Studi ini meneliti stres panas dan gejala terkait panas yang dialami pekerja tebu di Thailand. Pemotong tebu mengalami dehidrasi dan perubahan fisiologis yang signifikan selama shift kerja dibandingkan pekerja pabrik. Pemotong tebu juga melaporkan lebih banyak gejala terkait panas seperti kelelahan, berkeringat berlebih, sakit kepala, dan kram otot dibandingkan pekerja pabrik.
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
JR_Heat Stress.pptx
1. Journal Reading
Heat Stress, Physiological Response, and
Heat-Related Symptoms among Thai Sugarcane Workers
Preceptor:
dr. Ricky Satriawan Prawirosudarmo
dr. Alivia Aizya Muti
dr. Stopenson
dr. Fitri Nadia Silvani
Oleh:
Jason Mikail Amper
Daniel Christianto
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN
KEDOKTERAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
2.
3. ABSTRAK
Studi ini menyelidiki
paparan panas dan gejala
terkait panas yang dialami
pekerja tebu (90 pemotong
tebu dan 93 pekerja pabrik)
selama musim panen di
Thailand
Sampel urine untuk uji
dehidrasi, tekanan darah,
detak jantung, dan suhu
tubuh diukur sebelum dan
sesudah shift untuk
mengukur heat strain
Asupan cairan dan gejala
terkait panas selama musim
panen dikumpulkan melalui
wawancara di akhir musim
4. ABSTRAK
Dehidrasi diamati di antara
pemotong tebu; dan perubahan
fisiologis yang signifikan: detak
jantung, suhu tubuh, dan
tekanan darah sistolik terjadi di
seluruh shift kerja
Secara signifikan, lebih banyak
pemotong tebu mengalami gejala
yang berhubungan dengan panas:
kelelahan, banyak berkeringat,
sakit kepala, ruam, kram otot,
mulut kering, pusing, demam, kulit
kering, dibandingkan dengan
pekerja pabrik tebu
Kesimpulan: heat stress yang
dialami oleh pemotong tebu yang
bekerja di lingkungan sangat
panas, dengan beban kerja tinggi,
berhubungan dengan efek
kesehatan yang akut
5. PENDAHULUAN
Panas adalah bahaya kesehatan fisik yang
umum dan penting bagi pekerja di lingkungan
kerja luar dan dalam ruangan
Kombinasi paparan panas dari lingkungan
kerja (dari cuaca maupun panas buatan), dan
panas tubuh yang dihasilkan dari proses
metabolisme (terkait beban kerja) dapat
menyebabkan peningkatan panas dalam
tubuh
Tanpa pembuangan panas yang memadai,
suhu inti tubuh yang tinggi terus-menerus
dapat mengganggu termoregulasi tubuh
6. PENDAHULUAN
Gejala terkait panas: heat exhaustion, heat
rash, heat edema, dan sinkop, hingga cedera
panas besar yang menyebabkan kematian
seperti exertional heat injury, exertional
rhabdomyolysis, dan heat stroke
Penyakit yang berhubungan dengan jantung
meningkat ketika suhu lingkungan lebih tinggi
Cuaca panas berhubungan dengan
kecelakaan kerja, karena melibatkan
peningkatan kelelahan, penurunan
kewaspadaan, penurunan kemampuan
psikomotorik, dan kehilangan konsentrasi
Thailand adalah salah satu negara tropis
dengan kelembapan tinggi dan cuaca panas,
khususnya di musim panas. Data dari
Kementerian Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Thailand mengungkapkan bahwa
suhu rata-rata meningkat sekitar 0,74 C sejak
abad terakhir
7. PENDAHULUAN
Industri tebu adalah salah satu industri pertanian utama di Thailand. Pada
2015, total produksi tebu adalah 105,96 juta ton, ditanam di atas lahan
seluas 1,62 juta hektar (16,2 miliar meter persegi) di seluruh negeri
Pekerja di industri ini terpapar berbagai bahaya pekerjaan termasuk panas dan
radiasi matahari selama proses penanaman, pemanenan, dan pembuatan tebu
Tidak seperti pemotong tebu, pekerja pabrik tidak terpapar radiasi matahari, tetapi
mereka mungkin terpapar panas pancaran tinggi dari boiler atau peralatan panas
yang digunakan untuk mengolah tebu
Di Thailand, ada standar peraturan kesehatan dan keselamatan kerja yang
menangani heat stress untuk pekerja sektor formal, tetapi ini tidak berlaku untuk
pekerja informal termasuk pemotong tebu musiman
8. PENDAHULUAN
Penelitian sebelumnya:
Penelitian di Kosta Rika
membandingkan gejala terkait panas
pada pemanen tebu dan pekerja di
pabrik tebu hasil penelitian:
sejumlah gejala yang berhubungan
dengan panas lebih sering dilaporkan
secara signifikan pada pemanen tebu
daripada pekerja di pabrik tebu
Di Nikaragua, para peneliti
menerapkan langkah pencegahan
stres akibat panas di kalangan
pemotong tebu menyediakan lebih
banyak larutan rehidrasi dan air selama
shift kerja mereka meningkatkan
produktivitas dan kesadaran mengenai
heat stress di kalangan pemotong
10. DESAIN PENELITIAN
1. Tempat,
waktu, dan
peserta
• Di Provinsi Nakhon
Ratchasima, salah satu
wilayah budidaya tebu
terbesar
• Ladang tebu dibakar pada
malam hari lalu batang
dipotong
• Setelah itu, batang tebu
dimuat dan diangkut ke
pabrik pengolahan gula
• Sarinya kemudian
dipekatkan dengan proses
perebusan vakum dan
penguapan gula kristal
12. DESAIN PENELITIAN
1. Tempat, waktu,
dan peserta
• Partisipan: 183 pekerja tebu
yang bekerja di sebuah
perusahaan tebu di Provinsi
Nakhon Ratchasima
• Menjadi dua kelompok:
• 90 orang pemotong tebu yang
merupakan pekerja musiman
• 93 pekerja pabrik tebu yang
bekerja di area giling,
perebusan, kristalisasi, dan
pemeliharaan tanaman
• Usia minimal 18 tahun tanpa
riwayat medis penyakit ginjal,
penyakit kardiovaskular,
diabetes, atau asam urat
• Informed consent dan
protokol penelitian (v)
13. DESAIN PENELITIAN
2. Pengukuran
paparan heat
stress
• Menggunakan monitor wet
bulb globe temperature
(WBGT) (QUESTemp 34,
Quest Technologies, WI, USA)
untuk menghitung indeks
WBGT
• WBGT di luar ruangan
penebang tebu yang bekerja di
lapangan
• WBGT di dalam ruangan
pekerja pabrik tebu
Ket:
• efek kelembapan
dan pergerakan
udara (Tnwb)
• Globe
temperature (Tg)
• Dry bulb air
temperature (Td)
14. DESAIN PENELITIAN
2. Pengukuran
paparan heat
stress
• Pengukuran WBGT di kedua
lingkungan kerja dicatat secara
otomatis setiap 15 menit untuk
shift kerja penuh bagi
pemotong dan pekerja pabrik
• Ada enam stasiun
pemantauan yang terletak di
lahan tebu, dan di area
penggilingan, perebusan,
kristalisasi, pemeliharaan, dan
ruang kontrol ber-AC untuk
pabrik tebu
15. DESAIN PENELITIAN
2. Pengukuran
paparan heat
stress
• Pemantauan di setiap stasiun
dilakukan secara serentak
• Pengukuran dilakukan selama
tiga hari, satu hari per minggu
selama tiga minggu berturut-
turut pada bulan terpanas
(Maret) selama musim panen
(dari Desember – Maret)
• Peneliti menggunakan rata-rata
WBGT untuk mewakili kondisi
terburuk paparan panas
pekerja di enam lokasi kerja
16. DESAIN PENELITIAN
2. Pengukuran
paparan heat
stress
• Penilaian heat stress dilakukan
berdasarkan pedoman
American Conference of
Governmental Industrial
Hygiene (ACGIH)
• Beban kerja juga diperkirakan
• WBGTTWA dibandingkan
dengan nilai ambang batas
ACGIH (TLVs) untuk heat
stress berdasarkan intensitas
beban kerja:
• 26,6 C pekerjaan berat
• 28,2 C pekerjaan sedang
• 30,8 C pekerjaan ringan
17. DESAIN PENELITIAN
3. Pengukuran
Fisiologis pada
Shift Kerja
• Pada hari terakhir pengukuran
WBGT di tempat kerja,
tekanan darah, detak jantung,
dan suhu tubuh diukur
• Sampel urin dikumpulkan
sebelum dan sesudah shift
mengevaluasi efek paparan
panas selama shift kerja
• Urin segera diuji menggunakan
dipstick urin dengan tujuh
parameter
18. DESAIN PENELITIAN
3. Pengukuran Fisiologis
pada Shift Kerja
• Berat jenis urin digunakan sebagai
indikator status hidrasi
• 1,026-1,030 dehidrasi
• > 1,030 menunjukkan dehidrasi
secara klinis
• Suhu tubuh diukur menggunakan
termometer telinga inframerah
• Tekanan darah dan detak jantung
diukur menggunakan
sphygmomanometer
• Sebelum pengukuran ini, setiap
peserta beristirahat setidaknya 10
menit
• Pengukuran tekanan darah dan
detak jantung diukur 3 kali dengan
selang waktu 1 menit, kemudian
dihitung rata-ratanya
19. DESAIN PENELITIAN
4. Gejala
• Di akhir musim panen, semua peserta
diwawancarai dengan kuesioner: pertanyaan
tentang demografi, pekerjaan sebelumnya dan
saat ini, tempat tinggal, kebiasaan makan
(asupan cairan, merokok dan konsumsi
alkohol), dan gejala kesehatan selama musim
panen
• Terdiri dari 15 gejala berhubungan dengan
panas dan 8 gejala tidak berhubungan
dengan panas
20. DESAIN PENELITIAN
4. Gejala
• Gejala yang berhubungan dengan panas
dikumpulkan dan dipilih dari ulasan artikel
tentang heat stress yang berhubungan dengan
pekerja industri, pemanen tebu, dan pekerja
pertanian lainnya.
• Gejala yang tidak berhubungan dengan
panas: gejala pernapasan, masalah
pencernaan, dan iritasi pada kulit dan mata
• Setiap peserta ditanya apakah gejala tertentu
telah terjadi “secara teratur” (setidaknya sekali
seminggu), “kadang-kadang” atau “tidak
pernah” selama musim panen
21. DESAIN PENELITIAN
5. Analisis Data
• Menggunakan perangkat lunak SPSS
versi 19.0
• Statistik deskriptif menggambarkan
karakteristik demografis, paparan panas,
dan gejala kesehatan
• Uji-t berpasangan menentukan
perbedaan pengukuran fisiologis di
seluruh shift kerja
• Uji chi-square dan uji eksak Fisher
mengevaluasi perbedaan gejala
kesehatan antara kelompok pemotong
tebu dan pekerja pabrik selama musim
panen
23. 183 pekerja dibagi menjadi dua kelompok (cutter dan factory)
• Factory: pekerja pada bagian milling, boiling, crystallization, dan maintenance
• Cutter: pekerja di lapangan.
Karakterisik Pekerja
24. Asupan cairan
Selama musim panen, rata-rata asupan cairan per shift
pemotong tebu (3,8 L/shift) jauh lebih tinggi
dibandingkan pekerja pabrik (2,6 L/shift)
27. Parameter tanda tanda vital pada pekerja
Ditemukan hanya tanda tanda vital
(SBP, HR, Suhu telingan kanan kiri)
pada cutter yang berbeda signifikan
pre-shift dan post-shift
28. Hasil lab
Jumlah berat jenis urin pada
1.030 (dehidrasi) meningkat dari
pre-shift sampai post-shift pada
cutter
pH urin pekerja cenderung lebih
asam
30. Prevalensi gejala terkait panas
• Gejala umum terkait panas (>50%)
yang dilaporkan oleh pemotong
adalah kelemahan/kelelahan
(91,1%), keringat berlebih (83,3%),
sakit kepala (57,8%), ruam (52,2%),
dan kram otot (52,2%).
• Pekerja pabrik umumnya
melaporkan kelemahan/kelelahan
(64,5%) dan banyak berkeringat
(52,7%)
31. Prevalensi gejala terkait panas
Perbandingan antara pemotong dan
pekerja pabrik, yang pernah dialami
menemukan pemotong memiliki lebih
banyak gejala kelemahan/kelelahan,
berkeringat berat, sakit kepala, ruam
kulit, kram otot, mulut kering, pusing,
kulit kering/pecah-pecah, tangan/kaki
bengkak, kulit melepuh, dan pingsan.
32. Prevalensi gejala terkait panas
Tiga gejala “sering” teratas yang
secara signifikan lebih tinggi pada
pemotong dibandingkan dengan
pabrik pekerja banyak berkeringat
(60,0% vs 18,3%),
kelemahan/kelelahan (31,1% vs 8,6%),
dan mulut kering (15,6% vs. 5,4%).
Demam (6,7%), kulit kering/pecah-
pecah (6,7%), tangan/kaki bengkak
(5,6%), dan pusing (5,6%) hanya
dilaporkan secara rutin pada
kelompok pemotong.
33. Prevalensi gejala terkait panas
Untuk gejala yang tidak berhubungan
dengan panas, iritasi mata dan kulit
gatal dilaporkan secara signifikan
lebih sering oleh pemotong tebu baik
“pernah” maupun "secara teratur.
Hidung tersumbat dan batuk
dilaporkan sebagai gejala biasa yang
lebih signifikan pemotong tebu
35. DISKUSI
Mayoritas pemotong tebu adalah petani dari wilayah timur laut Thailand dengan
pendidikan dasar
Ketika musim panen padi berakhir di satu daerah, mereka bermigrasi ke daerah
lain untuk bekerja sebagai penebang tebu musiman
Proporsi perempuan yang bekerja dalam pekerjaan ini adalah sekitar 40%
mungkin disebabkan oleh faktor ekonomi mendorong laki-laki desa pindah ke
perkotaan bekerja di sektor industri atau pekerjaan lain yang bergaji lebih tinggi
Upah para pemotong tebu bergantung pada berapa banyak yang mereka tebang:
• 0,5–0,7 Baht (~US Cent 1,7–2,3)/binder untuk tebu yang dibakar (10–16 batang)
• 1,5–2 baht (~US Cent 5,0–6,7)/ pengikat untuk tebu hijau
Dalam penelitian ini para pemotong bekerja rata-rata sekitar 9,4 jam/hari dan 6,5
hari/minggu namun, 50% melaporkan bahwa pendapatan mereka tidak mencukupi
PEMOTONG TEBU
36. DISKUSI
Pekerja proses di pabrik tebu adalah pekerja tetap kebanyakan adalah laki-laki yang
lulus SMA atau memiliki ijazah kejurusan
Upah tergantung pada keterampilan pekerja dan posisi pekerjaan namun, mereka
menerima setidaknya 300 baht/hari (~US $10), upah minimum yang ditetapkan oleh
pemerintah Thailand
Meskipun produksi puncak terkait dengan musim panen, pekerja tidak
diperbolehkan bekerja lebih dari 48 jam/minggu
Semua pekerja tinggal di rumah atau apartemen mereka sendiri 80% pekerja
melaporkan pendapatan mereka cukup dan 44% dari mereka memiliki tabungan
Rata-rata BMI dan persentase minum alkohol di antara pekerja pabrik lebih tinggi
daripada di antara para pemotong, yang mungkin terkait dengan perbedaan gender
PEKERJA PENGOLAH DI PABRIK
37. DISKUSI
Selama musim panen,
pemotongan tebu merupakan
pekerjaan berat, sedangkan
tugas pengolahan pabrik tebu
ringan hingga sedang
Nilai rata-rata WBGT di area
pengolahan pabrik (31,7 C)
lebih tinggi daripada di lahan
tebu (30,6 C).
Pekerja pengolahan pabrik
memiliki risiko stres panas
yang lebih rendah daripada
pemotong tebu karena
kombinasi beban kerja,
WBGT di tempat kerja, dan
durasi waktu pekerja terpapar
panas setiap hari kerja
Pemotong tebu bekerja
hampir sepanjang hari (8–11
jam) dengan aktivitas fisik
yang intensif di luar ruangan
dan beristirahat di bawah
pohon atau di bawah naungan
pohon tebu
Selain paparan panas dari
kondisi cuaca, panas dari
lahan pembakaran pada
malam sebelum penebangan
dapat meningkatkan heat
stress di antara para pemotong
tebu
38. DISKUSI
Pekerja pabrik berisiko rendah terkena heat stress,
karena mereka tidak bekerja di tempat kerja yang panas
sepanjang waktu kerja mereka
• Pekerja di bagian panbrik bekerja di area panas hanya
30% dari hari kerja, dan menghabiskan 70% dari hari
kerja mereka di ruang kontrol dengan AC
Sistem pendingin dan ventilasi udara
pada tempat kerja indoor dapat
mengurangi paparan panas
Ulasan 43 artikel oleh Xiang, et.al:
sekitar 79% studi epidemiologi
melaporkan bahwa 90% peserta
menderita heat stress selama bekerja
di luar ruangan dibandingkan dengan
mereka yang bekerja di dalam ruangan
(65%)
39. DISKUSI
PEMOTONG
TEBU
Setengah dari pemotong tebu mengalami dehidrasi pada
akhir shift kerja mereka
Rata-rata asupan cairan per shift (3,8 L) tidak cukup
untuk hidrasi yang memadai
Persentase pH urin yang rendah lebih banyak terjadi di
kelompok pemotong tebu dari laktat yang dihasilkan
oleh otot, efek aldosteron, dan penipisan volume (garam)
40. DISKUSI
Sejalan dengan penelitian terhadap pemotong tebu di El Salvador,
Nikaragua, dan Kosta Rika yang melaporkan bahwa heat stress,
dehidrasi, dan pH urin yang lebih rendah paling umum terjadi pada
pemotong tebu
penelitian di Nicaragua juga mengungkapkan bahwa pemotong
tebu lebih sering memiliki darah dalam urin, leukosit, dan
proteinuria dibandingkan dengan pekerja konstruksi dan petani
Asidifikasi urin pada hari kerja menunjukkan hidrasi
yang tidak mencukupi, dan darah positif pada dipstick
mungkin merupakan tanda rhabdomiolisis ringan
41. DISKUSI
National
Institute of
Occupational
Safety and
Health
(NIOSH)
Amerika
Serikat
Bekerja dalam kondisi heat stress dapat mengakibatkan
hilangnya air tubuh melalui keringat, mencapai 6–8 L shift
kerja perlu diganti dengan air minum atau cairan lain
setiap 15-20 menit
Untuk pekerjaan yang sangat intensif di lingkungan yang
panas selama 2 jam, minuman olahraga direkomendasikan
untuk menggantikan elektrolit yang hilang dari keringat dan
untuk menghindari hiponatremia
California
Occupational
Safety and
Health
Association
(OSHA)
Membutuhkan 240 mL cangkir air setiap 15 menit (7,7 L/8
jam shift) untuk bekerja di luar ruangan dalam kondisi panas
ekstrem
42. DISKUSI
PEMOTONG
TEBU
Peningkatan detak jantung, suhu, dan tekanan darah (SBP) yang
signifikan terjadi di seluruh shift kerja efek penarikan parasimpatis
Sebuah studi eksperimental: peningkatan yang signifikan pada detak
jantung (+20,2 bpm) dan suhu telinga (+0,9 C) terjadi setelah subjek
terpapar kondisi panas (WBGT = 35 C), tetapi tidak untuk mereka
yang berada di lingkungan termonetral (WBGT = 21 C)
Gejala pernapasan (hidung tersumbat dan batuk), iritasi mata dan
kulit adalah gejala umum yang lebih signifikan ditemukan di pekerja
pemotong tebu
43. DISKUSI
Sebagian besar pekerja pertanian migran Latin di Carolina Utara bekerja di
lingkungan luar ruangan yang sangat panas, dan hampir setengahnya
mengalami gejala yang berhubungan dengan panas
Sekitar dua pertiga pekerja pertanian migran di Oregon melaporkan gejala
terkait panas, paling sering berkeringat banyak (50%) dan sakit kepala (24%)
Untuk pekerja tebu, penelitian terhadap 110 pemotong di Kamboja
mengungkapkan bahwa sebagian besar pemotong mengalami keringat
berlebih (87,2%) dan kelelahan (86,4%), sakit kepala dan kram otot
(60%), dan pusing (41%)
44. KETERBATASAN PENELITIAN
Proporsi gender antara pemotong tebu dibandingkan dengan pekerja pabrik berbeda
dan dapat mempengaruhi perbandingan
Gejala dinilai dengan mengamati pekerja yang memberikan laporan diri pada akhir
musim panen, sehingga dapat terkena bias ingatan
Efek pekerja yang sehat dapat terjadi di kalangan pekerja pabrik yang bekerja di
pekerjaan ini sepanjang tahun, dibandingkan populasi pemotong tebu musiman migran
Pengukuran WBGT hanya dilakukan seminggu sekali selama tiga minggu
berturut-turut untuk mewakili seluruh musim panen
Beban kerja ditentukan dengan observasi tanpa partisipasi pekerja
Pengukuran fisiologis dilakukan sebelum dan sesudah shift kerja, tidak sepanjang hari
45. IMPLIKASI TERHADAP PERLINDUNGAN
PENEBANG TEBU MUSIMAN & INFORMAL
Tidak seperti pekerja formal, sebagian besar undang-undang dan peraturan
ketenagakerjaan Thailand tidak berlaku untuk pekerja informal karena mereka
tidak memiliki kontrak kerja
Sejak tahun 2011, Undang-Undang Jaminan Sosial Thailand mengizinkan pekerja
informal untuk diasuransikan secara sukarela, tetapi mereka harus membayar
100–150 baht/bulan (~US $3–5) terlalu mahal
Thailand tidak memiliki program kesehatan dan keselamatan kerja yang
dimandatkan secara hukum untuk pekerja informal
46. IMPLIKASI TERHADAP PERLINDUNGAN
PENEBANG TEBU MUSIMAN & INFORMAL
Untuk pekerja sektor formal, undang-undang mewajibkan pengusaha untuk
mengontrol dan menjaga WBGT di tempat kerja agar tidak melebihi 30 C
(pekerjaan berat), 32 C (pekerjaan sedang), dan 34 C (pekerjaan ringan)
Pemberi kerja harus menyewa petugas keselamatan profesional untuk
memeriksa dan menilai risiko di tempat kerja dan memberikan rekomendasi
kepada pemberi kerja
47. REKOMENDASI
Program water-rest-shade (WRS) harus dilaksanakan menyediakan akses
yang tepat ke naungan (kanopi portabel), istirahat (10–15 menit/1–1,5 jam), dan
air (25% peningkatan konsumsi air) menghilangkan gejala berhubungan
dengan panas dan masalah kesehatan di kalangan pemotong tebu di El Salvador
Pendidikan dan pelatihan tentang pencegahan penyakit panas diberikan
kepada para penebang dan mandor tebu Unit perawatan kesehatan
primer lokal/rumah sakit mempromosikan dan melatih pekerja untuk menyadari
tanda dan gejala awal penyakit yang berhubungan dengan panas
Penggunaan mesin potong merupakan pilihan yang baik untuk meminimalkan
beban kerja dan dampak paparan panas pada pekerja pemotong tebu
48. KESIMPULAN
Pemotong tebu menghadapi risiko stres dan heat stress karena pekerjaan
lingkungan kerjanya. Pengukuran stres panas dan ketegangan dilakukan selama
bulan terpanas (Maret) dari musim panen di Thailand. Berdasarkan pengukuran
dan pengamatan yang dilakukan satu hari per minggu selama tiga hari berturut-
turut minggu di bulan Maret, paparan panas pemotong tebu melebihi ACGIH TLV
untuk heat stress, sementara itu pekerja pabrik tebu tidak.Selain itu, pemotong
tebu ditemukan menunjukkan perubahan fisiologis yang lebih ketimbang pekerja
pabrik. . industri tebu, dan peneliti untuk mengembangkan rencana strategis, dan
pendekatan preventif, untuk mengurangi efek kesehatan akut dan berpotensi
kronis dari heat stress kerja, terutama di kalangan musiman pekerja sementara
yang tidak memiliki peraturan khusus pemerintah atau mekanisme penegakan
hukum untuk mencegahnya dan mengontrol masalah
50. Problem
• heat stress,
respon
fisiologis, dan
gejala terkait
panas yang
dialami
pekerja di
perusahaan
tebu
Intervention
• -
Comparison
•Pemotong tebu
dan pekerja
pabrik
Outcome
• heat stress yang
dialami oleh
pemotong tebu
yang bekerja di
lingkungan yang
sangat panas,
dengan beban
kerja yang tinggi,
berhubungan
dengan efek
kesehatan yang
akut
PICO
51. Validity
Apakah kriteria inklusi dijelasikan?
Iya. Pasien yang termasuk studi
minimal 18 tahun tanpa riwayat
penyakit ginjal, kardiovaskular,
diabetes, atau gout dan telah
memberikan informed consent..
52. Validity
Apakah subjek dan tempat penelitian
dijelaskan?
Iya. Subjek penelitian merupakan
pekerja tebu di provinsi Nakhon
Ratchasima
53. Validity
Apakah paparan diukur dengan metode yang
valid?
Iya. Paparan cuaca panas diukur
menggunakan wet bulb globe
temperature monitor
54. Validity
Apakah faktor perancu diidentifikasikan?
Iya. Laporan diri untuk gejala dapat
bias.
Apakah dijelaskan strategi untuk mengurangi
dampak dari faktor perancu?
Tidak..
55. Validity
Apakah hasil diukur dengan metode yang
valid?
Iya. Tanda-tanda vital dinilai
menggunakan alat yang sesuai,
sampel urin dianalisis
menggunakan urine dipstick, dan
penilaian gejala menggunakan
kuesioner
56. Importance
Jurnal ini memberikan informasi mengenai dampak dari
paparan panas terhadap fisiologis pekerja tebu maupun
pekerja pabrik.
57. Applicability
Jurnal ini dapat diterapkan di Indonesia
terutama di medical GMP berkaitan dengan
paparan panas yang dialami para pekerja
tebu dan pabrik sehingga dapat dilakukan
pencegahan untuk meringankan dampak
panas terhadap kesehatan pekerja baik
akut maupun kronis.