SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
SUSTAINABLE TOURISM
Samerdanta Sinulingga (1091061008)
MAGISTER KAJIAN PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
1
Buatlah Pembahasan mengenai hubungan sebab akibat antara pariwisata dan climate change!
Sebab akibat pariwisata dan climate change dalam Patterson (2006):
1. Tourism is an industry
2. Industri yang kebanyakan membuat hal-hal lokal menjadi global
3. Para pelaku (pemerintah dan pelaku bisnis pariwisata) memiliki kecenderungan untuk
mengaburkan suatu sistem yang kompleks dasar dari sistem climate change tersebut, dan
memberikan suatu rintangan terhadap proposal sustainable tourism yang seharusnya
mendapat dukungan sebagai salah satu pencegahan climate change yang lebih parah.
PEMBAHASAN
Amelung & Viner, 2004; WTO, 2003 dalam Patterson et al(2006:339) menyatakan
bahwa terjadinya climate change disebabkan karena Tourism is an industry, hal ini diperjelas
oleh Patterson (2006) bahwa pariwisata merupakan sebuah industri terbesar yang beberapa
dekade ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, dan memungkinkan dengan pertumbuhan
yang sedemikian besar tersebut maka dapat menimbulkan proses terjadinya climate change.
Pendapat Patterson tersebut didukung oleh beberapa penelitian terkait Tourism and Climate
change seperti: Amelung, et al (2009) yang menyatakan bahwa:
“Tourism is a multi-billion euro industry that is highly dependent on climate resources. Climate
change may provoke shifts in tourist flows, with large economic implications. Higham and Hall
(2005) identified climate change as the number one challenge to tourism in the 21st
century.[…..]
Tourism encompasses a highly diversified range of holiday types. [……] All of these segments
may have very specific weather requirements. One needs wind for sailing, snow for skiing, and
relatively high temperatures for sunbathing on the beach, etc. Climate change can therefore be
expected to have very diverse implications for all these different segments of the tourism market”
Amelung, et al (2009:1).Disisi yang sama UNWTO (2007) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa sebagai suatu industri, Pariwisata memberikan dampaknya, seperti pada tabel berikut ini:
2
Gambar 1, UNWTO (2007)
Dukungan terhadap penelitian UNWTO disampaikan oleh ECOT (2009) yang menjelaskan The
global tourism industry is a significant contributor to climate change. However, it should be
noted that just 2 % of the world’s population actively takes part in air passenger transport,
contributing to tourism’s share of global warming which is up to 12.5 % (if non‐CO2 effects are
taken into account)2. Aviation alone contributes 4,9% of this.
3
Gambar 2, Sumber: Economic Commission for Latin America and the Caribbean, 2010
Dalam jurnalnya, ECOT mengkritik pernyataan UNWTO, yaitu: “Sensitive to the charge that
they (UNWTO) are unconcerned about the climate change impact of flying but still adhering to
the growth path, the aviation industry and the tourism sector have recently been hailing the
development of “sustainably grown biofuels”. The United Nations World Tourism
Organisation (UNWTO) is also waiting ―for the earliest possible global introduction of
sustainable aviation biofuels.‖ These so‐called sustainable biofuels constitute a panacea so
that the ‗business‐as‐usual‘ mode can continue. Are biofuels the answer for sustainable
tourism development?. Pernyataan yang dikeluarkan ECOTsangat mengintimidasi pariwisata
dan mengaburkan intelegensia dan Power UNWTO. Business as usual mengkategorikan
pariwisata pada hakikatnya adalah global itu sendiri dan pada dasarnya pariwisata itu adalah
massitu sendiri (Wearing 2009:67).
Penelitian-penelitian diatas (secara mayoritas) merupakan suatu implikasi dari pariwisata
4
kepada climate change, namun bagaimana Climate change mempengaruhi pariwisata?. Penelitian
yang dilakukan oleh Patterson dan didukung oleh Economic Commission for Latin America and
the Caribbean (2010), menyatakan:
“Uyarra et al. (2005) examined the impact of climate change by asking respondents about the
likelihood of their returning to these islands in the event of coral bleaching and sea level rise.
They found that more than 80% of the visitors to Bonaire and Barbados would be expected not
to return to the islands in the event of these occurrences. Mather et al. (2005) examined the
attraction of the Caribbean as a tourist destination for travellers from North America. This
study established that the Caribbean subregion is likely to be less attractive to tourists due to
factors such as increased temperatures, beach erosion, deterioration of reef quality and
greater health risks.‖
Penelitian lainnya yang mendukung peneltian Patterson(2006) ini adalah Jacqueline M.
Hamilton, David J. Maddison, Richard S. J. Tol(2005). Penelitian Hamiltonet al disimulasikan
untuk 207 negara di dunia, penelitian ini menerangkan:
“One can approach the relationship between tourism and climate (change) in 2 different ways,
by looking: (1) at tourists, what they (should) prefer (e.g. Scott & McBoyle 2001, Amelung &
Viner in press) or how they behave (e.g. Maddison 2001, Richardson & Loomis 2004); or (2) at
destinations and how their attractiveness changes with climate and management (e.g. Abegg
1996, Craig-Smith & Ruhanen 2005, Perry 2005). Reviews of the climate and tourism literature
are given by Hamilton & Tol (2004) and Scott et al. (2005). [.....]However, looking at a
particular group of tourists or a particular destination is not enough to fully understand tourist
behaviour. Tourism, like any market, is defined by supply and demand, by push and pull factors.
Destinations compete for the most lucrative tourists, and tourists compete for the best deals.
[……]Climate change would lead to a gradual shift of tourist destinations towards the poles and
up the mountains. Climate change would also imply that the currently dominant group of
international tourists— sun and beach lovers from Western Europe—would travel less far, or
even stay in their home country, implying a fall of total international tourist numbers (relative
to the baseline without climate change). The reverse is true for warmer countries; not only
would these countries attract less foreign tourists, domestic tourists would be inclined to travel
abroad for their holidays. The pattern of international tourism—towards higher latitudes and
altitudes—found by Hamilton et al. (2005) is amplified by shifts in domestic tourism: higher
5
(lower) latitudes and altitudes would become more (less) attractive to international and
domestic tourists alike.
Gambar 3, Sumber Hamiltonet al (2005)
As is shown in Hamilton et al. (2005), climate change perturbs the socio-economic scenario,
but does not dominate it.Until 2020, climate change slows the growth of international tourism,
as tourists from temperate and cool countries, particularly in Europe, stay within their own
country. After 2020, more tourists originate in hot countries, and tourism numbers go up as
they seek to spend their holiday at cooler destinations. if a cool country becomes warmer, it first
attracts more international tourists, until it gets too warm and starts attracting fewer tourists.
6
Industri yang kebanyakan membuat hal-hal lokal menjadi global: Patterson menjelaskan
bahwa pariwisata sedarinya sudah merupakan suatu industri yang memberi tekanan kepada
sumber daya lokal untuk dikonsumsi secara global, hal ini didukung oleh beberapa penelitian
terkait seperti:
Gambar 4, Sumber: Amelung, et al (2009)
Gambar 5, Sumber: Amelung, et al (2009)
7
Dari diagram tersebut, Petterson (2006) dan secara khusus Amelung et al (2009) meneliti
mengenai bagaimana industri pariwisata menggunakan sumber daya lokal seperti pada Gambar6
yaitu air sebagai suatu kemasan konsumsi global. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa
terjadinya tekanan sumber daya alam khususnya air yang digunakan di daerah Eropa untuk
kepentingan Global Tourism. Dan dampaknya pada kawasan pariwisata Eropa adalah terjadinya
Water Stress Level yang digambarkan pada diagram berikut:
Gambar 6, Sumber: Amelung, et al (2009)
Hal tersebut didukung dengan gambar 5, gambar 5 (pegunungan Les alpes) menerangkan tentang
Ice level (Level kepadatan es) yang terdapat di eropa (seperti yang sudah dijelaskan di atas “All
of these segments may have very specific weather requirements. One needs wind for sailing,
snow for skiing”. Tingginya kunjungan wisatawan ke daerah tersebut, tingginya penggunaan
akomodasi di daerah tersebut, tingginya penggunaan alat transportasi, penggunaan listrik,
penggunaan pemanas ruangan dan lain sebagainya, mengakibatkan suatu hal yang
mencengangkan dalam kurun waktu beberapa tahun. Kepadatan es diukur dari warna diagram,
dari biru tua kepada biru muda, yang menjelaskan bahwa semakin biru gambar tersebut maka
kepadatan es semakin besar, dan sebaliknya (Lihat dari kiri ke kanan). Pada gambar kiri
menjelaskan mengenai level kepadatan es pada tahun sebelumnya sedangkan pada gambar kanan
menjelaskan mengenai kondisi level kepadatan es pada tahun-tahun belakangan ini.
8
Uraian tentang Adaptasi dan mitigasi antara climate change dan pariwisata dari jurnal Patterson:
1. Pemerintah membutuhkan informasi dan infrastruktur untuk berhadapan dengan konflik
ini.
2. Membuat suatu dialog antara pemerintah dan peneliti.
3. Diadakannya suatu pertemuan antaraclimate change researcher, policy makers and
practitioners at six international meeting
4. Pengembangan adaptive governance, adaptive management, integreted assessment dan
general system theory
5. Diadakannya suatu peneltian yang merupakan suatu langkah awal terhadap procces of
study and design of public policy.
6. Membuat suatu model manajemen yang konseptual terhadap pelaku pembuat kebijakan
publik yaitu pemerintah, seperti:
Mengekstrak pengetahuan dari netwotk member secara profesional.
Sharing informasi secara ringkas dan melakukan struktur konsensus
Memfasilitasi informasi-informasi yang produktif
Mengidentifikasi kesenjangan dalam pemberian informasi
Mendefenisikan tujuan dan membentuk strategi
Memberi informasi kepada network member dan mengaplikasikan pengetahuan
secara luas.
7. Pembuat kebijakan harus menyadari fungsi mereka dan bertindak dengan kemampuan
yang kreatif untuk menangani climate change.
8. Menciptakan model-model yang strategis dalam menghadapi climate change yang
disebabkan oleh pariwisata, seperti menggunakan model 1 yang dinamakan Tourism dan
Climate Change as a two-way street dan model ke 2 yaitu states and changes in tourism-
climate system.
9. Model I (Pertama) berakar pada prinsip “Perubaan Iklim mempengaruhi kegiatan
Pariwisata dan aktivitas pariwisata mempengaruhi perubahan iklim dunia.”
10. Adanya perhatian kepada kualitas kebijakan pariwisata yang konsern kepada pencegahan,
mencoba memperkecil sifat kapitalis pariwisata.
9
11. Adaptasi yang dimaksudkan dalam ranah pariwisata adalah dilakukannya suatu
perjalanan wisata yang ramah dan pro terhadap lingkungan sehingga tidak mempercepat
climate change seperti Sustainable Tourism Development(Weaver 2006:18), Pariwisata
Alternatif(Miller 2005:31), Pro Poor Tourism(Hall 2007:13), dan Ecotourism,(Fennell
2003:21).
12. Salah satu mitigasi, dalam hal ini kegiatan pariwisata dapat menjadi pelestari lingkungan
namun apabila pelaksanaan pariwisata loss control, dapat berbahaya (tourism to climate).
Sedangkan apabila suatu lingkungan tidak memberikan nilai ekonomi atau manfaat maka
kesempatan lingkungan tersebut terbengkalai dan dirusak oleh oknum-oknum tidak
bertanggung jawab semakin besar (climate to tourism), maka hal yang harus dilakukan
adalah win-win solution.
13. Kesuksesan mitigasi dikarenakan adanya kooperasi (kerjasama) dari berbagai pihak.
14. Untuk mitigasi antara Tourism-Climate Change maka dibentuklah 2 buah model yang
mencerminkan model sustainable tourism solution.
15. Dari paper ini Para peneliti ingin mencapai sustainability yang memanifestasikan dirinya
ke dalam lingkungan global yang tidak pasti arah dan gejolaknya. (sustainability
merupakan suatu strategi ekonomi yang optimis tanpa mengorbankan lingkungan secara
lebih besar)
16. Keberlanjutan pengelolaan pariwisata yang mendukung lingkungan maupun sebaliknya,
sebenarnya lebih terlaksana dengan baik melalui Political Forces dibandingkan Scientific
Principle Research.
Adaptasinya dengan mengembangkan perjalanan wisata yang berbasis alam. Walaupun
sebenarnya kegiatan ini belum secara pasti dapat menghentikan climate change yang terjadi di
dunia, langkah-langkah pengelolaan pariwisata yang dilakukan pada kondisi-kondisi sekarang
ini, dipahami hanya sebagai “pelambat” terjadinya climate change. Dalam arti, perlu
dilakukannya penelitian secara sistemik dengan model dinamik, sehingga dapat menjelaskan
bagaimana pariwisata memberikan pengaruh yang cepat terhadap perubahan iklim dunia. Model
untuk adaptasi dan mitigasi tersebut tergambar dalam model I, seperti di lembar berikut ini:
10
Kategori Contoh
Tipe Destinasi dan
Environmental
Urban, biome, protected area dan lain sebagainya, yang
mengisyaratkan untuk memberi dukungan terhadap aktivitas alam
yang bersifat natural. Hal yang sama yang dikatakan oleh beberapa
para ahli yaitu Saat ini telah terjadi perubahan pola konsumsi
wisatawan terhadap suatu wilayah destinasi yaitu pariwisata massal
kepadapariwisata berkelanjutan (Cooper 2010:124,131, Divino
(2009), Hall 2006:158), ini merupakan salah satu usaha yang
dilakukan untuk adaptasi dan memitigasi climate change secara cepat.
Geographic Region Dari daerah kecil hingga benua
Tourism Segments Segmen pasar yang diharapkan pun seperti wisatawan dengan
kunjungan yang dilakukan per tahun, per musim dan sebagainya.
Isu-Isu yang
konsern
Model ini konsern dengan isu-isu kesehatan (Reisman 2010:99)
(perjalanan yang dekat dengan alam, bersifat organik dan kunjungan-
kunjungan untuk mengobati diri dari penyakit), area-area yang sensitif
seperti hutan lindung, Eagles (2002), maupun lingkungan bawah laut,
Gales (2003). Keberlangsungan dari suatu kebudayaan atau etnik
tertentu (Weaver 2006:18)
11
Gambar 7, Sumber: Patterson (2006)
Adaptasi dan mitigasi dalam model ke 2, dijelaskan dalam skala, fungsi dan state
changes. Skala yang dimaksudkan adalah individual, site, destination, nation, trans-national dan
global (Individual dalam hal ini merupakan seseorang yang mempunyai keputusan, tindakan,
persepsi untuk setiap hal yang akan dilakukannya dalam melakukan pariwisata dan berusaha
memitigasi climate change, Site yang dimaksudkan dalam tabel ke 2 merupakan gambaran dari
lokasi seperti pantai, taman, fasilitas pariwisata hotel dan lain sebagainya, Destination adalah
suatu group yang memuat Site-Site dengan kelengkapan manajemen (marketing) di dalamnya,
National dalam hal ini merupakan suatu kebijakan dan aksi yang berskala nasional di dalam 1
(satu) pemerintahan/negara, Trans-National merupakan suatu kebijakan yang disepakati oleh
oleh 2 hingga lebih negara untuk tujuan politis, dan Global adalah keseluruhan hal-hal diatas
yang mengikat Individual, Site dan seterusnya). Untuk menangani Fungsi yang dimaksudkan
diatas adalah aspek sistemik yang mempunyai kecenderungannya cepat berubah, sangat tidak
12
menentu dan atau subjektif (flow). State changes (Stock), merupakan aspek dari pariwisata dan
climate change, yang menjelaskan suatu petunjuk suatu perubahan secara perlahan. Pada Gambar
2 angka 1 merupakan iklim dan kondisi lingkungan secara nyata, hal ini mengarahkan kepada
variabel-variabel dan beberapa komponen lingkungan yang mempengaruhi diagram B, yaitu
sumber daya wisata (kondisi fisik, budaya, sosial, dan alam). Menggunakan suatu manajemen
yang profesional untuk 2 (pengembangan), yang dapat mempengaruhi C, yaitu infrastruktur dan
atraksinya (akomodasi, aktivitas, budaya, sosial, dan lingkungan), hal tersebut merupakan dasar
dari host community dan turis harapkan yaitu sebuah pengalaman yang akan memutuskan suatu
persepsi (Judgement dari suatu nilai dan keadilan antara kos dan benefit) C. yang menjelaskan
bagaimana persepsi mempengaruhi broader hasil sosial yang tergantung pada nomor 4 yaitu
komunikasi dan pengalaman yang telah di rasakan, masyarakat sipil (keikutsertaan, institusi
formal maupun non formal, pemerintah). Berikutnya 5, yang mengacu kepada intervensi /evolusi
yang dapat memutuskan D yaitu Aturan dan norma (adaptasi dan ukuran mitigasi (pencegahan),
insentif, retribusi dan indikasi supply). Keseluruhan hal diatas mempengaruhi 6 yaitu behaviour
atau tindakan yang kemudian berdampak pada E/aktivitas pariwisata. Pariwisata dan non sumber
daya wisata dan variabel-variabel alami adalah 7 yaitu faktor-faktor yang dapat memerangi
perubahan alam secara negatif kepada A/state of the climate.
Penelitian mitigasi dan adaptasi untuk Tourism and climate change ini juga didukung
oleh pernyataan Achim Steiner UN Undersecretary General And UNEP Executive Director:
“far sighted action by the $880 billion international tourism industry will send important signals
to governments, industries and the public that mitigation and adaptation to the climate change
challenge make economic and environmental sense. it is the kind of leadership that can
encourage others to look not only to their exposure and to the risks posed by climate change, but
also to the abundant opportunities and benefits of cost effective action[…]four major mitigation
strategies for addressing greenhouse gas emissions fromtourism can be distinguished: i)
reducing energy use, ii) improving energyefficiency, iii) increasing the use of renewable energy,
and iv) sequesteringcarbon through sinks. ". UNWTO (2007)
Untuk melaksanakan 4 major mitigasi yang telah ditentukan diatas maka dibentuk juga suatu
model yang hampir mirip dengan apa yang dikerjakan Patterson et al(2006) oleh UNWTO dalam
Economic Commission for Latin America and the Caribbean(2010). Apabila diperhatikan
dengan seksama dalam model yang di tampilkan oleh Patterson (2006) memuat suatu model
yang general (teoritis) dan pendukung model (terapan) tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
yang menerangkan tentang Tourism Stakeholders And Climate Adaptation Strategies (model Patterson
(2006) pada diagram B,2,C,5,D):
13
Type of
adaptation
Tourism
operators/businesses
Tourism industry
associations
Governments and
communities
Financial sector
(investors/insurances)
Technical Snow-making
Slope contouring
Rainwater collection
and water recycling
systems
Cyclone-proof
building design and
structure
Enable access to
early warming
equipment (e.g.
radios) operators.
Develop websites
with information
on adaptation
measures.
Reservoirs and
desalination plants
Fee structures for
water consumption
Weather forecasting
and early warning
systems
Require advanced
building design or
material (fire
resistant) standards
for insurance
Provide information
material to
customers
Water conservation
plans
Low season closures
Product and market
diversification
Regional
diversification in
business operations
Redirect clients
away from impacted
destinations
Snow condition
reports through
the media
Use of shortterm
seasonal forecasts
for planning
marketing
activities.
Training
programmes on
climate change
adaptation.
Encourage
environmental
management with
firms (e.g. via
certification)
Impact
management plans
(e.g. Coral
Bleaching
Response Plan’)
Convention/event
interruption
insurance
Business subsidies
(e.g. insurance or
energy costs)
Adjust insurance
premiums or not
renew insurance
policies
Restrict lending to
high risk business
operations
Policy Hurricane
interruption
guarantees
Comply with
regulation (e.g.
building code)
Coordinated
political lobbying
for GHG
emission
reductions and
adaptation
mainstreaming
Seek funding to
implement
adaptation
projects
Coastal
management plans
and set back
requirements
Building design
standards (e.g. for
hurricane force
winds).
Consideration of
climate change in
credit risk and
project finance
assessments
Research Site location (e.g. north
facing slopes, higher
elevations for ski areas)
Assess awareness of
businesses and
tourists, as
well as knowledge
gaps.
Monitoring programs
(.e.g. predict bleaching
or avalanche risk, beach
water quality)
Extreme event risk
exposure
Education Water conservation
education for employees
and guests
Public education
campaign
Water conservation
campaigns
Campaigns on the
dangers of UV
radiation
Educate/inform potential
and existing customers
Behavioural Real-time webcams
of snow conditions
GHG emission offset
programs
GHG emission
offset programs
Water
conservation
initiatives
Extreme event
recovery marketing
Good practice inhouse.
14
DAFTAR PUSTAKA
Referensi pendukung untuk Jurnal Patterson (2006) “Tourism And Climate Change: Two
Way Street, Or Vicious/Virtous Circle?, yaitu:
Amelung, Bas, Alvaro Moreno, 2009.Impacts Of Climate Change In Tourism In Europe.
Peseta-Tourism Study. Jrc Scientific And Technical Reports. European Commission, Joint
Research Centre, Institute For Prospective Technological Studies.
Economic Commission For Latin America And The Caribbean, 2010. Regional Report
On The Impact Of Climate Change On The Tourism Sector (Journal Lc/Car/L.263).
Ecumenical Coalition On Tourism (ECOT),2009. Climate Change And Tourism: Call For
Action By Civil Society Groups.
Hamilton,Jacqueline M.,David J. Maddison, Richard S. J. Tol, 2005. Effects Of Climate
Change On International Tourism (Journal Climate Research Vol. 29: 245–254,
2005). Hamburg University And Centre For Marine And Atmospheric Science
Wearing, Stephen And John Neil, 2009. Ecotourism Impacts, Potentials And Possibilites.
Butterworth Heinemann. Burlington.
World Tourism Organization (UNWTO), The United Nations Environment Programme
(UNEP) And The World Meteorological Organization (WMO), 2007. Climate Change
And Tourism: Responding To Global Challenges Advanced Summary 2007.
Weaver, David, 2006. Sustainable Tourism. Elsevier Butterworth-Heinemann. Oxford.
Miller, Graham And Louise Twining-Ward, 2005. Monitoring For A Sustainable
Tourism Transition (The Challenge Of Using Indicators). CABI Publishing. United
Kingdom.
Hall, C. Michael, 2007. Pro Poor Tourism: Who Benefits? Perspective On Tourism And
Poverty Reduction. Channel View Publications. United Kingdom And Usa.
Fennell, David A. And Ross K.Dowling, 2003. Ecotourism Policy And Planning. CABI
Publishing. United Kingdom
Cooper, Erfurt Patricia And Malcolm Cooper, 2010. Volcano & Geothermal Tourism
(Sustainable Geo-Resources For Leisure And Recreation). Earthscan. London & Washington
Dc.
Divino, Jose Angelo And Mcaleer Michael, 2009. Modelling Sustainable International
Tourism Demand To The Brazilian Amazon. Department Economic. Brasilia And
Madrid.
15
Hall, Michael. 2006. The Impact Of Tourism Knowledge (Journal Tourism Research).
University Of Canterbury.
Reisman, David, 2010. Health Tourism (Social Welfare Through International Trade).
Edward Elgar Publishing Limited. United Kingdom
Gales, Nick, Mark Hindell And Roger Kirkwood, 2003. Marine Mammals (Fisheries, Tourism
And Management Issues). Csiro Publishing.

More Related Content

More from samerdanta sinulingga

STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...
STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...
STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...samerdanta sinulingga
 
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...samerdanta sinulingga
 
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...samerdanta sinulingga
 
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...samerdanta sinulingga
 
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...samerdanta sinulingga
 
Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...
Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...
Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...samerdanta sinulingga
 
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KAROREVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KAROsamerdanta sinulingga
 
RPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USU
RPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USURPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USU
RPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USUsamerdanta sinulingga
 
Modul praktikum pengantar perjalanan wisata serius
Modul praktikum pengantar perjalanan wisata seriusModul praktikum pengantar perjalanan wisata serius
Modul praktikum pengantar perjalanan wisata seriussamerdanta sinulingga
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 PelarugaLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 Pelarugasamerdanta sinulingga
 
LAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSING
LAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSINGLAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSING
LAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSINGsamerdanta sinulingga
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo Belango
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo BelangoLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo Belango
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo Belangosamerdanta sinulingga
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 PelarugaLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 Pelarugasamerdanta sinulingga
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung Sibayak
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung SibayakLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung Sibayak
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung Sibayaksamerdanta sinulingga
 
Pengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawan
Pengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawanPengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawan
Pengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawansamerdanta sinulingga
 
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling diniSurat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling dinisamerdanta sinulingga
 

More from samerdanta sinulingga (18)

STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...
STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...
STORYTELLING, INSTAGRAMABLE, TOURISM FILM PROMOTION (CASE STUDY: THE HEART BE...
 
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
 
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
 
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
Tourism & Covid 19 inventarisasi dampak coronavirus terhadap stakeholder pari...
 
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable  kecamatan harian b...
Pembuatan film wisata sebagai media promosi instagramable kecamatan harian b...
 
Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...
Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...
Pembuatan Film Wisata Sebagai Media Promosi Pariwisata di Desa Rumah Galuh Ka...
 
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KAROREVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
 
RPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USU
RPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USURPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USU
RPS KKNI Perjalanan Wisata D3 PERJALANAN WISATA USU
 
Modul praktikum pengantar perjalanan wisata serius
Modul praktikum pengantar perjalanan wisata seriusModul praktikum pengantar perjalanan wisata serius
Modul praktikum pengantar perjalanan wisata serius
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 PelarugaLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 4 Pelaruga
 
LAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSING
LAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSINGLAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSING
LAPORAN PERTANGUNG JAWABAN PENJUALAN PAKET WISATA SRI MERSING
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo Belango
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo BelangoLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo Belango
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 5 Namo Belango
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 PelarugaLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 Pelaruga
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 1 Pelaruga
 
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung Sibayak
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung SibayakLaporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung Sibayak
Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung Sibayak
 
Ekowisata
EkowisataEkowisata
Ekowisata
 
Inovasi produk dan manajemen
Inovasi produk dan manajemenInovasi produk dan manajemen
Inovasi produk dan manajemen
 
Pengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawan
Pengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawanPengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawan
Pengelolaan pariwisata budaya dan harapan wisatawan
 
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling diniSurat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
Surat kunjungan tahap eksplorasi paling dini
 

Pariwisata dan climate change

  • 1. SUSTAINABLE TOURISM Samerdanta Sinulingga (1091061008) MAGISTER KAJIAN PARIWISATA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
  • 2. 1 Buatlah Pembahasan mengenai hubungan sebab akibat antara pariwisata dan climate change! Sebab akibat pariwisata dan climate change dalam Patterson (2006): 1. Tourism is an industry 2. Industri yang kebanyakan membuat hal-hal lokal menjadi global 3. Para pelaku (pemerintah dan pelaku bisnis pariwisata) memiliki kecenderungan untuk mengaburkan suatu sistem yang kompleks dasar dari sistem climate change tersebut, dan memberikan suatu rintangan terhadap proposal sustainable tourism yang seharusnya mendapat dukungan sebagai salah satu pencegahan climate change yang lebih parah. PEMBAHASAN Amelung & Viner, 2004; WTO, 2003 dalam Patterson et al(2006:339) menyatakan bahwa terjadinya climate change disebabkan karena Tourism is an industry, hal ini diperjelas oleh Patterson (2006) bahwa pariwisata merupakan sebuah industri terbesar yang beberapa dekade ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, dan memungkinkan dengan pertumbuhan yang sedemikian besar tersebut maka dapat menimbulkan proses terjadinya climate change. Pendapat Patterson tersebut didukung oleh beberapa penelitian terkait Tourism and Climate change seperti: Amelung, et al (2009) yang menyatakan bahwa: “Tourism is a multi-billion euro industry that is highly dependent on climate resources. Climate change may provoke shifts in tourist flows, with large economic implications. Higham and Hall (2005) identified climate change as the number one challenge to tourism in the 21st century.[…..] Tourism encompasses a highly diversified range of holiday types. [……] All of these segments may have very specific weather requirements. One needs wind for sailing, snow for skiing, and relatively high temperatures for sunbathing on the beach, etc. Climate change can therefore be expected to have very diverse implications for all these different segments of the tourism market” Amelung, et al (2009:1).Disisi yang sama UNWTO (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa sebagai suatu industri, Pariwisata memberikan dampaknya, seperti pada tabel berikut ini:
  • 3. 2 Gambar 1, UNWTO (2007) Dukungan terhadap penelitian UNWTO disampaikan oleh ECOT (2009) yang menjelaskan The global tourism industry is a significant contributor to climate change. However, it should be noted that just 2 % of the world’s population actively takes part in air passenger transport, contributing to tourism’s share of global warming which is up to 12.5 % (if non‐CO2 effects are taken into account)2. Aviation alone contributes 4,9% of this.
  • 4. 3 Gambar 2, Sumber: Economic Commission for Latin America and the Caribbean, 2010 Dalam jurnalnya, ECOT mengkritik pernyataan UNWTO, yaitu: “Sensitive to the charge that they (UNWTO) are unconcerned about the climate change impact of flying but still adhering to the growth path, the aviation industry and the tourism sector have recently been hailing the development of “sustainably grown biofuels”. The United Nations World Tourism Organisation (UNWTO) is also waiting ―for the earliest possible global introduction of sustainable aviation biofuels.‖ These so‐called sustainable biofuels constitute a panacea so that the ‗business‐as‐usual‘ mode can continue. Are biofuels the answer for sustainable tourism development?. Pernyataan yang dikeluarkan ECOTsangat mengintimidasi pariwisata dan mengaburkan intelegensia dan Power UNWTO. Business as usual mengkategorikan pariwisata pada hakikatnya adalah global itu sendiri dan pada dasarnya pariwisata itu adalah massitu sendiri (Wearing 2009:67). Penelitian-penelitian diatas (secara mayoritas) merupakan suatu implikasi dari pariwisata
  • 5. 4 kepada climate change, namun bagaimana Climate change mempengaruhi pariwisata?. Penelitian yang dilakukan oleh Patterson dan didukung oleh Economic Commission for Latin America and the Caribbean (2010), menyatakan: “Uyarra et al. (2005) examined the impact of climate change by asking respondents about the likelihood of their returning to these islands in the event of coral bleaching and sea level rise. They found that more than 80% of the visitors to Bonaire and Barbados would be expected not to return to the islands in the event of these occurrences. Mather et al. (2005) examined the attraction of the Caribbean as a tourist destination for travellers from North America. This study established that the Caribbean subregion is likely to be less attractive to tourists due to factors such as increased temperatures, beach erosion, deterioration of reef quality and greater health risks.‖ Penelitian lainnya yang mendukung peneltian Patterson(2006) ini adalah Jacqueline M. Hamilton, David J. Maddison, Richard S. J. Tol(2005). Penelitian Hamiltonet al disimulasikan untuk 207 negara di dunia, penelitian ini menerangkan: “One can approach the relationship between tourism and climate (change) in 2 different ways, by looking: (1) at tourists, what they (should) prefer (e.g. Scott & McBoyle 2001, Amelung & Viner in press) or how they behave (e.g. Maddison 2001, Richardson & Loomis 2004); or (2) at destinations and how their attractiveness changes with climate and management (e.g. Abegg 1996, Craig-Smith & Ruhanen 2005, Perry 2005). Reviews of the climate and tourism literature are given by Hamilton & Tol (2004) and Scott et al. (2005). [.....]However, looking at a particular group of tourists or a particular destination is not enough to fully understand tourist behaviour. Tourism, like any market, is defined by supply and demand, by push and pull factors. Destinations compete for the most lucrative tourists, and tourists compete for the best deals. [……]Climate change would lead to a gradual shift of tourist destinations towards the poles and up the mountains. Climate change would also imply that the currently dominant group of international tourists— sun and beach lovers from Western Europe—would travel less far, or even stay in their home country, implying a fall of total international tourist numbers (relative to the baseline without climate change). The reverse is true for warmer countries; not only would these countries attract less foreign tourists, domestic tourists would be inclined to travel abroad for their holidays. The pattern of international tourism—towards higher latitudes and altitudes—found by Hamilton et al. (2005) is amplified by shifts in domestic tourism: higher
  • 6. 5 (lower) latitudes and altitudes would become more (less) attractive to international and domestic tourists alike. Gambar 3, Sumber Hamiltonet al (2005) As is shown in Hamilton et al. (2005), climate change perturbs the socio-economic scenario, but does not dominate it.Until 2020, climate change slows the growth of international tourism, as tourists from temperate and cool countries, particularly in Europe, stay within their own country. After 2020, more tourists originate in hot countries, and tourism numbers go up as they seek to spend their holiday at cooler destinations. if a cool country becomes warmer, it first attracts more international tourists, until it gets too warm and starts attracting fewer tourists.
  • 7. 6 Industri yang kebanyakan membuat hal-hal lokal menjadi global: Patterson menjelaskan bahwa pariwisata sedarinya sudah merupakan suatu industri yang memberi tekanan kepada sumber daya lokal untuk dikonsumsi secara global, hal ini didukung oleh beberapa penelitian terkait seperti: Gambar 4, Sumber: Amelung, et al (2009) Gambar 5, Sumber: Amelung, et al (2009)
  • 8. 7 Dari diagram tersebut, Petterson (2006) dan secara khusus Amelung et al (2009) meneliti mengenai bagaimana industri pariwisata menggunakan sumber daya lokal seperti pada Gambar6 yaitu air sebagai suatu kemasan konsumsi global. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa terjadinya tekanan sumber daya alam khususnya air yang digunakan di daerah Eropa untuk kepentingan Global Tourism. Dan dampaknya pada kawasan pariwisata Eropa adalah terjadinya Water Stress Level yang digambarkan pada diagram berikut: Gambar 6, Sumber: Amelung, et al (2009) Hal tersebut didukung dengan gambar 5, gambar 5 (pegunungan Les alpes) menerangkan tentang Ice level (Level kepadatan es) yang terdapat di eropa (seperti yang sudah dijelaskan di atas “All of these segments may have very specific weather requirements. One needs wind for sailing, snow for skiing”. Tingginya kunjungan wisatawan ke daerah tersebut, tingginya penggunaan akomodasi di daerah tersebut, tingginya penggunaan alat transportasi, penggunaan listrik, penggunaan pemanas ruangan dan lain sebagainya, mengakibatkan suatu hal yang mencengangkan dalam kurun waktu beberapa tahun. Kepadatan es diukur dari warna diagram, dari biru tua kepada biru muda, yang menjelaskan bahwa semakin biru gambar tersebut maka kepadatan es semakin besar, dan sebaliknya (Lihat dari kiri ke kanan). Pada gambar kiri menjelaskan mengenai level kepadatan es pada tahun sebelumnya sedangkan pada gambar kanan menjelaskan mengenai kondisi level kepadatan es pada tahun-tahun belakangan ini.
  • 9. 8 Uraian tentang Adaptasi dan mitigasi antara climate change dan pariwisata dari jurnal Patterson: 1. Pemerintah membutuhkan informasi dan infrastruktur untuk berhadapan dengan konflik ini. 2. Membuat suatu dialog antara pemerintah dan peneliti. 3. Diadakannya suatu pertemuan antaraclimate change researcher, policy makers and practitioners at six international meeting 4. Pengembangan adaptive governance, adaptive management, integreted assessment dan general system theory 5. Diadakannya suatu peneltian yang merupakan suatu langkah awal terhadap procces of study and design of public policy. 6. Membuat suatu model manajemen yang konseptual terhadap pelaku pembuat kebijakan publik yaitu pemerintah, seperti: Mengekstrak pengetahuan dari netwotk member secara profesional. Sharing informasi secara ringkas dan melakukan struktur konsensus Memfasilitasi informasi-informasi yang produktif Mengidentifikasi kesenjangan dalam pemberian informasi Mendefenisikan tujuan dan membentuk strategi Memberi informasi kepada network member dan mengaplikasikan pengetahuan secara luas. 7. Pembuat kebijakan harus menyadari fungsi mereka dan bertindak dengan kemampuan yang kreatif untuk menangani climate change. 8. Menciptakan model-model yang strategis dalam menghadapi climate change yang disebabkan oleh pariwisata, seperti menggunakan model 1 yang dinamakan Tourism dan Climate Change as a two-way street dan model ke 2 yaitu states and changes in tourism- climate system. 9. Model I (Pertama) berakar pada prinsip “Perubaan Iklim mempengaruhi kegiatan Pariwisata dan aktivitas pariwisata mempengaruhi perubahan iklim dunia.” 10. Adanya perhatian kepada kualitas kebijakan pariwisata yang konsern kepada pencegahan, mencoba memperkecil sifat kapitalis pariwisata.
  • 10. 9 11. Adaptasi yang dimaksudkan dalam ranah pariwisata adalah dilakukannya suatu perjalanan wisata yang ramah dan pro terhadap lingkungan sehingga tidak mempercepat climate change seperti Sustainable Tourism Development(Weaver 2006:18), Pariwisata Alternatif(Miller 2005:31), Pro Poor Tourism(Hall 2007:13), dan Ecotourism,(Fennell 2003:21). 12. Salah satu mitigasi, dalam hal ini kegiatan pariwisata dapat menjadi pelestari lingkungan namun apabila pelaksanaan pariwisata loss control, dapat berbahaya (tourism to climate). Sedangkan apabila suatu lingkungan tidak memberikan nilai ekonomi atau manfaat maka kesempatan lingkungan tersebut terbengkalai dan dirusak oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab semakin besar (climate to tourism), maka hal yang harus dilakukan adalah win-win solution. 13. Kesuksesan mitigasi dikarenakan adanya kooperasi (kerjasama) dari berbagai pihak. 14. Untuk mitigasi antara Tourism-Climate Change maka dibentuklah 2 buah model yang mencerminkan model sustainable tourism solution. 15. Dari paper ini Para peneliti ingin mencapai sustainability yang memanifestasikan dirinya ke dalam lingkungan global yang tidak pasti arah dan gejolaknya. (sustainability merupakan suatu strategi ekonomi yang optimis tanpa mengorbankan lingkungan secara lebih besar) 16. Keberlanjutan pengelolaan pariwisata yang mendukung lingkungan maupun sebaliknya, sebenarnya lebih terlaksana dengan baik melalui Political Forces dibandingkan Scientific Principle Research. Adaptasinya dengan mengembangkan perjalanan wisata yang berbasis alam. Walaupun sebenarnya kegiatan ini belum secara pasti dapat menghentikan climate change yang terjadi di dunia, langkah-langkah pengelolaan pariwisata yang dilakukan pada kondisi-kondisi sekarang ini, dipahami hanya sebagai “pelambat” terjadinya climate change. Dalam arti, perlu dilakukannya penelitian secara sistemik dengan model dinamik, sehingga dapat menjelaskan bagaimana pariwisata memberikan pengaruh yang cepat terhadap perubahan iklim dunia. Model untuk adaptasi dan mitigasi tersebut tergambar dalam model I, seperti di lembar berikut ini:
  • 11. 10 Kategori Contoh Tipe Destinasi dan Environmental Urban, biome, protected area dan lain sebagainya, yang mengisyaratkan untuk memberi dukungan terhadap aktivitas alam yang bersifat natural. Hal yang sama yang dikatakan oleh beberapa para ahli yaitu Saat ini telah terjadi perubahan pola konsumsi wisatawan terhadap suatu wilayah destinasi yaitu pariwisata massal kepadapariwisata berkelanjutan (Cooper 2010:124,131, Divino (2009), Hall 2006:158), ini merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk adaptasi dan memitigasi climate change secara cepat. Geographic Region Dari daerah kecil hingga benua Tourism Segments Segmen pasar yang diharapkan pun seperti wisatawan dengan kunjungan yang dilakukan per tahun, per musim dan sebagainya. Isu-Isu yang konsern Model ini konsern dengan isu-isu kesehatan (Reisman 2010:99) (perjalanan yang dekat dengan alam, bersifat organik dan kunjungan- kunjungan untuk mengobati diri dari penyakit), area-area yang sensitif seperti hutan lindung, Eagles (2002), maupun lingkungan bawah laut, Gales (2003). Keberlangsungan dari suatu kebudayaan atau etnik tertentu (Weaver 2006:18)
  • 12. 11 Gambar 7, Sumber: Patterson (2006) Adaptasi dan mitigasi dalam model ke 2, dijelaskan dalam skala, fungsi dan state changes. Skala yang dimaksudkan adalah individual, site, destination, nation, trans-national dan global (Individual dalam hal ini merupakan seseorang yang mempunyai keputusan, tindakan, persepsi untuk setiap hal yang akan dilakukannya dalam melakukan pariwisata dan berusaha memitigasi climate change, Site yang dimaksudkan dalam tabel ke 2 merupakan gambaran dari lokasi seperti pantai, taman, fasilitas pariwisata hotel dan lain sebagainya, Destination adalah suatu group yang memuat Site-Site dengan kelengkapan manajemen (marketing) di dalamnya, National dalam hal ini merupakan suatu kebijakan dan aksi yang berskala nasional di dalam 1 (satu) pemerintahan/negara, Trans-National merupakan suatu kebijakan yang disepakati oleh oleh 2 hingga lebih negara untuk tujuan politis, dan Global adalah keseluruhan hal-hal diatas yang mengikat Individual, Site dan seterusnya). Untuk menangani Fungsi yang dimaksudkan diatas adalah aspek sistemik yang mempunyai kecenderungannya cepat berubah, sangat tidak
  • 13. 12 menentu dan atau subjektif (flow). State changes (Stock), merupakan aspek dari pariwisata dan climate change, yang menjelaskan suatu petunjuk suatu perubahan secara perlahan. Pada Gambar 2 angka 1 merupakan iklim dan kondisi lingkungan secara nyata, hal ini mengarahkan kepada variabel-variabel dan beberapa komponen lingkungan yang mempengaruhi diagram B, yaitu sumber daya wisata (kondisi fisik, budaya, sosial, dan alam). Menggunakan suatu manajemen yang profesional untuk 2 (pengembangan), yang dapat mempengaruhi C, yaitu infrastruktur dan atraksinya (akomodasi, aktivitas, budaya, sosial, dan lingkungan), hal tersebut merupakan dasar dari host community dan turis harapkan yaitu sebuah pengalaman yang akan memutuskan suatu persepsi (Judgement dari suatu nilai dan keadilan antara kos dan benefit) C. yang menjelaskan bagaimana persepsi mempengaruhi broader hasil sosial yang tergantung pada nomor 4 yaitu komunikasi dan pengalaman yang telah di rasakan, masyarakat sipil (keikutsertaan, institusi formal maupun non formal, pemerintah). Berikutnya 5, yang mengacu kepada intervensi /evolusi yang dapat memutuskan D yaitu Aturan dan norma (adaptasi dan ukuran mitigasi (pencegahan), insentif, retribusi dan indikasi supply). Keseluruhan hal diatas mempengaruhi 6 yaitu behaviour atau tindakan yang kemudian berdampak pada E/aktivitas pariwisata. Pariwisata dan non sumber daya wisata dan variabel-variabel alami adalah 7 yaitu faktor-faktor yang dapat memerangi perubahan alam secara negatif kepada A/state of the climate. Penelitian mitigasi dan adaptasi untuk Tourism and climate change ini juga didukung oleh pernyataan Achim Steiner UN Undersecretary General And UNEP Executive Director: “far sighted action by the $880 billion international tourism industry will send important signals to governments, industries and the public that mitigation and adaptation to the climate change challenge make economic and environmental sense. it is the kind of leadership that can encourage others to look not only to their exposure and to the risks posed by climate change, but also to the abundant opportunities and benefits of cost effective action[…]four major mitigation strategies for addressing greenhouse gas emissions fromtourism can be distinguished: i) reducing energy use, ii) improving energyefficiency, iii) increasing the use of renewable energy, and iv) sequesteringcarbon through sinks. ". UNWTO (2007) Untuk melaksanakan 4 major mitigasi yang telah ditentukan diatas maka dibentuk juga suatu model yang hampir mirip dengan apa yang dikerjakan Patterson et al(2006) oleh UNWTO dalam Economic Commission for Latin America and the Caribbean(2010). Apabila diperhatikan dengan seksama dalam model yang di tampilkan oleh Patterson (2006) memuat suatu model yang general (teoritis) dan pendukung model (terapan) tersebut dapat dilihat pada tabel berikut yang menerangkan tentang Tourism Stakeholders And Climate Adaptation Strategies (model Patterson (2006) pada diagram B,2,C,5,D):
  • 14. 13 Type of adaptation Tourism operators/businesses Tourism industry associations Governments and communities Financial sector (investors/insurances) Technical Snow-making Slope contouring Rainwater collection and water recycling systems Cyclone-proof building design and structure Enable access to early warming equipment (e.g. radios) operators. Develop websites with information on adaptation measures. Reservoirs and desalination plants Fee structures for water consumption Weather forecasting and early warning systems Require advanced building design or material (fire resistant) standards for insurance Provide information material to customers Water conservation plans Low season closures Product and market diversification Regional diversification in business operations Redirect clients away from impacted destinations Snow condition reports through the media Use of shortterm seasonal forecasts for planning marketing activities. Training programmes on climate change adaptation. Encourage environmental management with firms (e.g. via certification) Impact management plans (e.g. Coral Bleaching Response Plan’) Convention/event interruption insurance Business subsidies (e.g. insurance or energy costs) Adjust insurance premiums or not renew insurance policies Restrict lending to high risk business operations Policy Hurricane interruption guarantees Comply with regulation (e.g. building code) Coordinated political lobbying for GHG emission reductions and adaptation mainstreaming Seek funding to implement adaptation projects Coastal management plans and set back requirements Building design standards (e.g. for hurricane force winds). Consideration of climate change in credit risk and project finance assessments Research Site location (e.g. north facing slopes, higher elevations for ski areas) Assess awareness of businesses and tourists, as well as knowledge gaps. Monitoring programs (.e.g. predict bleaching or avalanche risk, beach water quality) Extreme event risk exposure Education Water conservation education for employees and guests Public education campaign Water conservation campaigns Campaigns on the dangers of UV radiation Educate/inform potential and existing customers Behavioural Real-time webcams of snow conditions GHG emission offset programs GHG emission offset programs Water conservation initiatives Extreme event recovery marketing Good practice inhouse.
  • 15. 14 DAFTAR PUSTAKA Referensi pendukung untuk Jurnal Patterson (2006) “Tourism And Climate Change: Two Way Street, Or Vicious/Virtous Circle?, yaitu: Amelung, Bas, Alvaro Moreno, 2009.Impacts Of Climate Change In Tourism In Europe. Peseta-Tourism Study. Jrc Scientific And Technical Reports. European Commission, Joint Research Centre, Institute For Prospective Technological Studies. Economic Commission For Latin America And The Caribbean, 2010. Regional Report On The Impact Of Climate Change On The Tourism Sector (Journal Lc/Car/L.263). Ecumenical Coalition On Tourism (ECOT),2009. Climate Change And Tourism: Call For Action By Civil Society Groups. Hamilton,Jacqueline M.,David J. Maddison, Richard S. J. Tol, 2005. Effects Of Climate Change On International Tourism (Journal Climate Research Vol. 29: 245–254, 2005). Hamburg University And Centre For Marine And Atmospheric Science Wearing, Stephen And John Neil, 2009. Ecotourism Impacts, Potentials And Possibilites. Butterworth Heinemann. Burlington. World Tourism Organization (UNWTO), The United Nations Environment Programme (UNEP) And The World Meteorological Organization (WMO), 2007. Climate Change And Tourism: Responding To Global Challenges Advanced Summary 2007. Weaver, David, 2006. Sustainable Tourism. Elsevier Butterworth-Heinemann. Oxford. Miller, Graham And Louise Twining-Ward, 2005. Monitoring For A Sustainable Tourism Transition (The Challenge Of Using Indicators). CABI Publishing. United Kingdom. Hall, C. Michael, 2007. Pro Poor Tourism: Who Benefits? Perspective On Tourism And Poverty Reduction. Channel View Publications. United Kingdom And Usa. Fennell, David A. And Ross K.Dowling, 2003. Ecotourism Policy And Planning. CABI Publishing. United Kingdom Cooper, Erfurt Patricia And Malcolm Cooper, 2010. Volcano & Geothermal Tourism (Sustainable Geo-Resources For Leisure And Recreation). Earthscan. London & Washington Dc. Divino, Jose Angelo And Mcaleer Michael, 2009. Modelling Sustainable International Tourism Demand To The Brazilian Amazon. Department Economic. Brasilia And Madrid.
  • 16. 15 Hall, Michael. 2006. The Impact Of Tourism Knowledge (Journal Tourism Research). University Of Canterbury. Reisman, David, 2010. Health Tourism (Social Welfare Through International Trade). Edward Elgar Publishing Limited. United Kingdom Gales, Nick, Mark Hindell And Roger Kirkwood, 2003. Marine Mammals (Fisheries, Tourism And Management Issues). Csiro Publishing.