1. IGF 2018 First Open Consultations and Multistakeholder
Advisory Group (MAG) Meeting
20 – 22 March 2018
International Telecommunication Union (ITU), Geneva, Switzerland
(Terjemahan Bahasa Indonesia*)
Ringkasan Eksekutif: Pengumuman, Keputusan yang Diambil, dan Langkah ke Depan:
• Sebagai tanggapan terhadap komentar dari komunitas IGF melalui undangan inventarisasi
tahunan, serta masukan dari para pemangku kepentingan dan anggota MAG di sepanjang
Konsultasi Terbuka dan Pertemuan MAG, diputuskan untuk mengadopsi sebuah pendekatan
baru yang berfokus pada:
o pengurangan jumlah track paralel
o mengurangi sesi yang duplikatif
o meningkatkan koherensi tema di seluruh agenda IGF.
o lebih mengintegrasikan kegiatan antar-sesi di dalam tema-tema program
• Hal ini dapat dilakukan dengan proses multi-tahap, yang dimulai dari permintaan masukan
isu, yang dilanjutkan dengan permintaan usulan lokakarya dengan berdasarkan isu-isu
tersebut, diakhiri dengan evaluasi usulan/proposal oleh MAG.
• Terkait dengan hal di atas, telah disepakati bahwa penyusunan komponen-komponen
program 'track tematik' atau non-duplikatif dapat dilakukan dalam proses ini, dan hal ini perlu
melibatkan MAG dalam penyusunan muatan dan struktur program.
• Selain itu disepakati lebih lanjut bahwa pertimbangan-pertimbangan program khusus, seperti
tema untuk Forum-Forum Praktik Terbaik (Best Practice Forum) atau sesi utama, dapat
dilakukan berdasarkan isu-isu yang diidentifikasi.
• Disepakati pula bahwa isu-isu tersebut akan dikumpulkan ke dalam 'keranjang-keranjang'
topik umum, bersama-sama dengan yang digunakan oleh IGF regional dan organisasi tata
kelola internet regional lainnya (LAMPIRAN I), yang didasarkan pada diskusi-diskusi di dalam
Konsultasi Terbuka dan Pertemuan MAG. Terakhir, MAG memilih proposal yang diajukan oleh
Ketua dan Sekretariat IGF yang mengintegrasikan berbagai masukan terbaik.
• Terdapat usulan dua skenario jadwal untuk pengumuman permintaan masukan isu,
permintaan proposal lokakarya, serta evaluasi dan seleksi lokakarya oleh MAG (LAMPIRAN
II). Tanggal target untuk mempublikasikan permintaan masukan isu adalah 26 Maret, dan
setelahnya masyarakat akan diundang untuk memberi tanggapan dalam waktu kurang lebih
tiga minggu. Setiap jadwal acara akan berpuncak pada pertemuan tatap muka MAG kedua,
yang akan berlangsung pada akhir Juni atau pertengahan Juli.
2. Ringkasan Umum
1. Konsultasi Terbuka Pertama dan Pertemuan MAG untuk siklus persiapan IGF berlangsung
dari tanggal 20-22 Maret di Jenewa, Swiss, yang terselenggara atas dukungan International
Telecommunication Union (ITU) yang menyediakan tempat acara. Kesempatan untuk
berpartisipasi online juga dibuka bagi mereka yang tertarik namun tidak dapat hadir di
tempat. Ms. Lynn St. Amour menjadi moderator pertemuan sebagai Ketua MAG, yang baru-
baru ini kembali dipilih untuk tahun ketiga. Mr. Chengetai Masango mewakili Sekretariat IGF,
dan Bapak Armin Plum mewakili United Nations Department of Economic and Social Affairs
(UNDESA).
2. Agenda untuk pertemuan tiga hari tersebut berfokus pada inventarisasi pertemuan IGF 2017
dan proses antarsesinya, serta peluncuran diskusi perencanaan untuk pertemuan tahunan
IGF 2018 dan kerja-kerja antarsesinya. Transkrip setiap tahapan acara di ruang pleno dapat
diakses di laman IGF.
3. Selain konsultasi terbuka dan pertemuan MAG, dilaksanakan pula sesi orientasi selama dua
jam bagi para anggota baru MAG yang dilaksanakan (secara tatap muka) pada 19 Maret
siang. Hal ini dipandang amat perlu, mengingat rotasi tahun ini bertepatan dengan masuknya
anggota baru dalam jumlah tertinggi sepanjang sejarah, yaitu 28 anggota (50% dari
komposisi MAG). Pilihan partisipasi jarak jauh juga dimungkinkan pada saat orientasi,
dimana peserta dapat melihat agenda setiap sesi di agenda pertemuan lengkap.
4. Ketua MAG, Ms. St. Amour, menyampaikan ucapan terima kasih kepada Mr. Malcolm
Johnson, Deputy Secretary-General ITU yang telah menyediakan tempat acara. Dalam
sambutannya, Mr. Johnson menjelaskan adanya sejarah bersama antara IGF dengan Forum
WSIS sebagai suatu proses yang sama-sama berasal dari WSIS. Setelah itu Konsultasi Terbuka
secara formal dibuka oleh Ms. Lynn St. Amour sebagai Ketua MAG. Mr. Armin Plum dari
UNDESA menyampaikan pernyataan atas nama Sekretaris Jenderal PBB Urusan Ekonomi dan
Sosial mengenai Forum Politik Tingkat Tinggi (High Level Political Forum/HLPF) UNDESA yang
akan berlangsung pada bulan Juli 2018, yang akan membahas mengenai tema-tema terkait
tata kelola internet. Selain itu, Mr. Plum juga mengangkat mengenai proses seleksi MAG
tahun ini, dan menyebutkan bahwa proses tersebut telah berjalan dengan keseimbangan
gender yang baik.
5. Mr. Jorge Cancio dari Federal Office of Communications (OFCOM), Swiss, mewakili Negara
Tuan Rumah tahun 2017, menyampaikan presentasi singkat yang menyoroti keberhasilan
pertemuan tahun sebelumnya di Jenewa. Secara khusus, beliau mengatakan bahwa
peningkatan partisipasi dari pihak Pemerintah maupun organisasi-organisasi
antarpemerintah merupakan perkembangan yang menggembirakan. Demikian pula
peluncuran 'Pesan Jenewa' (Geneva Messages) yang merangkum poin-poin penting dari
seluruh sesi utama. Percampuran isu ini juga cukup istimewa, karena menunjukkan
kemampuan adaptasi IGF baik sebagai platform diskusi tema-tema tradisional seperti
keamanan siber, akses atau hak digital di ranah daring, maupun 'topik-topik panas' seperti
Intelijensi Buatan (Artificial Intelligence), teknologi blockchain dan berita bohong 'fakenews',
yang ketika digabungkan, memberikan kesempatan kepada para peserta untuk memahami
luasnya spektrum isu yang ada di dalam fenomena 'digitalisasi'. Pada kesempatan tersebut
disampaikan pula bahwa inovasi-inovasi tersebut maupun dalam inovasi program lainnya
telah diujicoba dan dapat dikembangkan lebih lanjut.
3. 6. Pihak Sekretariat kemudian menyerahkan laporan kepada MAG tentang proses inventarisasi
tahunannya, yang mengumpulkan berbagai masukan dari masyarakat tentang apa yang
sudah berjalan baik pada program pertemuan tahunan 2017 maupun kegiatan antarsesinya,
yang masih belum berjalan baik, maupun saran untuk peningkatan kualitas pada tahun 2018.
Proses tersebut menghasilkan banyak usulan (total sebanyak 34, jumlah yang kurang lebih
sama dengan tahun sebelumnya) dari seluruh kelompok pemangku kepentingan dan
kawasan, termasuk berbagai kelompok masyarakat seperti Dynamic Coalitions (DCs) dan
National and Regional Initiatives (NRIs). Ringkasan dari Sekretariat menunjukkan bahwa
secara umum, masyarakat amat puas dengan pertemuan tahun 2017, dan menyampaikan
apresiasi yang luar biasa kepada Swiss sebagai negara tuan rumah atas penyelenggaraannya
yang lancar dan efisien. Ringkasan tersebut juga mencantumkan sejumlah kesimpulan
tingkat tinggi berdasarkan proses yang dijalankan yang tercermin di dalam makalah
gabungan yang dihasilkan. Kesimpulan-kesimpulan tersebut antara lain, pertama, bahwa
para pemangku kepentingan merasa bahwa IGF terbukti relevan dengan pertemuan tahun
2017, dengan memasukkan berbagai isu yang sedang berjalan dan yang baru muncul, serta
dengan memastikan hadirnya para pembuat kebijakan dari sisi Pemerintah maupun
antarpemerintah, yang berperan amat penting dalam pertukaran lintas-sektor. Kedua,
berdasarkan sejumlah pengamatan, dikatakan bahwa program sudah cukup kaya, beragam,
dan semakin baik dalam hal inklusi, namun bisa semakin ditingkatkan dengan
menyederhanakan struktur dan memperkuat fokus. Terakhir, Sekretariat melaporkan bahwa
banyak kontributor telah menyerukan melalui berbagai cara tentang kebutuhan akan suatu
luaran yang lebih jelas dan nyata dari pertemuan tersebut, yang sejalan dengan atau sambil
mengembangkan 'Pesan Jenewa'.
7. Terkait dengan tema dan struktur program tahun 2017, termasuk tipologi sesi, pihak
Sekretariat menyampaikan bahwa para pemangku kepentingan telah menunjukkan
kesepakatan penuh terhadap topik-topik yang dipilih untuk sesi-sesi utama, yang terutama
berfokus pada keamanan siber, namun di saat yang sama mereka juga berharap agar antara
antara Sesi Utama, tema dan sub-temanya dapat lebih diselaraskan. Lokakarya tersebut juga
dikatakan telah meningkat, sejalan dengan keinginan peserta agar semakin baik dari waktu
ke waktu dalam hal lebih partisipatif, inovatif, dan tidak terlalu berfokus pada format panel.
Selain itu banyak pendapat bahwa program pertemuan tahunan harus memperlihatkan
hubungan yang lebih jelas dengan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 PBB.
8. Pada kelompok antarsesi IGF – seperti Best Practice Forum (BPF), inisiatif kebijakan tentang
'Menghubungkan dan Mendukung Milyaran Berikutnya' (Connecting and Enabling the Next
Billion(s)) dan Dcs - maupun NRIs, ditunjukkan bahwa masyarakat memandang kerja mereka
bernilai, dan sesi-sesi yang diselenggarakan di IGF, termasuk yang diselenggarakan untuk
pertama kalinya oleh NRI, sangat menarik dan dihadiri banyak peserta. Mereka juga
berpandangan bahwa harus dilakukan berbagai upaya lain semaksimal mungkin untuk terus
meningkatkan kesadaran akan kerja mereka serta mendukung kegiatan mereka ke depan.
Banyak saran untuk membuka komunikasi antar berbagai kelompok serta menyelaraskan
rencana kerja masing-masing bilamana memungkinkan.
9. Beberapa masukan lain dari masyarakat dilaporkan terkait Day 0 dan logistik pertemuan
2017, yang secara umum positif terkait fasilitas di tempat acara, yaitu Kantor PBB di Jenewa
(UNOG), namun juga ada permintaan agar para relawan atau staf lainnya lebih membantu
peserta pada saat pertemuan berlangsung, khususnya bagi peserta disabilitas. Day 0 salah
satu titik penting dari minggu IGF, namun sebenarnya dapat lebih baik lagi jika diberikan
tujuan yang lebih jelas dan kaitannya dengan program Pertemuan IGF.
4. 10. Sebagai tanggapan terhadap berbagai temuan dalam proses inventarisasi tersebut, banyak
peserta di sepanjang acara membenarkan berbagai pendapat yang disampaikan komunitas,
khususnya terkait struktur dan substansi program. Terdapat sejumlah rekomendasi untuk
mengurangi dan memperlancar - yaitu mengurangi jumlah sesi, durasi sesi dan jumlah
panelis, tergantung pada masing-masing kasus - serta menekankan pentingnya MAG terus
memperkenalkan topik-topik baru dan menarik sambil terus mempertahankan pendekatan
bottom-upnya dalam pemilihan isu. Para peserta juga menyepakati bahwa perlu
menindaklanjuti keberhasilan pelibatan Pemerintah seperti pada tahun lalu, dan
menyampaikan berbagai ide di sesi-sesi yang dihadiri oleh pihak kementerian-kementerian
strategis maupun undangan sasaran lainnya, serta memperkuat pelibatan sektor swasta.
Sebagai penegasan dari berbagai masukan dari komunitas, rekomendasi disusun untuk
memperkuat komunikasi dan penjangkauan kerja antarsesi NRIs, untuk semakin mendorong
saling pengayaan di kalangan kelompok-kelompok tersebut, serta memfasilitasi integrasi dan
pelaporan kegiatan mereka ke dalam IGF yang lebih luas. Meskipun terdapat beragam
pandangan tentang bagaimana cara menghasilkan luaran yang lebih sesuai dari pertemuan
dan dengan mempertimbangkan mandat masing-masing, mengenai cara terbaik untuk
menghubungkan dengan agenda pembangunan berkelanjutan PBB, banyak pihak saat itu
merasa bahwa luaran IGF harus dibuat sejelas dan setegas mungkin, serta ikatan antara IGF
dan organisasi-organisasi lainnya, termasuk organisasi antarpemerintah, harus diperkuat.
11. Konsultasi terbuka dalam pertemuan tersebut mencakup pemberitahuan dari berbagai
entitas tata kelola internet mengenai kerja mereka serta relevansinya dengan IGF. Para
peserta mendengarkan pernyataan-pernyataan antara lain dari UN Educational, Scientific
and Cultural Organization (UNESCO), Komisi Eropa, ITU, DiploFoundation, Global Forum on
Cyber Expertise (GFCE), Internet Society (ISOC), Internet Corporation for Assigned Names
and Numbers (ICANN), Association for Progressive Communications (APC), IGF Support
Association (IGFSA), serta World Economic Forum (WEF).
12. Pada penutupan hari pertama, sebuah ringkasan disusun mengenai upaya bersama antara
Ketua MAG dan UNDESA, termasuk Sekretariat IGF, untuk memfinalisasi pengaturan untuk
negara tuan rumah dan tempat acara untuk pertemuan tahun 2018. Ketua
menginformasikan bahwa saat itu sedang berlangsung diskusi mengenai beberapa negara
calon kuat tuan rumah, yaitu satu di Asia, satu di Amerika Latin, dan satu di Eropa. Skenario
kedua adalah IGF diselenggarakan oleh PBB sendiri, di salah satu kantor utamanya yang
memiliki fasilitas konferensi yang memadai untuk skala pertemuan ini (Asia atau Afrika). Jika
skenario-skenario ini tidak diterima, opsi ketiga adalah mengadakan konferensi virtual, dan
hal ini masih dalam pembahasan.
13. Sesi informasi singkat tentang IGF Trust Fund kemudian disampaikan oleh UNDESA pada saat
istirahat makan siang di hari pertama.
14. Hari kedua pertemuan, yang menandakan hari formal pertama berlangsungnya diskusi MAG,
dibuka dengan sambutan dari Mr. Thomas Schneider, Duta Besar, Wakil Direktur Swiss
Federal Office of Communications (OFCOM), dan Ketua Bersama (Co-Chair) Negara Tuan
Rumah IGF 2017, yang menyampaikan berbagai persiapan untuk penyelenggaraan IGF 2018
serta sejumlah saran perbaikan yang dapat digunakan. Mr. Schneider menegaskan bahwa
hal yang utama adalah adanya kebutuhan untuk melakukan upaya peningkatan kesadaran
dan penjangkauan oleh IGF, termasuk dengan menjamin adanya pendanaan berkelanjutan
bagi kegiatan-kegiatannya. Untuk mencapai hal ini, upaya-upaya untuk menjaga
kesinambungan program dijabarkan oleh Kelompok Kerja MAG untuk Program Kerja
Strategis Multitahun (Working Group on Multiyear Strategic Work Programme / WG-MWP).
5. WG-MWP memiliki peran penting. Dikatakan bahwa program itu sendiri harus
memprioritaskan muatan dan substansi, dan IGF harus terus mencari mekanisme untuk
menciptakan hasil-hasil yang lebih jelas dan nyata. Mr. Schneider juga menyebutkan bahwa
negara-negara tuan rumah IGF harus melakukan komunikasi yang lebih baik satu sama lain,
sehingga praktik terbaik dapat ditransfer dan pengetahuan untuk persiapan pertemuan tidak
hilang dari satu tahun ke tahun berikutnya.
15. Sebagian besar musyawarah MAG pada hari pertama pertemuan MAG membahas isu yang
diangkat pada satu hari sebelumnya dan di dalam proses inventarisasi. Para anggota
menyepakati bahwa sejumlah reformasi struktural terhadap program perlu dilakukan,
sambil tetap memastikan agar elemen-elemen penting dari pembangunan program dari
tahun-tahun sebelumnya tidak hilang - termasuk yang terpenting, yaitu pendekatan bottom-
up dan konsultatif IGF. Dikatakan pula bahwa kerja antarsesi,yang sebelumnya didiskusikan
oleh MAG terkait apakah diperlukan ruang dan seberapa besar ruang yang diperlukan untuk
program tahunan tersebut, harus didukung oleh program pertemuan tahunan, dan semakin
diintegrasikan ke dalam program pertemuan tahunan tersebut, maupun secara keseluruhan
ke dalam ekosistem IGF. Mereka juga menyepakati akan adanya kebutuhan untuk
memastikan bahwa pembangkitan kesadaran tentang IGF dilakukan di seluruh tingkatan,
baik pada saat antarsesi mampun pada pertemuan tahunan, di mana sesi pengenalan
maupun yang mengangkat hal baru dapat lebih dikembangkan. Aspek komunikasi dan
'pemasaran' dari pertemuan tahunan tersebut juga harus diperkuat melalui suatu penerapan
yang lebih sistematis seperti dengan 'Pesan Jenewa', yaitu sebuah mekanisme pelaporan dan
luaran yang dapat diterapkan pada sesi-sesi lain di luar sesi utama.
16. Sebagai bagian dari diskusi mengenai bagaimana cara terbaik untuk menyajikan tema yang
paling sejalan dengan agenda, dikatakan bahwa penggabungan sesi, yang belakangan ini
tidak terlalu difokuskan oleh MAG, dapat digunakan sekali lagi sebagai alat yang berguna
untuk mengkonsolidasi tema dan menghindari duplikasi. Para anggota MAG juga
mengangkat sejumlah tema yang mereka pandang penting untuk diangkat pada pertemuan
berikutnya. Terkait topik yang diangkat mengenai Negara-Negara Selatan (Global South)
khususnya, banyak yang menyarankan agar dampak internet bagi ketidaksetaraan dan
pengangguran, maupun isu-isu perburuhan dimasukkan ke dalam topik. Sementara itu yang
lain berpendapat bahwa perlu dilakukan diskusi-diskusi yang lebih mendalam tentang
beberapa isu yang berkembang yang diperkenalkan pada pertemuan tahun 2017. Secara
umum, ditekankan bahwa tema-tema yang ada harus terus mencerminkan prioritas-prioritas
masyarakat dengan cara yang inklusif, khususnya yang terkait dengan Negara-Negara
Selatan, di mana akses dan konektivitas menjadi bahasan utama dalam diskusi kebijakan
(sementara topik-topik lain seperti Intelijensi Buatan tidak terlalu demikian). Beberapa isu
spesifik yang dipertimbangkan adalah sebagai berikut: Kemiskinan & Diskriminasi;
Mengelola Stabilitas, Peran Pemerintah; Intelijensi Buatan; Internet untuk Segala (Internet
of Things); Digital 4.0; Keamanan Siber; Data; Dampak Teknologi Digital Baru dalam Industri
Tradisional; Ketimpangan Digital yang Berfokus pada Ekonomi dan Gender; Hak Asasi
Manusia; Teknologi Baru (memahami risiko dan manfaatnya); Pemerintah & Kota Pintar
(Smart City); Perubahan Sosial (seperti perundungan siber/cyberbullying); Pemuda; Gender;
Pendidikan.
17. Pada pertemuan hari ketiga (hari kedua pertemuan MAG), MAG secara singkat
mendiskusikan tentang BPFs dan inisiatif CENB, dan juga beberapa topik yang kemungkinan
akan dibahas di tahun mendatang. Saat itu disampaikan kabar terbaru mengenai ketiga BPF
pada 2017, yaitu tentang Keamanan Siber, Gender & Akses, serta Muatan Lokal, bersamaan
dengan usulan untuk menjaga kesinambungannya, dengan kemungkinan fokus pada 'norma
6. dan nilai' oleh BPF Keamanan Siber. Disebutkan pula bahwa calon kerangka tema untuk CENB
pada fase keempat adalah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 9, dan juga
kemungkinan SDG 17, yang memiliki hubungan substantif yang erat dengan proses multi-
pemangku kepentingan IGF sendiri. Dengan pemahaman bahwa seluruh proposal harus
diserahkan secara tertulis setelah pertemuan, beberapa topik BPF lainnya diangkat di dalam
ruangan tersebut, termasuk: Energi Bersih & Internet, Protokol Internet Baru, Layanan
Cloud/Big Data, Isu-Isu Siber Pemuda, dan Intelijensi Buatan. MAG sepakat untuk
mengangkat isu-isu tersebut pada pertemuan MAG virtual pertama, karena semua isu
tersebut dipandang sebagai isu yang sedang berlangsung.
18. MAG kemudian melanjutkan dengan diskusi tentang cara terbaik melaksanakan proses
untuk menerapkan tema-tema tersebut ke dalam agenda dengan cara bottom-up. Kemudian
disepakati bahwa pendekatan yang serupa dengan yang dilakukan oleh IGF Amerika Latin
dan Karibia (LAC IGF), European Dialogue on Internet Governance (EuroDIG) dan lainnya
dapat digunakan, dengan menggunakan 'keranjang' topik (Lampiran I) yang dimulai dengan
permintaan masukan isu dari masyarakat. Upaya-upaya regional lainnya seperti IGF Afrika,
IGF Afrika Barat, IGF Regional Arab, berbagi mengenai proses yang mereka lakukan, serta
mendukung digunakannya pendekatan yang lebih tematik. Hal ini akan dilanjutkan dengan
pendekatan multi-tahap, yang menggabungkan proses lokakarya di waktu sebelumnya, yang
diawali dengan permintaan masukan isu dari masyarakat; dilanjutkan dengan permintaan
masukan lokakarya yang akan diinformasikan berdasarkan isu-isu yang diajukan; dan
terakhir adalah evaluasi proposal lokakarya oleh MAG. Hasil dari permintaan masukan isu ini
tidak perlu dibatasi menjadi sekadar proses lokakarya yang akan dilaksanakan, namun juga
dapat berfungsi sebagai masukan atau sebagai 'upaya pengecekan situasi' (sensing exercise)
secara lebih luas atas arahan tematis program pada tahun 2018, termasuk sesi-sesi utama
dalam pertemuan tahunan dan BPFs dsb. secara antarsesi. Hasil dari permintaan masukan
isu tersebut juga akan membantu mengidentifikasi isu-isu apa saja yang penting bagi
pemangku kepentingan yang mana, yang membuat program ini akan lebih memiliki daya
tarik bagi seluruh pemangku kepentingan. Hal yang lebih penting lagi adalah tingkat dan
keberagaman partisipasi dalam permintaan masukan isu dapat memberi tanda kepada IGF
tentang di mana ketimpangan dalam penjangkauan masih terjadi.
19. Setelah memutuskan untuk melanjutkan dengan pendekatan ini, dua jadwal diusulkan
(Lampiran II) yang menjabarkan proses, dan diakhiri dengan pertemuan tatap muka kedua
MAG. Para anggota diinformasikan bahwa skenario kedua dapat berlangsung dengan
pertemuan yang diselenggarakan di New York bersamaan dengan HLPF. Opsi lainnya adalah
menyelenggarakan pertemuan tersebut di Jenewa seperti biasanya. Secara umum telah
disetujui mengenai pengaturan waktu pada berbagai tahapan, dengan dukungan signifikan
tampak pada opsi ke-2, namun di saat yang sama opsi tersebut juga menimbulkan
kekhawatiran. Karena hal ini, Sekretariat akan kembali mengkaji jadwal, dan keputusan
mengenai hal ini ditunda hingga di pertemuan virtual MAG berikutnya. Disepakati pula
bahwa akan diambil langkah-langkah untuk memastikan permintaan masukan isu
dipublikasikan sedini mungkin, dengan waktu yang kemungkinan ditetapkan pada hari Senin,
26 Maret.
20. Pertemuan ini ditutup dengan pemahaman bahwa karena adanya banyak penundaan,
pertemuan virtual akan segera dijadwal ulang, dengan jadwal dan durasi final akan
disepakati pada pertemuan virtual pertama. Praktik "Pertemuan Virtual" ini sejalan dengan
pengalaman beberapa tahun sebelumnya, dan memungkinkan MAG terus melaksanakan
persiapan pertemuan tahunan maupun fasilitasi kegiatan antarsesi masyarakat.
7. Lampiran I
Keranjang Topik untuk Pengklusteran / Permintaan Masukan Isu
Hasil permintaan masukan isu dapat dibaca di
https://www.intgovforum.org/multilingual/igf-2018-proposed-issues
Lampiran II
Usulan Jadwal untuk Isu-Isu IGF dan Proses Lokakarya (Workshop)
*) Diterjemahkan dari sumber asli: http://www.intgovforum.org/multilingual/index.php?q=filedepot_download/6038/1097.
Disiapkan dan diperiksa oleh Donny B.U, Perwakilan Indonesia pada Persidangan Multistakeholder Advisory Group (MAG),
Internet Governance Forum (IGF) – PBB. Kontak: donny.utoyo@kominfo.go.id / dbu@donnybu.id / +62818930932