SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
Kajian Feminisme dalam Naskah 
Drama Monolog “Inggit” Karya 
Ahda Imran 
Desi Sri Cahyani 
NIM : 1203068 
Bahasa dan Sastra Indonesia 2012
Analisis Aspek 
Tekstual/ Cerita
Sinopsis Drama Monolog “Inggit” Karya Ahda Imran 
INGGIT 
ddiaiawwaalili Kisah Ratu 
Kisah Ratu 
Kusumaningrum 
Kusumaningrum 
Kehidupan Inggit 
yang sejak kecil 
disayang semua 
Kehidupan Inggit 
yang sejak kecil 
disayang semua 
orang 
orang 
Pernikahan Inggit 
dengan Nataatmadja 
Pernikahan Inggit 
dengan Nataatmadja 
kemudian 
pernikahannya 
dengan Sanusi 
kemudian 
pernikahannya 
dengan Sanusi 
Awal pertemuan 
Inggit dengan 
Awal pertemuan 
Inggit dengan 
Soekarno 
Soekarno 
Perceraian Inggit 
dengan Sanusi 
Perceraian Inggit 
dengan Sanusi 
Inggit menikah 
dengan Soekarno 
Inggit menikah 
dengan Soekarno 
Peran inggit sebagai 
isteri Soekarno 
Peran inggit sebagai 
isteri Soekarno 
Soekarno dipenjara di 
Banceuy kemudian pindah 
dipenjara di Sukamiskin 
Soekarno dipenjara di 
Banceuy kemudian pindah 
dipenjara di Sukamiskin 
Soekarno pada masa 
Soekarno pada masa 
pembuangan 
pembuangan 
Soekarno ingin 
memiliki keturunan 
dengan menikahi 
Soekarno ingin 
memiliki keturunan 
dengan menikahi 
Fatimah 
Fatimah 
Inggit memutuskan 
untuk bercerai 
Inggit memutuskan 
untuk bercerai
Bentuk Karya 
Drama Monolog 
Karena dalam drama “Inggit” hanya terdapat percakapan 
seorang pemain dengan dirinya sendiri. Apa yang diucapkan 
itu tidak ditujukan kepada orang lain. Isinya tokoh 
menceritakan kisah hidupnya. 
Drama Monolog 
Karena dalam drama “Inggit” hanya terdapat percakapan 
seorang pemain dengan dirinya sendiri. Apa yang diucapkan 
itu tidak ditujukan kepada orang lain. Isinya tokoh 
menceritakan kisah hidupnya.
Alur dan Pengaluran 
Analisis Alur Menurut A.J Greimas 
Skema Aktan 
Pengirim: 
Pengirim: 
Keputusan Inggit untuk 
bercerai dan kembali ke 
Keputusan Inggit untuk 
bercerai dan kembali ke 
Bandung. 
Bandung. 
Objek: 
Objek: 
Ingin memiliki keturunan 
dengan menikahi Fatimah 
Ingin memiliki keturunan 
dengan menikahi Fatimah 
Subjek : 
Soekarno 
Subjek : 
Soekarno 
Penerima: 
Inggit 
Penentang/ 
Penghambat: 
Keadaan masa 
pergerakan menuju 
kemerdekaan 
Penentang/ 
Penghambat: 
Keadaan masa 
pergerakan menuju 
kemerdekaan 
Penolong/ pembantu: 
Penolong/ pembantu: 
Inggit tidak bisa 
Inggit tidak bisa 
memberikan keturunan 
kepada Soekarno 
memberikan keturunan 
kepada Soekarno 
Penerima: 
Inggit
Bentuk Karya Analisis Pengaluran Menurut A.J Greimas 
Model Fungsional 
Situasi Awal 
Transformasi 
Tahap Uji Situasi Akhir 
Kecakapan Tahap Utama Tahap 
Keberhasilan 
Kisah kehidupan 
Inggit yang selalu 
disayangi semua 
orang, kemudian 
kisah perkawinan 
antara Inggit 
dengan Nata lalu 
dengan Sanusi 
akhirnya menikah 
dengan Soekarno 
Inggit menjadi 
isteri yang 
tangguh di 
samping 
Soekarno, segala 
pengorbanan 
dilakukan Inggit 
demi membantu 
Soekarno 
melakukan 
perjuangan 
termasuk setia 
mendampingi 
Soekarno ketika 
di penjara maupun 
ketika masa 
pembuangan. 
Keinginan 
Soekarno untuk 
memiliki 
keturunan dengan 
menikahi Fatimah 
yang sudah 
dianggap sebagai 
anak angkat 
mereka 
Inggit dapat 
mempertahankan 
harga dirinya 
sebagai perempuan 
dengan 
mengatakan 
“Tidak” pada 
kemauan seorang 
lelaki bernama 
Kusno 
Inggit meminta 
bercerai kepada 
Soekarno dan 
kembali pulang 
ke Bandung.
Tokoh dan 
DPramean oMkoonohloag nInggit hanya 
menampilkan satu tokoh riil yaitu 
tokoh Inggit dan 14 tokoh 
simbolik. Tokoh simbolik tersebut 
terdiri atas tokoh individual dan 
tokoh kolektif. Metode penyajian 
watak tokoh dengan metode 
dramatik, tokoh Inggit melalui 
monolognya, jalan pikiran, 
perasaan, sikap dan perbuatannya 
menceritakan setiap tokoh yang 
disebutkan dalam naskah.
Tokoh dan 
Penokohan 1. Tokoh Inggit 
1. Tokoh Inggit 
Fisiologis : cantik (“Jika kecantikan memberi perempuan dua pilihan, antara anugerah dan 
kutukan, maka aku bukanlah kutukan itu. Kecantikan telah mengantarkanku menemukan diriku 
sebagai perempuan dengan kaki yang lebih kukuh. Kecantikan telah membuat para lelaki dan 
semua orang menjadi tawanand an taklukkanku”) 
Psikologis : tidak mudah percaya (“Seperti kalian, aku pun bisa saja tak percaya.”), tidak 
percaya diri, selalu merendah (“Ah, tidak, mungkin aku berlebihan menilai diriku. Siapalah 
aku,...”), tidak setia (Seorang ibu kost yang kesepian yang tidur dengan seorang pemuda,...), 
(“Aku telah berbuat serong, bukan hanya perasaan dan hatiku, tapi juga aku telah berzinah.”), 
pekerja keras (“Dan demi hal itulah aku bekerja mencukupi kehidupan kami”), (“Dan jika berada 
dalam kesulitan seperti sekarang aku tak pernah menceritakan pada Kusno”), pemberani (“Aku 
sama sekali tak gentar karena tahu siapa yang kudampingi dan apa yang diperjuangkannya. ”) 
(“mengapa aku mesti tidak berani mengatakan hal yang sama ketika Kusno ingin menjadikan aku 
perempuan sebagai sebuah koloni lelaki.”), rela berkorban (“aku tak pernah memberi tahu pada 
suamiku tentang satu hal, yaitu, aku sering ke Sukamiskin hanya dengan berjalan kaki.”), 
penyayang (“Aku pun lalu menganggap Fatimah sebagai saudara Omi yang baru. Karena itulah 
aku tak membeda-bedakan mereka”), teguh pendirian (“Harga diriku tak bisa ditukar dengan 
sebutan apapun, bahkan dengan istana sekalipun.”) 
Sosiologis : disayang (“Sejak kecil aku hidup dengan pertanyaan, mengapa semua orang 
menyayangiku?”...) 
Jenis Tokoh : individual, riil, berkembang, penamaannya simbolik 
Fisiologis : cantik (“Jika kecantikan memberi perempuan dua pilihan, antara anugerah dan 
kutukan, maka aku bukanlah kutukan itu. Kecantikan telah mengantarkanku menemukan diriku 
sebagai perempuan dengan kaki yang lebih kukuh. Kecantikan telah membuat para lelaki dan 
semua orang menjadi tawanand an taklukkanku”) 
Psikologis : tidak mudah percaya (“Seperti kalian, aku pun bisa saja tak percaya.”), tidak 
percaya diri, selalu merendah (“Ah, tidak, mungkin aku berlebihan menilai diriku. Siapalah 
aku,...”), tidak setia (Seorang ibu kost yang kesepian yang tidur dengan seorang pemuda,...), 
(“Aku telah berbuat serong, bukan hanya perasaan dan hatiku, tapi juga aku telah berzinah.”), 
pekerja keras (“Dan demi hal itulah aku bekerja mencukupi kehidupan kami”), (“Dan jika berada 
dalam kesulitan seperti sekarang aku tak pernah menceritakan pada Kusno”), pemberani (“Aku 
sama sekali tak gentar karena tahu siapa yang kudampingi dan apa yang diperjuangkannya. ”) 
(“mengapa aku mesti tidak berani mengatakan hal yang sama ketika Kusno ingin menjadikan aku 
perempuan sebagai sebuah koloni lelaki.”), rela berkorban (“aku tak pernah memberi tahu pada 
suamiku tentang satu hal, yaitu, aku sering ke Sukamiskin hanya dengan berjalan kaki.”), 
penyayang (“Aku pun lalu menganggap Fatimah sebagai saudara Omi yang baru. Karena itulah 
aku tak membeda-bedakan mereka”), teguh pendirian (“Harga diriku tak bisa ditukar dengan 
sebutan apapun, bahkan dengan istana sekalipun.”) 
Sosiologis : disayang (“Sejak kecil aku hidup dengan pertanyaan, mengapa semua orang 
menyayangiku?”...) 
Jenis Tokoh : individual, riil, berkembang, penamaannya simbolik
Tokoh dan 
2P. Toekonh oSokekaornho an 
2. Tokoh Soekarno 
Fisiologis : sorot matanya tajam (“Sorot matanya tajam penuh semangat yang bergelora, tapi 
sangat menyejukkan. ”) 
Psikologis : (“Anak muda yang pesolek.”), (“Kusno itu anak muda yang menyenangkan. 
Dengan logat Jawa-nya dia pandai benar bergaul dan tidak ingin dilayani berlebihan. 
Tambahan lagi, dia pemuda yang hangat dan periang. ”), (“Dan di tengah percakapan itu 
kulihat Kusno sangat menonjol dan disegani.”), berani dan bertanggung jawab (“Ia 
mencintaiku dan ingin mengawiniku. Ia akan memintaku pada Kang Uci.”), (“Anak muda 
yang selalu padaku minta disayang dan dimanja. Di dengar cerita dan keluhannya.”), (“Ia 
seorang lelaki yang lembut dan amat menghargaiku”), (...,Kusno tak hanya pandai berdebat, 
tapi juga radikal dan penuh keberanian.), (“Tapi, tidak! Seperti singa yang terluka dan 
mengamuk, semangat Kusno semakin menjadi-jadi.”), mudah putus asa(“...pertamakali 
pintu yang berat itu tertutup rapat di hadapanku, aku rasanya hendak mati”), (“...dia lelaki 
yang suka dengan kerapihan dan sangat pemilih. Menyukai pakaian yang bagus dan harus 
selalu tampak rapih. Ia tidak suka segala yang tampak kotor. ”) 
Sosiologis :(“...dia menantu Pak Tjokro, tapi juga murid kesayangannya”), (“Singa podium 
yang menggetarkan semua orang”), student (“Ia hanya seorang student. Anak muda dengan 
cita-cita besar memimpin rakyat membebaskan tanah air dari penjajahan”) 
Jenis Tokoh : Individual, pembantu, riil 
Fisiologis : sorot matanya tajam (“Sorot matanya tajam penuh semangat yang bergelora, tapi 
sangat menyejukkan. ”) 
Psikologis : (“Anak muda yang pesolek.”), (“Kusno itu anak muda yang menyenangkan. 
Dengan logat Jawa-nya dia pandai benar bergaul dan tidak ingin dilayani berlebihan. 
Tambahan lagi, dia pemuda yang hangat dan periang. ”), (“Dan di tengah percakapan itu 
kulihat Kusno sangat menonjol dan disegani.”), berani dan bertanggung jawab (“Ia 
mencintaiku dan ingin mengawiniku. Ia akan memintaku pada Kang Uci.”), (“Anak muda 
yang selalu padaku minta disayang dan dimanja. Di dengar cerita dan keluhannya.”), (“Ia 
seorang lelaki yang lembut dan amat menghargaiku”), (...,Kusno tak hanya pandai berdebat, 
tapi juga radikal dan penuh keberanian.), (“Tapi, tidak! Seperti singa yang terluka dan 
mengamuk, semangat Kusno semakin menjadi-jadi.”), mudah putus asa(“...pertamakali 
pintu yang berat itu tertutup rapat di hadapanku, aku rasanya hendak mati”), (“...dia lelaki 
yang suka dengan kerapihan dan sangat pemilih. Menyukai pakaian yang bagus dan harus 
selalu tampak rapih. Ia tidak suka segala yang tampak kotor. ”) 
Sosiologis :(“...dia menantu Pak Tjokro, tapi juga murid kesayangannya”), (“Singa podium 
yang menggetarkan semua orang”), student (“Ia hanya seorang student. Anak muda dengan 
cita-cita besar memimpin rakyat membebaskan tanah air dari penjajahan”) 
Jenis Tokoh : Individual, pembantu, riil
Tokoh dan 
3P. Teoknoho Skanoushi an 
3. Tokoh Sanusi 
Fisiologis : sudah tua (“Mungkin karena usianya yang sudah sepuh, Kang Uci lebih memilih 
kesibukannya sendiri. ”) 
Psikologis : *penyayang (“Jika aku sedang mandi, dari arah mudik Kang Uci sering 
menghanyutkan tempurung buah maja yang diikat dengan benang. Tempurung itu hanyut dan 
terapung-apung ke tempat aku mandi. Di dalam tempurung itu aku menemukan pecahan uang 
logam...”) 
*tidak memiliki pendirian (“Tapi, tiba-tiba Kang Uci dijodohkan. Aku tidak tahu apakah 
Kang Uci menerima perjodohan itu karena memang terpaksa atau tidak, yang jelas aku 
ditinggalkan dan merasa sakit hati. ”) 
*pendiam (“Beda benar dengan Kang Uci yang pendiam. ”) 
*senang ke luar malam (“Ia lebih suka pergi sampai larut malam ke tempat bilyar.) 
*ikhlas, tulus, dan rela berkorban (“Kang Uci dengan ikhlas mengalah. Menceraikan dan 
menyerahkanku pada Kusno. Kang Uci melakukakannya sebagai sebuah pengorbanan demi 
masa depan Kusno yang kelak akan menjadi pemimpin tanah air.) 
Sosiologis : kaya, aktif berorganisasi (“Dia orang yang cukup kaya di Bandung. Dia 
pengurus Sarekat Islam di Bandung. ”) 
Jenis Tokoh : Individual, riil, pembantu 
Fisiologis : sudah tua (“Mungkin karena usianya yang sudah sepuh, Kang Uci lebih memilih 
kesibukannya sendiri. ”) 
Psikologis : *penyayang (“Jika aku sedang mandi, dari arah mudik Kang Uci sering 
menghanyutkan tempurung buah maja yang diikat dengan benang. Tempurung itu hanyut dan 
terapung-apung ke tempat aku mandi. Di dalam tempurung itu aku menemukan pecahan uang 
logam...”) 
*tidak memiliki pendirian (“Tapi, tiba-tiba Kang Uci dijodohkan. Aku tidak tahu apakah 
Kang Uci menerima perjodohan itu karena memang terpaksa atau tidak, yang jelas aku 
ditinggalkan dan merasa sakit hati. ”) 
*pendiam (“Beda benar dengan Kang Uci yang pendiam. ”) 
*senang ke luar malam (“Ia lebih suka pergi sampai larut malam ke tempat bilyar.) 
*ikhlas, tulus, dan rela berkorban (“Kang Uci dengan ikhlas mengalah. Menceraikan dan 
menyerahkanku pada Kusno. Kang Uci melakukakannya sebagai sebuah pengorbanan demi 
masa depan Kusno yang kelak akan menjadi pemimpin tanah air.) 
Sosiologis : kaya, aktif berorganisasi (“Dia orang yang cukup kaya di Bandung. Dia 
pengurus Sarekat Islam di Bandung. ”) 
Jenis Tokoh : Individual, riil, pembantu
Tokoh dan 
4P. Teoknoho Nkatoaahtmaadnja 
Fisiologis : - 
Psikologis : - 
Sosiologis : seorang Kopral Residen (“Bahkan aku masih terus menerima 
pemberian mereka meski aku sudah menjadi istri seorang Kopral Residen, Kang 
Nataatmadja..”) 
Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 
4. Tokoh Nataatmadja 
Fisiologis : - 
Psikologis : - 
Sosiologis : seorang Kopral Residen (“Bahkan aku masih terus menerima 
pemberian mereka meski aku sudah menjadi istri seorang Kopral Residen, Kang 
Nataatmadja..”) 
Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 
5. Tokoh Tjokroaminoto 
Fisiologis : - 
Psikologis : perhatian (“Dalam surat itu Pak Tjokro minta tolong agar suamiku 
mencarikan pemondokan untuk menantunya yang akan bersekolah di Bandung, di 
THS.”) 
Sosiologis : mertua Soekarno, ayahnya Utari isteri pertama Soekarno. Guru yang 
dihormati (“Guru yang sudah menjadi orang tuanya sendiri.”) 
Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 
5. Tokoh Tjokroaminoto 
Fisiologis : - 
Psikologis : perhatian (“Dalam surat itu Pak Tjokro minta tolong agar suamiku 
mencarikan pemondokan untuk menantunya yang akan bersekolah di Bandung, di 
THS.”) 
Sosiologis : mertua Soekarno, ayahnya Utari isteri pertama Soekarno. Guru yang 
dihormati (“Guru yang sudah menjadi orang tuanya sendiri.”) 
Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu
Tokoh dan 
6P. Teoknoho Uktaorihan 
Fisiologis : berusia 16 tahun (“Usia Utari masih 16 tahun dan mereka kelihatan 
seperti dua kakak beradik ketimbang sebagai suami istri.”) 
Psikologis :- 
Sosiologis : isteri Soekarno (“Suatu hari Kusno kembali ke Surabaya menjemput 
Utari istrinya dan membawanya ke Bandung, tinggal bersama kami”) 
Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 
6. Tokoh Utari 
Fisiologis : berusia 16 tahun (“Usia Utari masih 16 tahun dan mereka kelihatan 
seperti dua kakak beradik ketimbang sebagai suami istri.”) 
Psikologis :- 
Sosiologis : isteri Soekarno (“Suatu hari Kusno kembali ke Surabaya menjemput 
Utari istrinya dan membawanya ke Bandung, tinggal bersama kami”) 
Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 
7. Tokoh Dr.Tjipto, Douwes Dekker, Sastrokartono 
Fisiologis :- 
Psikologis :- 
Sosiologis : teman-teman pergerakan Soekarno (“... untuk uang saku suamiku jika ia 
berpergian menemui teman-teman pergerakan. Ke rumah Dr. Tjipto, Douwes 
Dekker, atau ke rumah Sosrokartono”) 
Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu 
7. Tokoh Dr.Tjipto, Douwes Dekker, Sastrokartono 
Fisiologis :- 
Psikologis :- 
Sosiologis : teman-teman pergerakan Soekarno (“... untuk uang saku suamiku jika ia 
berpergian menemui teman-teman pergerakan. Ke rumah Dr. Tjipto, Douwes 
Dekker, atau ke rumah Sosrokartono”) 
Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu
Tokoh dan 
8P. Teoknoho Skuwoarhsiah Dnjojopuspito dan Suwarni 
Fisiologis : masih muda 
Psikologis : - 
Sosiologis : pelajar , orang pergerakan (“Aku memang bukan perempuan student 
dan orang pergerakkan seperti Suwarsih Djojopuspito atau Suwarni, perempuan 
yang pernah berdebat dengan Kusno dalam sebuah rapat pemuda. ”) 
Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu 
8. Tokoh Suwarsih Djojopuspito dan Suwarni 
Fisiologis : masih muda 
Psikologis : - 
Sosiologis : pelajar , orang pergerakan (“Aku memang bukan perempuan student 
dan orang pergerakkan seperti Suwarsih Djojopuspito atau Suwarni, perempuan 
yang pernah berdebat dengan Kusno dalam sebuah rapat pemuda. ”) 
Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu 
9. Tokoh Syahrir, Dr.Tjipto, Sartono, Anwari, Sunario, Maskun dan Gatot 
Mangkudipraja 
Fisiologis : masih muda 
Psikologis : pintar (“Syahrir, anak muda yang pintar dan sering datang ke rumah 
kami,...”), bijak dan pandai (“...Dr. Tjipto yang bijak dan pandai,...”) 
Sosiologis : teman seperjuangan Soekarno (“Bersama Sartono, Sunario, Anwari, 
suamiku tetap dengan keinginannya.”), (“Bersama Kusno, ditangkap juga Maskun 
dan Gatot Mangkudipraja. “) 
Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu 
9. Tokoh Syahrir, Dr.Tjipto, Sartono, Anwari, Sunario, Maskun dan Gatot 
Mangkudipraja 
Fisiologis : masih muda 
Psikologis : pintar (“Syahrir, anak muda yang pintar dan sering datang ke rumah 
kami,...”), bijak dan pandai (“...Dr. Tjipto yang bijak dan pandai,...”) 
Sosiologis : teman seperjuangan Soekarno (“Bersama Sartono, Sunario, Anwari, 
suamiku tetap dengan keinginannya.”), (“Bersama Kusno, ditangkap juga Maskun 
dan Gatot Mangkudipraja. “) 
Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu
Tokoh dan 
Penokohan 
10. Tokoh Husni Thamrin, Muh.Yamin, Amir Syarifudin, Ali Sastroamidjojo, 
dan orang-orang pergerakan 
Fisiologis :- 
Psikologis : *kritis, penuh semangat (“Husni Thamrin dan orang-orang 
pergerakkan memprotes penangkapan Kusno yang melanggar hak orang berserikat. 
Husni Thamrin dan teman-temannya bahkan mengajukan mosi, mereka protes pada 
perlakuan pemerintah.”), 
*setia kawan (“Husni Thamrin. Mr Sartono, Muh. Yamin, Amir Syarifudin, Ali 
Sastroamidjojo dan teman-teman seperjuangannya, bahkan berbagai organisasi 
perjuangan sampai tukang bendi, menyambut kepulangannya.”) 
Sosiologis : teman seperjuangan Soekarno 
Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu 
10. Tokoh Husni Thamrin, Muh.Yamin, Amir Syarifudin, Ali Sastroamidjojo, 
dan orang-orang pergerakan 
Fisiologis :- 
Psikologis : *kritis, penuh semangat (“Husni Thamrin dan orang-orang 
pergerakkan memprotes penangkapan Kusno yang melanggar hak orang berserikat. 
Husni Thamrin dan teman-temannya bahkan mengajukan mosi, mereka protes pada 
perlakuan pemerintah.”), 
*setia kawan (“Husni Thamrin. Mr Sartono, Muh. Yamin, Amir Syarifudin, Ali 
Sastroamidjojo dan teman-teman seperjuangannya, bahkan berbagai organisasi 
perjuangan sampai tukang bendi, menyambut kepulangannya.”) 
Sosiologis : teman seperjuangan Soekarno 
Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu
Tokoh dan 
1P1. eA.nHaosskanohan 
Fisiologis :- 
Psikologis : senang berdiskusi perihal agama , baik hati (“Berdiskusi perihal 
agama.”...”A. Hassan mengirimkan buku-buku agama untuk suamiku.”, 
”...mengirim surat pada A.Hassan dan mendiskusikannya..”) 
Sosiologis : teman Soekarno 
Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 
11. A.Hassan 
Fisiologis :- 
Psikologis : senang berdiskusi perihal agama , baik hati (“Berdiskusi perihal 
agama.”...”A. Hassan mengirimkan buku-buku agama untuk suamiku.”, 
”...mengirim surat pada A.Hassan dan mendiskusikannya..”) 
Sosiologis : teman Soekarno 
Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 
12. Tokoh Hasan Din 
Fisiologis :- 
Psikologis : baik hati (“Bahkan suatu hari atas tawaran Hassan Din, suamiku 
mengajar di sekolah Muhammadiyah.”) 
Sosiologis : ayah Fatimah (“Tadi sore Hasan Din kepala sekolah Muhammadiyah 
itu bertandang. Membawa istri dan anak gadisnya Fatimah. ”) 
Jenis Tokoh : Individual, riil, pembantu 
12. Tokoh Hasan Din 
Fisiologis :- 
Psikologis : baik hati (“Bahkan suatu hari atas tawaran Hassan Din, suamiku 
mengajar di sekolah Muhammadiyah.”) 
Sosiologis : ayah Fatimah (“Tadi sore Hasan Din kepala sekolah Muhammadiyah 
itu bertandang. Membawa istri dan anak gadisnya Fatimah. ”) 
Jenis Tokoh : Individual, riil, pembantu
Tokoh dan 
1P3. eTonkooh kFaotimhaah n 
Fisiologis : gadis 
Psikologis : - 
Sosiologis : anak gadis Hasan Din yang ingin meneruskan sekolahnya (“Fatimah 
sudah tidak sekolah lagi, hanya giat di Nasyatul Aisyah di dekat perbatasan 
Lubung Linggau dan Bengkulu. Hassan Din ingin menyekolahkan putrinya di 
Bengkulu.”) 
Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 
13. Tokoh Fatimah 
Fisiologis : gadis 
Psikologis : - 
Sosiologis : anak gadis Hasan Din yang ingin meneruskan sekolahnya (“Fatimah 
sudah tidak sekolah lagi, hanya giat di Nasyatul Aisyah di dekat perbatasan 
Lubung Linggau dan Bengkulu. Hassan Din ingin menyekolahkan putrinya di 
Bengkulu.”) 
Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 
14. 14. Tokoh Tokoh Omi, Omi, Amsi, Amsi, Muhasan. Muhasan. Dan Dan Karmini 
Karmini 
Fisiologis Fisiologis :- 
:- 
Psikologis Psikologis : : setia setia (“(“Pagi Pagi hari hari kami kami diberangkatkan diberangkatkan dari dari Bandung Bandung ke ke Surabaya 
Surabaya 
dengan dengan kereta kereta api. api. Aku, Aku, Omi Omi anak anak angkat angkat kami, kami, ibuku ibuku Amsi, Amsi, dan dan dua dua orang 
orang 
pembantu pembantu kami kami yang yang setia, setia, Muhasan Muhasan dan dan Karmini. Karmini. Kusno Kusno berada berada di di gerbong gerbong yang 
yang 
lain. lain. ”) 
”) 
Sosiologis Sosiologis :anak :anak angkat, angkat, orangtua, orangtua, pembantu 
pembantu 
Jenis Jenis Tokoh Tokoh : : kolektif, kolektif, riil, riil, pembantu 
pembantu
Latar 
a. Latar Ruang 
1. Kamar 
(“Inggit berada dalam kamar yang tampak berantakan”) 
2. Banjaran, Desa Kamasan 
(“Aku lahir di Banjaran, di Desa Kamasan.”) 
3. Pasar, alun-alun 
(“Di pasar dan di alun-alun, aku selalu menemukan orang-orang yang memberiku persembahan.”) 
4. Bandung 
(“Dia orang yang cukup kaya di Bandung. Dia pengurus Sarekat Islam di Bandung.”) 
5. Sungai Cikapundung 
(“Sungai Cikapundung adalah kenangan manisku dengan Kang Uci”) 
6. Surabaya 
(“Ada surat dari Surabaya, dari Pak Tjokroaminoto untuk suamiku Kang Uci.”) 
7. Pemondokan 
(“Ada juga pemondokan yang kosong, tapi sudah reyot dan tidak pantas rasanya untuk seorang 
a. Latar Ruang 
1. Kamar 
(“Inggit berada dalam kamar yang tampak berantakan”) 
2. Banjaran, Desa Kamasan 
(“Aku lahir di Banjaran, di Desa Kamasan.”) 
3. Pasar, alun-alun 
(“Di pasar dan di alun-alun, aku selalu menemukan orang-orang yang memberiku persembahan.”) 
4. Bandung 
(“Dia orang yang cukup kaya di Bandung. Dia pengurus Sarekat Islam di Bandung.”) 
5. Sungai Cikapundung 
(“Sungai Cikapundung adalah kenangan manisku dengan Kang Uci”) 
6. Surabaya 
(“Ada surat dari Surabaya, dari Pak Tjokroaminoto untuk suamiku Kang Uci.”) 
7. Pemondokan 
(“Ada juga pemondokan yang kosong, tapi sudah reyot dan tidak pantas rasanya untuk seorang 
student”) 
student”) 
8. Kamar depan 
(“Tiba-tiba saja Kang Uci mengatakan tak ada salahnya jika menantu Pak Tjokro itu kami 
8. Kamar depan 
(“Tiba-tiba saja Kang Uci mengatakan tak ada salahnya jika menantu Pak Tjokro itu kami 
tempatkan di kamar depan rumah kami saja.”) 
tempatkan di kamar depan rumah kami saja.”) 
9. Rumah 
(“Kedatangan para student ke rumah kami tentu saja membuat aku selalu sibuk melayani 
9. Rumah 
(“Kedatangan para student ke rumah kami tentu saja membuat aku selalu sibuk melayani 
mereka.”) 
mereka.”)
Latar 
10. Tempat bilyar 
(“Ia lebih suka pergi sampai larut malam ke tempat bilyar.”) 
11. Jurang 
(“Tiba-tiba sebuah jurang seperti mulai menganga di antara kami...”) 
12. Ruang tamu 
(“Inggit membenahi piring dan cangkir-cangkir kopi di atas meja bekas, sisa dari sebuah 
10. Tempat bilyar 
(“Ia lebih suka pergi sampai larut malam ke tempat bilyar.”) 
11. Jurang 
(“Tiba-tiba sebuah jurang seperti mulai menganga di antara kami...”) 
12. Ruang tamu 
(“Inggit membenahi piring dan cangkir-cangkir kopi di atas meja bekas, sisa dari sebuah 
pertemuan. Lalu duduk kembali sambil membersihkan peci atau membuat kopi tubruk.”) 
pertemuan. Lalu duduk kembali sambil membersihkan peci atau membuat kopi tubruk.”) 
13. Sekolah 
(“kesukaannya setiap pagi sebelum ia pergi ke sekolah”) 
14. Tengah rumah 
(“Banyak malam kami habiskan bercakap-cakap berdua di tengah rumah”) 
15. (“Kota Bandung di kelilinginya, juga Ujungberung, Lembang, Cimahi, Padalarang, Yogja, 
13. Sekolah 
(“kesukaannya setiap pagi sebelum ia pergi ke sekolah”) 
14. Tengah rumah 
(“Banyak malam kami habiskan bercakap-cakap berdua di tengah rumah”) 
15. (“Kota Bandung di kelilinginya, juga Ujungberung, Lembang, Cimahi, Padalarang, Yogja, 
Garut, Semarang, Surabaya, Jakarta, dan banyak tempat di berbagai daerah yang kami 
datangi”) 
Garut, Semarang, Surabaya, Jakarta, dan banyak tempat di berbagai daerah yang kami 
datangi”) 
16. Belanda 
(“Kongres anti kolonialisme di Brussel yang dihadiri oleh perwakilan Indonesia, penangkapan 
16. Belanda 
(“Kongres anti kolonialisme di Brussel yang dihadiri oleh perwakilan Indonesia, penangkapan 
Mohammad Hatta dan para mahasiswa Indonesia di Belanda, atau peristiwa Sumpah 
Pemuda”) 
Mohammad Hatta dan para mahasiswa Indonesia di Belanda, atau peristiwa Sumpah 
Pemuda”) 
17. (“Dalam sebuah pertemuan di rumah Dr. Tjipto, Kusno menyatakan keinginannya untuk 
17. (“Dalam sebuah pertemuan di rumah Dr. Tjipto, Kusno menyatakan keinginannya untuk 
mendirikan sebuah perkumpulan, sebuah partai yang radikal”) 
mendirikan sebuah perkumpulan, sebuah partai yang radikal”) 
18. (“Ia dituduh terlibat dalam pemberontakan itu. Ia dibuang ke Pulau Banda. Tempat praktiknya 
18. (“Ia dituduh terlibat dalam pemberontakan itu. Ia dibuang ke Pulau Banda. Tempat praktiknya 
di Tegallega ditutup.”) 
di Tegallega ditutup.”) 
19. Jalan 
(“Akhirnya aku pulang ke Bandung seorang diri, berdoa sepanjang jalan untuk keselamatan 
19. Jalan 
(“Akhirnya aku pulang ke Bandung seorang diri, berdoa sepanjang jalan untuk keselamatan 
suamiku.”) 
suamiku.”)
Latar 20. penjara, gerbang penjara 
(“Dia sudah dibawa ke Bandung dan dijebloskan ke penjara Banceuy...”), (“...berdiri di gerbang 
penjara,...”) 
21. (“Di Volksraad, Husni Thamrin dan orang-orang pergerakkan memprotes penangkapan Kusno yang 
melanggar hak orang berserikat.”), (“Dari Negeri Belanda, Perhimpunan Indonesia juga mengirim 
telegram.”) 
22. Pengadilan 
(“Selama beberapa hari dalam pengadilan itu hakim mencecar suamiku dengan berbagai pertanyaan 
yang menjebak”) 
23.Sukamiskin 
(“Dia dipindahkan ke Sukamiskin. Penjara yang letaknya 10 kilometer dari Bandung”) 
24.(“Kota-kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah kami jelajahi”) 
25. (“Di depan Volksraad pemerintah Hindia Belanda memutuskan pembuangan suamiku ke Ende di 
Flores. ”) 
26. (“Sungai Cikapundung tempatku kecil dulu bermain, juga Gedung Landraad. ”) 
27. (“Setelah menginap semalam di Surabaya, kami dibawa ke pelabuhan Tanjung Perak. Tak disangka 
orang penuh sesak , berjejal di pinggil jalan, mereka meneriakkan nama suamiku, ”) 
28. (“Suara laut dan lengking kapal.”) 
29. (“... suamiku mengajar di sekolah Muhammadiyah”) 
30. (“Hari dan pekan kami lewati dengan tenang di Bengkulu. Sering kami seisi rumah berjalan-jalan ke 
pantai”) 
31. (“Ia sedang menulis sebuah karangan untuk menjawab bantahan A. Muchlis terhadap tulisan 
suamiku di suratkabar Pandji Islam di Medan.”) 
32. (“Kami dimasukkan ke dalam mobil itu.”) 
33. (“Kami dilarikan ke Padang”) 
20. penjara, gerbang penjara 
(“Dia sudah dibawa ke Bandung dan dijebloskan ke penjara Banceuy...”), (“...berdiri di gerbang 
penjara,...”) 
21. (“Di Volksraad, Husni Thamrin dan orang-orang pergerakkan memprotes penangkapan Kusno yang 
melanggar hak orang berserikat.”), (“Dari Negeri Belanda, Perhimpunan Indonesia juga mengirim 
telegram.”) 
22. Pengadilan 
(“Selama beberapa hari dalam pengadilan itu hakim mencecar suamiku dengan berbagai pertanyaan 
yang menjebak”) 
23.Sukamiskin 
(“Dia dipindahkan ke Sukamiskin. Penjara yang letaknya 10 kilometer dari Bandung”) 
24.(“Kota-kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah kami jelajahi”) 
25. (“Di depan Volksraad pemerintah Hindia Belanda memutuskan pembuangan suamiku ke Ende di 
Flores. ”) 
26. (“Sungai Cikapundung tempatku kecil dulu bermain, juga Gedung Landraad. ”) 
27. (“Setelah menginap semalam di Surabaya, kami dibawa ke pelabuhan Tanjung Perak. Tak disangka 
orang penuh sesak , berjejal di pinggil jalan, mereka meneriakkan nama suamiku, ”) 
28. (“Suara laut dan lengking kapal.”) 
29. (“... suamiku mengajar di sekolah Muhammadiyah”) 
30. (“Hari dan pekan kami lewati dengan tenang di Bengkulu. Sering kami seisi rumah berjalan-jalan ke 
pantai”) 
31. (“Ia sedang menulis sebuah karangan untuk menjawab bantahan A. Muchlis terhadap tulisan 
suamiku di suratkabar Pandji Islam di Medan.”) 
32. (“Kami dimasukkan ke dalam mobil itu.”) 
33. (“Kami dilarikan ke Padang”)
Latar 
34. (“Menyeberangi beberapa sungai besar dengan rakit. Margrib kami sampai di kota kecil 
Muko-muko. Para pengawal polisi itu mempersilahkan kami beristirahat di sebuah 
pesangrahan.”) 
35. (“Kami menemukan dusun kecil dan menginap di sebuah gubuk yang tak terpakai”) 
36. (“Tapi kapal yang akan membawa kami itu diserang oleh tentara Jepang dan karam di 
dekat Teluk Bayur”) 
37. (“Akhirnya kami meninggalkan Padang, menuju Palembang”) 
Jelaskan masa kini, masa lampau, masa kini 
34. (“Menyeberangi beberapa sungai besar dengan rakit. Margrib kami sampai di kota kecil 
Muko-muko. Para pengawal polisi itu mempersilahkan kami beristirahat di sebuah 
pesangrahan.”) 
35. (“Kami menemukan dusun kecil dan menginap di sebuah gubuk yang tak terpakai”) 
36. (“Tapi kapal yang akan membawa kami itu diserang oleh tentara Jepang dan karam di 
dekat Teluk Bayur”) 
37. (“Akhirnya kami meninggalkan Padang, menuju Palembang”) 
Jelaskan masa kini, masa lampau, masa kini 
Latar tempat pada naskah monolog 
“Inggit” ini lebih banyak menunjukkan 
latar geografis karena cerita yang 
disampaikan berupa perjalanan hidup 
seorang Inggit. Walaupun sebagian ada 
yang menunjukkan latar simbolik.
Latar 
b. Latar Waktu 
1. (“Inggit masih muda. Belasan atau Duapuluh tahunan. Memakai pakaian 
ronggeng atau yang mengingatkan orang pada penari ronggeng.”) 
2. (“Berganti hari dan pekan Kusno makin menjadi bagian dari rumah kami”) 
3. (“Tapi aku senang melakukannya, termasuk menyiapkan kopi tubruk 
kesukaannya setiap pagi sebelum ia pergi ke sekolah. “) 
4. (“Suatu malam di tengah rumah ketika kami hanya berdua saja, ...”) 
5. (“Padahal ini adalah tahun yang berat. ”) 
6. (“Hari, pekan, dan bulan kami lewati di pembuangan dengan perasaan yang 
ringan.”) 
b. Latar Waktu 
1. (“Inggit masih muda. Belasan atau Duapuluh tahunan. Memakai pakaian 
ronggeng atau yang mengingatkan orang pada penari ronggeng.”) 
2. (“Berganti hari dan pekan Kusno makin menjadi bagian dari rumah kami”) 
3. (“Tapi aku senang melakukannya, termasuk menyiapkan kopi tubruk 
kesukaannya setiap pagi sebelum ia pergi ke sekolah. “) 
4. (“Suatu malam di tengah rumah ketika kami hanya berdua saja, ...”) 
5. (“Padahal ini adalah tahun yang berat. ”) 
6. (“Hari, pekan, dan bulan kami lewati di pembuangan dengan perasaan yang 
ringan.”)
Bahasa dan Fungsi Bahasa 
Bahasa yang digunakan dalam naskah drama Monolog 
“Inggit” secara umum menggunakan bahasa Indonesia 
walaupun terdapat sisipan diksi-diksi bahasa Sunda. 
(“Tidak, kasep. Jangan berpikir begitu. Jangan berkecil 
hati. Di rumah semuanya beres. Aku masih bisa bekerja 
untuk mencari uang. Beres, kasep, beres.”), (“Inggit, geura 
dangdos, urang jalan-jalan”)
Bahasa dan Fungsi Bahasa 
Fungsi Bahasa menurut Halliday 
1. Fungsi regulatoris : penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah 
laku 
(“Tegakkan dirimu, Bung karno! Tegakkan! Ingat semua cita-citamu untuk memimpin 
rakyat! Jangan luntur hanya karena cobaan dan penjara! Aku istrimu akan berada di 
sampingmu dan akan selalu di sampingmu!”) 
2. Fungsi interaksional : untuk saling mencurahkan perasan pemikiran antara seseorang 
dan orang lain 
(“Kalau begitu. Aku minta pengertian Inggit. Perkawinan kita tak bisa lagi 
dipertahankan .Begitu dia bilang. Aku memandangnya dengan tenang, dan kukatakan, 
(Inggit melepas gelung rambutnya, membiarkan rambut kini terurai) 
Baik. Dan Kus sudah tahu jawabanku sejak di Bengkulu. Kita akhiri ini semua ini 
dengan baik-baik”) 
3. Fungsi personal : untuk mencurahkan perasaan dan pikiran 
(“Dan sebagai perempuan aku sudah menunaikan kewajibanku, mengatakan “Tidak” 
pada kemauan seorang lelaki bernama Kusno. Dan demi kata itu, baik aku memilih 
kembali ke Bandung. Membawa kembali peti tua ini dan semua harga diriku... ”)
Analisis Aspek 
Pertunjukkan
a. Visual 
 Tata Panggung : berbentuk panggung pementasan yang diset properti 
seperti di dalam rumah, ada dua kursi dan satu meja yang berfungsi 
menunjukkan sebagai ruang tamu, kemudian ranjang yang menunjukkan 
kamar. Kemudian bufet yang terdapat pajangan foto Soekarno. 
 Tata Rias : menggunakan tata rias korektif karena bentuk tata rias nya 
bersifat menyempurnakan (koreksi) atau menyembunyikan kekurangan-kekurangan 
yang ada pada wajah dan menonjolkan hal-hal yang menarik 
dari wajah. 
 Tata Busana : tokoh Inggit menggunakan kebaya, sanggul dan suntingan 
cempaka kuning yang menjadi ciri Inggit berasal dari tanah Pasundan. 
 Tata Cahaya : sudah baik, cahaya diatur sesuai dengan adegan yang akan 
diperankan. Hal ini bertujuan untuk menghadirkan suasana yang dapat 
mempengaruhi emosi penonton. 
SATU: Panggung Redup 
Takdir yang mengatur kata mana yang boleh dan tidak boleh dimiliki oleh 
perempuan. (Lampu Redup) 
DUA: Panggung terang. Inggit masih muda.....
b. Gerak 
Gerak pemain sangat bagus sekali karena tokoh 
Inggit diperankan oleh pemain yang telah profesional. 
Sosok Inggit terwakili oleh Happy Salma yang mampu 
menguasai emosional penonton.
c. Audio 
Musik pembuka adalah musik di awal pementasan drama yang berfungsi untuk 
merangsang imajinasi penonton dalam memberikan sedikit gambaran tentang pertunjukan 
yang akan di sajikan, atau bisa juga untuk pengkondisian penonton. (“SATU: Panggung 
Redup (Intro) Musik kecapi suling, sayup-sayup,.....lalu terdengar suara seseorang 
seperti membacakan dongeng.”) 
Musik pengiring : (“Inggit masih muda. Belasan atau Duapuluh tahunan. Memakai 
pakaian ronggeng atau yang mengingatkan orang pada penari ronggeng. Musik 
sayup.”) 
Musik Suasana musik yang menghidupkan irama permainana serta suasana dalam 
pertunjukan baik senang maupun gembira, sedih, tragis. (Suara Pidato Soekarno), 
(Panggung gelap, lalu cahaya masuk, redup. Inggit berdiri, diperutnya terikat buku, 
kue-kue nagasari yang isinya terbuka dan setengah terbuka.), (Lampu 
redup bersamaan dengan suara Soekarno membacakan teks Indonesia Menggugat), 
“Baik. Dan Kus sudah tahu jawabanku sejak di Bengkulu. Kita akhiri ini semua ini dengan 
baik-baik”(Musik Sunda, kecapi suling yang liris menyayat) 
Musik penutup: musik kecapi suling 
c. Audio 
Musik pembuka adalah musik di awal pementasan drama yang berfungsi untuk 
merangsang imajinasi penonton dalam memberikan sedikit gambaran tentang pertunjukan 
yang akan di sajikan, atau bisa juga untuk pengkondisian penonton. (“SATU: Panggung 
Redup (Intro) Musik kecapi suling, sayup-sayup,.....lalu terdengar suara seseorang 
seperti membacakan dongeng.”) 
Musik pengiring : (“Inggit masih muda. Belasan atau Duapuluh tahunan. Memakai 
pakaian ronggeng atau yang mengingatkan orang pada penari ronggeng. Musik 
sayup.”) 
Musik Suasana musik yang menghidupkan irama permainana serta suasana dalam 
pertunjukan baik senang maupun gembira, sedih, tragis. (Suara Pidato Soekarno), 
(Panggung gelap, lalu cahaya masuk, redup. Inggit berdiri, diperutnya terikat buku, 
kue-kue nagasari yang isinya terbuka dan setengah terbuka.), (Lampu 
redup bersamaan dengan suara Soekarno membacakan teks Indonesia Menggugat), 
“Baik. Dan Kus sudah tahu jawabanku sejak di Bengkulu. Kita akhiri ini semua ini dengan 
baik-baik”(Musik Sunda, kecapi suling yang liris menyayat) 
Musik penutup: musik kecapi suling
Analisis Keteguhan Prinsip Perempuan dalam 
Naskah Monolog “Inggit” Berdasarkan Teori 
FeFmemiinniissmme elahir awal abad ke 20,dipelopori Virginia Woolf 
dalam bukunya yang berjudul A Room of One’s Own 
(1929). 
 Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (woman), 
berarti perempuan yang bertujuan untuk memperjuangkan 
hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. 
 Tujuan feminis adalah keseimbangan, interelasi gender. 
 Dalam pengertian yang lebih luas, feminis adalah gerakan 
kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang 
dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh 
kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan 
ekonomi maupun kehidupan sosial dan budaya pada 
umumnya. 
 Feminisme lahir awal abad ke 20,dipelopori Virginia Woolf 
dalam bukunya yang berjudul A Room of One’s Own 
(1929). 
 Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (woman), 
berarti perempuan yang bertujuan untuk memperjuangkan 
hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. 
 Tujuan feminis adalah keseimbangan, interelasi gender. 
 Dalam pengertian yang lebih luas, feminis adalah gerakan 
kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang 
dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh 
kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan 
ekonomi maupun kehidupan sosial dan budaya pada 
umumnya.
Analisis Keteguhan Prinsip Perempuan dalam 
Naskah Monolog “Inggit” Berdasarkan Teori 
FeSmejainraihs mselealu diidentikkan dengan para lelaki. History atau 
sejarah, biasa diterjemahkan sebagai kisah para lelaki. 
 Kalaupun ada sejarah yang berbicara tentang perempuan, 
selalu berbicara tentang perempuan yang berada di ruang 
publik seperti Kartini, Cut Nyak Dien, atau Dewi Sartika. 
Seolah-olah dalam ruang domestik tidak ada pahlawan. 
 Padahal terdapat sesosok pahlawan dari ruang domestik yang 
membawa pengaruh besar kepada ruang publik. Dialah Inggit 
Garnasih, mantan istri dari Bapak Proklamator Indonesia, 
Soekarno. 
 Sejarah selalu diidentikkan dengan para lelaki. History atau 
sejarah, biasa diterjemahkan sebagai kisah para lelaki. 
 Kalaupun ada sejarah yang berbicara tentang perempuan, 
selalu berbicara tentang perempuan yang berada di ruang 
publik seperti Kartini, Cut Nyak Dien, atau Dewi Sartika. 
Seolah-olah dalam ruang domestik tidak ada pahlawan. 
 Padahal terdapat sesosok pahlawan dari ruang domestik yang 
membawa pengaruh besar kepada ruang publik. Dialah Inggit 
Garnasih, mantan istri dari Bapak Proklamator Indonesia, 
Soekarno.
Analisis Keteguhan Prinsip Perempuan dalam 
Naskah Monolog “Inggit” Berdasarkan Teori 
FeKmesiunkissesmaaen Soekarno dalam dunia politik dan menjadi presiden 
tak lepas dari jasa tangan dingin Inggit Garnasih, tangan lembut 
Inggit selalu meneduhkan Soekarno saat ia kelelahan, pemberi 
semangat ketika Soekarno merasa putus asa. 
 Prinsip hidup untuk memertahankan harga diri 
(Tersenyum dingin). Banyak sekali sanjungan yang dibuat untuk 
perempuan yang mau patuh dan diam pada kemauan lelaki. 
Buatku sanjungan itu adalah muslihat. Biarlah aku tak pernah 
menjadi wanita utama atau istri utama karena aku telah 
mengambil hakku atas kata “Tidak”. Harga diriku tak bisa 
ditukar dengan sebutan apapun, bahkan dengan istana sekalipun. 
 Kesuksesaan Soekarno dalam dunia politik dan menjadi presiden 
tak lepas dari jasa tangan dingin Inggit Garnasih, tangan lembut 
Inggit selalu meneduhkan Soekarno saat ia kelelahan, pemberi 
semangat ketika Soekarno merasa putus asa. 
 Prinsip hidup untuk memertahankan harga diri 
(Tersenyum dingin). Banyak sekali sanjungan yang dibuat untuk 
perempuan yang mau patuh dan diam pada kemauan lelaki. 
Buatku sanjungan itu adalah muslihat. Biarlah aku tak pernah 
menjadi wanita utama atau istri utama karena aku telah 
mengambil hakku atas kata “Tidak”. Harga diriku tak bisa 
ditukar dengan sebutan apapun, bahkan dengan istana sekalipun.
Analisis Keteguhan Prinsip Perempuan dalam 
Naskah Monolog “Inggit” Berdasarkan Teori 
FeKmetienguishamn eInggit untuk memperjuangkan haknya 
(“Duapuluh tahun aku menemaninya. Mengikutinya ke mana pun. 
Tak pernah ada kata lain yang diucapkannya pada kolonialisme, 
kecuali kata “Tidak”. Jika ia berani mengatakan “Tidak” pada 
kolonialisme, mengapa aku mesti tidak berani mengatakan hal 
yang sama ketika Kusno ingin menjadikan aku perempuan sebagai 
sebuah koloni lelaki. Apapun alasan yang dipakainya.”) 
(“Sebagai istri, tugasku sudah selesai. Dan sebagai perempuan aku 
sudah menunaikan kewajibanku, mengatakan “Tidak” pada 
kemauan seorang lelaki bernama Kusno.”) 
 Keteguhan Inggit untuk memperjuangkan haknya 
(“Duapuluh tahun aku menemaninya. Mengikutinya ke mana pun. 
Tak pernah ada kata lain yang diucapkannya pada kolonialisme, 
kecuali kata “Tidak”. Jika ia berani mengatakan “Tidak” pada 
kolonialisme, mengapa aku mesti tidak berani mengatakan hal 
yang sama ketika Kusno ingin menjadikan aku perempuan sebagai 
sebuah koloni lelaki. Apapun alasan yang dipakainya.”) 
(“Sebagai istri, tugasku sudah selesai. Dan sebagai perempuan aku 
sudah menunaikan kewajibanku, mengatakan “Tidak” pada 
kemauan seorang lelaki bernama Kusno.”)
Analisis Keteguhan Prinsip Perempuan dalam 
Naskah Monolog “Inggit” Berdasarkan Teori 
Feminisme

More Related Content

Similar to Kajian Feminisme dalam Naskah Drama Monolog Inggit

Analisa buku andy’s corner
Analisa buku andy’s cornerAnalisa buku andy’s corner
Analisa buku andy’s cornerisma anggini
 
Jakarta undercover 2
Jakarta undercover 2Jakarta undercover 2
Jakarta undercover 2Sherry James
 
Penjambung lidah rakjat_soukarno
Penjambung lidah rakjat_soukarnoPenjambung lidah rakjat_soukarno
Penjambung lidah rakjat_soukarnofrisca maulida
 
Penjambung lidah rakjat soekarno
Penjambung lidah rakjat   soekarnoPenjambung lidah rakjat   soekarno
Penjambung lidah rakjat soekarnoTrisna Nurdiaman
 
Bung Karno - Penjambung Lidah Rakjat Indonesia
Bung Karno - Penjambung Lidah Rakjat IndonesiaBung Karno - Penjambung Lidah Rakjat Indonesia
Bung Karno - Penjambung Lidah Rakjat IndonesiaPuguh Nugroho
 
Refleksi stanislavky
Refleksi stanislavkyRefleksi stanislavky
Refleksi stanislavkysyukoroeqk
 
Refleksi stanislavky
Refleksi stanislavkyRefleksi stanislavky
Refleksi stanislavkysyukoroeqk
 
Refleksi stanislavky
Refleksi stanislavkyRefleksi stanislavky
Refleksi stanislavkysyukoroeqk
 
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINIS
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINISCITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINIS
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINISRAHMATADIANTO
 
presentasi cerpen bahasa indonesia
presentasi cerpen bahasa indonesiapresentasi cerpen bahasa indonesia
presentasi cerpen bahasa indonesiaDelaina Annur
 

Similar to Kajian Feminisme dalam Naskah Drama Monolog Inggit (17)

Contoh Resensi Novel
Contoh Resensi NovelContoh Resensi Novel
Contoh Resensi Novel
 
Analisa buku andy’s corner
Analisa buku andy’s cornerAnalisa buku andy’s corner
Analisa buku andy’s corner
 
Jakarta undercover 2
Jakarta undercover 2Jakarta undercover 2
Jakarta undercover 2
 
Jakarta undercover-2
Jakarta undercover-2Jakarta undercover-2
Jakarta undercover-2
 
Penjambung lidah rakjat_soukarno
Penjambung lidah rakjat_soukarnoPenjambung lidah rakjat_soukarno
Penjambung lidah rakjat_soukarno
 
Penjambung lidah rakjat soekarno
Penjambung lidah rakjat   soekarnoPenjambung lidah rakjat   soekarno
Penjambung lidah rakjat soekarno
 
Resensi film Soegija
Resensi film SoegijaResensi film Soegija
Resensi film Soegija
 
Kumpulan anekdot
Kumpulan anekdotKumpulan anekdot
Kumpulan anekdot
 
Bung Karno - Penjambung Lidah Rakjat Indonesia
Bung Karno - Penjambung Lidah Rakjat IndonesiaBung Karno - Penjambung Lidah Rakjat Indonesia
Bung Karno - Penjambung Lidah Rakjat Indonesia
 
Biografi Soekarno
Biografi SoekarnoBiografi Soekarno
Biografi Soekarno
 
Cerita Rakyat
Cerita RakyatCerita Rakyat
Cerita Rakyat
 
Resensi Novel Botchan
Resensi Novel BotchanResensi Novel Botchan
Resensi Novel Botchan
 
Refleksi stanislavky
Refleksi stanislavkyRefleksi stanislavky
Refleksi stanislavky
 
Refleksi stanislavky
Refleksi stanislavkyRefleksi stanislavky
Refleksi stanislavky
 
Refleksi stanislavky
Refleksi stanislavkyRefleksi stanislavky
Refleksi stanislavky
 
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINIS
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINISCITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINIS
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AZIZAH KARYA EMMAH AZRA: KRITIK SASTRA FEMINIS
 
presentasi cerpen bahasa indonesia
presentasi cerpen bahasa indonesiapresentasi cerpen bahasa indonesia
presentasi cerpen bahasa indonesia
 

Recently uploaded

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxboynugraha727
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 

Recently uploaded (20)

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 

Kajian Feminisme dalam Naskah Drama Monolog Inggit

  • 1. Kajian Feminisme dalam Naskah Drama Monolog “Inggit” Karya Ahda Imran Desi Sri Cahyani NIM : 1203068 Bahasa dan Sastra Indonesia 2012
  • 3. Sinopsis Drama Monolog “Inggit” Karya Ahda Imran INGGIT ddiaiawwaalili Kisah Ratu Kisah Ratu Kusumaningrum Kusumaningrum Kehidupan Inggit yang sejak kecil disayang semua Kehidupan Inggit yang sejak kecil disayang semua orang orang Pernikahan Inggit dengan Nataatmadja Pernikahan Inggit dengan Nataatmadja kemudian pernikahannya dengan Sanusi kemudian pernikahannya dengan Sanusi Awal pertemuan Inggit dengan Awal pertemuan Inggit dengan Soekarno Soekarno Perceraian Inggit dengan Sanusi Perceraian Inggit dengan Sanusi Inggit menikah dengan Soekarno Inggit menikah dengan Soekarno Peran inggit sebagai isteri Soekarno Peran inggit sebagai isteri Soekarno Soekarno dipenjara di Banceuy kemudian pindah dipenjara di Sukamiskin Soekarno dipenjara di Banceuy kemudian pindah dipenjara di Sukamiskin Soekarno pada masa Soekarno pada masa pembuangan pembuangan Soekarno ingin memiliki keturunan dengan menikahi Soekarno ingin memiliki keturunan dengan menikahi Fatimah Fatimah Inggit memutuskan untuk bercerai Inggit memutuskan untuk bercerai
  • 4. Bentuk Karya Drama Monolog Karena dalam drama “Inggit” hanya terdapat percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri. Apa yang diucapkan itu tidak ditujukan kepada orang lain. Isinya tokoh menceritakan kisah hidupnya. Drama Monolog Karena dalam drama “Inggit” hanya terdapat percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri. Apa yang diucapkan itu tidak ditujukan kepada orang lain. Isinya tokoh menceritakan kisah hidupnya.
  • 5. Alur dan Pengaluran Analisis Alur Menurut A.J Greimas Skema Aktan Pengirim: Pengirim: Keputusan Inggit untuk bercerai dan kembali ke Keputusan Inggit untuk bercerai dan kembali ke Bandung. Bandung. Objek: Objek: Ingin memiliki keturunan dengan menikahi Fatimah Ingin memiliki keturunan dengan menikahi Fatimah Subjek : Soekarno Subjek : Soekarno Penerima: Inggit Penentang/ Penghambat: Keadaan masa pergerakan menuju kemerdekaan Penentang/ Penghambat: Keadaan masa pergerakan menuju kemerdekaan Penolong/ pembantu: Penolong/ pembantu: Inggit tidak bisa Inggit tidak bisa memberikan keturunan kepada Soekarno memberikan keturunan kepada Soekarno Penerima: Inggit
  • 6. Bentuk Karya Analisis Pengaluran Menurut A.J Greimas Model Fungsional Situasi Awal Transformasi Tahap Uji Situasi Akhir Kecakapan Tahap Utama Tahap Keberhasilan Kisah kehidupan Inggit yang selalu disayangi semua orang, kemudian kisah perkawinan antara Inggit dengan Nata lalu dengan Sanusi akhirnya menikah dengan Soekarno Inggit menjadi isteri yang tangguh di samping Soekarno, segala pengorbanan dilakukan Inggit demi membantu Soekarno melakukan perjuangan termasuk setia mendampingi Soekarno ketika di penjara maupun ketika masa pembuangan. Keinginan Soekarno untuk memiliki keturunan dengan menikahi Fatimah yang sudah dianggap sebagai anak angkat mereka Inggit dapat mempertahankan harga dirinya sebagai perempuan dengan mengatakan “Tidak” pada kemauan seorang lelaki bernama Kusno Inggit meminta bercerai kepada Soekarno dan kembali pulang ke Bandung.
  • 7. Tokoh dan DPramean oMkoonohloag nInggit hanya menampilkan satu tokoh riil yaitu tokoh Inggit dan 14 tokoh simbolik. Tokoh simbolik tersebut terdiri atas tokoh individual dan tokoh kolektif. Metode penyajian watak tokoh dengan metode dramatik, tokoh Inggit melalui monolognya, jalan pikiran, perasaan, sikap dan perbuatannya menceritakan setiap tokoh yang disebutkan dalam naskah.
  • 8. Tokoh dan Penokohan 1. Tokoh Inggit 1. Tokoh Inggit Fisiologis : cantik (“Jika kecantikan memberi perempuan dua pilihan, antara anugerah dan kutukan, maka aku bukanlah kutukan itu. Kecantikan telah mengantarkanku menemukan diriku sebagai perempuan dengan kaki yang lebih kukuh. Kecantikan telah membuat para lelaki dan semua orang menjadi tawanand an taklukkanku”) Psikologis : tidak mudah percaya (“Seperti kalian, aku pun bisa saja tak percaya.”), tidak percaya diri, selalu merendah (“Ah, tidak, mungkin aku berlebihan menilai diriku. Siapalah aku,...”), tidak setia (Seorang ibu kost yang kesepian yang tidur dengan seorang pemuda,...), (“Aku telah berbuat serong, bukan hanya perasaan dan hatiku, tapi juga aku telah berzinah.”), pekerja keras (“Dan demi hal itulah aku bekerja mencukupi kehidupan kami”), (“Dan jika berada dalam kesulitan seperti sekarang aku tak pernah menceritakan pada Kusno”), pemberani (“Aku sama sekali tak gentar karena tahu siapa yang kudampingi dan apa yang diperjuangkannya. ”) (“mengapa aku mesti tidak berani mengatakan hal yang sama ketika Kusno ingin menjadikan aku perempuan sebagai sebuah koloni lelaki.”), rela berkorban (“aku tak pernah memberi tahu pada suamiku tentang satu hal, yaitu, aku sering ke Sukamiskin hanya dengan berjalan kaki.”), penyayang (“Aku pun lalu menganggap Fatimah sebagai saudara Omi yang baru. Karena itulah aku tak membeda-bedakan mereka”), teguh pendirian (“Harga diriku tak bisa ditukar dengan sebutan apapun, bahkan dengan istana sekalipun.”) Sosiologis : disayang (“Sejak kecil aku hidup dengan pertanyaan, mengapa semua orang menyayangiku?”...) Jenis Tokoh : individual, riil, berkembang, penamaannya simbolik Fisiologis : cantik (“Jika kecantikan memberi perempuan dua pilihan, antara anugerah dan kutukan, maka aku bukanlah kutukan itu. Kecantikan telah mengantarkanku menemukan diriku sebagai perempuan dengan kaki yang lebih kukuh. Kecantikan telah membuat para lelaki dan semua orang menjadi tawanand an taklukkanku”) Psikologis : tidak mudah percaya (“Seperti kalian, aku pun bisa saja tak percaya.”), tidak percaya diri, selalu merendah (“Ah, tidak, mungkin aku berlebihan menilai diriku. Siapalah aku,...”), tidak setia (Seorang ibu kost yang kesepian yang tidur dengan seorang pemuda,...), (“Aku telah berbuat serong, bukan hanya perasaan dan hatiku, tapi juga aku telah berzinah.”), pekerja keras (“Dan demi hal itulah aku bekerja mencukupi kehidupan kami”), (“Dan jika berada dalam kesulitan seperti sekarang aku tak pernah menceritakan pada Kusno”), pemberani (“Aku sama sekali tak gentar karena tahu siapa yang kudampingi dan apa yang diperjuangkannya. ”) (“mengapa aku mesti tidak berani mengatakan hal yang sama ketika Kusno ingin menjadikan aku perempuan sebagai sebuah koloni lelaki.”), rela berkorban (“aku tak pernah memberi tahu pada suamiku tentang satu hal, yaitu, aku sering ke Sukamiskin hanya dengan berjalan kaki.”), penyayang (“Aku pun lalu menganggap Fatimah sebagai saudara Omi yang baru. Karena itulah aku tak membeda-bedakan mereka”), teguh pendirian (“Harga diriku tak bisa ditukar dengan sebutan apapun, bahkan dengan istana sekalipun.”) Sosiologis : disayang (“Sejak kecil aku hidup dengan pertanyaan, mengapa semua orang menyayangiku?”...) Jenis Tokoh : individual, riil, berkembang, penamaannya simbolik
  • 9. Tokoh dan 2P. Toekonh oSokekaornho an 2. Tokoh Soekarno Fisiologis : sorot matanya tajam (“Sorot matanya tajam penuh semangat yang bergelora, tapi sangat menyejukkan. ”) Psikologis : (“Anak muda yang pesolek.”), (“Kusno itu anak muda yang menyenangkan. Dengan logat Jawa-nya dia pandai benar bergaul dan tidak ingin dilayani berlebihan. Tambahan lagi, dia pemuda yang hangat dan periang. ”), (“Dan di tengah percakapan itu kulihat Kusno sangat menonjol dan disegani.”), berani dan bertanggung jawab (“Ia mencintaiku dan ingin mengawiniku. Ia akan memintaku pada Kang Uci.”), (“Anak muda yang selalu padaku minta disayang dan dimanja. Di dengar cerita dan keluhannya.”), (“Ia seorang lelaki yang lembut dan amat menghargaiku”), (...,Kusno tak hanya pandai berdebat, tapi juga radikal dan penuh keberanian.), (“Tapi, tidak! Seperti singa yang terluka dan mengamuk, semangat Kusno semakin menjadi-jadi.”), mudah putus asa(“...pertamakali pintu yang berat itu tertutup rapat di hadapanku, aku rasanya hendak mati”), (“...dia lelaki yang suka dengan kerapihan dan sangat pemilih. Menyukai pakaian yang bagus dan harus selalu tampak rapih. Ia tidak suka segala yang tampak kotor. ”) Sosiologis :(“...dia menantu Pak Tjokro, tapi juga murid kesayangannya”), (“Singa podium yang menggetarkan semua orang”), student (“Ia hanya seorang student. Anak muda dengan cita-cita besar memimpin rakyat membebaskan tanah air dari penjajahan”) Jenis Tokoh : Individual, pembantu, riil Fisiologis : sorot matanya tajam (“Sorot matanya tajam penuh semangat yang bergelora, tapi sangat menyejukkan. ”) Psikologis : (“Anak muda yang pesolek.”), (“Kusno itu anak muda yang menyenangkan. Dengan logat Jawa-nya dia pandai benar bergaul dan tidak ingin dilayani berlebihan. Tambahan lagi, dia pemuda yang hangat dan periang. ”), (“Dan di tengah percakapan itu kulihat Kusno sangat menonjol dan disegani.”), berani dan bertanggung jawab (“Ia mencintaiku dan ingin mengawiniku. Ia akan memintaku pada Kang Uci.”), (“Anak muda yang selalu padaku minta disayang dan dimanja. Di dengar cerita dan keluhannya.”), (“Ia seorang lelaki yang lembut dan amat menghargaiku”), (...,Kusno tak hanya pandai berdebat, tapi juga radikal dan penuh keberanian.), (“Tapi, tidak! Seperti singa yang terluka dan mengamuk, semangat Kusno semakin menjadi-jadi.”), mudah putus asa(“...pertamakali pintu yang berat itu tertutup rapat di hadapanku, aku rasanya hendak mati”), (“...dia lelaki yang suka dengan kerapihan dan sangat pemilih. Menyukai pakaian yang bagus dan harus selalu tampak rapih. Ia tidak suka segala yang tampak kotor. ”) Sosiologis :(“...dia menantu Pak Tjokro, tapi juga murid kesayangannya”), (“Singa podium yang menggetarkan semua orang”), student (“Ia hanya seorang student. Anak muda dengan cita-cita besar memimpin rakyat membebaskan tanah air dari penjajahan”) Jenis Tokoh : Individual, pembantu, riil
  • 10. Tokoh dan 3P. Teoknoho Skanoushi an 3. Tokoh Sanusi Fisiologis : sudah tua (“Mungkin karena usianya yang sudah sepuh, Kang Uci lebih memilih kesibukannya sendiri. ”) Psikologis : *penyayang (“Jika aku sedang mandi, dari arah mudik Kang Uci sering menghanyutkan tempurung buah maja yang diikat dengan benang. Tempurung itu hanyut dan terapung-apung ke tempat aku mandi. Di dalam tempurung itu aku menemukan pecahan uang logam...”) *tidak memiliki pendirian (“Tapi, tiba-tiba Kang Uci dijodohkan. Aku tidak tahu apakah Kang Uci menerima perjodohan itu karena memang terpaksa atau tidak, yang jelas aku ditinggalkan dan merasa sakit hati. ”) *pendiam (“Beda benar dengan Kang Uci yang pendiam. ”) *senang ke luar malam (“Ia lebih suka pergi sampai larut malam ke tempat bilyar.) *ikhlas, tulus, dan rela berkorban (“Kang Uci dengan ikhlas mengalah. Menceraikan dan menyerahkanku pada Kusno. Kang Uci melakukakannya sebagai sebuah pengorbanan demi masa depan Kusno yang kelak akan menjadi pemimpin tanah air.) Sosiologis : kaya, aktif berorganisasi (“Dia orang yang cukup kaya di Bandung. Dia pengurus Sarekat Islam di Bandung. ”) Jenis Tokoh : Individual, riil, pembantu Fisiologis : sudah tua (“Mungkin karena usianya yang sudah sepuh, Kang Uci lebih memilih kesibukannya sendiri. ”) Psikologis : *penyayang (“Jika aku sedang mandi, dari arah mudik Kang Uci sering menghanyutkan tempurung buah maja yang diikat dengan benang. Tempurung itu hanyut dan terapung-apung ke tempat aku mandi. Di dalam tempurung itu aku menemukan pecahan uang logam...”) *tidak memiliki pendirian (“Tapi, tiba-tiba Kang Uci dijodohkan. Aku tidak tahu apakah Kang Uci menerima perjodohan itu karena memang terpaksa atau tidak, yang jelas aku ditinggalkan dan merasa sakit hati. ”) *pendiam (“Beda benar dengan Kang Uci yang pendiam. ”) *senang ke luar malam (“Ia lebih suka pergi sampai larut malam ke tempat bilyar.) *ikhlas, tulus, dan rela berkorban (“Kang Uci dengan ikhlas mengalah. Menceraikan dan menyerahkanku pada Kusno. Kang Uci melakukakannya sebagai sebuah pengorbanan demi masa depan Kusno yang kelak akan menjadi pemimpin tanah air.) Sosiologis : kaya, aktif berorganisasi (“Dia orang yang cukup kaya di Bandung. Dia pengurus Sarekat Islam di Bandung. ”) Jenis Tokoh : Individual, riil, pembantu
  • 11. Tokoh dan 4P. Teoknoho Nkatoaahtmaadnja Fisiologis : - Psikologis : - Sosiologis : seorang Kopral Residen (“Bahkan aku masih terus menerima pemberian mereka meski aku sudah menjadi istri seorang Kopral Residen, Kang Nataatmadja..”) Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 4. Tokoh Nataatmadja Fisiologis : - Psikologis : - Sosiologis : seorang Kopral Residen (“Bahkan aku masih terus menerima pemberian mereka meski aku sudah menjadi istri seorang Kopral Residen, Kang Nataatmadja..”) Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 5. Tokoh Tjokroaminoto Fisiologis : - Psikologis : perhatian (“Dalam surat itu Pak Tjokro minta tolong agar suamiku mencarikan pemondokan untuk menantunya yang akan bersekolah di Bandung, di THS.”) Sosiologis : mertua Soekarno, ayahnya Utari isteri pertama Soekarno. Guru yang dihormati (“Guru yang sudah menjadi orang tuanya sendiri.”) Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 5. Tokoh Tjokroaminoto Fisiologis : - Psikologis : perhatian (“Dalam surat itu Pak Tjokro minta tolong agar suamiku mencarikan pemondokan untuk menantunya yang akan bersekolah di Bandung, di THS.”) Sosiologis : mertua Soekarno, ayahnya Utari isteri pertama Soekarno. Guru yang dihormati (“Guru yang sudah menjadi orang tuanya sendiri.”) Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu
  • 12. Tokoh dan 6P. Teoknoho Uktaorihan Fisiologis : berusia 16 tahun (“Usia Utari masih 16 tahun dan mereka kelihatan seperti dua kakak beradik ketimbang sebagai suami istri.”) Psikologis :- Sosiologis : isteri Soekarno (“Suatu hari Kusno kembali ke Surabaya menjemput Utari istrinya dan membawanya ke Bandung, tinggal bersama kami”) Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 6. Tokoh Utari Fisiologis : berusia 16 tahun (“Usia Utari masih 16 tahun dan mereka kelihatan seperti dua kakak beradik ketimbang sebagai suami istri.”) Psikologis :- Sosiologis : isteri Soekarno (“Suatu hari Kusno kembali ke Surabaya menjemput Utari istrinya dan membawanya ke Bandung, tinggal bersama kami”) Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 7. Tokoh Dr.Tjipto, Douwes Dekker, Sastrokartono Fisiologis :- Psikologis :- Sosiologis : teman-teman pergerakan Soekarno (“... untuk uang saku suamiku jika ia berpergian menemui teman-teman pergerakan. Ke rumah Dr. Tjipto, Douwes Dekker, atau ke rumah Sosrokartono”) Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu 7. Tokoh Dr.Tjipto, Douwes Dekker, Sastrokartono Fisiologis :- Psikologis :- Sosiologis : teman-teman pergerakan Soekarno (“... untuk uang saku suamiku jika ia berpergian menemui teman-teman pergerakan. Ke rumah Dr. Tjipto, Douwes Dekker, atau ke rumah Sosrokartono”) Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu
  • 13. Tokoh dan 8P. Teoknoho Skuwoarhsiah Dnjojopuspito dan Suwarni Fisiologis : masih muda Psikologis : - Sosiologis : pelajar , orang pergerakan (“Aku memang bukan perempuan student dan orang pergerakkan seperti Suwarsih Djojopuspito atau Suwarni, perempuan yang pernah berdebat dengan Kusno dalam sebuah rapat pemuda. ”) Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu 8. Tokoh Suwarsih Djojopuspito dan Suwarni Fisiologis : masih muda Psikologis : - Sosiologis : pelajar , orang pergerakan (“Aku memang bukan perempuan student dan orang pergerakkan seperti Suwarsih Djojopuspito atau Suwarni, perempuan yang pernah berdebat dengan Kusno dalam sebuah rapat pemuda. ”) Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu 9. Tokoh Syahrir, Dr.Tjipto, Sartono, Anwari, Sunario, Maskun dan Gatot Mangkudipraja Fisiologis : masih muda Psikologis : pintar (“Syahrir, anak muda yang pintar dan sering datang ke rumah kami,...”), bijak dan pandai (“...Dr. Tjipto yang bijak dan pandai,...”) Sosiologis : teman seperjuangan Soekarno (“Bersama Sartono, Sunario, Anwari, suamiku tetap dengan keinginannya.”), (“Bersama Kusno, ditangkap juga Maskun dan Gatot Mangkudipraja. “) Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu 9. Tokoh Syahrir, Dr.Tjipto, Sartono, Anwari, Sunario, Maskun dan Gatot Mangkudipraja Fisiologis : masih muda Psikologis : pintar (“Syahrir, anak muda yang pintar dan sering datang ke rumah kami,...”), bijak dan pandai (“...Dr. Tjipto yang bijak dan pandai,...”) Sosiologis : teman seperjuangan Soekarno (“Bersama Sartono, Sunario, Anwari, suamiku tetap dengan keinginannya.”), (“Bersama Kusno, ditangkap juga Maskun dan Gatot Mangkudipraja. “) Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu
  • 14. Tokoh dan Penokohan 10. Tokoh Husni Thamrin, Muh.Yamin, Amir Syarifudin, Ali Sastroamidjojo, dan orang-orang pergerakan Fisiologis :- Psikologis : *kritis, penuh semangat (“Husni Thamrin dan orang-orang pergerakkan memprotes penangkapan Kusno yang melanggar hak orang berserikat. Husni Thamrin dan teman-temannya bahkan mengajukan mosi, mereka protes pada perlakuan pemerintah.”), *setia kawan (“Husni Thamrin. Mr Sartono, Muh. Yamin, Amir Syarifudin, Ali Sastroamidjojo dan teman-teman seperjuangannya, bahkan berbagai organisasi perjuangan sampai tukang bendi, menyambut kepulangannya.”) Sosiologis : teman seperjuangan Soekarno Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu 10. Tokoh Husni Thamrin, Muh.Yamin, Amir Syarifudin, Ali Sastroamidjojo, dan orang-orang pergerakan Fisiologis :- Psikologis : *kritis, penuh semangat (“Husni Thamrin dan orang-orang pergerakkan memprotes penangkapan Kusno yang melanggar hak orang berserikat. Husni Thamrin dan teman-temannya bahkan mengajukan mosi, mereka protes pada perlakuan pemerintah.”), *setia kawan (“Husni Thamrin. Mr Sartono, Muh. Yamin, Amir Syarifudin, Ali Sastroamidjojo dan teman-teman seperjuangannya, bahkan berbagai organisasi perjuangan sampai tukang bendi, menyambut kepulangannya.”) Sosiologis : teman seperjuangan Soekarno Jenis Tokoh : kolektif, riil, pembantu
  • 15. Tokoh dan 1P1. eA.nHaosskanohan Fisiologis :- Psikologis : senang berdiskusi perihal agama , baik hati (“Berdiskusi perihal agama.”...”A. Hassan mengirimkan buku-buku agama untuk suamiku.”, ”...mengirim surat pada A.Hassan dan mendiskusikannya..”) Sosiologis : teman Soekarno Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 11. A.Hassan Fisiologis :- Psikologis : senang berdiskusi perihal agama , baik hati (“Berdiskusi perihal agama.”...”A. Hassan mengirimkan buku-buku agama untuk suamiku.”, ”...mengirim surat pada A.Hassan dan mendiskusikannya..”) Sosiologis : teman Soekarno Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 12. Tokoh Hasan Din Fisiologis :- Psikologis : baik hati (“Bahkan suatu hari atas tawaran Hassan Din, suamiku mengajar di sekolah Muhammadiyah.”) Sosiologis : ayah Fatimah (“Tadi sore Hasan Din kepala sekolah Muhammadiyah itu bertandang. Membawa istri dan anak gadisnya Fatimah. ”) Jenis Tokoh : Individual, riil, pembantu 12. Tokoh Hasan Din Fisiologis :- Psikologis : baik hati (“Bahkan suatu hari atas tawaran Hassan Din, suamiku mengajar di sekolah Muhammadiyah.”) Sosiologis : ayah Fatimah (“Tadi sore Hasan Din kepala sekolah Muhammadiyah itu bertandang. Membawa istri dan anak gadisnya Fatimah. ”) Jenis Tokoh : Individual, riil, pembantu
  • 16. Tokoh dan 1P3. eTonkooh kFaotimhaah n Fisiologis : gadis Psikologis : - Sosiologis : anak gadis Hasan Din yang ingin meneruskan sekolahnya (“Fatimah sudah tidak sekolah lagi, hanya giat di Nasyatul Aisyah di dekat perbatasan Lubung Linggau dan Bengkulu. Hassan Din ingin menyekolahkan putrinya di Bengkulu.”) Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 13. Tokoh Fatimah Fisiologis : gadis Psikologis : - Sosiologis : anak gadis Hasan Din yang ingin meneruskan sekolahnya (“Fatimah sudah tidak sekolah lagi, hanya giat di Nasyatul Aisyah di dekat perbatasan Lubung Linggau dan Bengkulu. Hassan Din ingin menyekolahkan putrinya di Bengkulu.”) Jenis Tokoh : individual, riil, pembantu 14. 14. Tokoh Tokoh Omi, Omi, Amsi, Amsi, Muhasan. Muhasan. Dan Dan Karmini Karmini Fisiologis Fisiologis :- :- Psikologis Psikologis : : setia setia (“(“Pagi Pagi hari hari kami kami diberangkatkan diberangkatkan dari dari Bandung Bandung ke ke Surabaya Surabaya dengan dengan kereta kereta api. api. Aku, Aku, Omi Omi anak anak angkat angkat kami, kami, ibuku ibuku Amsi, Amsi, dan dan dua dua orang orang pembantu pembantu kami kami yang yang setia, setia, Muhasan Muhasan dan dan Karmini. Karmini. Kusno Kusno berada berada di di gerbong gerbong yang yang lain. lain. ”) ”) Sosiologis Sosiologis :anak :anak angkat, angkat, orangtua, orangtua, pembantu pembantu Jenis Jenis Tokoh Tokoh : : kolektif, kolektif, riil, riil, pembantu pembantu
  • 17. Latar a. Latar Ruang 1. Kamar (“Inggit berada dalam kamar yang tampak berantakan”) 2. Banjaran, Desa Kamasan (“Aku lahir di Banjaran, di Desa Kamasan.”) 3. Pasar, alun-alun (“Di pasar dan di alun-alun, aku selalu menemukan orang-orang yang memberiku persembahan.”) 4. Bandung (“Dia orang yang cukup kaya di Bandung. Dia pengurus Sarekat Islam di Bandung.”) 5. Sungai Cikapundung (“Sungai Cikapundung adalah kenangan manisku dengan Kang Uci”) 6. Surabaya (“Ada surat dari Surabaya, dari Pak Tjokroaminoto untuk suamiku Kang Uci.”) 7. Pemondokan (“Ada juga pemondokan yang kosong, tapi sudah reyot dan tidak pantas rasanya untuk seorang a. Latar Ruang 1. Kamar (“Inggit berada dalam kamar yang tampak berantakan”) 2. Banjaran, Desa Kamasan (“Aku lahir di Banjaran, di Desa Kamasan.”) 3. Pasar, alun-alun (“Di pasar dan di alun-alun, aku selalu menemukan orang-orang yang memberiku persembahan.”) 4. Bandung (“Dia orang yang cukup kaya di Bandung. Dia pengurus Sarekat Islam di Bandung.”) 5. Sungai Cikapundung (“Sungai Cikapundung adalah kenangan manisku dengan Kang Uci”) 6. Surabaya (“Ada surat dari Surabaya, dari Pak Tjokroaminoto untuk suamiku Kang Uci.”) 7. Pemondokan (“Ada juga pemondokan yang kosong, tapi sudah reyot dan tidak pantas rasanya untuk seorang student”) student”) 8. Kamar depan (“Tiba-tiba saja Kang Uci mengatakan tak ada salahnya jika menantu Pak Tjokro itu kami 8. Kamar depan (“Tiba-tiba saja Kang Uci mengatakan tak ada salahnya jika menantu Pak Tjokro itu kami tempatkan di kamar depan rumah kami saja.”) tempatkan di kamar depan rumah kami saja.”) 9. Rumah (“Kedatangan para student ke rumah kami tentu saja membuat aku selalu sibuk melayani 9. Rumah (“Kedatangan para student ke rumah kami tentu saja membuat aku selalu sibuk melayani mereka.”) mereka.”)
  • 18. Latar 10. Tempat bilyar (“Ia lebih suka pergi sampai larut malam ke tempat bilyar.”) 11. Jurang (“Tiba-tiba sebuah jurang seperti mulai menganga di antara kami...”) 12. Ruang tamu (“Inggit membenahi piring dan cangkir-cangkir kopi di atas meja bekas, sisa dari sebuah 10. Tempat bilyar (“Ia lebih suka pergi sampai larut malam ke tempat bilyar.”) 11. Jurang (“Tiba-tiba sebuah jurang seperti mulai menganga di antara kami...”) 12. Ruang tamu (“Inggit membenahi piring dan cangkir-cangkir kopi di atas meja bekas, sisa dari sebuah pertemuan. Lalu duduk kembali sambil membersihkan peci atau membuat kopi tubruk.”) pertemuan. Lalu duduk kembali sambil membersihkan peci atau membuat kopi tubruk.”) 13. Sekolah (“kesukaannya setiap pagi sebelum ia pergi ke sekolah”) 14. Tengah rumah (“Banyak malam kami habiskan bercakap-cakap berdua di tengah rumah”) 15. (“Kota Bandung di kelilinginya, juga Ujungberung, Lembang, Cimahi, Padalarang, Yogja, 13. Sekolah (“kesukaannya setiap pagi sebelum ia pergi ke sekolah”) 14. Tengah rumah (“Banyak malam kami habiskan bercakap-cakap berdua di tengah rumah”) 15. (“Kota Bandung di kelilinginya, juga Ujungberung, Lembang, Cimahi, Padalarang, Yogja, Garut, Semarang, Surabaya, Jakarta, dan banyak tempat di berbagai daerah yang kami datangi”) Garut, Semarang, Surabaya, Jakarta, dan banyak tempat di berbagai daerah yang kami datangi”) 16. Belanda (“Kongres anti kolonialisme di Brussel yang dihadiri oleh perwakilan Indonesia, penangkapan 16. Belanda (“Kongres anti kolonialisme di Brussel yang dihadiri oleh perwakilan Indonesia, penangkapan Mohammad Hatta dan para mahasiswa Indonesia di Belanda, atau peristiwa Sumpah Pemuda”) Mohammad Hatta dan para mahasiswa Indonesia di Belanda, atau peristiwa Sumpah Pemuda”) 17. (“Dalam sebuah pertemuan di rumah Dr. Tjipto, Kusno menyatakan keinginannya untuk 17. (“Dalam sebuah pertemuan di rumah Dr. Tjipto, Kusno menyatakan keinginannya untuk mendirikan sebuah perkumpulan, sebuah partai yang radikal”) mendirikan sebuah perkumpulan, sebuah partai yang radikal”) 18. (“Ia dituduh terlibat dalam pemberontakan itu. Ia dibuang ke Pulau Banda. Tempat praktiknya 18. (“Ia dituduh terlibat dalam pemberontakan itu. Ia dibuang ke Pulau Banda. Tempat praktiknya di Tegallega ditutup.”) di Tegallega ditutup.”) 19. Jalan (“Akhirnya aku pulang ke Bandung seorang diri, berdoa sepanjang jalan untuk keselamatan 19. Jalan (“Akhirnya aku pulang ke Bandung seorang diri, berdoa sepanjang jalan untuk keselamatan suamiku.”) suamiku.”)
  • 19. Latar 20. penjara, gerbang penjara (“Dia sudah dibawa ke Bandung dan dijebloskan ke penjara Banceuy...”), (“...berdiri di gerbang penjara,...”) 21. (“Di Volksraad, Husni Thamrin dan orang-orang pergerakkan memprotes penangkapan Kusno yang melanggar hak orang berserikat.”), (“Dari Negeri Belanda, Perhimpunan Indonesia juga mengirim telegram.”) 22. Pengadilan (“Selama beberapa hari dalam pengadilan itu hakim mencecar suamiku dengan berbagai pertanyaan yang menjebak”) 23.Sukamiskin (“Dia dipindahkan ke Sukamiskin. Penjara yang letaknya 10 kilometer dari Bandung”) 24.(“Kota-kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah kami jelajahi”) 25. (“Di depan Volksraad pemerintah Hindia Belanda memutuskan pembuangan suamiku ke Ende di Flores. ”) 26. (“Sungai Cikapundung tempatku kecil dulu bermain, juga Gedung Landraad. ”) 27. (“Setelah menginap semalam di Surabaya, kami dibawa ke pelabuhan Tanjung Perak. Tak disangka orang penuh sesak , berjejal di pinggil jalan, mereka meneriakkan nama suamiku, ”) 28. (“Suara laut dan lengking kapal.”) 29. (“... suamiku mengajar di sekolah Muhammadiyah”) 30. (“Hari dan pekan kami lewati dengan tenang di Bengkulu. Sering kami seisi rumah berjalan-jalan ke pantai”) 31. (“Ia sedang menulis sebuah karangan untuk menjawab bantahan A. Muchlis terhadap tulisan suamiku di suratkabar Pandji Islam di Medan.”) 32. (“Kami dimasukkan ke dalam mobil itu.”) 33. (“Kami dilarikan ke Padang”) 20. penjara, gerbang penjara (“Dia sudah dibawa ke Bandung dan dijebloskan ke penjara Banceuy...”), (“...berdiri di gerbang penjara,...”) 21. (“Di Volksraad, Husni Thamrin dan orang-orang pergerakkan memprotes penangkapan Kusno yang melanggar hak orang berserikat.”), (“Dari Negeri Belanda, Perhimpunan Indonesia juga mengirim telegram.”) 22. Pengadilan (“Selama beberapa hari dalam pengadilan itu hakim mencecar suamiku dengan berbagai pertanyaan yang menjebak”) 23.Sukamiskin (“Dia dipindahkan ke Sukamiskin. Penjara yang letaknya 10 kilometer dari Bandung”) 24.(“Kota-kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah kami jelajahi”) 25. (“Di depan Volksraad pemerintah Hindia Belanda memutuskan pembuangan suamiku ke Ende di Flores. ”) 26. (“Sungai Cikapundung tempatku kecil dulu bermain, juga Gedung Landraad. ”) 27. (“Setelah menginap semalam di Surabaya, kami dibawa ke pelabuhan Tanjung Perak. Tak disangka orang penuh sesak , berjejal di pinggil jalan, mereka meneriakkan nama suamiku, ”) 28. (“Suara laut dan lengking kapal.”) 29. (“... suamiku mengajar di sekolah Muhammadiyah”) 30. (“Hari dan pekan kami lewati dengan tenang di Bengkulu. Sering kami seisi rumah berjalan-jalan ke pantai”) 31. (“Ia sedang menulis sebuah karangan untuk menjawab bantahan A. Muchlis terhadap tulisan suamiku di suratkabar Pandji Islam di Medan.”) 32. (“Kami dimasukkan ke dalam mobil itu.”) 33. (“Kami dilarikan ke Padang”)
  • 20. Latar 34. (“Menyeberangi beberapa sungai besar dengan rakit. Margrib kami sampai di kota kecil Muko-muko. Para pengawal polisi itu mempersilahkan kami beristirahat di sebuah pesangrahan.”) 35. (“Kami menemukan dusun kecil dan menginap di sebuah gubuk yang tak terpakai”) 36. (“Tapi kapal yang akan membawa kami itu diserang oleh tentara Jepang dan karam di dekat Teluk Bayur”) 37. (“Akhirnya kami meninggalkan Padang, menuju Palembang”) Jelaskan masa kini, masa lampau, masa kini 34. (“Menyeberangi beberapa sungai besar dengan rakit. Margrib kami sampai di kota kecil Muko-muko. Para pengawal polisi itu mempersilahkan kami beristirahat di sebuah pesangrahan.”) 35. (“Kami menemukan dusun kecil dan menginap di sebuah gubuk yang tak terpakai”) 36. (“Tapi kapal yang akan membawa kami itu diserang oleh tentara Jepang dan karam di dekat Teluk Bayur”) 37. (“Akhirnya kami meninggalkan Padang, menuju Palembang”) Jelaskan masa kini, masa lampau, masa kini Latar tempat pada naskah monolog “Inggit” ini lebih banyak menunjukkan latar geografis karena cerita yang disampaikan berupa perjalanan hidup seorang Inggit. Walaupun sebagian ada yang menunjukkan latar simbolik.
  • 21. Latar b. Latar Waktu 1. (“Inggit masih muda. Belasan atau Duapuluh tahunan. Memakai pakaian ronggeng atau yang mengingatkan orang pada penari ronggeng.”) 2. (“Berganti hari dan pekan Kusno makin menjadi bagian dari rumah kami”) 3. (“Tapi aku senang melakukannya, termasuk menyiapkan kopi tubruk kesukaannya setiap pagi sebelum ia pergi ke sekolah. “) 4. (“Suatu malam di tengah rumah ketika kami hanya berdua saja, ...”) 5. (“Padahal ini adalah tahun yang berat. ”) 6. (“Hari, pekan, dan bulan kami lewati di pembuangan dengan perasaan yang ringan.”) b. Latar Waktu 1. (“Inggit masih muda. Belasan atau Duapuluh tahunan. Memakai pakaian ronggeng atau yang mengingatkan orang pada penari ronggeng.”) 2. (“Berganti hari dan pekan Kusno makin menjadi bagian dari rumah kami”) 3. (“Tapi aku senang melakukannya, termasuk menyiapkan kopi tubruk kesukaannya setiap pagi sebelum ia pergi ke sekolah. “) 4. (“Suatu malam di tengah rumah ketika kami hanya berdua saja, ...”) 5. (“Padahal ini adalah tahun yang berat. ”) 6. (“Hari, pekan, dan bulan kami lewati di pembuangan dengan perasaan yang ringan.”)
  • 22. Bahasa dan Fungsi Bahasa Bahasa yang digunakan dalam naskah drama Monolog “Inggit” secara umum menggunakan bahasa Indonesia walaupun terdapat sisipan diksi-diksi bahasa Sunda. (“Tidak, kasep. Jangan berpikir begitu. Jangan berkecil hati. Di rumah semuanya beres. Aku masih bisa bekerja untuk mencari uang. Beres, kasep, beres.”), (“Inggit, geura dangdos, urang jalan-jalan”)
  • 23. Bahasa dan Fungsi Bahasa Fungsi Bahasa menurut Halliday 1. Fungsi regulatoris : penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku (“Tegakkan dirimu, Bung karno! Tegakkan! Ingat semua cita-citamu untuk memimpin rakyat! Jangan luntur hanya karena cobaan dan penjara! Aku istrimu akan berada di sampingmu dan akan selalu di sampingmu!”) 2. Fungsi interaksional : untuk saling mencurahkan perasan pemikiran antara seseorang dan orang lain (“Kalau begitu. Aku minta pengertian Inggit. Perkawinan kita tak bisa lagi dipertahankan .Begitu dia bilang. Aku memandangnya dengan tenang, dan kukatakan, (Inggit melepas gelung rambutnya, membiarkan rambut kini terurai) Baik. Dan Kus sudah tahu jawabanku sejak di Bengkulu. Kita akhiri ini semua ini dengan baik-baik”) 3. Fungsi personal : untuk mencurahkan perasaan dan pikiran (“Dan sebagai perempuan aku sudah menunaikan kewajibanku, mengatakan “Tidak” pada kemauan seorang lelaki bernama Kusno. Dan demi kata itu, baik aku memilih kembali ke Bandung. Membawa kembali peti tua ini dan semua harga diriku... ”)
  • 25. a. Visual  Tata Panggung : berbentuk panggung pementasan yang diset properti seperti di dalam rumah, ada dua kursi dan satu meja yang berfungsi menunjukkan sebagai ruang tamu, kemudian ranjang yang menunjukkan kamar. Kemudian bufet yang terdapat pajangan foto Soekarno.  Tata Rias : menggunakan tata rias korektif karena bentuk tata rias nya bersifat menyempurnakan (koreksi) atau menyembunyikan kekurangan-kekurangan yang ada pada wajah dan menonjolkan hal-hal yang menarik dari wajah.  Tata Busana : tokoh Inggit menggunakan kebaya, sanggul dan suntingan cempaka kuning yang menjadi ciri Inggit berasal dari tanah Pasundan.  Tata Cahaya : sudah baik, cahaya diatur sesuai dengan adegan yang akan diperankan. Hal ini bertujuan untuk menghadirkan suasana yang dapat mempengaruhi emosi penonton. SATU: Panggung Redup Takdir yang mengatur kata mana yang boleh dan tidak boleh dimiliki oleh perempuan. (Lampu Redup) DUA: Panggung terang. Inggit masih muda.....
  • 26. b. Gerak Gerak pemain sangat bagus sekali karena tokoh Inggit diperankan oleh pemain yang telah profesional. Sosok Inggit terwakili oleh Happy Salma yang mampu menguasai emosional penonton.
  • 27. c. Audio Musik pembuka adalah musik di awal pementasan drama yang berfungsi untuk merangsang imajinasi penonton dalam memberikan sedikit gambaran tentang pertunjukan yang akan di sajikan, atau bisa juga untuk pengkondisian penonton. (“SATU: Panggung Redup (Intro) Musik kecapi suling, sayup-sayup,.....lalu terdengar suara seseorang seperti membacakan dongeng.”) Musik pengiring : (“Inggit masih muda. Belasan atau Duapuluh tahunan. Memakai pakaian ronggeng atau yang mengingatkan orang pada penari ronggeng. Musik sayup.”) Musik Suasana musik yang menghidupkan irama permainana serta suasana dalam pertunjukan baik senang maupun gembira, sedih, tragis. (Suara Pidato Soekarno), (Panggung gelap, lalu cahaya masuk, redup. Inggit berdiri, diperutnya terikat buku, kue-kue nagasari yang isinya terbuka dan setengah terbuka.), (Lampu redup bersamaan dengan suara Soekarno membacakan teks Indonesia Menggugat), “Baik. Dan Kus sudah tahu jawabanku sejak di Bengkulu. Kita akhiri ini semua ini dengan baik-baik”(Musik Sunda, kecapi suling yang liris menyayat) Musik penutup: musik kecapi suling c. Audio Musik pembuka adalah musik di awal pementasan drama yang berfungsi untuk merangsang imajinasi penonton dalam memberikan sedikit gambaran tentang pertunjukan yang akan di sajikan, atau bisa juga untuk pengkondisian penonton. (“SATU: Panggung Redup (Intro) Musik kecapi suling, sayup-sayup,.....lalu terdengar suara seseorang seperti membacakan dongeng.”) Musik pengiring : (“Inggit masih muda. Belasan atau Duapuluh tahunan. Memakai pakaian ronggeng atau yang mengingatkan orang pada penari ronggeng. Musik sayup.”) Musik Suasana musik yang menghidupkan irama permainana serta suasana dalam pertunjukan baik senang maupun gembira, sedih, tragis. (Suara Pidato Soekarno), (Panggung gelap, lalu cahaya masuk, redup. Inggit berdiri, diperutnya terikat buku, kue-kue nagasari yang isinya terbuka dan setengah terbuka.), (Lampu redup bersamaan dengan suara Soekarno membacakan teks Indonesia Menggugat), “Baik. Dan Kus sudah tahu jawabanku sejak di Bengkulu. Kita akhiri ini semua ini dengan baik-baik”(Musik Sunda, kecapi suling yang liris menyayat) Musik penutup: musik kecapi suling
  • 28. Analisis Keteguhan Prinsip Perempuan dalam Naskah Monolog “Inggit” Berdasarkan Teori FeFmemiinniissmme elahir awal abad ke 20,dipelopori Virginia Woolf dalam bukunya yang berjudul A Room of One’s Own (1929).  Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (woman), berarti perempuan yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial.  Tujuan feminis adalah keseimbangan, interelasi gender.  Dalam pengertian yang lebih luas, feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial dan budaya pada umumnya.  Feminisme lahir awal abad ke 20,dipelopori Virginia Woolf dalam bukunya yang berjudul A Room of One’s Own (1929).  Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (woman), berarti perempuan yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial.  Tujuan feminis adalah keseimbangan, interelasi gender.  Dalam pengertian yang lebih luas, feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial dan budaya pada umumnya.
  • 29. Analisis Keteguhan Prinsip Perempuan dalam Naskah Monolog “Inggit” Berdasarkan Teori FeSmejainraihs mselealu diidentikkan dengan para lelaki. History atau sejarah, biasa diterjemahkan sebagai kisah para lelaki.  Kalaupun ada sejarah yang berbicara tentang perempuan, selalu berbicara tentang perempuan yang berada di ruang publik seperti Kartini, Cut Nyak Dien, atau Dewi Sartika. Seolah-olah dalam ruang domestik tidak ada pahlawan.  Padahal terdapat sesosok pahlawan dari ruang domestik yang membawa pengaruh besar kepada ruang publik. Dialah Inggit Garnasih, mantan istri dari Bapak Proklamator Indonesia, Soekarno.  Sejarah selalu diidentikkan dengan para lelaki. History atau sejarah, biasa diterjemahkan sebagai kisah para lelaki.  Kalaupun ada sejarah yang berbicara tentang perempuan, selalu berbicara tentang perempuan yang berada di ruang publik seperti Kartini, Cut Nyak Dien, atau Dewi Sartika. Seolah-olah dalam ruang domestik tidak ada pahlawan.  Padahal terdapat sesosok pahlawan dari ruang domestik yang membawa pengaruh besar kepada ruang publik. Dialah Inggit Garnasih, mantan istri dari Bapak Proklamator Indonesia, Soekarno.
  • 30. Analisis Keteguhan Prinsip Perempuan dalam Naskah Monolog “Inggit” Berdasarkan Teori FeKmesiunkissesmaaen Soekarno dalam dunia politik dan menjadi presiden tak lepas dari jasa tangan dingin Inggit Garnasih, tangan lembut Inggit selalu meneduhkan Soekarno saat ia kelelahan, pemberi semangat ketika Soekarno merasa putus asa.  Prinsip hidup untuk memertahankan harga diri (Tersenyum dingin). Banyak sekali sanjungan yang dibuat untuk perempuan yang mau patuh dan diam pada kemauan lelaki. Buatku sanjungan itu adalah muslihat. Biarlah aku tak pernah menjadi wanita utama atau istri utama karena aku telah mengambil hakku atas kata “Tidak”. Harga diriku tak bisa ditukar dengan sebutan apapun, bahkan dengan istana sekalipun.  Kesuksesaan Soekarno dalam dunia politik dan menjadi presiden tak lepas dari jasa tangan dingin Inggit Garnasih, tangan lembut Inggit selalu meneduhkan Soekarno saat ia kelelahan, pemberi semangat ketika Soekarno merasa putus asa.  Prinsip hidup untuk memertahankan harga diri (Tersenyum dingin). Banyak sekali sanjungan yang dibuat untuk perempuan yang mau patuh dan diam pada kemauan lelaki. Buatku sanjungan itu adalah muslihat. Biarlah aku tak pernah menjadi wanita utama atau istri utama karena aku telah mengambil hakku atas kata “Tidak”. Harga diriku tak bisa ditukar dengan sebutan apapun, bahkan dengan istana sekalipun.
  • 31. Analisis Keteguhan Prinsip Perempuan dalam Naskah Monolog “Inggit” Berdasarkan Teori FeKmetienguishamn eInggit untuk memperjuangkan haknya (“Duapuluh tahun aku menemaninya. Mengikutinya ke mana pun. Tak pernah ada kata lain yang diucapkannya pada kolonialisme, kecuali kata “Tidak”. Jika ia berani mengatakan “Tidak” pada kolonialisme, mengapa aku mesti tidak berani mengatakan hal yang sama ketika Kusno ingin menjadikan aku perempuan sebagai sebuah koloni lelaki. Apapun alasan yang dipakainya.”) (“Sebagai istri, tugasku sudah selesai. Dan sebagai perempuan aku sudah menunaikan kewajibanku, mengatakan “Tidak” pada kemauan seorang lelaki bernama Kusno.”)  Keteguhan Inggit untuk memperjuangkan haknya (“Duapuluh tahun aku menemaninya. Mengikutinya ke mana pun. Tak pernah ada kata lain yang diucapkannya pada kolonialisme, kecuali kata “Tidak”. Jika ia berani mengatakan “Tidak” pada kolonialisme, mengapa aku mesti tidak berani mengatakan hal yang sama ketika Kusno ingin menjadikan aku perempuan sebagai sebuah koloni lelaki. Apapun alasan yang dipakainya.”) (“Sebagai istri, tugasku sudah selesai. Dan sebagai perempuan aku sudah menunaikan kewajibanku, mengatakan “Tidak” pada kemauan seorang lelaki bernama Kusno.”)
  • 32. Analisis Keteguhan Prinsip Perempuan dalam Naskah Monolog “Inggit” Berdasarkan Teori Feminisme