Dokumen tersebut membahas tentang tipologi fasade bangunan kolonial. Ia menjelaskan bahwa tipologi adalah konsep pengelompokan objek berdasarkan sifat dasar. Terdapat beberapa aspek tipologi seperti fungsi, geometri, dan gaya. Dokumen juga menjelaskan arsitektur kolonial di Indonesia yang merupakan campuran antara gaya Belanda dan lokal. Gaya arsitektur kolonial di Sanga Sanga menunjukkan pengaruh budaya
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Topologi façade bangunan kolonial
1. Topologi Façade Bangunan Kolonial
Topologi dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep yang memilah sebuah kelompok objek berdasarkan
kesamaan sifat - sifat dasar, atau dapat diarikan pula bahwa tipolagiadalah tindakan berfikir dalam
rangka pengelompokkan ( Sulistijowati, 1991 dalam karisztia, gali Widjil Pangarsa dan Antariksa, 2008:
66 ). Pengelompokkan tipologi akan mengarah pada upaya untuk mengkelaskan mengelompokkan atau
mengklasifikasikan berdasarkan aspek atau kaidah tertentu. Aspek tersebut antara lain, Fungsi ( meliputi
penggunaan ruang, struktural, dan simbolis ). Geometrik ( meliputi bentuk dan prinsip tatanan ),
Langgam ( meliputi periode, lokasi, politik, kekuasaan, etnik, dan budaya) ( Karisztia, Galih Widjil Pagarsa
dan antariksa, 2008: 66 ). Sedangkan anrsitektur colonial adalah arsitektur yang dibangunselama masa
colonial Belanda dan Jepang. Meskipun demikian bangunan kolonial diIndonesia lebih banyak berasal
dari masa kolonial Belanda. Arsitektur colonial diIndonesia, beberapa diantaranya menunjukan
alkultulasi yang diiringi dengan proses adaptasi antara dua bagsa yang berbeda. Alkultulasi tersebut
tampak pada beberapa bangunan colonial yang ada diIndonesia, yang antara lain adalah Gereja Ph
Sarang Kediri, Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Gedung Institut Teknologi Bandung, dan Museum
Trowulan.
Lagam arsitektur yang menunjukkan ciri perpaduan anrsitektur Indonesia dan Belanda sering disebut
dengan Indo Europeesche Stij. Lagam arsitektur Indo Europeesche Stij dipelopori oleh Maclaine Pont
dan Thomas Karsten. Langam arsitektur Indo Europeesche Stij inilah yang tampaknya berkembang di
sanga sanga dan kota kota colonial alinnya di Kalimantan. Sebagai contoh adalah bangunan bangsal 21
yang menunjuk cirri cirri arsitektur tradisional Kalimantan yang mirip dengan arsitektur rumah lamina
tau betang. Bangunan colonial di Sanga sanga, menunjukkan bahwa dalam pembangunannya para
arsitek memperhatikan ketersediaan material, factor lingkungan, dan seni budaya yang terkait dengan
estetika.
Dalam makalah in, tipologi bangunan colonial yang akan dibahas adalah tipologi geometrik. Pemilihan
tipologi geometric disebabkan karena bagian inilah yang paling mudah untuk dilihat. Para ahli arsitektur
sering lai menyebut bagian ini denga sebutan façade bangunan atau wajah bangunan. Elemen elemen
arsitektur pendukung façade adalah atap,pintu jendela,dinding, dan sun sliding.
Tipologi berdasarkan elemen pada dinding
Beberapa elemen yang terdapat pada dinding ayanga kan dibahas dalam makalah ini. Adalah bahan,
tekstur dinding, teritisan, lubang angin, bovenlight, pntu dan jendela. Keseluruhan elemen pada dinding
tersebut pad dasarnya adalah elemen yang memberikan bentuk terhadap façade bangunan.
Jenis pintu yang digunakan pada bangunan di sanga sanga adalah pintu rangkaptunggal, pntu ganda,
pintu lipat, dan pintu tunggal