Pembajakan amydala harus kita waspadai bukan saja di lingkungan masyarakat. Dalam kehidupan di kantor pun kadang proses “fast track” ini bisa terjadi. Misalkan saja, seorang kasir yang melemparkan kalender meja ke muka konsumen yang ngomel-ngomel. Karena tidak tahan di kata-katai, si kasir itu langsung melemparkan kalender yang ada di depan mejanya. Tentu saja, ini berakibat fatal bagi karir si kasir. Mau tahu lebih lanjut penjelasannya? Simak dalam ebook inspiratif berikut ini..
2. Sebutlah namanya Mita yang
sedang mengendari mobil di jalan.
Ternyata ada seorang laki-laki sebut
saja Mahmud sedang mengendarai
mobil pula dari arah yang berlawa-
nan. Ketika saling berpapasan, si
Mita membuka jendela kaca mobil
sambul berteriak “KUDA!” Sontak si
Mahmud menjawab, “Brengsek Lu!,
Lu Komodo!” Si Mahmud sempat ter-
tawa gembira karena bisa membalas
dengan cepat sapaan si mita yang
dinilai kurang ajar. Dan Mahmud pun
tancap gas lagi dengan penuh se-
mangat. Tapi, dalam hitungan detik,
peristiwa mengerikan menimpa mah-
mud. Ternyata ia menabrak seekor
kuda!.
1
3. Sahabat, kisah di atas sungguh lucu
meski berakhir mengenaskan. Ya,,
memang begitulah. Setiap hari, kita
mengalami begitu banyak kejadian
yang membuat kita geram, marah,
benci, maupun kesal. Sialnya, ka-
dang peristiwa yang tidak kita harap-
kan eh..malah datang kepada kita.
Nah.. persoalannya, terkadang kita
tidak siap menyambut kejadian den-
gan yang tidak kita harapkan.
Apa yang kita lakukan bila mengha-
dapi kejadian tersebut? Jujur saja,
kebanyakan dari kita sudah terbiasa
mengeluarkan bunyi “arrghh” dari
mulut sambil mengatupkan rahang.
Otot-otot menegang dan siap
menghadapi ancaman. Kadang,
seperti yang banyak diceritakan oleh
beberapa peserta pelatihan saya,
reaksinya begitu cepat. Sehingga re-
sponnya tidak sempat disadari lagi.
! AHA…. Ada seorang peserta
dari pelatihan komunikasi saya,
menceritakan satu pengalamannya.
“Saya sudah terlambat ke kantor.
Pas sampai gedung kantor, saya
buru-buru cari parkiran di basement.
Ternyata pas masuk basement, di de-
pan mata saya ada mobil yang ke-
luar, ye… ada rung kosong dong.
Eh…, ternyata dari arah yang berla-
wanan ada mobil lain yang langsung
nyelonong memasuki ruang kosong
itu. Saya langsung bunyikan klak-
son, tetapi dicuekin. Malah setelah
parkir, orang yang keluar dari mobil
tersebut dengan tergesa-gesa tanpa
rasa bersalah, lari masuk ke ge-
dung. Dengan berat hari, akhirnya
saya cari ruang parkir yang lain.
2
4. Tapi, saya masih tetap marah dan
jengkel. Tak berapa lama saya mene-
mukan ruang parkir kosong, saya
langsung berlari ke arah mobil yang
sudah merampas ruang parkir
kosong saya. Saya bawa gunting, ke-
mudian saya buat baret mobilnya.
Tak lupa saya buat kempes ban de-
pan mobilnya. Dan saat itu saya
merasa puas! Hhmm.. tetapi ma-
lamnya saya merasa bersalah juga
sih.. Kenapa saya jadi jahat begitu,
ya?”
M e m a h a m i R e s p o n s
Terhadap Situasi
Berbagai kisah diatas jelas-
jelas menggambarkan bahwa ada
berbagai situasi yang kadang kita ti-
dak antisipasi yang bisa terjadi be-
gitu saja. Karena terjadi secara men-
dadak, hal ini sering memicu respon
otomatis kita yang disebut pembaja-
kan amygdala (bagian otak yang ber-
fungsi mengontrol emosi). Pembaja-
kan amydala tejadi saat respon kita
terjadi secara otomatis, tanpa sem-
pat diproses di bagian otak kesada-
ran kita. Secara detil, amygdala
merupakan bagian otak manusia
yang bertanggung jawab dan menen-
tukan perasaan kita atas setiap reasi
yang kita terima. Kadang, reaksi
emosi di amygdala bisa terjadi be-
gitu cepat. Dalam hitungan supermili
detik dan tidak sempat disadari. Jus-
tru saat kita sadar, semuanya sudah
terlambat sehingga mem-
b u a t k i t a a k h i r n y a
menyesal.
Pembajakan amydala
harus kita waspadai bu-
kan saja di ling-
k u n g a n
masyarakat. Da-
lam kehidupan di
kantor pun kadang
proses “fast track” ini bisa terjadi.
Misalkan saja, seorang kasir yang
melemparkan kalender meja ke
muka konsumen yang ngomel-
ngomel. Karena tidak tahan di kata-
katai, si kasir itu langsung melempar-
kan kalender yang ada di depan me-
janya. Tentu saja, ini berakibat fatal
bagi karir si kasir. Begitu pula, se-
3
5. orang sales yang ngamuk dan
mengata-ngatai dengan kasar se-
orang calon prospeknya karena di-
anggap menghina perusahaan tem-
pat ia bekerja. Begitu pula, seorang
bawahan memaki balik atasannya
lalu memutuskan keluar dan jadi pen-
gangguran setelah naik pitam dima-
rahi oleh atasannya.
Apa Akibat Respon “fast
Track” yang Tidak Terken-
dali?
Sebenarnya, sudah sangat jelas
sekali, apa akibat dari respon emosi
yang tidak dikendalikan dengan bak.
Hal ini bisa mengakibatkan konflik,
kesalahpahaman, rusaknya hubun-
gan, tehambatnya karir, bahkan
kriminalitas yang berujung di pen-
jara. Singkatnya, respon emosi yang
tidak dikendalikan berdampak besar
pada kesuksesan karir, hubungan
ataupun kehidupan kita.
Suatu pepatah Indian kuno yang ba-
gus mengatakan, “Kita tidak bisa
menghalangi burung melintas di atas
kepala kita. Tetapi, kita bisa mence-
gah agar burung tersebut tidak ber-
sarang di atas kepala kita.” Sama
seperti itulah, dalam perjalanan ke-
hidupan kita setiap hari
pun pasti akan men-
galami ‘burung –bu-
r u n g m a s a l a h ’
yang tidak dike-
hendaki yang
hinggap ke da-
lam kehidupan
kita.
Mengendalikan Amygdala
4
6. Dari cerita diatas, sebuah pertan-
yaan yang menarik muncul. Bisakah
sebenarnya emosi itu dikendalikan?
Dalam buku Emotional Quality Man-
agement karya Anthony Dio Martin
‘The Best EQ Trainer Indonesia, pen-
gendalian emosi dibagi menjadi tiga
t a- hap.
Pertama, Kita harus berhati-
hati dengan persepsi yang kita
terima melalui panca indera. Apa
yang kita terima melalui proses
panca indera tersebut kadang belum
tentu benar dan dapat menyesatkan.
Kedua, berhentilah sejenak.
Ambilah waktu untuk mem-
berikan kesempatan bagian kor-
teks kita memikirkan apa yang ter-
jadi, sebelum kita memberikan re-
spon emosi secara langsung. Kor-
teks adalah bagian otak kita yang
cerdas, yang menalar atau berpikir.
Di sinilah, stimulus yang terjadi ke-
mudian dikaitkan dengan pengala-
man kita untuk diartikan maknanya.
Jadi, korteks yang menterjemahkan
arti suatu peristiwa sehingga
memiliki makna. Hal ini penting
sekali khususnya menyangkut sikap
terhadap pekerjaan yang penting,
menghadapi atasan atau klien
khusus dan lain-lain.
Ketiga, Biarkan korteks kita
menganalisis lebih lanjut
stimulus yang masuk ke otak
kita. Dalam hal ini bisa saja mem-
berikan tanggapan yang masuk den-
gan cara berpikir yang lain, misalnya
mencoba memikirkan dari sisi yang
p o s i t i f . K a r e n a k i t a h a r u s
memikirkan dampak yang terjadi jika
kita melakukan suatu aksi. Jika kita
melakukan aksi tanpa berpikir dam-
paknya seperti apa, niscaya kita da-
lam keadaan kerugian.
Eng…Ing…Eng
sebagai kesimpulan
mengenai pengenda-
lian emosi ini, kita te-
lah melihat bahwa
pengendalian lewat
korteks adalah yang
terpenting. Daya nalar
kita sebenarnya ber-
peran besar dalam
mengendalikan emosi.
5
7. Inilah sebabnya mengapa saya
menyebutnya dengan istilah kecer-
dasan emosi. Arti sederhananya
emosi yang cerdas. Dengan
kata lain, emosi yang terkendali
lewar kecerdasan manusia. So,
jadilah manusia yang sadar diri.
Dengan demikian, semestinya
orang yang pintar dan cerdas
IQ nya, cerdas pula emosinya.
Celakanya, mengapa itu tidak
selalu terjadi? Bukankah lebih
sering kita melihat orang pintar
yang justru semakin arogan, se-
makin angkuh, dan tidak toleran ter-
hadap orang lain?
Have A Great Day
6
Ahmad Madu