Pria ini meninggalkan seragam lamanya sebagai pasukan berseragam merah dan berjalan kaki jauh bersama teman-temannya menuju sekolah barunya. Ia melewati beberapa jembatan dan jalanan yang rusak sambil semakin banyak yang mengikutinya. Akhirnya mereka tiba di sekolah baru dan pria ini merasa lega telah meninggalkan seragam lamanya.
1. ***
Pagi itu serasa berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya, ku tak lagi menjadi pasukan ber-rok merah
dan berdasi panjang yang dibalut dengan karet warna putih untuk mempermudah si pemakai agar
dasi tetap terlihat rapi. Kini sepatuku harus bertahan lebih lama, langkah kakiku tak lagi
menghasilkan tiga digit angka untuk menghitung setiap langkah yang aku ayunkan, namu lebih
banyak lagi. Satu jembatan telah terlewati, ada pertigaan pada arah jauh kumemandang, kaki kiriku
tak lagi merespon, kini kaki kananlah yang lebih antusias untuk mengarahkan gerak tubuhku. Rumah
demi rumah telah terlewati, temankupun semakin banyak yang nimbrung untuk mengikuti langkah
cepatku. Jembatan kedua telah kupijak, satu... dua... tiga... dan... empat temanku bertambah, seolah
kuakan menjadi pemandu demonstrasi yang akan membawa pada suatu perubahan. Hamparan
sawah panjang menyejukkan langkah demi langkah yang kami hentakkan pada aspalan yang tak lagi
terlihat wujudnya, entah apa mau dikata, itu jalan atau sungkai yang tak lagi mengalirkan suatu
materi yang selayaknya, entahlah. Setelah beberapa ribu langkah terhentak pada jalanan bah
hamparan sungai kering, kini akhirnya mata dapat memandang sebuah jalan yang sebenarnya,
meskipun mobil yang melewati dapat dihitung hanya dengan menggunakan tangan kiri, tapi itu
sudah bisa disebut sebuah jalan raya. Jembatan terakhir telah kulewati, dan kini aku siap
memandang kedepan untuk melihat sebuah bener yang bertuliskan “selamat datang siswa baru SMP
N 02 Candipuro”. Akhirnya... aku telah menanggalkan seragam merah putihku, dan kini... selamat
datang pasukan biru putih yang telah kuidamkan selama enam tahun silam.
***