SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
MODUL LOGIKA FUZZY
Oleh : Bagas Winektu
NIM : 1911033
TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN ILMU KOMPUTER
BINA PATRIA MAGELANG
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. KONSEP LOGIKA FUZZY……………………………………………………….
B. KOMPONEN LOGIKA FUZZY ………………………………………………..
BAB II
MACAM GRAFIK HIMPUNAN
A. DEFINISI AGENT CERDAS…………………………………………………….
B. LINGKUNGAN……………………………………………………………………..
C. PEAS……………………………………………………………………………………
D. MACAM LINGKUNGAN……………………………………………………….
E. CONTOH AGENT CERDAS……………………………………………………
BAB III
MACAM METODE LOGIKA FUZZY
A. PENCARIAN
1. KONSEP PENCARIAN……………………………………………………
2. MACAM PENCARIAN……………………………………………………
3. MASALAH YANG DISELESAIKAN DENGAN PENCARIAN
B. PENGETAHUAN
1. DEFINISI PENGETAHUAN……………………………………………..
2. MACAM PENGETAHUAN……………………………………………..
3. REPRESENTASI PENGETAHUAN……………………………………
4. MASALAH YANG DISELESAIKAN DENGAN
PENGETAHUAN…………………………………………………………..
C. LEARNING
1. DEFINISI LEARNING……………………………………………………..
2. MACAM LEARNING………………………………………………………
3. MASALAH YANG DISELESAIKAN DENGAN LEARNING…..
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..…………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. KONSEP LOGIKA FUZZY
Untuk memahami logika fuzzy lebih jauh, kita bisa mengawalinya dengan fuzzy set (himpunan
fuzzy). Karena fuzzy merupakan samara-samara, maka fuzzy set adalah himpunan dimana tiap
elemen keanggotaannya tidak mempunyai batas yang jelas. Himpunan tersebut dikenal
dengan himpunan klasik (crisp).
Sebelum munculnya teori logika fuzzy atau fuzzy logic, dikenal dengan logika tegas atau crisp
logic yang memiliki nilai dengan tegas atau yang dikenal dengan logika ”benar” atau ”salah”
(1 atau 0), atau yang dikenal dengan himpunan klasik.
Sebagai contoh : himpunan klasik A untuk bilangan nyata yang lebih besar dari 8 dapat
diekspresikan dalam persamaan :
A = {x | x > 8} (1.1)
Dalam persamaan (1.1) jelas batasan bahwa jika x lebih besar dari 8 maka x merupakan bagian
himpunan A, sementara untuk nilai x lainnya bukan merupakan bagian dari himpunan A.
Sebagai ilustrasi, secara matematika dapat diekspresikan bahwa himpunan orang yang tinggi
adalah orang yang tingginya lebih dari 180 cm. Jika diwujudkan dalam persamaan seperti pada
persamaan (1.1), misal A= ”Orang yang Tinggi” dan x =”Tinggi”, maka persamaan tersebut
tidak cukup untuk mewujudkan konsep sesungguhnya dari orang yang tinggi. Himpunan orang
tinggi dalam konsep himpunan klasik digambarkan seperti dalam gambar 1.2
Gambar 1.2 Himpunan Klasik Orang Tinggi
Jika digunakan persamaan tersebut maka orang dengan tinggi minimal 180 cm dapat
dikatakan orang yang tinggi, sementara orang dengan tinggi dibawah 180 cm bahkan 179 cm
tidak dapat dikatakan sama sekali sebagai orang yang tinggi. Terdapat batas yang jelas dan
perubahan yang tajam antara menjadi anggota dan bukan anggota dalam himpunan.
Himpunan klasik diwujudkan dengan mendefinisikan fungsi karakteristik untuk setiap elemen
anggota himpunan klasik tersebut. Misal untuk himpunan klasik A, (x,0) atau (x,1)
seperti himpunan klasik, himpunan fuzzy menggunakan derajat untuk menilai keanggotaan
suatu elemen dalam suatu himpunan. Jika x adalah kumpulan objek dengan keanggotaan
elemen x didalamnya yang disebut sebagai semesta pembicaraan, maka himpunan A dalam X
didefinisikan sebagai himpunan dapat diekspresikan dengan gambar 1.3 (Kusumadewi, et al,
2006)
Gambar 1.3 Himpunan Klasik
Himpunan fuzzy merupakan perluasan sederhana dari himpunan klasik yang mana fungsi
karakteristiknya dimungkinkan untuk bernilai antara 0 dan 1. Jika nilai dari fungsi keanggotaan μA(x)
dibatasi untuk 0 dan 1 maka himpunan fuzzy disederhanakan menjadi himpunan klasik. Sehingga dari
gambar diatas, maka dapat diketahui :
1. Apabila seseorang berusia 34 tahun, maka ia dikatakan
2. Apabila seseorang berusia 35 tahun, maka ia dikatakan
3. Apabila seseorang berusia 35 tahun, maka ia dikatakan
4. Apabila seseorang berusia 35 tahun kurang 1 hari, maka ia dikatakan TIDAK PAROBAYA
– 1hari)=0).
Dari sini dapat dikatakan bahwa pemakaian himpunan klasik untuk menyatakan variabel umur kurang
bijaksana, karena adanya perubahan kecil saja pada suatu nilai mengakibatkan perbedaan kategori
yang cukup signifikan. Karakteristik himpunan fuzzy menggunakan nilai antara 0 sampai 1, yang
menunjukkan nilai derajat keanggotaan suatu elemen dalam himpunan fuzzy. Jika x adalah kumpulan
objek dengan keanggotaan elemen x didalamnya yang disebut sebagai semesta pembicaraan, maka
himpunan fuzzy A dalam X didefinisikan sebagai himpunan dapat diekspresikan dengan persamaan
(1.4).
Sedangkan jika X adalah nilai kontinu, maka himpunan fuzzy A dinyatakan dalam persamaan (1.5).
Gambar 1.5
tanda penjumlahan atau integral. Tanda tersebut atau juga hanya merupakan tanda antara
pasangan elemen x dengan fungsi keanggotaannya μA(x), bukan merupakan pembagian. Sebagai
contoh himpunan fuzzy dengan semesta pembicaraan diskrit, misal X = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6} adalah
himpunan dari jumlah anak yang mungkin diinginkan oleh pasangan suami istri. Maka himpunan
fuzzy A untuk jumlah anak yang diinginkan oleh pasangan suami istri adalah :
A = {(0,0.1), (1,0.3), (2,0.7), (3,1), (4,0.7), (5,0.3), (60.1)}
Dalam logika fuzzy sebuah nilai bisa bernilai benar dan salah secara bersamaan namun berapa besar
kebenaran dan kesalahan suatu nilai tergantung kepada bobot keanggotaan yang dimiliki. Dalam
himpunan fuzzy, batas antara ”anggota himpunan” dan ”bukan anggota himpunan” adalah bertahap
dan perubahan perlahan dibentuk dengan fungsi keanggotaan yang memberikan fleksibilitas dalam
memodelkan ekspresi linguistic atau bahasa yang biasa digunakan, sebagai contoh ”airnya dingin”
atau ”suhu udara dingin”. Pada teori himpunan fuzzy, komponen utama yang sangat berpengaruh
adalah fungsikeanggotaan.
Pada Fuzzy terdiri dari tiga komponen utama, yaitu proses fuzzyfication, inference dan proses
defuzzification. Proses fuzzyfication adalah dimana hubungan masalah yang objektif
ditransformasikan kedalam konsep fuzzy. Adapun penggunaan Fuzzyfication haruslah memenuhi
masukkan atau input dan keluaran atau output dengan memperlihatkan kedalam hubungan bahasa
atau linguistic. Keterlibatan inference dan defuzzification harus mengikuti kondisi dengan aturan dan
faktor pertumbuhan kondisi yang rahasia untuk kesimpulan.
Dalam menggunakan fuzzy ini haruslah berlandaskan pada sistem berbasis aturan fuzzy atau fuzzy
rule based system (FRBS). Adapun definisi FRBS menurut Herrera (2005), sebuah FRBS adalah
disusun oleh basis penegtahuan, termasuk memberikan informasi oleh sebuah pakar dalam bentuk
aturan linguistik fuzzy; sebuah antarmuka fuzzifikasi, dimana sebuah efek mentrasnformasikan data
crisp kedalam fuzzy set.
Menurut Attarzadeh, et al (2010), sebuah sistem berbasis pada logika fuzzy memiliki hubungan
langsung dengan konsep fuzzy (seperti fuzzy sets, variabel linguistik, dan lain-lain) dan logika fuzzy.
Populernya sistem logika fuzzy dapat dikategorikan kedalam tiga tipe : sistem logika fuzzy yang
bersifat teori, sistem fuzzy Takagi dan Sugeno, dan sistem logika fuzzy dengan fuzzifikasi dan
defuzzifikasi. Adapun fuzzy set menurut Maior (2011), sebuah teori pada fuzzy set adalah
Sedangkan menurut Setiono, et al (2010), himpunan samar atau fuzzy set dapat didefinisikan sebagai
suatu kelas atau kategori obyek-obyek dengan nilai atau keanggotaan yang bersifat continuum atau
menerus. Himpunan ini mengakomodasi kenyataan yang muncul dalam dunia fisik real dimana
seringkali kriteria atau nilai yang didapatkan tidak dapat secara jelas atau eksak nilainya dan berada
dalam suatu kurva rentang nilai.
Bagian yang penting pada FRBS ini adalah menggunakan aturan IF-THEN, yang berisi antecedent dan
consequent untuk mengubah pernyataan fuzzy. Sebuah FRBS akan disesuaikan oleh basis
pengetahuan, termasuk memberikan informasi oleh pakar dalam bentuk aturan bahasa fuzzy.
Fuzzyfication interface akan memberikan efek transformasi data pasti kedalam set fuzzy. Sedangkan
inference system akan digunakan bersamasama dengan knowledge base untuk membuat inferensi
ditengah dengan metode pertimbangan atau sebab akibat.Kemudian defuzzyficatian interface akan
menerjemahkan aturan fuzzy dan mendapatkan aksi yang nyata dengan menggunakan metode
defuzzyfication. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.6.
Gambar 1.6. Struktur Umum pada Sistem Berbasis Aturan Fuzzy
Keterangan :
a. Knowledge base, berisi aturan atau rule dari fuzzy dalam bentuk pernyataan IF-THEN
b. Fuzzyfication, merupakan proses untuk mengubah masukkan sistem yang mempunyai nilai
tegas menjadi variabel linguistic menggunakan fungsi keanggotaan yang disimpan dalam basis
pengetahuan fuzzy.
c. Inference system, merupakan proses untuk mengubah masukkan fuzzy menjadi keluaran
fuzzy dengan cara mengikuti aturan IF-THEN yang telah ditetapkan pada basis pengetahuan
fuzzy.
d. Defuzzyfication, untuk mengubah keluaran fuzzy yang diperoleh dari inference system
menjadi nilai tegas mennggunakan fungsi keanggotaan yang sesuai dengan yang dilakukan
fuzzyfication.
Pada dasarnya, teori himpunan fuzzy merupakan perluasan teori himpunan klasik. Pada teori
himpunan klasik atau crisp, keberadaan suatu elemen pada suatu himpunan A hanya akan
memiliki 2 kemungkinan keanggotaan, yaitu menjadi anggota A atau tidak menjadi anggota A.
Suatu nilai yang menunjukan seberapa besar tingkat keanggotaan suatu elemen (x) dalam
suatu himpunan a, sering dikenal dengan nama nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan,
dinotasikan dengan A (x) (Kusumadewi, et al, 2006).
Gambar 1.7. Himpunan Fuzzy Orang Tinggi
Dalam himpunan fuzzy, batas antara ”anggota himpunan” dan ”bukan anggota himpunan” adalah
bertahap dan dengan perubahan perlahan. Pada gambar 1.7, orang dengan tinggi lebih dari atau
sama dengan 180 cm adalah anggota himpunan orang yang tinggi dengan derajat keanggotaan 1.
Sementara orang dengan tinggi kurang dari 180 cm, dapat menjadi anggota himpunan orang yang
tinggi dengan derajat keanggotaan yang berbeda-beda. Misal orang dengan tinggi
175 cm, menjadi anggota himpunan orang yang tinggi dengan derajat keanggotaan 0.65, sementara
orang dengan tinggi 164 cm, memiliki derajat keanggotaan 0 terhadap himpunan orang yang tinggi.
Derajat keanggotaan menunjukkan seberapa dekat nilai terhadap batas derajat keanggotaan
himpunan yang sempurna.
Dari himpunan klasik diatas atau gambar 1.5, maka kita dapat merubahnya kedalam bentuk fungsi
keanggotaan fuzzy seperti gambar dibawah ini:
Gambar 1.8. Fungsi Keanggotaan Setiap Himpunan pada Variabel Umur
Sehingga fungsi keanggotaan untuk setiap himpunan pada variabel umur dapat diberikan sebagai
berikut :
Gambar 1.8
Disini dapat dilihat bahwa, seseorang dapat masuk kedalam 2 himpunan yang berbeda, MUDA dan
PAROBAYA, PAROBAYA dan TUA, dan seterusnya. Seberapa besar eksistensinya dalam himpunan
tersebut dapat dilihat pada nilai keanggotaannya. Seseorang yang berumur 40 tahun, termasuk
dalam himpunan MUDA dengan MUDA (40)=0,25, namun dia juga termasuk dalam himpunan
PAROBAYA dengan PAROBAYA(40)=0,5.
B. KOMPONEN LOGIKA FUZZY
Sistem fuzzy terdiri dari 3 tiga komponen utama sebagaimana dapat dilihat pada yaitu :
1. FuzzifikasiFuzzyfication, mengubah masukan-masukan yang nilai kebenarannya bersifat
pasti crisp input ke dalam bentuk fuzzy input, yang berupa nilai linguistic yang
semantiknya ditentukan berdasarkan fungsi keanggotaan tertentu.
2. InferensiInference, melakukan penalaran menggunakan fuzzy input dan fuzzy rules yang
telah ditentukan sehingga menghasilkan fuzzy output. Secara sintaks suatu fuzzy rule
dituliskan sebagai berikut : IF antecendent THEN consequent. Metode-metode di bawah
ini merupakan metode inferensi yang dipergunakan dalam fuzzy, yaitu :
a. Metode Tsukamoto Setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk IF-THEN harus
direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan yang
monoton. Sebagai hasilnya output hasil inferensi dari tiap- tiap aturan diberikan
secara tegas berdasarkan α-predikat. Hasil akhirnya diperoleh dengan menggunakan
rata-rata terbobot.
b. Metode Mamdani Sering dikenal dengan nama Metode Max-Min. Metode ini
diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975.
c. Metode Sugeno Penalaran ini hampir sama dengan penalaran Mamdani, hanya saja
output konsekuen sistem tidak berupa himpunan fuzzy melainkan berupa konstanta
atau persamaan linear. Metode ini disebut juga Universitas Sumatera Utara dengan
sebutan Takagi-Sugeno-Kang yang diperkenalkan pada tahun 1985
3. DeffuzifikasiDeffuzification, mengubah fuzzy output menjadi crisp rule berdasarkan
fungsi keanggotaan yang telah ditentukan. Terdapat beberapa metode defuzzifikasi,
diantaranya adalah :
a. Centroid Method atau disebut juga Center of Area Center of Gravity
b. Height method, dikenal juga sebagai prinsip keanggotaan maksimum karena metode
ini secara sederhana memilih nilai crisp yang memiliki Universitas Sumatera Utara
derajat keanggotaan maksimum yang hanya dapat digunakan untuk sebuah
singletone. Metode ini merupakan yang paling sederhana dan paling cepat karena
hanya nilai-nilai puncak dari himpunan fuzzy yang dimodifikasi yang diambil dalam
pertimbangan Kermiche, 2006.
c. First or last of Maxima,
d. merupakan generalisasi dari Height method untuk kasus dimana fungsi keanggotaan
output memiliki lebih dari satu nilai maksimum. Mean-Max method
e. disebut juga sebagai Middle of Maxima, merupakan generalisasi dari Height method
untuk kasus dimana terdapat lebih dari satu nilai crisp yang memiliki derajat
keanggotaan maksimum. Weighted Average, m Crisp input etode ini mengambil nilai
rata-rata dengan menggunakan pembobotan berupa derajat keanggotaan. Fuzzy
input Fuzzy output Crisp value Diagram blok sistem berbasis aturan fuzzy Fuzzifikasi
Inferensi Defuzzifikasi
BAB II HIMPUNAN FUZZY
A. Semesta (Universe)
Elemen – elemen dari himpunan fuzzy diambil dari Semesta Pembicaraan (Universe of
Discourse) atau disingkat Universe (Semesta). Semesta berisi semua elemen yang mungkin.
Bahkan Semesta bergantung pada konteks, seperti contoh berikut.
Contoh 3 :
(a) Himpunan orang ”Muda” bisa terdiri dari semua umur kehidupan manusia di dunia
sebagai Semesta. Atau elemen-elemen semesta dapat dinyatakan dengan bilangan antara 0
dan 100.
(b) Himpunan x » 10 ( x jauh lebih besar dari 10). Semesta dari himpunan ini adalah semua
bilangan positif .
Dalam kasus yang berhubungan dengan kuantitas non numerik ( bukan angka), misalnya :
rasa (taste), yang tidak dapat diukur dengan skala berupa angka maka kita tidak dapat
memakai Semesta yang elemennya berupa angka. Tapi elemen – elemennya dapat diambil
dari satuan psikologi. Contoh Semesta untuk mengakomodasi hal seperti itu misalnya adalah
: {pahit, manis, asam, asin, pedas,...}
B. FUNGSI KEANGGOTAAN
Setiap elemen dalam Semesta Pembicaraan adalah anggota dari himpunan fuzzy dengan
tingkat-tingkat tertentu, bahkan nol. Himpunan elemen-elemen dengan tingkat keanggotaan
tidak nol disebut dengan support ( penunjang) dari himpunan Fuzzy. Fungsi yang
mengkaitkan suatu bilangan dengan setiap elemen x dalam Semesta disebut sebagai Fungsi
Keanggotaan μ(x). Fungsi keanggotaan menentukan tingkat atau derajat keanggotaan dari
setiap elemen dalam Semesta Pembicaraan dalam himpunan. Fungsi Keanggotaa
memetakan elemen – elemen Semesta pada nilai numerik dalam interval [0,1]. Ada 2 cara
untuk menyatakan fungsi keanggotaan himpunan Fuzzy yaitu secara : kontinu dan
diskret.Secara kontinu maka fungsi keanggotaan akan berbentuk fungsi matematika.
Contoh fungsi keanggotaan yang kontinu misalnya :
-kurva berbentuk lonceng ( disebut kurva phi )
-kurva berbentuk s (disebut kurva s)
-kurva berbentuk kebalikan S (disebut kurva z)
-kurva berbentuk segitiga
-kurva berbentuk trapesium
Sedangkan secara diskret maka fungsi keanggotaan dan semesta dari himpunan fuzzy
akan dinyatakan dengan titik-titik diskret dalam sebuah daftar atau vektor.
C. FUZZY SINGLETON
Suatu himpunan fuzzy A adalah kumpulan dari pasangan berurutan antara x
(elemen dalam semesta ) dan nilai keanggotaan μ(x) :

More Related Content

Similar to MODUL LOGIKA FUZZY.docx

Similar to MODUL LOGIKA FUZZY.docx (17)

Tugas 1 clustering fuzzy(kel 1)
Tugas 1 clustering fuzzy(kel 1)Tugas 1 clustering fuzzy(kel 1)
Tugas 1 clustering fuzzy(kel 1)
 
06-fuzzy.ppt
06-fuzzy.ppt06-fuzzy.ppt
06-fuzzy.ppt
 
06-fuzzy.ppt
06-fuzzy.ppt06-fuzzy.ppt
06-fuzzy.ppt
 
Logika fuzzy
Logika fuzzyLogika fuzzy
Logika fuzzy
 
2 - Logika Fuzzy.pptx
2 - Logika Fuzzy.pptx2 - Logika Fuzzy.pptx
2 - Logika Fuzzy.pptx
 
Paper logika kabur muliani
Paper logika kabur mulianiPaper logika kabur muliani
Paper logika kabur muliani
 
Contohpeyelesaianlogikafuzzy 130409001438-phpapp01
Contohpeyelesaianlogikafuzzy 130409001438-phpapp01Contohpeyelesaianlogikafuzzy 130409001438-phpapp01
Contohpeyelesaianlogikafuzzy 130409001438-phpapp01
 
Bab 7-logika-fuzzy
Bab 7-logika-fuzzyBab 7-logika-fuzzy
Bab 7-logika-fuzzy
 
Aljabar fuzzy
Aljabar fuzzyAljabar fuzzy
Aljabar fuzzy
 
New
NewNew
New
 
Modul matematika kelas X KD 3.5 kurikulum 2013 revisi 2016 kiki ismayanti
Modul matematika kelas X KD 3.5 kurikulum 2013 revisi 2016 kiki ismayantiModul matematika kelas X KD 3.5 kurikulum 2013 revisi 2016 kiki ismayanti
Modul matematika kelas X KD 3.5 kurikulum 2013 revisi 2016 kiki ismayanti
 
Bab 1 (1)
Bab 1 (1)Bab 1 (1)
Bab 1 (1)
 
Pengantar Sistem Cerdas.pptx
Pengantar Sistem Cerdas.pptxPengantar Sistem Cerdas.pptx
Pengantar Sistem Cerdas.pptx
 
Filsafat matematika hirarki matematika unik
Filsafat matematika hirarki matematika unikFilsafat matematika hirarki matematika unik
Filsafat matematika hirarki matematika unik
 
Logika fuzzy
Logika fuzzyLogika fuzzy
Logika fuzzy
 
Bab i &_bab_ii
Bab i &_bab_iiBab i &_bab_ii
Bab i &_bab_ii
 
Landasan Teori Penelitian
Landasan Teori PenelitianLandasan Teori Penelitian
Landasan Teori Penelitian
 

Recently uploaded

MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfsaptari3
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 

Recently uploaded (20)

MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 

MODUL LOGIKA FUZZY.docx

  • 1. MODUL LOGIKA FUZZY Oleh : Bagas Winektu NIM : 1911033 TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN ILMU KOMPUTER BINA PATRIA MAGELANG TAHUN 2022
  • 2. DAFTAR ISI DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………. ii BAB I PENDAHULUAN A. KONSEP LOGIKA FUZZY………………………………………………………. B. KOMPONEN LOGIKA FUZZY ……………………………………………….. BAB II MACAM GRAFIK HIMPUNAN A. DEFINISI AGENT CERDAS……………………………………………………. B. LINGKUNGAN…………………………………………………………………….. C. PEAS…………………………………………………………………………………… D. MACAM LINGKUNGAN………………………………………………………. E. CONTOH AGENT CERDAS…………………………………………………… BAB III MACAM METODE LOGIKA FUZZY A. PENCARIAN 1. KONSEP PENCARIAN…………………………………………………… 2. MACAM PENCARIAN…………………………………………………… 3. MASALAH YANG DISELESAIKAN DENGAN PENCARIAN B. PENGETAHUAN 1. DEFINISI PENGETAHUAN…………………………………………….. 2. MACAM PENGETAHUAN…………………………………………….. 3. REPRESENTASI PENGETAHUAN…………………………………… 4. MASALAH YANG DISELESAIKAN DENGAN PENGETAHUAN………………………………………………………….. C. LEARNING 1. DEFINISI LEARNING…………………………………………………….. 2. MACAM LEARNING……………………………………………………… 3. MASALAH YANG DISELESAIKAN DENGAN LEARNING….. DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..…………………………………………
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. KONSEP LOGIKA FUZZY Untuk memahami logika fuzzy lebih jauh, kita bisa mengawalinya dengan fuzzy set (himpunan fuzzy). Karena fuzzy merupakan samara-samara, maka fuzzy set adalah himpunan dimana tiap elemen keanggotaannya tidak mempunyai batas yang jelas. Himpunan tersebut dikenal dengan himpunan klasik (crisp). Sebelum munculnya teori logika fuzzy atau fuzzy logic, dikenal dengan logika tegas atau crisp logic yang memiliki nilai dengan tegas atau yang dikenal dengan logika ”benar” atau ”salah” (1 atau 0), atau yang dikenal dengan himpunan klasik. Sebagai contoh : himpunan klasik A untuk bilangan nyata yang lebih besar dari 8 dapat diekspresikan dalam persamaan : A = {x | x > 8} (1.1) Dalam persamaan (1.1) jelas batasan bahwa jika x lebih besar dari 8 maka x merupakan bagian himpunan A, sementara untuk nilai x lainnya bukan merupakan bagian dari himpunan A. Sebagai ilustrasi, secara matematika dapat diekspresikan bahwa himpunan orang yang tinggi adalah orang yang tingginya lebih dari 180 cm. Jika diwujudkan dalam persamaan seperti pada persamaan (1.1), misal A= ”Orang yang Tinggi” dan x =”Tinggi”, maka persamaan tersebut tidak cukup untuk mewujudkan konsep sesungguhnya dari orang yang tinggi. Himpunan orang tinggi dalam konsep himpunan klasik digambarkan seperti dalam gambar 1.2 Gambar 1.2 Himpunan Klasik Orang Tinggi Jika digunakan persamaan tersebut maka orang dengan tinggi minimal 180 cm dapat dikatakan orang yang tinggi, sementara orang dengan tinggi dibawah 180 cm bahkan 179 cm tidak dapat dikatakan sama sekali sebagai orang yang tinggi. Terdapat batas yang jelas dan perubahan yang tajam antara menjadi anggota dan bukan anggota dalam himpunan. Himpunan klasik diwujudkan dengan mendefinisikan fungsi karakteristik untuk setiap elemen anggota himpunan klasik tersebut. Misal untuk himpunan klasik A, (x,0) atau (x,1) seperti himpunan klasik, himpunan fuzzy menggunakan derajat untuk menilai keanggotaan suatu elemen dalam suatu himpunan. Jika x adalah kumpulan objek dengan keanggotaan elemen x didalamnya yang disebut sebagai semesta pembicaraan, maka himpunan A dalam X didefinisikan sebagai himpunan dapat diekspresikan dengan gambar 1.3 (Kusumadewi, et al, 2006) Gambar 1.3 Himpunan Klasik
  • 4. Himpunan fuzzy merupakan perluasan sederhana dari himpunan klasik yang mana fungsi karakteristiknya dimungkinkan untuk bernilai antara 0 dan 1. Jika nilai dari fungsi keanggotaan μA(x) dibatasi untuk 0 dan 1 maka himpunan fuzzy disederhanakan menjadi himpunan klasik. Sehingga dari gambar diatas, maka dapat diketahui : 1. Apabila seseorang berusia 34 tahun, maka ia dikatakan 2. Apabila seseorang berusia 35 tahun, maka ia dikatakan 3. Apabila seseorang berusia 35 tahun, maka ia dikatakan 4. Apabila seseorang berusia 35 tahun kurang 1 hari, maka ia dikatakan TIDAK PAROBAYA – 1hari)=0). Dari sini dapat dikatakan bahwa pemakaian himpunan klasik untuk menyatakan variabel umur kurang bijaksana, karena adanya perubahan kecil saja pada suatu nilai mengakibatkan perbedaan kategori yang cukup signifikan. Karakteristik himpunan fuzzy menggunakan nilai antara 0 sampai 1, yang menunjukkan nilai derajat keanggotaan suatu elemen dalam himpunan fuzzy. Jika x adalah kumpulan objek dengan keanggotaan elemen x didalamnya yang disebut sebagai semesta pembicaraan, maka himpunan fuzzy A dalam X didefinisikan sebagai himpunan dapat diekspresikan dengan persamaan (1.4). Sedangkan jika X adalah nilai kontinu, maka himpunan fuzzy A dinyatakan dalam persamaan (1.5). Gambar 1.5 tanda penjumlahan atau integral. Tanda tersebut atau juga hanya merupakan tanda antara pasangan elemen x dengan fungsi keanggotaannya μA(x), bukan merupakan pembagian. Sebagai contoh himpunan fuzzy dengan semesta pembicaraan diskrit, misal X = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6} adalah himpunan dari jumlah anak yang mungkin diinginkan oleh pasangan suami istri. Maka himpunan fuzzy A untuk jumlah anak yang diinginkan oleh pasangan suami istri adalah : A = {(0,0.1), (1,0.3), (2,0.7), (3,1), (4,0.7), (5,0.3), (60.1)} Dalam logika fuzzy sebuah nilai bisa bernilai benar dan salah secara bersamaan namun berapa besar kebenaran dan kesalahan suatu nilai tergantung kepada bobot keanggotaan yang dimiliki. Dalam himpunan fuzzy, batas antara ”anggota himpunan” dan ”bukan anggota himpunan” adalah bertahap dan perubahan perlahan dibentuk dengan fungsi keanggotaan yang memberikan fleksibilitas dalam memodelkan ekspresi linguistic atau bahasa yang biasa digunakan, sebagai contoh ”airnya dingin” atau ”suhu udara dingin”. Pada teori himpunan fuzzy, komponen utama yang sangat berpengaruh adalah fungsikeanggotaan. Pada Fuzzy terdiri dari tiga komponen utama, yaitu proses fuzzyfication, inference dan proses defuzzification. Proses fuzzyfication adalah dimana hubungan masalah yang objektif
  • 5. ditransformasikan kedalam konsep fuzzy. Adapun penggunaan Fuzzyfication haruslah memenuhi masukkan atau input dan keluaran atau output dengan memperlihatkan kedalam hubungan bahasa atau linguistic. Keterlibatan inference dan defuzzification harus mengikuti kondisi dengan aturan dan faktor pertumbuhan kondisi yang rahasia untuk kesimpulan. Dalam menggunakan fuzzy ini haruslah berlandaskan pada sistem berbasis aturan fuzzy atau fuzzy rule based system (FRBS). Adapun definisi FRBS menurut Herrera (2005), sebuah FRBS adalah disusun oleh basis penegtahuan, termasuk memberikan informasi oleh sebuah pakar dalam bentuk aturan linguistik fuzzy; sebuah antarmuka fuzzifikasi, dimana sebuah efek mentrasnformasikan data crisp kedalam fuzzy set. Menurut Attarzadeh, et al (2010), sebuah sistem berbasis pada logika fuzzy memiliki hubungan langsung dengan konsep fuzzy (seperti fuzzy sets, variabel linguistik, dan lain-lain) dan logika fuzzy. Populernya sistem logika fuzzy dapat dikategorikan kedalam tiga tipe : sistem logika fuzzy yang bersifat teori, sistem fuzzy Takagi dan Sugeno, dan sistem logika fuzzy dengan fuzzifikasi dan defuzzifikasi. Adapun fuzzy set menurut Maior (2011), sebuah teori pada fuzzy set adalah Sedangkan menurut Setiono, et al (2010), himpunan samar atau fuzzy set dapat didefinisikan sebagai suatu kelas atau kategori obyek-obyek dengan nilai atau keanggotaan yang bersifat continuum atau menerus. Himpunan ini mengakomodasi kenyataan yang muncul dalam dunia fisik real dimana seringkali kriteria atau nilai yang didapatkan tidak dapat secara jelas atau eksak nilainya dan berada dalam suatu kurva rentang nilai. Bagian yang penting pada FRBS ini adalah menggunakan aturan IF-THEN, yang berisi antecedent dan consequent untuk mengubah pernyataan fuzzy. Sebuah FRBS akan disesuaikan oleh basis pengetahuan, termasuk memberikan informasi oleh pakar dalam bentuk aturan bahasa fuzzy. Fuzzyfication interface akan memberikan efek transformasi data pasti kedalam set fuzzy. Sedangkan inference system akan digunakan bersamasama dengan knowledge base untuk membuat inferensi ditengah dengan metode pertimbangan atau sebab akibat.Kemudian defuzzyficatian interface akan menerjemahkan aturan fuzzy dan mendapatkan aksi yang nyata dengan menggunakan metode defuzzyfication. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.6. Gambar 1.6. Struktur Umum pada Sistem Berbasis Aturan Fuzzy Keterangan : a. Knowledge base, berisi aturan atau rule dari fuzzy dalam bentuk pernyataan IF-THEN
  • 6. b. Fuzzyfication, merupakan proses untuk mengubah masukkan sistem yang mempunyai nilai tegas menjadi variabel linguistic menggunakan fungsi keanggotaan yang disimpan dalam basis pengetahuan fuzzy. c. Inference system, merupakan proses untuk mengubah masukkan fuzzy menjadi keluaran fuzzy dengan cara mengikuti aturan IF-THEN yang telah ditetapkan pada basis pengetahuan fuzzy. d. Defuzzyfication, untuk mengubah keluaran fuzzy yang diperoleh dari inference system menjadi nilai tegas mennggunakan fungsi keanggotaan yang sesuai dengan yang dilakukan fuzzyfication. Pada dasarnya, teori himpunan fuzzy merupakan perluasan teori himpunan klasik. Pada teori himpunan klasik atau crisp, keberadaan suatu elemen pada suatu himpunan A hanya akan memiliki 2 kemungkinan keanggotaan, yaitu menjadi anggota A atau tidak menjadi anggota A. Suatu nilai yang menunjukan seberapa besar tingkat keanggotaan suatu elemen (x) dalam suatu himpunan a, sering dikenal dengan nama nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan, dinotasikan dengan A (x) (Kusumadewi, et al, 2006). Gambar 1.7. Himpunan Fuzzy Orang Tinggi Dalam himpunan fuzzy, batas antara ”anggota himpunan” dan ”bukan anggota himpunan” adalah bertahap dan dengan perubahan perlahan. Pada gambar 1.7, orang dengan tinggi lebih dari atau sama dengan 180 cm adalah anggota himpunan orang yang tinggi dengan derajat keanggotaan 1. Sementara orang dengan tinggi kurang dari 180 cm, dapat menjadi anggota himpunan orang yang tinggi dengan derajat keanggotaan yang berbeda-beda. Misal orang dengan tinggi 175 cm, menjadi anggota himpunan orang yang tinggi dengan derajat keanggotaan 0.65, sementara orang dengan tinggi 164 cm, memiliki derajat keanggotaan 0 terhadap himpunan orang yang tinggi. Derajat keanggotaan menunjukkan seberapa dekat nilai terhadap batas derajat keanggotaan himpunan yang sempurna. Dari himpunan klasik diatas atau gambar 1.5, maka kita dapat merubahnya kedalam bentuk fungsi keanggotaan fuzzy seperti gambar dibawah ini: Gambar 1.8. Fungsi Keanggotaan Setiap Himpunan pada Variabel Umur
  • 7. Sehingga fungsi keanggotaan untuk setiap himpunan pada variabel umur dapat diberikan sebagai berikut : Gambar 1.8 Disini dapat dilihat bahwa, seseorang dapat masuk kedalam 2 himpunan yang berbeda, MUDA dan PAROBAYA, PAROBAYA dan TUA, dan seterusnya. Seberapa besar eksistensinya dalam himpunan tersebut dapat dilihat pada nilai keanggotaannya. Seseorang yang berumur 40 tahun, termasuk dalam himpunan MUDA dengan MUDA (40)=0,25, namun dia juga termasuk dalam himpunan PAROBAYA dengan PAROBAYA(40)=0,5. B. KOMPONEN LOGIKA FUZZY Sistem fuzzy terdiri dari 3 tiga komponen utama sebagaimana dapat dilihat pada yaitu : 1. FuzzifikasiFuzzyfication, mengubah masukan-masukan yang nilai kebenarannya bersifat pasti crisp input ke dalam bentuk fuzzy input, yang berupa nilai linguistic yang semantiknya ditentukan berdasarkan fungsi keanggotaan tertentu. 2. InferensiInference, melakukan penalaran menggunakan fuzzy input dan fuzzy rules yang telah ditentukan sehingga menghasilkan fuzzy output. Secara sintaks suatu fuzzy rule dituliskan sebagai berikut : IF antecendent THEN consequent. Metode-metode di bawah ini merupakan metode inferensi yang dipergunakan dalam fuzzy, yaitu : a. Metode Tsukamoto Setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk IF-THEN harus direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan yang monoton. Sebagai hasilnya output hasil inferensi dari tiap- tiap aturan diberikan secara tegas berdasarkan α-predikat. Hasil akhirnya diperoleh dengan menggunakan rata-rata terbobot. b. Metode Mamdani Sering dikenal dengan nama Metode Max-Min. Metode ini diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975. c. Metode Sugeno Penalaran ini hampir sama dengan penalaran Mamdani, hanya saja output konsekuen sistem tidak berupa himpunan fuzzy melainkan berupa konstanta atau persamaan linear. Metode ini disebut juga Universitas Sumatera Utara dengan sebutan Takagi-Sugeno-Kang yang diperkenalkan pada tahun 1985 3. DeffuzifikasiDeffuzification, mengubah fuzzy output menjadi crisp rule berdasarkan fungsi keanggotaan yang telah ditentukan. Terdapat beberapa metode defuzzifikasi, diantaranya adalah : a. Centroid Method atau disebut juga Center of Area Center of Gravity b. Height method, dikenal juga sebagai prinsip keanggotaan maksimum karena metode ini secara sederhana memilih nilai crisp yang memiliki Universitas Sumatera Utara derajat keanggotaan maksimum yang hanya dapat digunakan untuk sebuah
  • 8. singletone. Metode ini merupakan yang paling sederhana dan paling cepat karena hanya nilai-nilai puncak dari himpunan fuzzy yang dimodifikasi yang diambil dalam pertimbangan Kermiche, 2006. c. First or last of Maxima, d. merupakan generalisasi dari Height method untuk kasus dimana fungsi keanggotaan output memiliki lebih dari satu nilai maksimum. Mean-Max method e. disebut juga sebagai Middle of Maxima, merupakan generalisasi dari Height method untuk kasus dimana terdapat lebih dari satu nilai crisp yang memiliki derajat keanggotaan maksimum. Weighted Average, m Crisp input etode ini mengambil nilai rata-rata dengan menggunakan pembobotan berupa derajat keanggotaan. Fuzzy input Fuzzy output Crisp value Diagram blok sistem berbasis aturan fuzzy Fuzzifikasi Inferensi Defuzzifikasi BAB II HIMPUNAN FUZZY A. Semesta (Universe) Elemen – elemen dari himpunan fuzzy diambil dari Semesta Pembicaraan (Universe of Discourse) atau disingkat Universe (Semesta). Semesta berisi semua elemen yang mungkin. Bahkan Semesta bergantung pada konteks, seperti contoh berikut. Contoh 3 : (a) Himpunan orang ”Muda” bisa terdiri dari semua umur kehidupan manusia di dunia sebagai Semesta. Atau elemen-elemen semesta dapat dinyatakan dengan bilangan antara 0 dan 100. (b) Himpunan x » 10 ( x jauh lebih besar dari 10). Semesta dari himpunan ini adalah semua bilangan positif . Dalam kasus yang berhubungan dengan kuantitas non numerik ( bukan angka), misalnya : rasa (taste), yang tidak dapat diukur dengan skala berupa angka maka kita tidak dapat memakai Semesta yang elemennya berupa angka. Tapi elemen – elemennya dapat diambil dari satuan psikologi. Contoh Semesta untuk mengakomodasi hal seperti itu misalnya adalah : {pahit, manis, asam, asin, pedas,...} B. FUNGSI KEANGGOTAAN Setiap elemen dalam Semesta Pembicaraan adalah anggota dari himpunan fuzzy dengan tingkat-tingkat tertentu, bahkan nol. Himpunan elemen-elemen dengan tingkat keanggotaan tidak nol disebut dengan support ( penunjang) dari himpunan Fuzzy. Fungsi yang mengkaitkan suatu bilangan dengan setiap elemen x dalam Semesta disebut sebagai Fungsi Keanggotaan μ(x). Fungsi keanggotaan menentukan tingkat atau derajat keanggotaan dari setiap elemen dalam Semesta Pembicaraan dalam himpunan. Fungsi Keanggotaa memetakan elemen – elemen Semesta pada nilai numerik dalam interval [0,1]. Ada 2 cara untuk menyatakan fungsi keanggotaan himpunan Fuzzy yaitu secara : kontinu dan diskret.Secara kontinu maka fungsi keanggotaan akan berbentuk fungsi matematika. Contoh fungsi keanggotaan yang kontinu misalnya :
  • 9. -kurva berbentuk lonceng ( disebut kurva phi ) -kurva berbentuk s (disebut kurva s) -kurva berbentuk kebalikan S (disebut kurva z) -kurva berbentuk segitiga -kurva berbentuk trapesium Sedangkan secara diskret maka fungsi keanggotaan dan semesta dari himpunan fuzzy akan dinyatakan dengan titik-titik diskret dalam sebuah daftar atau vektor. C. FUZZY SINGLETON Suatu himpunan fuzzy A adalah kumpulan dari pasangan berurutan antara x (elemen dalam semesta ) dan nilai keanggotaan μ(x) :