Kebijakan DMO minyak sawit mentah memberikan dua alternatif kewajiban pasokan minyak goreng domestik bagi produsen, yakni 20% atau 18% dari total produksi. Minyak goreng sawit merupakan komoditas strategis Indonesia karena termasuk kebutuhan pokok. Produksi dan konsumsi minyak goreng sawit terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan industri makanan.
4. DA MPA K POSITIF DA N NEGA TIF
MA SING - MA SING PILIHA N KEBIJA KA N
KLIK
5. Kebijakan Domestik Market Obligation didasarkan pada
Keputusan Menteri Pertanian No.339/Kpts/PD.300/5/2007
tentang pasokan CPO untuk kebutuhan dalam negeri guna
stabilisasi harga minyak goreng curah bagi perusahaan
perkebunan kelapa sawit anggota GAPKI (Gabungan
Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) maupun non anggota
GAPKI. Dua alternatif yang ditawarkan oleh pemerintah
untuk kebijakan DMO minyak sawit mentah yaitu :
6. 1. Pengusaha wajib menyediakan pasokan minyak
goreng domestik 20 persen yaitu 2.4 juta ton
minyak goreng atau setara dengan 3.3 juta ton CPO.
7. 2. Pengusaha wajib menyediakan pasokan minyak
goreng domestik 18 persen yaitu 2.15 juta ton
minyak goreng atau setara dengan 2.96 juta ton
CPO
8. Kedua alternatif kebijakan tersebut dibuat
berdasarkan pada perhitungan kebutuhan minyak
goreng selama setahun dan berlaku untuk produsen
CPO yang mempunyai luas lahan perkebunan
sedikitnya 1 000 hektar
9. INDUSTRI MINYAK GORENG
SAWIT INDONESIA
Minyak goreng sawit merupakan salah satu komoditas
yang bernilai strategis karena termasuk salah satu dari 9
kebutuhan pokok bangsa Indonesia.perrmintaan minyak
goreng, baik domestik maupun ekspor merupakan
indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit
dalam perekonomian
10. Perkembangan industri minyak goreng di Indonesia
memiliki trend tumbuhan yang positif, dengan rata-rata
pertumbuhan produksi 10.1 persen per tahun dan pertumbuhan
konsumsi 7.5 persen per tahun
11. Pada tahun 1998 total produksi minyak goreng
Indonesia mencapai angka 5.9 juta ton dan
tahun 2008 telah mencapai 15.5 juta ton.
Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh
peningkatan permintaan minyak goreng,
dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 7.5
persen per tahun.
12.
13. Pabrik minyak goreng sawit di Indonesia, tersebar di Sumatera
Utara
(30.46persen), Riau (24.83 persen), DKI Jakarta (13.01 persen),
JawaTimur(9.62persen), Sumatera Selatan (7.18 persen), Sulawesi Utara
(5.28 persen), Jawa rat (3.38 persen), Sumatera Barat (1.97 persen),
Lampung (1.74 persen), lawesi Tengah (0.70 persen), Kalimantan
Barat (0.64 persen), Jambi (0.59 sen),
14. dan Jawa Tengah (0.59 persen). Dengan ringkas
penyebaran minyak reng di Indonesia telah berkembang di
13 provinsi. Wilayah terluas terdapat di matera, diikuti Jawa.
Sulawesi dan Kalimantan. Lima provinsi terluas berturut- ut
adalah Sumatera Utara (30.46 persen), Riau (24.83
persen), DKI Jakarta13.01 persen), Jawa Timur (9.62
persen) dan Sumatera Selatan (7.18 persen)
15. LUA S A R EA L PER KEBUNA N KELA PA
SAW IT INDONESIA
Ada tiga jenis pengusahaan, yakni
• perkebunan negara,
• perkebunan swasta dan
• perkebunan rakyat.
16. LUAS ARE AL K E BUNAN K E L APA SAWIT
INDONE SIA ME NURUT PE NGUSAHAAN
KLIK
17. P E R DA G A N G A N M I N YA K U TA M A D I PA S A R
D U N I A
Dari 17 jenis minyak pangan (edible oil), terdapat
empat sumber minyak yang paling dominan, yakni
minyak kedele, minyak sawit, minyak mattahari
dan minyak lobak.
18.
19. Pada tahun 2010, sekitar 74.15 persen produksi minyak
dunia dikonsumsi oleh negara produsen masing-masing
dan proporsi yang diperdagangkan mencapai 45 juta
metrik ton atau 25.85 persen dari total produksi minyak
dunia. dari jumlah tersebut, proporsi masing-masing
adalah minyak sawit (68 persen), diikuti minyak kedele (19
persen), minyak bunga matahari (8 persen) dan minyak
lobak (4 persen).
20.
21. KESIMPULAN
Minyak goreng sawit merupakan salah satu komoditas yang bernilai
strategis karena termasuk salah satu dari 9 kebutuhan pokok bangsa
Indonesia.perrmintaan minyak goreng, baik domestik maupun ekspor
merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit
dalam perekonomian bangsa.produksi dan konsumsi minyak goreng
sawit terus meningkat dari tahun ke tahun seiring bertambahnya jumlah
penduduk, berkembangnya pabrik dan industry makanan, dan
meningkatnya konsumsi masyarakat akan minyak goreng.
22. Konsumsi minyak dan lemak dunia pada tahun 1995 mencapai
90.82 juta naik 5.07 persen per tahun. Pangsa konsumsi
terbesar adalah minyak nabati 76.33 persen), diikuti minyak
hewani (22.50 persen) dan minyak industri (1.18 persen).
Dari kelompok minyak nabati terdapat beberapa jenis
minyak yang tergolong penting (dilihat dari jumlah
konsumsi) antara lain minyak kedele, minyak sawit, minyak
lobak dan minyak bunga matahari.
23. Pertumbuhan yang paling mengesankan
tampak pada minyak sawit. Jika pada tahun
1961/63 pangsa minyak sawit hanya 3.18
persen dan berada pada urutan ke tujuh
dibanding jenis minyak nabati lainnya ,
24. pada tahun 1995 pangsa minyak sawit (dan inti sawit)
telah mencapai 18.61 persen dari total minyak dan
lemak dunia dengan rata-rata pertumbuhan 38.56 persen
per tahun dan berada pada urutan kedua setelah
minyak kedele (soybean oil). Perbandingan antara
produksi minyak kedele dan minyak sawit dunia disajikan
pada Gambar berikut.