2. Latar Belakang
Menurut data Lembaga Pusat Statistik, Indonesia memiliki 261,9 juta penduduk dan 10,12%
di antaranya adalah masyarakat kalangan bawah. Kita tinggal di negara dengan jumlah
penduduk terbanyak ke-4 setelah Amerika Serikat. Masih banyak masyarakat Indonesia
yang membutuhkan perhatian dari pemerintah dalam segi ekonomi. Banyak yang
menganggur karena tidak adanya lapangan pekerjaan dan kurangna pendidikan. Namun
ada juga yang bekerja dengan penghasilan pas-pasan. Mereka berusaha memenuhi
kebutuhan diri dan keluarganya dengan memulung, mengamen, hingga serabutan.
Puji syukur atas rahmat Allah swt. Kami berkesempatan mewawancarai seorang pemulung
di sekitaran Stasiun Pondok Cina. Beliau bersedia untuk kami wawancarai sebagai
narasumber masyarakat kalangan bawah. Kegiatan wawancara ini merupakan tugas Ilmu
Budaya Dasar yang diberikan oleh dosen kami mengenai Cinta Kasih.
Dengan dilaksanakannya kegiatan wawancara ini diharapkan kami bisa menyelesaikan
tugas dan mendapat nilai baik serta bisa mengambil hikmahnya.
6. Apa sih cinta kasih itu?
Cinta adalah perasaan yang lahir dari hati seseorang , timbul dengan
sendirinya, tidak melihat waktu dan usia, suatu asa untuk ingin
menyayangi dan memiliki, seperti perasaan cinta ibu kepada anak nya,
perasaan cinta tuhan kepada umat nya yang bertaqwa. cinta yang tulus
akan menimbulkan nilai2 kejiwaan yang selalu tulus dan berserah.
7. Macam-macam Cinta Kasih
• Cinta kasih antar orang tua dan anak
• Cinta kasih antara pria dan wanita
• Cinta kasih antara sesama manusia
• Cinta kasih antara manusia dan Tuhan
• Cinta kasih manusia terhadap lingkungannya
8. Profil Narasumber
Nama : Bpk. Juwono
Tempat, tanggal lahir : -
Alamat : Kampung Lio, Depok Baru
Pekerjaan : Pemulung
9. Waktu dan Tempat
Kegiatan wawancara ini dilaksanakan pada:
Hari / tanggal: Kamis / 12 April 2018
Pukul: 13:00 WIB – selesai
Tempat: Stasiun Pondok Cina, Depok
10. Laporan Hasil Wawancara
• Narasumber : Pak Juwono
• Pewawancara : Wira Surya Cendekia Laba
• Juru Foto & Rekam : Fikri Ramadhan
• Juru Tulis : M. Hafizh Fadhil
11. Hasil Wawancara
Kamis, 12 April 2018. Pukul 13.00 kami mencari narasumber yang tepat
untuk diwawancarai. Awalnya kami berniat mewawancarai pengemis di sekitaran
kampus D dekat Stasiun Pondok Cina, namun tidak jadi karena setelah dipikir
pengemis itu masihlah sangat muda dan kuat untuk bekerja. Terlebih lagi kami
sering mendengar bahwa banyak pengemis yang hanya berpura-pura, tapi
memiliki harta melimpah di kampungnya. Akhirnya kami bertemu dengan
seorang pemulung bernama Pak Juwono. Beliau sedang memulung di sekitaran
St.Pondok Cina. Ketika diminta wawancara, beliau meresponnya dengan baik
dan mengizinkan kami untuk mewawancarainy di tempat teduh.
12. Namanya Pak Juwono. Beliau seorang pemulung disekitaran Depok.
Sebelumnya beliau tinggal di Kampung Lio Depok Baru. Namun sekarang
beliau hanya tinggal di lapak pemulung beratapkan seng bersama istri dan
anaknya. Beliau diusir tetangganya sendiri karena masalah yang tidak jelas.
Ketika Pak Juwono pulang ke rumah, istrinya tidak ada. Beliau mencari istrinya,
dan akhirnya Pak Juwono menemukan istrinya tertidur di halte dengan kondisi
basah karena kehujanan. Keluarga Pak Juwono memilih untuk pindah
secepatnya walau barang-barangnya masih di rumah. Miris memang, ketika
orang susah malah dibuat tambah susah oleh tetangganya sendiri.
13. Pak Juwono memulung sejak 2 tahun lalu. Beliau memulung karena tuntutan
ekonomi dan usianya jg tidak muda lagi. Sebelumnya beliau pernah bekerja
sebagai cleaning service di Stasiun UI, pernah juga sebagai satpam, buruh
pabrik, jadi tukang parkir juga pernah. Namun karena usianya yang tak lagi
muda, kini ia hanya bisa memulung dan bekerja serabutan. Penghasilannya
sekitar 20-30 rb. Namun ia pernah dapat 50-70rb. Pak Juwono mulai keluar
untuk memulung dari pagi hingga pukul 9 malam. Berkilo-kilo ia berjalan
mencari sampah unuk ditimbang. Terkadang ia juga membelinya dari warung.
14. Kakinya pernah patah. Terlihat jelas dari bentuk tulang keringnya yang sangat
bengkok. Namun ia masih kuat untuk berjalan mencari sampah, walau
terkadang ia merasa sakit pada kakinya. Dari kisah Pak Juwono, kita belajar
untuk selalu bersyukur, tekun, dan bekerja keras selagi itu masih halal.
15. PENUTUP
• Kesimpulan
Setelah wawancara dilakukan. Kami dapat menyimpulkan bahwa masyarakat
Indonesia banyak yang masih memprihatinkan kehidupannya. Salah satunya
adalah Pak Juwono seorang pemulung yang harus berusaha untuk
menghidupkan keluarga kecilnya. Dengan kegigihan, dengan tekad dan
kemauan untuk melakukan apapun yang menghasilkan uang halal ia lakukan.
Karena dengan itu semua pasti akan ada jalan baik kedepannya. Dari Pak
Juwono kita juga bisa dapat pelajaran untuk selalu berusaha dan bekerja keras
serta senantiasa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan.
16. • Saran
Saran dari kami untuk Pak Juwono adalah tetap semangat menghadapi
kerasnya hidup, sabar, dan tetap bekerja keras. Untuk pemerintah harusnya
lebih memperhatikan nasib masyarakat ekonomi bawah dan membuat program
pelatihan kerja serta menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak.