Perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan Jepang di Sumatera dan Jawa antara 1942-1945 meliputi perlawanan bersenjata di Aceh, Tasikmalaya, Blitar, dan Indramayu yang didorong oleh penolakan terhadap kesewenang-wenangan dan kekejaman Jepang, seperti penindasan agama, pemaksaan kerja paksa, dan penyitaan paksa hasil bumi. Perlawanan ini sebagian besar berakhir dengan kekalahan akibat ketidakseimbangan per
1. PERLAWANAN BERSENJATA RAKYAT TERHADAP
PENJAJAHAN JEPANG DI SUMATERA DAN JAWA
1942-1945
By:
Anggit lipuring Ardikoro
Indonesia Banzai
Alwan Hardianto
Tresna Hadi
6. Jepang menjajah Indonesia cukup singkat yakni 3,5 tahun. Akan
tetapi kekejaman dan kesewenang-wenangan kepada rakyat
Indonesia mengakibatkan rasa tidak suka dan pergolakan di
berbagai daerah.
Page 6
7. Rumusan Masalah??
Apa faktor penyebab perlawanan
Bagaimana jalannya penyerangan
Apa dampak penyerangan tersebut
Page 7
8. Perlawanan Cot Plieng Aceh
Perang ini merupakan
perang dengan berlatar
belakang agama
Dipelopori oleh Teungku
Abdul Djalil yang
menganggap bahawa
Jepang adalah perusak
agama Islam.
Dia menolak adanya
seikerei (penghormatan ke
matahari terbit; simbol
kaisar Jepang)
Akibatnya, dia selalu
diawasi oleh kempetai
atau polisi rahasia Jepang.
Page 8
9. • 7 Nopember 1942 murid Abdul Djalil melarang komandan
Kempeitai bernama Hayashi yang akan bertemu Abdul Djalil.
• Pertemuan ini sebenarnya akan menyelesaikan masalah
secara damai tetapi gagal bahkan Hayashi ditusuk tombak.
• 10 Nopember 1942 datanglah Pasukan Jepang dari Biruen
Lhokseumawe untuk menyerang Abdul Djalil.
• Karena kalah persenjataan, Abdul Djalil beserta pengikutnya
mundur. Cot Plieng berhasil dikuasai diikuti pembakaran
masjid dan rumah warga.
• 86 orang tewas dalam pertempuran ini.
Page 9
10. 13 Januari 1943 Jepang meneruskan
penyerbuan ke basis terakhir Abdul Djalil yakni
Gampong Teungah.
Penyerangan Jepang kali ini berhasil dan Abdul
Djalil tewas beserta 19 orang pengikutnya. 5
orang tertangkap.
Sebagai tanda kemenangan, Jepang
memisahkan kepala Abdul Djalil dari badannya.
Page 10
11. Perlawanan Sukamanah Tasikmalaya
Pelawanan ini masih bermotif agama yang terjadi di
Singaparna, Sukamanah, Tasikmalaya pada tahun
1944.
Berawal dari ketidaksukaan Kyai Zainal Mustafa atas
tindakan Jepang terhadap seikerei yang dianggap
mengubah arah kiblat dan musyrik.
Penolakan ini dilakukan secara terang-terangan
terbukti ketika para ulama melakukan seikerei
dibawah todongan senjata tetapi hanya Zainal
Mustafa yang tidak mau.
Selain itu, dia juga berprinsip lebih baik mati daripada
tunduk dengan Jepang.
Page 11
13. Tanggal 24 Februari 1944 sepasukan polisi datang ke
Sukamanah untuk menangkap Zainal Mustafa. Usaha
ini gagal bahkan senjata mereka dirampas.
25 Februari 1944 empat orang kempeitai datang untuk
bernegoisasi. Usaha ini kembali gagal bahkan tiga
diantaranya tewas.
Peristiwa ini mendorong Jepang menyerang
Sukamanah. Pertempuran pun terjadi.
Karena perlawanan tidak seimbang, maka Zainal
Mustafa kalah dan tertangkap bersama sejumlah
besar pengikutnya.
Page 13
14. Mereka yang tertangkap diadili oleh Mahkamah Militer
Jepang.
Vonisnya adalah 79 orang dipenjara di Sukamiskin
Bandung, 23 orang dipenjara Cipinang Jakarta
termasuk Zainal Mustafa.
Ia bersama 17 orang pengikutnya dibunuh Jepang di
Cipinang dan 3 orang lain meninggal karena siksaan.
Pertempuan ini menewaskan 198 orang dari pihak
Sukamanah sedangkan dari pihak Jepang tewas 3
orang dan 20 orang lainnya luka-luka.
Page 14
15. Pemberontakan PETA Blitar
Pemberontakan bermula karena sikap simpatik
perwira PETA terhadap penindasan yang dilakukan
Jepang kepada rakyat pribumi.
Masyarakat disuruh mengumpulkan padi secara
paksa dan dibeli oleh pemerintah militer Jepang
dengan harga sangat rendah.
Penderitaan romusha juga turut dirasakan ketika
prajurit PETA mengawasi pembuatan kubu
pertahanan.
Selain itu adanya diskriminasi antara tentara Jepang
dengan PETA.
Page 15
16. Sebelum pemberontakan sering diadakan Shodancho Supriyadi
rapat-rapat rahasia tentang rencana
penyerangan.
Pemberontakan ini dipimpin oleh
Shodancho Supriyadi dan terjadi tanggal 14
Februari 1944 dengan markas di lereng
sebelah utara Gunung Kelud.
Sasaran utama penyerangan adalah rumah
pelatih PETA serta gedung Kempeitai serta
sebuah hotel Jepang.
Setelah itu rombongan dipecah menjadi
empat, tiga ke Gunung Kelud dan satu
rombongan ke Hutan Lirboyo.
Page 16
17. o Untuk meredam pemberontakan Jepang
mengerahkan pasukan dari daidan daidan yang tidak
ikut memberontak dan Katagiri Butai untuk
mengepung posisi Supriyadi dan pasukannya.
o Jepang berhasil berunding dengan kelompok Muradi
dengan hasil bahwa Jepang menjanjikan
pengampunan bagi pemberontak.
o Akan tetapi janji itu hanya sekedar janji sehingga
terjadilah penyiksaan.
Page 17
18. Para pemimpin utama dibawa ke Jakarta dan diadili
oleh Mahkamah Militer Jepang.
Hukuman yang diberikan minimal dua tahun penjara
dan seumur hidup untuk tiga orang.
Sedangkan yang dihukum mati ada enam orang yaitu
chudancho dr. Ismangil, shodancho Muradi,
shodancho Suparjono, budancho Sunanto, Halir
Mangkudidjaja, dan Sudarmo.
Sedangkan Shudancho Supriyadi sendiri menghilang
dan sampai saat ini masih jadi misteri.
Page 18
19. Perlawanan Giyugun Aceh
Sama seperti perlawanan yang lain, perlawanan
giyugun Aceh juga bermula dari sikap Jepang yang
sewenang-wenang.
Seorang perwira Jepang bernama Nemoto
memerintahkan secara paksa penduduk untuk
menebang pohon kelapa dan ditancapkan disawah
untuk menghindari kemungkinan pendaratan pasukan
sekutu.
Selain itu para giyugun juga diperintahkan membuat
kubu pertahanan di kampung-kampung bahkan di
hutan.
Page 19
20. Dengan alasan seperti itulah giyugun yang dipelopori oleh
Tengku Abdul Hamid bersama dua pleton pasukannya
dibawa ke hutan dan menuntut agar Letnan Nemoto
dipindah.
Akibatnya Jepang bertindak cepat dengan cara mengepung
asrama giyugun dan menyandera anggota keluarga giyugun.
Karena itu, Jepang dan Teungku Abdul Hamid berunding
dengan Jepang dan perlawanan pun terhenti.
Ada versi lain yang mengatakan bahwa perlawanan
dihentikan kaena adanya ancaman bahwa semua anggota
keluarga yang disandera akan dibunuh.
Page 20
21. Perlawanan Indramayu
Perlawanan ini timbul karena rasa tidak
suka terhadap Jepang yang merampas
padi petani secara angkuh.
Selain itu pemaksaaan menjadi romusha
menimbulkan penderitaan yang panjang.
Page 21
22. April 1944 terjadi pemberontakan yang dipimpin
oleh Haji Madriyas.
Kejadian ini berlangsung di desa Sindang dan
Karangampel.
Untuk meredam pemberontakan ini Jepang
bertindak kejam dengan maksud agar daerah
lain tidak ikut memberontak.
Page 22