SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Download to read offline
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NoMoR 43 TAHUN 2018
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN
PEMBERIAN PENGHARGAAN DALAM PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (5)
dan Pasal 42 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3l Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 2O Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi telah ditet4pkan Peraturan
Pemerintah Nomor 7l Tahun 2OOO tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian
Penghargaan dalam Pencegahan dq4 Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
b. bahwa untuk mengopfimalkan pemberian kemudahan
kepada masyarakat dalam membantu upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi,
serta mempermudah pelaksanaan pemberian
penghargaan kepada masyarakat, perlu mengganti
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2OOO tentang
Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan
Pemberantasan findak Pidana Korupsi;
c. bahwa . . .
Mengingat
Menetapkan
PRESIDEN
REPUELIK IN DO N ESIA
-2-
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian
Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
l. Pasal 5 ayat (21 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 3l Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Irmbaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 387 4l sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2OOl tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20Ol
Nomor 134, Tambahan kmbaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4150);
MEMUTUSKAN:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN
PEMBERIAN PENGHARGAAN DALAM PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Penegak Hukum adalah aparat Komisi Pemberantasan
Korupsi, Kepolisian Negara Republik Indonesla, dan
Kejaksaan Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Masyarakat . . .
2
3
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
Masyarakat adalah orang perseorangan atau kelompok
orang.
Pelapor adalah Masyarakat yang memberikan
informasi kepada Penegak Hukum mengenai adanya
dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi.
BAB II
TATA CARA PELAKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
(1) Masyarakat dapat berperan serta membantu upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
(21 Peran serta Masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diwujudkan dalam bentuk:
a. hak mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana korupsi;
b. hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari,
memperoleh, dan memberikan informasi adanya
dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada
Penegak Hukum yang menangani perkara tindak
pidana korupsi;
c. hak menyampaikan saran dan pendapat secara
bertanggung jawab kepada Penegak Hukum yang
menangani perkara tindak pidana korupsi;
d. hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan
tentang laporan yang diberikan kepada Penegak
Hukum; dan
e. hak untuk memperoleh pelindungan hukum.
(3) Hak. . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
(3) Hak sebagaimana
dilaksanakan sesuai
perundang-undangan,
sosial.
dimaksud pada ayat l2l
dengan ketentuan peraturan
nonna agama, dan norrna
Paragraf I
Tata Cara Mencari dan Memperoleh Informasi
Pasal 3
(l) Masyarakat dapat mencari dan memperoleh informasi
mengenai dugaan telah tedadi tindak pidana korupsi
dari badan publik atau swasta.
(21 Untuk mencari dan memperoleh informasi
sebaga imana dimaksud pada ayat (l), Masyarakat
mengajukan permohonan kepada pejabat yang
berwenang pada badan publik atau swasta.
Pasal 4
(l) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (21 dapat disampaikan secara lisan atau tertulis
baik melalui 6s'tie elehnik maupun nonelektronik.
l2l Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan secara lisan, pejabat yang
berwenang pada badan publik atau swasta wajib
mencatat permohonan secara tertulis,
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat:
a. identitas diri disertai dengan dokumen pendukung;
dan
b. informasi . . .
Bagian Kedua
Tata Cara Mencari, Memperoleh, dan Memberikan Informasi
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
b. informasi yang sedang dicari dan akan diperoleh
dari badan publik atau swasta.
Paragraf 2
Tata Cara Memberikan Informasi
Pasal 5
Masyarakat dapat memberikan informasi mengenai adanya
dugaan telah teg'adi tindak pidana korupsi kepada:
a. pejabat yang berwenang pada badan publik; dan/atau
b. Penegak Hukum.
Pasal 6
Pemberian informasi kepada pejabat yang berwenang pada
badan publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 7
(1) Pemberian informasi kepada Penegak Hukum
sebaga is16114 dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
dilakukan dengan membuat laporan.
(21 Iaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dapat
disampaikan secara lisan atau tertulis baik melalui
media elektronik maupun nonelektronik.
(3) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan secara lisan, Penegak Hukum
atau petugas yang berwenang wajib mencatat laporan
secara tertulis.
(41 laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wejib
ditandatangani Pelapor dan Penegak Hukum atau
petugas yang berwenang.
Pasal 8...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
pasal 8
(1) Laporan mengenai dugaan telah terjadi tindak pidana
korupsi aebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 paling
sedikit memuat:
a. identitas Pelapor; dan
b. uraian mengenai fakta tentang dugaan telah tedadi
tindak pidana korupsi
(21 Dalam menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (l) harus disertai dengan dokumen
pendukung paling sedikit:
a. fotokopi kartu tanda penduduk atau identitas diri
yang lain; dan
b. dokumen atau keterangan yang terkait dengan
dugaan tindak pidana korupsi yang dilaporkan.
Pasal 9
(1) Penegak Hukum wajib melakukan pemeriksaan
terhadap laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 secara administratif dan substantif.
(21 Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilal<ukan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari keq'a terhitung sejak tanggal laporan diterima.
(3) Dalam proses pemeriksaan substantif sebagaimana
dimaksud pada ayat (l), Penegak Hukum dapat
meminta keterangan dari Pelapor.
(4) Pemberian keterangan oleh Pelapor sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat disampaikan secara
lisan dan/atau tertulis.
(5) Dalam hal Pelapor tidak memberikan keterangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tindak lanjut
laporan ditentukan oleh Penegak Hukum.
(6) Ketentuan...
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-l-
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permintaan
dan pemberian keterangan Pelapor sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan
peraturan masing-masing pimpinan instansi Penegak
Hukum-
Pasal l0
(l) Pelapor berhak mengajukan pertanyaan tentang
laporannya yang diberikan kepada Penegak Hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1).
(2) Penegak Hukum wajib memberikan jawaban atas
pertanyaan tentang laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lambat 3O
(tiea puluh) hari keq'a terhitung sejak tanggal
pertanyaan diajukan.
(3) Penyampaian jawaban sebagaimana dimaksud pada
ayat (21 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Tata Cara Penyampaian Saran dan Pendapat
Pasal 11
(U Masyarakat dapat menyampaikan saran dan pendapat
kepada Penegak Hukum mengenai penanganan
perkara tindak pidana korupsi.
(21 Saran dan pendapa.t sebagaimana dimaksud pa.da
ayat (l) dapat disampaikan secara lisan atau tertulis
baik melalui media elektronik maupun nonelektronik.
(3) Dalam hal saran dan pendapat selagaimana dimaksud
pa.da ayat (2) disampaikan s€cara lisan, Penegak
Hukum wajib mencatat saran dan pendapat secara
tertulis.
(4) Saran . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
(4) Saran dan pendapat sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) wajib ditandatangani oleh pihak yang
menyampaikan saran dan pendapat serta penegak
Hukum.
(5) Saran dan pendapat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) paling sedikit memuat:
a. identitas diri yang disertai dengan dokumen
pendukung; dan
b. saran dan pendapat mengenai penanganan perkara
tindak pidana korupsi.
Bagran Keempat
Pelindungan Hukum
Pasal 12
(l) Hak untuk memperoleh pelindungan hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (21 huruf e
diberikan oleh Penegak Hukum kepada Masyarakat
dalam hal:
a. melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, huruf b, dan
huruf c; dan
b. diminta hadir dalam proses penyelidikan,
penyidikan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
sebagai Pelapor, saksi, atau ahli.
(2) Pelindungan hukum diberikan kepada Pelapor yang
ln Forannya mengandung kebenaran.
(3) Pelindungan hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(a) Dalam . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
(4) Dalam memberikan pelindungan hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (l), Penegak Hukum dapat bekerja
sama dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban.
BAB III
TATA CARA PEMBERIAN PENGHARGAAN
Bagran Kesatu
Umum
Pasal 13
(l) Masyarakat yang berjasa membantu upaya
pencegahan, pemberantasan, atau pengungkapan
tindak pidana korupsi diberikan penghargaan.
l2l Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
diberikan kepada:
a. Masyarakat yang secara aktif, konsisten, dan
berkelanjutan bergerak di bidang pencegahan tindak
pidana korupsi; atau
b. Pelapor.
(3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan dalam bentuk:
a. piagam; dan/atau
b. premi.
Sagian Kedua
Penghargaan dalam rangka Pencegahan
Pasal 14
(1) Penghargaan dalam upaya pencegahan tindak pidana
korupsi diberikan kepada Masyarakat yang secara
aktif, konsisten, dan berkelanjutan bergerak di bidang
pencegahan tindak pidana korupsi s6foegaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) hurufa.
(2) Penghargaan
PRESIDEN
R EPU BLIK INDONESIA
-10_
(21 Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dalam bentuk piagam.
(3) Untuk memberikan penghargaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Penegak Hukum melakukan
penilaian berdasarkan laporan kegiatan pencegahan
tindak pidana korupsi yang telah dilakukan.
(4) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan secara berkala.
Bagian Ketiga
Penghargaan dalam rangka
Pemberantaean dan Pengunglapan
Pasal 15
(1) Penghargaan dalam upaya pemberantasan atau
pengungkapan tindak pidana korupsi diberikan kepada
Pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
huruf b.
l2l Penghargaan sebsgaimana dimaksud pada ayat (l)
dapat diberikan dalam bentuk:
a. piagam; dan/atau
b. premi.
(3) Untuk memberikan penghargaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Penegak Hukum melakukan
penilaian terhadap tingkat kebenaran laporan yang
disampaikan oleh Pelapor dalam upaya pemberantasan
atau pengungkepan tindak pidana korupsi.
(41 Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja terhitung sejak salinan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
diterima oleh Jaksa.
(5) Penilaian . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
- 11-
(5) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dikoordinasikan oleh Jaksa.
Pasal 16
Dalam memberikan penilaian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15, Penegak Hukum mempertimbangkan paling
sedikit:
a. peran alrtif Pelapor dalam mengungkap tindak pidana
korupsi;
b. kualitas data laporan atau alat bukti; dan
c. risiko faktual bagi Pelapor,
Pasal 17
(1) Dalam hal hasil penilaian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 disepakati untuk memberikan
penghargaan berupa premi, besaran premi diberikan
sebesar 2o/oo (dua permil) dari jumtah kerugian
keuangan negara yang dapat dikembalikan kepada
negara.
(21 Besaran premi yang diberikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling banyak Rp2OO.OOO.OOO,00 (dua
ratus juta rupiah).
(3) Dalam hal tindak pidana korupsi berupa suap, besaran
premi diberikan sebesar 2o/oo (dua permil) dari nilai
uang suap dan/atau uang dari hasil lelang barang
rampasan.
(4) Besaran premi yang diberikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah).
Bagran
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-12-
Bagran Keempat
Prosedur Teknis Pemberian Penghargaan
Pasal 18
(1) Pemberian penghargaan berupa piagam dan/atau
premi dilaksanakan berdasarkan hasil penilaian yang
ditetapkan dalam keputusan pimpinan instansi
Penegak Hukum.
(21 Keputusan sebagaimana dimalsud pada ayat (l)
ditetapkan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja terhitung sejak tanggal berakhirnya
penilaian.
Pasal 19
(l) Pelaksanaan pemberian penghargaan berupa piagam
dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja terhitung sejak tanggal keputusan instansi
pimpinan Penegak Hukum ditetapkan.
(21 Format piagam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam La.mpiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 20
(1) Pelaksanaan pemberian penghargaan berupa premi
dilakukan setelah kerugian keuangan negara, uang
suap, dan/atau uang dari hasil lelang barang
rampasan disetor ke kas negara.
(21 Pengalokasian dan pencairan dana untuk pemberian
penghargaan berupa premi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 2l ...
PRES IDEN
REPUBLIK INOONESIA
-13-
Pasa] 2 I
Upaya hukum luar biasa tidak membatalkan pemberian
penghargaan kepada Pelapor.
Pasal22
Dalam hal penerima penghargaan meninggal dunia
dan/atau tidak diketahui keberadaannya, penghargaan
diberikan kepada ahli warisnya.
Pasal 23
Pemberian penghargaan berupa piagam dan
dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan
Negara pada bagian anggaran masing-masing
Penegak Hukum.
premi
Belanja
instansi
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian
Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OOO Nomor 144, Tambahan kmbaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3995) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 25
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
-14-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 September 2018
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 157
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBUK INDONESIA
Asisten Deputi Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan, Deputi Bidang Hukum
dang-undangan,
ttd
. Rokib
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal l7 September 2Ol8
ttd.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 43 TAHUN 2018
TENTANG
TATA CARA PEI"AKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN
PEMBERI,AN PENGHARGAAN DAI,AM PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
I. UMUM
Undang-Undang Nomor 3l Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dalam Pasal 4l ayat (5) dan Pasal 42 ayat (21
menegaskan bahwa tata cara pelaksanaan peran serta. Masyarakat dan
pemberian penghargaan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi diatur dengan Peraturan Pemerintah. Tata cara
pelaksanaan peran serta Masyarakat tersebut telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 7l Tahun 20O0 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Seiring dengan perkembangan hukum, kebutuhan hukum
Masyarakat, dan perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2OOl tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Peraturan Pemerintah Nomor
7l Tahun 2OOO tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah memberikan
pedoman kepada Masyarakat untuk turut serta dalam melakukan
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi bersama dengan
Penegak Hukum juga perlu dilakukan penggantian.
Penggantian . . .
*.
",
Jint
t,',?ot|
*. r, o
-2-
Penggantian terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 7l
Tahun 2000 tersebut dilakukan agar peran serta Masyarakat dalam
melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
dapat diimplementasikan dengan baik serta tidak semata-mata hanya
untuk mengharapkan sebuah penghargaan dari negara. Peran serta
Masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi karena tindak pidana korupsi
tidak hanya merugikan keuangan negara terafi juga telah melanggar
hak-hak sosial dan ekonomi Masyarakat secara luas.
Peran serta dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi dapat dilakukan dengan cara mencari, memperoleh, dan
memberikan informasi terkait adanya dugaan tindak pidana korupsi
yang disertai dengan rasa tanggung jawab untuk mengemukakan fakta
atau kejadian yang sebenarnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Hal tersebut dimaksudkan agar Masyarakat
dapa.t memperoleh pelindungan hukum dalam menggunakan haknya
untuk memperoleh dan menyampaikan informasi serta memberikan
saran dan pendapat tentang adanya dugaan tindak pidana korupsi.
Selain itu, Masyarakat juga berhak memberikan saran dan pendapat
kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi
agar pemberantasan tindak pidana korupsi dapat beq'alan dengan
maksimal.
Dalam rangka mengoptimalkan peran serta Masyarakat dqlam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, Penegak
Hukum diwajibkan untuk memberikan jawaban atau keterangan sesuai
dengan kewenangannya sepanjang jawaban atau keterangan tersebut
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peran serta Masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana korupsi tersebut perlu terus dljaga, dibina, dan dipupuk
supaya dapat terus menumbuhkan budaya anti korupsi. Sebagai
bentuk apreaiasi Pemerintah terhadap Masyarakat yang berjasa dalam
pencegahan, pemberantasan, atau pengungkapan tindak pidana
korupsi diberikan penghargaan berupa piagam dan/atau premi.
Adapun . . .
II. PASALDEMIPASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan uperan serta Masyarakat" adalah
keikutsertaan secara aktif Masyarakat dalam membantu
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
yang dilakukan baik orang perseorangan maupun kelompok
orang, antara lain, lembaga swadaya masyarakat dan
organisasi masyarakat.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (l)
Yang dimaksud dengan "badan publik" adalah lembaga.
eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan
tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara,
yang
*." u J.Tnt
t,'*ootf;*.s,o
-3-
Adapun substansi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini,
antara lain:
a. tata cara pelaksanaan peran serta Masyarakat, yang meliputi bentuk
peran serta Masyarakat, tata cara mencari, memperoleh, dan
memberikan informasi, tata cara penyampaian saran dan pendapat,
dan tata cara pelindungan hukum; dan
b. tata cara pemberian penghargaan, yang meliputi pihak yang
mendapatkan penghargaan, bentuk penghargaan, proses dan jangka
waktu penilaian, dan pelaksanaan pemberian penghargaErn.
*urrJ.Tntt,loSf;*..,o
-4-
yang sebo8rm atau seluruh dananya bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi
nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
sumbangan Masyarakat, dan/atau luar negeri.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "pejabat yang berwenang", antara lain,
pejabat yang menangani tugas dan fungsi di bidang pelayanan
inforrnasi.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "identitas diri" antara lain,
untuk orang perseorangan, misal nama diri, aliamat,
pekerjaan, dan nomor telepon/lwndptane. Untuk
kelompok orang, antara lain nama badan hukum atau
bukan badan hukum, natna pendiri atau nama
pengurus, jabatan, alamat, nomor telepon / handplnne.
Yang dimeksud dengan odokumen pendukung" misateya
Kartu Tanda Penduduk, kartu pengenal badan hukum,
atau bukan badan hukum.
Huruf b
Cukupjelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan npetugas yang berwenangl adalah
pegawai yang diberikan kewenangan oleh instansi Penegak
Hukum untuk melakukan pencatatan dan penandatanganan
atas laporan yang disampaikan secara lisan kepada Penegak
Hukum.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "identitas Pelapor', antara lain,
nama, alamat, peke{aan, dan nomor
telepon/ twndphone.
Huruf b
Uraian mengenai fakta tentang dugaan telah teqiadi
tindak pidana korupsi termasuk tempat terjadinya,
pelaku, dan pihak terkait.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "identitas diri yang lain", antara
lain, paspor, surat izin mengemudi, dan kartu keluarga.
Hurufb. . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Yang dimalsud dengan upemeriksaan administratif" adalah
pemeriksaan terhadap kelengkapan dokumen laporan yang
diterima.
Yang dimaksud dengan "pemeriksaan substantif" adalah
pemeriksaan terhadap kebenaran laporan yang diterima.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Pemberian keterangan oleh Pelapor, antara lain, dengan cara
pemaparan laporan.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jel,as.
Pasal 10
Ayat (l)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang rlima.ksud dengan operaturan perurdanfundaagan",
antara lain, peraturan perundang-undangan mengenai
keterbukaan informasi publik dan peraturan perundang-
undangan mengenai perbankan.
Pasal 11...
PRES IDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA
-7 -
Pasal l1
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Pelindungan hukum terhadap Pelapor dimaksudkan untuk
memberikan rasa aman bagi Pelapor.
Pelindungan hukum diberikan dalam bentuk antara lain
kerahasiaan identitas, kerahasiaan materi laporan dan/atau
saran serta pendapat yang disampaikan, dan/atau
pelindungan secara fisik.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan'peraturan perundang-undangan",
antara lain, peraturan perundang-undangan mengenai
perlindungan saksi dan korban, dan peraturan perundang-
undangan mengenai komisi pemberantasan tindak pidana
korupsi.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "piagam' dalarn ketentuan ini
diberikan dalam bentuk sertifikat dan lencana.
Huruf b. . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Huruf a
Yang dimaksud dengan 'tindak pidana korupsi" termasuk
suap.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Keputusan pimpinan instansi Penegak Hukum terkait pemberian
penghargaan dalam bentuk premi paling sedikit mencantumkan
informasi berupa:
1. Nama/subyek penerima penghargaan;
2. Besaran penghargaan yang dibayarkan dan tahun pembebanan
anggarannya; dan
3. Bagian anggaran instansi Penegak Hukum yang akan
memberikan penghargaan berupa premi.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 2l
Cukup jelas.
Pase-l 22.. .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
Pas)22
Yang dimaksud dengan "ahli waris'adalah istri/ suami dan anak
dari penerima pengharga^an.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6250
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN
PERATURAN PEMEzuNTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 43 TAHUN 2018
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN PERAN SERTA
MASYARAKAT DAN PEMBERI,AN PENGHARGAAN
DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA KORUPSI
FORMAT LENCANA DAN SERTIFIKAT PENGHARGAAN DALAM
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
A. FORMAT LENCANA
Keterangan
1. Ukuran lingkaran dengan diameter 2,5 cm.
2. Lambang garuda berwarna emas dengan latar belakang berwarna merah
putih.
3. Trlisan "PENGHARGAAN" berwarna putih dan "ANTI KORUPSI"
berwarna emas dengan latar belakang berwarna hitam.
4. Tulisan "PENGHARGAAN" dan "ANTI KORUPSI" dengan tipe huruf Arial.
B. FORMAT.
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
B. FORMAT SERTIFIKAT
Keterangan:
1. Ukuran kertas sertifikat A4 dengan berat 80 gram dengan laA out
portrait.
2. Lambang garuda berwarna emas diletakan di tengah dengan ukuran
tinggi 3 cm dan lebar 2 cm.
3. Tulisan dalam sertifikat menggunakan tipe Arial dengan ukuran L4
berwarna hitam.
4. Latx belakang sertifikat berwarna merah dan putih.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Asisten Deputi Bidang Politik, Hukum,
Deputi Bidang Hukum
ttd.
dan
undangan,
JOKO WIDODO
Yang Telah Berjasa Membantu
Upaya Pencegahan dan
Pemberantasan atau
Pongungkapan Tindak Pldana
Korupsi
Jal*ta. .......-.. ....-...20..
.S*a Fr!.n pa,Ensgs
!d ds d9
PENG}IARGAAN
Diberikan Kepada :

More Related Content

What's hot

Per kpu no 26 tahun 2013 memicu transmigrasi pemilih
Per kpu no 26 tahun 2013 memicu transmigrasi pemilihPer kpu no 26 tahun 2013 memicu transmigrasi pemilih
Per kpu no 26 tahun 2013 memicu transmigrasi pemilihAhmad Solihin
 
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 tahun 2014 ttg Standar Layanan Informasi P...
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 tahun 2014 ttg Standar Layanan Informasi P...Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 tahun 2014 ttg Standar Layanan Informasi P...
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 tahun 2014 ttg Standar Layanan Informasi P...Liza Dayani
 
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikUU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikPenataan Ruang
 
Potensi titik rawan dpk
Potensi titik rawan dpkPotensi titik rawan dpk
Potensi titik rawan dpkMuhammad Yunus
 
Uu tahun 2008 no. 37 tentang ombudsman
Uu tahun 2008 no. 37 tentang ombudsmanUu tahun 2008 no. 37 tentang ombudsman
Uu tahun 2008 no. 37 tentang ombudsmanLegal Akses
 
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidanaBab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidanaAndy Susanto
 
Perkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa SignedPerkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa SignedPeople Power
 
UU No. 26 Tahun 2000 Pengadilan HAM
UU No. 26 Tahun 2000 Pengadilan HAMUU No. 26 Tahun 2000 Pengadilan HAM
UU No. 26 Tahun 2000 Pengadilan HAMakuntabilitasnet
 
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di IndonesiaPengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di IndonesiaAdhi Panjie Gumilang
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polrirestamadiun
 
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUndang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaSylvia Diansari
 
Rilis Calon Kapolri - LBH Jakarta
Rilis Calon Kapolri - LBH JakartaRilis Calon Kapolri - LBH Jakarta
Rilis Calon Kapolri - LBH JakartaCIkumparan
 
Epaper Surya 25 Juni 2013
Epaper Surya 25 Juni 2013Epaper Surya 25 Juni 2013
Epaper Surya 25 Juni 2013Portal Surya
 
Uu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publik
Uu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publikUu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publik
Uu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publikNandang Sukmara
 

What's hot (18)

Per kpu no 26 tahun 2013 memicu transmigrasi pemilih
Per kpu no 26 tahun 2013 memicu transmigrasi pemilihPer kpu no 26 tahun 2013 memicu transmigrasi pemilih
Per kpu no 26 tahun 2013 memicu transmigrasi pemilih
 
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 tahun 2014 ttg Standar Layanan Informasi P...
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 tahun 2014 ttg Standar Layanan Informasi P...Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 tahun 2014 ttg Standar Layanan Informasi P...
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 tahun 2014 ttg Standar Layanan Informasi P...
 
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikUU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
 
Potensi titik rawan dpk
Potensi titik rawan dpkPotensi titik rawan dpk
Potensi titik rawan dpk
 
Uu tahun 2008 no. 37 tentang ombudsman
Uu tahun 2008 no. 37 tentang ombudsmanUu tahun 2008 no. 37 tentang ombudsman
Uu tahun 2008 no. 37 tentang ombudsman
 
Uu 12 2003 Pjls
Uu 12 2003 PjlsUu 12 2003 Pjls
Uu 12 2003 Pjls
 
Presentasi uu kip
Presentasi uu kipPresentasi uu kip
Presentasi uu kip
 
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidanaBab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
 
Perkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa SignedPerkap No8 Ham Bahasa Signed
Perkap No8 Ham Bahasa Signed
 
UU No. 26 Tahun 2000 Pengadilan HAM
UU No. 26 Tahun 2000 Pengadilan HAMUU No. 26 Tahun 2000 Pengadilan HAM
UU No. 26 Tahun 2000 Pengadilan HAM
 
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di IndonesiaPengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polri
 
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUndang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
 
Uu 25 2009
Uu 25 2009Uu 25 2009
Uu 25 2009
 
Hukum kepolisian
Hukum kepolisianHukum kepolisian
Hukum kepolisian
 
Rilis Calon Kapolri - LBH Jakarta
Rilis Calon Kapolri - LBH JakartaRilis Calon Kapolri - LBH Jakarta
Rilis Calon Kapolri - LBH Jakarta
 
Epaper Surya 25 Juni 2013
Epaper Surya 25 Juni 2013Epaper Surya 25 Juni 2013
Epaper Surya 25 Juni 2013
 
Uu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publik
Uu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publikUu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publik
Uu 14 th2008 ttg keterbukaan informasi publik
 

Similar to TATA CARA PELAKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Bab 9 partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi
Bab 9 partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsiBab 9 partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi
Bab 9 partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsinatal kristiono
 
Penanganan pelanggaran
Penanganan pelanggaranPenanganan pelanggaran
Penanganan pelanggaranAhmad Solihin
 
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...infomagetan
 
Tindak pidana korupsi 31 99
Tindak pidana korupsi 31 99Tindak pidana korupsi 31 99
Tindak pidana korupsi 31 99mapjmakassar
 
UU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdf
UU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdfUU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdf
UU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdfDidiSusmianto1
 
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdfUU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdfandrerizaldy1
 
Uu no 14_tahun_2008
Uu no 14_tahun_2008Uu no 14_tahun_2008
Uu no 14_tahun_2008CIkumparan
 
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kip
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kipUu no 14_tahun_2008_tentang_kip
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kiptrianita hermawati
 
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publikUu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publikMystic333
 
RUU Perubahan UU ITE
RUU Perubahan UU ITERUU Perubahan UU ITE
RUU Perubahan UU ITEICT Watch
 
PP Nomor 35 Tahun 2020
PP Nomor 35 Tahun 2020PP Nomor 35 Tahun 2020
PP Nomor 35 Tahun 2020CIkumparan
 
Uu tahun 2011 no. 16 tentang bantuan hukum
Uu tahun 2011 no. 16 tentang bantuan hukumUu tahun 2011 no. 16 tentang bantuan hukum
Uu tahun 2011 no. 16 tentang bantuan hukumLegal Akses
 
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan PublikUU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan PublikMohammad Bagus Sasmita
 
UU No. 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No. 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik UU No. 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No. 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Immanuel Yosua
 
Undang - Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Undang - Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan PublikUndang - Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Undang - Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan PublikImmanuel Yosua
 
Undang-Undang No.14 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-Undang No.14 Tentang Keterbukaan Informasi PublikUndang-Undang No.14 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-Undang No.14 Tentang Keterbukaan Informasi PublikMuhammad Sirajuddin
 
Uu keterbukaan infromasi
Uu keterbukaan infromasiUu keterbukaan infromasi
Uu keterbukaan infromasiSudadi Kom
 
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publikUu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publikRaden Andriansyah Sastradjumena
 

Similar to TATA CARA PELAKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI (20)

Bab 9 partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi
Bab 9 partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsiBab 9 partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi
Bab 9 partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi
 
Penanganan pelanggaran
Penanganan pelanggaranPenanganan pelanggaran
Penanganan pelanggaran
 
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
 
Tindak pidana korupsi 31 99
Tindak pidana korupsi 31 99Tindak pidana korupsi 31 99
Tindak pidana korupsi 31 99
 
UU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdf
UU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdfUU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdf
UU NOMOR 25 TAHUN 2009 ttg Pelayanan Publik.pdf
 
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdfUU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
 
Uu no 14_tahun_2008
Uu no 14_tahun_2008Uu no 14_tahun_2008
Uu no 14_tahun_2008
 
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kip
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kipUu no 14_tahun_2008_tentang_kip
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kip
 
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publikUu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
 
RUU Perubahan UU ITE
RUU Perubahan UU ITERUU Perubahan UU ITE
RUU Perubahan UU ITE
 
PP Nomor 35 Tahun 2020
PP Nomor 35 Tahun 2020PP Nomor 35 Tahun 2020
PP Nomor 35 Tahun 2020
 
Uu tahun 2011 no. 16 tentang bantuan hukum
Uu tahun 2011 no. 16 tentang bantuan hukumUu tahun 2011 no. 16 tentang bantuan hukum
Uu tahun 2011 no. 16 tentang bantuan hukum
 
Bantuan Hukum
Bantuan HukumBantuan Hukum
Bantuan Hukum
 
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan PublikUU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
 
UU No. 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No. 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik UU No. 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No. 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
 
Undang - Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Undang - Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan PublikUndang - Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Undang - Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
 
Undang-Undang No.14 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-Undang No.14 Tentang Keterbukaan Informasi PublikUndang-Undang No.14 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-Undang No.14 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
 
Uu keterbukaan infromasi
Uu keterbukaan infromasiUu keterbukaan infromasi
Uu keterbukaan infromasi
 
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publikUu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
Uu nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
 
Uu parpol
Uu parpolUu parpol
Uu parpol
 

More from AndamAnnisa

RUU Pekerja Sosial
RUU Pekerja SosialRUU Pekerja Sosial
RUU Pekerja SosialAndamAnnisa
 
Daftar 40 Lembaga Survei yang Terdaftar di KPU
Daftar 40 Lembaga Survei yang Terdaftar di KPUDaftar 40 Lembaga Survei yang Terdaftar di KPU
Daftar 40 Lembaga Survei yang Terdaftar di KPUAndamAnnisa
 
Rilis Media Populi Center Survei Jawa Barat April 2019
Rilis Media Populi Center Survei Jawa Barat April 2019Rilis Media Populi Center Survei Jawa Barat April 2019
Rilis Media Populi Center Survei Jawa Barat April 2019AndamAnnisa
 
Survei FEM IPB tentang Pilpres 2019
Survei FEM IPB tentang Pilpres 2019Survei FEM IPB tentang Pilpres 2019
Survei FEM IPB tentang Pilpres 2019AndamAnnisa
 
Surat KPU untuk Presiden Jokowi tentang Pancalegan OSO
Surat KPU untuk Presiden Jokowi tentang Pancalegan OSOSurat KPU untuk Presiden Jokowi tentang Pancalegan OSO
Surat KPU untuk Presiden Jokowi tentang Pancalegan OSOAndamAnnisa
 
Maklumat Muhammadiyah tentang Penetapan 1 Syawal
Maklumat Muhammadiyah tentang Penetapan 1 SyawalMaklumat Muhammadiyah tentang Penetapan 1 Syawal
Maklumat Muhammadiyah tentang Penetapan 1 SyawalAndamAnnisa
 
Data Relawan Jokowi-Ma'ruf Amin
Data Relawan Jokowi-Ma'ruf AminData Relawan Jokowi-Ma'ruf Amin
Data Relawan Jokowi-Ma'ruf AminAndamAnnisa
 
Data Relawan Jokowi-Maruf
Data Relawan Jokowi-Maruf Data Relawan Jokowi-Maruf
Data Relawan Jokowi-Maruf AndamAnnisa
 
Keputusan Presiden tentang Pemberian Remisi
Keputusan Presiden tentang Pemberian RemisiKeputusan Presiden tentang Pemberian Remisi
Keputusan Presiden tentang Pemberian RemisiAndamAnnisa
 
Pengadilan Tata Usaha Negara: Pelaksanaan Putusan yang Telah Memperoleh Kekua...
Pengadilan Tata Usaha Negara: Pelaksanaan Putusan yang Telah Memperoleh Kekua...Pengadilan Tata Usaha Negara: Pelaksanaan Putusan yang Telah Memperoleh Kekua...
Pengadilan Tata Usaha Negara: Pelaksanaan Putusan yang Telah Memperoleh Kekua...AndamAnnisa
 
Data Pemilih Luar Negeri
Data Pemilih Luar NegeriData Pemilih Luar Negeri
Data Pemilih Luar NegeriAndamAnnisa
 
DPT Dalam Negeri
DPT Dalam NegeriDPT Dalam Negeri
DPT Dalam NegeriAndamAnnisa
 
Petunjuk Teknis Fasilitasi Metode Kampanye Pemilu 2019
Petunjuk Teknis Fasilitasi Metode Kampanye Pemilu 2019Petunjuk Teknis Fasilitasi Metode Kampanye Pemilu 2019
Petunjuk Teknis Fasilitasi Metode Kampanye Pemilu 2019AndamAnnisa
 
Tim Pemenangan Prabowo-Sandi
Tim Pemenangan Prabowo-SandiTim Pemenangan Prabowo-Sandi
Tim Pemenangan Prabowo-SandiAndamAnnisa
 
Daftar Pelaksana Kampanye Prabowo-Sandiaga Uno
Daftar Pelaksana Kampanye Prabowo-Sandiaga UnoDaftar Pelaksana Kampanye Prabowo-Sandiaga Uno
Daftar Pelaksana Kampanye Prabowo-Sandiaga UnoAndamAnnisa
 
Daftar Pelaksana Kampanye Jokowi-Ma'ruf Amin
Daftar Pelaksana Kampanye Jokowi-Ma'ruf AminDaftar Pelaksana Kampanye Jokowi-Ma'ruf Amin
Daftar Pelaksana Kampanye Jokowi-Ma'ruf AminAndamAnnisa
 
Peraturan KPU tentang Dana Kampanye di Pemilu
Peraturan KPU tentang Dana Kampanye di PemiluPeraturan KPU tentang Dana Kampanye di Pemilu
Peraturan KPU tentang Dana Kampanye di PemiluAndamAnnisa
 
Pengumuman Pendaftaran Capres-Cawapres Pemilu 2019
Pengumuman Pendaftaran Capres-Cawapres Pemilu 2019Pengumuman Pendaftaran Capres-Cawapres Pemilu 2019
Pengumuman Pendaftaran Capres-Cawapres Pemilu 2019AndamAnnisa
 
Data Bawaslu Terkait Bacaleg Eks Napi Korupsi
Data Bawaslu Terkait Bacaleg Eks Napi KorupsiData Bawaslu Terkait Bacaleg Eks Napi Korupsi
Data Bawaslu Terkait Bacaleg Eks Napi KorupsiAndamAnnisa
 
PP nomor 32 Tahun 2018
PP nomor 32 Tahun 2018PP nomor 32 Tahun 2018
PP nomor 32 Tahun 2018AndamAnnisa
 

More from AndamAnnisa (20)

RUU Pekerja Sosial
RUU Pekerja SosialRUU Pekerja Sosial
RUU Pekerja Sosial
 
Daftar 40 Lembaga Survei yang Terdaftar di KPU
Daftar 40 Lembaga Survei yang Terdaftar di KPUDaftar 40 Lembaga Survei yang Terdaftar di KPU
Daftar 40 Lembaga Survei yang Terdaftar di KPU
 
Rilis Media Populi Center Survei Jawa Barat April 2019
Rilis Media Populi Center Survei Jawa Barat April 2019Rilis Media Populi Center Survei Jawa Barat April 2019
Rilis Media Populi Center Survei Jawa Barat April 2019
 
Survei FEM IPB tentang Pilpres 2019
Survei FEM IPB tentang Pilpres 2019Survei FEM IPB tentang Pilpres 2019
Survei FEM IPB tentang Pilpres 2019
 
Surat KPU untuk Presiden Jokowi tentang Pancalegan OSO
Surat KPU untuk Presiden Jokowi tentang Pancalegan OSOSurat KPU untuk Presiden Jokowi tentang Pancalegan OSO
Surat KPU untuk Presiden Jokowi tentang Pancalegan OSO
 
Maklumat Muhammadiyah tentang Penetapan 1 Syawal
Maklumat Muhammadiyah tentang Penetapan 1 SyawalMaklumat Muhammadiyah tentang Penetapan 1 Syawal
Maklumat Muhammadiyah tentang Penetapan 1 Syawal
 
Data Relawan Jokowi-Ma'ruf Amin
Data Relawan Jokowi-Ma'ruf AminData Relawan Jokowi-Ma'ruf Amin
Data Relawan Jokowi-Ma'ruf Amin
 
Data Relawan Jokowi-Maruf
Data Relawan Jokowi-Maruf Data Relawan Jokowi-Maruf
Data Relawan Jokowi-Maruf
 
Keputusan Presiden tentang Pemberian Remisi
Keputusan Presiden tentang Pemberian RemisiKeputusan Presiden tentang Pemberian Remisi
Keputusan Presiden tentang Pemberian Remisi
 
Pengadilan Tata Usaha Negara: Pelaksanaan Putusan yang Telah Memperoleh Kekua...
Pengadilan Tata Usaha Negara: Pelaksanaan Putusan yang Telah Memperoleh Kekua...Pengadilan Tata Usaha Negara: Pelaksanaan Putusan yang Telah Memperoleh Kekua...
Pengadilan Tata Usaha Negara: Pelaksanaan Putusan yang Telah Memperoleh Kekua...
 
Data Pemilih Luar Negeri
Data Pemilih Luar NegeriData Pemilih Luar Negeri
Data Pemilih Luar Negeri
 
DPT Dalam Negeri
DPT Dalam NegeriDPT Dalam Negeri
DPT Dalam Negeri
 
Petunjuk Teknis Fasilitasi Metode Kampanye Pemilu 2019
Petunjuk Teknis Fasilitasi Metode Kampanye Pemilu 2019Petunjuk Teknis Fasilitasi Metode Kampanye Pemilu 2019
Petunjuk Teknis Fasilitasi Metode Kampanye Pemilu 2019
 
Tim Pemenangan Prabowo-Sandi
Tim Pemenangan Prabowo-SandiTim Pemenangan Prabowo-Sandi
Tim Pemenangan Prabowo-Sandi
 
Daftar Pelaksana Kampanye Prabowo-Sandiaga Uno
Daftar Pelaksana Kampanye Prabowo-Sandiaga UnoDaftar Pelaksana Kampanye Prabowo-Sandiaga Uno
Daftar Pelaksana Kampanye Prabowo-Sandiaga Uno
 
Daftar Pelaksana Kampanye Jokowi-Ma'ruf Amin
Daftar Pelaksana Kampanye Jokowi-Ma'ruf AminDaftar Pelaksana Kampanye Jokowi-Ma'ruf Amin
Daftar Pelaksana Kampanye Jokowi-Ma'ruf Amin
 
Peraturan KPU tentang Dana Kampanye di Pemilu
Peraturan KPU tentang Dana Kampanye di PemiluPeraturan KPU tentang Dana Kampanye di Pemilu
Peraturan KPU tentang Dana Kampanye di Pemilu
 
Pengumuman Pendaftaran Capres-Cawapres Pemilu 2019
Pengumuman Pendaftaran Capres-Cawapres Pemilu 2019Pengumuman Pendaftaran Capres-Cawapres Pemilu 2019
Pengumuman Pendaftaran Capres-Cawapres Pemilu 2019
 
Data Bawaslu Terkait Bacaleg Eks Napi Korupsi
Data Bawaslu Terkait Bacaleg Eks Napi KorupsiData Bawaslu Terkait Bacaleg Eks Napi Korupsi
Data Bawaslu Terkait Bacaleg Eks Napi Korupsi
 
PP nomor 32 Tahun 2018
PP nomor 32 Tahun 2018PP nomor 32 Tahun 2018
PP nomor 32 Tahun 2018
 

TATA CARA PELAKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

  • 1. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NoMoR 43 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (5) dan Pasal 42 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3l Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2O Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi telah ditet4pkan Peraturan Pemerintah Nomor 7l Tahun 2OOO tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dq4 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; b. bahwa untuk mengopfimalkan pemberian kemudahan kepada masyarakat dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, serta mempermudah pelaksanaan pemberian penghargaan kepada masyarakat, perlu mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2OOO tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan findak Pidana Korupsi; c. bahwa . . .
  • 2. Mengingat Menetapkan PRESIDEN REPUELIK IN DO N ESIA -2- c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; l. Pasal 5 ayat (21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3l Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Irmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 387 4l sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2OOl tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20Ol Nomor 134, Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); MEMUTUSKAN: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal I Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penegak Hukum adalah aparat Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian Negara Republik Indonesla, dan Kejaksaan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Masyarakat . . .
  • 3. 2 3 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -3- Masyarakat adalah orang perseorangan atau kelompok orang. Pelapor adalah Masyarakat yang memberikan informasi kepada Penegak Hukum mengenai adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi. BAB II TATA CARA PELAKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT Bagian Kesatu Umum Pasal 2 (1) Masyarakat dapat berperan serta membantu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. (21 Peran serta Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk: a. hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi; b. hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada Penegak Hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi; c. hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada Penegak Hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi; d. hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yang diberikan kepada Penegak Hukum; dan e. hak untuk memperoleh pelindungan hukum. (3) Hak. . .
  • 4. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -4- (3) Hak sebagaimana dilaksanakan sesuai perundang-undangan, sosial. dimaksud pada ayat l2l dengan ketentuan peraturan nonna agama, dan norrna Paragraf I Tata Cara Mencari dan Memperoleh Informasi Pasal 3 (l) Masyarakat dapat mencari dan memperoleh informasi mengenai dugaan telah tedadi tindak pidana korupsi dari badan publik atau swasta. (21 Untuk mencari dan memperoleh informasi sebaga imana dimaksud pada ayat (l), Masyarakat mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang pada badan publik atau swasta. Pasal 4 (l) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (21 dapat disampaikan secara lisan atau tertulis baik melalui 6s'tie elehnik maupun nonelektronik. l2l Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara lisan, pejabat yang berwenang pada badan publik atau swasta wajib mencatat permohonan secara tertulis, (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. identitas diri disertai dengan dokumen pendukung; dan b. informasi . . . Bagian Kedua Tata Cara Mencari, Memperoleh, dan Memberikan Informasi
  • 5. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -5- b. informasi yang sedang dicari dan akan diperoleh dari badan publik atau swasta. Paragraf 2 Tata Cara Memberikan Informasi Pasal 5 Masyarakat dapat memberikan informasi mengenai adanya dugaan telah teg'adi tindak pidana korupsi kepada: a. pejabat yang berwenang pada badan publik; dan/atau b. Penegak Hukum. Pasal 6 Pemberian informasi kepada pejabat yang berwenang pada badan publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 7 (1) Pemberian informasi kepada Penegak Hukum sebaga is16114 dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dilakukan dengan membuat laporan. (21 Iaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dapat disampaikan secara lisan atau tertulis baik melalui media elektronik maupun nonelektronik. (3) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan secara lisan, Penegak Hukum atau petugas yang berwenang wajib mencatat laporan secara tertulis. (41 laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wejib ditandatangani Pelapor dan Penegak Hukum atau petugas yang berwenang. Pasal 8...
  • 6. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -6- pasal 8 (1) Laporan mengenai dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi aebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 paling sedikit memuat: a. identitas Pelapor; dan b. uraian mengenai fakta tentang dugaan telah tedadi tindak pidana korupsi (21 Dalam menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) harus disertai dengan dokumen pendukung paling sedikit: a. fotokopi kartu tanda penduduk atau identitas diri yang lain; dan b. dokumen atau keterangan yang terkait dengan dugaan tindak pidana korupsi yang dilaporkan. Pasal 9 (1) Penegak Hukum wajib melakukan pemeriksaan terhadap laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 secara administratif dan substantif. (21 Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilal<ukan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari keq'a terhitung sejak tanggal laporan diterima. (3) Dalam proses pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (l), Penegak Hukum dapat meminta keterangan dari Pelapor. (4) Pemberian keterangan oleh Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat disampaikan secara lisan dan/atau tertulis. (5) Dalam hal Pelapor tidak memberikan keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tindak lanjut laporan ditentukan oleh Penegak Hukum. (6) Ketentuan...
  • 7. PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA -l- (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permintaan dan pemberian keterangan Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan peraturan masing-masing pimpinan instansi Penegak Hukum- Pasal l0 (l) Pelapor berhak mengajukan pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada Penegak Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1). (2) Penegak Hukum wajib memberikan jawaban atas pertanyaan tentang laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lambat 3O (tiea puluh) hari keq'a terhitung sejak tanggal pertanyaan diajukan. (3) Penyampaian jawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (21 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Tata Cara Penyampaian Saran dan Pendapat Pasal 11 (U Masyarakat dapat menyampaikan saran dan pendapat kepada Penegak Hukum mengenai penanganan perkara tindak pidana korupsi. (21 Saran dan pendapa.t sebagaimana dimaksud pa.da ayat (l) dapat disampaikan secara lisan atau tertulis baik melalui media elektronik maupun nonelektronik. (3) Dalam hal saran dan pendapat selagaimana dimaksud pa.da ayat (2) disampaikan s€cara lisan, Penegak Hukum wajib mencatat saran dan pendapat secara tertulis. (4) Saran . . .
  • 8. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -8- (4) Saran dan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib ditandatangani oleh pihak yang menyampaikan saran dan pendapat serta penegak Hukum. (5) Saran dan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. identitas diri yang disertai dengan dokumen pendukung; dan b. saran dan pendapat mengenai penanganan perkara tindak pidana korupsi. Bagran Keempat Pelindungan Hukum Pasal 12 (l) Hak untuk memperoleh pelindungan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (21 huruf e diberikan oleh Penegak Hukum kepada Masyarakat dalam hal: a. melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c; dan b. diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan sebagai Pelapor, saksi, atau ahli. (2) Pelindungan hukum diberikan kepada Pelapor yang ln Forannya mengandung kebenaran. (3) Pelindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (a) Dalam . . .
  • 9. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -9- (4) Dalam memberikan pelindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (l), Penegak Hukum dapat bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. BAB III TATA CARA PEMBERIAN PENGHARGAAN Bagran Kesatu Umum Pasal 13 (l) Masyarakat yang berjasa membantu upaya pencegahan, pemberantasan, atau pengungkapan tindak pidana korupsi diberikan penghargaan. l2l Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) diberikan kepada: a. Masyarakat yang secara aktif, konsisten, dan berkelanjutan bergerak di bidang pencegahan tindak pidana korupsi; atau b. Pelapor. (3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan dalam bentuk: a. piagam; dan/atau b. premi. Sagian Kedua Penghargaan dalam rangka Pencegahan Pasal 14 (1) Penghargaan dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi diberikan kepada Masyarakat yang secara aktif, konsisten, dan berkelanjutan bergerak di bidang pencegahan tindak pidana korupsi s6foegaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) hurufa. (2) Penghargaan
  • 10. PRESIDEN R EPU BLIK INDONESIA -10_ (21 Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk piagam. (3) Untuk memberikan penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Penegak Hukum melakukan penilaian berdasarkan laporan kegiatan pencegahan tindak pidana korupsi yang telah dilakukan. (4) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan secara berkala. Bagian Ketiga Penghargaan dalam rangka Pemberantaean dan Pengunglapan Pasal 15 (1) Penghargaan dalam upaya pemberantasan atau pengungkapan tindak pidana korupsi diberikan kepada Pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf b. l2l Penghargaan sebsgaimana dimaksud pada ayat (l) dapat diberikan dalam bentuk: a. piagam; dan/atau b. premi. (3) Untuk memberikan penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Penegak Hukum melakukan penilaian terhadap tingkat kebenaran laporan yang disampaikan oleh Pelapor dalam upaya pemberantasan atau pengungkepan tindak pidana korupsi. (41 Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak salinan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap diterima oleh Jaksa. (5) Penilaian . . .
  • 11. PRESIDEN REPUBLIK INOONESIA - 11- (5) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikoordinasikan oleh Jaksa. Pasal 16 Dalam memberikan penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Penegak Hukum mempertimbangkan paling sedikit: a. peran alrtif Pelapor dalam mengungkap tindak pidana korupsi; b. kualitas data laporan atau alat bukti; dan c. risiko faktual bagi Pelapor, Pasal 17 (1) Dalam hal hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 disepakati untuk memberikan penghargaan berupa premi, besaran premi diberikan sebesar 2o/oo (dua permil) dari jumtah kerugian keuangan negara yang dapat dikembalikan kepada negara. (21 Besaran premi yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak Rp2OO.OOO.OOO,00 (dua ratus juta rupiah). (3) Dalam hal tindak pidana korupsi berupa suap, besaran premi diberikan sebesar 2o/oo (dua permil) dari nilai uang suap dan/atau uang dari hasil lelang barang rampasan. (4) Besaran premi yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Bagran
  • 12. PRESIDEN REPUELIK INDONESIA -12- Bagran Keempat Prosedur Teknis Pemberian Penghargaan Pasal 18 (1) Pemberian penghargaan berupa piagam dan/atau premi dilaksanakan berdasarkan hasil penilaian yang ditetapkan dalam keputusan pimpinan instansi Penegak Hukum. (21 Keputusan sebagaimana dimalsud pada ayat (l) ditetapkan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal berakhirnya penilaian. Pasal 19 (l) Pelaksanaan pemberian penghargaan berupa piagam dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal keputusan instansi pimpinan Penegak Hukum ditetapkan. (21 Format piagam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam La.mpiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini. Pasal 20 (1) Pelaksanaan pemberian penghargaan berupa premi dilakukan setelah kerugian keuangan negara, uang suap, dan/atau uang dari hasil lelang barang rampasan disetor ke kas negara. (21 Pengalokasian dan pencairan dana untuk pemberian penghargaan berupa premi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 2l ...
  • 13. PRES IDEN REPUBLIK INOONESIA -13- Pasa] 2 I Upaya hukum luar biasa tidak membatalkan pemberian penghargaan kepada Pelapor. Pasal22 Dalam hal penerima penghargaan meninggal dunia dan/atau tidak diketahui keberadaannya, penghargaan diberikan kepada ahli warisnya. Pasal 23 Pemberian penghargaan berupa piagam dan dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Negara pada bagian anggaran masing-masing Penegak Hukum. premi Belanja instansi BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OOO Nomor 144, Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3995) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 25 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
  • 14. PRESIDEN REPU BLIK INDONESIA -14- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, JOKO WIDODO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 September 2018 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 157 Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBUK INDONESIA Asisten Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Deputi Bidang Hukum dang-undangan, ttd . Rokib Ditetapkan di Jakarta pada tanggal l7 September 2Ol8 ttd.
  • 15. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PEI"AKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PEMBERI,AN PENGHARGAAN DAI,AM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI I. UMUM Undang-Undang Nomor 3l Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam Pasal 4l ayat (5) dan Pasal 42 ayat (21 menegaskan bahwa tata cara pelaksanaan peran serta. Masyarakat dan pemberian penghargaan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi diatur dengan Peraturan Pemerintah. Tata cara pelaksanaan peran serta Masyarakat tersebut telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7l Tahun 20O0 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Seiring dengan perkembangan hukum, kebutuhan hukum Masyarakat, dan perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2OOl tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Peraturan Pemerintah Nomor 7l Tahun 2OOO tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah memberikan pedoman kepada Masyarakat untuk turut serta dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi bersama dengan Penegak Hukum juga perlu dilakukan penggantian. Penggantian . . .
  • 16. *. ", Jint t,',?ot| *. r, o -2- Penggantian terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 7l Tahun 2000 tersebut dilakukan agar peran serta Masyarakat dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi dapat diimplementasikan dengan baik serta tidak semata-mata hanya untuk mengharapkan sebuah penghargaan dari negara. Peran serta Masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi karena tindak pidana korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara terafi juga telah melanggar hak-hak sosial dan ekonomi Masyarakat secara luas. Peran serta dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi dapat dilakukan dengan cara mencari, memperoleh, dan memberikan informasi terkait adanya dugaan tindak pidana korupsi yang disertai dengan rasa tanggung jawab untuk mengemukakan fakta atau kejadian yang sebenarnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut dimaksudkan agar Masyarakat dapa.t memperoleh pelindungan hukum dalam menggunakan haknya untuk memperoleh dan menyampaikan informasi serta memberikan saran dan pendapat tentang adanya dugaan tindak pidana korupsi. Selain itu, Masyarakat juga berhak memberikan saran dan pendapat kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi agar pemberantasan tindak pidana korupsi dapat beq'alan dengan maksimal. Dalam rangka mengoptimalkan peran serta Masyarakat dqlam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, Penegak Hukum diwajibkan untuk memberikan jawaban atau keterangan sesuai dengan kewenangannya sepanjang jawaban atau keterangan tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peran serta Masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi tersebut perlu terus dljaga, dibina, dan dipupuk supaya dapat terus menumbuhkan budaya anti korupsi. Sebagai bentuk apreaiasi Pemerintah terhadap Masyarakat yang berjasa dalam pencegahan, pemberantasan, atau pengungkapan tindak pidana korupsi diberikan penghargaan berupa piagam dan/atau premi. Adapun . . .
  • 17. II. PASALDEMIPASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan uperan serta Masyarakat" adalah keikutsertaan secara aktif Masyarakat dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang dilakukan baik orang perseorangan maupun kelompok orang, antara lain, lembaga swadaya masyarakat dan organisasi masyarakat. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 3 Ayat (l) Yang dimaksud dengan "badan publik" adalah lembaga. eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang *." u J.Tnt t,'*ootf;*.s,o -3- Adapun substansi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, antara lain: a. tata cara pelaksanaan peran serta Masyarakat, yang meliputi bentuk peran serta Masyarakat, tata cara mencari, memperoleh, dan memberikan informasi, tata cara penyampaian saran dan pendapat, dan tata cara pelindungan hukum; dan b. tata cara pemberian penghargaan, yang meliputi pihak yang mendapatkan penghargaan, bentuk penghargaan, proses dan jangka waktu penilaian, dan pelaksanaan pemberian penghargaErn.
  • 18. *urrJ.Tntt,loSf;*..,o -4- yang sebo8rm atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan Masyarakat, dan/atau luar negeri. Ayat (2) Yang dimaksud dengan "pejabat yang berwenang", antara lain, pejabat yang menangani tugas dan fungsi di bidang pelayanan inforrnasi. Pasal 4 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Huruf a Yang dimaksud dengan "identitas diri" antara lain, untuk orang perseorangan, misal nama diri, aliamat, pekerjaan, dan nomor telepon/lwndptane. Untuk kelompok orang, antara lain nama badan hukum atau bukan badan hukum, natna pendiri atau nama pengurus, jabatan, alamat, nomor telepon / handplnne. Yang dimeksud dengan odokumen pendukung" misateya Kartu Tanda Penduduk, kartu pengenal badan hukum, atau bukan badan hukum. Huruf b Cukupjelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6...
  • 19. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -5- Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Yang dimaksud dengan npetugas yang berwenangl adalah pegawai yang diberikan kewenangan oleh instansi Penegak Hukum untuk melakukan pencatatan dan penandatanganan atas laporan yang disampaikan secara lisan kepada Penegak Hukum. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 8 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan "identitas Pelapor', antara lain, nama, alamat, peke{aan, dan nomor telepon/ twndphone. Huruf b Uraian mengenai fakta tentang dugaan telah teqiadi tindak pidana korupsi termasuk tempat terjadinya, pelaku, dan pihak terkait. Ayat (2) Huruf a Yang dimaksud dengan "identitas diri yang lain", antara lain, paspor, surat izin mengemudi, dan kartu keluarga. Hurufb. . .
  • 20. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -6- Huruf b Cukup jelas. Pasal 9 Ayat (1) Yang dimalsud dengan upemeriksaan administratif" adalah pemeriksaan terhadap kelengkapan dokumen laporan yang diterima. Yang dimaksud dengan "pemeriksaan substantif" adalah pemeriksaan terhadap kebenaran laporan yang diterima. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (a) Pemberian keterangan oleh Pelapor, antara lain, dengan cara pemaparan laporan. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jel,as. Pasal 10 Ayat (l) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Yang rlima.ksud dengan operaturan perurdanfundaagan", antara lain, peraturan perundang-undangan mengenai keterbukaan informasi publik dan peraturan perundang- undangan mengenai perbankan. Pasal 11...
  • 21. PRES IDEN REPUBLIK IN DO N ESIA -7 - Pasal l1 Cukup jelas. Pasal 12 Ayat (1) Pelindungan hukum terhadap Pelapor dimaksudkan untuk memberikan rasa aman bagi Pelapor. Pelindungan hukum diberikan dalam bentuk antara lain kerahasiaan identitas, kerahasiaan materi laporan dan/atau saran serta pendapat yang disampaikan, dan/atau pelindungan secara fisik. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Yang dimaksud dengan'peraturan perundang-undangan", antara lain, peraturan perundang-undangan mengenai perlindungan saksi dan korban, dan peraturan perundang- undangan mengenai komisi pemberantasan tindak pidana korupsi. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Huruf a Yang dimaksud dengan "piagam' dalarn ketentuan ini diberikan dalam bentuk sertifikat dan lencana. Huruf b. . .
  • 22. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -8- Huruf b Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Huruf a Yang dimaksud dengan 'tindak pidana korupsi" termasuk suap. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Keputusan pimpinan instansi Penegak Hukum terkait pemberian penghargaan dalam bentuk premi paling sedikit mencantumkan informasi berupa: 1. Nama/subyek penerima penghargaan; 2. Besaran penghargaan yang dibayarkan dan tahun pembebanan anggarannya; dan 3. Bagian anggaran instansi Penegak Hukum yang akan memberikan penghargaan berupa premi. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 2l Cukup jelas. Pase-l 22.. .
  • 23. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -9- Pas)22 Yang dimaksud dengan "ahli waris'adalah istri/ suami dan anak dari penerima pengharga^an. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6250
  • 24. PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN PEMEzuNTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PEMBERI,AN PENGHARGAAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI FORMAT LENCANA DAN SERTIFIKAT PENGHARGAAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. FORMAT LENCANA Keterangan 1. Ukuran lingkaran dengan diameter 2,5 cm. 2. Lambang garuda berwarna emas dengan latar belakang berwarna merah putih. 3. Trlisan "PENGHARGAAN" berwarna putih dan "ANTI KORUPSI" berwarna emas dengan latar belakang berwarna hitam. 4. Tulisan "PENGHARGAAN" dan "ANTI KORUPSI" dengan tipe huruf Arial. B. FORMAT.
  • 25.
  • 26. PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA -2- B. FORMAT SERTIFIKAT Keterangan: 1. Ukuran kertas sertifikat A4 dengan berat 80 gram dengan laA out portrait. 2. Lambang garuda berwarna emas diletakan di tengah dengan ukuran tinggi 3 cm dan lebar 2 cm. 3. Tulisan dalam sertifikat menggunakan tipe Arial dengan ukuran L4 berwarna hitam. 4. Latx belakang sertifikat berwarna merah dan putih. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA Asisten Deputi Bidang Politik, Hukum, Deputi Bidang Hukum ttd. dan undangan, JOKO WIDODO Yang Telah Berjasa Membantu Upaya Pencegahan dan Pemberantasan atau Pongungkapan Tindak Pldana Korupsi Jal*ta. .......-.. ....-...20.. .S*a Fr!.n pa,Ensgs !d ds d9 PENG}IARGAAN Diberikan Kepada :