Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...Adelina Hutauruk
Peraturan ini mengatur tentang pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Pedoman ini mencakup prinsip-prinsip pencegahan infeksi, penggunaan antimikroba yang bijak, penerapan bundles, serta pengaturan tentang komite pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. Peraturan ini bertujuan menjamin mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien serta tenaga kesehat
Dokumen ini berisi pedoman pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di UPT Puskesmas Pamotan Kabupaten Rembang. Dokumen ini menjelaskan pengertian pengelolaan B3, tujuan dibuatnya SOP ini sebagai acuan pengelolaan B3, kebijakan yang mendasari SOP ini, referensi peraturan terkait, prosedur pengelolaan B3 mulai dari penyimpanan, penggunaan, pembuangan limbah B3, serta unit-
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang kriteria inspeksi sanitasi untuk tempat-tempat umum seperti bioskop, terminal angkutan udara, dan pangkas rambut. Terdapat 10 item tempat yang dicakup beserta komponen-komponen yang dinilai untuk memastikan terpenuhinya standar kesehatan lingkungan."
Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...Ulfah Hanum
Peraturan ini mengatur tentang penyelenggaraan uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme pejabat fungsional kesehatan. Uji kompetensi dilaksanakan oleh tim penguji untuk memenuhi syarat kenaikan jenjang jabatan. Pedoman penyelenggaraan mencakup penyelenggara, peserta, dan tim penguji uji kompetensi.
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...Adelina Hutauruk
Peraturan ini mengatur tentang pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Pedoman ini mencakup prinsip-prinsip pencegahan infeksi, penggunaan antimikroba yang bijak, penerapan bundles, serta pengaturan tentang komite pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. Peraturan ini bertujuan menjamin mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien serta tenaga kesehat
Dokumen ini berisi pedoman pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di UPT Puskesmas Pamotan Kabupaten Rembang. Dokumen ini menjelaskan pengertian pengelolaan B3, tujuan dibuatnya SOP ini sebagai acuan pengelolaan B3, kebijakan yang mendasari SOP ini, referensi peraturan terkait, prosedur pengelolaan B3 mulai dari penyimpanan, penggunaan, pembuangan limbah B3, serta unit-
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang kriteria inspeksi sanitasi untuk tempat-tempat umum seperti bioskop, terminal angkutan udara, dan pangkas rambut. Terdapat 10 item tempat yang dicakup beserta komponen-komponen yang dinilai untuk memastikan terpenuhinya standar kesehatan lingkungan."
Peraturan Menteri Kesehatan No. 18 Tahun 2017 tentang Uji kompetensi Tenaga K...Ulfah Hanum
Peraturan ini mengatur tentang penyelenggaraan uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme pejabat fungsional kesehatan. Uji kompetensi dilaksanakan oleh tim penguji untuk memenuhi syarat kenaikan jenjang jabatan. Pedoman penyelenggaraan mencakup penyelenggara, peserta, dan tim penguji uji kompetensi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran indeks lalat, indeks tungau/pinjal, dan kepadatan nyamuk. Terdapat cara kerja dan alat yang digunakan untuk masing-masing pengukuran serta interpretasi hasilnya. Juga dibahas siklus hidup lalat dan penyakit onchocerciasis yang disebabkan oleh cacing Onchocerca volvulus dan disampaikan melalui gigitan nyamuk.
8.6.2.3 sop kontrol peralatan, testing danpkmsitugintung
Dokumen ini menjelaskan prosedur kontrol, pengujian, dan perawatan rutin peralatan medis di puskesmas untuk memastikan peralatan tersebut aman dan layak pakai. Petugas akan memeriksa dan menguji peralatan setiap bulan, memperbaiki gangguan bila perlu, dan melaporkan kepala puskesmas jika tidak dapat diperbaiki. Tujuannya adalah sebagai acuan dalam mengendalikan peralatan medis.
Dokumen ini menjelaskan Standar Operasional Prosedur (SOP) Klinik Sanitasi Puskesmas Kenten yang mencakup tujuan, kebijakan, referensi, alat dan bahan, langkah-langkah kerja, bagan alir, unit terkait, dan dokumen pendukung. SOP ini digunakan sebagai pedoman bagi penanggung jawab program dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, kuratif dan promotif secara terpadu dan
Peraturan ini mengubah beberapa ketentuan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 mengenai tujuan strategis, kerangka regulasi, kelembagaan, dan target kinerja serta pendanaan untuk menyesuaikan dengan perubahan organisasi dan tantangan pandemi COVID-19.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kesehatan lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat agar dapat mencegah penyakit. Pelayanan kesehatan lingkungan meliputi konseling, inspeksi lingkungan, dan intervensi lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan indikator kinerja program kesehatan lingkungan serta pentingnya sanitasi total berbasis masyarakat.
Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Tambakboyo menetapkan jenis-jenis pelayanan yang terdiri dari Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial dan Pengembangan serta Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) yang meliputi 14 poliklinik dan layanan lainnya. Keputusan ini berlaku sejak tanggal 2 Januari 2016.
Sk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisataNeneng Holifah
Keputusan Kepala Puskesmas Cisata menetapkan indikator dan target pencapaian kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Puskesmas Cisata untuk menilai pelaksanaan kegiatannya. Indikator dan targetnya mengacu pada ketentuan Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang dan tercantum dalam lampiran keputusan. Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan dapat diperbaiki sewaktu-waktu.
SOP ini memberikan pedoman tentang pengelolaan Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) di Puskesmas Kenten. IPAL digunakan untuk menyaring dan membersihkan air limbah dari domestik dan bahaya kimia. SOP ini menjelaskan tentang pendefinisian IPAL, tujuan, kebijakan, alat dan bahan, langkah-langkah, bagan alir, unit terkait, hal-hal yang perlu diperhatikan, dokumen terkait, dan rekaman perubahan.
Dokumen tersebut merangkum tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan kuratif secara terpadu dan berkelanjutan dengan sasaran masyarakat, penderita, dan lingkungan. Klinik Sanitasi bekerja sama dengan program kesehatan dan sektor lain untuk menangani penyakit berbasis lingkungan.
Peraturan ini mengatur pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan komprehensif dan mendukung pencapaian standar pelayanan kesehatan minimal. Program ini dilaksanakan di Puskesmas melalui identifikasi masalah kesehatan keluarga, pelayanan kesehatan berbasis keluarga, dan sistem informasi pelaporan kesehatan.
program K3 MFK terintegrasi di Puskesmas.pptxNIKEN70
Berisi program manajemen risiko dan pengelolaan fasilitas serta keselamatan (MFK) di Puskesmas yang mencakup 7 program utama yaitu mutu dan keselamatan pasien, manajemen risiko, MFK dan K3, PPI, serta terintegrasi dalam RUK dan RPK. Terdapat berbagai kegiatan seperti identifikasi risiko, penyusunan panduan, simulasi, pelatihan, evaluasi, dan lainnya guna menjamin keamanan, kenyamanan, dan efisiensi fas
Dokumen tersebut merupakan instrumen akreditasi puskesmas yang terdiri dari 9 bab yang mencakup standar-standar pelayanan puskesmas. Bab pertama membahas analisis kebutuhan masyarakat dan perencanaan puskesmas berdasarkan hasil analisis tersebut. Bab selanjutnya membahas tentang kepemimpinan dan manajemen puskesmas, peningkatan mutu, upaya kesehatan masyarakat, sasaran kinerja, layanan klinis, penunjang
Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran indeks lalat, indeks tungau/pinjal, dan kepadatan nyamuk. Terdapat cara kerja dan alat yang digunakan untuk masing-masing pengukuran serta interpretasi hasilnya. Juga dibahas siklus hidup lalat dan penyakit onchocerciasis yang disebabkan oleh cacing Onchocerca volvulus dan disampaikan melalui gigitan nyamuk.
8.6.2.3 sop kontrol peralatan, testing danpkmsitugintung
Dokumen ini menjelaskan prosedur kontrol, pengujian, dan perawatan rutin peralatan medis di puskesmas untuk memastikan peralatan tersebut aman dan layak pakai. Petugas akan memeriksa dan menguji peralatan setiap bulan, memperbaiki gangguan bila perlu, dan melaporkan kepala puskesmas jika tidak dapat diperbaiki. Tujuannya adalah sebagai acuan dalam mengendalikan peralatan medis.
Dokumen ini menjelaskan Standar Operasional Prosedur (SOP) Klinik Sanitasi Puskesmas Kenten yang mencakup tujuan, kebijakan, referensi, alat dan bahan, langkah-langkah kerja, bagan alir, unit terkait, dan dokumen pendukung. SOP ini digunakan sebagai pedoman bagi penanggung jawab program dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, kuratif dan promotif secara terpadu dan
Peraturan ini mengubah beberapa ketentuan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 mengenai tujuan strategis, kerangka regulasi, kelembagaan, dan target kinerja serta pendanaan untuk menyesuaikan dengan perubahan organisasi dan tantangan pandemi COVID-19.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kesehatan lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat agar dapat mencegah penyakit. Pelayanan kesehatan lingkungan meliputi konseling, inspeksi lingkungan, dan intervensi lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan indikator kinerja program kesehatan lingkungan serta pentingnya sanitasi total berbasis masyarakat.
Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Tambakboyo menetapkan jenis-jenis pelayanan yang terdiri dari Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial dan Pengembangan serta Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) yang meliputi 14 poliklinik dan layanan lainnya. Keputusan ini berlaku sejak tanggal 2 Januari 2016.
Sk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisataNeneng Holifah
Keputusan Kepala Puskesmas Cisata menetapkan indikator dan target pencapaian kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Puskesmas Cisata untuk menilai pelaksanaan kegiatannya. Indikator dan targetnya mengacu pada ketentuan Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang dan tercantum dalam lampiran keputusan. Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan dapat diperbaiki sewaktu-waktu.
SOP ini memberikan pedoman tentang pengelolaan Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) di Puskesmas Kenten. IPAL digunakan untuk menyaring dan membersihkan air limbah dari domestik dan bahaya kimia. SOP ini menjelaskan tentang pendefinisian IPAL, tujuan, kebijakan, alat dan bahan, langkah-langkah, bagan alir, unit terkait, hal-hal yang perlu diperhatikan, dokumen terkait, dan rekaman perubahan.
Dokumen tersebut merangkum tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan kuratif secara terpadu dan berkelanjutan dengan sasaran masyarakat, penderita, dan lingkungan. Klinik Sanitasi bekerja sama dengan program kesehatan dan sektor lain untuk menangani penyakit berbasis lingkungan.
Peraturan ini mengatur pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan komprehensif dan mendukung pencapaian standar pelayanan kesehatan minimal. Program ini dilaksanakan di Puskesmas melalui identifikasi masalah kesehatan keluarga, pelayanan kesehatan berbasis keluarga, dan sistem informasi pelaporan kesehatan.
program K3 MFK terintegrasi di Puskesmas.pptxNIKEN70
Berisi program manajemen risiko dan pengelolaan fasilitas serta keselamatan (MFK) di Puskesmas yang mencakup 7 program utama yaitu mutu dan keselamatan pasien, manajemen risiko, MFK dan K3, PPI, serta terintegrasi dalam RUK dan RPK. Terdapat berbagai kegiatan seperti identifikasi risiko, penyusunan panduan, simulasi, pelatihan, evaluasi, dan lainnya guna menjamin keamanan, kenyamanan, dan efisiensi fas
Dokumen tersebut merupakan instrumen akreditasi puskesmas yang terdiri dari 9 bab yang mencakup standar-standar pelayanan puskesmas. Bab pertama membahas analisis kebutuhan masyarakat dan perencanaan puskesmas berdasarkan hasil analisis tersebut. Bab selanjutnya membahas tentang kepemimpinan dan manajemen puskesmas, peningkatan mutu, upaya kesehatan masyarakat, sasaran kinerja, layanan klinis, penunjang
Peraturan ini mengatur tentang registrasi dan izin kerja bagi Ahli Kesehatan Lingkungan serta penyelenggaraan praktik sanitarian. Ahli Kesehatan Lingkungan wajib memiliki sertifikat kompetensi, surat tanda registrasi, dan izin praktik untuk menjalankan pekerjaannya di fasilitas kesehatan atau lembaga lain. Peraturan ini mengatur tata cara permohonan, persyaratan, dan bentuk dokumen yang dibutuhkan.
Permenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga KesehatanSainal Edi Kamal
Peraturan ini mengatur tentang registrasi tenaga kesehatan di Indonesia. Tenaga kesehatan wajib terdaftar dan memiliki Surat Tanda Registrasi yang diterbitkan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia setelah lulus uji kompetensi. Uji kompetensi dilaksanakan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi, sedangkan registrasi dilakukan secara nasional oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia. Surat Tanda Registrasi berlaku selama 5 tahun dan
Peraturan Menteri Kesehatan ini mengatur tentang penyelenggaraan pekerjaan dan praktik tenaga gizi, meliputi kualifikasi tenaga gizi, persyaratan sertifikat kompetensi dan surat tanda registrasi tenaga gizi, serta perizinan berupa surat izin praktik dan kerja tenaga gizi. Tenaga gizi dikualifikasi berdasarkan pendidikan dan harus memiliki sertifikat kompetensi serta surat tanda registrasi untuk melakuk
Peraturan ini mengatur tentang penyelenggaraan pekerjaan dan praktik okupasi terapis. Okupasi terapis wajib memiliki ijazah diploma tiga okupasi terapi dan sertifikat kompetensi untuk memperoleh surat tanda registrasi okupasi terapis dari Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia. Okupasi terapis juga diwajibkan memiliki surat izin praktik okupasi terapis untuk praktik mandiri atau surat izin kerja okupasi terapis untuk bekerja
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 menetapkan standar teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan. Standar ini mencakup jenis pelayanan dasar, mutu pelayanan, dan petunjuk teknis pemenuhannya. Tujuannya untuk memastikan setiap warga negara memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas.
Permenkes No 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada standar...Muh Saleh
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan yang
selanjutnya disebut SPM Kesehatan merupakan
ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar
yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang
berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
Pmk no _4_th_2019_ttg_standar_teknis_pelayanan_dasar_pada_standar_pelayanan_m...Rendra GUnawan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 menetapkan standar teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan. Standar ini mencakup jenis pelayanan dasar, mutu pelayanan, dan petunjuk teknis pemenuhannya. Tujuannya untuk memastikan setiap warga negara memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2019
TENTANG
STANDAR TEKNIS PEMENUHAN MUTU PELAYANAN DASAR
PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan yang selanjutnya disebut SPM Kesehatan merupakan ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 menetapkan standar teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan. Standar ini mencakup jenis pelayanan dasar, mutu pelayanan, dan petunjuk teknis pemenuhannya. Tujuannya untuk memastikan setiap warga negara memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas.
Peraturan ini mengatur pedoman pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk memberikan perlindungan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Pedoman ini mengacu pada prinsip-prinsip nasional, nirlaba, portabilitas, transparan, efisien dan efektif sesuai UU Jaminan Sosial. Peraturan ini juga memperbarui aturan sebelumnya tentang Jamkesmas.
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi JasabogaAnwar Junaedi
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga.
Disini Regulasi Terbaru tahun 2011.
Pemangku kepentingan : Owner Kuliner dan Resto serta Industri Jasa boga harus merujuknya.
Similar to Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian (20)
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
1. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 2013
TENTANG
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN TENAGA SANITARIAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (5)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga
Sanitarian;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Penggunaan Bahan Kimia dan Larangan Penggunaan
Bahan Kimia Sebagai Senjata Kimia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4834);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4849);
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
5. Undang-Undang …
2. -25. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4956);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
8. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin
Lingkungan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
13. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air;
14. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
061/Menkes/Per/I/1991
tentang
Persyaratan
Kesehatan Kolam Renang dan Pemandian Umum;
15. Keputusan Menteri …
3. -315. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang
Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri;
16. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
942/Menkes/SK/VII/2003
tentang
Persyaratan
Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan;
17. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1098/Menkes/SK/VII/2003
tentang
Persyaratan
Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran;
18. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004
tentang
Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
19. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat;
20. Peraturan
Menteri
492/Menkes/Per/IV/2010
Kualitas Air Minum;
Kesehatan
Nomor
tentang
Persyaratan
21. Peraturan
Menteri
Kesehatan
736/Menkes/Per/VI/2010 tentang Tata
Pengawasan Kualitas Air Minum;
Nomor
Laksana
22. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);
23. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi
Jasa Boga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 372);
24. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1796/Menkes/Per/VIII/2011
tentang
Registrasi
Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 603);
MEMUTUSKAN …
4. -4MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
PERATURAN
MENTERI
PENYELENGGARAAN
SANITARIAN.
KESEHATAN
PEKERJAAN
TENTANG
TENAGA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Tenaga Sanitarian adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di
bidang kesehatan lingkungan
sesuai ketentuan peraturan
perundangan-undangan.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3. Surat Tanda Registrasi Tenaga Sanitarian selanjutnya disingkat
STRTS adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada
Tenaga Sanitarian yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Surat Izin Kerja Tenaga Sanitarian selanjutnya disingkat SIKTS
adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
pekerjaan di bidang kesehatan lingkungan pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
5. Standar Profesi Tenaga Sanitarian adalah batasan kemampuan
minimal yang harus dimiliki/dikuasai oleh Tenaga Sanitarian untuk
dapat melaksanakan pekerjaan sanitarian secara profesional yang
diatur oleh organisasi profesi.
6. Menteri
adalah
menteri
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
7. Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia yang selanjutnya disingkat MTKI
adalah lembaga yang berfungsi untuk menjamin mutu tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan.
8. Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi yang selanjutnya disingkat MTKP
adalah lembaga yang membantu pelaksanaan tugas MTKI.
9. Organisasi Profesi adalah Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia.
Pasal 2 …
5. -5Pasal 2
Dalam Peraturan Menteri ini diatur segala sesuatu yang berkaitan dengan
tindakan yang harus dilaksanakan oleh Tenaga Sanitarian dalam
melaksanakan pekerjaannya.
BAB II
PERIZINAN
Bagian Kesatu
Kualifikasi Tenaga Sanitarian
Pasal 3
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kualifikasi
Tenaga
Sanitarian
ditetapkan
berjenjang
dan
berkelanjutan yang terdiri dari:
a. Sanitarian;
b. Teknisi Sanitarian Utama (Technical Sanitarian);
c. Teknisi Sanitarian Madya (Junior Technical Sanitarian);
d. Teknisi Sanitarian Pratama (Assistent Technical Sanitarian); dan
e. Asisten Teknisi Sanitarian (Junior Assistent Technical Sanitarian).
Sanitarian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
Tenaga Sanitarian yang memiliki ijazah Profesi Kesehatan
Lingkungan.
Teknisi Sanitarian Utama merupakan Tenaga Sanitarian yang
memiliki ijazah:
a. Diploma Tiga Penilik Kesehatan; atau
b. Diploma
Empat/Sarjana
Terapan/Sarjana
Kesehatan
Lingkungan/Ilmu Lingkungan/Teknologi Lingkungan/Teknik
Lingkungan/Teknik Sanitasi.
Teknisi Sanitarian Madya merupakan Tenaga Sanitarian yang
memiliki ijazah Diploma Tiga Ahli Madya Sanitasi dan Kesehatan
Lingkungan/Teknologi Sanitasi.
Teknisi Sanitarian Pratama merupakan Tenaga Sanitarian yang
memiliki ijazah Diploma Satu Kesehatan Lingkungan/Pembantu
Penilik Hygiene.
Asisten Teknisi Sanitarian merupakan orang yang memilki ijazah
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Kesehatan Lingkungan/Sanitasi/
Plumbing.
Bagian Kedua ...
6. -6Bagian Kedua
Sertifikat Kompetensi dan STRTS
Pasal 4
(1)
Tenaga Sanitarian untuk dapat melakukan pekerjaannya harus
memiliki STRTS.
(2)
Untuk dapat memperoleh STRTS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Tenaga Sanitarian harus memiliki sertifikat kompetensi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3)
STRTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh MTKI
dengan masa berlaku selama 5 (lima) tahun.
(4)
STRTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5)
Contoh STRTS sebagaimana tercantum dalam Formulir I terlampir
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 5
STRTS yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
Bagian Ketiga
SIKTS
Pasal 6
(1)
(2)
(3)
(4)
Tenaga Sanitarian yang melakukan pekerjaan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan wajib memiliki SIKTS.
SIKTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada
Tenaga Sanitarian yang telah memiliki STRTS.
SIKTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota.
SIKTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu)
tempat.
Pasal 7 …
7. -7Pasal 7
(1)
(2)
(3)
(4)
Untuk memperoleh SIKTS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
Tenaga Sanitarian harus mengajukan permohonan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota dengan melampirkan:
a. fotokopi ijazah yang dilegalisir;
b. fotokopi STRTS;
c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin
Praktik;
d. surat pernyataan memiliki tempat kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang bersangkutan;
e. pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga)
lembar berlatar belakang merah;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau
pejabat yang ditunjuk; dan
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
Apabila SIKTS dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota,
persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
f tidak diperlukan.
Contoh surat permohonan memperoleh SIKTS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir II terlampir yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Contoh SIKTS sebagaimana tercantum dalam Formulir III terlampir
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 8
(1)
Tenaga Sanitarian warga negara asing
permohonan memperoleh SIKTS setelah:
dapat
mengajukan
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1);
b. melakukan evaluasi dan memiliki surat izin kerja dan izin tinggal
serta persyaratan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
c. memiliki kemampuan berbahasa Indonesia.
(2)
Tenaga Sanitarian Warga Negara Indonesia lulusan luar negeri dapat
mengajukan permohonan memperoleh SIKTS setelah:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1); dan
b. melakukan evaluasi
perundang-undangan.
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
(1) SIKTS berlaku ...
8. -8Pasal 9
(1)
SIKTS berlaku sepanjang STRTS masih berlaku
diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.
dan
dapat
(2)
Tenaga Sanitarian yang akan memperbaharui SIKTS harus mengikuti
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat
(2).
Pasal 10
(1)
Tenaga Sanitarian hanya dapat melakukan pekerjaan paling banyak
di 2 (dua) tempat.
(2)
Permohonan SIKTS kedua dapat dilakukan dengan menunjukan
bahwa yang bersangkutan telah memiliki SIKTS pertama.
BAB III
PELAKSANAAN PEKERJAAN TENAGA SANITARIAN
Pasal 11
Tenaga Sanitarian yang memiliki SIKTS dapat melakukan pekerjaannya
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa:
a. puskesmas;
b. klinik;
c.
rumah sakit; dan
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
Pasal 12
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mengizinkan Tenaga
Sanitarian yang tidak memiliki SIKTS untuk bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tersebut.
Pasal 13
Lingkup pekerjaan Tenaga Sanitarian merupakan pelayanan kesehatan
lingkungan yang meliputi pengelolaan unsur-unsur yang mempengaruhi
timbulnya gangguan kesehatan, antara lain:
a. limbah cair;
b. limbah padat;
c. limbah gas;
d. sampah yang ...
9. -9d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkanpemerintah;
e. binatang pembawa penyakit;
f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas;
h. radiasi sinar pengion dan non pengion;
i. air yang tercemar;
j. udara yang tercemar; dan
k. makanan yang terkontaminasi.
Pasal 14
Uraian setiap lingkup pelayanan kesehatan lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13:
1. Lingkup pelayanan pengelolaan limbah cair sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf a, meliputi:
a. pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi limbah cair
dan tinja;
b. perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan/atau
pajanan kandungan unsur dari proses pengolahan limbah; dan
c. pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan limbah cair dan
tinja.
2. Lingkup pelayanan pengelolaan limbah padat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf b, meliputi:
a. pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi tanah dan
limbah padat;
b. perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan/atau
pajanan kandungan unsur dari proses pengolahan limbah; dan
c. pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan tanah dan limbah
padat.
3.
Lingkup pelayanan pengelolaan udara dan limbah gas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf c meliputi:
a. pemeriksaan kualitas fisik, kebisingan, getaran dan kelembaban,
kimia dan mikrobiologi udara dan limbah gas;
b. perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan/atau
pajanan kandungan unsur dari proses pengolahan limbah;
c. pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan udara dan limbah
gas.
4.
Lingkup pelayanan pengelolaan sampah yang tidak diproses sesuai
persyaratan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
huruf d meliputi:
a. pemeriksaan jenis sampah, sumber timbulan, dan karakteristik;
b. perlindungan ...
10. -10b. perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan/atau
pajanan kandungan unsur dari proses pengolahan limbah; dan
c. pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang tidak
diproses sesuai persyaratan pemerintah.
5.
Lingkup pelayanan pengendalian binatang pembawa penyakit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf e meliputi:
a. pemeriksaan tempat perindukan, perilaku binatang pembawa
penyakit, perilaku masyarakat;
b. perlindungan kesehatan masyarakat dari tempat perindukan,
perilaku binatang pembawa penyakit, perilaku masyarakat; dan
c. pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian binatang
pembawa penyakit.
6.
Lingkup pelayanan pengelolaan zat kimia dan limbah B3 termasuk
limbah medik sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 huruf f meliputi:
a. pemeriksaan jumlah, consentrasi dan jenis zat kimia, limbah B3,
hygiene industry, kesehatan kerja;
b. pemeriksaan peralatan dan lingkungan yang terpajan, dan
manusia yang terpajan; dan
c. pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan zat kimia dan
limbah B3.
7.
Lingkup pelayanan pengelolaan kebisingan yang melebihi ambang
batas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf g meliputi:
a. Pemeriksaan intensitas dan tingkat kebisingan yang melebihi
ambang batas, sumber dan sifat, kondisi lingkungan;
b. perlindungan kesehatan masyarakat dari intensitas dan tingkat
kebisingan yang melebihi ambang batas, sumber dan sifat,
kondisi lingkungan; dan
c. pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang
terpajan kebisingan yang melebihi ambang batas.
Lingkup pelayanan pengelolaan radiasi sinar pengion dan non
pengion sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf h meliputi:
a. Pemeriksaan intensitas dan tingkat radiasi, sumber dan sifat
radiasi, kondisi lingkungan radiasi;
b. perlindungan kesehatan masyarakat dari intensitas dan tingkat
radiasi, sumber dan sifat radiasi, kondisi lingkungan radiasi; dan
c. pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang
terkena radiasi sinar pengion dan non pengion.
Lingkup pelayanan pengelolaan air yang tercemar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf i meliputi:
a. pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air;
8.
9.
b. penentuan sumber ...
11. -11b. penentuan sumber air, dan perlindungan kesehatan masyarakat
dari pencemaran dan/atau pajanan kandungan unsur dari proses
pengolahan air; dan
c. pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air yang tercemar.
10. Lingkup pelayanan pengelolaan udara yang tercemar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf j meliputi:
a. pemeriksaan
kualitas
fisik
udara/kebisingan/getaran/
kelembaban udara baik in door maupun outdoor, kecepatan angin
dan radiasi, pemeriksaan kimia, mikrobiologi;
b. perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan/atau
pajanan kandungan unsur dari proses pengolahan udara; dan
c. penggerakan masyarakat dalam pengelolaan udara yang tercemar.
11. Lingkup pelayanan pengelolaan makanan yang terkontaminasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf k meliputi:
a. pemeriksaan kualitas fisik , kimia, mikrobiologi dan parasitologi;
b. perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan/atau
pajanan kandungan unsur dari proses pengelolaan makanan; dan
c. penggerakan masyarakat dalam pengelolaan makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
Pasal 15
(1)
(2)
Selain ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13, setiap Tenaga Sanitarian yang menjalankan program Pemerintah
berwenang melakukan pelayanan kesehatan lingkungan tertentu,
meliputi:
a. melakukan pemantauan dan manajemen risiko pelaksanaan
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL);
b. melakukan pemantauan pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan (ADKL);
c. melakukan pemantauan pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL);
d. melakukan pemantauan pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL);
e. melakukan pemeriksaan dan tindakan sanitasi kapal dan pesawat
sesuai dengan Peraturan Kesehatan Internasional (IHR); dan
f. melakukan pemantauan pelaksanaan Klinik Sanitasi dan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Pelayanan kesehatan program Pemerintah lainnya hanya dapat
dilakukan oleh Tenaga Sanitarian yang dilatih khusus untuk
program Pemerintah.
(3) Bagi Tenaga ...
12. -12(3)
(4)
Bagi Tenaga Sanitarian yang melakukan pekerjaan di luar
kewenangan sebagaimana dimaksud ayat (1), harus memperoleh
kewenangan tertulis dari yang berwenang.
Pemerintah, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota
bertanggung jawab menyelenggarakan pelatihan bagi Tenaga
Sanitarian yang memperoleh kewenangan sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (2).
Pasal 16
Kewenangan/kompetensi yang dimiliki Sanitarian meliputi:
a. merencanakan dan mengelola sumber daya di bawah tanggung
jawabnya;
b. mengevaluasi secara komprehensif dengan memanfaatkan IPTEK
untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategi
organisasi yang menjadi tanggung jawabnya;
c. memecahkan permasalahan berkaitan dengan bidang sains,
teknologi dan atau seni kesehatan lingkungan melalui pendekatan
multidisipliner; dan
d. melakukan
riset,
mengambil
keputusan
strategis
dan
mengomunikasikan atas semua aspek yang terkait dengan kesehatan
lingkungan dan berada di bawah tanggung jawabnya.
Pasal 17
Kewenangan/kompetensi yang dimiliki oleh Teknisi Sanitarian Utama
(Technical Sanitarian), meliputi:
a. melakukan pekerjaan dengan memanfaatkan IPTEK di bidang
kesehatan lingkungan dan beradaptasi terhadap situasi dalam
menyelesaikan masalah;
b. memformulasi
penyelesaian
masalah
kesehatan
lingkungan
prosedural berdasar pengetahuan spesialis;
c. mengambil keputusan strategis di bidang kesehatan lingkungan
berdasarkan analisis informasi berbasis data; dan
d. memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi dan
mengembangkan kreatifitas yang inovatif dalam pengendalian
masalah kesehatan lingkungan.
Pasal 18 ...
13. -13Pasal 18
Kewenangan/kompetensi yang dimiliki oleh Teknisi Sanitarian Madya
(Junior Technical Sanitarian), meliputi:
a. melakukan pekerjaan kesehatan lingkungan;
b. memilih metode pemecahan masalah kesehatan lingkungan dari
beragam pilihan yang sudah baku maupun belum baku;
c. melakukan analisis data terkait dengan kesehatan lingkungan;
d. melakukan pekerjaan kesehatan lingkungan sendiri ataupun
kelompok di lingkup tanggung jawab pengawasannya;
e. memformulasi
penyelesaian
masalah
kesehatan
lingkungan
prosedural dan inovatif secara komprehensif; dan
f.
melakukan kerja sama dan membuat laporan tertulis secara
komprehensif.
Pasal 19
Kewenangan/kompetensi yang dimiliki oleh Teknisi Sanitarian Pratama
(Asisten Technical Sanitarian), meliputi:
a. melaksanakan pekerjaan kesehatan lingkungan berdasar informasi
yang diterima;
b. melaksanakan prosedur kerja kesehatan lingkungan yang tersedia;
c. melaksanakan pekerjaan kesehatan lingkungan spesifik dengan
penggunaan alat berdasar prosedur kerja;
d. melaksanakan pekerjaan kesehatan lingkungan sendiri dengan
pengawasan tidak langsung;
e. memecahkan masalah kesehatan lingkungan berdasar pengetahuan
operasional; dan
f.
melaksanakan kerja sama dan komunikasi dalam lingkup kerjanya.
Pasal 20
Kewenangan/kompetensi yang dimiliki oleh Asisten Teknisi Sanitarian
(Operator Technical Sanitarian), meliputi:
a. melaksanakan satu tugas kesehatan lingkungan spesifik, dengan
menggunakan alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim
dilakukan, serta menunjukkan kinerja dengan mutu yang terukur, di
bawah pengawasan langsung atasannya; dan
b. memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual
bidang kerja kesehatan lingkungan yang spesifik, sehingga mampu
memilih pemecahan yang tersedia terhadap masalah yang lazim
timbul.
Pasal 21 ...
14. -14Pasal 21
(1)
Tenaga Sanitarian dalam menjalankan pekerjaannya harus sesuai
dengan kewenangan yang diberikan kepadanya sesuai dengan Standar
Profesi Tenaga Sanitarian.
(2)
Tenaga Sanitarian dalam menjalankan pekerjaannya sebagaimana
tersebut pada ayat (1) menggunakan peralatan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3)
Dalam hal seorang Tenaga Sanitarian karena suatu sebab tidak
mampu melaksanakan pekerjaan sanitarian, wajib berkonsultasi
kepada Tenaga Sanitarian pada jenjang yang lebih tinggi.
Pasal 22
(1)
Dalam melakukan pekerjaannya Tenaga Sanitarian wajib melakukan
pencatatan.
(2)
Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disimpan
selama 5 (lima) tahun.
Pasal 23
Dalam melaksanakan pekerjaannya Tenaga Sanitarian mempunyai hak:
a. memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan pekerjaannya
sesuai dengan Standar Profesi Tenaga Sanitarian;
b. memperoleh akses atas informasi dan sumber daya sesuai kewenangan
yang dimiliki;
c. melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi;
d. menerima imbalan jasa profesi; dan
e. memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang
berkaitan dengan tugasnya.
Pasal 24
Dalam melaksanakan
kewajiban:
pekerjaannya
Tenaga
Sanitarian
mempunyai
a. meningkatkan profesionalisme sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi;
b. memelihara peralatan yang disediakan oleh pemberi pekerjaan;
c. membantu program Pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat; dan
d. mematuhi standar ...
15. -15d. mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional Tenaga Sanitarian.
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 25
(1)
Menteri,
pemerintah
daerah
provinsi,
pemerintah
daerah
kabupaten/kota, MTKI, dan MTKP melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pekerjaan Tenaga Sanitarian dengan
mengikutsertakan Organisasi Profesi.
(2)
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh
Tenaga Sanitarian.
Pasal 26
(1)
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melaporkan Tenaga
Sanitarian yang bekerja dan berhenti bekerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatannya pada tiap triwulan kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota dengan tembusan kepada Organisasi Profesi.
(2)
Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota wajib melaporkan Tenaga
Sanitarian yang bekerja di daerahnya setiap 1 (satu) tahun kepada
kepala dinas kesehatan provinsi.
Pasal 27
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25, Menteri, pemerintah daerah provinsi atau kepala
dinas kesehatan provinsi dan pemerintah daerah kabupaten
kota/kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat memberikan
tindakan administratif kepada Tenaga Sanitarian yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan pekerjaan Tenaga
Sanitarian dalam Peraturan Menteri ini.
(2) Tindakan administratif
dilakukan berupa:
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan/atau
c.
pencabutan SIKTS.
Pasal 28 ...
16. -16Pasal 28
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota dapat merekomendasikan pencabutan STRTS kepada
MTKI terhadap Tenaga Sanitarian yang melakukan pekerjaannya
tanpa memiliki SIKTS.
(2) Pemerintah
daerah
kabupaten/kota
atau
kepala
dinas
kabupaten/kota dapat mengenakan sanksi teguran lisan, teguran
tertulis sampai dengan pencabutan izin Fasilitas Pelayanan
Kesehatan kepada pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
mempekerjakan Tenaga Sanitarian yang tidak memiliki SIKTS.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 29
(1)
Setiap Tenaga Sanitarian yang saat ditetapkannya Peraturan ini
sedang menjalankan pekerjaannya dianggap telah memiliki SIKTS.
(2)
Dalam waktu selambat-lambatnya 1(satu) tahun setelah Peraturan
Menteri ini ditetapkan, Tenaga Sanitarian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memiliki SIKTS sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri ini.
Pasal 30
Teknisi Sanitarian Pratama yang berpendidikan dibawah Diploma Satu
Kesehatan Lingkungan yang menjalankan pekerjaannya harus
menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Menteri ini selambatlambatnya 5 (lima) tahun sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan.
Pasal 31
Standar Profesi Tenaga Sanitarian yang ditetapkan oleh Organisasi Profesi
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Menteri ini dan belum ditetapkan yang baru oleh Organisasi Profesi.
BAB VI ...
17. -17BAB VI
PENUTUP
Pasal 32
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 373/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Sanitarian dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 33
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 April 2013
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 April 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 648
18. -18LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 32 TAHUN 2013
TENTANG
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN
TENAGA SANITARIAN
DAFTAR PERALATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGGUNA
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
NAMA ALAT/PERALATAN
Water Contamination
Monitoring Test Kit
Water Quality GPS Multi
parameter
Simple Water Test Kit
Waste Water Test Kit
Water Test Kit for
Microbiology
Public Places Inspection
Test Kit
Environment Air Quality
Monitoring
Indoor Air Inspection Test Kit
Complete Multi Gas Monitor
for Ambient
Hospital Air Contamination
Test
Stack Gas and Dust Sampler
Portable Gas Sampler
Radiation Inspection Kit
Soil Test Kit
Digital Soil Monitoring Test
Kit
Kitchen Hygiene Inspection
Kit
Microbiology Food
Detection Kit
PENGGUNA PERALATAN
Asisten Teknisi Teknisi Teknisi
Teknisi Sanita- Sanita- SanitaSanitarian
rian
rian
rian
Pratama Madya
Utama
Sanitarian
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
19. -19-
No
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
NAMA ALAT/PERALATAN
Portable Food Contamination
Test Kit
Food Detection Kit
Sanitarian Field Kit
Surveillance vector kit
Cholinesterase Test Kit
Portable Digital System
Cholinesterase Test
Visual Inspection Kit
PENGGUNA PERALATAN
Asisten Teknisi Teknisi Teknisi
Teknisi Sanita- Sanita- SanitaSanitarian
rian
rian
rian
Pratama Madya
Utama
Sanitarian
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
NAFSIAH MBOI
v
20. -20Formulir I
MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA
(THE INDONESIAN HEALTH PROFESSION BOARD)
SURAT TANDA REGISTRASI TENAGA SANITARIAN
REGISTRATION CERTIFICATE OF SANITARIAN
NOMOR REGISTRASI
:
REGISTRATION NUMBER
NAMA
:
NAME
TEMPAT/TANGGAL LAHIR
:
PLACE/DATE OF BIRTH
JENIS KELAMIN
:
SEX
NOMOR IJAZAH
:
CERTIFICATE NUMBER
TANGGAL LULUS
:
DATE OF GRADUATION
PERGURUAN TINGGI
:
UNIVERSITY
KOMPETENSI
:
COMPETENCE
NOMOR SERTIFIKAT KOMPETENSI :
COMPETENCE CERTIFICATION NUMBER
STR BERLAKU SAMPAI
:
VALID UNTIL
PAS FOTO
CAP/
STAMP
MTKI
……………………20….
a.n.Menteri Kesehatan
KETUA MAJELIS TENAGA KESEHATAN INDONESIA
CHAIRMAN OF INDONESIAN HEALTH PROFESSION
Formulir II
BOARD
(...................................................................)
21. -21Formulir II
Perihal : Permohonan Surat Ijin Kerja
Tenaga Sanitarian (SIKTS)
Kepada Yth,
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota ....................
Di
...............................................
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama Lengkap
: ......................................................................
Alamat
: .......................................................................
Tempat/tanggal lahir
: .......................................................................
Jenis kelamin
: .......................................................................
Tahun Lulusan
: .......................................................................
Nomor STRTS
: .......................................................................
Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat
Ijin Kerja Tenaga Sanitarian (SIKTS) pada ...................... (sebut nama
fasilitas pelayanan kesehatan dan alamat).
Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan :
a. Fotokopi ijazah yang dilegalisir;
b. Fotokopi STRTS;
c. Fotokopi surat keterangan sehat dari dokter yang mempunyai Surat
Izin Praktik;
d. Surat pernyataan memiliki tempat kerja di fasilitas pelayanan
kesehatan yang bersangkutan;
e. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar
berlatar belakang merah;
f. Rekomendasi kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat
yang ditunjuk; dan
g. Rekomendasi dari HAKLI; dan
h. SIKTS pertama (untuk permohonan SIKTS yang kedua).
Demikian atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.
.....................................,20...
Yang memohon,
(.......................................)
22. -22-
Formulir III
KOP SURAT DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA ...*
SURAT IZIN KERJA TENAGA SANITARIAN (SIKTS)
Nomor ...
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor … tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Tenaga Sanitarian, yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ... memberikan izin kerja kepada:
(Nama Lengkap)
Tempat/tanggal lahir : ...........................................................................
Alamat
: ...........................................................................
Nomor STRTS
: ...........................................................................
Diberikan izin kerja untuk melakukan pekerjaan Tenaga Sanitarian sebagai
.............. , lulusan ............. (jenis pendidikan) pada:
Nama Fasyankes
: ......................................................................
Alamat
: ......................................................................
Surat Izin Kerja Tenaga Sanitarian (SIKTS) ini berlaku sampai dengan tanggal
........................... (sesuai pemberlakuan STRTS)
Dikeluarkan di ……….…......……............
pada tanggal ………...............................
Pasfoto
4x6
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ........
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota …
(.............................)
Tembusan:
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi ...;
2. Ketua Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) Daerah … ;
3. Pertinggal.