Dokumen tersebut membahas tentang sikap apatis masyarakat dan bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap apatis masyarakat seperti persepsi negatif terhadap pemerintah, komunitas, dan fasilitator. Dokumen ini juga menyarankan beberapa cara untuk meningkatkan partisipasi masyarakat melalui peningkatan kesadaran, pemberdayaan potensi masyarak
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Matinya sikap apatis
1. MATINYA SIKAP APATIS
Dipersembahkah oleh :
Broto Suwarso
PUSDAKOTA – UBAYA
Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan – Universitas Surabaya
2. Kebijakan
Akal-akalan Tidak Jelas
Sikap Tidak
Pemerintah Percaya
Merasa Membandingkan
Dimanfaatkan Peran
Merasa sarana PERSEPSI Segala
kurang KOMUNITAS ketidakmungkinan
Merasa
Merasa Tidak memiliki waktu
miskin
Anggapan tidak
Sikap Tidak berhubungan dengan
Percaya kebutuhan hidup
Melimpahkan
tanggungjawab
3. Tidak akan jalan
tanpa duit
Asal tersedia Sikap tidak
sarana percaya
Pengetahuan Alasan sudah
rendah membayar
Kesadaran PERSEPSI Segala
rendah FASILITATOR ketidakmungkinan
Hanya Percaya
Tidak Pada tokoh
Populer
Partisipasi sangat
Kebijakan rendah
lemah
Melimpahkan
Tanggung jawab
4. How to Develop the Public Participation
Networking
Tiga Pilar Analisis Sosial
Pembangunan
MESSO MIKRO MAKRO
PROSPECTIVE PROSPECTIVE
Challenge Model Model Model Model
Inovasi Diri RT RW N
Optimalisasi
Revitalisasi Nilai-Nilai Mekanisme Pelembagaan
Monitoring Replikasi, Multiplikasi
Evaluasi
Refleksi Gerakan Sosial
Peningkatan Kualitas Lingkungan
Peningkatan Mutu Kehidupan
Masyarakat Berdaya
& Berkeadilan
5. KAMI TERLIBAT KARENA PEDULI
& KAMI ADA UNTUK :
• Menggali potensi
• Mendorong prakarsa
• Membangun rasa memiliki
• Mengembangkan tanggung jawab
• Menjamin efektivitas dan efisiensi
• Menjamin keberlanjutan
12. Ethos Membangun Partisipasi
MEMBANGUN KEPERCAYAAN
POTENSI
(Bersedia belajar dari masyarakat, Percaya
bahwa komunitas memiliki potensi)
KEPERCAYAAN
MENGIDENTIFIKASI
POTENSI BERSAMA (Memulai dari
apa yang dimiliki oleh komunitas)
SEMANGAT JARINGAN
BERBAGI
MEMBANGUN JARINGAN
BERBAGI (Tidak berpretensi untuk
menjadi tokoh)
13. SEBARAN PROSES PENGOMPOSAN DI KOTA SURABAYA
10 unit Belum
1500 unit Terdeteksi
th 2005 Skala
Komunal
4500 unit
th 2006
6500 unit
Mei th 2007
1500 unit
5500 unit
Luar
Des. th 2007
Surabaya
Catatan: Sebaran ini dihitung berdasarkan pada pengelolaan skala komunal, dan jumlah THM
yang dilayani Pusdakota.
14. SAMPAH ORGANIK YANG TERKELOLA
METODE JUMLAH SAMPAH ORGANIK ASUMSI KETERANGAN
PELAKU TERDEKOMPOSISI
Open 10 lokasi 4m kubik/hari/RW / 1440 Jika jumlah sampah organik Digunakan untuk
Windrow kg sampah Kota Surabaya 6500m kubik x sampah organik sulit
organik,kompos yang 70% = 4550m kubik x 360 kg terurai maupun
dihasilkan 1,08 ton/hari = =1638 ton ,berapa unit open mudah terurai dengan
32 ton/bulan windrow harus disediakan? volume yang besar
4550 : 4 = 1138 unit tempat
pengolahan sampah skala
Rukun Warga
THM 18.500 unit 15 kg sampah Jika Kota Surabaya terdiri dari Digunakan untuk jenis
(Takakura organik/bulan = 277.500 600.000 – 1000.000 KK ,berapa sampah organik yang
Home kg sampah organik tereduksi ? mudah terurai
Method) Jika minimum sampah organik
Hasil kompos 8 yang dikelola 0,2 kg maka setiap
kg/bulan/unit = hari 120.000 kg sampah
148.000/bulan = 148 tereduksi.
ton/bl
Lain - lain ???? - -
15. Socio Economic Impact Program Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga di RT 04/RW 14 Periode 2003-2004
Inflow Resources
1. Kompos Rp. 2.714.250,-
2. Biaya Pengelolaan sampah Rp. 2.200.000,-
3. Penghematan biaya pengobatan Rp. 6.270.000,-
4. Pengetahuan tentang sampah Rp. 22.400.000,-
5. Penjualan TOGA Rp. 11.958.950,-
Total Jumlah Methan dan
Inflow Resources Rp. 45.543.200,-
Karbondioksida
Yang Dikelola Warga Sehingga Mampu
Outflow Resources
1. Biaya retribusi Rp. 3.696.250,-
Meminimalisasi Laju Pemanasan Global ?
2. Biaya Pengangkutan sampah Rp. 2.200.000,-
3. Biaya pemilahan Sampah Rp. 3.850.000,-
4. Biaya pemeliharaan toga Rp. 2.750.000,-
5. Biaya air (penyiraman) Rp. 280.500
Total Outflow Resources Rp. 12.776.750,-
Sumber: Penelitian “Umpan Balik manajemen Berdasarkan Pendekatan Social Economic Impact Dalam
Rangka Evaluasi kegiatan Pengelolaan Sampah Organisasi Non Profit Pusdakota, Windiati, Fakultas ekonomi
universitas Surabaya 2005.
16. Spirit of Community Empowerment
Namanya Bu Ainun, asli Banjar tinggal di
Dusun Gunung Teknik Kabupaten Kutai Timur.
Menghidupi sembilan anak dengan motto
hidup: Mensejahterakan anak dengan
kemampuan yang dimiliki. Tempat tinggalnya
dekat dengan pasar sayur Sengatta Selatan,
Kaltim. Sudah 4 bulan ini kehidupan mereka
tergantung pada hasil olah sampah. Setiap
hari keluarga Ibu Ainun Mengangkut 2 – 3
kuintal sampah sisa sayur dan buah dari pasar
untuk dikomposkan. Pendapatan rata rata 40
ribu/hari “Bagi kami usaha ini lebih
bermartabat dan membangkitkan semangat
hidup.”
Etos Kerja yang dibangun atas perjuangan
nilai – nilai kehidupan
17. Spirit of Community Empowerment
Wirausaha Cetok Komunitas (Cekom)
kampung Bratang. Permukiman di stren
kali yang sering dijadikan kambing
hitam bertumpuknya sampah sungai
dan dianggap apatis terhadap
pengelolaan lingkungan. Tanaman di
tepi jalan itu merupakan dedikasi
kelompok usaha yang dikerjakan satu
RT. Cetok tersebut dibuat dari paralon
bekas sebagai salah satu komponen
Unit Keranjang Pengolah Sampah
Organik Rumah Tangga ( THM )
Komunitas miskin yang dianggap tidak
memiliki kesadaran terhadap lingkungan
sekitarnya ini, 250 KKnya sudah
melakukan pengolahan sampah
organik,sekaligus berani mendefinisikan
konsep pemberdayaan dengan pola
pikir sederhana namun bernas.
18. Spirit of Community Empowerment
Kami dipertemukan dengan warga
Pondok Boro Surabaya, dalam
impian bersama tentang masyarakat
mandiri. Daya juang kelompok ibu
rumah tangga disini begitu kuat, dan
sampai saat ini mereka tidak
mendapat dukungan baik materiil
maupun moril dari aparatur RWnya.
Tapi mereka meyakini bahwa
kegigihan mereka akan membuahkan
sesuatu. Sekarang kami bekerjasama
untuk menyediakan Bantal sekam
salah satu komponen THM dan
program layanan kesehatan
masyarakat yang dibiayai dari olah
sampah
19. Spirit Of Community Empowerment
Gambar disamping kegiatan rutin kaum difabel dan karang
taruna di area pengelolaan sampah PUSDAKOTA, banyak
yang menyandarkan impian hidup setiap tetes kepedulian
pada makluk hidup dalam butiran-butiran kompos
20. Dalam Kerendahan Hati !!!!!!!!
Sejauh Mana Masyarakat
Merasakan Hasil Pemberdayaan Yang Kita Lakukan
TAHAP
Kesadaran :
TAHAP
“ Saya Peduli dan
PRA-KRITIS :
dengan Bekerjasama
dengan Orang Lain,
“ Ada Masalah dan Saya Mendukung
TAHAP
Saya Adalah Bagian Upaya Perbaikan ”
KETERGANTUNGAN :
dari Pemecahan
Masalah Itu ”
“ Ada Masalah, Tetapi
TAHAP APATIS : Saya Tak Dapat AKTUALISASI
Mengatasinya” DIRI
BEKERJASAMA
“Tahap Tak Ada
HIDUP PENUH
Masalah”
MAKNA
BERHUBUNGAN
HIDUP HARUS
BERUSAHA
“Saya Tidak Peduli”
MASALAH AKAN
SELESAI DENGAN
BERTAHAN HIDUP
SENDIRINYA
DUNIA INI KEJAM