SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA GERAK LURUS MELALUI 
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA KELAS X 
MIA SMA GITA PGRI CIGOMBONG 
(Penelitian di SMA GITA PGRI Cigombong Kabupaten Bogor) 
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS 
Oleh: 
ANJARSARI 
SEKOLAH MENENGAH ATAS GITA PGRI CIGOMBONG 
PROGRAM MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM 
BOGOR 
2014 
1
A. Latar Belakang 
Fisika merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang 
pendidikan di Indonesia. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang 
mempelajari gejala-gejala alam dan interaksi di dalamnya. Oleh karena itu, 
dengan mempelajari Fisika berarti mempelajari hakikat alam semesta.1 
Fisika bagian dari IPA yang merupakan hasil kegiatan manusia berupa 
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar 
yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Fisika 
merupakan mata pelajaran yang dapat membantu kita memecahkan masalah 
yang ada di sekitar secara mudah dan dapat menemukan cara-cara atau alat-alat 
yang dapat membantu mempermudah usahanya dalam memenuhi 
kebutuhan hidupan manusia. 
Agar pelajaran Fisika dapat dikuasai dengan mudah, maka sebaiknya 
dipelajari dengan mudah dan menyenangkan. Namun banyak sekali 
anggapan bahwa Fisika adalah pelajaran yang sangat sulit dan 
membosankan sehingga pelajaran ini dianggap tidak menyenangkan. 
Sampai sekarang Fisika masih dianggap sebagai sebagai bidang studi yang 
menakutkan oleh banyak siswa sehingga siswa memperoleh hasil belajar 
yang kurang memuaskan. Kesulitan siswa dalam mempelajari Fisika di 
sekolah juga tidak terlepas dari metode yang selama ini digunakan oleh 
guru. 
Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) Fisika banyak guru yang 
menggunakan metode cermah. Dengan metode ini guru merasa dapat 
mengontrol dan mengawasi siswa dalam keterlibatannya terhadap pelajaran 
yang disampaikan. Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Hal ini 
berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan di SMA Gita PGRI 
Cigombong kelas X Tahun Ajaran 2013-2014 ditemukan banyak 
1 Moh Nurudin, Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Menggunakan Problem 
Based Learning dengan Direct Instruction Eksperimen di Madrasah Aliyah Negeri Ciledug, 
Cirebon), (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu 
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 1 
2
kelemahan yang mempengaruhi hasil belajar dan respon siswa terhadap 
pembelajaran Fisika di sekolah, diantaranya proses belajar mengajar hanya 
berpusat pada guru (teacher centre) sehingga siswa tidak ikut interaktif 
dalam kegiatan pembelajaran. 
Hasil belajar siswa cenderung di bawah KKM (Kriteri Ketuntasan 
Minimum) sehingga setiap kali diadakan eveluasi belajar hampir seluruh 
siswa mengikuti remedial. Hal ini terus berlangsung dari mulai tahun ajaran 
baru hingga menjelang pergantian ajaran baru. Minat belajar siswa terhadap 
pelajaran fisika juga sangat rendah, ini berdasarkan observasi yang saya 
lakukan terhadap para siswa. Mereka menganggap fisika adalah pelajaran 
yang sangat sulit sehingga minat belajar siswa cenderung rendah. 
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran 
yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap 
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang 
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan 
untuk memecahkan masalah (Kamdi 2007: 77). PBL atau pembelajran 
berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang 
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk 
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, 
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi 
pelajaran. 
PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan 
kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang 
apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan siswa dapat menerapkannya 
dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari. PBL dalam pembelajaran 
dapat mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri. 
Pengalam ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana 
berkembangnya pola piker dan pola kerja seseorang bergantung pada 
bagaimana dia membelajarkan dirinya. 
3
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa PBL dapat 
meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil belajar meningkat. Oleh 
karena itu dalam penelitian tindakan kelas ini akan digunakan model 
Problem Based Learning dalam kegiatan pembelajaran. 
Konsep yang akan digunakan adalah “Gerak Lurus.” Dalam pokok 
bahasan penjumlahan vektor dipelajari besaran-besaran pada gerak luru, 
gerak lurus bertauran, gerak lurus berubah beraturan. 
Pada penelitian ini akan diterapkan model Problem Based Learning 
karena model ini diasumsikan akan mampu memberikan solusi terhadap 
permasalahan siswa yang menganggap sulit terhadap materi yang telah 
diajarkan. 
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian 
dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Gerak Lurus Melalui 
Penerapan Model Problem Based Learning pada Kelas X Mia Sma 
Gita Pgri Cigombong” 
B. Identifikasi Masalah 
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, 
maka masalah pada penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 
1. Kurikulum 2013 terlalu menuntut pendekatan scientific 
2. Minat belajar siswa yang rendah 
3. Metode pembelajaran yang monoton 
4. Hasi belajar siswa yang rendah 
5. Problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa 
C. Pembatasan Masalah 
4
Berdasarkan identifikasi maslah yang telah diuraikan sebelumnya, 
maka pembatasan pada penelitian ini adalah: 
1. Minat belajar siswa yang rendah 
2. Hasi belajar siswa yang rendah 
3. Problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa 
D. Rumusan Masalah 
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah 
penelitian ini adalah “Apakah penerapan mobel problem based learning 
dapat meningkatkan hasil belajar gerak lurus pada kelas X MIA di SMA 
Gita PGRI Cigombong?” 
E. Pemecahan Masalah 
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka pemecahan masalah 
penelitian ini adalah “Penerapan model based learning dapat meningkatkan 
hasil belajar gerak lurus pada kelas X MIA di SMA Gita PGRI Cigombong” 
F. Tujuan Penelitian 
Berdasarkan pemecahan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini 
adalah “Mengetahui peningkatan hasil belajar gerak lurus pada kelas X MIA 
di SMA Gita PGRI Cigombong” 
G. Manfaat Penelitian 
5
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada 
beberapa pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini, yaitu sebagai 
berikut: 
1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk 
meningkatkan hasil belajar Fisika dan belajar Fisika menjadi lebih 
menyenangkan. 
2. Bagi guru Fisika, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan 
dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat dan lebih efisien 
dalam pembelajaran Fisika. 
3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberi wawasan baru dalam bidang 
penelitian pendidikan dan metode yang akan menjadi bekal untuk 
diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah menyelesaikan studinya. 
H. Kajian teori 
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran 
yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap 
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang 
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan 
untuk memecahkan masalah (Kamdi 2007: 77). PBL atau pembelajran 
berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang 
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk 
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, 
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi 
pelajaran. 
PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan 
kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang 
apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan siswa dapat menerapkannya 
dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari. PBL dalam pembelajaran 
6
dapat mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri. 
Pengalam ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana 
berkembangnya pola piker dan pola kerja seseorang bergantung pada 
bagaimana dia membelajarkan dirinya. 
1. Hakikat Hasil Belajar 
a. Pengertian Belajar 
Setiap hari mulai dari lahir kita selalu belajar mempelajari hal-hal 
baru sehingga kita dapat melakukan banyak hal. Belajar tidak hanya di 
kelas, tapi dimana saja dan. Namun sebagian orang berpendapat belajar 
hanyalah duduk di dalam kelas dan hanya mendengarkan penjelasan dari 
guru saja, mengerjakan latihan soal atau menghafal fakta-fakta yang tersaji 
dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Untuk menghindari 
kesalahpahaman tentang belajar, ada beberapa definisi dari para ahli seperti 
Skinner, Gagne dan Witherington. 
Menurut Skinner berpandangan bahwa belajar adalah poses adaptasi 
(penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.2 Menurut 
Gagne dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk 
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil 
belajar.3 Belajar menurut Witherington adalah perubahan relatif menetap di 
dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru pada 
reaksi yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu 
pengertian.4 
2 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 60. 
3 Ismawanto, Teori Belajar Menurut Gagne, diakses dari 
http://10310188.blogspot.com/2011/07/teori-belajar-menurut-gagne.html pada tanggal 26 
Maret 2012. 
4 Sutrisno, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share terhadap 
Hasil Belajar Matematika, (artikel IKIP PGRI Semarang Vol.4, Desember 2007), h. 37 
7
Dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan dan 
penyesuaian tingkah laku, serta penerimaan informasi yang terjadi dalam 
diri organisme, manusia atau hewan. Belajar merupakan kebutuhan 
mendasar bagi manusia dalam perkembangannya menghadapi perubahan 
zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan. Karena itu belajar tidak dapat 
dipisahkan dari kehidupan manusia sejak kita lahir sampai akhir hayat. 
b. Tahap-tahap dalam Proses Belajar 
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai tahap-tahap dalam 
proses belajar. Diantaranya: 
1) Jerome S. Bruner 
Menurut Bruner dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga 
tahap, yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Tahap enaktif atau tahap 
kegiatan yang berkaitan dengan benda-benda kongkret. Tahap ekonin 
penyajian berupa gambar atau grafik. Dan tahap simbolik menggunakan 
kata-kata atau simbol. 5 
2) Arno F. Witting 
Menurut Witting setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga 
tingkatan, yaitu tingkatan acquasistion, tingkatan storage dan tingkatan 
Retrieval. 
Pada tingkatan acquasistion (tahap perolehan atau penerimaan 
informasi), seorang siswa menerima informasi sebagai stimulus dan 
5 Realin Setiamihardja, Kusmiyati, Pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran 
Matematika di Sekolah Dasa (Jurnal Pendidikan Dasar Nomor. 8 – Oktober, 2007), h. 3. 
8
melakukan respon terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan 
perilaku baru. Pada tingkatan storage (tahap penyimpanan informasi), 
seorang siswa otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman 
dan prilaku baru yang ia peroleh ketika mengalami proses acquisition. Pada 
tingkatan Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi), seorang siswa 
akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketia 
ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. 6 
3) Albert Bandura 
Menurut Bandura terdapat empat tahap dalam proses belajar sosial, 
yaitu tahap perhatian, tahap penyimpanan, tahap reproduksi dan tahap 
motivasi. 
Tahap perhatian (attentional phase), siswa umumnya memusatkan 
perhatian pada objek materi atau prilaku model yang lebih menarik terutama 
karena keunikannya dibanding dengan materi atau perilaku lain yang 
sebelumnya telah mereka ketahui. Tahap penyimpanan dalam tingkatan 
(rentention phase), informasi berupa materi dan perilaku model itu 
ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Tahap reproduksi 
(reproduction phase), segala bayangan atau citra mental (imagery) atau 
kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang 
telah tersimpan dalam memori para peserta didik itu kembali diproduksi 
kembali. Tahap motivasi (motivation phase), pada tahap ini guru dianjurkan 
untuk memberi pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada peserta didik yang 
berkinerja memuaskan. Sementara itu, kepada mereka yang belum 
menunjukan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting 
penguasaan materi atau perilaku bagi kehidupan mereka. 7 
6 Suparman Ali, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada 
Mata Pelajaran Akutansi di SMA Al-Mus’udiyah Bandung (Jurnal Ilmiah Pend. Ekonomi 
Akutansi Vol. III No. 1, 2009), h. 79. 
7 Inayah, Tinjauan Psikologis Efek Komunikasi Massa (Jurnal Pengembangan 
Humaniora Vol. 11 No. 3, 2011), h. 171. 
9
c. Pengertian Hasil Belajar 
Menurut Abror, hasil belajar adalah perubahan keterampilan dan 
kecakapan, kebiasaan sikap, pengertian, pengetahuan, dan apresiasi, yang 
dikenal dengan istilah kognitif, afektif dan psikomotor melalui perbuatan 
belajar. Sedangkan Hamalik berpendapat siswa dikatakan berhasil dalam 
belajarnya apabila dapat mengembangkan kemampuan pengetahuan dan 
pengembangan sikap. Pendapat lain dari Nawawi, hasil belajar diartikan 
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di 
sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai 
sejumlah materi pelajaran tertentu. 8 
Dapat disimpulkan hasil belajar adalah keberhasilan siswa untuk 
mencapai serta mengembangkan pengetahuan atau keterampilan yang 
dinyatakan dengan simbol angka ataupun huruf. Berdasarkan teori 
Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga 
kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.9 
1) Ranah Kognitif 
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). 
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah 
termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam 
jenjang proses berikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang 
yang paling tinggi. Yaitu pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), 
pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), 
sintesis (synthesis) dan penilaian (evaluation). 
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk 
mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, 
istilah, ide, gelaja, rumus-rumus dan lain sebagainya. Pemahaman 
8 Theresia K. Brahim, Peningkatan Hasil Belajar Sains Siswa Kelas IV Sekolah 
Dasar, Melalui Pendekatan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati di Lingkungan 
Sekitar (Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007), h. 39 
9 Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 
49. 
10
(comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan 
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Penerapan 
(application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau 
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, rumus-rumus 
dan lain sebagainya. 
Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau 
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih 
kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor 
yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Sintesis (synthesis) adalah 
kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir 
analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian 
atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang 
terstruktur atau berbentuk pola baru. Penilaian (evaluation) adalah 
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi 
situasi, nilai atau ide.10 
2) Ranah Afektif 
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. 
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai 
tingkah laku. Ranah afektif ini oleh Krathwohl dan kawan-kawannya 
ditaksonomikan menjadi lebih rinci ke dalam lima jenjang, yaitu menerima 
atau memperhatikan (receiving), menanggapi (responding), 
menilai/menghargai (valuting), mengatur (organization) dan karakterisasi 
(characterization).11 
Menerima/memperhatikan (receiving), termasuk kesadaran dan 
keinginan untuk menerima stimulus, respon, kontrol seleksi gejala atau 
rangsangan dari luar. 
10 Elis Mediawati, Pembelajaran Akuntansi Keuangan Melalui Media Komik 
untuk Meningkatkan Prestasi Mahasiswa (Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1, 
2011), h. 72. 
11 Asmaniar Bahar, Penilaian Ranah Afektif Pembelajaran PKN Melalui Model 
Value Clarification Technique (VCT) Games (Jurnal Pemnelajaran Fakultas Ilmu 
Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2008), h. 122. 
11
Menanggapi (responding), reaksi yang diberikan, ketepatan seaksi, 
dan perasaan kepuasan. Menilai/menghargai (valuting) kesadaran menerima 
norma, sitem nilai dan sebagainya. Mengatur (organization) yakni 
pengembangan norma, sistem nilai dam sebagainya. Karakterisasi 
(characterization) yakni sistem nilai yang terbentuk mempengaruhi pola 
kepribadian dan tingkah laku. 
3) Ranah Psikomotor 
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan 
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman 
belajar tertentu. Orang pertama yang mengembangkan ranah ini adalah 
Simpson memberikan tujuh jenjang psikomotor yang bersifat hierarkis yaitu 
persepsi, kesiapan, penanggapan terpimpin, mekanistik, penanggapan yang 
bersifat kompleks, adaptasi, dan originalitas.12 
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 
Secara garis besar, terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil 
belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. 
1) Faktor internal (keadaan atau kondisi jasmani siswa) 
Faktor yang berada dalam diri siswa meliputi dua aspek, yaitu aspek 
fisiologis dan psikologis. 13 Faktor fisiologis, kondisi umum jasmani dan 
tonus (tegangan otot) yang menandai tingkah laku kebugaran organ-organ 
tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas 
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tuhuh yang lemah, apalagi 
jika disertai sakit kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta 
12 Imam Gunawan, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Togethet, 
diakses dari http://masimamgun.blogspot.com/2010/04/model-pembelajaran-kooperatif-tipe. 
html pada tanggal 15 Maret 2012. 
13 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,2010), h. 
128 – 136. 
12
(kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak 
berbekas. 
Kondisi organ-organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indera 
pendengar dan indera penglihat juga mempengaruhi kemampuan siswa 
dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan 
dalam kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah 
umumnya, akan menyulitkan sensori register dalam menyerap informasi 
yang bersifat echoic dan echonic (gema dan citra). Akibat negatif 
selanjutnya adalah terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh 
sistem memori siswa tersebut. 
Aspek fisiologis banyak dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat 
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan hasil belajar siswa, 
diantaranya tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa, sikap siswa, bakat 
siswa, minat siswa dan motivasi siswa. 
Intelegensi merupakan kemampuan psikologi fisik untuk mereaksi 
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tingkat kecerdasan 
atau intelektual (IQ) mempengaruhi hasil belajar siswa. Semakin tinggi 
kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya 
untuk meraih sukses. Sebaliknya jika semakin rendah kemampuan 
intelegensi siswa maka semakin kecil peluangnnya untuk memperoleh 
informasi. 
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa 
kecerdasan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif tetap terhadap 
objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif atau negatif. Sikap 
(attitude) siswa yang positif kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan 
pada siswa merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa 
tesebut. Sebaliknya sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran 
yang disajikan pada siswa akan menimbulkan kesulitan belajar siswa 
tersebut. 
13
Bakat merupakan kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh 
seseorang untuk mencapai keberhasilan. Setiap orang memiliki bakat yang 
berbeda-beda untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai 
dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara umum bakat itu mirip dengan 
intelegensi. Itulah sebabnya seseorang anak yang berintelegensi sangat 
cerdas dan disebut dengan anak berbakat. 
Minat (interest) berarti kecendrungan atau kegairahan yang tinggi 
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi 
kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. 
Motivasi adalah keadaan internal organisme, baik manusia ataupun hewan 
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat mendorong 
seseorang untuk mencapai keberasilan siswa. Karena itu sebaiknya guru 
pada saat proses belajar memberikan motivasi kepada siswa agar terus 
termotivasi. 
2) Faktor Eksternal 
Faktor eksternal siswa diantaranya keluarga, sekolah, masyarakat 
dan lingkungan sekitar. Keluarga adalah ayah, ibu dan anak-anak serta 
sodara yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat berpengaruh 
terhadap keberhasilan belajar anak. Tinggi rendahnya orang tua, besar 
kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang 
tua, harmonis atau tidaknya hubungan orang tua dan akrab atau tidaknya 
orang tua dengan anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu 
turut mempengaruhi pencapaian belajar. 
Keadaan sekolah mulai dari kualitas guru, metode mengajarnya, 
kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau 
perlengkapak di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, 
pelaksanaan tata tertib sekolah dan sebagainya, turut mempengaruhi 
keberhasilan belajar anak. 
14
Keadaan masyarakan teridri dari orang-orang berpendidikan, 
terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal 
ini akan mendorong anak giat belajar. Begitu pula sebaliknya. 
Lingkungan sekitar meliputi bangunan rumah, suasana sekitar, 
keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya bila bangunan rumah 
penduduk sangat rapat, keadaan lalu lintas yang membisingkan, suasana 
hirup pikuk, suasana pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu ekstrim, dan 
sebagainya akan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. 14 
e. Pengukuran Hasil Belajar 
Pengukuran hasil belajar digunakan untuk mengetahui sejauh mana 
kemampuan siswa memahami atau menguasai konsep yang telah diajarkan. 
Salah satu alat yang dapat kita gunakan adalah dengan tes hasil belajar. Tes 
dapat diartikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas yang direncanakan 
untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan atau psikologik 
tertentu, dan setiap butir pertanyaan mempunyai jawaban tertentu yang 
dianggap benar.15 
Pelaksanaan tes dan pengukuran hasil belajar pada hakikatnya adalah 
upaya untuk mengetahui ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan. Suatu 
proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam satu satuan pendidikan di 
sekolah tidak dapat diketahui hasilnya apabila guru tidak mampu melakukan 
pengukuran hasil belajar. Dengan dilakukannya pengukuran hasil belajar, 
guru akan mampu mengetahui keberhasilan belajar siswanya dan menjadi 
umpan balik bagi guru dan peserta didik dalam melakukan proses 
pembelajaran. 
14 M. Dalyono , Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 59 – 60. 
15 Asmawi Zainul dan Agus, Tes dan Asesmen di SD (Jakarta: Universitas 
Terbuka, 2007), h.1.3. 
15

More Related Content

What's hot

Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaUpaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaMar Tunis
 
Proposal PTK
Proposal PTKProposal PTK
Proposal PTKSary Phah
 
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...endik baulu
 
Laporan Kajian Tindakan ICT - Strategi PDP & Penglibatan Pelajar dalam PdP.
Laporan Kajian Tindakan ICT - Strategi PDP & Penglibatan Pelajar dalam PdP.Laporan Kajian Tindakan ICT - Strategi PDP & Penglibatan Pelajar dalam PdP.
Laporan Kajian Tindakan ICT - Strategi PDP & Penglibatan Pelajar dalam PdP.IyQa GaNi
 
Upaya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pkn dengan menggunakan m...
Upaya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pkn dengan menggunakan m...Upaya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pkn dengan menggunakan m...
Upaya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pkn dengan menggunakan m...guest533a419
 
BBM dalam pengajaran
BBM dalam pengajaranBBM dalam pengajaran
BBM dalam pengajaranZanari Zainon
 
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusnoBab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusnoSojunghan Dilectus
 
penulisan ilmiah
penulisan ilmiahpenulisan ilmiah
penulisan ilmiah92 degrees
 
Isi karya tulis ilmiah
Isi karya tulis ilmiahIsi karya tulis ilmiah
Isi karya tulis ilmiahHesal Sutika
 
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...Evert Sandye Taasiringan
 
Lingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunaga
Lingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunagaLingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunaga
Lingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunagaOperator Warnet Vast Raha
 
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiSkripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiarif mutawalli
 

What's hot (20)

Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaUpaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
 
Karya ilmiah nur sabaniah
Karya ilmiah nur sabaniahKarya ilmiah nur sabaniah
Karya ilmiah nur sabaniah
 
Ptk sd kelas 3
Ptk sd kelas 3Ptk sd kelas 3
Ptk sd kelas 3
 
Kajian tindakan
Kajian tindakanKajian tindakan
Kajian tindakan
 
Proposal PTK
Proposal PTKProposal PTK
Proposal PTK
 
Ptk pai sma
Ptk pai smaPtk pai sma
Ptk pai sma
 
Panduan ptk 2016
Panduan ptk 2016Panduan ptk 2016
Panduan ptk 2016
 
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...
 
Laporan Kajian Tindakan ICT - Strategi PDP & Penglibatan Pelajar dalam PdP.
Laporan Kajian Tindakan ICT - Strategi PDP & Penglibatan Pelajar dalam PdP.Laporan Kajian Tindakan ICT - Strategi PDP & Penglibatan Pelajar dalam PdP.
Laporan Kajian Tindakan ICT - Strategi PDP & Penglibatan Pelajar dalam PdP.
 
Best 1
Best 1Best 1
Best 1
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Upaya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pkn dengan menggunakan m...
Upaya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pkn dengan menggunakan m...Upaya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pkn dengan menggunakan m...
Upaya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pkn dengan menggunakan m...
 
BBM dalam pengajaran
BBM dalam pengajaranBBM dalam pengajaran
BBM dalam pengajaran
 
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusnoBab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
penulisan ilmiah
penulisan ilmiahpenulisan ilmiah
penulisan ilmiah
 
Isi karya tulis ilmiah
Isi karya tulis ilmiahIsi karya tulis ilmiah
Isi karya tulis ilmiah
 
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP PENING...
 
Lingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunaga
Lingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunagaLingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunaga
Lingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunaga
 
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiSkripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
 

Similar to PBL-MENINGKATKAN

Makalah kajian fisika sekolah
Makalah kajian fisika sekolahMakalah kajian fisika sekolah
Makalah kajian fisika sekolahDhiah Febri
 
Makalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranMakalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranDhiah Febri
 
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar BiologiProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologiguestf6b63af
 
Latihan proposal ptk kel.c
Latihan proposal ptk kel.cLatihan proposal ptk kel.c
Latihan proposal ptk kel.cEko Supriyadi
 
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copyUli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copyOperator Warnet Vast Raha
 
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copyUli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copyOperator Warnet Vast Raha
 
Contoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - VContoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - VEman Syukur
 
LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V Eman Syukur
 
Makalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangMakalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangLauri Bintang
 

Similar to PBL-MENINGKATKAN (20)

Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Makalah kajian fisika sekolah
Makalah kajian fisika sekolahMakalah kajian fisika sekolah
Makalah kajian fisika sekolah
 
skripsi BaB I
skripsi BaB Iskripsi BaB I
skripsi BaB I
 
Makalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranMakalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaran
 
Ptkipaklas4
Ptkipaklas4Ptkipaklas4
Ptkipaklas4
 
Pkp matematika juita ut raha
Pkp matematika juita ut rahaPkp matematika juita ut raha
Pkp matematika juita ut raha
 
Ptk1
Ptk1Ptk1
Ptk1
 
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
 
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar BiologiProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
 
Tugas ii
Tugas iiTugas ii
Tugas ii
 
Contoh proposal biologi smu
Contoh proposal biologi smuContoh proposal biologi smu
Contoh proposal biologi smu
 
PTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENTPTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENT
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Latihan proposal ptk kel.c
Latihan proposal ptk kel.cLatihan proposal ptk kel.c
Latihan proposal ptk kel.c
 
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copyUli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
 
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copyUli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Contoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - VContoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - V
 
LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V
 
Makalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangMakalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintang
 

PBL-MENINGKATKAN

  • 1. PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA GERAK LURUS MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA KELAS X MIA SMA GITA PGRI CIGOMBONG (Penelitian di SMA GITA PGRI Cigombong Kabupaten Bogor) PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh: ANJARSARI SEKOLAH MENENGAH ATAS GITA PGRI CIGOMBONG PROGRAM MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM BOGOR 2014 1
  • 2. A. Latar Belakang Fisika merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksi di dalamnya. Oleh karena itu, dengan mempelajari Fisika berarti mempelajari hakikat alam semesta.1 Fisika bagian dari IPA yang merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Fisika merupakan mata pelajaran yang dapat membantu kita memecahkan masalah yang ada di sekitar secara mudah dan dapat menemukan cara-cara atau alat-alat yang dapat membantu mempermudah usahanya dalam memenuhi kebutuhan hidupan manusia. Agar pelajaran Fisika dapat dikuasai dengan mudah, maka sebaiknya dipelajari dengan mudah dan menyenangkan. Namun banyak sekali anggapan bahwa Fisika adalah pelajaran yang sangat sulit dan membosankan sehingga pelajaran ini dianggap tidak menyenangkan. Sampai sekarang Fisika masih dianggap sebagai sebagai bidang studi yang menakutkan oleh banyak siswa sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan. Kesulitan siswa dalam mempelajari Fisika di sekolah juga tidak terlepas dari metode yang selama ini digunakan oleh guru. Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) Fisika banyak guru yang menggunakan metode cermah. Dengan metode ini guru merasa dapat mengontrol dan mengawasi siswa dalam keterlibatannya terhadap pelajaran yang disampaikan. Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Hal ini berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan di SMA Gita PGRI Cigombong kelas X Tahun Ajaran 2013-2014 ditemukan banyak 1 Moh Nurudin, Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Menggunakan Problem Based Learning dengan Direct Instruction Eksperimen di Madrasah Aliyah Negeri Ciledug, Cirebon), (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 1 2
  • 3. kelemahan yang mempengaruhi hasil belajar dan respon siswa terhadap pembelajaran Fisika di sekolah, diantaranya proses belajar mengajar hanya berpusat pada guru (teacher centre) sehingga siswa tidak ikut interaktif dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar siswa cenderung di bawah KKM (Kriteri Ketuntasan Minimum) sehingga setiap kali diadakan eveluasi belajar hampir seluruh siswa mengikuti remedial. Hal ini terus berlangsung dari mulai tahun ajaran baru hingga menjelang pergantian ajaran baru. Minat belajar siswa terhadap pelajaran fisika juga sangat rendah, ini berdasarkan observasi yang saya lakukan terhadap para siswa. Mereka menganggap fisika adalah pelajaran yang sangat sulit sehingga minat belajar siswa cenderung rendah. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Kamdi 2007: 77). PBL atau pembelajran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan siswa dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari. PBL dalam pembelajaran dapat mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri. Pengalam ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya pola piker dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia membelajarkan dirinya. 3
  • 4. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil belajar meningkat. Oleh karena itu dalam penelitian tindakan kelas ini akan digunakan model Problem Based Learning dalam kegiatan pembelajaran. Konsep yang akan digunakan adalah “Gerak Lurus.” Dalam pokok bahasan penjumlahan vektor dipelajari besaran-besaran pada gerak luru, gerak lurus bertauran, gerak lurus berubah beraturan. Pada penelitian ini akan diterapkan model Problem Based Learning karena model ini diasumsikan akan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan siswa yang menganggap sulit terhadap materi yang telah diajarkan. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Gerak Lurus Melalui Penerapan Model Problem Based Learning pada Kelas X Mia Sma Gita Pgri Cigombong” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah pada penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Kurikulum 2013 terlalu menuntut pendekatan scientific 2. Minat belajar siswa yang rendah 3. Metode pembelajaran yang monoton 4. Hasi belajar siswa yang rendah 5. Problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa C. Pembatasan Masalah 4
  • 5. Berdasarkan identifikasi maslah yang telah diuraikan sebelumnya, maka pembatasan pada penelitian ini adalah: 1. Minat belajar siswa yang rendah 2. Hasi belajar siswa yang rendah 3. Problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah penerapan mobel problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar gerak lurus pada kelas X MIA di SMA Gita PGRI Cigombong?” E. Pemecahan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka pemecahan masalah penelitian ini adalah “Penerapan model based learning dapat meningkatkan hasil belajar gerak lurus pada kelas X MIA di SMA Gita PGRI Cigombong” F. Tujuan Penelitian Berdasarkan pemecahan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah “Mengetahui peningkatan hasil belajar gerak lurus pada kelas X MIA di SMA Gita PGRI Cigombong” G. Manfaat Penelitian 5
  • 6. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan hasil belajar Fisika dan belajar Fisika menjadi lebih menyenangkan. 2. Bagi guru Fisika, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat dan lebih efisien dalam pembelajaran Fisika. 3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberi wawasan baru dalam bidang penelitian pendidikan dan metode yang akan menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah menyelesaikan studinya. H. Kajian teori Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Kamdi 2007: 77). PBL atau pembelajran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan siswa dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari. PBL dalam pembelajaran 6
  • 7. dapat mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri. Pengalam ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya pola piker dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia membelajarkan dirinya. 1. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Setiap hari mulai dari lahir kita selalu belajar mempelajari hal-hal baru sehingga kita dapat melakukan banyak hal. Belajar tidak hanya di kelas, tapi dimana saja dan. Namun sebagian orang berpendapat belajar hanyalah duduk di dalam kelas dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja, mengerjakan latihan soal atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Untuk menghindari kesalahpahaman tentang belajar, ada beberapa definisi dari para ahli seperti Skinner, Gagne dan Witherington. Menurut Skinner berpandangan bahwa belajar adalah poses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.2 Menurut Gagne dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.3 Belajar menurut Witherington adalah perubahan relatif menetap di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru pada reaksi yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.4 2 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 60. 3 Ismawanto, Teori Belajar Menurut Gagne, diakses dari http://10310188.blogspot.com/2011/07/teori-belajar-menurut-gagne.html pada tanggal 26 Maret 2012. 4 Sutrisno, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share terhadap Hasil Belajar Matematika, (artikel IKIP PGRI Semarang Vol.4, Desember 2007), h. 37 7
  • 8. Dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan dan penyesuaian tingkah laku, serta penerimaan informasi yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan. Belajar merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia dalam perkembangannya menghadapi perubahan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan. Karena itu belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sejak kita lahir sampai akhir hayat. b. Tahap-tahap dalam Proses Belajar Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai tahap-tahap dalam proses belajar. Diantaranya: 1) Jerome S. Bruner Menurut Bruner dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga tahap, yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Tahap enaktif atau tahap kegiatan yang berkaitan dengan benda-benda kongkret. Tahap ekonin penyajian berupa gambar atau grafik. Dan tahap simbolik menggunakan kata-kata atau simbol. 5 2) Arno F. Witting Menurut Witting setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tingkatan, yaitu tingkatan acquasistion, tingkatan storage dan tingkatan Retrieval. Pada tingkatan acquasistion (tahap perolehan atau penerimaan informasi), seorang siswa menerima informasi sebagai stimulus dan 5 Realin Setiamihardja, Kusmiyati, Pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasa (Jurnal Pendidikan Dasar Nomor. 8 – Oktober, 2007), h. 3. 8
  • 9. melakukan respon terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tingkatan storage (tahap penyimpanan informasi), seorang siswa otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan prilaku baru yang ia peroleh ketika mengalami proses acquisition. Pada tingkatan Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi), seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketia ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. 6 3) Albert Bandura Menurut Bandura terdapat empat tahap dalam proses belajar sosial, yaitu tahap perhatian, tahap penyimpanan, tahap reproduksi dan tahap motivasi. Tahap perhatian (attentional phase), siswa umumnya memusatkan perhatian pada objek materi atau prilaku model yang lebih menarik terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui. Tahap penyimpanan dalam tingkatan (rentention phase), informasi berupa materi dan perilaku model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Tahap reproduksi (reproduction phase), segala bayangan atau citra mental (imagery) atau kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori para peserta didik itu kembali diproduksi kembali. Tahap motivasi (motivation phase), pada tahap ini guru dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada peserta didik yang berkinerja memuaskan. Sementara itu, kepada mereka yang belum menunjukan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau perilaku bagi kehidupan mereka. 7 6 Suparman Ali, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akutansi di SMA Al-Mus’udiyah Bandung (Jurnal Ilmiah Pend. Ekonomi Akutansi Vol. III No. 1, 2009), h. 79. 7 Inayah, Tinjauan Psikologis Efek Komunikasi Massa (Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 11 No. 3, 2011), h. 171. 9
  • 10. c. Pengertian Hasil Belajar Menurut Abror, hasil belajar adalah perubahan keterampilan dan kecakapan, kebiasaan sikap, pengertian, pengetahuan, dan apresiasi, yang dikenal dengan istilah kognitif, afektif dan psikomotor melalui perbuatan belajar. Sedangkan Hamalik berpendapat siswa dikatakan berhasil dalam belajarnya apabila dapat mengembangkan kemampuan pengetahuan dan pengembangan sikap. Pendapat lain dari Nawawi, hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. 8 Dapat disimpulkan hasil belajar adalah keberhasilan siswa untuk mencapai serta mengembangkan pengetahuan atau keterampilan yang dinyatakan dengan simbol angka ataupun huruf. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.9 1) Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Yaitu pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan penilaian (evaluation). Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gelaja, rumus-rumus dan lain sebagainya. Pemahaman 8 Theresia K. Brahim, Peningkatan Hasil Belajar Sains Siswa Kelas IV Sekolah Dasar, Melalui Pendekatan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati di Lingkungan Sekitar (Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007), h. 39 9 Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 49. 10
  • 11. (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, rumus-rumus dan lain sebagainya. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang terstruktur atau berbentuk pola baru. Penilaian (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi situasi, nilai atau ide.10 2) Ranah Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif ini oleh Krathwohl dan kawan-kawannya ditaksonomikan menjadi lebih rinci ke dalam lima jenjang, yaitu menerima atau memperhatikan (receiving), menanggapi (responding), menilai/menghargai (valuting), mengatur (organization) dan karakterisasi (characterization).11 Menerima/memperhatikan (receiving), termasuk kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, respon, kontrol seleksi gejala atau rangsangan dari luar. 10 Elis Mediawati, Pembelajaran Akuntansi Keuangan Melalui Media Komik untuk Meningkatkan Prestasi Mahasiswa (Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1, 2011), h. 72. 11 Asmaniar Bahar, Penilaian Ranah Afektif Pembelajaran PKN Melalui Model Value Clarification Technique (VCT) Games (Jurnal Pemnelajaran Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2008), h. 122. 11
  • 12. Menanggapi (responding), reaksi yang diberikan, ketepatan seaksi, dan perasaan kepuasan. Menilai/menghargai (valuting) kesadaran menerima norma, sitem nilai dan sebagainya. Mengatur (organization) yakni pengembangan norma, sistem nilai dam sebagainya. Karakterisasi (characterization) yakni sistem nilai yang terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku. 3) Ranah Psikomotor Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Orang pertama yang mengembangkan ranah ini adalah Simpson memberikan tujuh jenjang psikomotor yang bersifat hierarkis yaitu persepsi, kesiapan, penanggapan terpimpin, mekanistik, penanggapan yang bersifat kompleks, adaptasi, dan originalitas.12 d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara garis besar, terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. 1) Faktor internal (keadaan atau kondisi jasmani siswa) Faktor yang berada dalam diri siswa meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan psikologis. 13 Faktor fisiologis, kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkah laku kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tuhuh yang lemah, apalagi jika disertai sakit kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta 12 Imam Gunawan, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Togethet, diakses dari http://masimamgun.blogspot.com/2010/04/model-pembelajaran-kooperatif-tipe. html pada tanggal 15 Maret 2012. 13 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,2010), h. 128 – 136. 12
  • 13. (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat juga mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dalam kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah umumnya, akan menyulitkan sensori register dalam menyerap informasi yang bersifat echoic dan echonic (gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut. Aspek fisiologis banyak dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan hasil belajar siswa, diantaranya tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa. Intelegensi merupakan kemampuan psikologi fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tingkat kecerdasan atau intelektual (IQ) mempengaruhi hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya jika semakin rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil peluangnnya untuk memperoleh informasi. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecerdasan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif atau negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan pada siswa merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tesebut. Sebaliknya sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan pada siswa akan menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. 13
  • 14. Bakat merupakan kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara umum bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seseorang anak yang berintelegensi sangat cerdas dan disebut dengan anak berbakat. Minat (interest) berarti kecendrungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Motivasi adalah keadaan internal organisme, baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat mendorong seseorang untuk mencapai keberasilan siswa. Karena itu sebaiknya guru pada saat proses belajar memberikan motivasi kepada siswa agar terus termotivasi. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal siswa diantaranya keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Keluarga adalah ayah, ibu dan anak-anak serta sodara yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak. Tinggi rendahnya orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua, harmonis atau tidaknya hubungan orang tua dan akrab atau tidaknya orang tua dengan anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu turut mempengaruhi pencapaian belajar. Keadaan sekolah mulai dari kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapak di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah dan sebagainya, turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. 14
  • 15. Keadaan masyarakan teridri dari orang-orang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak giat belajar. Begitu pula sebaliknya. Lingkungan sekitar meliputi bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya bila bangunan rumah penduduk sangat rapat, keadaan lalu lintas yang membisingkan, suasana hirup pikuk, suasana pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu ekstrim, dan sebagainya akan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. 14 e. Pengukuran Hasil Belajar Pengukuran hasil belajar digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa memahami atau menguasai konsep yang telah diajarkan. Salah satu alat yang dapat kita gunakan adalah dengan tes hasil belajar. Tes dapat diartikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan atau psikologik tertentu, dan setiap butir pertanyaan mempunyai jawaban tertentu yang dianggap benar.15 Pelaksanaan tes dan pengukuran hasil belajar pada hakikatnya adalah upaya untuk mengetahui ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan. Suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam satu satuan pendidikan di sekolah tidak dapat diketahui hasilnya apabila guru tidak mampu melakukan pengukuran hasil belajar. Dengan dilakukannya pengukuran hasil belajar, guru akan mampu mengetahui keberhasilan belajar siswanya dan menjadi umpan balik bagi guru dan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran. 14 M. Dalyono , Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 59 – 60. 15 Asmawi Zainul dan Agus, Tes dan Asesmen di SD (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h.1.3. 15