Dokumen tersebut membahas beberapa teori kebenaran yang telah berkembang, yaitu teori korespondensi yang menyatakan kebenaran sesuai dengan fakta, teori koherensi berdasarkan konsistensi dengan pernyataan lain, teori pragmatisme menilai kebenaran berdasarkan manfaatnya, dan teori performatif yang menyatakan kebenaran menciptakan realitas. Dokumen ini juga memberikan contoh penerapan setiap teori kebenaran.
2. AMIROH
230109960019
Media Sosial
Website: http://amiroh.web.id
Facebook: https://www.facebook.com/amiroh.adnan/
Instagram: https://www.instagram.com/amirohadnan/
YouTube: https://www.youtube.com/c/AmirohSKom/
Twitter : https://twitter.com/Amiroh_Adnan
LinkedIn: https://id.linkedin.com/in/amiroh-adnan
3. Bagian 3 : Teori Kebenaran
HIGHLIGHT
Bagian 1 : Pendahuluan
Bagian 2 : Konsep Kebenaran
Bagian 4 : Karakteristik Kebenaran
Chapter 5 : Cara Memperoleh Kebenaran
Bagian 6 : Kesimpulan
5. BAGIAN 1 : PENDAHULUAN
Penyebaran
Informasi
yang Massif
Hoax informasi yang belum
terverifikasi sebagai fakta
Benar terverifikasi sebagai fakta
6. BAGIAN 1 : PENDAHULUAN
Menurut Survey Mastel (2019) dari
1,116 responden
• 14.7% dari menerima hoax
lebih dari satu kali per hari
• 34.6% menerima hoax setiap
hari
• 23.5% menerima hoax
seminggu sekali
• 18.2% menerima hoax sebulan
sekali
14.7% 34.6%
23.5% 18.2%
9. Konsep kebenaran dalam filsafat
ilmu adalah topik kompleks yang
telah menjadi fokus perdebatan
dan pemikiran filosofis selama
berabad-abad.
Terdapat beberapa pendekatan
yang berbeda terhadap konsep
kebenaran dalam konteks ilmu
pengetahuan.
10. KEBENARAN DALAM KONTEKS ILMU
PENGETAHUAN
1. REALISME
Misalnya, jika pernyataan
"Bumi berputar mengelilingi
matahari" sesuai dengan fakta-
fakta ilmiah yang ada di alam
semesta, maka pernyataan
tersebut dianggap benar.
Para realis meyakini bahwa objek
dan fenomena di dunia nyata
memiliki eksistensi independen dan
ada di luar pikiran manusia.
Dalam konteks ini, kebenaran
adalah ketika pernyataan atau
konsep sesuai dengan fakta-fakta
atau realitas objektif.
11. KEBENARAN DALAM KONTEKS ILMU
PENGETAHUAN
2. KONSTRUKTIVISME
Dalam hal ini, kebenaran adalah
hasil dari interpretasi sosial atau
individual terhadap realitas.
Pemahaman yang dianggap
benar mungkin berbeda antara
individu atau kelompok sosial.
Kontrast dengan realisme.
Konstruktivis berpendapat bahwa
pengetahuan dibangun oleh
manusia dan tergantung pada
kerangka interpretasi subjektif.
12. KEBENARAN DALAM KONTEKS ILMU
PENGETAHUAN
3. EMPIRISME Kebenaran dalam pandangan
empiris adalah ketika suatu
pernyataan atau hipotesis
dapat diuji dan diuji kembali
melalui observasi atau
eksperimen.
Jika hasil pengamatan atau
eksperimen sesuai dengan
pernyataan, maka pernyataan
tersebut dianggap benar.
Empirisme adalah pandangan
yang menekankan pengalaman
sebagai sumber utama
pengetahuan.
13. KEBENARAN DALAM KONTEKS ILMU
PENGETAHUAN
Pada abad ke-17, fisikawan Sir Isaac Newton mengembangkan
hukum gravitasi yang menyatakan bahwa setiap benda dengan
massa menarik benda lain dengan gaya yang sebanding dengan
massa masing-masing, dan sebaliknya, berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak di antara mereka.
CONTOH EMPIRISME
Kebenaran dalam konteks ini adalah ketika hukum gravitasi ini
dapat diuji dan diobservasi dalam berbagai situasi.
Newton merumuskan hukum ini berdasarkan pengamatan empiris
terhadap gerakan benda-benda di Bumi dan pengamatan
astronomi terhadap gerakan planet dan benda-benda langit
lainnya.
Hukum gravitasi ini kemudian diuji kembali dalam eksperimen-
eksperimen laboratorium dan dalam pengamatan benda-benda di
alam semesta.
Ketika hasil pengamatan dan eksperimen secara konsisten
mendukung dan sesuai dengan hukum gravitasi Newton, maka
hukum tersebut dianggap benar menurut pandangan empiris.
Namun, ketika ada bukti yang menyimpang atau kontradiksi
dengan hukum tersebut, maka ilmuwan dapat
mempertimbangkan untuk memodifikasi atau menggantinya
dengan teori yang lebih sesuai dengan pengamatan baru.
Salah satu contoh klasik kebenaran empirisme dalam ilmu
pengetahuan adalah hukum gravitasi Newton.
14. KEBENARAN DALAM KONTEKS ILMU
PENGETAHUAN
4. VERIFIKASI DAN FALSIFIKASI
Konsep ini dikembangkan oleh filsuf ilmu Karl Popper.
Popper berpendapat bahwa teori atau pernyataan ilmiah tidak
pernah dapat dibuktikan benar sepenuhnya, tetapi mereka
dapat diuji dan diterima jika tahan terhadap upaya-upaya
untuk membuktikan mereka salah (prinsip falsifikasi)
Dalam pandangan ini, kebenaran adalah sejauh mana suatu
teori dapat bertahan dari upaya-upaya untuk
mematahkannya.
15. KEBENARAN DALAM KONTEKS ILMU
PENGETAHUAN
5. KONSENSUS ILMIAH
Beberapa filsuf ilmu menganggap kebenaran dalam konteks
ilmiah sebagai apa yang diterima oleh komunitas ilmiah yang
relevan.
Kebenaran dalam ilmu pengetahuan muncul melalui proses
konsensus di antara para ilmuwan yang menguji, mengkritik,
dan memperbaiki teori-teori dan hipotesis.
Kebenaran dianggap sebagai hasil dari metode ilmiah dan
pengujian yang berkelanjutan.
17. TEORI KEBENARAN
Menurut Abbas Hamami kata “kebenaran” bisa digunakan sebagai
suatu kata benda yang konkrit maupun abstrak.
Jika subyek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi
yang benar.
Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu
pernyataan atau statement.
Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan
manusia (subyek yang mengetahui) mengenai obyek.
Jadi, kebenaran ada pada seberapa jauh subjek mempunyai
pengetahuan mengenai objek. Sedangkan pengetahuan berasal
mula dari banyak sumber.
Sumber-sumber itu kemudian sekaligus berfungsi sebagai ukuran
kebenaran.
Berikut ini adalah teori-teori kebenaran.
18. 1. TEORI KORESPONDENSI
Teori kebenaran korespondensi, Correspondence Theory
of Truth yang kadang disebut dengan accordance theory
of truth.
Merupakan teori yang berpandangan bahwa pernyataan-
pernyataan adalah benar jika sesuai atau koresponden
dengan fakta-fakta yang ada di dunia nyata
Teori kebenaran korespondensi merupakan teori
kebenaran yang paling awal, sehingga dapat
digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional
karena Aristoteles sejak awal (sebelum abad Modern)
mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus sesuai
dengan kenyataan atau realitas yang diketahuinya
Dipelopori oleh Plato, Aristoteles, Moore, dan Ramsey
Kesimpulan dari teori korespondensi adalah adanya dua
realitas yang berada dihadapan manusia, yaitu
pernyataan dan kenyataan.
Menurut teori ini, kebenaran adalah kesesuaian antara
pernyataan tentan sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu
sendiri.
Contoh
Semarang ibu kota Jawa Tengah. Pernyataan ini disebut
benar apabila pada kenyataannya Semarang memang
ibukota propinsi Jawa Tengah.
Kebenarannya terletak pada pernyataan dan kenyataan
19. Teori ini berpendapat bahwa kebenaran ialah
kesesuaian antara suatu pernyataan dengan
pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah
lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui
sebagai benar.
Teori kebenaran koherensi atau konsistensi adalah
teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria
koheren atau konsistensi.
Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan
jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan
yang berhubungan secara logis
Suatu proposisi benar jika proposisi itu berhubungan
(koheren) dengan proposisi-proposisi lain yang benar
atau pernyataan tersebut bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya
yang dianggap benar
Misal, Semua manusia membutuhkan air
Ahmad adalah seorang manusia
Jadi, Ahmad membutuhkan air
Jika dibandingkan dengan teori
korespondensi, teori koherensi ini kurang diterima secara luas
Teori ini punya banyak kelemahan dan mulai ditinggalkan.
Misalnya, astrologi mempunyai sistem yang sangat koheren, tetapi
kita tidak menganggap astrologi benar. Kebenaran tidak hanya
terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi
juga hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri.
2. TEORI KOHERENSI
Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah
benar apabila konsisten dengan pernyataan-
pernyataan yang terlebih dahulu kita terima
dan kita ketahui kebenarannya.
20. 2. TEORI KOHERENSI
Contoh: Teori Relativitas Einstein
Salah satu contoh terkenal dari teori kebenaran kohesi adalah Teori Relativitas yang
dikembangkan oleh Albert Einstein pada awal abad ke-20. Dalam teori ini, Einstein
mengemukakan dua teori terkait, yaitu Teori Relativitas Khusus dan Teori Relativitas
Umum.
Kebenaran dalam konteks ini terkait dengan kohesi dan konsistensi antara pernyataan-
pernyataan dan prinsip-prinsip yang ditemukan dalam teori ini.
Teori Relativitas Khusus, misalnya, menyatakan bahwa kecepatan cahaya adalah konstan
dalam vakum dan merujuk pada konsep relativitas gerak. Teori ini juga menghasilkan
persamaan terkenal E=mc² yang menghubungkan energi (E), massa (m), dan kecepatan
cahaya (c).
Ketika teori ini pertama kali diusulkan, banyak eksperimen dan
pengamatan yang telah ada sebelumnya, seperti pengamatan
gerak planet-planet di tata surya, sejalan dengan prediksi-
prediksi teori ini.
Hal ini menunjukkan bahwa Teori Relativitas Khusus dan Teori
Relativitas Umum secara kohesif sesuai dengan pengamatan
yang ada dalam fisika dan astronomi
21. 3. TEORI PRAGMATISME
Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan
bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi
ilmiah, personal atau sosial.
Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada
berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia
untuk kehidupannya.
Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional
dalam kehidupan praktis.
Dipelopori oleh Charles Sander Pierce, William James, John Dewey
22. 3. TEORI PRAGMATISME
Contoh
Jika keyakinan seseorang dalam sebuah obat-obatan
alternatif menyebabkan pemulihan yang nyata, maka
dalam konteks pragmatis, keyakinan tersebut dianggap
benar karena menghasilkan manfaat yang positif.
Dipelopori oleh Charles Sander Pierce, William James, John Dewey
23. 4. TEORI PERFORMATIF
Filsuf-filsuf ini mau menentang teori klasik bahwa
“benar” dan “salah” adalah ungkapan yang hanya menyatakan
sesuatu (deskriptif)
Proposisi yang benar berarti proposisi itu
menyatakan sesuatu yang memang dianggap benar. Demikian
sebaliknya.
Konsep inilah yang ingin ditolak oleh para filsuf ini.
Teori ini berasal dari John Langshaw Austin (1911-1960)
dianut oleh filsuf lain seperti Frank Ramsey, dan Peter Strawson
24. 4. TEORI PERFORMATIF
Teori performatif menjelaskan, suatu pernyataan dianggap
benar jika ia menciptakan realitas.
Jadi pernyataan yang benar bukanlah pernyataan yang
mengungkapkan realitas, tetapi justru dengan pernyataan itu
tercipta atas realitas sebagaimana yang diungkapkan dalam
pernyataan itu.
Teori ini berasal dari John Langshaw Austin (1911-1960)
dianut oleh filsuf lain seperti Frank Ramsey, dan Peter Strawson
25. 4. TEORI PERFORMATIF
Contoh Janji Pernikahan
Ketika seseorang mengucapkan janji pernikahan dalam
upacara pernikahan.
Ucapan "Saya menerima kamu sebagai suami/istri"
bukan sekadar pernyataan informasi, melainkan tindakan
yang menciptakan hubungan pernikahan.
Keberhasilan pernyataan ini membuatnya menjadi benar
dalam konteks pernikahan.
Teori ini berasal dari John Langshaw Austin (1911-1960)
dianut oleh filsuf lain seperti Frank Ramsey, dan Peter Strawson
Contoh Permintaan Maaf
Ketika seseorang mengucapkan permintaan maaf, seperti
"Maafkan saya," pernyataan ini bukan hanya pernyataan
informasi.
Ini adalah tindakan yang menciptakan kesempatan untuk
rekonsiliasi atau pemulihan hubungan.
26. 5. TEORI KEBENARAN AGAMA
Pada hakekatnya, manusia hidup di dunia ini adalah sebagai
makhluk yang suka mencari kebenaran.
Salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah
AGAMA.
Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban
atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik
tentang alam, manusia, maupun tentang Tuhan.
Dalam mendapatkan kebenaran menurut teori agama adalah
wahyu, yang bersumber dari Tuhan.
Manusia dalam mencari dan menentukan kebenaran sesuatu
dalam agama adalah dengan cara mempertanyakan atau mencari
jawaban berbagai masalah kepada kitab Suci.
Dengan demikian, sesuatu hal dianggap Benar apabila
sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentuk
kebenaran mutlak
27. Bagian 4
Karakteristik Kebenaran
Dalam filsafat ilmu, kebenaran adalah konsep yang
kompleks dan terkadang kontroversial.
Sifat dan karakteristik kebenaran dalam konteks filsafat
ilmu sering menjadi perdebatan antara berbagai aliran
pemikiran
Berikut ini beberapa sifat dan karakteristik
umum yang berkaitan dengan konsep
kebenaran dalam filsafat ilmu:
28. Banyak filsuf ilmu menganggap kebenaran sebagai sesuatu
yang objektif, yaitu independen dari pandangan individu
atau perasaan subjektif..
Ini berarti bahwa kebenaran harus dapat diakses dan
diidentifikasi secara sama oleh semua orang yang
mengamati fenomena yang sama.
1. OBYEKTIF OBJEKTIVITAS
KARAKTERISTIK KEBENARAN
29. Sifat kebenaran dapat terbuka terhadap revisi atau
perubahan berdasarkan bukti baru atau pemahaman
yang lebih baik.
Dalam metode ilmiah, teori atau hipotesis dapat
diubah atau dibatalkan jika bukti baru menunjukkan
bahwa mereka tidak lagi sesuai dengan fenomena
yang diamati.
2. KETERBUKAAN TERHADAP REVISI
KARAKTERISTIK KEBENARAN
30. Banyak filsuf ilmu menekankan pentingnya verifikasi
empiris dalam menentukan kebenaran.
Ini berarti bahwa klaim atau pernyataan yang
dianggap benar harus dapat diuji dan diverifikasi
melalui observasi, eksperimen, atau bukti empiris
lainnya.
3. VERIFIKASI EMPIRIS
KARAKTERISTIK KEBENARAN
31. Kebenaran harus bebas dari kontradiksi atau
inkonsistensi.
Dua pernyataan yang bertentangan tidak dapat
keduanya dianggap benar dalam konteks yang sama.
4. KEBEBASAN DARI KONTRADIKSI
KARAKTERISTIK KEBENARAN
32. Beberapa filsuf ilmu menganggap kebenaran sebagai
sesuatu yang UNIVERSAL, artinya kebenaran harus
berlaku untuk semua tempat dan waktu.
Namun, pendekatan relativisme ilmiah juga mengakui
bahwa apa yang dianggap benar dapat bervariasi
berdasarkan kerangka waktu dan budaya.
5. UNIVERSALITAS
KARAKTERISTIK KEBENARAN
33. Konsep kebenaran korespondensi mengatakan bahwa
suatu pernyataan atau teori dianggap benar jika
sesuai dengan realitas atau fakta yang ada di dunia.
Ini berarti bahwa kebenaran tergantung pada sejauh
mana pernyataan tersebut mencerminkan dunia
nyata
6. KORESPONDENSI
KARAKTERISTIK KEBENARAN
34. Dalam beberapa pandangan filsafat ilmu, terdapat
unsur pragmatisme yang menekankan bahwa
kebenaran terkait dengan kegunaannya dalam
praktik.
Teori atau gagasan dianggap benar jika mereka
berhasil dalam mencapai tujuan atau menciptakan
prediksi yang akurat dalam aplikasi praktis.
7. PRAGMATISME
KARAKTERISTIK KEBENARAN
35. Beberapa filsuf ilmu mengakui bahwa kebenaran
dapat bergantung pada konteks tertentu.
Apa yang dianggap benar dalam satu konteks
mungkin tidak berlaku dalam konteks lain.
8. KONTEKSUALITAS
KARAKTERISTIK KEBENARAN
36. Pandangan realisme ilmiah menganggap bahwa
dunia nyata ada di luar pemikiran atau persepsi
manusia, dan kebenaran adalah representasi
yang akurat dari realitas ini.
Realisme ilmiah mengasumsikan bahwa fakta-
fakta objektif ada dan dapat ditemukan.
8. REALISME ILMIAH
KARAKTERISTIK KEBENARAN
37. Bagian 4
Cara Memperoleh Kebenaran
Dalam filsafat ilmu, kebenaran adalah konsep yang
kompleks dan terkadang kontroversial.
Sifat dan karakteristik kebenaran dalam konteks filsafat
ilmu sering menjadi perdebatan antara berbagai aliran
pemikiran
Berikut ini beberapa sifat dan karakteristik
umum yang berkaitan dengan konsep
kebenaran dalam filsafat ilmu:
38. Metode ilmiah adalah salah satu pendekatan utama
untuk mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
Metode ini melibatkan proses pengamatan,
pengumpulan data, pembuatan hipotesis, eksperimen,
analisis data, dan pengujian ulang.
1. METODE ILMIAH
CARA MENCARI KEBENARAN
Dengan metode ini, ilmuwan berusaha untuk
mengidentifikasi pola dan hubungan dalam
fenomena alam yang akan membantu mereka
memahami realitas dengan lebih baik.
39. Mencari kebenaran sering melibatkan pengujian
empiris, yang melibatkan pengumpulan data melalui
observasi langsung atau eksperimen.
Hasil pengujian empiris ini digunakan untuk
mendukung atau membantah teori atau hipotesis.
2. PENGUJIAN EMPIRIS
CARA MENCARI KEBENARAN
40. Manusia mencari kebenaran dengan melakukan kritik
dan evaluasi terhadap teori-teori dan gagasan yang ada.
Ini melibatkan peninjauan ulang bukti-bukti, pengujian
argumen, dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
konsep-konsep yang diajukan.
3. KRITIK DAN EVALUASI
CARA MENCARI KEBENARAN
41. Pendekatan deduktif melibatkan penarikan kesimpulan
dari prinsip-prinsip umum atau teori-teori yang sudah
ada.
Pendekatan induktif melibatkan penarikan generalisasi
atau teori-teori dari observasi khusus.
4. PENDEKATAN DEDUKTIF DAN
INDUKTIF
CARA MENCARI KEBENARAN
42. Untuk memastikan kebenaran, penelitian sering harus
dapat direplikasi oleh orang lain.
Hasil penelitian yang dapat diulang oleh berbagai
peneliti dan dalam berbagai konteks mendukung
kebenaran temuan tersebut.
5. REPLIKASI PENELITIAN
CARA MENCARI KEBENARAN
43. Ilmuwan sering bekerja sama dengan rekan-rekan
mereka dalam menguji dan mengembangkan ide-ide.
Peer review, yaitu proses di mana rekan sejawat
mengevaluasi karya ilmiah sebelum publikasi,
membantu memastikan kualitas dan kebenaran
penelitian.
6. KOLABORASI DAN PEER REVIEW
CARA MENCARI KEBENARAN
44. Beberapa masalah kompleks memerlukan
pendekatan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu.
Dengan menggabungkan pengetahuan dari berbagai
bidang, manusia dapat mencari pemahaman yang
lebih mendalam tentang fenomena tertentu.
7. PENDEKATAN MULTIDISIPLINER
CARA MENCARI KEBENARAN
45. Cabang filsafat yang secara khusus berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan tentang metode ilmiah, sifat
ilmu pengetahuan, dan konsep kebenaran.
Ini membantu manusia memahami dasar-dasar
epistemologi dan metodologi ilmiah.
8. FILOSOFI ILMIAH
CARA MENCARI KEBENARAN
46. Mencari kebenaran dalam filsafat ilmu sering
melibatkan pertanyaan fundamental tentang sifat
realitas, pengetahuan, dan cara kita tahu apa yang
kita tahu.
Ini melibatkan pertimbangan tentang pemahaman
dasar tentang dunia
9. PERTANYAAN FUNDAMENTAL
CARA MENCARI KEBENARAN
47. Manusia mencari kebenaran dengan
mempertimbangkan etika dalam penelitian.
Ini termasuk pertimbangan tentang penggunaan
subjek penelitian, pengungkapan konflik
kepentingan, dan etika pengambilan keputusan
dalam penelitian.
10. ETIKA DALAM PENELITIAN
CARA MENCARI KEBENARAN
48. KESIMPULAN
Teori-teori kebenaran yang telah dibahas sebelumnya
menunjukkan bahwa filsafat mengakui keberagaman dalam hal
kebenaran.
Pluralitas standar kebenaran seharusnya membuat masyarakat
tidak lagi melihat validitas kebenaran sebagai hitam-putih atau
benar-salah. Ada kemungkinan bahwa kebenaran dalam suatu
pernyataan dapat memiliki tingkatannya sendiri-sendiri.
Semakin sesuai dengan teori kebenaran yang berlaku, semakin
tinggi validitas kebenaran yang terkandung di dalamnya, dan
sebaliknya.