Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...
Proposal kp tugas mpkt 2013
1. PROPOSAL KERJA PRAKTEK
VARIASI KESETIMBANGAN KECEPATAN SIRKULASI DAN
DENSITAS LUMPUR TERHADAP KECEPATAN PEMBORAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum pada jurusan
teknik pertambangan
Disusun Oleh :
BUDI SANTOSO
12 306 093
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2015
2. LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
VARIASI KESETIMBANGAN KECEPATAN SIRKULASI DAN
DENSITAS LUMPUR TERHADAP KECEPATAN PEMBORAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum pada jurusan
teknik pertambangan
Disetujui oleh :
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
(Ir. M. Eka Onwardana, MT) (Ir. Sedarata Sebayang, MT)
3. KATA PENGANTAR
Yang pertama saya panjatkan puji dan syukur kehadirat ALLOH Swt, yang telah
memberikan saya kesehatan dan rezeki sehingga saya dapat membuat serta
melaksanakan proposal bimbingan kerja praktek.
Adapun dasar pembutan proposal ini adalah untuk memenuhi kurikulum yang
berlaku pada jurusan teknik pertambangan di Institut Teknologi Medan.
Dalam pembuatan proposal ini, penulis banyak mengalami kesulitan, namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, proposal ini akhirnya dapat selesai dengan
baik.
Maka pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moril dan
materil kepada penulis sehingga propsal ini dapat tersusun tersusun.
2. Bapak Sedarta Sebayang Ir, MT sebagai dosen metodologi penelitian dan
komputasi tambang.
3. Rekan-rekankelompok/seangkatan yang telah banyak membantu
penyusunan hingga selesai propsal ini.
4. Beserta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun
proposal ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangannya, baik
penulisan kalimat, bahasa, maupun isi, dikarenakan pengetahuan dan pengalaman
penulis yang masih terbatas dalam pembuatan proposal.Namun demikian penulis
telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun proposal ini dengan sebaik-
baiknya.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun
demi menjadikan proposal ini semakin baik.
Medan, 4 februai 2015
Peserta KP,
(Budi santoso)
4. DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
DAFTAR TABEL..............................................................................................
Bab I. PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1 Latar Belakang Masaalah.................................................................
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian...........................................................
1.4.1. Maksud....................................................................................
1.4.2. Tujuan......................................................................................
1.3 Perumusan Masaalah........................................................................
1.4 Batasan masaalah...............................................................................
1.5 Luaran (Output) Penelitian.................................................................
1.6 Manfaat penelitian.............................................................................
Bab II. LANDASAN TEORI............................................................................
2.1. Lumpur Bor .....................................................................................
2.2. Fungsi lumpur....................................................................................
2.3. Sifat-sifat fisik lumpur.......................................................................
2.4. Sifat lumpur lainnya..........................................................................
2.5. Sistem Sirkulasi.................................................................................
2.5.1. sirkulasi lumpur pada rotary...................................................
2.5.2. Fluida pemboran.....................................................................
2.5.3. Mud Pump...............................................................................
2.5.4. Prime mover............................................................................
2.6. Bit/ Mata bor.....................................................................................
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................
3.1. Metode Penelitian..............................................................................
3.2. Diagram Alir penelitian.....................................................................
DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian...................................................................
DAFTAR TABEL
6. Tabel 2.1.Mineral Sulfida yang Berpotensi Menimbulkan Air Asam Tambang
Tabel 2.2.Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara .................
Tabel 3.1. Form rekapitulasi data pengujian penetralan air asam tambang.........
BAB I. PENDAHULUAN
7. 1.1. Latar Belakang Masalah
Air asam tambang – AAT (Acid Mine Drainage - AMD atau air asam batuan
Acid Rock Drainage - ARD) adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman
yang tinggi dan sering ditandai dengan nilai pH yang rendah di bawah 5) sebagai
hasil dari oksidasi mineral sulfide yang terpajan atau terdedah (exposed) di udara
dengan kehadiran air (Sayaoga, Rudy 2001).
Salah satu dampak negatif dari proses penambangan adalah timbulnya air asam
tambang. Timbulnya air asam tambang ini tentu tidak bisa diabaikan begitu saja
karena dampaknya yang besar bagi kelestarian lingkungan serta bagi masyarakat
sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung, dan ini merupakan tantangan
besar bagi perusahaan pertambangan yang berwawasan lingkungan. Air asam
tambang terbentuk dari proses tersingkapnya batuan sulfida yang kaya akanpyrite
dan mineral sulfide lainnya yang bereaksi dengan air dan udara. Air asam
tambang dapat terbentuk secara alamiah dimanapun pada setiap kondisi yang
cocok (Sayoga, Rudy, 2001).
Dalam kegiatan penambangan terbentuknya air asam tambang tidak dapat
dihindari. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya penambangan merupakan
kegiatan pembongkaran mineral dari batuan induk untuk kemudian diangkut,
diolah dan dimanfaatkan sehingga dalam proses penambangan ini terjadi
penyingkapan batuan. Untuk penambangan batubara sangat potensial terbentuk air
asam tambang karena sifat batubara yang berasosiasi dengan pyrite dan air asam
tambang akan semakin besar dan akan terbentuknya pada sistem tambang terbuka
karena sifatnya yang berhubungan langsung dengan udara bebas akan
mempermudah bereaksi dengan udara dan air, serta dipengaruhi oleh kondisi
cuaca. Sistem penambangan yang digunakan biasa adalah sistem tambang terbuka,
dimana terjadi pembukaan lahan dan penggalian tanah dan batuan penutup.Tanah
dan batuan tersebut kemudian ditimbun pada suatu disposal area atau ditimbun
kembali ke lubang bekas galian sebelumnya (backfilling). Mineral – mineral
sulfida yang terkandung di batuan penutup dan batubara akan terekspos sehingga
terjadi peningkatan kecepatan reaksi antara mineral – mineral trsebut dengan
udara dan air asam yang kemudian menghasilkan air asam tambang (Muchjidin,
2006).
Pada daerah galian, penanganan dilakukan dengan memompakan air yang
terakumulasi di dasar tambang kemudian menampungnya ke kolam pengendap
lumpur.Selanjutnya air tersebut diberi kapur silica (CaSiO3) yang bertujuan untuk
meningkatkan pH.Sedangkan pada daerah timbunan, penanganan dilakukan
dengan pola pengaliran pada permukaan timbunan sehingga air limpasan mengalir
ke dalam kolam pengendap lumpur. Kemudian dilakukan dengan cara yang sama
seperti penanganan pada daerah galian (Anonymous, 2009).
Air yang terakumulasi pada kolam pengendap lumpur tersebut memiliki nilai pH
yang rendah, nilai pH yang rendah ini merupakan nilai yang masih dibawah
standar baku mutu lingkungan. Untuk menanggulanginya, dilakukan pengapuran
8. dengan kapur silica (CaSiO3) pada saluran keluar (outlet) dari kolam pengendap
lumpur tersebut untuk menaikkan nilai pH agar sesuai dengan baku mutu
lingkungan. Selain itu pengapuran juga ada yang dilakukan di saluran masuk
(inlet) pada kolam pengendap lumpur. Penanganan air asam tambang dengan cara
pemberian kapur secara langsung ke badan air cukup efektif dalam menaikkan
pH, tetapi penambahan kapur harus dilakukan secara terus menerus dan dengan
ukuran dosis yang tepat (Anonymous, 2009).
1.2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalahan yang akan di amatiadalah :
1. Bagaimana pemilihan dosis penggunaan kapur silica (CaSiO3) yang
efektif dalam menetralkan air asam tambang pada saluran inlet dan
outlet di kolam pengendap lumpur Tambang, sehingga sesuai dengan
baku mutu lingkungan.
2. Bagaimana tingkat efisiensinya terhadap biaya operasional dalam
penggunaan kapur silica.
3. Bagaimana kondisi air yang tercemar, sehingga proses mixing tersebut
akan dilakukan.
4. Bagaimana kondisi air jika kapur silica (CaSiO3)berlebih.
5. Bagaimana kondisi air jika kapur silica (CaSiO3) kurang.
6. Berapa lamaair kolamakanmenjadinetral.
7. Bagaimana seharusnyakapur silica (CaSiO3)disiapkan.
1.3. Batasan Masalah
Adapun Pembatasan masalah yang akan dibahas adalah :
1. pemilihan dosis penggunaan kapur slica(CaSiO3) yang efektif dalam
menetralkan air asam tambang pada saluran inlet dan outlet di kolam
pengendap lumpur Tambang, sehingga sesuai dengan baku mutu
lingkungan,
2. mengamati berapa lama waktu yang dibuhkan agar air asam tambang
menjadi netral,
3. menghitung berapa banyak waktu yang dibutuhkan dalam penetralan
dengan mempertimbangkan bahan baku pencampuran sehingga nantinya
dapat menghasilkan waktu yang lebih efisien dan
4. menghitung tingkat efisiensinya terhadap biaya operasional dalam
penggunaan kapur silica (CaSiO3).
1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.4.1. Maksud
Melakukan percobaan penetralan kedalam suatu kolam dengan
variasi waktu dan volum lumpur tambang.
9. Mengukur berapa banyak kapur silica (CaSiO3) yang harus
disediakan dalam setiap percobaan.
Menghitung berapa banyak cost dalam setiap percobaan.
Menganalisa kondisi kapur silica (CaSiO3)yang akan diuji.
1.4.2. Tujuan
Untuk mengetahui karakteristik kapur silica (CaSiO3) yang digunakan
serta efektifitas dosis kapur silica, dan banyaknya waktu untuk
penetralan kolam dan besar biaya.
1.5. Luaran (Output) Penelitian
Berdasarkan dari hasil penelitian percobaan serta pengolahan data dengan variasi
waktu yang berbeda dalam penetralisasian air asam tambang, maka dapat
disimpulkan bahwa banyaknya kapur silica (CaSiO3) dapat menentukan hasil
bahwasanya air asam akan menjadi netral begitu juga sebaliknya, komposisi kapur
yang hanya tersusun dari CaSiO3 yang mudah larut menunjukkan lamanya proses
reaksi kapur dengan lumpur yang dalam kondisi asam bisa dengan cepat hanya
butuh waktu beberapa menit saja dalam setiap percobaan.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menentukan kebijakan
perusahaan dalam melakukan perancangan bentuk kolam endapan lumpur dan
pemilihan metode penetralan air asam tambang.
2. Dapat digunakan sebagai bahan studi perbandingan bagi penelitian yang ada
kaitannya dengan penelitian penetralan pH air asam tambang menggunakan
kapur.
3. Dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan buat perusahaan dalam
pemilihan metode penetralan air asam tambang dengan metode penetralan air
asam lainnya.
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1. Proses Pembentukan Air Asam tambang
Air asam tambang adalah salah satu permasalahan lingkungan yang dihasilkan
oleh industri pertambangan.Air asam tambang merupakan hasil dari oksidasi
batuan yang mengandung pirit (FeS2
) dan mineral sulfida dari sisa batuan yang
terpapar oleh oksigen yang berada dalam air.
10. Seperti diketahui beberapa komponen atau kegiatan pertambangan menghasilkan
dampak yang serius terhadap lingkungan.Kolam tailing (tailing impoundment)
dan penempatan batuan sisa (waste rock piles) merupakan bagian yang harus
benar-benar diperhatikan karena menghasilkan dampak negatif terhadap saluran air,
tanah dan air permukaan. Dimana pembentukannya dipengaruhi oleh tiga factor
utama yaitu air, oksigen, dan batuan yang mengandung mineral – mineral sulfida
seperti yang tertera pada tabel berikut (Tabel 2.1)
Tabel 2.1. Mineral sulfida yang berpotensi menimbulkan air asam tambang
Mineral Komposisi
Pirit FeS2
Marcasite FeS2
Calcopirirt CuFeS2
Calcosite Cu2S
Sphalerit ZnS
Millerit NiS
Pirotit Fe1-Xs (dimana 0<x<0,2)
Arsenpirit FeAsS
Cinnabar HgS
Galena PbS
Pembentukan air asam cenderung intensif terjadi pada daerah penambangan, hal
ini dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan mengandung sulfida
pada udara bebas.
Secara kimia kecepatan pembentukan asam tergantung pada pH, suhu, kadar
oksigen udara dan air, kejenuhan air, aktifitas kimia Fe3+, dan luas permukaan dari
mineral sulfida yang terpapar pada udara. Sementara kondisi fisika yang
mempengaruhi kecepatan pembentukan asam, yaitu cuaca, permeabilitas dari
batuan, pori-pori batuan, tekanan air pori, dan kondisi hidrologi. Penanganan air
asam tambang dapat dilakukan dengan mencegah pembentukannya dan
menetralisir air asam yang tidak terhindarkan terbentuk.
Pencegahan pembentukan air asam tambang dengan melokalisir sebaran mineral
sulfida sebagai bahan potensial pembentuk air asam dan menghindarkan agar
tidak terpapar pada udara bebas. Sebaran sulfida ditutup dengan bahan
impermeable antara lain lempung, serta dihindari terjadinya proses pelarutan, baik
oleh air permukaan maupun air tanah.
Produksi air asam sulit untuk dihentikan sama sekali, akan tetapi dapat ditangani
untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan. Air asam diolah pada
instalasi pengolah untuk menghasilkan keluaran air yang aman untuk dibuang ke
dalam badan air.Penanganan dapat dilakukan juga dengan bahan penetral,
umumnya menggunakan batugamping, yaitu air asam dialirkan melewati bahan
penetral untuk menurunkan tingkat keasaman.
11. Air yang berasal dari tambang batubara akan memiliki karakteristik berwarna
merah kecoklatan, kuning dan kadang - kadang putih. Air tersebut bisa saja
bersifat asam maupun basa tergantung dari tingkat konsentrasi sulfat (SO42-), besi
(Fe), mangan (Mn) juga di pengaruhi elemen-elemen seperti kalsium, sodium,
potassium, dan magnesium.Air asam tambang timbul apabila mineral-mineral
sulfida yang terkandung dalam batuan terpapar sebagai akibat pembukaan lahan
atau pembongkaran batuan pada saat penambangan berlangsung dan bereaksi
dengan air dan oksigen.Bakteria yang ada secara alami dapat mempercepat reaksi
yang bisa menyebabkan terjadinya air asam. Tanpa kehadiran mineral sulfida pada
batuan seperti pyrite atau besi sulfida, udara dan air, air asam tambang tidak akan
muncul. Secara umum reaksi pembentukan air asam tambang adalah sebagai
berikut :
4 FeS2 + 15 O2 + 14 H2O → 4 Fe(OH)3 + 8 H2SO4
Pyrite + Oxygen + Water → “Yellowboy” + Sulfuric Acid
Reaksi antara pyrite, oksigen, dan air akan membentuk asam sulfat dan endapan
besi hidroksida. Warna kekuningan yang mengendap di dasar saluran tambang
atau pada dinding kolam pengendap lumpur merupakan gambaran visual dari
endapan besi hidroksida (yellowboy).Didalam reaksi umum pembentukan air asam
tambang, terjadi empat reaksi pada pyrite yang menghasilkan ion - ion hidrogen
yang bila berikatan dengan ion - ion negatif dapat membentuk asam. Oksida
terhadap pyriteakan menghasilkan besi (II) dan sulfat. Selanjutnya besi (II)
teroksidasi lagi menjadi besi (III). Reaksi akan berlangsung lambat dalam kondisi
asam dan semakin cepat dengan kenaikan besi hidroksida. Besi (III) yang belum
mengendap akan mengoksidasi pyrite yang belum mengalami oksidasi.
2.2. Dasar Hukum Pengeloaan Lingkungan
Dasar hukum pengelolaan lingkungan di Indonesia adalah Undang-Undang No.
23 tahun 1997. Industri batubara sebagai salah satu perusahaan pertambangan
dimana dalam kegiatannya tidak terlepas dari dampak-dampak yang
ditimbulkannya dan menjadikan undang-undang no. 23 tahun 1997 sebagai dasar
hukum pengelolaan lingkungan.
Selain itu juga digunakan Baku Mutu Ambien Air Golongan B yang ditetapkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan KEK-02/MENKHLH/1988 untuk
mengetahui air yang dialirkan ke sungai telah memenuhi standar atau tidak.
2.3. Metode Pencegahan Air Asam Tambang
Pencegahan terjadinya air asam tambang dapat dilakukan dengan menghindari
faktor-faktor pembentuk air asam tambang, seperti mineral-mineral sulfida.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mencegah air asam tambang :
2.3.1. Hidrologi
12. Pergerakan terhadap air di atas atau yang melewatidaerah timbunan
merupakan faktor yang menentukan dalam upaya pencegahan dan
pegendalian air asam tambang.Pada umumnya prioritas dan hantaran
hidrolik (konduktivitas hidrolik) mterial pada daerah timbunan lebih
besar dari pada batuan pada tanah penutup sebelum digali. Selain itu juga
akibat penggalian juga akan mengubah pola dan kecepatan aliran.
2.3.2.Pelapisan dan Penutupan
Pelapisan dan penutupan dimaksudkan untuk mencegah masuknya air
kedalam timbunan.Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pelapis
atau penutup adalah material liat atau bahan sintetik.
a. Liat
Jenis material liat yang efektif sbagai pelapis adalah bentinit, karena
material ini memiliki sifat mengembang dan melapisi/menutup.Akan
tetapi bentonit mempunyai kecendrungan retak pada musim kemarau.
Pelapis liat ditempatkan pada material sulfida kemudian
dipadatkan.Hal yang perlu diperhatikan adalah terjadinya infiltrasi air
kedalam timbunan.Oleh karena itu pemadatanya harus benar-benar
diperhatikan dan rata, agar tidak terjadi pengumpulan air pada suatu
tempat.Upaya stabilitas lapisan lapisan pada timbunan dari erosi dan
longsordilakukan dengan memperhatikan kemengkinan penetrasi akar
tanaman yang ditanam.
b. Bahan Sintetik
Denagn bahan sintetik harga dan biaya pemasangannya mahal serta
rentanterhadap pelapukan kimia.Pada umumnya digunakan untuk
pelapisan kegiatan tambang dalam.Keuntungan dari bahan sintetik ini
adalah dapat mencegah terjadinya ifiltrasi (impermiable).Bahan
sintetik yang biasa digunakan adalah aspal, tir, semen, plastik film dan
geotekstil.
2.3.3.Kandungan Oksigen
Pemakaian nitrogen, metana atau karbon sebagai gas penyelimut dapat
mengurangi terjadinya air asam tambang, tetapi air asam tambang masih
dapat terjadi akibat adanya oksigen terlarut dalam air.Penempatan material
tanah diatas material sulfida tidak seluruhnya dapat mencegah difusi
oksigen.Akan tetapi tingkat ketebalan dan kepadatan permukaan secara
efektif dapat mengurangi jumlah dan laju masuknya oksigen.
13. Pelapisan material sulfida denagn lapisan pengkonsumsi oksigen (tanah
pucuk yang mengandung mikro organisme yang aktif) merupakan strategi
yang baik untuk mengurangi kandungan oksigen.
Tiga (3) langkah untuk menguragi oksigen dalam timbunan adalah :
1. Material timbunan harus dikubur dan dilapisi dengan tanah pucuk
sesegaera mungkin.
2. Material timbunan harus dipadatkan selama konstruksinya, terutama
pada saat penempatan material sulfida.
3. Pemadatan pada permukaan dan lereng bagian luar adalah sangat
penting dalam mengurangi oksigen dan konveksi udara ke dalam
timbunan.
2.3.4.Bakterisida
Surfaktan anion, asam organik alam pengawet makanan sudah umum
digunakan sebagai senyawa anti bakterial.Surfaktan bekerja denagn
pelepasan ion hidrogen kedalam membran sel bakteri sehingga
menyebabkan kerusakan sel dan matinya bakteri. Salah satu jenis surfaktan
sodium laurit sulfat (SLS) mampu mengurangi terbentuknya air asam
tambang 60 % - 90 % dalam percobaan lapangan pada timbunan batubara
buangan (coal rifusi). Kebanyakan dari surfaktan anionik bersifat sangat
mudah larut.
2.4. Proses Penetralan Acid Mine Drinage Dengan Kapur Silica (CaSiO3)
Kolam yang telah dibentuk sebagai tempat pengendap lumpur berfungsi sebagai
tempat mengendapkan lumpur, atau material padatan yang bercampur dari
limpasan yang disebabkan adanya aktifitas penambangan maupun karena erosi.
Selain tempat pengendapan, kolam pengendap juga akan dialirkan keluar kolam
pengendapan, baik itu kandungan materialnya, tingkat keasaman maupun
kandungan material lain yang dapat membahayakan lingkungan.
Dengan pembutan adanya kolam pengendap lumpur diharapkan semua air yang
ada keluardari daerah penambangan benar - benar air yang sudah memenuhi
ambang batasyang diizinkan sesuai dengan baku mutu lingkungan. Pemerintah
telah menetapkan baku mutu air dan baku mutu limbah cair sebagai rambu -
rambu dalam pengendalian kualitas air.
Untuk menentukan kualitas air, digunakan beberapa parameter fisika dan kimia.
Parameter fisika yang biasa digunakan dalam penentuan kualitas air adalah
cahaya, suhu, kejernihan dan kekeruhan, warna konduktivitas dan padatan.
Sedangkan parameter kimia yang digunakan adalah pH, asiditas, kesadahan,
alkalinitas, potensi reduksi oksidasi, oksigen terlarut, karbondioksida dan bahan
organic.Selain itu terdapat ion - ion didalam perairan yang dapat mempengaruhi
kualitas air.Ion utama diantaranya adalah kalsium, magnesium, natrium, klorida
dan sulfur.
14. Dalam kegiatan penambangan bijih ataupun batubara yang biasanya selalu
terdapat terbentuknya air asam tambang terutama yang bergerak dalam industri
tambang batubara, pemerintah telah menetapkan Baku Mutu Lingkungan Cair
Tambang Batubara melalui keputusan menteri Lingkungan Hidup Nomor 113
tahun 2003 tentang baku mutu air limbah bagi usaha atau kegiatan pertambangan
batubara pada pasal 2 ayat (1). Parameter yang diamati antaranya adalah angka
pH, residu tersuspensi, kadar besi total dan kadar mangan total (Tabel 2).
Tabel 2.2. Baku mutu air limbah kegiatan penambangan batubara
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH 6-9
Zata padat tersuspensi Mg/liter 400
Besi total Mg/liter 7
Mangan total Mg/liter 4
Pada umumnya banyak metode yang digunakan untuk proses penetralan air asam
tambang salah satunya dengan menggunakan kapur karena kapur
mempunyaikandungan karbonat yang bisa dengan cepat bereaksi dengan air dan
air yang terkontaminasi sehingga menjadi asam. Beberapa jenis kapur yang
digunakan salah satunya adalah kapur silica (CaSiO3).
2.4.1. Pengertian Kapur dan Jenis-Jenis Kapur
Kapur merupakan salah satu batuan yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan pH secara praktis, murah dan aman sekaligus dapat mengurangi
kandungan-kandungan logam berat yang terkandung dalam air asam tambang.
Ada beberapa macam kapur yang dapat digunakan, yaitu :
1.kapur pertanian (CaCo3).
2.Kapur tohor (CaO),
3.Kapur tembok (Ca(OH)2),
4.Dolomite (CaMg(CO3)2) dan
5.kapur silica (CaSiO3).
Setiap jenis tersebut memiliki tingkat penetrasi yang berbeda-beda.Makin tinggi
nilai penetrasi suatu kapur, makin tinggi daya peningkatan pH dan berarti makin
sedikit jumlah kapur yang digunakan untuk meningkatkan pH dalam satu satuan.
2.4.2. Reaksi Kapur Silica (CaSiO3) Dengan Air Asam
Kapur silica yang terdiri dari senyawa karbonat yang dimana hampir seluruh
senyawanya tersusun oleh carbonat yang apabila direaksikan dengan air asam
akan lebih cepat bereaksi, sehingga pH asamnya akan lebih cepat meningkat.
15. Karbonat adalah batuan kapur, yang bila dibakar pada suhu 11000 C akan
menghasilkan Proses reaksi kimia:
CaCO3 + SiO2 CaSiO3 + CO2 CaSiO3 Cepat bereaksi dengan air
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
CaSiO3 dan Ca(OH)2memiliki tingkat kecepatan yang tinggi yang dengan cepat
bereaksi. CaSiO3 bereaksi dengan air dan langsung dapat menetralkan larutan
asam.
CaSiO3 + H2O CaSiO(OH)2
CaSiO(OH)2 + 2H+ CaSiO2+ + 2H2O
CaSiO3 + 2H+ CaSiO2
2+ + H2O
CaSiO3 akan lebih cepat bereaksi dengan asam apabila standar ukuran daripada
kapur silica dengan volume lumpur pengendapatn memiliki ukuran
perbandingan yang sama.
BAB III. METODOLOGIPENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kapur silica terhadap penetralan
pH air asam tambang berdasarkan data pengamatan proses penetralan air asam
tambang dan tujuan penggunaan kapur silica sebagai penetral yang digunakan
oleh perusahaan berdasarkan metode pencampuran kapur silica (CaSiO3).
3.2.Lokasi/Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Karya Bumi Baratama Sarolangun, Propinsi Jambi.
3.3.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lingkup lingkungan pertambangan Pt.
Karya Bumi Bratama yang terdapat air asam tambang pH <7 dengan kolam
lumpur yang telah dibuat oleh perusaan.Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kapur silica (CaSiO3) dengan ukuran serta karakteristik kapur tersebut.
3.4.Data dan Jenis Data
16. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data langsung hasil pengamatan
di lapangan berdasarkan berapa lama proses reaksi kapur silica tersebut dengan air
asam tambang dalam menetralkannya.
Adapun data-data yang akan di ambil adalah:
1. Bentuk dan ukuran kolam pengendapan lumpur.
2. Lama waktu dalam setiap penetralan air asam yang dilakukan percobaan
secara bertahap.
3. Volume kolam pengendapan lumpur untuk setiap penetralan air asam
dalam sekali percobaan.
3.5.Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara mengamati dan merekap hasil keseluruhan
dari percobaan berdasarkan dosis kapur silica, ukuran dan bentuk kolam
pengendapan lumpur, volume lumpur setiap percobaan beserta waktunya.
Kemudian dari hasil data tersebut akan dibuat perbandingan berdasarkan lama
waktu penetralan dengan volume serta dosis sampel dalam setiap pengujian.
Tabel 3.1. Form rekapitulasi data pengujian penetralan air asam tambang
Waktu
(1)
Dosis sampel
(2)
Volume lumpur
(3)
Bentuk dan ukuran kolam
pengendapan lumpur
(4)
Berdasarkan hasil rekap dalam setiap pengujian dilakukan analisa tingkat
kesesuaiannya antara banyaknya dosis sampel dengan volume lumpur serta bentuk
dan ukuran kolam lumpur pengendapan berdasarkan lama waktu penetralan.
3.6.Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan caramelakukan pengujian pencampuran
kapur silica dalam kolam pengendapan lumpur secara bertahap dengan ukuran
dosis kapur silica yang berbeda dan bentuk serta ukuran kolam pengendapan
lumpur yang berbeda. Proses dokumentasi dilakukan dengan cara mencatat hasil
percobaan penetralan secara bertahap ke Tabel 3.1.
17. 3.7.Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1.
Mulai
Mixing
Study literatur
Pengambilan data
Uji Penetralan asam
Pengolahan data
Koreksi data
Tabel Data pengujian
penetralan
18. Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
BAB IV.JADWAL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
Studi literatur
Pengenalan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Kesesuaian
Pembahasan
Penyusunan
Laporan
Penyelesaian
Bulan September
Nama KegiatanTahapan
Persiapan
Pelaksanaan
Laporan akhir
Selesai
19. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2009.“Pengelolaan Lingkungan dan Reklamasi”, Unit
Pertambangan Tanjung Enim, PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.
Anonymous, 2009. “Pengawasan Lingkungan K3L”, Unit Pertambangan Tanjung
Enim,PT. Bukit Asam (Persero, Tbk).
C.A.J. Appelo D. Postma,1996, “Geochemistry, Grounwater and Pollution”
Amsterdam.
Elberling. Et.el, (2008). “High-Arctic Ecosystem Dynamics in a Changing
Climate”
F.Gunarwan Suratmo, Prof.Dr.Ir, “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”
IPB,Bogor.
Muchjidin, 2006 “Pengendalian Mutu dalam Industri Batubara”, Penerbit ITB,
Bandung
Sayoga, Rudy, 2001. “ Pengetahuan Lingkungan “, Kerjasama PT. Bukit Asam
(Persero), Tbk dengan Departemen Teknik Pertambangan KIKTK-ITB;
Tanjung enim.
Suprapto, S.J., 2006. Pemanfaatan dan Permasalahan Endapan Mineral Sulfida
pada Kegiatan Pertambangan. Buletin Sumber Daya Geologi. Vol. 1 No.
2.
Thomas F. Edgar , “Coal Processing and Pollution Control”.