SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Ahmad Madu
EBOOK INSPIRASI UNTUK HIDUP LEBIH BAHAGIA
CHAPTER -8:
AWAS! AMYGDALA ANDA DIBAJAK!
Sebutlah namanya Mita yang
sedang mengendari mobil di jalan.
Ternyata ada seorang laki-laki sebut
saja Mahmud sedang mengendarai
mobil pula dari arah yang berlawa-
nan. Ketika saling berpapasan, si
Mita membuka jendela kaca mobil
sambul berteriak “KUDA!” Sontak si
Mahmud menjawab, “Brengsek Lu!,
Lu Komodo!” Si Mahmud sempat ter-
tawa gembira karena bisa membalas
dengan cepat sapaan si mita yang
dinilai kurang ajar. Dan Mahmud pun
tancap gas lagi dengan penuh se-
mangat. Tapi, dalam hitungan detik,
peristiwa mengerikan menimpa mah-
mud. Ternyata ia menabrak seekor
kuda!.
1
Sahabat, kisah di atas sungguh lucu
meski berakhir mengenaskan. Ya,,
memang begitulah. Setiap hari, kita
mengalami begitu banyak kejadian
yang membuat kita geram, marah,
benci, maupun kesal. Sialnya, ka-
dang peristiwa yang tidak kita harap-
kan eh..malah datang kepada kita.
Nah.. persoalannya, terkadang kita
tidak siap menyambut kejadian den-
gan yang tidak kita harapkan.
Apa yang kita lakukan bila mengha-
dapi kejadian tersebut? Jujur saja,
kebanyakan dari kita sudah terbiasa
mengeluarkan bunyi “arrghh” dari
mulut sambil mengatupkan rahang.
Otot-otot menegang dan siap
menghadapi ancaman. Kadang,
seperti yang banyak diceritakan oleh
beberapa peserta pelatihan saya,
reaksinya begitu cepat. Sehingga re-
sponnya tidak sempat disadari lagi.
! AHA…. Ada seorang peserta
dari pelatihan komunikasi saya,
menceritakan satu pengalamannya.
“Saya sudah terlambat ke kantor.
Pas sampai gedung kantor, saya
buru-buru cari parkiran di basement.
Ternyata pas masuk basement, di de-
pan mata saya ada mobil yang ke-
luar, ye… ada rung kosong dong.
Eh…, ternyata dari arah yang berla-
wanan ada mobil lain yang langsung
nyelonong memasuki ruang kosong
itu. Saya langsung bunyikan klak-
son, tetapi dicuekin. Malah setelah
parkir, orang yang keluar dari mobil
tersebut dengan tergesa-gesa tanpa
rasa bersalah, lari masuk ke ge-
dung. Dengan berat hari, akhirnya
saya cari ruang parkir yang lain.
2
Tapi, saya masih tetap marah dan
jengkel. Tak berapa lama saya mene-
mukan ruang parkir kosong, saya
langsung berlari ke arah mobil yang
sudah merampas ruang parkir
kosong saya. Saya bawa gunting, ke-
mudian saya buat baret mobilnya.
Tak lupa saya buat kempes ban de-
pan mobilnya. Dan saat itu saya
merasa puas! Hhmm.. tetapi ma-
lamnya saya merasa bersalah juga
sih.. Kenapa saya jadi jahat begitu,
ya?”
M e m a h a m i R e s p o n s
Terhadap Situasi
Berbagai kisah diatas jelas-
jelas menggambarkan bahwa ada
berbagai situasi yang kadang kita ti-
dak antisipasi yang bisa terjadi be-
gitu saja. Karena terjadi secara men-
dadak, hal ini sering memicu respon
otomatis kita yang disebut pembaja-
kan amygdala (bagian otak yang ber-
fungsi mengontrol emosi). Pembaja-
kan amydala tejadi saat respon kita
terjadi secara otomatis, tanpa sem-
pat diproses di bagian otak kesada-
ran kita. Secara detil, amygdala
merupakan bagian otak manusia
yang bertanggung jawab dan menen-
tukan perasaan kita atas setiap reasi
yang kita terima. Kadang, reaksi
emosi di amygdala bisa terjadi be-
gitu cepat. Dalam hitungan supermili
detik dan tidak sempat disadari. Jus-
tru saat kita sadar, semuanya sudah
terlambat sehingga mem-
b u a t k i t a a k h i r n y a
menyesal.
Pembajakan amydala
harus kita waspadai bu-
kan saja di ling-
k u n g a n
masyarakat. Da-
lam kehidupan di
kantor pun kadang
proses “fast track” ini bisa terjadi.
Misalkan saja, seorang kasir yang
melemparkan kalender meja ke
muka konsumen yang ngomel-
ngomel. Karena tidak tahan di kata-
katai, si kasir itu langsung melempar-
kan kalender yang ada di depan me-
janya. Tentu saja, ini berakibat fatal
bagi karir si kasir. Begitu pula, se-
3
orang sales yang ngamuk dan
mengata-ngatai dengan kasar se-
orang calon prospeknya karena di-
anggap menghina perusahaan tem-
pat ia bekerja. Begitu pula, seorang
bawahan memaki balik atasannya
lalu memutuskan keluar dan jadi pen-
gangguran setelah naik pitam dima-
rahi oleh atasannya.
Apa Akibat Respon “fast
Track” yang Tidak Terken-
dali?
Sebenarnya, sudah sangat jelas
sekali, apa akibat dari respon emosi
yang tidak dikendalikan dengan bak.
Hal ini bisa mengakibatkan konflik,
kesalahpahaman, rusaknya hubun-
gan, tehambatnya karir, bahkan
kriminalitas yang berujung di pen-
jara. Singkatnya, respon emosi yang
tidak dikendalikan berdampak besar
pada kesuksesan karir, hubungan
ataupun kehidupan kita.
Suatu pepatah Indian kuno yang ba-
gus mengatakan, “Kita tidak bisa
menghalangi burung melintas di atas
kepala kita. Tetapi, kita bisa mence-
gah agar burung tersebut tidak ber-
sarang di atas kepala kita.” Sama
seperti itulah, dalam perjalanan ke-
hidupan kita setiap hari
pun pasti akan men-
galami ‘burung –bu-
r u n g m a s a l a h ’
yang tidak dike-
hendaki yang
hinggap ke da-
lam kehidupan
kita.
Mengendalikan Amygdala
4
Dari cerita diatas, sebuah pertan-
yaan yang menarik muncul. Bisakah
sebenarnya emosi itu dikendalikan?
Dalam buku Emotional Quality Man-
agement karya Anthony Dio Martin
‘The Best EQ Trainer Indonesia, pen-
gendalian emosi dibagi menjadi tiga
t a- hap.
Pertama, Kita harus berhati-
hati dengan persepsi yang kita
terima melalui panca indera. Apa
yang kita terima melalui proses
panca indera tersebut kadang belum
tentu benar dan dapat menyesatkan.
Kedua, berhentilah sejenak.
Ambilah waktu untuk mem-
berikan kesempatan bagian kor-
teks kita memikirkan apa yang ter-
jadi, sebelum kita memberikan re-
spon emosi secara langsung. Kor-
teks adalah bagian otak kita yang
cerdas, yang menalar atau berpikir.
Di sinilah, stimulus yang terjadi ke-
mudian dikaitkan dengan pengala-
man kita untuk diartikan maknanya.
Jadi, korteks yang menterjemahkan
arti suatu peristiwa sehingga
memiliki makna. Hal ini penting
sekali khususnya menyangkut sikap
terhadap pekerjaan yang penting,
menghadapi atasan atau klien
khusus dan lain-lain.
Ketiga, Biarkan korteks kita
menganalisis lebih lanjut
stimulus yang masuk ke otak
kita. Dalam hal ini bisa saja mem-
berikan tanggapan yang masuk den-
gan cara berpikir yang lain, misalnya
mencoba memikirkan dari sisi yang
p o s i t i f . K a r e n a k i t a h a r u s
memikirkan dampak yang terjadi jika
kita melakukan suatu aksi. Jika kita
melakukan aksi tanpa berpikir dam-
paknya seperti apa, niscaya kita da-
lam keadaan kerugian.
Eng…Ing…Eng
sebagai kesimpulan
mengenai pengenda-
lian emosi ini, kita te-
lah melihat bahwa
pengendalian lewat
korteks adalah yang
terpenting. Daya nalar
kita sebenarnya ber-
peran besar dalam
mengendalikan emosi.
5
Inilah sebabnya mengapa saya
menyebutnya dengan istilah kecer-
dasan emosi. Arti sederhananya
emosi yang cerdas. Dengan
kata lain, emosi yang terkendali
lewar kecerdasan manusia. So,
jadilah manusia yang sadar diri.
Dengan demikian, semestinya
orang yang pintar dan cerdas
IQ nya, cerdas pula emosinya.
Celakanya, mengapa itu tidak
selalu terjadi? Bukankah lebih
sering kita melihat orang pintar
yang justru semakin arogan, se-
makin angkuh, dan tidak toleran ter-
hadap orang lain?
Have A Great Day
6
Ahmad Madu

More Related Content

Viewers also liked

Final technology presentatio
Final technology presentatioFinal technology presentatio
Final technology presentatio
EvaSadowski
 
CV_04-28-2015 - External Position
CV_04-28-2015 - External PositionCV_04-28-2015 - External Position
CV_04-28-2015 - External Position
Matias Guerra
 
Training for trainers module
Training for trainers moduleTraining for trainers module
Training for trainers module
Seta Wicaksana
 
Materi Training For Trainer
Materi Training For Trainer Materi Training For Trainer
Materi Training For Trainer
Suryadi Saputera
 

Viewers also liked (13)

Final technology presentatio
Final technology presentatioFinal technology presentatio
Final technology presentatio
 
CV_04-28-2015 - External Position
CV_04-28-2015 - External PositionCV_04-28-2015 - External Position
CV_04-28-2015 - External Position
 
Memorial de Meire.
Memorial de Meire.Memorial de Meire.
Memorial de Meire.
 
Моя Малая Родина
Моя Малая РодинаМоя Малая Родина
Моя Малая Родина
 
Kenali, pahami dan hadapi audiensmu
Kenali, pahami dan hadapi audiensmuKenali, pahami dan hadapi audiensmu
Kenali, pahami dan hadapi audiensmu
 
From Trainer to Leader: Bagaimana CerdasMulia Menghasilkan Trainer Berkualitas
From Trainer to Leader: Bagaimana CerdasMulia Menghasilkan Trainer BerkualitasFrom Trainer to Leader: Bagaimana CerdasMulia Menghasilkan Trainer Berkualitas
From Trainer to Leader: Bagaimana CerdasMulia Menghasilkan Trainer Berkualitas
 
INFORME PSICOLOGICO
INFORME PSICOLOGICOINFORME PSICOLOGICO
INFORME PSICOLOGICO
 
Menjadi trainer
Menjadi trainerMenjadi trainer
Menjadi trainer
 
Tips jitu atasi gugup berbicara di depan
Tips jitu atasi gugup berbicara di depanTips jitu atasi gugup berbicara di depan
Tips jitu atasi gugup berbicara di depan
 
Training for trainers module
Training for trainers moduleTraining for trainers module
Training for trainers module
 
TEKNIK PRESENTASI EFEKTIF DAN MEMUKAU
TEKNIK PRESENTASI EFEKTIF DAN MEMUKAUTEKNIK PRESENTASI EFEKTIF DAN MEMUKAU
TEKNIK PRESENTASI EFEKTIF DAN MEMUKAU
 
Materi Training For Trainer
Materi Training For Trainer Materi Training For Trainer
Materi Training For Trainer
 
TRAINING OF TRAINERS (TOT)
TRAINING OF TRAINERS (TOT)TRAINING OF TRAINERS (TOT)
TRAINING OF TRAINERS (TOT)
 

More from Ahmad Madu

ebook - Cegah Kebocoran Emosi
ebook - Cegah Kebocoran Emosiebook - Cegah Kebocoran Emosi
ebook - Cegah Kebocoran Emosi
Ahmad Madu
 
ebook - mentalitas pemenang
ebook - mentalitas pemenangebook - mentalitas pemenang
ebook - mentalitas pemenang
Ahmad Madu
 
ebook - Waspada dengan Pemimpin Beracun
ebook - Waspada dengan Pemimpin Beracunebook - Waspada dengan Pemimpin Beracun
ebook - Waspada dengan Pemimpin Beracun
Ahmad Madu
 
Kendalikan Vibrasi Emosimu
Kendalikan Vibrasi EmosimuKendalikan Vibrasi Emosimu
Kendalikan Vibrasi Emosimu
Ahmad Madu
 
ebook - Komunikasi efektif dalam Public Speaking
ebook - Komunikasi efektif dalam Public Speakingebook - Komunikasi efektif dalam Public Speaking
ebook - Komunikasi efektif dalam Public Speaking
Ahmad Madu
 
ebook - Kenali, Pahami, Hadapi Audiensmu
ebook - Kenali, Pahami, Hadapi Audiensmuebook - Kenali, Pahami, Hadapi Audiensmu
ebook - Kenali, Pahami, Hadapi Audiensmu
Ahmad Madu
 

More from Ahmad Madu (9)

ebook - Cegah Kebocoran Emosi
ebook - Cegah Kebocoran Emosiebook - Cegah Kebocoran Emosi
ebook - Cegah Kebocoran Emosi
 
ebook - mentalitas pemenang
ebook - mentalitas pemenangebook - mentalitas pemenang
ebook - mentalitas pemenang
 
ebook - Waspada dengan Pemimpin Beracun
ebook - Waspada dengan Pemimpin Beracunebook - Waspada dengan Pemimpin Beracun
ebook - Waspada dengan Pemimpin Beracun
 
Kendalikan Vibrasi Emosimu
Kendalikan Vibrasi EmosimuKendalikan Vibrasi Emosimu
Kendalikan Vibrasi Emosimu
 
ebook - Komunikasi efektif dalam Public Speaking
ebook - Komunikasi efektif dalam Public Speakingebook - Komunikasi efektif dalam Public Speaking
ebook - Komunikasi efektif dalam Public Speaking
 
ebook - Kenali, Pahami, Hadapi Audiensmu
ebook - Kenali, Pahami, Hadapi Audiensmuebook - Kenali, Pahami, Hadapi Audiensmu
ebook - Kenali, Pahami, Hadapi Audiensmu
 
Kendalikan vibrasi emosimu!
Kendalikan vibrasi emosimu!Kendalikan vibrasi emosimu!
Kendalikan vibrasi emosimu!
 
Menjadi Public Speaker Handal dari Komunikasi Efektif
Menjadi Public Speaker Handal dari Komunikasi EfektifMenjadi Public Speaker Handal dari Komunikasi Efektif
Menjadi Public Speaker Handal dari Komunikasi Efektif
 
Anda right response atau left response?
Anda right response atau left response?Anda right response atau left response?
Anda right response atau left response?
 

Awas! Amygdala Anda dibajak!

  • 1. Ahmad Madu EBOOK INSPIRASI UNTUK HIDUP LEBIH BAHAGIA CHAPTER -8: AWAS! AMYGDALA ANDA DIBAJAK!
  • 2. Sebutlah namanya Mita yang sedang mengendari mobil di jalan. Ternyata ada seorang laki-laki sebut saja Mahmud sedang mengendarai mobil pula dari arah yang berlawa- nan. Ketika saling berpapasan, si Mita membuka jendela kaca mobil sambul berteriak “KUDA!” Sontak si Mahmud menjawab, “Brengsek Lu!, Lu Komodo!” Si Mahmud sempat ter- tawa gembira karena bisa membalas dengan cepat sapaan si mita yang dinilai kurang ajar. Dan Mahmud pun tancap gas lagi dengan penuh se- mangat. Tapi, dalam hitungan detik, peristiwa mengerikan menimpa mah- mud. Ternyata ia menabrak seekor kuda!. 1
  • 3. Sahabat, kisah di atas sungguh lucu meski berakhir mengenaskan. Ya,, memang begitulah. Setiap hari, kita mengalami begitu banyak kejadian yang membuat kita geram, marah, benci, maupun kesal. Sialnya, ka- dang peristiwa yang tidak kita harap- kan eh..malah datang kepada kita. Nah.. persoalannya, terkadang kita tidak siap menyambut kejadian den- gan yang tidak kita harapkan. Apa yang kita lakukan bila mengha- dapi kejadian tersebut? Jujur saja, kebanyakan dari kita sudah terbiasa mengeluarkan bunyi “arrghh” dari mulut sambil mengatupkan rahang. Otot-otot menegang dan siap menghadapi ancaman. Kadang, seperti yang banyak diceritakan oleh beberapa peserta pelatihan saya, reaksinya begitu cepat. Sehingga re- sponnya tidak sempat disadari lagi. ! AHA…. Ada seorang peserta dari pelatihan komunikasi saya, menceritakan satu pengalamannya. “Saya sudah terlambat ke kantor. Pas sampai gedung kantor, saya buru-buru cari parkiran di basement. Ternyata pas masuk basement, di de- pan mata saya ada mobil yang ke- luar, ye… ada rung kosong dong. Eh…, ternyata dari arah yang berla- wanan ada mobil lain yang langsung nyelonong memasuki ruang kosong itu. Saya langsung bunyikan klak- son, tetapi dicuekin. Malah setelah parkir, orang yang keluar dari mobil tersebut dengan tergesa-gesa tanpa rasa bersalah, lari masuk ke ge- dung. Dengan berat hari, akhirnya saya cari ruang parkir yang lain. 2
  • 4. Tapi, saya masih tetap marah dan jengkel. Tak berapa lama saya mene- mukan ruang parkir kosong, saya langsung berlari ke arah mobil yang sudah merampas ruang parkir kosong saya. Saya bawa gunting, ke- mudian saya buat baret mobilnya. Tak lupa saya buat kempes ban de- pan mobilnya. Dan saat itu saya merasa puas! Hhmm.. tetapi ma- lamnya saya merasa bersalah juga sih.. Kenapa saya jadi jahat begitu, ya?” M e m a h a m i R e s p o n s Terhadap Situasi Berbagai kisah diatas jelas- jelas menggambarkan bahwa ada berbagai situasi yang kadang kita ti- dak antisipasi yang bisa terjadi be- gitu saja. Karena terjadi secara men- dadak, hal ini sering memicu respon otomatis kita yang disebut pembaja- kan amygdala (bagian otak yang ber- fungsi mengontrol emosi). Pembaja- kan amydala tejadi saat respon kita terjadi secara otomatis, tanpa sem- pat diproses di bagian otak kesada- ran kita. Secara detil, amygdala merupakan bagian otak manusia yang bertanggung jawab dan menen- tukan perasaan kita atas setiap reasi yang kita terima. Kadang, reaksi emosi di amygdala bisa terjadi be- gitu cepat. Dalam hitungan supermili detik dan tidak sempat disadari. Jus- tru saat kita sadar, semuanya sudah terlambat sehingga mem- b u a t k i t a a k h i r n y a menyesal. Pembajakan amydala harus kita waspadai bu- kan saja di ling- k u n g a n masyarakat. Da- lam kehidupan di kantor pun kadang proses “fast track” ini bisa terjadi. Misalkan saja, seorang kasir yang melemparkan kalender meja ke muka konsumen yang ngomel- ngomel. Karena tidak tahan di kata- katai, si kasir itu langsung melempar- kan kalender yang ada di depan me- janya. Tentu saja, ini berakibat fatal bagi karir si kasir. Begitu pula, se- 3
  • 5. orang sales yang ngamuk dan mengata-ngatai dengan kasar se- orang calon prospeknya karena di- anggap menghina perusahaan tem- pat ia bekerja. Begitu pula, seorang bawahan memaki balik atasannya lalu memutuskan keluar dan jadi pen- gangguran setelah naik pitam dima- rahi oleh atasannya. Apa Akibat Respon “fast Track” yang Tidak Terken- dali? Sebenarnya, sudah sangat jelas sekali, apa akibat dari respon emosi yang tidak dikendalikan dengan bak. Hal ini bisa mengakibatkan konflik, kesalahpahaman, rusaknya hubun- gan, tehambatnya karir, bahkan kriminalitas yang berujung di pen- jara. Singkatnya, respon emosi yang tidak dikendalikan berdampak besar pada kesuksesan karir, hubungan ataupun kehidupan kita. Suatu pepatah Indian kuno yang ba- gus mengatakan, “Kita tidak bisa menghalangi burung melintas di atas kepala kita. Tetapi, kita bisa mence- gah agar burung tersebut tidak ber- sarang di atas kepala kita.” Sama seperti itulah, dalam perjalanan ke- hidupan kita setiap hari pun pasti akan men- galami ‘burung –bu- r u n g m a s a l a h ’ yang tidak dike- hendaki yang hinggap ke da- lam kehidupan kita. Mengendalikan Amygdala 4
  • 6. Dari cerita diatas, sebuah pertan- yaan yang menarik muncul. Bisakah sebenarnya emosi itu dikendalikan? Dalam buku Emotional Quality Man- agement karya Anthony Dio Martin ‘The Best EQ Trainer Indonesia, pen- gendalian emosi dibagi menjadi tiga t a- hap. Pertama, Kita harus berhati- hati dengan persepsi yang kita terima melalui panca indera. Apa yang kita terima melalui proses panca indera tersebut kadang belum tentu benar dan dapat menyesatkan. Kedua, berhentilah sejenak. Ambilah waktu untuk mem- berikan kesempatan bagian kor- teks kita memikirkan apa yang ter- jadi, sebelum kita memberikan re- spon emosi secara langsung. Kor- teks adalah bagian otak kita yang cerdas, yang menalar atau berpikir. Di sinilah, stimulus yang terjadi ke- mudian dikaitkan dengan pengala- man kita untuk diartikan maknanya. Jadi, korteks yang menterjemahkan arti suatu peristiwa sehingga memiliki makna. Hal ini penting sekali khususnya menyangkut sikap terhadap pekerjaan yang penting, menghadapi atasan atau klien khusus dan lain-lain. Ketiga, Biarkan korteks kita menganalisis lebih lanjut stimulus yang masuk ke otak kita. Dalam hal ini bisa saja mem- berikan tanggapan yang masuk den- gan cara berpikir yang lain, misalnya mencoba memikirkan dari sisi yang p o s i t i f . K a r e n a k i t a h a r u s memikirkan dampak yang terjadi jika kita melakukan suatu aksi. Jika kita melakukan aksi tanpa berpikir dam- paknya seperti apa, niscaya kita da- lam keadaan kerugian. Eng…Ing…Eng sebagai kesimpulan mengenai pengenda- lian emosi ini, kita te- lah melihat bahwa pengendalian lewat korteks adalah yang terpenting. Daya nalar kita sebenarnya ber- peran besar dalam mengendalikan emosi. 5
  • 7. Inilah sebabnya mengapa saya menyebutnya dengan istilah kecer- dasan emosi. Arti sederhananya emosi yang cerdas. Dengan kata lain, emosi yang terkendali lewar kecerdasan manusia. So, jadilah manusia yang sadar diri. Dengan demikian, semestinya orang yang pintar dan cerdas IQ nya, cerdas pula emosinya. Celakanya, mengapa itu tidak selalu terjadi? Bukankah lebih sering kita melihat orang pintar yang justru semakin arogan, se- makin angkuh, dan tidak toleran ter- hadap orang lain? Have A Great Day 6 Ahmad Madu