang program / rencana aksi dalam upaya pengendalian 
tembakau di Indonesia, serta (iii) merupakan rujukan dalam pengukuran ca-paian 
kinerja masing-masing pemangku kepentingan. 
Peran dan tanggung jawab masyarakat sipil 
Sesuai dengan pengertian masyarakat sipil sebagai “semua individu, organisasi, 
institusi yg berada di antara keluarga, negara dan pasar, dimana orang berhimpun secara 
sukarela/bebas untuk mengagendakan kepentingan bersama (Helmut K. Anheier, 2004, 
p.20), maka segenap anggota Jaringan Pengendalian Tembakau Indonesia, yang sadar akan 
kedaruratan ancaman bahaya tembakau di tanah air, berhimpun untuk mengagendakan 
kepentingan bersama, yakni melindungi masyarakat dan bangsa dari ancaman bahaya rokok.
-- Sambutan-Sambutan -- 
Di tahun 1970, ketika konsumen rokok di Indonesia “masih” berjumlah 30 milyar 
batang, masyarakat belum terlalu merasakan ancaman bahaya rokok tersebut. Sebagian 
orang masih menganggap bahwa merokok sekedar: kebiasaan belaka. Tapi kini di tahun 
2013, ketika konsumsi rokok telah mencapai 302 milyar batang pertahun untuk penduduk 
yang berjumlah 240 juta jiwa, maka kita baru terkejut akan tingkat kedaruratan ancaman 
bahaya rokok. Di setiap mulut penduduk Indonesia telah di”penuhi” dengan 1250 batang 
rokok per tahun termasuk bayi baru lahir telah tersedia rokok yang siap dihisap. 
Naudzubillah. Korban penyakit akibat rokok semakin banyak berjatuhan. Sementara hak 
warga negara untuk mendapatkan lingkungan hidup yang bersih dan sehat yang merupakan 
unsur penting dalam perlindungan HAM semakin diabaikan dan dilanggar. Karena dari 
mulai rumah tangga, angkutan umum dan berbagai fasilitas umum, bahkan sampai Bandara 
Internasional pun, semakin dicemari oleh asap rokok. 
Dampak di tingkat mikro, meso dan makro 
Sementara itu dampak yang ditimbulkan akibat kebiasaan merokok yang menghinggapi 
sebagian besar usia produktif bangsa ini, semakin mengkhawatirkan sejak ditingkat mikro, 
meso hingga makro. 
Di tingkat mikro berupa berbagai kerugian di bidang kesehatan dan kerugian ekonomis 
yang ditimbulkan untuk belanja rokok, yang menurut berbagai survey Badan Pusat Statistik, 
mengalahkan belanja untuk beras dan berbagai kebutuhan primer rumah tangga lain, 
terutama untuk pendidikan dan kesehatan. 
Ditingkat meso, kenyataan bahwa beberapa orang terkaya di Republik ini adalah 
pengusaha rokok, dengan mudah menggambarkan bagaimana para pengusaha rokok dengan 
mudah menyedot rupiah demi rupiah dari keluarga-keluarga miskin di Indonesia karena 
pengaruh adiktif atau ketagihan mereka terhadap nikotin tembakau. Kerugian sosial ekonomi 
di tingkat keluarga dan komunitas, pencemaran lingkungan yang merupakan pelanggaran 
terhadap hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat berakumulasi di tingkat 
yang lebih luas. 
Sedang di tingkat makro, perilaku yang timbul oleh adiktif terhadap nikotin tembakau, 
apalagi ketika perilaku adiktif ini juga merupakan gateway, membuka jalan dan 
kecenderungan menuju pemakaian narkoba, minuman keras dan akan berakhir dengan 
HIV/AIDS, benar-benar merupakan silent disaster yang telah dan akan terus sambung-sinambung 
memakan korban yang lebih dahsyat, bahkan dari tsunami Aceh sekalipun. 
Minimalnya kebijakan nasional dan peraturan perundang-undangan yang melindungi 
segenap bangsa dan masyarakat terhadap ancaman kedaruratan bahaya tembakau yang 
merupakan Amanat Konstitusi ini, telah mendorong kita, masyarakat sipil anggota Jejaring 
Pengendalian Tembakau Indonesia, untuk mengasosiakan kepentingan bersama kita, yakni 
mengupayakan perlindungan terhadap tak keberdayaan masyarakat korban adiktif nikotin 
tersebut, serta mencegah jatuhnya korban lebih banyak, terutama dari kalangan generasi 
muda. 
vii
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Insya Allah Buku Indonesian Tobacco Control Road Map atau “Peta Jalan 
Pengendalian Produk Tembakau Indonesia” ini, adalah jawaban awal kita dalam merespons 
kedaruratan tersebut, baik berupa kedaruratan ancaman berbagai gateways terhadap beberapa 
zat adiktif yang fatal tersebut, maupun berupa minimalisnya kebijakan dalam perlindungan 
masyarakat yang jelas-jelas diamanatkan oleh Konstitusi, termasuk terhadap tidak 
diratifikasi dan belum diaksesinya Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), 
yang telah menjadi kesepakatan global sejak tahun 2003 tersebut. 
Bangsa Indonesia yang merupakan negara demokratis terbesar ke empat di dunia ini, 
akan selalu merasa terganggu manakala sebagai bangsa bermartabat di berbagai forum 
Internasional, manakala kita abai dalam melindungi rakyatnya dari ancaman kedaruratan 
bahaya tembakau. 
Semoga Allah meridloi ikhtiar kemanusiaan kita bersama. Amien. 
Jakarta, 24 Juni 2013 
Koordinator Tim Penulisan Buku 
“Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia” 
Sudibyo Markus 
viii
-- Sambutan-Sambutan -- 
INDONESIAN TOBACCO CONTROL NETWORK 
(ITCN) 
Sekapur Sirih Jalan Pengendalian Tembakau 
Tembakau merupakan factor besar, kalau bukan terbesar, dalam kasus-kasus 
kematian yang dapat dicegah untuk beberapa jenis penyakit (Preventable Death), 
khususnya penyakit tidak menular .Adalah kenyataan bahwa angka kematian akibat penyakit 
tidak menular di Indonesia sudah mengungguli kematian akibat penyakit menular. Tembakau 
mengandung nikotin yang sangatadiktif, menimbulkan kecanduan yang sulitdihentikan, 
pada konsumennya. Dan rokok merupakan pengantar nikotin yang juga diikuti oleh berbagai 
racun kimia yang berpotensi kuat untuk merusak kesehatan. Prof. Charles Sampford, 
pakar etika dan hokum dari Universitas Griffith Australia, menyebut industry rokok sebagai 
Corrupt Corporate that Kill their Consumers (KKKK). 
Selain itu, upaya pengendalian rokok demi melindungi kesehatan masyarakat juga 
sering ditanggapi dingin oleh banyak pejabat dan politisi yang menganggap bahwa industry 
rokok adalah salah satu sumber investasi bagi negara. Di sisi lain masyarakat perokok 
sendiri tidak memahami bahwa pada hakikatnya mereka menjadi korban dari perilaku 
industry rokok yang telah menjerat mereka untuk menjadi kecanduan. 
Oleh karena itu perjuangan untuk membebaskan masyarakat dari bahaya asap rokok 
memerlukan stamina yang besardan kesiapan untuk berjuang dalam jangka waktu yang 
panjang. Apalagi kini tinggal Indonesia, Negara dengan penduduk besar dan jumlah perokok 
tertinggi ketiga, yang masih dianggap lunak oleh industry rokok internasional. Mereka 
tentu dengan segala daya akan mempertahankan keadaan itu karena di negara lain gerqak 
mereka sudah dan sangat dibatasi. Indonesia is the last bastion for tobacco industry. 
Tetapi betapapun juga kita harus tetap berupaya membebaskan rakyat Indonesia dari 
jeratan kecanduan nikotin dan bahaya asap rokok. Untuk itulah perlu dibuat suatu Peta 
Jalan yang dapat diikuti oleh semua penggiat pengendalian tembakau tentang arah kemana 
yang harus dituju. Peta Jalan ini bersifat terbuka, dapat diketahui oleh siapa saja, termasuk 
masyarakt umum sehingga mereka pun tahu apa sebenarnya yang kita lakukan. 
ix
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Kita dapat memahami bahwa kekuatan industry rokok sangatlah besar. Nyaris tidak 
terbatas. Mereka sudah bagaikan kartel candu atau kokain yang mempunyai uang dalam 
jumlah nyaris tidakterbatas, berkat menjual racun adiktif. Mereka dapat membeli apa saja 
atau membayar siapa saja demi untuk melanggengkan bisnisnya, tanpa peduli apakah hal 
itu berdampak buruk pada kesehatan dan kualitas generasi yang akan datang. 
x 
Jakarta, 17 Juni 2013 
dr. Kartono Muhammad 
Indonesian Tobacco Control Network (ITCN) 
JALAN BENDA IV NO 25 KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PHONE/FAX : (62-21) 7393181 
EMAIL : sekretariat@tcsc-indonesia.org
-- Sambutan-Sambutan -- 
SAMBUTAN 
KETUA UMUM KOMNAS PENGENDALIAN TEMBAKAU 
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas terbitnya “Road Map” atau Peta Jalan Pengendalian 
xi 
Produk Tembakau di Indonesia. 
Merokok telah menjadi wabah dari tahun ke tahun di Indonesia dan terus meluas dan 
meningkat dimasyarakat terutama dikalangan ekonomi lemah dan generasi muda. Epidemi 
merokok di Indonesia telah menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-3 jumlah perokok 
terbesar di dunia. Hasil Global Adult Tobacco Survey(GATS) 2011, kerjasama WHO dengan 
Kementerian Kesehatan RI menyebutkan Indonesia menempati peringkat pertama diantara 16 
negara yang disurvei dengan tingkat pevalensi perokok aktif tertinggi yaitu 67,4 persen untuk 
laki-laki dan 4,5 persen untuk perempuan, yang artinya, sekitar 36,1 persen atau 60 juta penduduk 
Indonesia adalah perokok aktif. Prevelensi perokok dikalangan remaja dan masyarakat miskin 
terus meningkat, pendapatan masyarakat miskin 20% mereka belanjakan untuk rokok dibanding 
untuk kesehatan dan pendidikan. 
Upaya pengendalian tembakau harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan diikuti 
dengan program dan tindakan nyata dari semua pihak. Program pengendalian tembakau harus 
diprioritaskan pada strategi pengembangan regulasi dengan mendorong diterbitkanya kebijakan 
pengendalian tembakau yang komprehensif sehingga dapat melindungi masyarakat dari ancaman 
jeratan adiksi rokok. 
“Road Map” atau Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia yang disusun 
bersama jejaringan pengendalian tembakau yang di MPKU PP. Muhammadiyah dapat dijadikan 
sebagai pedoman dalam penyusunan rencana, strategi program dan tindakan agar semua kegiatan 
dapat terarah dan bersinergi satu dengan yang lain sehingga tujuan pengendalian tembakau di 
Indonesia dapat cepat tercapai. 
Penghargaan dan ucapan selamat saya sampaikan kepada MPKU PP. Muhammadiyah 
dan Tim Penyusun serta pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi dan berperan aktif 
memberikan masukan dalam penyusunan Road Map ini. 
Saya berharap Road Map ini dapat bermanfaat dan menjadikan acuan bagi kita semua 
dalam upaya pengendalian tembakau di Indonesia untuk mencapai masyarakat Indonesia yang 
sehat dan sejahtera demi Indonesia yang lebih baik.
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan meridhoi perjuangan kita semua dalam 
melindungi masyarakat Indonesia terutama generasi muda dari dampak buruk bahaya merokok. 
xii 
Jakarta, 17 Juni 2013 
Komnas Pengendalian Tembakau 
Dr. Prijo Sidipratomo,Sp. Rad (K) 
Ketua Umum
-- Sambutan-Sambutan -- 
Indonesian Institute for Social Development 
KATA SAMBUTAN 
Indonesian Institute for Social Development (IISD) tertarik mengikuti dialog dalam 
masalah konsumsi tembakau dari segi social development atau pembangunan 
xiii 
sosialnya. 
Banyak para founding fathers Republik Indonesia yang berpengharapan, bahwa dalam 
kira-kira dua puluh tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan di tahun 1945, bangsa Idonesia 
akan dapat memasuki tahap-tahap awal kesejahteraaannya. Namun pembangunan yang 
terlalu bertumpu pada pembangunan politik, demikian juga pembangunan yang betumpu 
pada pembangunan ekonomi, ternyata tak sanggup mengantar bangsa Indonesia untuk 
mencapai taraf kesejahteraan yang diharapkan tersebut. 
Resolusi Sidang Umum PBB No. 1710 tentang Dasawarsa Pembangunan atau 
Development Decade menegaslan, bahwa “untuk dapat mencapai kemajuan sosial atau 
social advancement, Negara-negara di dunia harus minimal mampu mencapai pertumbuhan 
ekonomi sebesar 5%, sehingga Negara tersebut akan sanggup berkembang maju di atas 
dasar self sustaining growth atau di atas kekuatan sendiri. Jadi disamping kemajuan 
ekonomi, juga akan diikuti oleh kemajuan sosial. 
Namun untuk Indonesia, walau dalam banyak tahapan pembangunan, bahkan selama 
krisis moneter global sekalipun di tahun 1998, dimana Indonesia rata-rata masih sanggup 
mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5%. Namun kenapa kemajuan sosial, terutama 
pemerataan kesejahteraan di Indonesia tak kunjung tercapai. 
Gunar Myrdal dalam Asian Drama-nya jilid III mengatakan, bahwa “the movement of 
the whole social system upwards is what all of us in fact mean by development”, yakni 
bahwa “pembangunan harus diartikan sebagai kemajuan dan perbaikan seluruh sistem 
sosial”. 
Konsumsi rokok mencakup tiga dimensi kerugian, yakni (i) biaya nominal untuk 
membeli rokok, (ii) biaya untuk menanggulangi penyakit akibat rokok” dan (iii) penurunan 
tingkat produktivitas masyarakat karena pengaruh nikotin. Apalagi nikotin yang dikandung 
tembakau, yang semakin luas dikenal sebagai gateway drugs, memberikan efek ganda 
dengan berbagai zat adiktif lain seperti narkoba, alkohol, inhalan dan berbagai psikhotropika 
lain. Sehingga terjadilah efek domino sosial, ekonomi yang sacara kuat berpengaruh pada 
perilaku budaya dan sosial masyarakat.. Hal-hal tersebut di atas memberikan pengaruhnya
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
secara timbal balik, menurut Prof. Surjono Sukanto, baik di tingkat (i) keperangkatan atau 
infrastruktur sosial masyarakat, (ii) kepranataan sosial, dan (iii) perilaku dan norma sosial 
masyarakat. 
Sangat jelas, bahwa konsumsi rokok tidak saja memberikan efek merugikan di bidang 
ekonomi, tapi juga di bidang perilaku sosial masyarakat. 
Semoga penerbitan “Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia” ini 
membuat masyarakat dan bangsa Indonesia semakin cerdas, selalu belajar dari berbagai 
permasalahan yang timbul akibat rokok, baik di tingkat mikro, yakni di aras keluarga dan 
masyarakat, di tingkat meso, yakni di aras regional dan nasional, dan di tingkat makro , 
yakni di aras pembelajaran dari masyarakat dan bangsa-bangsa internasional. 
Semoga Buku ini mempersatukan seluruh pelaku dan pegiat pengendalian produk 
tembakau, baik dari instansi pemerintah, masyarakat sipil maupun dunia usaha yang 
compasionate atau “ramah lingkungan”. 
Jakarta, 17 Juni 2013 
Indonesian Institute for Social Development 
Pembina 
Tien Sapartinah 
xiv
-- Sambutan-Sambutan -- 
Sambutan 
Ketua Dewan Pembina 
People’s CAUCUS Against Addictives 
Bersatu Menghadapi Darurat Nasional Ancaman Zat Adiktif. 
Assalamu’alaikum Penerbitan w.w. Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau atau rokok yang diterbitkan 
oleh Aliansi Masyarakat Pengendalian Produk Tembakau Indonesia ini, sungguh 
tepat pada waktunya, ketika masyarakat Indonesia tiba-tiba tersentak, terbangun dan 
terbeliak mendapatkan konsumen dan korban zat adiktif rokok sudah demikian besar di 
Indonesia. 
Tujuh puluh juta konsumen atau prevalensi perokok di Indonesia adalah angka yang 
mencengangkan. Tahun tujuh puluhan, ketika konsumsi rokok “baru” mencapai 30 miliar 
batang, masyarakat kita begitu tenang –tenang dan belum merasa terusik. Pertama karena 
memang informasi tersebut tidak tersebar luas. Ke-dua merokok pada waktu itu dianggap 
kebiasaan sepele yang tak menganggu. Ke-tiga, karena pada waktu itu belum begitu banyak 
ruang publik yang terganggu oleh asap rokok, dan ke-empat karena masyarakat belum 
mengenal dampak negative rokok, bahwa rokok ternyata mengandung zat adiktif dan 
karsinogenik yang sangat berbahaya dan berakibat fatal, baik bagi perokok sendiri, maupun 
bagi lingkungan yang terpapar asap rokok.. 
People’s CAUCUS Against Addictives sebagai lembaga swadaya masyarakat yang sadar 
akan ancaman berbagai zat adiktif, dari semula menyadari bahwa rokok masuk dalam 
katagori gateway drug, yakni zat adiktif yang bilamana dikonsumsi oleh seseorang, akan 
cenderung membawa perokok tersebut mengkonsumsi zat adiktif lain yang semakin kuat. 
Kini gateway drugs yang terdiri atas tembakau, berbagai macam narkoba, minuman keras 
dan berbagai inhalants, telah ber-sinergi meracuni masyarakat, terutama generasi muda. 
Para pecandu gateway drugs tersebut tidak saja merusak dan menghancurkan diri mereka 
sendiri, tapi juga menebar teror di lingkungan. Bahkan dalam keseharian, mereka menebar 
teror di jalan raya, berupa kecelakaan lalu lintas yang menyasar warga masyarakat yang tak 
berdosa di pinggir jalan.. 
Namun kita tak boleh panik menghadapi teror zat adiktif yang sudah mencapai tahap 
darurat nasional tersebut. Terlebih ketika industri rokok tanpa pernah merasa bersalah, 
terus menebar teror mereka dengan mencari dan memprioritaskan generasi muda sebagai 
konsumen baru, untuk mengganti generasi tua yang akan dan telah surut kebelakang karena 
usia. Segenap lembaga swadaya masyarakat, bersama seluruh elemen masyarakat sipil atau 
civil society lainnya, berbagai kelompok profesi, wanita, generasi muda, rumah Sakit 
pemerintah dan swasta, perguruan tinggi, lembaga keagamaan, perlu mengkonsolidasikan 
kerjasama dan berjejaring di semua tingkatan masyarakat, dari tingkat lingkungan wilayah 
tempat tinggal atau RT / RW, Kelurahan, Kecamatan, sampai ke tingkat nasional. 
xv
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Kegiatan-kegiatan penyuluhan dan sosialisasi terhadap ancaman darurat nasional 
gateway drugs atau mata rantai zat adiktif ke seluruh komunitas, kita padukan dengan 
berbagai kegiatan advokasi kebijakan publik di jenjang-jenjang yang sama, harus secara 
berkesinambungan kita laksanakan secara sistematis dan terencana. 
Sementara itu, kita berharap, bahwa para pengambul keputusan di lingkungan 
legislative, judikatif dan eksekutif di tingkat pusat maupun daerah, hendaknya segera 
membuka mata dan menyadari terhadap tanggung jawab mereka dalam melindungi 
masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi. Jangan dibiarkan anak bangsa terus 
berlanjut menjadi korban industri zat adiktif dan membiarkan berbagai institusi Negara 
yang seharusnya berfungsi melindungi rakyat, justru berdamai dengan lobi industri yang 
secara legal dibiarkan untuk dengan sengaja menebar teror zat adiktif pembunuh tersebut. 
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melindungi bangsa kita, serta memberkati segenap 
ikhtiar betapa kecilpun, dalam “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah 
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan 
bangsa”, sebagaimana diamanatkan dalam Mukadimah Undang Undang Negara Kesatuan 
Republik Indonesia Tahun 1945. Amien. 
Jakarta, 13 Mei 2013 
People’s CAUCUS Aganst Addictives 
Drs. Marzuki Usman M.A. 
Ketua, Dewan Pembina 
xvi
-- Sambutan-Sambutan -- 
Jihad Melawan Rokok 
Bismillâhirahmânirahîm. 
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menyambut baik diterbitkannya Peta Jalan 
Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia, yang merupakan inisiatif dari aliansi 
beberapa LSM, tokok masyarakat serta pemangku-kepentingan yang sadar terhadap ancaman 
bahaya rokok. Road map ini insya Allah akan menjadi acuan atau rujukan yang penting 
bagi semua fihak yang berkepentingan, termasuk seluruh jajaran Muhammadiyah di seluruh 
tanah air, yang tertantang untuk turut mengambil bagian dalam pengendalian rokok. 
Posisi Muhammadiyah dalam hubungan dengan produk tembakau atau rokok sudah 
jelas, di mana sementara bagi sebagian umat Islam, hukum rokok adalah makrûh (dibenci), 
namun Muhammadiyah dan beberapa lembaga fatwa lainnya baik dalam maupun luar negeri 
sudah mengharamkannya. Muhammadiyah menilai bahwa merokok, apalagi sampai 
ketingkat kecanduan ketergantungan ketergantungan pada rokok merusak kesehatan dan 
menghilangkan nalar sehat. Segala hal yang merusak kesehatan dan nalar sehat jelas 
bertentangan dengan tujuan Syariah (Maqâashid Syarîah). Bahkan kesalehan sosial dari 
perokok juga hilang, karena asap rokok yang dihisapnya menganggu orang lain dan merusak 
bagi kesehatan umum. 
Di masa lalu, Muhammadiyah masih beranggapan, bahwa merokok itu makruh, karena 
data dan fakta tentang kandungan rokok dan bahayanya bagi kesehatan belum banyak 
diketahui. Kini setelah fakta tentang kandungan dan dampak bahaya rokok tersebar luas, 
maka Muhammadiyah memperbarui pandangan dan sikapnya terhadap rokok. Sehingga 
dalam Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor: 6/SM/ 
MTT/III/2010 tentang Hukum Merokok ditegaskan, bahwa merokok adalah haram. 
Selanjutnya Muhammadiyah juga meneguhkan sikapnya, untuk berpartisipasi aktif dalam 
upaya pengendalian tembakau, bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 
Fatwa Muhammadiyah tersebut menegaskan bahwa merokok hukumnya haram, karena: 
a. Merokok masuk katagori perbuatan khabâ’its atau merusak diri sendiri yang dilarang 
xvii 
Allah (Q.S. 7:157). 
b. Merokok mengandung unsur menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan, bahkan meru-pakan 
usaha bunuh diri secara perlahan (Q.S. 2:195 dan 4:29) 
c. Merokok membahayakan diri sendiri dan orang lain yang terkena paparan asap rokok.
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
d. Rokok mengandung zat adiktif dan unsur racun yang karsinogenik yang membahayakan 
xviii 
walau tidak seketika. 
e. Karena rokok membayakan diri sendiri dan orang lain, maka pembelanjaan untuk 
membeli rokok adalah perbuatan mubazir atau pemborosan yang dilarang Allah (Q.S. 
17:26-27). 
f. Merokok bertentangan dengan unsur-unsur syariah (maqâshid asy-syarîah) yaitu (i) 
perlindungan agama (hifzh ad-dîn), (ii) perlindungan jiwa / raga (hifzh an-nafs), (iii) 
perlindungan akal (hifzh al-‘aql), (iv) perlindungan keluarga (hifzh an-nasl), dan (v) 
perlindungan harta (hifzh al-mâl). 
Amar fatwa Muhammadiyah tentang rokok memperjelas posisi Muhammadiyah, bahwa 
Muhammadiyah akan bergerak bersama pemerintah dan segenap pemangku kepentingan 
lainnya untuk melindungi masyarakat, khususnya gerenasi muda, dari ancaman bahaya 
rokok yang semakin meluas mengancam anak bangsa ini. Muhammadiyah setuju dengan 
pandangan, bahwa bukan hanya narkoba yang sudah sampai ketingkat darurat nasional, 
tapi konsumsi rokok yang sudah mencapai 302 miliar batang per tahun, sungguh merupakan 
situasi darurat nasional. 
Anak bangsa ini harus diselamatkan dari keserakahan industri rokok, yang semakin 
ditekan di Negara maju, namun karena kelemahan kebijakan pengendalian di Indonesia, 
maka Indonesia dijadikan pengalihan pasar internasional mereka. 
Situasi darurat nasional terhadap ancaman bahaya rokok di Indonesia sekarang ini, 
mengingatkan kita kepada Perang Candu di Cina , yakni Perang Candu I (1839-1842) dan 
Perang Candi II (1856-1860), dimana Dinasti Qing berusaha menentang upaya Inggris, 
yang kemudian didukung Perancis, yang ingin menjadikan Cina sebagai pasar opium Eropa. 
Perang Candu merupakan agenda Inggris untuk menjadikan Cina tidak saja sebagai pasar 
opium, tapi sekaligus ingin memperlemah daya juang rakyat Cina. 
Situasi darurat nasional tembakau dan narkoba di Indonesia, walau secara fisik-substantive 
berbeda dengan apa yang terjadi di Cina pada abad ke XIX tersebut, tapi secara 
kasat mata terlihat ada upaya memperlemah dan merusak anak bangsa secara terencana 
dan sistematis melalui nikotin tembakau. Bilamana industri rokok yang rakus tersebut, 
dengan berbagai cara, berhasil dengan rencana mereka memasarkan rokok ke generasi 
muda bangsa, maka akan terjadi lost generation, generasi yang hilang. 
Belajar dari pengalaman Perang Candu tersebut, kini Cina yang justru merupakan 
penghasil tembakau sekaligus konsumen rokok terbesar di dunia, tanpa ragu meratifikasi 
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), karena Cina tak mau lagi terjebak 
dan kalah dalam “Perang Candu III”, kalah dalam perang melawan nikotin. Ternyata sikap 
tegas Cina dalam meratifikasi FCTC tersebut yang memang bertujuan melindungi 
masyarakat, tidak mempengaruhi industri dan pertanian tembakau di Cina. Kiranya bangsa 
Indonesia harus sadar terhadap ancaman sistematis pengalihan pasar nikotin dari Negara 
maju ke Indonesia tersebut. 
Kita berharap bahwa Road Map Pengendalian Produk Tembakau ini, sesuai dengan 
tujuan penyusunan dan penerbitannya, benar-benar akan berhasil memberikan sosialisasi
-- Sambutan-Sambutan -- 
dan edukasi kepada masyarakat akan ancaman bahaya rokok, dan selanjutnya mendorong 
bagi tumbuh kembang serta terkoordinasikan semua upaya pengendalian rokok di tanah 
air. 
Kita semua berkeinginan, bahwa bangsa kita akan menjadi bangsa yang memiliki 
prinsip dan integritas, dan tidak menyerah dengan rayuan transaksional industri rokok, 
atau kita akan menjadi bangsa “paria” karena tunduk kepada politik transaksional industri 
rokok internasional yang semakin menggurita di Indonesia. 
Semoga Allah swt memberkati perjuangan, jihad dan upaya kita bersama untuk 
melindungi anak bangsa, dalam mewujudkan masyarakat sehat dan sejahtera di bawah 
naungan dan ridhai-NYA. Amien. 
Jakarta, 03 Sya’ban 1434 H / 12 Juni 2013 M 
Pimpinan Pusat Muhammadiyah 
Ketua, 
Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag. 
xix
RINGKASAN EKSE-K- PUetaT JIalFan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia 
Perlindungan Keluarga, Generasi Muda dan Bangsa 
Terhadap Ancaman Bahaya Rokok 
Dalam suasana ketiadaan atau keterbatasan keberadaan kebijakan nasional dan 
berbagai pengaturan dalam pengendalian produk tembakau di Indonesia, maka 
tersusunnya Indonesian Tobacco Control Road Map atau “Peta Jalan Pengendalian Produk 
Tembakau di Indonesia” ini, merupakan satu langkah yang tepat. Kedaruratan ancaman 
bahaya produk tembakau di Indonesia sudah demikian mengkhawatirkan, sementara 
masyarakat tidak dapat menebak, kapan kiranya kebijakan nasional pengendalian produk 
tembakau tersebut akan secara utuh dikeluarkan. 
Dikeluarkannya Undang Undang No. 36 (2009) tentang Kesehatan dimana pasal 113 
menyatakan bahwa tembakau mengandung zat adiktif, termasuk turunannya berupa 
Peraturan Pemerintah 109 (2012), merupakan pintu masuk bagi aksesi Framework 
Convention on Tobacco Control (FCTC), yang merupakan solusi mendasar bagi kebijakan 
pengendalian tembakau di Indonesia. 
Oleh karenanya, menyadari akan dampak dari pasal 113 tersebut bagi masa depan 
busines rokok di Indonesia, lobi industri telah mengajukan uji materi ke Mahkamah 
Konstitusi untuk membatalkan Pasal tentang zat adiktif tersebut.ke Mahkamah Konstitusi. 
Keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap perkara No. 19/PUU-VIII/2010 yang telah 
memberikan pengukuhan secara hukum bahwa tembakau memang mengandung zat adiktif. 
Keputusan Mahkamah Konstitusi ini harus disosialisasikan secara luas, untuk selanjutnya 
ditindak-lanjuti dengan berbagai pengaturan dan upaya-upaya lebih lajnjut untuk 
memberlakukan tembakau setara dan sama dengan zat-zat adiktif lainnya, terutama narkoba 
dan alkohol, baik dalam pengiklanan, ijin distribusi dan pemasaran, sanksi dan selanjutnya.. 
Tujuan 
Secara umum “Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia” bertujuan: 
terlindunginya keluarga, generasi muda dan bangsa Indonesia dari ancaman bahaya produk 
tembakau. 
Sementara secara khusus, Peta Jalan tersebut bertujuan: 
1. Sebagai wahana komunikasi, informasi dan edukasi bagi masyarakat terhadap ancaman 
xx 
bahaya produk tembakau. 
2. Sebagai rujukan bagi setiap pemangku kepentingan dalam pengembangan program 
dan rencana aksi dalam pengendalian dampak produk tembakau. 
3. Sebagai rujukan bagi pengukuran kinerja dan tingkat keberhasilan masing-masing 
pemangku kepentingan.
-- Sambutan-Sambutan -- 
xxi 
Epidemi Global dan nasional 
UN Summit on Non-Communicable Diseases (NCD), New York, 19-20 September 2011 
menegaskan, bahwa konsumsi tembakau, alkohol, diet yang buruk dan kekurangan kegiatan 
fisik, telah menjadi pemicu bagi dari peningkatan penyakit tak menular atau NCD yang terdiri 
atas (i) penyakit cardio-vasculer, (ii) kanker, (iii) diabetes mellitus dan (iv) chronic respiratory 
diseases. Bahkan prevalensi NCD kini lebih tinggi dari prevalensi penyakit menular. Telah 
terjadi peningkatan kematian akibat merokok, baik di negara maju maupun negara berkembang. 
Disamping memacu bagi timbulnya beberapa penyakit akibat merokok bagi perokoknya 
sendiri, ternyata kebiasaan merokok juga menyebabkan paparan asap rokok kepada sejumlah 
besar orang lain, baik di lingkungan keluarga, maupun di berbagai fasilitas umum. Bahkan 
perokok pasif menghisap asap dan racun rokok lebih banyak dari pada perokok aktif. 
Terlebih, kebiasaan merokok tersebut tidak saja memberikan dampaknya di bidang 
kesehatan, tapi juga di bidang sosial ekonomi dan budaya. Namun berkat lobi industri, 
berbagai dampak negatif dari rokok sebagai zat adiktif tersebut kemudian menjadi komoditi 
politik, sehingga mengaburkan ancaman substantive dari zat adiktif tersebut. Hilangnya 
pasal 113 dari draft RUU Undang Undang Kesehatan yang terkenal dengan “skandal ayat 
hilang” di DPR RI, menunjukkan betapa kuat tangan lobi industri menyeruak ke dalam 
lembaga legislatf tersebut. 
Fakta menunjukkan bahwa besarnya cukai rokok di Indonesia memberikan bukti akan 
besarnya transaksi dan konsumsi rokok. Ironisnya, sebagian besar komsumen rokok adalah 
keluarga miskin dan usia produktif. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, industri rokok 
memfokuskan strategi pemasarannya pada generasi muda, sebagai generasi baru penerus 
konsumen zat adiktif, yang diharapkan akan secara berkelanjutan memberikan keuntungan 
kepada industri rokok. 
Situasi semacam ini tidak saja menganggu kondisi perekonomian di tingkat mikro, 
individu dan keluarga, tapi juga memberikan dampaknya secara makro pada kemampuan 
bangsa untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Hal ini disebabkan, karena 
konsumsi rokok pada keluarga miskin disamping menimbulkan berbagai dampak kesehatan, 
sosial dan ekonomi keluarga, tapi juga menurunkan tingkat produktivitas masyarakat dan 
bangsa. Oleh karena itu dikhawatirkan bahwa Indonesia pesimis akan sanggup mencapai 
target-target MDG pada tahun 2015 nanti. 
Komitmen Pemerintah 
Dalam forum Organization of Islamic Conference di Kuala Lumpur tahun 2007 
Indonesia diwakili oleh Menteri Kesehatan RI saat itu sebagai Wakil resmi Pemerintah RI. 
Demikian juga dalam forum Jakarta Call for Action, April 2010. Namun upaya Kementerian 
Kesehatan untuk melaksanakan rekomendasi forum-forum tersebut selalu mengalami 
kesulitan, karena isu di bidang kesehatan berbenturan dengan berbagai isu non-kesehatan. 
Namun demikian penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebagaimana diatur oleh Undang 
Undang No. 36 (2009) tentang Kesehatan, serta pengaturannya lebih lanjut dalam Peraturan
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Pemerintah No. 39 (2012) tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa 
Produk Tembakau Bagi Kesehatan, minimal merupakan langkah-langkah awal yang akan 
memberikan “enabling environment” yang lebih kondusif dalam upaya perlindungan masyarakat 
dari kedaruratan ancaman produk tembakau. Pengetrapan KTR tersebut diharapkan juga akan 
merupakan wahana bagi pendidikan moral serta secara bertahap membangun perilaku hidup 
bersih dan sehat (PHBS), sebagai bagian dari perilaku masyarakat yang beradab dan berbudaya 
luhur. 
Negara-negara besar semacam Cina dan India, yang memiliki lahan tembakau dan 
konsumen rokok jauh lebih besar dari Indonesia, telah meratifikasi FCTC, mengapa 
Pemerintah Indonesia masih gamang dan ragu? Masih diperlukan jalan panjang untuk 
mengatasi berbagai hambatan internal dan eksternal, baik di lingkungan pemerintah, dunia 
industri dan masyarakat sendiri, dalam upaya melindungi masyarakat dan bangsa dari 
kedaruratan ancaman bahaya rokok. 
Oleh karena itu, road map atau “Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di 
Indonesia” ini, berdasarkan pada kajian yang mendalam terhadap perkembangan situasi 
kondisi, terhadap berbagai hambatan internal dan eksternal, serta berbagai isu strategis 
yang harus menjadi fokus utama dalam penggarisan kebijakan, telah memprediksikan 
berbagai kebijakan serta langkah-langkah operasionalisasinya secara bertahap, sampai denga 
Tahun 2025. 
Waktu dua belas tahun yang tersisa menuju tahun 2025 tidaklah panjang. Namun 
cukup banyak pembelajaran di berbagai komunitas masyarakat dan bangsa-bangsa lain 
yang bisa kita rujuk dan contoh, kalau memang komitmen untuk melindungi masyarakat 
dan bangsa sebagaimana diamanatkan oleh Konstitusi tersebut benar-benar sudah terwujud. 
Terlebih bilamana aksesi terhadap FCTC tersebut dapat secepatnya diwujudkan, maka 
berbagai upaya percepatan dalam pengembangan kebijakan dalam perlindungan masyarakat 
terhadap kedaruratan ancaman bahaya tembakau tersebut akan dapat dipercepat juga. 
Kerangka Pikir 
Dalam tinjauan “input-proses-output” tergambar dengan jelas berbagai upaya yang 
harus dilaksanakan dari situasi dan kondisi kita pada saat ini atau “das Sein”, menuju 
situasi dan kondisi kita ke depan yang kita harapkan atau “das Sollen”.. 
Situasi dan kondisi kita pada saat ini, adalah situasi serba hambatan dan keterbatasan 
yang kurang memberikan dukungan kondusif dalam upaya pengendalian produk tembakau. 
Situasi negatif dalam “enabling situation” tersebut antara lain berupa keengganan 
pemerintah dalam meratifikasi FCTC, rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya produk 
tembakau, masih minimalnya kesadaran untuk melaksanakan berbagai upaya pengendalian 
terhadap produk tembakau, baik yang datang dari pemerintah maupun masyarakat, lemahnya 
koordinasi dan keterpaduan upaya pengendalian, tingkat konsumsi rokok sebesar 302 milyar 
batang per tahun yang harus dikatagorikan sebagai darurat rokok, sementara sebagian besar 
konsumen rokok adalah keluarga miskin. 
xxii
-- Sambutan-Sambutan -- 
Sementara situasi dan kondisi yang kita harapkan kedepan adalah berupa kesediaan 
pemerintah untuk secepatnya mengaksesi FCTC, masyarakat secara luas menyadari terhadap 
kedaruratan ancaman bahaya rokok, meluasnya jejaring pengendalian produk tembakau secara 
nasional, dimilikinya peta jalan atau road map sebagai rujukan bersama dalam upaya pengendalian 
produk tembakau, dan pada akhirnya penuruna prevalensiperokok dan penyakit tyidak menular 
yang disebabkan oleh rokok. 
Prinsip pengendalian meliputi: 
1. Perlindungan komprehensif berbasis HAM, berupa (i) hak untuk hidup, 
mempertahankan kehidupan dan peningkatan taraf hidup, (ii) lingkungan hidup yang 
baik dan sehat, (iii) hak anak untuk hidup, mempertahankan kehidupan dan 
meningkatkan taraf hidup, (iv) hak anak atas perlindungan orang tua, keluarga, 
masyarakat dan Negara, (v) hak anak untuk memperoleh perlindungan dari berbagai 
ancaman yang mengancam kelangsungan hidup dalam proses tumbuh kembang. 
Sementara kewajiban dasar yang dituju adalah (i) menghormati hak asasi (HAM) 
orang lain, moral, etika, tata tertib pergaulan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, 
berbangsa dan bernegara, (ii) tugas pemerintah untuk mengormati, menegakkan dan 
memajukan HAM dalam rangka melindungi hak-hak masyarakat., dan (iii) kewajiban 
setiap warga negara untuk tunduk kepada Undang-Undang, untuk menjamin hak dan 
kebebasan orang lain, dan memenuhi tuntutan yang adil sesuai pertimbangan moral, 
keamanan, kertiban umum dalam masyarakat yang demokratis. 
2. Orientasi pencerdasan masyarakat mencakup (i) bidang kesehatan, pendidikan, agama, 
kesejahteraan sosial, (ii) keseimbangan ekonomi mikro dan makro, dan (iii) perumusan 
kebijakan politik, pengaturan dan penegakan hukum. 
3. Pendekatan holistik, bahwa upaya pengendalian produk tembakau seharusnya dilakukan 
secara terintegrasi yang meliputi: (i) penyelenggaraan fungsi perencanaan, pelaksanaan, 
monitoring dan evaluasi, (ii) pencegahan, treatment, pengembangan uoaya berkelanjutan, 
(iii) berbasis keluarga, lingkungan serta komunitas dan lembaga atau institusi., (iv) peru-musan 
kebijakan, pengaturan, penegakan hukum dan implementasi di tingkat mikro, meso 
xxiii 
dan makro. 
Instrumen Utama 
Selanjutnya, agar rencana pengendalain produk tembakau dapat berjalan dan berfungsi 
dengan baik, diperlukan sejumlah instrumen pelaksanaan utama yang meliputi: (i) regulasi 
yang berkeadilan yang mengatur dari isu hulu sampai isu hilir, baik pada sisi demand 
maupun supply reduction, (ii) pada level nasional, aturan pelaksanaan pengendalian 
dirumuskan secara terstruktur dan konsisten, (iii) sedang pada tingkat daerah, peraturan 
pengendalian dirumuskan secara terstandar, dengan sebanyak mungkin kondisi dan 
situasidaerah secara positif konstruktif.
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Aspek, fitur dan pengendalian jangka panjang 
Road map dibagi kedalam lima aspek utama, yakni aspek-aspek (i) kebijakan publik dan 
legal, (ii) ekonomi, (iii) kesehatan, (iv) pendidikan, dan (v) sosial dan budaya. Selanjutnya setiap 
aspek memiliki masing-masing (perumusan) tentang fitur, yang akan dikembangkan lebih lanjut 
dalam berbagai tahapan pengendalian. Fitur dan pengendalian jangka panjang 
Masing-masing fitur dibagi dijabarkan dalam: 
- Development period, yakni dalam periode 2013 – 2015, 2016-2020 dan 2021-2025. 
- Development Theme, yang mencakup periode 2013 – 2015 dengan tema sentral dalam 
pengembangan legislasi, periode 2016 – 2020 dengan tema sentral enforcement, dan 
periode 2021 – 2015 dengan tema sentral sustainability. 
- Development vision, yakni Freedom from tobacco Use and Abuse for the People of Indonesia. 
- Key performance indicators, berupa indikator capaian selama kurun waktu 2013 hingga 
2025, yang meliputi tahap-tahap: 
2013 – 2015 (i) seluruh penduduk Indonesia di lindungi dari ancaman tembakau oleh 
Undang-Undang, (ii) Indonesia menjadi anggota Conference of the Parties, 
dan (iii) terlaksananya 100% Kawasan Tanpa Rokok di seluruh Indonesia. 
2016 – 2020 (i) penurunan prevalensi perokok sebesar 1% per tahun, dan (ii) 
penurunan perokok pemula sebesar 2% per tahun. 
2021 – 2025 (i) prevalensi perokok turun sebesar 5% per tahun, (ii) perokok pemula 
(usia dibawah 19 tahun) turun sebesar 10%, (iii) perubahan norma dalam 
kebiasaan merokok, dan (iv) menurunnya mortalitas penyakit akibat 
merokok. 
Selanjutnya, berbagai aspek, fitur dan fitur utama tersebut menjabarkan capaiannya masing-masing 
dalam masing-masing tahapan legislasi (2013 – 2015), periode enforcement (2016-2020) 
xxiv 
dan periode sustainability (2021 – 2025). 
Pengembangan berbagai tahap pengendalian produk tembakau tersebut diakhiri dengan 
distribution of works antar semua pemangku kepentingan, dimana masing-masing pemangku 
kepentingan, baik dari instansi pemerintah, dunia industri dan masyarakat sipil dapat 
menentukan target, alat penilai, pendekatan studi atau intervensi masing-masing. 
Manajemen Risiko 
Bagian terakhir dari Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia ditutup 
dengan satu Bab tentang perlunya membangun enabling environment yang sanggup 
menciptakan situasi yang kondusif. Sebagai anggota Perserikatan Bangsa Bangsa, layak 
kalau Indonesia merujuk pada Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia atau 
Universal Declaration of Human Rights, dimana dasar-dasar tentang basic humanitarian 
principles tersebut sudah pula termaktub dalam alinea ke empat Pembukaan Undang Undang 
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-- Sambutan-Sambutan -- 
Selanjutnya peran dan komitmen kepemimpinan nasional sangat menentukan dalam upaya 
pewujudan perlindungan terhadap masyarakat dan bangsa dari kedaruratan ancaman produk 
tembakau ini. 
Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia ini ditutup dengan perlunya 
mengembangkan sistem gerakan yang didukung oleh semua pemangku kepentingan, yang sadar 
akan tujuan akhir dari upaya pengendalian, yang memiliki komitmen, serta sanggup secara aktif 
membangun iklim bekerjasama yang dinamis dan interaktif baik di tingkat nasional, regional sampai 
ke tingkat komunitas. 
xxv
DAFTAR ISI 
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
KATA PENGANTAR REKTOR UMS ...................................................................... iii 
KATA PENGANTAR KOORDINATOR TIM PENULIS.......................................... v 
SAMBUTAN-SAMBUTAN 
SAMBUTAN KETUA ITCN..................................................................................... ix 
SAMBUTAN KETUA UMUM KOMNAS PENGENDALIAN TEMBAKAU ..... xi 
SAMBUTAN KETUA IISD ...................................................................................... xiii 
SAMBUTAN KETUA PEOPLE CAUCUS AGAINST ADDICTIVES ..................... xv 
SAMBUTAN KETUA PP MUHAMMADIYAH ....................................................... xvii 
RINGKASAN EKSEKUTIF..................................................................................... xx 
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xxvi 
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xxix 
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xxxii 
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1 
1. DARI MIKRO HINGGA KE MAKRO....................................................... 1 
2. INDONESIA: PASAR BEBAS UNTUK ROKOK ..................................... 1 
3. ROKOK, KEMISKINAN DAN TARGET MDG........................................ 3 
4. FCTC DAN HARGA DIRI SEBUAH BANGSA ....................................... 5 
5. AMANAT KONSTITUSI ............................................................................ 6 
6. JAKARTA CALL FOR ACTION ................................................................ 7 
7. DEKLARASI OKI KUALA LUMPUR 2007 ............................................. 8 
8. ROAD MAP BERSAMA UNTUK BANGSA ............................................ 9 
B. TUJUAN ............................................................................................................ 10 
C. VISI DAN MISI ................................................................................................. 10 
BAB II PERMASALAHAN DAN FAKTA ........................................................... 12 
A. EPIDEMI AKIBAT KONSUMSI TEMBAKAU ............................................... 12 
EPIDEMI GLOBAL........................................................................................... 12 
EPIDEMI AKIBAT ROKOK DI INDONESIA .................................................. 15 
B. ANCAMAN BAHAYA ROKOK ....................................................................... 20 
KANDUNGAN ROKOK BERBAHAYA BAGI TUBUH MANUSIA .................. 20 
ROKOK SEBAGAI GATEWAY DRUGS ........................................................... 21 
ASAP ROKOK ORANG LAIN (AROL) ........................................................... 21 
C. ROKOK DAN KEMISKINAN ......................................................................... 24 
KEMISKINAN UMUM..................................................................................... 24 
DAMPAK MEMISKINKAN DARI MEROKOK PADA KELUARGA ................ 29 
xxvi
-- Sambutan--- Daftar Sambutan Isi -- 
-- 
KESEMPATAN YANG HILANG AKIBAT KEBIASAAN MEROKOK RUMAH. 
TANGGA TERMISKIN ..................................................................................... 31 
D. EKONOMI TEMBAKAU ................................................................................. 32 
CUKAI ROKOK ................................................................................................ 34 
CUKAI ROKOK DAN DEMAND REDUCTION ............................................ 36 
ROADMAP INDUSTRI ROKOK ..................................................................... 37 
E. PEMANFAATAN HASIL CUKAI TEMBAKAU ............................................. 37 
F. LAHAN TANAMAN TEMBAKAU ................................................................. 39 
G. DAMPAK IKLAN ............................................................................................. 44 
PENGARUH IKLAN TERHADAP PENINGKATAN PREVALENSI PEROKOK 44 
LARANGAN IKLAN YANG MENYELURUH LEBIH EFEKTIF KETIMBANG 
LARANGAN PARSIAL .................................................................................... 46 
H. PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR (PICTORIAL WARNING) ....... 47 
I. KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) ................................................................ 51 
BAB III ANALISIS SITUASI................................................................................ 55 
A. KEDARURATAN ANCAMAN PRODUK TEMBAKAU .................................... 55 
B. HAMBATAN ..................................................................................................... 56 
HAMBATAN INTERNAL................................................................................. 57 
HAMBATAN EKSTERNAL ............................................................................. 58 
BERBAGAI MITOS .......................................................................................... 63 
C. MEROKOK BUKAN HAK ASASI MANUSIA ............................................... 65 
D. ANALISA REGULASI ...................................................................................... 66 
INTERNASIONAL ROADMAP (FCTC).......................................................... 66 
NASIONAL ....................................................................................................... 67 
INISIATIF DI TINGKAT DAERAH .................................................................. 70 
E. HARAPAN KE DEPAN .................................................................................... 72 
F. PERAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) .................................................. 72 
G. FCTC SEBAGAI SOLUASI MENDASAR ...................................................... 77 
H. PENGEMBANGAN JEJARING PENGENDALIAN TEMBAKAU ................ 79 
BAB IV KERANGKA PIKIR PETA JALAN PENGENDALIAN PRODUK 
TEMBAKAU........................................................................................................... 81 
A. KONDISI SAAT INI .......................................................................................... 81 
B. KONDISI YANG DIINGINKAN....................................................................... 83 
C. ISU STRATEGIS ................................................................................................ 84 
D. PRINSIP PENGENDALIAN .............................................................................. 86 
E. KONSEP INTI ................................................................................................... 89 
F. INSTRUMEN UTAMA ...................................................................................... 91 
xxvii
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
G. LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS............................................................... 91 
H. INPUT – PROSES – OUTPUT.......................................................................... 93 
BAB V ASPEK, FITUR, DAN PENGEMBANGAN 
JANGKA PANJANG .............................................................................................. 95 
1. ASPEK .............................................................................................................. 95 
2. FITUR DAN PENGEMBANGAN JANGKA PANJANG .................................... 96 
A. KEBIJAKAN PUBLIK................................................................................ 96 
B. EKONOMI ................................................................................................. 98 
C. KESEHATAN.............................................................................................. 99 
D. PENDIDIKAN............................................................................................. 100 
E. SOSIAL BUDAYA ...................................................................................... 102 
3. INTERVENSI SPESIFIK DAN PENANGGUNG JAWAB DALAM PENGEN-DALIAN 
DAMPAK TEMBAKAU ................................................................... 105 
BAB VI MANAJEMEN RESIKO ......................................................................... 107 
1. LINGKUNGAN YANG MENDUKUNG .......................................................... 107 
2. KOMITMEN NASIONAL DAN LEADERSHIP ............................................... 109 
3. ADVOKASI KEBIJAKAN PUBLIK ................................................................ 110 
4. PENGEMBANGAN SISTEM GERAKAN...................................................... 111 
5. GERAKAN DI TINGKAT MAKRO, MESO DAN MIKRO ............................ 112 
6. PENDEKATAN HOLISTIK .............................................................................. 113 
PENUTUP .............................................................................................................. 113 
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 115 
KONTRIBUTOR PENYUSUNAN PETA JALAN PENGENDALIAN PRODUK 
TEMBAKAU INDONESIA ...................................................................................... 121 
DOKUMENTASI ...................................................................................................... 123 
xxviii
DAFTAR -- Sambutan-Sambutan GAMBAR 
-- 
GAMBAR 1 : BAYI PEROKOK DI INDONESIA ................................................ 2 
GAMBAR 2 : BAYI PEROKOK DARI MUSI BANYUASIN .............................. 4 
GAMBAR 3 : PEROKOK ANAK DI INDONESIA .............................................. 6 
GAMBAR 4 : GENERASI MUDA BEBAS ROKOK ........................................... 8 
GAMBAR 5 : PERBANDINGAN ANGKA KEMATIAN DINEGARA MAJU DAN 
BERKEMBANG YANG DIPICU OLEH KEBIASAAN MEROKOK 12 
GAMBAR 6 : KEMATIAN AKIBAT MEROKOK DI NEGARA BERKEMBANG 
DAN NEGARA MAJU PADA TAHUN 2000 DAN 2030................ 13 
GAMBAR 7 : PREVALENSI PEROKOK DINEGARA BERKEMBANG DAN 
NEGARA MAJU BERDASARKAN JENIS KELAMIN ............... 14 
GAMBAR 8 : PENYEBAB KEMATIAN TERKAIT DENGAN PTM DIDUNIA 
UNTUK USIA DIBAWAH 70 TAHUN .......................................... 15 
GAMBAR 9 : DELAPAN PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN TERTINGGI 
DI DUNIA ....................................................................................... 16 
GAMBAR 10: PREVALENSI MEROKOK PENDUDUK UMUR > 15 TAHUN 
BERDASARKAN JENIS KELAMIN, INDONESIA - TAHUN 
1995, 2001, 2004, 2007, 2010, DAN 2011 ..................................... 17 
GAMBAR 11: PREVALENSI PEROKOK MENURUT USIA MEROKOK 
TAHUN 1995 – 2010 ...................................................................... 18 
GAMBAR 12: PREVALENSI PEROKOK USIA 15-19 PADA TAHUN 1995-2010 18 
GAMBAR 13 & 14 : FUNGSI MESOLIMBIC DOPAMINE SYSTEM DALAM 
NIKOTIN DAN POLA PERILAKU KETAGIHAN NIKOTIN...... 19 
GAMBAR 15: PELEPASAN ASAP ROKOK SIDE-STREAM DAN 
MAIN-STREAM............................................................................. 22 
GAMBAR 16: HINDARI MEROKOK DI DALAM RUMAH............................... 23 
GAMBAR 17: KAITAN ANTARA PENYAKIT TIDAK MENULAR DENGAN 
KEMISKINAN DAN PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOP-MENT 
GOALS ............................................................................... 24 
GAMBAR 18: PRODUKSI ROKOK TERUS MENING KAT DARI TAHUN 1971- 
2012................................................................................................. 25 
GAMBAR 19: PREVALENSI PEROKOK DEWASA LAKI-LAKI MENURUT 
TINGKAT PENDIDIKAN 2001-2010 ............................................ 26 
GAMBAR 20: PREVALENSI PEROKOK DEWASA PEREMPUAN MENURUT 
TINGKAT PENDIDIKAN 2001-2010 ............................................ 27 
GAMBAR 21 : PREVALENSI PEROKOK DEWASA MENURUT TINGKAT 
PENDAPATAN 2001-2010 UNTUK KUNITIL 1 DAN 
KUINTIL 5 ...................................................................................... 28 
GAMBAR 22: PROPORSI PENGELUARAN UNTUK TEMBAKAU DAN SIRIH 
RUMAH TANGGA PEROKOK TERMISKIN, 2003-2010 ........... 29 
xxix
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
GAMBAR 23 : RATA-RATA PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK 
ROKOK TAHUN 2003-2006 ........................................................... 30 
GAMBAR 24 : KETERGANTUNGAN HARGA TERHADAP KONSUMSI 
PRODUK ROKOK DI BEBERAPA NEGARA................................ 34 
GAMBAR 25: KONSUMSI ROKOK DAN LUAS LA. HAN DI INDONESIA 1971- 
2004 ................................................................................................. 40 
GAMBAR 26: MATA RANTAI TATA NIAGA TEMBAKAU, PETANI DAN 
PEROKOK, FIHAK YANG PALING DIRUGIKAN ADALAH 
PETANI ........................................................................................... 41 
GAMBAR 27: PETANI DIRUGIKAN .................................................................... 42 
GAMBAR 28: GENERASI MUDA JANGAN MUDAH TERJEBAK DENGAN 
IKLAN ROKOK YANG MENYESATKAN................................... 45 
GAMBAR 29 : IKLAN ROKOK DIMANA-MANA ............................................... 46 
GAMBAR 30 : PERBANDINGAN BUKUS ROKOK DIBEBERAPA NEGARA 
DENGAN YANG BEREDAR DI INDONESIA .............................. 49 
GAMBAR 31 : KEMASAN ROKOK DI AUSTRALIA 
DENGAN ISTILAH PLAIN PACKAGING. .................................... 50 
GAMBAR 32 : POLLING PEMAHAMAN RESPONDEN TERHADAP BAHAYA 
ASAP ROKOK ORANG LAIN ....................................................... 51 
GAMBAR 33: TINGKAT DUKUNGAN RESPONDEN TERHADAP KEBIJAKAN 
KAWASAN 
TANPA ROKOK.............................................................................. 52 
GAMBAR 34: MUKTAMAR MUHAMMADIYAH 2010 BEBASA ASAP ROKOK 53 
GAMBAR 35 : MEROKOK BUKAN HAM............................................................ 57 
GAMBAR 36 : PENEGAKKAN TINDAK PIDANA.. RINGAN (TIPIRING) PER-DA 
KTR KOTA BOGOR ................................................................ 59 
GAMBAR 37 : PERKEMBANGAN LARANGAN REKLAME ROKOK DI KOTA 
BOGOR ........................................................................................... 60 
GAMBAR 38 : ORANG MISKIN MEROKOK ....................................................... 62 
GAMBAR 39: PERLAWANAN KOMUNITAS KRETEK TERHADAP PP 109 .... 64 
GAMBAR 40 : BUPATI BANGLI MEMBERIKAN SAMBUTAN DALAM 
SEBUAH ACARA .......................................................................... 74 
GAMBAR 41: JAJAK PENDAPAT PEMAHAMAN RESPONDEN TERHADAP 
BAHAYA ASAP ORANG LAIN, TINGKAT DUKUNGAN 
RESPONDEN TERHADAP KEBIJAKAN KAWASAN TANPA 
ROKOK........................................................................................... 75 
GAMBAR 42: TINGKAT DUKUNGAN RESPONDEN TERHADAP KEBIJAKAN 
KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) .............................................. 75 
GAMBAR 43 : PAMERAN TEMBAKAU INTERNASIONAL DI JAKARTA. ...... 78 
GAMBAR 44: DUKUNGAN MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN 
TEMBAKAU .................................................................................. 80 
xxx
-- Sambutan--- Daftar Gambar Sambutan -- 
-- 
GAMBAR 45 : PENTINGNYA PEMERINTAH RI MENGAKSESI FCTC............. 80 
GAMBAR 46 : DEKLARASI KTR BALIKPAPAN ................................................. 83 
GAMBAR 47 : PENJELASAN PERDA KTR BANGLI OLEH BUPATI BANGLI . 85 
GAMBAR 48: FGD TENTANG FCTC DI KOMNAS HAM ..................................... 87 
GAMBAR 49: CENGKEH WARISAN BUDAYA ASLI NUSANTARA ................ 88 
GAMBAR 50 : SOSIALISASI KTR DI BALIKPAPAN........................................... 90 
GAMBAR 51: ROKOK ADALAH DEATH ANGEL.............................................. 92 
GAMBAR 52 : OPERASI TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING) TENTANG 
PERDA KTR DI BOGOR................................................................ 92 
xxxi
DAFTAR TABEL 
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
TABEL 1 : PREVALENSI PEROKOK UMUR > 15TAHUN BERDASARKAN 
UMUR MULAI MEROKOK DI INDONESIA TAHUN 1995, 2001, 
2004, 2007 DAN 2010 ....................................................................... 17 
TABEL 2 : PREVALENSI PELAJAR MEROKOK UMUR 13-15 TAHUN DI 40 
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI PULAU JAWA DAN 
SUMATRA, INDONESIA TAHUN 2006 DAN 2009 .......................... 19 
TABEL 3 : JUMLAH POPULASI YANG TERKENA ASAP ROKOK ORANG 
LAIN (PEROKOK PASIF) DI DALAM RUMAH BERDASARKAN 
KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN INDONESIA TAHUN 
2007 DAN 2010 ................................................................................. 23 
TABEL 4 : PREVALENSI MEROKOK UMUR > 15 TAHUN BERDASARKAN 
TINGKAT PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 1995, 2001, 2004, 
2007 DAN 2010 ................................................................................. 26 
TABEL 5 : PREVALENSI PEROKOK UMUR > 15TAHUN BERDASARKAN 
KELOMPOK PENDAPATAN INDONESIA TAHUN 1995, 2001, 
2004, 2007 DAN 2010 ....................................................................... 28 
TABEL 6 : PENGELUARAN RATA-RATA RUMAH TANGGA PEROKOK 
TERMISKIN (Q 1), INDONESIA, 2003 – 2010 ............................... 30 
TABEL 7 : PERBANDINGAN PENGELUARAN BULANAN RUMAH TANG-GA 
PEROKOK TERMISKIN, 2010 .................................................. 31 
TABLE 8 : PERBANDINGAN PENGELUARAN BULANAN RUMAH 
TANGGA PEROKOK TERMISKIN, 2010 ....................................... 32 
TABEL 9 : TOTAL TAHUN PRODUKTIF YANG HILANG (DISABILITY 
ADJUSTED LIFE YEARS/DALYS LOSS) KARENA PENYAKIT 
TERKAIT TEMBAKAU, INDONESIA 2010 ................................... 33 
TABEL 10 : HARGA ROKOK MERK INTERNASIONAL DI ASEAN................. 35 
TABEL 11 : DAFTAR PERATURAN KAWASAN TANPA ROKOK DI TINGKAT 
DAERAH ........................................................................................... 70 
xxxii
-- P e n d a h u l u a n -- 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. Latar Belakang 
1. Dari mikro hingga ke makro 
Merokok sudah lama menjadi kebiasaan di Indonesia. Demikian biasanya, sehingga 
banyak yang beranggapan, bahwa merokok yang merupakan “kebiasaan” tersebut sekedar 
merupakan suatu “gaya hidup” yang juga biasa saja. Tak disadari, bahwa dibalik “kebiasaan” 
dan “gaya hidup biasa” tersebut, tersembunyi berlapis-lapis masalah yang tak disadari 
oleh para perokok maupun masyarakat umum. Rokok tidak saja terkait dengan rasa “nikmat” 
yang membuai para perokok, tetapi juga sederet permasalahan sosial, ekonomi, dan hukum, 
dari tingkat yang paling mikro, pribadi dan keluarga, tapi juga sampai ke tingkat meso, 
yakni masalah sosial ekonomi suatu bangsa, tapi juga bahkan ke tingkat makro, yakni 
image dan harga diri satu bangsa di dunia internasional. 
Selama ini kebiasaan merokok dianggap sebagai hal yang biasa saja, tak menimbulkan 
gangguan, dan tak dirasakan sebagai gangguan, baik oleh masyarakat luas maupun oleh 
anggota keluarga terdekat di rumah, ketika salah satu anggota keluarganya merokok. Tapi 
setelah jumlah perokok demikian meningkat dan meluas dari waktu ke waktu, tidak saja di 
lingkungan rumah tangga, tapi juga meluas sampai ke berbagai fasilitas publik, maka 
kebiasaan yang tadinya dianggap “biasa saja” tersebut, mulai dan semakin dirasakan 
mengganggu lingkungan, bahkan mengancam keselamatan dan hajat hidup masyarakat 
luas. 
Bahkan mengingat merokok sudah merupakan epidemi, maka kegiatan merokok sudah 
layak dikatagorikan sebagai pencemaran udara dalam tingkat yang sangat membahayakan 
Kebiasaan merokok dari tak kurang dari 70 juta perokok di Indonesia, yang sudah 
semakin merambah ke sebagian besar rumah tangga dan fasilitas serta ruang publik tersebut, 
sudah dapat dikategorikan melanggar hak asasi setiap warga Negara untuk mendapatkan 
lingkungan hidup bersih sebagaimana diatur dan dijamin dalam Pasal 28 Undang Undang 
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945. 
2. Indonesia: Pasar bebas untuk rokok 
Ketika konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 1970 masih berjumlah sekitar 30 
(tiga puluh) miliar batang rokok, masyarakat umum belum terlalu menyadari gangguan 
kesehatan lingkungan yang ditimbulkan oleh asap rokok. Tapi setelah jumlah tersebut 
meningkat menjadi 302 (tiga ratus) miliar batang rokok yang dikonsumsi oleh 70 juta 
penduduk Indonesia pada tahun 2013, maka masyarakat semakin merasakan gangguan
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
paparan asap rokok tersebut. Rata-rata setiap mulut seorang penduduk Indonesia kini 
dipenuhi dengan seribu dua ratus lima puluh batang rokok per tahun termasuk bayi baru 
lahir. Hampir semua fasilitas publik, mulai dari angkutan umum, kantor swasta dan 
pemerintah, pusat perbelanjaan, Rumah Sakit dan rumah tangga, bahkan Bandara 
Internasional pun kini semakin merasakan pengap dan dampak negative yang disebabkan 
oleh paparan asap rokok. 
Puluhan juta keluarga dan rumah tangga di Indonesia, terkena paparan asap rokok, 
dimana seluruh anggota keluarganya menjadi perokok sekunder, karena salah satu atau 
lebih keluarganya adalah perokok dan terbiasa merokok di dalam rumah, tanpa pernah 
menyadari akan ancaman dan bahayanya bagi seluruh anggota keluarganya. 
Terlebih ketika Indonesia dinobatkan menjadi Negara dengan konsumsi dan 
pencemaran asap rokok terbesar ke tiga di dunia setelah Cina dan India, masyarakat tersentak 
menghadapi realitas tersebut. Ketika peredaran dan konsumsi rokok semakin ketat diatur 
dan dibatasi di Negara-negara maju, kini industri rokok dengan segala dana dan daya 
berhasil, hampir tanpa hambatan, memindahkan pasar rokoknya ke Indonesia. 
Iklan-iklan canggih yang telah dilarang di negara maju, dapat dengan leluasa 
dilaksanakan di Indonesia. Harga rokok di Indonesia yang relatif rendah, menjadikan rokok 
menjadi consumers’ good, atau barang yang dengan mudah diperoleh dan dikonsumsi oleh 
Gambar 1 
Bayi Perokok di Indonesia 
SW merupakan salah satu balita Indonesia yang dari kecil ketagihan rokok. 
Sampai kapan generasi baru bangsa akan diracuni nikotin dan asap rokok? 
2
-- P e n d a h u l u a n -- 
publik secara luas, termasuk keluarga miskin yang mendapat fasilitas bantuan tunai langsung 
atau BLT, juga anak-anak muda, bahkan Balita. Sementara di negara tetangga kita di kawasan 
Asia Tenggara, penjualan rokok sudah semakin ketat diatur, tapi di Indonesia rokok dijual 
dengan bebas tanpa aturan, bisa di”keteng” atau dibeli eceran per batang, di jual 
diperempatan-petempatan jalan. Bahkan anak kecilpun bebas membeli rokok. 
Hingga tak mengherankan, kini Indonesia sangat populer di dunia internasional, karena 
begitu banyaknya kasus balita yang ketagihan rokok. Foto-foto balita tersebut yang dengan 
terampil mengisap dan mengepulkan asap rokok, terpampang di banyak media masa dan 
media sosial seperti di Youtube. Presentasi para ahli di berbagai forum Konperensi 
Internasional, terasa tak lengkap, kalau tak dipasang balita perokok Indonesia. 
Dan hampir tak ada perlindungan terhadap generasi muda dari ancaman pemasaran 
dan penjualan bebas rokok. Kasus balita yang menghabiskan dua bungkus rokok sehari di 
Malang, telah dikenal luas dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu ikon internasional 
tentang kelemahan pengendalian rokok. Negara demokrasi ke tiga terbesar didunia ini, tak 
berdaya menghadapi invasi industri rokok, yang sudah diusir dari negara-negara maju. 
3. Rokok, kemiskinan dan target MDG 
Berdasarkan data Susenas 2010, 63 % rumah tangga di Indonesia mempunyai 
pengeluaran untuk rokok. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pengeluaran untuk 
rokok pada keluarga termiskin ternyata lebih besar daripada kelompok keluarga terkaya. 
Pada keluarga termiskin pengeluaran untuk rokok sebesar 11,91 %, sementara kelompok 
keluarga terkaya hanya 6,73% dari pendapatan (Susenas 2010). Sementara pengeluaran 
untuk rokok pada keluarga miskin jauh lebih besar dibanding pengeluaran untuk makanan 
bergizi, pendidikan dan kesehatan. Pengeluaran untuk rokok 13 kali lipat dari pengeluaran 
untuk daging, 5 kali lipat dari pengeluaran untuk telur dan susu, 6 kali lipat dari pengeluaran 
untuk kesehatan, dan 6 kali lipat dari pengeluaran untuk pendidikan (Susenas 2010). 
Dari penelitian Hellen Keller International, Jakarta pada tahun 2006 menunjukkan 
bahwa kebiasaan merokok kepala keluarga miskin perkotaan di negara-negara berkembang 
memicu malnutrisi (gizi buruk) pada balita (Semba and Bloem, 2008). Dengan demikian, 
pengendalian produk tembakau justru akan membantu mengurangi kemiskinan dan 
memperbaiki kesehatan serta status gizi di kalangan masyarakat miskin. 
Berdasarkan data Susenas 2010, tiga dari empat keluarga miskin perkotaan mempunyai 
pengeluaran untuk rokok. Belanja mingguan untuk membeli rokok menempati peringkat 
tertinggi (12 %) setelah beras (18 %), sementara pengeluaran untuk telur dan ikan masing-masing 
hanya 2% dan 6%. Di samping memiliki risiko sakit akibat rokok yang memperburuk 
kemiskinan, kondisi ekonomi yang terbatas telah mengalihkan pengeluaran rumah tangga 
dari makanan untuk membeli rokok. Ketergantungan pada zat adiktif di dalam rokok pada 
keluarga miskin terbukti meningkatkan kejadian kurang gizi pada balita. Apabila tidak 
ditanggulangi maka kondisi ini akan mengancam hilangnya sebuah generasi (lost 
generation). 
3
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Studi sejenis tahun 2000-2003 pada lebih dari 360.000 rumah tangga miskin di 
perkotaan dan perdesaan membuktikan bahwa kematian bayi dan balita lebih tinggi pada 
keluarga yang orang tuanya merokok daripada yang tidak merokok. Secara bermakna 
(p<0,001), perbedaan angka kematian bayi dengan ayah merokok dan tidak merokok di 
perkotaan adalah 6,3% versus 5,3% dan di perdesaan adalah 9,2% vs 6,4%, sementara 
angka kematian balita di perkotaan adalah 8,1% vs 6,6% dan di perdesaan adalah 10,9% vs 
7,6%. 
Risiko kematian populasi balita dari keluarga perokok berkisar antara 14% di perkotaan 
dan 24% di perdesaan, atau 1 dari 5 kematian balita berhubungan dengan perilaku merokok 
orang tua. Dengan angka kematian balita sebesar 162 ribu per tahun (Unicef, 2006), maka 
konsumsi rokok pada keluarga miskin menyumbang 32.400 kematian setiap tahun atau 
hampir 90 kematian balita per hari (Semba, 2008). 
Gambar 2 
Bayi Perokok dari Musi Banyuasin 
Si pipi gembul ARS, balita berusia 3,5 tahun dari Musi Banyuasin, Sumatra Selatan, 
yang kisah kecanduannya pada rokok mendunia melalui berbagai 
media internasional. 
Kasus ARS, adalah satu kasus yang merupakan gunung es ancaman kecanduan rokok 
4 
pada balita dan gereasi muda bangsa. 
ARS, balita dari Musi Banyuasin, Sumatra Selatan menghebohkan dunia, setelah 
berbagai media internasional meliput kebiasaan tidak lazimnya. Dalam liputan media, 
dia menghisap dan menikmati rokok layaknya orang dewasa. Cara dia memegang 
dan mempermainkan rokok di antara jari-jarinya, caranya menghisap dan menikmati 
rokok, persis seperti rang dewasa. Dia mulai merokok pada usia 11 bulan, kata Diana,
-- P e n d a h u l u a n -- 
Ibunya. Begitu kuat kecanduannya pada nikotin rokok , sehingga bilamana dia tak 
diberi rokok, kepalanya dijedot-jedotkan ke tembok. 
Dia bisa menghabiskan tiga hingga empat bungkus rokok Sampurna sehari. 
Kecanduan rokok ini rupanya dibawa sejak kehamilan,dimana Diana, ibunya, yang 
ternyata mengidam rokok pada waktu hamil, termasuk menikmati asap rokok yang 
dihembuskan oleh suamainya yang juga perokok berat. Komisi Perlindungan Anak 
Indonesia tergerak untuk menyelamatkan anak bangsa yang tak berdosa ini, dan 
membawanya ke RSCM Jakarta untuk menjalani proses rehabilitasi. 
Pada bulan Oktober 2010 ARS dibawa ke RSCM. Minggu-minggu pertama ARS 
mengamuk berguling-guling. Dengan berbagai pendekatan detoksikasi, terapi bermain 
dan pendampingan intensi, akhirnya pada bulan Juli 2011 ARS berubah. Dia 
terbebaskan dari kecanduannya untuk menghisap rokok, dan menjadi anak yang 
energik. Berapa banyak ARS ARS lain sebagai generasi penerus bangsa yang harus 
diselamatkan dari pemasaran rokok di negeri ni?(Mardiyah Chamim, 26) 
Jika berbagai kecenderungan konsumsi rokok dengan berbagai akibat tersebut tidak 
dapat dikendalikan, terlebih bilamana konsumsi rokok justru terus meningkat berkat ofensif 
industri rokok tanpa kebijakan baru dari pemerintah, maka kita khawatir berbagai target 
MDG, mulai penurunan kemiskinan, pencapaian pendidikan dasar, penurunan angka 
kematian balita / anak, peningkatan kesehatan ibu akan sangat sulit dicapai. Terlebih 
kecenderungan konsumsi rokok sebagai salah satu faktor risiko (risk factor) dalam 
peningkatan penyakit tidak menular (non-communicable diseases) disamping alkohol, diet 
yang salah serta inaktivitas fisik, maka dapat dipastikan Indonesia akan mengalami 
peningkatan prevalensi penyakit tidak menular tersebut. 
4. FCTC dan Harga Diri Sebuah Bangsa 
Ketika Indonesia, yang semula sangat aktif terlibat dalam penyiapan draft traktat 
internasional tentang”Framework Convention on Tobacco Control” (FCTC) atau “Konvensi 
Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau”, ternyata kemudian keterlambatan tersebut di 
atas menyebabkan Indonesia tidak masuk sebagai anggota dalam “Conference of the Parties” 
dari Konvensi Internasional tersebut. 
Akibat lebih lanjut, Indonesia yang bangga disebut sebagai negara demokrasi ke tiga 
terbesar didunia ini, kini berada dalam satu kelompok dengan sejumlah kecil negara-negara 
terbelakang yang belum mengaksesi FCTC, sekelompok dengan negara-negara kecil 
semacam Lichtenstein (36 ribu jiwa), Monaco (35 ribu jiwa), Andorra (86 ribu jiwa) dan 
Eritrea (5.juta jiwa). Beberapa diantaranya dikenal sebagai negara yang masuk dalam 
katagori negara gagal. Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang 
belum mengaksesi FCTC. Sehingga setiap rapat Conference of the Parties, Indonesia harus 
duduk dibelakang Timor Leste, tidak boleh pasang bendera merah putih kebanggaan bangsa, 
bahkan tak punya hak untuk berbicara. 
5
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Gambar 3: 
Perokok Anak di Indonesia 
Pembiaran terhadap jatuhnya korban di kalangan anak-anak sekolah. 
Dimana gerangan amanat Konstitusi untuk “melindungi segenap bangsa, 
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”? 
Membiarkan asap rokok meracuni seluruh anak bangsa dan generasi muda, hanya 
demi pertimbangan jangka pendek untuk memperoleh sumber pendapatan negara atau 
revenue belaka, adalah cara bersikap dan berpikir dangkal, bertentangan dengan semangat 
“mencerdaskan kehidupan bangsa”, yang sungguh tidak lahir dari satu sikap kenegarawanan. 
Apalagi bilamana jumlah pendapatan negara yang diperoleh dari rokok tersebut sangat tak 
seimbang dengan kerusakan kesehatan dan degenerasi moral yang ditimbulkan oleh 
kebiasaan merokok. Berbagai penyakit sosial yang semakin sulit dicegah yang ditimbulkan 
oleh kebiasaan minum minuman keras dan pemakaian narkotika atau psikhotropik lain, 
justru bermula dari sikap permisive terhadap kebiasaan merokok. 
5. Amanat Konstitusi 
Para founding Fathers Republik Indonesia di tahun 1945 telah meletakkan upaya 
untuk “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan 
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut 
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan 
keadilan sosial” , sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Alinea ke empat, Undang 
Undang Dasar Negara Kesatuan RI 1945, sebagai amanat yang harus dilaksanakan oleh 
penyelenggara Negara. Sebagai berikut 
6
-- P e n d a h u l u a n -- 
Pembukaan alinea ke empat 
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia 
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia 
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, 
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, 
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan 
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UndangUndang Dasar Negara Indonesia, 
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang 
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, 
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang 
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta 
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republika Indonesia 1945 
tersebut di atas selanjutnya telah di jabarkan lebih lanjut dalam berbagai peraturan 
perundang-undangan yaitu antara lain: 
a. Undang-Undang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, 
b. Undang-Undang no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, 
c. Undang-Undang no. 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan, 
d. Undang-Undang no. 32 tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup 
e. Undang-Undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 
f. Undang-Undang no. 13 tahun 2011 tentang Penangan Fakir Miskin 
6. Jakarta Call for Action 
“Global Status Report tentang Non Communicable Disease” tahun 20101 yang 
dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) menegaskan tentang keberadaan empat 
penyakit tak menular utama yang mengancam seluruh bangsa-bangsa di dunia, yang terdiri 
atas: (i) penyakit cardio-vasculer, (ii) kanker, (iii) diabetes mellitus, dan (iv) chronis 
respiratory diseases. 
Selanjutnya WHO juga sekaligus menyebutkan, bahwa terdapat empat common risk 
factors yang menyebabkan tak terbendungnya perkembangan ke empat penyakit tak menular 
utama tersebut, yakni : (i) harmful use of alcohol, (ii) tobacco use, (iii) physical inactivities, 
dan (iv) unhealthy diets. 
Dalam pada itu, dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi UN Summit on 
NonCommunicable Diseases yang akan diselenggarakan di New York pada bulan September 
2011, WHO SEARO telah menyelenggarakan satu “Regional Meeting on Health and 
Development Challenges of Non Communicable Diseases (NCD) yang diselenggarakan 
Jakarta, 1-4 Maret 2011. 
1 Global Status Report on Non Communicable Disease”, World Health Organization 2011. 
7
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Yang menatrik adalah, bahwa Regional meeting WHO SEARO tersebut telah melahir-kan 
satu Deklarasi yang disebut “Jakarta Call for Action”. Nama Jakarta akan terus melekat 
pada komitmen regional tersebut, sehingga alangkah sangat ironisnya bagi bangsa Indonesia, 
bilamana bangsa ini ternyata tak memiliki komitmen atas Deklarasi yang disusun dan 
disepakati di dalam negeri, dan hadir di UN Summit di New York tanpa suatu komitmen. 
Gambar 4: 
Generasi Muda Bebas Rokok 
Generasi Muda Jogja menuntut perlindungan dari ancaman bahaya rokok bagi 
Masyarakat, khususnya generasi muda. 
Terlebih sesudah Deklarasi “Jakarta Call for Action” tersebut, WHO menyeleng-garakan 
“First Global Ministerial Conference on Healthy Lifestyle and NonCommunicable 
Diseases Control”, bertempat di Moscow, pada tanggal 28-29 April 2011. Konperensi 
antar seluruh Menteri Kesehatan tersebut memberikan komitmen global yang lebih tegas 
akan tanggung jawab seluruh bangsa dan Negara di dunia untuk menyelamatkan generasi 
anak manusia dari ancaman Non Communicable Diseases yang semakin tak terbendung, 
selama keempat common risk tersebut, pemakaian alkohol, pemakaian tembakau, 
kekutrangan aktivitas fisik dan diet buruk tak dikendalikan. 
7. Deklarasi OKI Kuala Lumpur 2007 
Indonesia juga penandatangan dari Komitmen Pengendalian Tembakau dalam satu 
Konperensi Internasional yang diselenggarakan oleh Organisasi Konperensi Islam (OKI) 
atau Organization of Islamic Conference (OIC) di Kuala Lumpur pada tahun 2007 yang 
dikenal dengan Deklarasi OKI Kuala Lumpur 2007. Dimana pada 12 – 15 Juni 2007, 
8
-- P e n d a h u l u a n -- 
menteri kesehatan dari Negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) 
berkumpul di Malaysia dalam Konferensi Menteri Kesehatan Negara Islam yang pertama. 
Dalam pertemuan tersebut seluruh Menteri Kesehatan dari Negara-negara Islam menyetujui 
Resolusi OKI no. 4 tentang Pengendalian Tembakau, Program Pengurangan Bahaya dan 
Etika Riset (Resolution No. 4 on Tobacco Control, Harm Reduction Programme and 
Research Ethics / KLOICHMC-1/2007/2.4). Resolusi tersebut mendesak Negara-negara 
anggota OKI untuk melakukan beberapa hal berikut ini: 
1. Melaksanakan Regulasi Kesehatan Internasional (Internasional Health Regulation) 
tahun 2005 untuk mencapai keamanan kesehatan (health security) di dunia; 
2. Mengadopsi WHO Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) untuk melin-dungi 
generasi saat ini dan generasi mendatang dari konsekuensi kesehatan, social, 
lingkungan dan ekonomi dari konsumsi tembakau dan paparan asap rokok yang sangat 
membahayakan 
3. Mengajukan legislasi sebagai elemen inti untuk pengendalian tembakau yang efektif 
4. Melibatkan para pemimpin agama untuk memanfaatkan konsep agama terhadap 
tembakau dan penggunaan narkoba dalam strategi pencegahan; 
5. Bekerjasama dengan SESRTCIC dan IDB melalui program pelatihan yang sesuai untuk 
mendapatkan bantuan teknis untuk pelaksanaan strategi dan program pengendalian 
tembakau nasional yang efektif dan berkelanjutan serta untuk membangun kerangka 
hukum yang tepat untuk mencapai visi yang terkandung dalam WHO - FCTC; 
6. Memperkenalkan Program Pengurangan Bahaya (Harm Reduction Program) yang 
bertujuan untuk mengurangi bahaya kesehatan; 
7. Mengembangkan pedoman etika penelitian pada subyek manusia; 
8. Mengembangkan kapasitas pemantauan teknis untuk mematuhi etika penelitian; 
9. Mengembangkan dan menerapkan intervensi yang efektif untuk mengurangi HIV / 
9 
AIDS tahun 2010. 
8. Road map bersama untuk bangsa 
Upaya pengendalian tembakau di Indonesia walau sudah dirintis sejak awal tahun 
1990an, namun upaya tersebut baru digerakkan secara semakin terorganisasikan semenjak 
tahun 2007, yakni dengan pembentukan Komite Nasional (Komnas) Pengendalian 
Tembakau Indonesia, serta pembentukan Indonesian Tobacco Control Centre (Pusat 
Pengendalian Tembakau Indonesia) oleh Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia 
(IAKMI), yang didukung oleh beberapa LSM atau asosiasi atau organisasi profesi yang 
memiliki kepedulian terhadap ancaman bahaya produk tembakau. 
Namun berbagai rintisan gerakan pengendalian tembakau yang dirintis oleh sejumlah 
organisasi profesi dan LSM, dirasakan kurang memberikan hasil yang optimal. Hal tersebut 
disebabkan oleh beberapa faktor penghambat berupa: 
1. Keterlambatan Indonesia dalam meratifikasi/mengaksesi FCTC, menyebabkan 
lemahnya kebijakan public dalam pengendalian tembakau,sehingga kepentingan 
dibidang kesehatan masih selalu berbenturan dengan kepentingan non-kesehatan.
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
2. Masyarakat luas belum menyadari ancaman bahaya tembakau rokok, yang dianggap 
10 
sebagai satu kebiasaan hidup belaka 
3. Terjadi praktek pembiaran terhadap ancaman bahaya rokok yang demikian kasat mata 
dalam bentuk penjualan rokok secara bebas baik tempat penjualan, cara menjual dan 
pembelinya. 
4. Kurang dirasakan adanya satu concerted efforts bagi terwujudnya mekanisme 
koordinasi yang sanggup mengkordinasi dan menggerakkan semua agenda 
pengendalian tembakau secara efektif dan efisien 
Mengingat hal tersebut diatas keberadaan “Roadmap Pengendalian Tembakau di 
Indonesia” baik yang holistic sangat diperlukan. 
Sudah tiba saatnya bagi seluruh anak bangsa untuk meninggalkan egoisme sektoralnya, 
meninggalkan cara pikir dan sudut pandang yang bersifat short-sighted, hanya 
mementingkan kepentingan-kepentingan manfaat finansial jangka pendek, namun 
menafikan kepentingan jangka panjang bagi seluruh anak bangsa. 
B. Tujuan 
Tujuan umum: 
Terlindunginya masyarakat, khususnya keluarga dan generasi muda dari ancaman bahaya 
rokok. 
Tujuan khusus: 
1. Sebagai wahana komunikasi, informasi dan edukasi bagi masyarakat tentang 
kedaruratan ancaman bahaya rokok di Indonesia. 
2. Sebagai landasan bersama dalam penyusunan dan pengembangan program dan 
kegiatan dalam upaya pengendalian rokok oleh semua pemangku kepentingan 
pengendalian rokok. 
3. Sebagai rujukan bersama dan ukuran keberhasilan dalam pelaksanaan berbagai 
upaya pengendalian rokok. 
C. Visi dan Misi 
Visi 2013 - 2025 
Terkendalikannya penyebaran dan konsumsi rokok, sehingga masyarakat Indonesia 
terlindungi dari dampak konsumsi rokok dan paparan asap rokok. 
Visi 2013 - 2015 
Dilahirkannya kebijakan publik dan regulasi di setiap tingkat pemerintahan yang mendukung 
pengendalian rokok di Indonesia.
-- P e n d a h u l u a n -- 
Visi 2016 - 2020 
Dilaksanakannya berbagai kebijakan publik dan produk perundang-undangan dalam 
pengendalian dampak rokok, disertai pengetrapan sanksi-sanki hukumnya di seluruh 
Indonesia. 
Visi 2021 - 2025 
Masyarakat Indonesia menyadari akan ancaman bahaya rokok dan menurunnya prevalensi 
perokok secara signifikan. 
Misi 
1. Gerakan Pengendalian rokok di Indonesia meneruskan komitmen dan usahanya secara 
berkelanjutan dalam upaya pengendalian rokok, baik dalam penguatan kebijakan publik 
maupun dalam upaya pengendalian konsumsi produk di komunitas. 
2. Menggalang keterpaduan upaya pengendalian rokok, baik yang dilaksanakan oleh 
pemerintah, masyarakat sipil serta masyarakat pengusaha. 
3. Melaksanakan upaya-upaya komunikasi, informasi dan edukasi berkelanjutan dalam 
rangka menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat. 
4. Mengupayakan perbaikan kehidupan petani tembakau sebagai mata rantai terdepan 
11 
dari rangkaian proses produksi rokok.
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
BAB II 
PERMASALAHAN DAN FAKTA 
A. Epidemi Akibat Konsumsi Tembakau 
Epidemi Global 
United Nations Summit on Non-Communicable Disease, New York 19 – 20 
September 2011 telah menegaskan, bahwa konsumsi tembakau, di samping konsumsi 
alkohol, diet yang buruk (poor dietary) dan kekurangan kegiatan fisik (physical inactivities), 
merupakan empat faktor resiko utama atau four common risk factors bagi meningkatnya 
empat penyakit tidak menular utama yang semakin mengancam kehidupan manusia secara 
global. Empat penyakit tidak menular utama yang semakin meningkat dan mengancam 
umat manusia secara global tersebut adalah penyakit kardiovaskular, kanker, obstruksi 
paru dan diabetes. 
Pada abad ke 20 ini diperkirakan bahwa produk tembakau dapat menyumbangkan 
kematian sebesar 100 juta kematian secara global dan apabila tidak diambil tindakan atau 
intervensi maka pada abad 21 diperkirakan mencapai 1 milyar kematian (Peto & Lopez, 
2001). Produk tembakau merupakan penyebab sekitar 2.41 (1.8-3.5) juta kematian dinegara 
berkembang pada tahun 2000 (Majid & Alan D, 2003). Angka ini menunjukkan terjadinya 
peningkatan kematian lebih dari satu juta dibandingkan kematian yang terjadi pada tahun 
1990. 
Gambar 5: 
Perbandingan angka kematian dinegara maju dan berkembang yang 
dipicu oleh kebiasaan merokok 
Sumber : Majid, E., & Alan D, L. (2003). Estimates of global mortality attributable to smoking in 2000. 
The Lancet, 362 (9387). 
12
-- Permasalahan dan Fakta -- 
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) melaporkan bahwa pada tahun 
2008 telah terdapat 1 milyar orang pengguna produk tembakau diseluruh dunia (WHO, 
2008). Konsumsi tembakau membunuh satu orang setiap 10 detik (WHO, 2002). Penyebab 
kematian satu dari dua orang perokok disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan 
konsumsi rokok(Global Smoke Free Partnership, 2009). Organisasi kesehatan dunia ini 
memperkirakan bahwa separuh kematian tersebut terjadi di Asia, karena tingginya 
peningkatan penggunaan tembakau. Angka kematian akibat rokok di negara berkembang 
meningkat hampir empat kali lipat dari 2.1 juta pada tahun 2000 menjadi 6.4 pada tahun 
2030. Sementara itu pada negara maju tren angka kematian akibat konsumsi tembakau 
justru menurun yaitu 2.8 juta menjadi 1.6 juta dalam jangka waktu yang sama. Tingkat 
prevalensi perokok pria di negara berkembang juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan 
negara maju. Akan tetapi prevalensi untuk perokok perempuan lebih tinggi dinegara maju 
daripada negara berkembang. 
Gambar 6: 
Kematian akibat merokok dinegara berkembang dan negara maju 
pada tahun 2000 dan 2030 
Sumber : Majid, E., & Alan D, L. (2003). Estimates of global mortality attributable to smoking in 2000. 
The Lancet, 362 (9387). 
13
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Gambar 7: 
Prevalensi perokok dinegara berkembang dan negara maju berdasarkan jenis kelamin 
Sumber : Majid, E., & Alan D, L. (2003). Estimates of global mortality attributable to smoking in 2000. 
The Lancet, 362 (9387). 
Perokok mayoritas dinegara maju dan negara berkembang adalah laki-laki yaitu 
mencapai 50%, dan 35%. Sementara itu perokok wanita pada negara maju mencapai 22% 
lebih tinggi dibandingkan perokok wanita dinegara berkembang 9% (Shafey, Eriksen, Ross, 
& Mackay, 2009). Kematian satu di antara sepuluh orang dewasa sekarang ini dapat 
dipastikan berkaitan dengan rokok. Angka kematian terkait dengan rokok justru meningkat 
lebih cepat di negara-negara miskin dan berkembang seperti di Indonesia. 
WHO melaporkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi pada tahun 2008, 36 juta 
diantaranya (hampir 2/3) adalah karena Penyakit Tidak Menular (PTM) yang terdiri dari 
penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes dan penyakit paru-paru kronik. Dari 36 juta 
kematian terkait PTM, 80% diantaranya terjadi di negara berkembang. Adpun penyebab 
kematian terkait PTM yang utama adalah penyakit kardiovaskular (17 juta kematian, 48%), 
kanker (7,6 juta kematian, 21%), penyakit pernafasan termasuk asma dan penyakit 
pulmonary obstruktif kronis (COPD) (4,2 juta kematian) serta diabetes (1,3 juta kematian) 
(WHO 2011) 
14
-- Permasalahan dan Fakta -- 
Gambar 8: 
Penyebab kematian terkait dengan PTM didunia untuk usia dibawah 70 tahun 
Sumber : Global Status Report on NCD 2010, WHO 2011. Data menunjukkan bahwa kematian 
terkait PTM disebabkan oleh Penyakit Kardivaskuler 39%, Kanker 27 %, Penyakit pernafasan 
kronis, penyakit digestif dan lainnya sebanyak 30 % dan diabetes 4%. 
Tragisnya seperempat kematian terkait PTM tersebut terjadi pada usia produktif yaitu 
dibawah 60 tahun. Kebiasaan mengkonsumsi rokok adalah salah satu faktor resiko yang 
memicu meningkatnya Penyakit Tidak Menular selain diet yang tidak sehat, konsumsi 
alkohol dan kurangnya aktifitas fisik (WHO, 2011). Diproyeksikan pada tahun 2030 Penyakit 
Tidak Menular (PTM) akan memberikan kontribusi angka kematian sebesar 75% dari total 
kematian secara global. Sedangkan kematian terkait dengan konsumsi rokok akan mencapai 
8 juta orang pada tahun 2030 yang merupakan 10 % dari total kematian secara global jika 
tidak ada intervensi yang dilakukan. 
Epidemi Akibat Rokok di Indonesia 
Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok tertinggi di dunia setelah 
Cina dan India dengan prevalensi perokok yaitu 36,1% (Global Adult Tobacco Survey 
(GATS) 2011). Dengan tingkat produksi rokok pada tahun 2012 telah mencapai 302,5 
miliar batang (Sampoerna, 2012) dan perkiraan jumlah penduduk mencapai 259 juta jiwa 
(kemdagri, 2011), maka terdapat 1.166 batang rokok disetiap mulut orang Indonesia 
termasuk bayi yang baru lahir. 
15
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Gambar 9: 
Delapan penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia 
Sumber : WHO Report on The Global Tobacco Epidemic, halaman 9 
World Health Organization melaporkan bahwa di Indonesia lebih dari 200.000 orang 
meninggal tiap tahunnya akibat penyakit yang disebabkan oleh mengkonsumsi produk 
tembakau (rokok) (WHO, 2008). Rokok dapat mengakibatkan penyakit kanker, penyakit 
jantung, impotensi, penyakit darah, enfisema, bronchitis kronik, dan gangguan kehamilan. 
Rokok juga merupakan penyebab dari enam penyakit penyebab kematian tertinggi didunia. 
Prevalensi perokok di Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan dari 
tahun ke tahun. Perubahan mencolok dapat dilihat dari data prevalensi perokok dewasa 
sejak tahun 1995 hingga 2011. Jumlah perokok pria meningkat 14 persen dari 53,4% tahun 
1995 menjadi 67,4% pada tahun 2011. Peningkatan tertinggi terjadi pada perokok 
perempuan yang meningkat menjadi 2,6 kali lipat dari 1,7 % pada tahun 1995 menjadi 
4,5% pada tahun 2011. Secara total jumlah perokok di Indonesia meningkat 9,1 % dari 27 
% pada tahun 1995 menjadi 36,1 % pada tahun 2011. 
Dengan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237.556.363 orang maka jumlah 
absolut penduduk yang merokok sebanyak 59 juta orang. Dengan prediksi jumlah penduduk 
pada tahun 2012 sebanyak 259juta maka pada tahun 2012, jumlah perokok saat ini tidak 
akan kurang dari 93 juta orang. 
16
-- Permasalahan dan Fakta -- 
Gambar 10: 
Prevalensi merokok* penduduk umur > 15 tahun berdasarkan jenis kelamin, 
Indonesia - tahun 1995, 2001, 2004, 2007, 2010, dan 2011 
34.2 34.7 36.1 
Tabel 1: 
27 31.5 34.4 
Prevalensi perokok umur > 15 tahun berdasarkan umur mulai merokok di Indonesia 
tahun 1995, 2001, 2004, 2007 dan 2010 
80 
70 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
Sumber: SUSENAS 1995, SKRT 2001, SUSENAS 2004, RISKESDAS 2007* dan 2010* 
Catatan: termasuk merokok tiap hari dan kadang-kadang; *) tembakau hisap dan kunyah 
Tabel 1 menggambarkan pola umur mulai merokok di Indonesia, dengan angka 
prevalensi tertinggi adalah mulai merokok pada usia 15-19 tahun atau di masa usia sekolah 
(SMP/SMA) pada semua tahun survey (tahun 1995 s/d 2010). Pola prevalensi tidak berbeda 
sejak tahun 1995. Meskipun demikian terjadi kecenderungan umur mulai merokok usia 
muda 5 – 14 tahun meningkat dari 9,6% pada tahun 1995 menjadi 19,2% pada tahun 2010. 
Pada kelompok umur mulai merokok 30 tahun ke atas, terjadi peningkatan yang cukup 
tajam pada dari hasil survey tahun 2004 sebesar 1,82% menjadi 6,9% pada tahun 2007 dan 
17 
53.4 
62.2 63.1 65.6 65.9 67.4 
1.7 1.3 
4.5 5.2 4.2 4.5 
0 
1995 2001 2004 2007 2010 2011 
Laki‐laki 
Perempuan 
Total 
Sumber: SUSENAS 1995, SKRT 2001, SUSENAS 2004, RISKESDAS 2007*dan 2010*, GATS 2011 
Catatan: termasuk merokok tiap hari dan kadang-kadang; *) data 2007 dan 2010 termasuk tembakau hisap 
dan kunyah. 
Umur mulai merokok 
Tahun 
1995 2001 2004 2007 2010 
5 ‐ 9 tahun 0.60 0.40 1.70 1.90 1.70 
10 ‐ 14 tahun 9.00 9.50 12.60 16.00 17.50 
15‐19 tahun 54.60 58.90 63.70 50.70 43.30 
20‐24 tahun 25.80 23.90 17.20 19.00 14.60 
25‐29 tahun 6.30 4.80 3.10 5.50 4.30 
30+ tahun 3.80 2.60 1.82 6.90 18.60
-- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 
Gambar 11: 
Prevalensi Perokok Menurut Usia Merokok tahun 1995 - 2010 
Sumber: SUSENAS 1995, SKRT 2001, SUSENAS 2004, RISKESDAS 2007* dan 2010* 
Catatan: termasuk merokok tiap hari dan kadang-kadang; *) tembakau hisap dan kunyah 
18,6% pada tahun 2010. Peningkatan dari 6,9% pada tahun 2007 menjadi 18,6% pada 
tahun 2010 kemungkinan berkaitan dengan merokok sebagai fungsi sosial pada usia 
produktif kerja. 
Gambar 12: 
Prevalensi perokok usia 15-19 pada tahun 1995-2010 
Sumber: SUSENAS 1995, SKRT 2001, SUSENAS 2004, RISKESDAS 2007*, 2010* 
Catatan: termasuk merokok tiap hari dan kadang-kadang; *) data 2007 dan 2010 termasuk tembakau hisap dan 
kunyah 
18
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia

More Related Content

Similar to Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia

Narkoba membawa malapetaka bagi kesehatan
Narkoba membawa malapetaka bagi kesehatanNarkoba membawa malapetaka bagi kesehatan
Narkoba membawa malapetaka bagi kesehatan
Andi Ichal
 
Narkoba membawa malapetaka bagi kesehatan
Narkoba membawa malapetaka bagi kesehatanNarkoba membawa malapetaka bagi kesehatan
Narkoba membawa malapetaka bagi kesehatan
Andi Ichal
 
Makalah Perilaku merokok berdasarkan usia
Makalah Perilaku merokok berdasarkan usiaMakalah Perilaku merokok berdasarkan usia
Makalah Perilaku merokok berdasarkan usia
TiyaPurnanita
 
HIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdf
HIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdfHIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdf
HIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdf
taty38478
 
Artikel membangun-remaja-bebas-narkoba
Artikel membangun-remaja-bebas-narkobaArtikel membangun-remaja-bebas-narkoba
Artikel membangun-remaja-bebas-narkoba
Jemmy Charles
 

Similar to Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia (20)

Proposal hani 2013
Proposal hani 2013Proposal hani 2013
Proposal hani 2013
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
 
Narkoba membawa malapetaka bagi kesehatan
Narkoba membawa malapetaka bagi kesehatanNarkoba membawa malapetaka bagi kesehatan
Narkoba membawa malapetaka bagi kesehatan
 
Narkoba membawa malapetaka bagi kesehatan
Narkoba membawa malapetaka bagi kesehatanNarkoba membawa malapetaka bagi kesehatan
Narkoba membawa malapetaka bagi kesehatan
 
Pelurusan Tafsir Tentang Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dalam...
Pelurusan Tafsir Tentang Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dalam...Pelurusan Tafsir Tentang Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dalam...
Pelurusan Tafsir Tentang Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dalam...
 
Rokok sik
Rokok sikRokok sik
Rokok sik
 
Makalah Perilaku merokok berdasarkan usia
Makalah Perilaku merokok berdasarkan usiaMakalah Perilaku merokok berdasarkan usia
Makalah Perilaku merokok berdasarkan usia
 
Makalah Penyajian Data Kesehatan
Makalah Penyajian Data KesehatanMakalah Penyajian Data Kesehatan
Makalah Penyajian Data Kesehatan
 
Rokok sik 1
Rokok sik 1Rokok sik 1
Rokok sik 1
 
HIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdf
HIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdfHIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdf
HIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdf
 
NICOTIN WAR : PERANG NIKOTIN DAN PARA PEDAGANG OBAT -- WANDA HAMILTON
NICOTIN WAR : PERANG NIKOTIN DAN PARA PEDAGANG OBAT -- WANDA HAMILTONNICOTIN WAR : PERANG NIKOTIN DAN PARA PEDAGANG OBAT -- WANDA HAMILTON
NICOTIN WAR : PERANG NIKOTIN DAN PARA PEDAGANG OBAT -- WANDA HAMILTON
 
KITA ADALAH KORBAN
KITA ADALAH KORBANKITA ADALAH KORBAN
KITA ADALAH KORBAN
 
Tobacco initiative bab_7-larangan_menyeluruh_terhadap_iklan.doc
Tobacco initiative bab_7-larangan_menyeluruh_terhadap_iklan.docTobacco initiative bab_7-larangan_menyeluruh_terhadap_iklan.doc
Tobacco initiative bab_7-larangan_menyeluruh_terhadap_iklan.doc
 
Tugas 5 shella
Tugas 5 shellaTugas 5 shella
Tugas 5 shella
 
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008
Laporan Pertemuan Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik 2008
 
Artikel membangun-remaja-bebas-narkoba
Artikel membangun-remaja-bebas-narkobaArtikel membangun-remaja-bebas-narkoba
Artikel membangun-remaja-bebas-narkoba
 
Isd indonesia keranjang sampah nikotin kel.3
Isd indonesia keranjang sampah nikotin kel.3Isd indonesia keranjang sampah nikotin kel.3
Isd indonesia keranjang sampah nikotin kel.3
 
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
 
Dampak Merokok Bagi Kesehatan Manusia
Dampak Merokok Bagi Kesehatan ManusiaDampak Merokok Bagi Kesehatan Manusia
Dampak Merokok Bagi Kesehatan Manusia
 

More from Deni Kurniawan

More from Deni Kurniawan (7)

FCTC dan Pilihan Bagi Petani Tembakau (Presentasi di ICTOH 2016)
FCTC dan Pilihan Bagi Petani Tembakau (Presentasi di ICTOH 2016)FCTC dan Pilihan Bagi Petani Tembakau (Presentasi di ICTOH 2016)
FCTC dan Pilihan Bagi Petani Tembakau (Presentasi di ICTOH 2016)
 
Tobacco farmers and TC in indonesia
Tobacco farmers and TC in indonesia Tobacco farmers and TC in indonesia
Tobacco farmers and TC in indonesia
 
Tobacco Farming in Indonesia
Tobacco Farming in IndonesiaTobacco Farming in Indonesia
Tobacco Farming in Indonesia
 
Tinjauan Analitis terhadap Peran Pemerintah dalam Isu Pengendalian Tembakau
Tinjauan Analitis terhadap Peran Pemerintah dalam Isu Pengendalian TembakauTinjauan Analitis terhadap Peran Pemerintah dalam Isu Pengendalian Tembakau
Tinjauan Analitis terhadap Peran Pemerintah dalam Isu Pengendalian Tembakau
 
Presentasi Pengendalian Tembakau
Presentasi Pengendalian TembakauPresentasi Pengendalian Tembakau
Presentasi Pengendalian Tembakau
 
Kita adalah Korban
Kita adalah KorbanKita adalah Korban
Kita adalah Korban
 
Bahaya Rokok
Bahaya RokokBahaya Rokok
Bahaya Rokok
 

Recently uploaded

KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
DosenBernard
 
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponenDiac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
BangMahar
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
IniiiHeru
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
DIGGIVIO2
 
RESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptx
RESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptxRESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptx
RESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptx
mirzagozali2
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
EndangNingsih7
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
TaufikTito
 

Recently uploaded (20)

Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWUHasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponenDiac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
RESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptx
RESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptxRESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptx
RESUME KEWARGANEGARAAN_7 DAN 9._tugas ke 2pptx
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
 
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptxmateri konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
 
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCCPERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
 
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
 
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptDATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 

Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia

  • 2.
  • 3. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- PETA JALAN PENGENDALIAN PRODUK TEMBAKAU NDONESIA Perlindungan terhadap Keluarga, Generasi Muda dan Bangsa terhadap Ancaman Bahaya Rokok. Hak cipta ada pada tim editor @ Indonesian Tobacco Control Network Aliansi Pengendalian Tembakau Indonesia Alamat: Jalan benda IV No.25 kebayoran Baru Jakarta Selatan Telp: (021) 739318 Tim Editor: Dr. Sudibyo Markus MBA, Dr. Kartono Mohamad, Dr. Prijo Sidipratomo Sp Rad, Mia Hanafiah, Dr. Widyastuti Soerojo MPH, Dr. Hakim Sarimuda Pohan Sp.OG., DR. Rohani Budi Prihatin, Dr. Alex Papilaya MPH, Dra. Tien Sapartinah, Drs. Abdillah Ahsan, Tulus Abadi S.H, Siti Masyitah S.E., MA., Deni Wahyu Kurniawan S.Th.I, M. Abdoel Malik R. ISBN No. 978-979-636-151-9 Hak Terbit Penerbit: Muhammadiyah University Press Universitas Muhammadiyah Surakarta Kampus I Gd. I, Jalan A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102 Telp. 0271 717417 Fax 0271 715448 ii
  • 4. -- Sambutan-Sambutan -- Kata Pengantar Universitas Muhammadiyah Surakarta University Press Bismillahirrahmanirahiem Assalamu’alaikum wr. Wb. Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), melalui UNIVERSITY PRESSnya bersyukur, dapat berkontribusi dalam Penerbitan Road Map atau Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia ini, yang digagas oleh Aliansi Masyarakat Pengendalian Tembakau Indonesia. Keterlibatan UMS University Press tersebut, merupakan bagian dari tanggung jawab lembaga pendidikan tinggi dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, tidak saja dari sisi Pengabdian Masyarakat, tapi juga dalam tugas Pendidikan dan Penelitian, karena ternyata Road Map Pengendalian Produk Tembakau ini amat sarat dengan panggilan untuk mendidik masyarakat, serta meneliti lebih lanjut berbagai dampak negative dari konsumsi rokok. Sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tinggi milik Muhammadiyah, keterlibatan University Press UMS ini juga merupakan panggilan untuk berdakwah dan amar makruf nahi munkar, untuk selalu mengingatkan, agar masyarakat perokok selalu berusaha dan tak kenal menyerah untuk meninggalkan kegiatan buruk yang bersifat khobaa’itz atau merusak diri sendiri dan bunuh diri pelan-pelan tersebut. Terlebih lagi, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sebagai tindak lanjut dari Fatwa bahwa merokok hukumnya adalah haram, telah pula memerintahkan seluruh lembaga amal usaha Muhammadiyah, lembaga pendidikan sejak Bustanul Atfal atau Taman Kanak-Kanak hingga lembaga Pendidikan Tingginya, lembaga pelayanan kesehatan atau Rumah Sakit, lembaga pelayanan sosial berupa Panti Asuhan, bahkan forum-forum Musyawarah Muhammadiyah, untuk secara istiqomah pula, membebaskan diri dari asap rokok, maupun sponsor dan iklan rokok. Sekali lagi diperlukan sikap istiqomah, kesabaran, melalui upaya-upaya pendidikan, penyadaran, karena sungguh tidak mudah bagi para perokok untuk dengan serta merta menghentikan kebiasaan merokok yang adiktif tersebut. iii
  • 5. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Kiranya kontribusi kecil University Press UMS dalam mencetak dan menerbitkan Road Map atau Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau ini, memberi manfaat kepada masyarakat luas . Semoga Allah swt meridloi dan memberkati segala ikhtiar dan amal usaha kemanusiaan iv kita bersama. Amien. Surakarta, 20 Juni 2013 Universitas Muhammadiyah Surakarta Rektor Prof. Dr. Bambang Setiadji
  • 6. KATA -- Sambutan-PENGANTAR Sambutan -- Koordinator Tim Penulisan Buku “Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia” Perlindungan terhadap Keluarga, Generasi Muda dan Bangsa Terhadap Ancaman Bahaya Rokok” v The Great Trinity All our knowledge bring us nearer to our ignorance all our ignorance bring us nearer to death but nearness to death no nearer to god where is the life we have lost in living where is the wisdom we have lost in information the cycles of heaven in twenty centuries bring us farther from god and nearer to the dust -T. S. Eliot Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, perjalanan yang cukup panjang dalam upaya penulisan buku Road Map atau “Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia” yang kita rintis dalam pertemuan awal pada tanggal 8 November 2009, akhirnya dapat kita selesaikan, walau dalam waktu yang agak lebih lama dari waktu yang kita prakirakan. Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Andrew Tani, CEO Andrew Tani & Co, yang telah bersedia memandu kita bersama dalam bagaimana menyusun satu road map dalam format yang baik, termasuk dalam mendorong pengembangan cohesiveness antar kita anggota jejaring pengendalian tembakau. “We are aligned now”, motto yang selalu beliau tekankan kepada kita bersama. Motto tersebut memang benar, tidak saja dalam arti pengembangan komitmen bersama kita dalam penyelesaian buku ini, tapi juga bahwa road map pengendalian produk tembakau ini memang akan “mempersatukan” semua pemangku kepentingan atau stake holders, untuk berangkat dari titik yang sama, menuju ke titik yang berbeda-beda, sasaran dan bidang garapan yang berbeda, dengan metode dan tehnik yang berbeda, tapi dengan tujuan yang sama, yakni menyelamatkan masyarakat dan bangsa Indonesia dari ancaman bahaya kehancuran akibat adiksi tembakau. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Nina Sardjunani, Deputi Meneg PPN Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan; Bapak Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Dirjen P2PL Kemenkes RI dan Bapak Dr. Emil Agustiono, Deputy Menko Kesra Bidang Kesehatan dan Kependudukan beserta jajarannya masing-masing, yang telah memberikan dukungan, dorongan serta bantuan bagi terselesaikan penulisan buku ini. Tentu ucapan terima kasih kami tujukan kepada semua teman yang mewakili seluruh anggota Jejaring Pengendalian Tembakau Indonesia (Indonesian Tobacco Control Network), yang yelah membuktikan komitmen serta kontribusinya dari awal hingga diselesaikannya penulisan buku ini.
  • 7. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- vi Road Map untuk siapa? Pertanyaan pertama yang diajukan pada rapat awal rencana penulisan Road Map atau Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia di ruang rapat Pusat Dakwah Muhammadiyah, tanggal 14 Oktober 2010 adalah, “road map pengendalian tembakau di Indonesia ini nanti milik siapa?” Pertanyaan ini wajar, karena selama ini masyarakat Indonesia hanya mengenal satu road map yang terkait dengan industri hasil tembakau (IHT), yakni “Road Map 2007 – 2020 Industri Hasil Tembakau dan Kebijakan Cukai”, yang jelas-jelas merupakan milik kalangan industri tembakau, yang jelas amat berfokus pada segala upaya keberhasilan bisnis rokok. Selama ini hanya isu kesehatan yang mengedepan dalam upaya pengendalian produk tembakau, yang didukung secara optimal oleh lembaga dan berbagai sumber daya kesehatan. Sementara berbagai isu lain yang terkait dengan tembakau, seperti cukai, perlindungan petani tembakau dan pekerja industri serta perlindungan masyarakat secara luas belum mengedepan secara proporsional, sehingga laju ekspansi industri tembakau yang berdampak pada peningkatan konsumsi rokok praktis sulit dikendalikan. Berbagai upaya pengendalian tembakau yang terkait dengan isu kesehatan, terutama dalam upaya melahirkan berbagai produk legal atau perundang-undangan dalam pengen-dalian produk tembakau, dengan Kementerian Kesehatan sebagai leading sektornya, selalu terhambat dan berbenturan dengan kepentingan isu-isu non kesehatan tersebut di atas. Setelah melalui diskusi mendalam, akhirnya peserta rapat yang merupakan wakil-wakil organisasi masyarakat sipil dan anggota Jaringan Pengendalian Tembakau Indonesia (Indonesian Tobaccop Control Network) beserta peserta perwakilan dari BAPPENAS, Kemenko Kesra RI dan Kemenkes RI tersebut menyepakati beberapa hal, yakni: Pertama, bahwa Road Map Pengendalian Tembakau di Indonesia adalah milik semua stake holders atau pemangku kepentingan terhadap masalah pertembakauan, baik dari unsur pemerintah, kalangan pengusaha maupun masyarakat sipil. Kedua bahwa Road Map Pengendalian Tembakau di Indonesia merupakan (i) bahan komunikasi, informasi dan edukasi bagi masyarakat untuk memahami ancaman bahaya tembakau, sekaligus (ii) merupakan rujukan dalam mengembangkan kebijakan dan merancang program / rencana aksi dalam upaya pengendalian tembakau di Indonesia, serta (iii) merupakan rujukan dalam pengukuran ca-paian kinerja masing-masing pemangku kepentingan. Peran dan tanggung jawab masyarakat sipil Sesuai dengan pengertian masyarakat sipil sebagai “semua individu, organisasi, institusi yg berada di antara keluarga, negara dan pasar, dimana orang berhimpun secara sukarela/bebas untuk mengagendakan kepentingan bersama (Helmut K. Anheier, 2004, p.20), maka segenap anggota Jaringan Pengendalian Tembakau Indonesia, yang sadar akan kedaruratan ancaman bahaya tembakau di tanah air, berhimpun untuk mengagendakan kepentingan bersama, yakni melindungi masyarakat dan bangsa dari ancaman bahaya rokok.
  • 8. -- Sambutan-Sambutan -- Di tahun 1970, ketika konsumen rokok di Indonesia “masih” berjumlah 30 milyar batang, masyarakat belum terlalu merasakan ancaman bahaya rokok tersebut. Sebagian orang masih menganggap bahwa merokok sekedar: kebiasaan belaka. Tapi kini di tahun 2013, ketika konsumsi rokok telah mencapai 302 milyar batang pertahun untuk penduduk yang berjumlah 240 juta jiwa, maka kita baru terkejut akan tingkat kedaruratan ancaman bahaya rokok. Di setiap mulut penduduk Indonesia telah di”penuhi” dengan 1250 batang rokok per tahun termasuk bayi baru lahir telah tersedia rokok yang siap dihisap. Naudzubillah. Korban penyakit akibat rokok semakin banyak berjatuhan. Sementara hak warga negara untuk mendapatkan lingkungan hidup yang bersih dan sehat yang merupakan unsur penting dalam perlindungan HAM semakin diabaikan dan dilanggar. Karena dari mulai rumah tangga, angkutan umum dan berbagai fasilitas umum, bahkan sampai Bandara Internasional pun, semakin dicemari oleh asap rokok. Dampak di tingkat mikro, meso dan makro Sementara itu dampak yang ditimbulkan akibat kebiasaan merokok yang menghinggapi sebagian besar usia produktif bangsa ini, semakin mengkhawatirkan sejak ditingkat mikro, meso hingga makro. Di tingkat mikro berupa berbagai kerugian di bidang kesehatan dan kerugian ekonomis yang ditimbulkan untuk belanja rokok, yang menurut berbagai survey Badan Pusat Statistik, mengalahkan belanja untuk beras dan berbagai kebutuhan primer rumah tangga lain, terutama untuk pendidikan dan kesehatan. Ditingkat meso, kenyataan bahwa beberapa orang terkaya di Republik ini adalah pengusaha rokok, dengan mudah menggambarkan bagaimana para pengusaha rokok dengan mudah menyedot rupiah demi rupiah dari keluarga-keluarga miskin di Indonesia karena pengaruh adiktif atau ketagihan mereka terhadap nikotin tembakau. Kerugian sosial ekonomi di tingkat keluarga dan komunitas, pencemaran lingkungan yang merupakan pelanggaran terhadap hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat berakumulasi di tingkat yang lebih luas. Sedang di tingkat makro, perilaku yang timbul oleh adiktif terhadap nikotin tembakau, apalagi ketika perilaku adiktif ini juga merupakan gateway, membuka jalan dan kecenderungan menuju pemakaian narkoba, minuman keras dan akan berakhir dengan HIV/AIDS, benar-benar merupakan silent disaster yang telah dan akan terus sambung-sinambung memakan korban yang lebih dahsyat, bahkan dari tsunami Aceh sekalipun. Minimalnya kebijakan nasional dan peraturan perundang-undangan yang melindungi segenap bangsa dan masyarakat terhadap ancaman kedaruratan bahaya tembakau yang merupakan Amanat Konstitusi ini, telah mendorong kita, masyarakat sipil anggota Jejaring Pengendalian Tembakau Indonesia, untuk mengasosiakan kepentingan bersama kita, yakni mengupayakan perlindungan terhadap tak keberdayaan masyarakat korban adiktif nikotin tersebut, serta mencegah jatuhnya korban lebih banyak, terutama dari kalangan generasi muda. vii
  • 9. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Insya Allah Buku Indonesian Tobacco Control Road Map atau “Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau Indonesia” ini, adalah jawaban awal kita dalam merespons kedaruratan tersebut, baik berupa kedaruratan ancaman berbagai gateways terhadap beberapa zat adiktif yang fatal tersebut, maupun berupa minimalisnya kebijakan dalam perlindungan masyarakat yang jelas-jelas diamanatkan oleh Konstitusi, termasuk terhadap tidak diratifikasi dan belum diaksesinya Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), yang telah menjadi kesepakatan global sejak tahun 2003 tersebut. Bangsa Indonesia yang merupakan negara demokratis terbesar ke empat di dunia ini, akan selalu merasa terganggu manakala sebagai bangsa bermartabat di berbagai forum Internasional, manakala kita abai dalam melindungi rakyatnya dari ancaman kedaruratan bahaya tembakau. Semoga Allah meridloi ikhtiar kemanusiaan kita bersama. Amien. Jakarta, 24 Juni 2013 Koordinator Tim Penulisan Buku “Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia” Sudibyo Markus viii
  • 10. -- Sambutan-Sambutan -- INDONESIAN TOBACCO CONTROL NETWORK (ITCN) Sekapur Sirih Jalan Pengendalian Tembakau Tembakau merupakan factor besar, kalau bukan terbesar, dalam kasus-kasus kematian yang dapat dicegah untuk beberapa jenis penyakit (Preventable Death), khususnya penyakit tidak menular .Adalah kenyataan bahwa angka kematian akibat penyakit tidak menular di Indonesia sudah mengungguli kematian akibat penyakit menular. Tembakau mengandung nikotin yang sangatadiktif, menimbulkan kecanduan yang sulitdihentikan, pada konsumennya. Dan rokok merupakan pengantar nikotin yang juga diikuti oleh berbagai racun kimia yang berpotensi kuat untuk merusak kesehatan. Prof. Charles Sampford, pakar etika dan hokum dari Universitas Griffith Australia, menyebut industry rokok sebagai Corrupt Corporate that Kill their Consumers (KKKK). Selain itu, upaya pengendalian rokok demi melindungi kesehatan masyarakat juga sering ditanggapi dingin oleh banyak pejabat dan politisi yang menganggap bahwa industry rokok adalah salah satu sumber investasi bagi negara. Di sisi lain masyarakat perokok sendiri tidak memahami bahwa pada hakikatnya mereka menjadi korban dari perilaku industry rokok yang telah menjerat mereka untuk menjadi kecanduan. Oleh karena itu perjuangan untuk membebaskan masyarakat dari bahaya asap rokok memerlukan stamina yang besardan kesiapan untuk berjuang dalam jangka waktu yang panjang. Apalagi kini tinggal Indonesia, Negara dengan penduduk besar dan jumlah perokok tertinggi ketiga, yang masih dianggap lunak oleh industry rokok internasional. Mereka tentu dengan segala daya akan mempertahankan keadaan itu karena di negara lain gerqak mereka sudah dan sangat dibatasi. Indonesia is the last bastion for tobacco industry. Tetapi betapapun juga kita harus tetap berupaya membebaskan rakyat Indonesia dari jeratan kecanduan nikotin dan bahaya asap rokok. Untuk itulah perlu dibuat suatu Peta Jalan yang dapat diikuti oleh semua penggiat pengendalian tembakau tentang arah kemana yang harus dituju. Peta Jalan ini bersifat terbuka, dapat diketahui oleh siapa saja, termasuk masyarakt umum sehingga mereka pun tahu apa sebenarnya yang kita lakukan. ix
  • 11. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Kita dapat memahami bahwa kekuatan industry rokok sangatlah besar. Nyaris tidak terbatas. Mereka sudah bagaikan kartel candu atau kokain yang mempunyai uang dalam jumlah nyaris tidakterbatas, berkat menjual racun adiktif. Mereka dapat membeli apa saja atau membayar siapa saja demi untuk melanggengkan bisnisnya, tanpa peduli apakah hal itu berdampak buruk pada kesehatan dan kualitas generasi yang akan datang. x Jakarta, 17 Juni 2013 dr. Kartono Muhammad Indonesian Tobacco Control Network (ITCN) JALAN BENDA IV NO 25 KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PHONE/FAX : (62-21) 7393181 EMAIL : sekretariat@tcsc-indonesia.org
  • 12. -- Sambutan-Sambutan -- SAMBUTAN KETUA UMUM KOMNAS PENGENDALIAN TEMBAKAU Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas terbitnya “Road Map” atau Peta Jalan Pengendalian xi Produk Tembakau di Indonesia. Merokok telah menjadi wabah dari tahun ke tahun di Indonesia dan terus meluas dan meningkat dimasyarakat terutama dikalangan ekonomi lemah dan generasi muda. Epidemi merokok di Indonesia telah menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-3 jumlah perokok terbesar di dunia. Hasil Global Adult Tobacco Survey(GATS) 2011, kerjasama WHO dengan Kementerian Kesehatan RI menyebutkan Indonesia menempati peringkat pertama diantara 16 negara yang disurvei dengan tingkat pevalensi perokok aktif tertinggi yaitu 67,4 persen untuk laki-laki dan 4,5 persen untuk perempuan, yang artinya, sekitar 36,1 persen atau 60 juta penduduk Indonesia adalah perokok aktif. Prevelensi perokok dikalangan remaja dan masyarakat miskin terus meningkat, pendapatan masyarakat miskin 20% mereka belanjakan untuk rokok dibanding untuk kesehatan dan pendidikan. Upaya pengendalian tembakau harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan diikuti dengan program dan tindakan nyata dari semua pihak. Program pengendalian tembakau harus diprioritaskan pada strategi pengembangan regulasi dengan mendorong diterbitkanya kebijakan pengendalian tembakau yang komprehensif sehingga dapat melindungi masyarakat dari ancaman jeratan adiksi rokok. “Road Map” atau Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia yang disusun bersama jejaringan pengendalian tembakau yang di MPKU PP. Muhammadiyah dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan rencana, strategi program dan tindakan agar semua kegiatan dapat terarah dan bersinergi satu dengan yang lain sehingga tujuan pengendalian tembakau di Indonesia dapat cepat tercapai. Penghargaan dan ucapan selamat saya sampaikan kepada MPKU PP. Muhammadiyah dan Tim Penyusun serta pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi dan berperan aktif memberikan masukan dalam penyusunan Road Map ini. Saya berharap Road Map ini dapat bermanfaat dan menjadikan acuan bagi kita semua dalam upaya pengendalian tembakau di Indonesia untuk mencapai masyarakat Indonesia yang sehat dan sejahtera demi Indonesia yang lebih baik.
  • 13. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan meridhoi perjuangan kita semua dalam melindungi masyarakat Indonesia terutama generasi muda dari dampak buruk bahaya merokok. xii Jakarta, 17 Juni 2013 Komnas Pengendalian Tembakau Dr. Prijo Sidipratomo,Sp. Rad (K) Ketua Umum
  • 14. -- Sambutan-Sambutan -- Indonesian Institute for Social Development KATA SAMBUTAN Indonesian Institute for Social Development (IISD) tertarik mengikuti dialog dalam masalah konsumsi tembakau dari segi social development atau pembangunan xiii sosialnya. Banyak para founding fathers Republik Indonesia yang berpengharapan, bahwa dalam kira-kira dua puluh tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan di tahun 1945, bangsa Idonesia akan dapat memasuki tahap-tahap awal kesejahteraaannya. Namun pembangunan yang terlalu bertumpu pada pembangunan politik, demikian juga pembangunan yang betumpu pada pembangunan ekonomi, ternyata tak sanggup mengantar bangsa Indonesia untuk mencapai taraf kesejahteraan yang diharapkan tersebut. Resolusi Sidang Umum PBB No. 1710 tentang Dasawarsa Pembangunan atau Development Decade menegaslan, bahwa “untuk dapat mencapai kemajuan sosial atau social advancement, Negara-negara di dunia harus minimal mampu mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5%, sehingga Negara tersebut akan sanggup berkembang maju di atas dasar self sustaining growth atau di atas kekuatan sendiri. Jadi disamping kemajuan ekonomi, juga akan diikuti oleh kemajuan sosial. Namun untuk Indonesia, walau dalam banyak tahapan pembangunan, bahkan selama krisis moneter global sekalipun di tahun 1998, dimana Indonesia rata-rata masih sanggup mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5%. Namun kenapa kemajuan sosial, terutama pemerataan kesejahteraan di Indonesia tak kunjung tercapai. Gunar Myrdal dalam Asian Drama-nya jilid III mengatakan, bahwa “the movement of the whole social system upwards is what all of us in fact mean by development”, yakni bahwa “pembangunan harus diartikan sebagai kemajuan dan perbaikan seluruh sistem sosial”. Konsumsi rokok mencakup tiga dimensi kerugian, yakni (i) biaya nominal untuk membeli rokok, (ii) biaya untuk menanggulangi penyakit akibat rokok” dan (iii) penurunan tingkat produktivitas masyarakat karena pengaruh nikotin. Apalagi nikotin yang dikandung tembakau, yang semakin luas dikenal sebagai gateway drugs, memberikan efek ganda dengan berbagai zat adiktif lain seperti narkoba, alkohol, inhalan dan berbagai psikhotropika lain. Sehingga terjadilah efek domino sosial, ekonomi yang sacara kuat berpengaruh pada perilaku budaya dan sosial masyarakat.. Hal-hal tersebut di atas memberikan pengaruhnya
  • 15. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- secara timbal balik, menurut Prof. Surjono Sukanto, baik di tingkat (i) keperangkatan atau infrastruktur sosial masyarakat, (ii) kepranataan sosial, dan (iii) perilaku dan norma sosial masyarakat. Sangat jelas, bahwa konsumsi rokok tidak saja memberikan efek merugikan di bidang ekonomi, tapi juga di bidang perilaku sosial masyarakat. Semoga penerbitan “Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia” ini membuat masyarakat dan bangsa Indonesia semakin cerdas, selalu belajar dari berbagai permasalahan yang timbul akibat rokok, baik di tingkat mikro, yakni di aras keluarga dan masyarakat, di tingkat meso, yakni di aras regional dan nasional, dan di tingkat makro , yakni di aras pembelajaran dari masyarakat dan bangsa-bangsa internasional. Semoga Buku ini mempersatukan seluruh pelaku dan pegiat pengendalian produk tembakau, baik dari instansi pemerintah, masyarakat sipil maupun dunia usaha yang compasionate atau “ramah lingkungan”. Jakarta, 17 Juni 2013 Indonesian Institute for Social Development Pembina Tien Sapartinah xiv
  • 16. -- Sambutan-Sambutan -- Sambutan Ketua Dewan Pembina People’s CAUCUS Against Addictives Bersatu Menghadapi Darurat Nasional Ancaman Zat Adiktif. Assalamu’alaikum Penerbitan w.w. Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau atau rokok yang diterbitkan oleh Aliansi Masyarakat Pengendalian Produk Tembakau Indonesia ini, sungguh tepat pada waktunya, ketika masyarakat Indonesia tiba-tiba tersentak, terbangun dan terbeliak mendapatkan konsumen dan korban zat adiktif rokok sudah demikian besar di Indonesia. Tujuh puluh juta konsumen atau prevalensi perokok di Indonesia adalah angka yang mencengangkan. Tahun tujuh puluhan, ketika konsumsi rokok “baru” mencapai 30 miliar batang, masyarakat kita begitu tenang –tenang dan belum merasa terusik. Pertama karena memang informasi tersebut tidak tersebar luas. Ke-dua merokok pada waktu itu dianggap kebiasaan sepele yang tak menganggu. Ke-tiga, karena pada waktu itu belum begitu banyak ruang publik yang terganggu oleh asap rokok, dan ke-empat karena masyarakat belum mengenal dampak negative rokok, bahwa rokok ternyata mengandung zat adiktif dan karsinogenik yang sangat berbahaya dan berakibat fatal, baik bagi perokok sendiri, maupun bagi lingkungan yang terpapar asap rokok.. People’s CAUCUS Against Addictives sebagai lembaga swadaya masyarakat yang sadar akan ancaman berbagai zat adiktif, dari semula menyadari bahwa rokok masuk dalam katagori gateway drug, yakni zat adiktif yang bilamana dikonsumsi oleh seseorang, akan cenderung membawa perokok tersebut mengkonsumsi zat adiktif lain yang semakin kuat. Kini gateway drugs yang terdiri atas tembakau, berbagai macam narkoba, minuman keras dan berbagai inhalants, telah ber-sinergi meracuni masyarakat, terutama generasi muda. Para pecandu gateway drugs tersebut tidak saja merusak dan menghancurkan diri mereka sendiri, tapi juga menebar teror di lingkungan. Bahkan dalam keseharian, mereka menebar teror di jalan raya, berupa kecelakaan lalu lintas yang menyasar warga masyarakat yang tak berdosa di pinggir jalan.. Namun kita tak boleh panik menghadapi teror zat adiktif yang sudah mencapai tahap darurat nasional tersebut. Terlebih ketika industri rokok tanpa pernah merasa bersalah, terus menebar teror mereka dengan mencari dan memprioritaskan generasi muda sebagai konsumen baru, untuk mengganti generasi tua yang akan dan telah surut kebelakang karena usia. Segenap lembaga swadaya masyarakat, bersama seluruh elemen masyarakat sipil atau civil society lainnya, berbagai kelompok profesi, wanita, generasi muda, rumah Sakit pemerintah dan swasta, perguruan tinggi, lembaga keagamaan, perlu mengkonsolidasikan kerjasama dan berjejaring di semua tingkatan masyarakat, dari tingkat lingkungan wilayah tempat tinggal atau RT / RW, Kelurahan, Kecamatan, sampai ke tingkat nasional. xv
  • 17. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Kegiatan-kegiatan penyuluhan dan sosialisasi terhadap ancaman darurat nasional gateway drugs atau mata rantai zat adiktif ke seluruh komunitas, kita padukan dengan berbagai kegiatan advokasi kebijakan publik di jenjang-jenjang yang sama, harus secara berkesinambungan kita laksanakan secara sistematis dan terencana. Sementara itu, kita berharap, bahwa para pengambul keputusan di lingkungan legislative, judikatif dan eksekutif di tingkat pusat maupun daerah, hendaknya segera membuka mata dan menyadari terhadap tanggung jawab mereka dalam melindungi masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi. Jangan dibiarkan anak bangsa terus berlanjut menjadi korban industri zat adiktif dan membiarkan berbagai institusi Negara yang seharusnya berfungsi melindungi rakyat, justru berdamai dengan lobi industri yang secara legal dibiarkan untuk dengan sengaja menebar teror zat adiktif pembunuh tersebut. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melindungi bangsa kita, serta memberkati segenap ikhtiar betapa kecilpun, dalam “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”, sebagaimana diamanatkan dalam Mukadimah Undang Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Amien. Jakarta, 13 Mei 2013 People’s CAUCUS Aganst Addictives Drs. Marzuki Usman M.A. Ketua, Dewan Pembina xvi
  • 18. -- Sambutan-Sambutan -- Jihad Melawan Rokok Bismillâhirahmânirahîm. Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menyambut baik diterbitkannya Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia, yang merupakan inisiatif dari aliansi beberapa LSM, tokok masyarakat serta pemangku-kepentingan yang sadar terhadap ancaman bahaya rokok. Road map ini insya Allah akan menjadi acuan atau rujukan yang penting bagi semua fihak yang berkepentingan, termasuk seluruh jajaran Muhammadiyah di seluruh tanah air, yang tertantang untuk turut mengambil bagian dalam pengendalian rokok. Posisi Muhammadiyah dalam hubungan dengan produk tembakau atau rokok sudah jelas, di mana sementara bagi sebagian umat Islam, hukum rokok adalah makrûh (dibenci), namun Muhammadiyah dan beberapa lembaga fatwa lainnya baik dalam maupun luar negeri sudah mengharamkannya. Muhammadiyah menilai bahwa merokok, apalagi sampai ketingkat kecanduan ketergantungan ketergantungan pada rokok merusak kesehatan dan menghilangkan nalar sehat. Segala hal yang merusak kesehatan dan nalar sehat jelas bertentangan dengan tujuan Syariah (Maqâashid Syarîah). Bahkan kesalehan sosial dari perokok juga hilang, karena asap rokok yang dihisapnya menganggu orang lain dan merusak bagi kesehatan umum. Di masa lalu, Muhammadiyah masih beranggapan, bahwa merokok itu makruh, karena data dan fakta tentang kandungan rokok dan bahayanya bagi kesehatan belum banyak diketahui. Kini setelah fakta tentang kandungan dan dampak bahaya rokok tersebar luas, maka Muhammadiyah memperbarui pandangan dan sikapnya terhadap rokok. Sehingga dalam Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor: 6/SM/ MTT/III/2010 tentang Hukum Merokok ditegaskan, bahwa merokok adalah haram. Selanjutnya Muhammadiyah juga meneguhkan sikapnya, untuk berpartisipasi aktif dalam upaya pengendalian tembakau, bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Fatwa Muhammadiyah tersebut menegaskan bahwa merokok hukumnya haram, karena: a. Merokok masuk katagori perbuatan khabâ’its atau merusak diri sendiri yang dilarang xvii Allah (Q.S. 7:157). b. Merokok mengandung unsur menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan, bahkan meru-pakan usaha bunuh diri secara perlahan (Q.S. 2:195 dan 4:29) c. Merokok membahayakan diri sendiri dan orang lain yang terkena paparan asap rokok.
  • 19. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- d. Rokok mengandung zat adiktif dan unsur racun yang karsinogenik yang membahayakan xviii walau tidak seketika. e. Karena rokok membayakan diri sendiri dan orang lain, maka pembelanjaan untuk membeli rokok adalah perbuatan mubazir atau pemborosan yang dilarang Allah (Q.S. 17:26-27). f. Merokok bertentangan dengan unsur-unsur syariah (maqâshid asy-syarîah) yaitu (i) perlindungan agama (hifzh ad-dîn), (ii) perlindungan jiwa / raga (hifzh an-nafs), (iii) perlindungan akal (hifzh al-‘aql), (iv) perlindungan keluarga (hifzh an-nasl), dan (v) perlindungan harta (hifzh al-mâl). Amar fatwa Muhammadiyah tentang rokok memperjelas posisi Muhammadiyah, bahwa Muhammadiyah akan bergerak bersama pemerintah dan segenap pemangku kepentingan lainnya untuk melindungi masyarakat, khususnya gerenasi muda, dari ancaman bahaya rokok yang semakin meluas mengancam anak bangsa ini. Muhammadiyah setuju dengan pandangan, bahwa bukan hanya narkoba yang sudah sampai ketingkat darurat nasional, tapi konsumsi rokok yang sudah mencapai 302 miliar batang per tahun, sungguh merupakan situasi darurat nasional. Anak bangsa ini harus diselamatkan dari keserakahan industri rokok, yang semakin ditekan di Negara maju, namun karena kelemahan kebijakan pengendalian di Indonesia, maka Indonesia dijadikan pengalihan pasar internasional mereka. Situasi darurat nasional terhadap ancaman bahaya rokok di Indonesia sekarang ini, mengingatkan kita kepada Perang Candu di Cina , yakni Perang Candu I (1839-1842) dan Perang Candi II (1856-1860), dimana Dinasti Qing berusaha menentang upaya Inggris, yang kemudian didukung Perancis, yang ingin menjadikan Cina sebagai pasar opium Eropa. Perang Candu merupakan agenda Inggris untuk menjadikan Cina tidak saja sebagai pasar opium, tapi sekaligus ingin memperlemah daya juang rakyat Cina. Situasi darurat nasional tembakau dan narkoba di Indonesia, walau secara fisik-substantive berbeda dengan apa yang terjadi di Cina pada abad ke XIX tersebut, tapi secara kasat mata terlihat ada upaya memperlemah dan merusak anak bangsa secara terencana dan sistematis melalui nikotin tembakau. Bilamana industri rokok yang rakus tersebut, dengan berbagai cara, berhasil dengan rencana mereka memasarkan rokok ke generasi muda bangsa, maka akan terjadi lost generation, generasi yang hilang. Belajar dari pengalaman Perang Candu tersebut, kini Cina yang justru merupakan penghasil tembakau sekaligus konsumen rokok terbesar di dunia, tanpa ragu meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), karena Cina tak mau lagi terjebak dan kalah dalam “Perang Candu III”, kalah dalam perang melawan nikotin. Ternyata sikap tegas Cina dalam meratifikasi FCTC tersebut yang memang bertujuan melindungi masyarakat, tidak mempengaruhi industri dan pertanian tembakau di Cina. Kiranya bangsa Indonesia harus sadar terhadap ancaman sistematis pengalihan pasar nikotin dari Negara maju ke Indonesia tersebut. Kita berharap bahwa Road Map Pengendalian Produk Tembakau ini, sesuai dengan tujuan penyusunan dan penerbitannya, benar-benar akan berhasil memberikan sosialisasi
  • 20. -- Sambutan-Sambutan -- dan edukasi kepada masyarakat akan ancaman bahaya rokok, dan selanjutnya mendorong bagi tumbuh kembang serta terkoordinasikan semua upaya pengendalian rokok di tanah air. Kita semua berkeinginan, bahwa bangsa kita akan menjadi bangsa yang memiliki prinsip dan integritas, dan tidak menyerah dengan rayuan transaksional industri rokok, atau kita akan menjadi bangsa “paria” karena tunduk kepada politik transaksional industri rokok internasional yang semakin menggurita di Indonesia. Semoga Allah swt memberkati perjuangan, jihad dan upaya kita bersama untuk melindungi anak bangsa, dalam mewujudkan masyarakat sehat dan sejahtera di bawah naungan dan ridhai-NYA. Amien. Jakarta, 03 Sya’ban 1434 H / 12 Juni 2013 M Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ketua, Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag. xix
  • 21. RINGKASAN EKSE-K- PUetaT JIalFan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia Perlindungan Keluarga, Generasi Muda dan Bangsa Terhadap Ancaman Bahaya Rokok Dalam suasana ketiadaan atau keterbatasan keberadaan kebijakan nasional dan berbagai pengaturan dalam pengendalian produk tembakau di Indonesia, maka tersusunnya Indonesian Tobacco Control Road Map atau “Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia” ini, merupakan satu langkah yang tepat. Kedaruratan ancaman bahaya produk tembakau di Indonesia sudah demikian mengkhawatirkan, sementara masyarakat tidak dapat menebak, kapan kiranya kebijakan nasional pengendalian produk tembakau tersebut akan secara utuh dikeluarkan. Dikeluarkannya Undang Undang No. 36 (2009) tentang Kesehatan dimana pasal 113 menyatakan bahwa tembakau mengandung zat adiktif, termasuk turunannya berupa Peraturan Pemerintah 109 (2012), merupakan pintu masuk bagi aksesi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), yang merupakan solusi mendasar bagi kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia. Oleh karenanya, menyadari akan dampak dari pasal 113 tersebut bagi masa depan busines rokok di Indonesia, lobi industri telah mengajukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi untuk membatalkan Pasal tentang zat adiktif tersebut.ke Mahkamah Konstitusi. Keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap perkara No. 19/PUU-VIII/2010 yang telah memberikan pengukuhan secara hukum bahwa tembakau memang mengandung zat adiktif. Keputusan Mahkamah Konstitusi ini harus disosialisasikan secara luas, untuk selanjutnya ditindak-lanjuti dengan berbagai pengaturan dan upaya-upaya lebih lajnjut untuk memberlakukan tembakau setara dan sama dengan zat-zat adiktif lainnya, terutama narkoba dan alkohol, baik dalam pengiklanan, ijin distribusi dan pemasaran, sanksi dan selanjutnya.. Tujuan Secara umum “Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia” bertujuan: terlindunginya keluarga, generasi muda dan bangsa Indonesia dari ancaman bahaya produk tembakau. Sementara secara khusus, Peta Jalan tersebut bertujuan: 1. Sebagai wahana komunikasi, informasi dan edukasi bagi masyarakat terhadap ancaman xx bahaya produk tembakau. 2. Sebagai rujukan bagi setiap pemangku kepentingan dalam pengembangan program dan rencana aksi dalam pengendalian dampak produk tembakau. 3. Sebagai rujukan bagi pengukuran kinerja dan tingkat keberhasilan masing-masing pemangku kepentingan.
  • 22. -- Sambutan-Sambutan -- xxi Epidemi Global dan nasional UN Summit on Non-Communicable Diseases (NCD), New York, 19-20 September 2011 menegaskan, bahwa konsumsi tembakau, alkohol, diet yang buruk dan kekurangan kegiatan fisik, telah menjadi pemicu bagi dari peningkatan penyakit tak menular atau NCD yang terdiri atas (i) penyakit cardio-vasculer, (ii) kanker, (iii) diabetes mellitus dan (iv) chronic respiratory diseases. Bahkan prevalensi NCD kini lebih tinggi dari prevalensi penyakit menular. Telah terjadi peningkatan kematian akibat merokok, baik di negara maju maupun negara berkembang. Disamping memacu bagi timbulnya beberapa penyakit akibat merokok bagi perokoknya sendiri, ternyata kebiasaan merokok juga menyebabkan paparan asap rokok kepada sejumlah besar orang lain, baik di lingkungan keluarga, maupun di berbagai fasilitas umum. Bahkan perokok pasif menghisap asap dan racun rokok lebih banyak dari pada perokok aktif. Terlebih, kebiasaan merokok tersebut tidak saja memberikan dampaknya di bidang kesehatan, tapi juga di bidang sosial ekonomi dan budaya. Namun berkat lobi industri, berbagai dampak negatif dari rokok sebagai zat adiktif tersebut kemudian menjadi komoditi politik, sehingga mengaburkan ancaman substantive dari zat adiktif tersebut. Hilangnya pasal 113 dari draft RUU Undang Undang Kesehatan yang terkenal dengan “skandal ayat hilang” di DPR RI, menunjukkan betapa kuat tangan lobi industri menyeruak ke dalam lembaga legislatf tersebut. Fakta menunjukkan bahwa besarnya cukai rokok di Indonesia memberikan bukti akan besarnya transaksi dan konsumsi rokok. Ironisnya, sebagian besar komsumen rokok adalah keluarga miskin dan usia produktif. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, industri rokok memfokuskan strategi pemasarannya pada generasi muda, sebagai generasi baru penerus konsumen zat adiktif, yang diharapkan akan secara berkelanjutan memberikan keuntungan kepada industri rokok. Situasi semacam ini tidak saja menganggu kondisi perekonomian di tingkat mikro, individu dan keluarga, tapi juga memberikan dampaknya secara makro pada kemampuan bangsa untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Hal ini disebabkan, karena konsumsi rokok pada keluarga miskin disamping menimbulkan berbagai dampak kesehatan, sosial dan ekonomi keluarga, tapi juga menurunkan tingkat produktivitas masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu dikhawatirkan bahwa Indonesia pesimis akan sanggup mencapai target-target MDG pada tahun 2015 nanti. Komitmen Pemerintah Dalam forum Organization of Islamic Conference di Kuala Lumpur tahun 2007 Indonesia diwakili oleh Menteri Kesehatan RI saat itu sebagai Wakil resmi Pemerintah RI. Demikian juga dalam forum Jakarta Call for Action, April 2010. Namun upaya Kementerian Kesehatan untuk melaksanakan rekomendasi forum-forum tersebut selalu mengalami kesulitan, karena isu di bidang kesehatan berbenturan dengan berbagai isu non-kesehatan. Namun demikian penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebagaimana diatur oleh Undang Undang No. 36 (2009) tentang Kesehatan, serta pengaturannya lebih lanjut dalam Peraturan
  • 23. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Pemerintah No. 39 (2012) tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, minimal merupakan langkah-langkah awal yang akan memberikan “enabling environment” yang lebih kondusif dalam upaya perlindungan masyarakat dari kedaruratan ancaman produk tembakau. Pengetrapan KTR tersebut diharapkan juga akan merupakan wahana bagi pendidikan moral serta secara bertahap membangun perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), sebagai bagian dari perilaku masyarakat yang beradab dan berbudaya luhur. Negara-negara besar semacam Cina dan India, yang memiliki lahan tembakau dan konsumen rokok jauh lebih besar dari Indonesia, telah meratifikasi FCTC, mengapa Pemerintah Indonesia masih gamang dan ragu? Masih diperlukan jalan panjang untuk mengatasi berbagai hambatan internal dan eksternal, baik di lingkungan pemerintah, dunia industri dan masyarakat sendiri, dalam upaya melindungi masyarakat dan bangsa dari kedaruratan ancaman bahaya rokok. Oleh karena itu, road map atau “Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia” ini, berdasarkan pada kajian yang mendalam terhadap perkembangan situasi kondisi, terhadap berbagai hambatan internal dan eksternal, serta berbagai isu strategis yang harus menjadi fokus utama dalam penggarisan kebijakan, telah memprediksikan berbagai kebijakan serta langkah-langkah operasionalisasinya secara bertahap, sampai denga Tahun 2025. Waktu dua belas tahun yang tersisa menuju tahun 2025 tidaklah panjang. Namun cukup banyak pembelajaran di berbagai komunitas masyarakat dan bangsa-bangsa lain yang bisa kita rujuk dan contoh, kalau memang komitmen untuk melindungi masyarakat dan bangsa sebagaimana diamanatkan oleh Konstitusi tersebut benar-benar sudah terwujud. Terlebih bilamana aksesi terhadap FCTC tersebut dapat secepatnya diwujudkan, maka berbagai upaya percepatan dalam pengembangan kebijakan dalam perlindungan masyarakat terhadap kedaruratan ancaman bahaya tembakau tersebut akan dapat dipercepat juga. Kerangka Pikir Dalam tinjauan “input-proses-output” tergambar dengan jelas berbagai upaya yang harus dilaksanakan dari situasi dan kondisi kita pada saat ini atau “das Sein”, menuju situasi dan kondisi kita ke depan yang kita harapkan atau “das Sollen”.. Situasi dan kondisi kita pada saat ini, adalah situasi serba hambatan dan keterbatasan yang kurang memberikan dukungan kondusif dalam upaya pengendalian produk tembakau. Situasi negatif dalam “enabling situation” tersebut antara lain berupa keengganan pemerintah dalam meratifikasi FCTC, rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya produk tembakau, masih minimalnya kesadaran untuk melaksanakan berbagai upaya pengendalian terhadap produk tembakau, baik yang datang dari pemerintah maupun masyarakat, lemahnya koordinasi dan keterpaduan upaya pengendalian, tingkat konsumsi rokok sebesar 302 milyar batang per tahun yang harus dikatagorikan sebagai darurat rokok, sementara sebagian besar konsumen rokok adalah keluarga miskin. xxii
  • 24. -- Sambutan-Sambutan -- Sementara situasi dan kondisi yang kita harapkan kedepan adalah berupa kesediaan pemerintah untuk secepatnya mengaksesi FCTC, masyarakat secara luas menyadari terhadap kedaruratan ancaman bahaya rokok, meluasnya jejaring pengendalian produk tembakau secara nasional, dimilikinya peta jalan atau road map sebagai rujukan bersama dalam upaya pengendalian produk tembakau, dan pada akhirnya penuruna prevalensiperokok dan penyakit tyidak menular yang disebabkan oleh rokok. Prinsip pengendalian meliputi: 1. Perlindungan komprehensif berbasis HAM, berupa (i) hak untuk hidup, mempertahankan kehidupan dan peningkatan taraf hidup, (ii) lingkungan hidup yang baik dan sehat, (iii) hak anak untuk hidup, mempertahankan kehidupan dan meningkatkan taraf hidup, (iv) hak anak atas perlindungan orang tua, keluarga, masyarakat dan Negara, (v) hak anak untuk memperoleh perlindungan dari berbagai ancaman yang mengancam kelangsungan hidup dalam proses tumbuh kembang. Sementara kewajiban dasar yang dituju adalah (i) menghormati hak asasi (HAM) orang lain, moral, etika, tata tertib pergaulan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (ii) tugas pemerintah untuk mengormati, menegakkan dan memajukan HAM dalam rangka melindungi hak-hak masyarakat., dan (iii) kewajiban setiap warga negara untuk tunduk kepada Undang-Undang, untuk menjamin hak dan kebebasan orang lain, dan memenuhi tuntutan yang adil sesuai pertimbangan moral, keamanan, kertiban umum dalam masyarakat yang demokratis. 2. Orientasi pencerdasan masyarakat mencakup (i) bidang kesehatan, pendidikan, agama, kesejahteraan sosial, (ii) keseimbangan ekonomi mikro dan makro, dan (iii) perumusan kebijakan politik, pengaturan dan penegakan hukum. 3. Pendekatan holistik, bahwa upaya pengendalian produk tembakau seharusnya dilakukan secara terintegrasi yang meliputi: (i) penyelenggaraan fungsi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, (ii) pencegahan, treatment, pengembangan uoaya berkelanjutan, (iii) berbasis keluarga, lingkungan serta komunitas dan lembaga atau institusi., (iv) peru-musan kebijakan, pengaturan, penegakan hukum dan implementasi di tingkat mikro, meso xxiii dan makro. Instrumen Utama Selanjutnya, agar rencana pengendalain produk tembakau dapat berjalan dan berfungsi dengan baik, diperlukan sejumlah instrumen pelaksanaan utama yang meliputi: (i) regulasi yang berkeadilan yang mengatur dari isu hulu sampai isu hilir, baik pada sisi demand maupun supply reduction, (ii) pada level nasional, aturan pelaksanaan pengendalian dirumuskan secara terstruktur dan konsisten, (iii) sedang pada tingkat daerah, peraturan pengendalian dirumuskan secara terstandar, dengan sebanyak mungkin kondisi dan situasidaerah secara positif konstruktif.
  • 25. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Aspek, fitur dan pengendalian jangka panjang Road map dibagi kedalam lima aspek utama, yakni aspek-aspek (i) kebijakan publik dan legal, (ii) ekonomi, (iii) kesehatan, (iv) pendidikan, dan (v) sosial dan budaya. Selanjutnya setiap aspek memiliki masing-masing (perumusan) tentang fitur, yang akan dikembangkan lebih lanjut dalam berbagai tahapan pengendalian. Fitur dan pengendalian jangka panjang Masing-masing fitur dibagi dijabarkan dalam: - Development period, yakni dalam periode 2013 – 2015, 2016-2020 dan 2021-2025. - Development Theme, yang mencakup periode 2013 – 2015 dengan tema sentral dalam pengembangan legislasi, periode 2016 – 2020 dengan tema sentral enforcement, dan periode 2021 – 2015 dengan tema sentral sustainability. - Development vision, yakni Freedom from tobacco Use and Abuse for the People of Indonesia. - Key performance indicators, berupa indikator capaian selama kurun waktu 2013 hingga 2025, yang meliputi tahap-tahap: 2013 – 2015 (i) seluruh penduduk Indonesia di lindungi dari ancaman tembakau oleh Undang-Undang, (ii) Indonesia menjadi anggota Conference of the Parties, dan (iii) terlaksananya 100% Kawasan Tanpa Rokok di seluruh Indonesia. 2016 – 2020 (i) penurunan prevalensi perokok sebesar 1% per tahun, dan (ii) penurunan perokok pemula sebesar 2% per tahun. 2021 – 2025 (i) prevalensi perokok turun sebesar 5% per tahun, (ii) perokok pemula (usia dibawah 19 tahun) turun sebesar 10%, (iii) perubahan norma dalam kebiasaan merokok, dan (iv) menurunnya mortalitas penyakit akibat merokok. Selanjutnya, berbagai aspek, fitur dan fitur utama tersebut menjabarkan capaiannya masing-masing dalam masing-masing tahapan legislasi (2013 – 2015), periode enforcement (2016-2020) xxiv dan periode sustainability (2021 – 2025). Pengembangan berbagai tahap pengendalian produk tembakau tersebut diakhiri dengan distribution of works antar semua pemangku kepentingan, dimana masing-masing pemangku kepentingan, baik dari instansi pemerintah, dunia industri dan masyarakat sipil dapat menentukan target, alat penilai, pendekatan studi atau intervensi masing-masing. Manajemen Risiko Bagian terakhir dari Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia ditutup dengan satu Bab tentang perlunya membangun enabling environment yang sanggup menciptakan situasi yang kondusif. Sebagai anggota Perserikatan Bangsa Bangsa, layak kalau Indonesia merujuk pada Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia atau Universal Declaration of Human Rights, dimana dasar-dasar tentang basic humanitarian principles tersebut sudah pula termaktub dalam alinea ke empat Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  • 26. -- Sambutan-Sambutan -- Selanjutnya peran dan komitmen kepemimpinan nasional sangat menentukan dalam upaya pewujudan perlindungan terhadap masyarakat dan bangsa dari kedaruratan ancaman produk tembakau ini. Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia ini ditutup dengan perlunya mengembangkan sistem gerakan yang didukung oleh semua pemangku kepentingan, yang sadar akan tujuan akhir dari upaya pengendalian, yang memiliki komitmen, serta sanggup secara aktif membangun iklim bekerjasama yang dinamis dan interaktif baik di tingkat nasional, regional sampai ke tingkat komunitas. xxv
  • 27. DAFTAR ISI -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- KATA PENGANTAR REKTOR UMS ...................................................................... iii KATA PENGANTAR KOORDINATOR TIM PENULIS.......................................... v SAMBUTAN-SAMBUTAN SAMBUTAN KETUA ITCN..................................................................................... ix SAMBUTAN KETUA UMUM KOMNAS PENGENDALIAN TEMBAKAU ..... xi SAMBUTAN KETUA IISD ...................................................................................... xiii SAMBUTAN KETUA PEOPLE CAUCUS AGAINST ADDICTIVES ..................... xv SAMBUTAN KETUA PP MUHAMMADIYAH ....................................................... xvii RINGKASAN EKSEKUTIF..................................................................................... xx DAFTAR ISI ............................................................................................................. xxvi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xxix DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xxxii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1 1. DARI MIKRO HINGGA KE MAKRO....................................................... 1 2. INDONESIA: PASAR BEBAS UNTUK ROKOK ..................................... 1 3. ROKOK, KEMISKINAN DAN TARGET MDG........................................ 3 4. FCTC DAN HARGA DIRI SEBUAH BANGSA ....................................... 5 5. AMANAT KONSTITUSI ............................................................................ 6 6. JAKARTA CALL FOR ACTION ................................................................ 7 7. DEKLARASI OKI KUALA LUMPUR 2007 ............................................. 8 8. ROAD MAP BERSAMA UNTUK BANGSA ............................................ 9 B. TUJUAN ............................................................................................................ 10 C. VISI DAN MISI ................................................................................................. 10 BAB II PERMASALAHAN DAN FAKTA ........................................................... 12 A. EPIDEMI AKIBAT KONSUMSI TEMBAKAU ............................................... 12 EPIDEMI GLOBAL........................................................................................... 12 EPIDEMI AKIBAT ROKOK DI INDONESIA .................................................. 15 B. ANCAMAN BAHAYA ROKOK ....................................................................... 20 KANDUNGAN ROKOK BERBAHAYA BAGI TUBUH MANUSIA .................. 20 ROKOK SEBAGAI GATEWAY DRUGS ........................................................... 21 ASAP ROKOK ORANG LAIN (AROL) ........................................................... 21 C. ROKOK DAN KEMISKINAN ......................................................................... 24 KEMISKINAN UMUM..................................................................................... 24 DAMPAK MEMISKINKAN DARI MEROKOK PADA KELUARGA ................ 29 xxvi
  • 28. -- Sambutan--- Daftar Sambutan Isi -- -- KESEMPATAN YANG HILANG AKIBAT KEBIASAAN MEROKOK RUMAH. TANGGA TERMISKIN ..................................................................................... 31 D. EKONOMI TEMBAKAU ................................................................................. 32 CUKAI ROKOK ................................................................................................ 34 CUKAI ROKOK DAN DEMAND REDUCTION ............................................ 36 ROADMAP INDUSTRI ROKOK ..................................................................... 37 E. PEMANFAATAN HASIL CUKAI TEMBAKAU ............................................. 37 F. LAHAN TANAMAN TEMBAKAU ................................................................. 39 G. DAMPAK IKLAN ............................................................................................. 44 PENGARUH IKLAN TERHADAP PENINGKATAN PREVALENSI PEROKOK 44 LARANGAN IKLAN YANG MENYELURUH LEBIH EFEKTIF KETIMBANG LARANGAN PARSIAL .................................................................................... 46 H. PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR (PICTORIAL WARNING) ....... 47 I. KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) ................................................................ 51 BAB III ANALISIS SITUASI................................................................................ 55 A. KEDARURATAN ANCAMAN PRODUK TEMBAKAU .................................... 55 B. HAMBATAN ..................................................................................................... 56 HAMBATAN INTERNAL................................................................................. 57 HAMBATAN EKSTERNAL ............................................................................. 58 BERBAGAI MITOS .......................................................................................... 63 C. MEROKOK BUKAN HAK ASASI MANUSIA ............................................... 65 D. ANALISA REGULASI ...................................................................................... 66 INTERNASIONAL ROADMAP (FCTC).......................................................... 66 NASIONAL ....................................................................................................... 67 INISIATIF DI TINGKAT DAERAH .................................................................. 70 E. HARAPAN KE DEPAN .................................................................................... 72 F. PERAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) .................................................. 72 G. FCTC SEBAGAI SOLUASI MENDASAR ...................................................... 77 H. PENGEMBANGAN JEJARING PENGENDALIAN TEMBAKAU ................ 79 BAB IV KERANGKA PIKIR PETA JALAN PENGENDALIAN PRODUK TEMBAKAU........................................................................................................... 81 A. KONDISI SAAT INI .......................................................................................... 81 B. KONDISI YANG DIINGINKAN....................................................................... 83 C. ISU STRATEGIS ................................................................................................ 84 D. PRINSIP PENGENDALIAN .............................................................................. 86 E. KONSEP INTI ................................................................................................... 89 F. INSTRUMEN UTAMA ...................................................................................... 91 xxvii
  • 29. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- G. LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS............................................................... 91 H. INPUT – PROSES – OUTPUT.......................................................................... 93 BAB V ASPEK, FITUR, DAN PENGEMBANGAN JANGKA PANJANG .............................................................................................. 95 1. ASPEK .............................................................................................................. 95 2. FITUR DAN PENGEMBANGAN JANGKA PANJANG .................................... 96 A. KEBIJAKAN PUBLIK................................................................................ 96 B. EKONOMI ................................................................................................. 98 C. KESEHATAN.............................................................................................. 99 D. PENDIDIKAN............................................................................................. 100 E. SOSIAL BUDAYA ...................................................................................... 102 3. INTERVENSI SPESIFIK DAN PENANGGUNG JAWAB DALAM PENGEN-DALIAN DAMPAK TEMBAKAU ................................................................... 105 BAB VI MANAJEMEN RESIKO ......................................................................... 107 1. LINGKUNGAN YANG MENDUKUNG .......................................................... 107 2. KOMITMEN NASIONAL DAN LEADERSHIP ............................................... 109 3. ADVOKASI KEBIJAKAN PUBLIK ................................................................ 110 4. PENGEMBANGAN SISTEM GERAKAN...................................................... 111 5. GERAKAN DI TINGKAT MAKRO, MESO DAN MIKRO ............................ 112 6. PENDEKATAN HOLISTIK .............................................................................. 113 PENUTUP .............................................................................................................. 113 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 115 KONTRIBUTOR PENYUSUNAN PETA JALAN PENGENDALIAN PRODUK TEMBAKAU INDONESIA ...................................................................................... 121 DOKUMENTASI ...................................................................................................... 123 xxviii
  • 30. DAFTAR -- Sambutan-Sambutan GAMBAR -- GAMBAR 1 : BAYI PEROKOK DI INDONESIA ................................................ 2 GAMBAR 2 : BAYI PEROKOK DARI MUSI BANYUASIN .............................. 4 GAMBAR 3 : PEROKOK ANAK DI INDONESIA .............................................. 6 GAMBAR 4 : GENERASI MUDA BEBAS ROKOK ........................................... 8 GAMBAR 5 : PERBANDINGAN ANGKA KEMATIAN DINEGARA MAJU DAN BERKEMBANG YANG DIPICU OLEH KEBIASAAN MEROKOK 12 GAMBAR 6 : KEMATIAN AKIBAT MEROKOK DI NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU PADA TAHUN 2000 DAN 2030................ 13 GAMBAR 7 : PREVALENSI PEROKOK DINEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU BERDASARKAN JENIS KELAMIN ............... 14 GAMBAR 8 : PENYEBAB KEMATIAN TERKAIT DENGAN PTM DIDUNIA UNTUK USIA DIBAWAH 70 TAHUN .......................................... 15 GAMBAR 9 : DELAPAN PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN TERTINGGI DI DUNIA ....................................................................................... 16 GAMBAR 10: PREVALENSI MEROKOK PENDUDUK UMUR > 15 TAHUN BERDASARKAN JENIS KELAMIN, INDONESIA - TAHUN 1995, 2001, 2004, 2007, 2010, DAN 2011 ..................................... 17 GAMBAR 11: PREVALENSI PEROKOK MENURUT USIA MEROKOK TAHUN 1995 – 2010 ...................................................................... 18 GAMBAR 12: PREVALENSI PEROKOK USIA 15-19 PADA TAHUN 1995-2010 18 GAMBAR 13 & 14 : FUNGSI MESOLIMBIC DOPAMINE SYSTEM DALAM NIKOTIN DAN POLA PERILAKU KETAGIHAN NIKOTIN...... 19 GAMBAR 15: PELEPASAN ASAP ROKOK SIDE-STREAM DAN MAIN-STREAM............................................................................. 22 GAMBAR 16: HINDARI MEROKOK DI DALAM RUMAH............................... 23 GAMBAR 17: KAITAN ANTARA PENYAKIT TIDAK MENULAR DENGAN KEMISKINAN DAN PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOP-MENT GOALS ............................................................................... 24 GAMBAR 18: PRODUKSI ROKOK TERUS MENING KAT DARI TAHUN 1971- 2012................................................................................................. 25 GAMBAR 19: PREVALENSI PEROKOK DEWASA LAKI-LAKI MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN 2001-2010 ............................................ 26 GAMBAR 20: PREVALENSI PEROKOK DEWASA PEREMPUAN MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN 2001-2010 ............................................ 27 GAMBAR 21 : PREVALENSI PEROKOK DEWASA MENURUT TINGKAT PENDAPATAN 2001-2010 UNTUK KUNITIL 1 DAN KUINTIL 5 ...................................................................................... 28 GAMBAR 22: PROPORSI PENGELUARAN UNTUK TEMBAKAU DAN SIRIH RUMAH TANGGA PEROKOK TERMISKIN, 2003-2010 ........... 29 xxix
  • 31. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- GAMBAR 23 : RATA-RATA PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK ROKOK TAHUN 2003-2006 ........................................................... 30 GAMBAR 24 : KETERGANTUNGAN HARGA TERHADAP KONSUMSI PRODUK ROKOK DI BEBERAPA NEGARA................................ 34 GAMBAR 25: KONSUMSI ROKOK DAN LUAS LA. HAN DI INDONESIA 1971- 2004 ................................................................................................. 40 GAMBAR 26: MATA RANTAI TATA NIAGA TEMBAKAU, PETANI DAN PEROKOK, FIHAK YANG PALING DIRUGIKAN ADALAH PETANI ........................................................................................... 41 GAMBAR 27: PETANI DIRUGIKAN .................................................................... 42 GAMBAR 28: GENERASI MUDA JANGAN MUDAH TERJEBAK DENGAN IKLAN ROKOK YANG MENYESATKAN................................... 45 GAMBAR 29 : IKLAN ROKOK DIMANA-MANA ............................................... 46 GAMBAR 30 : PERBANDINGAN BUKUS ROKOK DIBEBERAPA NEGARA DENGAN YANG BEREDAR DI INDONESIA .............................. 49 GAMBAR 31 : KEMASAN ROKOK DI AUSTRALIA DENGAN ISTILAH PLAIN PACKAGING. .................................... 50 GAMBAR 32 : POLLING PEMAHAMAN RESPONDEN TERHADAP BAHAYA ASAP ROKOK ORANG LAIN ....................................................... 51 GAMBAR 33: TINGKAT DUKUNGAN RESPONDEN TERHADAP KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK.............................................................................. 52 GAMBAR 34: MUKTAMAR MUHAMMADIYAH 2010 BEBASA ASAP ROKOK 53 GAMBAR 35 : MEROKOK BUKAN HAM............................................................ 57 GAMBAR 36 : PENEGAKKAN TINDAK PIDANA.. RINGAN (TIPIRING) PER-DA KTR KOTA BOGOR ................................................................ 59 GAMBAR 37 : PERKEMBANGAN LARANGAN REKLAME ROKOK DI KOTA BOGOR ........................................................................................... 60 GAMBAR 38 : ORANG MISKIN MEROKOK ....................................................... 62 GAMBAR 39: PERLAWANAN KOMUNITAS KRETEK TERHADAP PP 109 .... 64 GAMBAR 40 : BUPATI BANGLI MEMBERIKAN SAMBUTAN DALAM SEBUAH ACARA .......................................................................... 74 GAMBAR 41: JAJAK PENDAPAT PEMAHAMAN RESPONDEN TERHADAP BAHAYA ASAP ORANG LAIN, TINGKAT DUKUNGAN RESPONDEN TERHADAP KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK........................................................................................... 75 GAMBAR 42: TINGKAT DUKUNGAN RESPONDEN TERHADAP KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) .............................................. 75 GAMBAR 43 : PAMERAN TEMBAKAU INTERNASIONAL DI JAKARTA. ...... 78 GAMBAR 44: DUKUNGAN MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN TEMBAKAU .................................................................................. 80 xxx
  • 32. -- Sambutan--- Daftar Gambar Sambutan -- -- GAMBAR 45 : PENTINGNYA PEMERINTAH RI MENGAKSESI FCTC............. 80 GAMBAR 46 : DEKLARASI KTR BALIKPAPAN ................................................. 83 GAMBAR 47 : PENJELASAN PERDA KTR BANGLI OLEH BUPATI BANGLI . 85 GAMBAR 48: FGD TENTANG FCTC DI KOMNAS HAM ..................................... 87 GAMBAR 49: CENGKEH WARISAN BUDAYA ASLI NUSANTARA ................ 88 GAMBAR 50 : SOSIALISASI KTR DI BALIKPAPAN........................................... 90 GAMBAR 51: ROKOK ADALAH DEATH ANGEL.............................................. 92 GAMBAR 52 : OPERASI TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING) TENTANG PERDA KTR DI BOGOR................................................................ 92 xxxi
  • 33. DAFTAR TABEL -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- TABEL 1 : PREVALENSI PEROKOK UMUR > 15TAHUN BERDASARKAN UMUR MULAI MEROKOK DI INDONESIA TAHUN 1995, 2001, 2004, 2007 DAN 2010 ....................................................................... 17 TABEL 2 : PREVALENSI PELAJAR MEROKOK UMUR 13-15 TAHUN DI 40 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI PULAU JAWA DAN SUMATRA, INDONESIA TAHUN 2006 DAN 2009 .......................... 19 TABEL 3 : JUMLAH POPULASI YANG TERKENA ASAP ROKOK ORANG LAIN (PEROKOK PASIF) DI DALAM RUMAH BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN INDONESIA TAHUN 2007 DAN 2010 ................................................................................. 23 TABEL 4 : PREVALENSI MEROKOK UMUR > 15 TAHUN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 1995, 2001, 2004, 2007 DAN 2010 ................................................................................. 26 TABEL 5 : PREVALENSI PEROKOK UMUR > 15TAHUN BERDASARKAN KELOMPOK PENDAPATAN INDONESIA TAHUN 1995, 2001, 2004, 2007 DAN 2010 ....................................................................... 28 TABEL 6 : PENGELUARAN RATA-RATA RUMAH TANGGA PEROKOK TERMISKIN (Q 1), INDONESIA, 2003 – 2010 ............................... 30 TABEL 7 : PERBANDINGAN PENGELUARAN BULANAN RUMAH TANG-GA PEROKOK TERMISKIN, 2010 .................................................. 31 TABLE 8 : PERBANDINGAN PENGELUARAN BULANAN RUMAH TANGGA PEROKOK TERMISKIN, 2010 ....................................... 32 TABEL 9 : TOTAL TAHUN PRODUKTIF YANG HILANG (DISABILITY ADJUSTED LIFE YEARS/DALYS LOSS) KARENA PENYAKIT TERKAIT TEMBAKAU, INDONESIA 2010 ................................... 33 TABEL 10 : HARGA ROKOK MERK INTERNASIONAL DI ASEAN................. 35 TABEL 11 : DAFTAR PERATURAN KAWASAN TANPA ROKOK DI TINGKAT DAERAH ........................................................................................... 70 xxxii
  • 34. -- P e n d a h u l u a n -- BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1. Dari mikro hingga ke makro Merokok sudah lama menjadi kebiasaan di Indonesia. Demikian biasanya, sehingga banyak yang beranggapan, bahwa merokok yang merupakan “kebiasaan” tersebut sekedar merupakan suatu “gaya hidup” yang juga biasa saja. Tak disadari, bahwa dibalik “kebiasaan” dan “gaya hidup biasa” tersebut, tersembunyi berlapis-lapis masalah yang tak disadari oleh para perokok maupun masyarakat umum. Rokok tidak saja terkait dengan rasa “nikmat” yang membuai para perokok, tetapi juga sederet permasalahan sosial, ekonomi, dan hukum, dari tingkat yang paling mikro, pribadi dan keluarga, tapi juga sampai ke tingkat meso, yakni masalah sosial ekonomi suatu bangsa, tapi juga bahkan ke tingkat makro, yakni image dan harga diri satu bangsa di dunia internasional. Selama ini kebiasaan merokok dianggap sebagai hal yang biasa saja, tak menimbulkan gangguan, dan tak dirasakan sebagai gangguan, baik oleh masyarakat luas maupun oleh anggota keluarga terdekat di rumah, ketika salah satu anggota keluarganya merokok. Tapi setelah jumlah perokok demikian meningkat dan meluas dari waktu ke waktu, tidak saja di lingkungan rumah tangga, tapi juga meluas sampai ke berbagai fasilitas publik, maka kebiasaan yang tadinya dianggap “biasa saja” tersebut, mulai dan semakin dirasakan mengganggu lingkungan, bahkan mengancam keselamatan dan hajat hidup masyarakat luas. Bahkan mengingat merokok sudah merupakan epidemi, maka kegiatan merokok sudah layak dikatagorikan sebagai pencemaran udara dalam tingkat yang sangat membahayakan Kebiasaan merokok dari tak kurang dari 70 juta perokok di Indonesia, yang sudah semakin merambah ke sebagian besar rumah tangga dan fasilitas serta ruang publik tersebut, sudah dapat dikategorikan melanggar hak asasi setiap warga Negara untuk mendapatkan lingkungan hidup bersih sebagaimana diatur dan dijamin dalam Pasal 28 Undang Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945. 2. Indonesia: Pasar bebas untuk rokok Ketika konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 1970 masih berjumlah sekitar 30 (tiga puluh) miliar batang rokok, masyarakat umum belum terlalu menyadari gangguan kesehatan lingkungan yang ditimbulkan oleh asap rokok. Tapi setelah jumlah tersebut meningkat menjadi 302 (tiga ratus) miliar batang rokok yang dikonsumsi oleh 70 juta penduduk Indonesia pada tahun 2013, maka masyarakat semakin merasakan gangguan
  • 35. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- paparan asap rokok tersebut. Rata-rata setiap mulut seorang penduduk Indonesia kini dipenuhi dengan seribu dua ratus lima puluh batang rokok per tahun termasuk bayi baru lahir. Hampir semua fasilitas publik, mulai dari angkutan umum, kantor swasta dan pemerintah, pusat perbelanjaan, Rumah Sakit dan rumah tangga, bahkan Bandara Internasional pun kini semakin merasakan pengap dan dampak negative yang disebabkan oleh paparan asap rokok. Puluhan juta keluarga dan rumah tangga di Indonesia, terkena paparan asap rokok, dimana seluruh anggota keluarganya menjadi perokok sekunder, karena salah satu atau lebih keluarganya adalah perokok dan terbiasa merokok di dalam rumah, tanpa pernah menyadari akan ancaman dan bahayanya bagi seluruh anggota keluarganya. Terlebih ketika Indonesia dinobatkan menjadi Negara dengan konsumsi dan pencemaran asap rokok terbesar ke tiga di dunia setelah Cina dan India, masyarakat tersentak menghadapi realitas tersebut. Ketika peredaran dan konsumsi rokok semakin ketat diatur dan dibatasi di Negara-negara maju, kini industri rokok dengan segala dana dan daya berhasil, hampir tanpa hambatan, memindahkan pasar rokoknya ke Indonesia. Iklan-iklan canggih yang telah dilarang di negara maju, dapat dengan leluasa dilaksanakan di Indonesia. Harga rokok di Indonesia yang relatif rendah, menjadikan rokok menjadi consumers’ good, atau barang yang dengan mudah diperoleh dan dikonsumsi oleh Gambar 1 Bayi Perokok di Indonesia SW merupakan salah satu balita Indonesia yang dari kecil ketagihan rokok. Sampai kapan generasi baru bangsa akan diracuni nikotin dan asap rokok? 2
  • 36. -- P e n d a h u l u a n -- publik secara luas, termasuk keluarga miskin yang mendapat fasilitas bantuan tunai langsung atau BLT, juga anak-anak muda, bahkan Balita. Sementara di negara tetangga kita di kawasan Asia Tenggara, penjualan rokok sudah semakin ketat diatur, tapi di Indonesia rokok dijual dengan bebas tanpa aturan, bisa di”keteng” atau dibeli eceran per batang, di jual diperempatan-petempatan jalan. Bahkan anak kecilpun bebas membeli rokok. Hingga tak mengherankan, kini Indonesia sangat populer di dunia internasional, karena begitu banyaknya kasus balita yang ketagihan rokok. Foto-foto balita tersebut yang dengan terampil mengisap dan mengepulkan asap rokok, terpampang di banyak media masa dan media sosial seperti di Youtube. Presentasi para ahli di berbagai forum Konperensi Internasional, terasa tak lengkap, kalau tak dipasang balita perokok Indonesia. Dan hampir tak ada perlindungan terhadap generasi muda dari ancaman pemasaran dan penjualan bebas rokok. Kasus balita yang menghabiskan dua bungkus rokok sehari di Malang, telah dikenal luas dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu ikon internasional tentang kelemahan pengendalian rokok. Negara demokrasi ke tiga terbesar didunia ini, tak berdaya menghadapi invasi industri rokok, yang sudah diusir dari negara-negara maju. 3. Rokok, kemiskinan dan target MDG Berdasarkan data Susenas 2010, 63 % rumah tangga di Indonesia mempunyai pengeluaran untuk rokok. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pengeluaran untuk rokok pada keluarga termiskin ternyata lebih besar daripada kelompok keluarga terkaya. Pada keluarga termiskin pengeluaran untuk rokok sebesar 11,91 %, sementara kelompok keluarga terkaya hanya 6,73% dari pendapatan (Susenas 2010). Sementara pengeluaran untuk rokok pada keluarga miskin jauh lebih besar dibanding pengeluaran untuk makanan bergizi, pendidikan dan kesehatan. Pengeluaran untuk rokok 13 kali lipat dari pengeluaran untuk daging, 5 kali lipat dari pengeluaran untuk telur dan susu, 6 kali lipat dari pengeluaran untuk kesehatan, dan 6 kali lipat dari pengeluaran untuk pendidikan (Susenas 2010). Dari penelitian Hellen Keller International, Jakarta pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kebiasaan merokok kepala keluarga miskin perkotaan di negara-negara berkembang memicu malnutrisi (gizi buruk) pada balita (Semba and Bloem, 2008). Dengan demikian, pengendalian produk tembakau justru akan membantu mengurangi kemiskinan dan memperbaiki kesehatan serta status gizi di kalangan masyarakat miskin. Berdasarkan data Susenas 2010, tiga dari empat keluarga miskin perkotaan mempunyai pengeluaran untuk rokok. Belanja mingguan untuk membeli rokok menempati peringkat tertinggi (12 %) setelah beras (18 %), sementara pengeluaran untuk telur dan ikan masing-masing hanya 2% dan 6%. Di samping memiliki risiko sakit akibat rokok yang memperburuk kemiskinan, kondisi ekonomi yang terbatas telah mengalihkan pengeluaran rumah tangga dari makanan untuk membeli rokok. Ketergantungan pada zat adiktif di dalam rokok pada keluarga miskin terbukti meningkatkan kejadian kurang gizi pada balita. Apabila tidak ditanggulangi maka kondisi ini akan mengancam hilangnya sebuah generasi (lost generation). 3
  • 37. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Studi sejenis tahun 2000-2003 pada lebih dari 360.000 rumah tangga miskin di perkotaan dan perdesaan membuktikan bahwa kematian bayi dan balita lebih tinggi pada keluarga yang orang tuanya merokok daripada yang tidak merokok. Secara bermakna (p<0,001), perbedaan angka kematian bayi dengan ayah merokok dan tidak merokok di perkotaan adalah 6,3% versus 5,3% dan di perdesaan adalah 9,2% vs 6,4%, sementara angka kematian balita di perkotaan adalah 8,1% vs 6,6% dan di perdesaan adalah 10,9% vs 7,6%. Risiko kematian populasi balita dari keluarga perokok berkisar antara 14% di perkotaan dan 24% di perdesaan, atau 1 dari 5 kematian balita berhubungan dengan perilaku merokok orang tua. Dengan angka kematian balita sebesar 162 ribu per tahun (Unicef, 2006), maka konsumsi rokok pada keluarga miskin menyumbang 32.400 kematian setiap tahun atau hampir 90 kematian balita per hari (Semba, 2008). Gambar 2 Bayi Perokok dari Musi Banyuasin Si pipi gembul ARS, balita berusia 3,5 tahun dari Musi Banyuasin, Sumatra Selatan, yang kisah kecanduannya pada rokok mendunia melalui berbagai media internasional. Kasus ARS, adalah satu kasus yang merupakan gunung es ancaman kecanduan rokok 4 pada balita dan gereasi muda bangsa. ARS, balita dari Musi Banyuasin, Sumatra Selatan menghebohkan dunia, setelah berbagai media internasional meliput kebiasaan tidak lazimnya. Dalam liputan media, dia menghisap dan menikmati rokok layaknya orang dewasa. Cara dia memegang dan mempermainkan rokok di antara jari-jarinya, caranya menghisap dan menikmati rokok, persis seperti rang dewasa. Dia mulai merokok pada usia 11 bulan, kata Diana,
  • 38. -- P e n d a h u l u a n -- Ibunya. Begitu kuat kecanduannya pada nikotin rokok , sehingga bilamana dia tak diberi rokok, kepalanya dijedot-jedotkan ke tembok. Dia bisa menghabiskan tiga hingga empat bungkus rokok Sampurna sehari. Kecanduan rokok ini rupanya dibawa sejak kehamilan,dimana Diana, ibunya, yang ternyata mengidam rokok pada waktu hamil, termasuk menikmati asap rokok yang dihembuskan oleh suamainya yang juga perokok berat. Komisi Perlindungan Anak Indonesia tergerak untuk menyelamatkan anak bangsa yang tak berdosa ini, dan membawanya ke RSCM Jakarta untuk menjalani proses rehabilitasi. Pada bulan Oktober 2010 ARS dibawa ke RSCM. Minggu-minggu pertama ARS mengamuk berguling-guling. Dengan berbagai pendekatan detoksikasi, terapi bermain dan pendampingan intensi, akhirnya pada bulan Juli 2011 ARS berubah. Dia terbebaskan dari kecanduannya untuk menghisap rokok, dan menjadi anak yang energik. Berapa banyak ARS ARS lain sebagai generasi penerus bangsa yang harus diselamatkan dari pemasaran rokok di negeri ni?(Mardiyah Chamim, 26) Jika berbagai kecenderungan konsumsi rokok dengan berbagai akibat tersebut tidak dapat dikendalikan, terlebih bilamana konsumsi rokok justru terus meningkat berkat ofensif industri rokok tanpa kebijakan baru dari pemerintah, maka kita khawatir berbagai target MDG, mulai penurunan kemiskinan, pencapaian pendidikan dasar, penurunan angka kematian balita / anak, peningkatan kesehatan ibu akan sangat sulit dicapai. Terlebih kecenderungan konsumsi rokok sebagai salah satu faktor risiko (risk factor) dalam peningkatan penyakit tidak menular (non-communicable diseases) disamping alkohol, diet yang salah serta inaktivitas fisik, maka dapat dipastikan Indonesia akan mengalami peningkatan prevalensi penyakit tidak menular tersebut. 4. FCTC dan Harga Diri Sebuah Bangsa Ketika Indonesia, yang semula sangat aktif terlibat dalam penyiapan draft traktat internasional tentang”Framework Convention on Tobacco Control” (FCTC) atau “Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau”, ternyata kemudian keterlambatan tersebut di atas menyebabkan Indonesia tidak masuk sebagai anggota dalam “Conference of the Parties” dari Konvensi Internasional tersebut. Akibat lebih lanjut, Indonesia yang bangga disebut sebagai negara demokrasi ke tiga terbesar didunia ini, kini berada dalam satu kelompok dengan sejumlah kecil negara-negara terbelakang yang belum mengaksesi FCTC, sekelompok dengan negara-negara kecil semacam Lichtenstein (36 ribu jiwa), Monaco (35 ribu jiwa), Andorra (86 ribu jiwa) dan Eritrea (5.juta jiwa). Beberapa diantaranya dikenal sebagai negara yang masuk dalam katagori negara gagal. Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang belum mengaksesi FCTC. Sehingga setiap rapat Conference of the Parties, Indonesia harus duduk dibelakang Timor Leste, tidak boleh pasang bendera merah putih kebanggaan bangsa, bahkan tak punya hak untuk berbicara. 5
  • 39. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Gambar 3: Perokok Anak di Indonesia Pembiaran terhadap jatuhnya korban di kalangan anak-anak sekolah. Dimana gerangan amanat Konstitusi untuk “melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”? Membiarkan asap rokok meracuni seluruh anak bangsa dan generasi muda, hanya demi pertimbangan jangka pendek untuk memperoleh sumber pendapatan negara atau revenue belaka, adalah cara bersikap dan berpikir dangkal, bertentangan dengan semangat “mencerdaskan kehidupan bangsa”, yang sungguh tidak lahir dari satu sikap kenegarawanan. Apalagi bilamana jumlah pendapatan negara yang diperoleh dari rokok tersebut sangat tak seimbang dengan kerusakan kesehatan dan degenerasi moral yang ditimbulkan oleh kebiasaan merokok. Berbagai penyakit sosial yang semakin sulit dicegah yang ditimbulkan oleh kebiasaan minum minuman keras dan pemakaian narkotika atau psikhotropik lain, justru bermula dari sikap permisive terhadap kebiasaan merokok. 5. Amanat Konstitusi Para founding Fathers Republik Indonesia di tahun 1945 telah meletakkan upaya untuk “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” , sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Alinea ke empat, Undang Undang Dasar Negara Kesatuan RI 1945, sebagai amanat yang harus dilaksanakan oleh penyelenggara Negara. Sebagai berikut 6
  • 40. -- P e n d a h u l u a n -- Pembukaan alinea ke empat Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UndangUndang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republika Indonesia 1945 tersebut di atas selanjutnya telah di jabarkan lebih lanjut dalam berbagai peraturan perundang-undangan yaitu antara lain: a. Undang-Undang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, b. Undang-Undang no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, c. Undang-Undang no. 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan, d. Undang-Undang no. 32 tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup e. Undang-Undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan f. Undang-Undang no. 13 tahun 2011 tentang Penangan Fakir Miskin 6. Jakarta Call for Action “Global Status Report tentang Non Communicable Disease” tahun 20101 yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) menegaskan tentang keberadaan empat penyakit tak menular utama yang mengancam seluruh bangsa-bangsa di dunia, yang terdiri atas: (i) penyakit cardio-vasculer, (ii) kanker, (iii) diabetes mellitus, dan (iv) chronis respiratory diseases. Selanjutnya WHO juga sekaligus menyebutkan, bahwa terdapat empat common risk factors yang menyebabkan tak terbendungnya perkembangan ke empat penyakit tak menular utama tersebut, yakni : (i) harmful use of alcohol, (ii) tobacco use, (iii) physical inactivities, dan (iv) unhealthy diets. Dalam pada itu, dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi UN Summit on NonCommunicable Diseases yang akan diselenggarakan di New York pada bulan September 2011, WHO SEARO telah menyelenggarakan satu “Regional Meeting on Health and Development Challenges of Non Communicable Diseases (NCD) yang diselenggarakan Jakarta, 1-4 Maret 2011. 1 Global Status Report on Non Communicable Disease”, World Health Organization 2011. 7
  • 41. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Yang menatrik adalah, bahwa Regional meeting WHO SEARO tersebut telah melahir-kan satu Deklarasi yang disebut “Jakarta Call for Action”. Nama Jakarta akan terus melekat pada komitmen regional tersebut, sehingga alangkah sangat ironisnya bagi bangsa Indonesia, bilamana bangsa ini ternyata tak memiliki komitmen atas Deklarasi yang disusun dan disepakati di dalam negeri, dan hadir di UN Summit di New York tanpa suatu komitmen. Gambar 4: Generasi Muda Bebas Rokok Generasi Muda Jogja menuntut perlindungan dari ancaman bahaya rokok bagi Masyarakat, khususnya generasi muda. Terlebih sesudah Deklarasi “Jakarta Call for Action” tersebut, WHO menyeleng-garakan “First Global Ministerial Conference on Healthy Lifestyle and NonCommunicable Diseases Control”, bertempat di Moscow, pada tanggal 28-29 April 2011. Konperensi antar seluruh Menteri Kesehatan tersebut memberikan komitmen global yang lebih tegas akan tanggung jawab seluruh bangsa dan Negara di dunia untuk menyelamatkan generasi anak manusia dari ancaman Non Communicable Diseases yang semakin tak terbendung, selama keempat common risk tersebut, pemakaian alkohol, pemakaian tembakau, kekutrangan aktivitas fisik dan diet buruk tak dikendalikan. 7. Deklarasi OKI Kuala Lumpur 2007 Indonesia juga penandatangan dari Komitmen Pengendalian Tembakau dalam satu Konperensi Internasional yang diselenggarakan oleh Organisasi Konperensi Islam (OKI) atau Organization of Islamic Conference (OIC) di Kuala Lumpur pada tahun 2007 yang dikenal dengan Deklarasi OKI Kuala Lumpur 2007. Dimana pada 12 – 15 Juni 2007, 8
  • 42. -- P e n d a h u l u a n -- menteri kesehatan dari Negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) berkumpul di Malaysia dalam Konferensi Menteri Kesehatan Negara Islam yang pertama. Dalam pertemuan tersebut seluruh Menteri Kesehatan dari Negara-negara Islam menyetujui Resolusi OKI no. 4 tentang Pengendalian Tembakau, Program Pengurangan Bahaya dan Etika Riset (Resolution No. 4 on Tobacco Control, Harm Reduction Programme and Research Ethics / KLOICHMC-1/2007/2.4). Resolusi tersebut mendesak Negara-negara anggota OKI untuk melakukan beberapa hal berikut ini: 1. Melaksanakan Regulasi Kesehatan Internasional (Internasional Health Regulation) tahun 2005 untuk mencapai keamanan kesehatan (health security) di dunia; 2. Mengadopsi WHO Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) untuk melin-dungi generasi saat ini dan generasi mendatang dari konsekuensi kesehatan, social, lingkungan dan ekonomi dari konsumsi tembakau dan paparan asap rokok yang sangat membahayakan 3. Mengajukan legislasi sebagai elemen inti untuk pengendalian tembakau yang efektif 4. Melibatkan para pemimpin agama untuk memanfaatkan konsep agama terhadap tembakau dan penggunaan narkoba dalam strategi pencegahan; 5. Bekerjasama dengan SESRTCIC dan IDB melalui program pelatihan yang sesuai untuk mendapatkan bantuan teknis untuk pelaksanaan strategi dan program pengendalian tembakau nasional yang efektif dan berkelanjutan serta untuk membangun kerangka hukum yang tepat untuk mencapai visi yang terkandung dalam WHO - FCTC; 6. Memperkenalkan Program Pengurangan Bahaya (Harm Reduction Program) yang bertujuan untuk mengurangi bahaya kesehatan; 7. Mengembangkan pedoman etika penelitian pada subyek manusia; 8. Mengembangkan kapasitas pemantauan teknis untuk mematuhi etika penelitian; 9. Mengembangkan dan menerapkan intervensi yang efektif untuk mengurangi HIV / 9 AIDS tahun 2010. 8. Road map bersama untuk bangsa Upaya pengendalian tembakau di Indonesia walau sudah dirintis sejak awal tahun 1990an, namun upaya tersebut baru digerakkan secara semakin terorganisasikan semenjak tahun 2007, yakni dengan pembentukan Komite Nasional (Komnas) Pengendalian Tembakau Indonesia, serta pembentukan Indonesian Tobacco Control Centre (Pusat Pengendalian Tembakau Indonesia) oleh Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), yang didukung oleh beberapa LSM atau asosiasi atau organisasi profesi yang memiliki kepedulian terhadap ancaman bahaya produk tembakau. Namun berbagai rintisan gerakan pengendalian tembakau yang dirintis oleh sejumlah organisasi profesi dan LSM, dirasakan kurang memberikan hasil yang optimal. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor penghambat berupa: 1. Keterlambatan Indonesia dalam meratifikasi/mengaksesi FCTC, menyebabkan lemahnya kebijakan public dalam pengendalian tembakau,sehingga kepentingan dibidang kesehatan masih selalu berbenturan dengan kepentingan non-kesehatan.
  • 43. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- 2. Masyarakat luas belum menyadari ancaman bahaya tembakau rokok, yang dianggap 10 sebagai satu kebiasaan hidup belaka 3. Terjadi praktek pembiaran terhadap ancaman bahaya rokok yang demikian kasat mata dalam bentuk penjualan rokok secara bebas baik tempat penjualan, cara menjual dan pembelinya. 4. Kurang dirasakan adanya satu concerted efforts bagi terwujudnya mekanisme koordinasi yang sanggup mengkordinasi dan menggerakkan semua agenda pengendalian tembakau secara efektif dan efisien Mengingat hal tersebut diatas keberadaan “Roadmap Pengendalian Tembakau di Indonesia” baik yang holistic sangat diperlukan. Sudah tiba saatnya bagi seluruh anak bangsa untuk meninggalkan egoisme sektoralnya, meninggalkan cara pikir dan sudut pandang yang bersifat short-sighted, hanya mementingkan kepentingan-kepentingan manfaat finansial jangka pendek, namun menafikan kepentingan jangka panjang bagi seluruh anak bangsa. B. Tujuan Tujuan umum: Terlindunginya masyarakat, khususnya keluarga dan generasi muda dari ancaman bahaya rokok. Tujuan khusus: 1. Sebagai wahana komunikasi, informasi dan edukasi bagi masyarakat tentang kedaruratan ancaman bahaya rokok di Indonesia. 2. Sebagai landasan bersama dalam penyusunan dan pengembangan program dan kegiatan dalam upaya pengendalian rokok oleh semua pemangku kepentingan pengendalian rokok. 3. Sebagai rujukan bersama dan ukuran keberhasilan dalam pelaksanaan berbagai upaya pengendalian rokok. C. Visi dan Misi Visi 2013 - 2025 Terkendalikannya penyebaran dan konsumsi rokok, sehingga masyarakat Indonesia terlindungi dari dampak konsumsi rokok dan paparan asap rokok. Visi 2013 - 2015 Dilahirkannya kebijakan publik dan regulasi di setiap tingkat pemerintahan yang mendukung pengendalian rokok di Indonesia.
  • 44. -- P e n d a h u l u a n -- Visi 2016 - 2020 Dilaksanakannya berbagai kebijakan publik dan produk perundang-undangan dalam pengendalian dampak rokok, disertai pengetrapan sanksi-sanki hukumnya di seluruh Indonesia. Visi 2021 - 2025 Masyarakat Indonesia menyadari akan ancaman bahaya rokok dan menurunnya prevalensi perokok secara signifikan. Misi 1. Gerakan Pengendalian rokok di Indonesia meneruskan komitmen dan usahanya secara berkelanjutan dalam upaya pengendalian rokok, baik dalam penguatan kebijakan publik maupun dalam upaya pengendalian konsumsi produk di komunitas. 2. Menggalang keterpaduan upaya pengendalian rokok, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat sipil serta masyarakat pengusaha. 3. Melaksanakan upaya-upaya komunikasi, informasi dan edukasi berkelanjutan dalam rangka menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat. 4. Mengupayakan perbaikan kehidupan petani tembakau sebagai mata rantai terdepan 11 dari rangkaian proses produksi rokok.
  • 45. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- BAB II PERMASALAHAN DAN FAKTA A. Epidemi Akibat Konsumsi Tembakau Epidemi Global United Nations Summit on Non-Communicable Disease, New York 19 – 20 September 2011 telah menegaskan, bahwa konsumsi tembakau, di samping konsumsi alkohol, diet yang buruk (poor dietary) dan kekurangan kegiatan fisik (physical inactivities), merupakan empat faktor resiko utama atau four common risk factors bagi meningkatnya empat penyakit tidak menular utama yang semakin mengancam kehidupan manusia secara global. Empat penyakit tidak menular utama yang semakin meningkat dan mengancam umat manusia secara global tersebut adalah penyakit kardiovaskular, kanker, obstruksi paru dan diabetes. Pada abad ke 20 ini diperkirakan bahwa produk tembakau dapat menyumbangkan kematian sebesar 100 juta kematian secara global dan apabila tidak diambil tindakan atau intervensi maka pada abad 21 diperkirakan mencapai 1 milyar kematian (Peto & Lopez, 2001). Produk tembakau merupakan penyebab sekitar 2.41 (1.8-3.5) juta kematian dinegara berkembang pada tahun 2000 (Majid & Alan D, 2003). Angka ini menunjukkan terjadinya peningkatan kematian lebih dari satu juta dibandingkan kematian yang terjadi pada tahun 1990. Gambar 5: Perbandingan angka kematian dinegara maju dan berkembang yang dipicu oleh kebiasaan merokok Sumber : Majid, E., & Alan D, L. (2003). Estimates of global mortality attributable to smoking in 2000. The Lancet, 362 (9387). 12
  • 46. -- Permasalahan dan Fakta -- Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) melaporkan bahwa pada tahun 2008 telah terdapat 1 milyar orang pengguna produk tembakau diseluruh dunia (WHO, 2008). Konsumsi tembakau membunuh satu orang setiap 10 detik (WHO, 2002). Penyebab kematian satu dari dua orang perokok disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan konsumsi rokok(Global Smoke Free Partnership, 2009). Organisasi kesehatan dunia ini memperkirakan bahwa separuh kematian tersebut terjadi di Asia, karena tingginya peningkatan penggunaan tembakau. Angka kematian akibat rokok di negara berkembang meningkat hampir empat kali lipat dari 2.1 juta pada tahun 2000 menjadi 6.4 pada tahun 2030. Sementara itu pada negara maju tren angka kematian akibat konsumsi tembakau justru menurun yaitu 2.8 juta menjadi 1.6 juta dalam jangka waktu yang sama. Tingkat prevalensi perokok pria di negara berkembang juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara maju. Akan tetapi prevalensi untuk perokok perempuan lebih tinggi dinegara maju daripada negara berkembang. Gambar 6: Kematian akibat merokok dinegara berkembang dan negara maju pada tahun 2000 dan 2030 Sumber : Majid, E., & Alan D, L. (2003). Estimates of global mortality attributable to smoking in 2000. The Lancet, 362 (9387). 13
  • 47. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Gambar 7: Prevalensi perokok dinegara berkembang dan negara maju berdasarkan jenis kelamin Sumber : Majid, E., & Alan D, L. (2003). Estimates of global mortality attributable to smoking in 2000. The Lancet, 362 (9387). Perokok mayoritas dinegara maju dan negara berkembang adalah laki-laki yaitu mencapai 50%, dan 35%. Sementara itu perokok wanita pada negara maju mencapai 22% lebih tinggi dibandingkan perokok wanita dinegara berkembang 9% (Shafey, Eriksen, Ross, & Mackay, 2009). Kematian satu di antara sepuluh orang dewasa sekarang ini dapat dipastikan berkaitan dengan rokok. Angka kematian terkait dengan rokok justru meningkat lebih cepat di negara-negara miskin dan berkembang seperti di Indonesia. WHO melaporkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi pada tahun 2008, 36 juta diantaranya (hampir 2/3) adalah karena Penyakit Tidak Menular (PTM) yang terdiri dari penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes dan penyakit paru-paru kronik. Dari 36 juta kematian terkait PTM, 80% diantaranya terjadi di negara berkembang. Adpun penyebab kematian terkait PTM yang utama adalah penyakit kardiovaskular (17 juta kematian, 48%), kanker (7,6 juta kematian, 21%), penyakit pernafasan termasuk asma dan penyakit pulmonary obstruktif kronis (COPD) (4,2 juta kematian) serta diabetes (1,3 juta kematian) (WHO 2011) 14
  • 48. -- Permasalahan dan Fakta -- Gambar 8: Penyebab kematian terkait dengan PTM didunia untuk usia dibawah 70 tahun Sumber : Global Status Report on NCD 2010, WHO 2011. Data menunjukkan bahwa kematian terkait PTM disebabkan oleh Penyakit Kardivaskuler 39%, Kanker 27 %, Penyakit pernafasan kronis, penyakit digestif dan lainnya sebanyak 30 % dan diabetes 4%. Tragisnya seperempat kematian terkait PTM tersebut terjadi pada usia produktif yaitu dibawah 60 tahun. Kebiasaan mengkonsumsi rokok adalah salah satu faktor resiko yang memicu meningkatnya Penyakit Tidak Menular selain diet yang tidak sehat, konsumsi alkohol dan kurangnya aktifitas fisik (WHO, 2011). Diproyeksikan pada tahun 2030 Penyakit Tidak Menular (PTM) akan memberikan kontribusi angka kematian sebesar 75% dari total kematian secara global. Sedangkan kematian terkait dengan konsumsi rokok akan mencapai 8 juta orang pada tahun 2030 yang merupakan 10 % dari total kematian secara global jika tidak ada intervensi yang dilakukan. Epidemi Akibat Rokok di Indonesia Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok tertinggi di dunia setelah Cina dan India dengan prevalensi perokok yaitu 36,1% (Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011). Dengan tingkat produksi rokok pada tahun 2012 telah mencapai 302,5 miliar batang (Sampoerna, 2012) dan perkiraan jumlah penduduk mencapai 259 juta jiwa (kemdagri, 2011), maka terdapat 1.166 batang rokok disetiap mulut orang Indonesia termasuk bayi yang baru lahir. 15
  • 49. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Gambar 9: Delapan penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia Sumber : WHO Report on The Global Tobacco Epidemic, halaman 9 World Health Organization melaporkan bahwa di Indonesia lebih dari 200.000 orang meninggal tiap tahunnya akibat penyakit yang disebabkan oleh mengkonsumsi produk tembakau (rokok) (WHO, 2008). Rokok dapat mengakibatkan penyakit kanker, penyakit jantung, impotensi, penyakit darah, enfisema, bronchitis kronik, dan gangguan kehamilan. Rokok juga merupakan penyebab dari enam penyakit penyebab kematian tertinggi didunia. Prevalensi perokok di Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Perubahan mencolok dapat dilihat dari data prevalensi perokok dewasa sejak tahun 1995 hingga 2011. Jumlah perokok pria meningkat 14 persen dari 53,4% tahun 1995 menjadi 67,4% pada tahun 2011. Peningkatan tertinggi terjadi pada perokok perempuan yang meningkat menjadi 2,6 kali lipat dari 1,7 % pada tahun 1995 menjadi 4,5% pada tahun 2011. Secara total jumlah perokok di Indonesia meningkat 9,1 % dari 27 % pada tahun 1995 menjadi 36,1 % pada tahun 2011. Dengan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237.556.363 orang maka jumlah absolut penduduk yang merokok sebanyak 59 juta orang. Dengan prediksi jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak 259juta maka pada tahun 2012, jumlah perokok saat ini tidak akan kurang dari 93 juta orang. 16
  • 50. -- Permasalahan dan Fakta -- Gambar 10: Prevalensi merokok* penduduk umur > 15 tahun berdasarkan jenis kelamin, Indonesia - tahun 1995, 2001, 2004, 2007, 2010, dan 2011 34.2 34.7 36.1 Tabel 1: 27 31.5 34.4 Prevalensi perokok umur > 15 tahun berdasarkan umur mulai merokok di Indonesia tahun 1995, 2001, 2004, 2007 dan 2010 80 70 60 50 40 30 20 10 Sumber: SUSENAS 1995, SKRT 2001, SUSENAS 2004, RISKESDAS 2007* dan 2010* Catatan: termasuk merokok tiap hari dan kadang-kadang; *) tembakau hisap dan kunyah Tabel 1 menggambarkan pola umur mulai merokok di Indonesia, dengan angka prevalensi tertinggi adalah mulai merokok pada usia 15-19 tahun atau di masa usia sekolah (SMP/SMA) pada semua tahun survey (tahun 1995 s/d 2010). Pola prevalensi tidak berbeda sejak tahun 1995. Meskipun demikian terjadi kecenderungan umur mulai merokok usia muda 5 – 14 tahun meningkat dari 9,6% pada tahun 1995 menjadi 19,2% pada tahun 2010. Pada kelompok umur mulai merokok 30 tahun ke atas, terjadi peningkatan yang cukup tajam pada dari hasil survey tahun 2004 sebesar 1,82% menjadi 6,9% pada tahun 2007 dan 17 53.4 62.2 63.1 65.6 65.9 67.4 1.7 1.3 4.5 5.2 4.2 4.5 0 1995 2001 2004 2007 2010 2011 Laki‐laki Perempuan Total Sumber: SUSENAS 1995, SKRT 2001, SUSENAS 2004, RISKESDAS 2007*dan 2010*, GATS 2011 Catatan: termasuk merokok tiap hari dan kadang-kadang; *) data 2007 dan 2010 termasuk tembakau hisap dan kunyah. Umur mulai merokok Tahun 1995 2001 2004 2007 2010 5 ‐ 9 tahun 0.60 0.40 1.70 1.90 1.70 10 ‐ 14 tahun 9.00 9.50 12.60 16.00 17.50 15‐19 tahun 54.60 58.90 63.70 50.70 43.30 20‐24 tahun 25.80 23.90 17.20 19.00 14.60 25‐29 tahun 6.30 4.80 3.10 5.50 4.30 30+ tahun 3.80 2.60 1.82 6.90 18.60
  • 51. -- Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia -- Gambar 11: Prevalensi Perokok Menurut Usia Merokok tahun 1995 - 2010 Sumber: SUSENAS 1995, SKRT 2001, SUSENAS 2004, RISKESDAS 2007* dan 2010* Catatan: termasuk merokok tiap hari dan kadang-kadang; *) tembakau hisap dan kunyah 18,6% pada tahun 2010. Peningkatan dari 6,9% pada tahun 2007 menjadi 18,6% pada tahun 2010 kemungkinan berkaitan dengan merokok sebagai fungsi sosial pada usia produktif kerja. Gambar 12: Prevalensi perokok usia 15-19 pada tahun 1995-2010 Sumber: SUSENAS 1995, SKRT 2001, SUSENAS 2004, RISKESDAS 2007*, 2010* Catatan: termasuk merokok tiap hari dan kadang-kadang; *) data 2007 dan 2010 termasuk tembakau hisap dan kunyah 18