Lima anak di Cianjur dituduh pemerkosaan dan dipenjara selama berbulan-bulan meski akhirnya dibebaskan. Kasus dimulai dari tuduhan pemerkosaan pada Agustus 2013 meski sidang baru diadakan November 2013. Kelima anak mengalami penahanan berulang-ulang oleh berbagai lembaga hingga akhirnya dibebaskan Maret 2014 berkat putusan Hakim Agung Jurnalis Amrad.
1. Jakarta - Lima anak dari Cianjur, Jawa Barat mengalami trauma hukum di usia dini. Selain disiksa
anggota Babinsa TNI, mereka juga dituduh pemerkosa dan dipenjara. Meski akhirnya dibebaskan,
kelimanya telah mengalami luka mendalam.
Kasus bermula dari tuduhan pemerkosaan kelimanya menggilir korban pada 2 Agustus 2013.
Anehnya, rapat RW baru digelar tiga bulan setelahnya atau tepatnya pada 10 November 2013 guna
memintai pertanggungjawaban atas tudingan itu.
Setelah disiksa, kelimanya harus merasakan dinginnya sel penjara. Berikut masa penahanan yang
dialami mereka seperti dikutip detikcom dari putusan Pengadilan Tinggi (PT) Bandung, Selasa
(22/4/2014):
29 November 2013-18 Desember 2013
Ditahan Polres Cianjur
19 Desember 2013-28 Desember 2013
Masa penahanan diperpanjang oleh penyidik Polres Cianjur
27 Desember 2013-5 Januari 2014
Setelah habis masa penahanan oleh polisi, giliran jaksa yang menahan kelimanya.
2 Januari 2014-16 Januari 2014
Pengadilan Negeri (PN) Cianjur giliran menahan kelimanya
http://news.detik.com/read/2014/04/22/174448/2562308/10/kisah-pilu-5-anak-cianjur-disiksa-
babinsa-dituduh-pemerkosa-dan-dipenjara?nd771104bcj
17 Januari 2014-15 Februari 2014
Habis masa penahanan, giliran Wakil Ketua PN Cianjur yang menahan
30 Januari 2014
Jaksa penuntut umum (JPU) menuntut kelimanya dengan hukuman 6 tahun penjara
6 Februari 2014
PN Cianjur menghukum kelimanya dengan hukuman 2 tahun penjara
10 Februari 2014-24 Februari 2014
Seiring berkas banding dikirim ke PT Bandung, kelimanya ditetapkan sebagai tahanan oleh Wakil
Ketua PT Bandung
25 Februari 2014- 26 Maret 2014
Penahanan diperpanjang untuk kedua kalinya oleh pengadilan tingkat banding.
24 Maret 2014
Hakim tunggal Jurnalis Amrad membebaskan kelimanya.
2. "Memerintahkan para Terdakwa dikeluarkan dari Rumah Tahanan Negara," perintah hakim Jurnalis.
http://news.detik.com/read/2014/04/22/174448/2562308/10/2/kisah-pilu-5-anak-cianjur-disiksa-
babinsa-dituduh-pemerkosa-dan-dipenjara
Jakarta - Pihak kepolisian yakin tidak ada kesalahan dalam melakukan penyidikan di kasus
pemerkosaan. Dalam kasus itu, Pengadilan Tinggi Bandung membebaskan 5 orang anak yang dipaksa
anggota Babinsa TNI untuk mengaku sebagai pemerkosa bocah usia 9 tahun.
"Seandainya pun tidak benar, tentunya tidak akan sampai pada tingkat penuntutan oleh Jaksa
Penuntut Umum (JPU)," ujar Kapolres Cianjur, AKBP Dedi Kusuma Bakti, kepada detikcom, Selasa
(22/4/2014).
Selain itu, keyakinan penyidik juga berdasarkan hasil putusan Pengadilan Negeri Cianjur yang
memvonis 5 orang anak itu dengan hukuman 2 tahun penjara. Dia menegaskan proses BAP hingga ke
tingkat P21 dilakukan secara profesional.
"Apalagi sampai vonis 2 tahun di tingkat peradilan. Jadi perkara itu sudah pada porsi yang benar dan
penyidik sudah melakukan tugas penyelidikannya secara profesional," ujarnya.
Selain itu, polisi juga berani menetapkan kelima anak itu sebagai tersangka atas barang bukti yang
cukup.
"Tidak mungkin lah, polisi berani menetapkan orang, apalagi anak anak sebagai tersangka, kalau
tidak didasari alat bukti yang cukup," pungkasnya.
http://news.detik.com/read/2014/04/22/153054/2562069/10/diamini-jaksa-polisi-jamin-tak-ada-
rekayasa-kasus-perkosaan-5-anak?nd771104bcj
Jakarta - Hakim tinggi pada Pengadilan Tinggi Bandung, Jurnalis Amrad, kaget bukan kepalang. Tiba-
tiba banyak telepon dan sms yang masuk menanyakan perihal dirinya yang muncul dalam
pemberitaan terkait vonis bebas terhadap kelima anak yang dituduh pemerkosa.
"Saya bingung kok banyak yang tanya sampai cucu saya juga ramai katanya, Oma kok ada Oma di
internet," kata Jurnalis saat berbincang dengan detikcom, Selasa (22/4/2014).
Jurnalis yang lahir 66 tahun silam di Lubuk Alung Sumatera Barat ini punya kesibukan lain di samping
memutus nasib orang di pengadilan. Jurnalis ternyata suka momong cucu kala dia menghabiskan
waktu liburnya.
"Setiap akhir pekan bertemu anak, ya momong cucu," kata lulusan Master Hukum Universitas
Andalas ini.
Jurnalis kini berdinas di PT Bandung dan tinggal di rumah dinas seorang diri jauh dari keluarga yang
berada di Jakarta. Suaminya sudah lama meninggal dunia. Nenek dua orang cucu ini hanya fokus
3. bekerja sebagai hakim. Dia tidak memiliki usaha lain karena menurutnya seorang hakim dilarang
memiliki usaha.
"Saya nggak punya kegiatan lain. Saya juga tidak punya usaha apa pun. Saya hanya di kantor saja.
Kalau istirahat ya di rumah," ujar hakim yang pernah berdinas sebagai asisten hakim agung ini.
Ibu beranak satu yang sudah 47 tahun menjadi hakim ini kadang merasa jenuh dengan pekerjaan
sehari-hari. Namun menurutnya hal itu biasa dan sudah resiko pekerjaan. Semua dijalani dengan
ikhlas dan tanpa beban.
http://news.detik.com/read/2014/04/22/131346/2561870/10/sisi-lain-hakim-jurnalis-yang-
bebaskan-lima-anak-dari-tuduhan-pemerkosaan?nd771104bcj
"Itu resiko jabatan, kalau pekerjaan kita nikmati itu tidak ada yang berat. Kalau kita tidak baca berkas
tidak ketemu apa yang mau kita putus," ucapnya.
Menurut perempuan beranak satu ini hakim harus mandiri dan tidak boleh diintervensi oleh siapa
pun. Hakim harus memutus dengan adil, susuai dengan hati nurani dan fakta yang ditemukan di
persidangan.
Jurnalis senang dan bahagia dengan kehidupannya saat ini. Bisa berkumpul bersama anak dan cucu
yang dicintai dan menjadi hakim yang akan selalu berusaha untuk memutus perkara susai dengan
hati nurani dan rasa keadilan.
"Saya jalani saja seperti air mengalir," kata hakim yang pernah berdinas di Tanjung Pandan dan
Lampung ini.
Perihal namanya yang memiliki arti seorang pencari berita, Jurnalis menjawab dengan santai.
"Itu pemberian orang tua saja, tidak ada maksud apa-apa. Namanya saya kan kayak laki-laki,
makanya saya suka kasih kata Ny (nyonya) di depannya," katanya sambil tertawa.
Nama Jurnalis mecuat saat mengadili lima anak yang dituduh melakukan pemerkosaan pada 2
Agustus 2013. Dalam rapat RW pada 10 November 2013, kelimanya dipukuli Babinsa TNI Ohim untuk
mengaku sebagai pelaku pemerkosaan. Kelimanya lalu disidik kepolisian dan dijatuhi hukuman 2
tahun penjara pada Januari 2014 oleh PN Cianjur.
Atas vonis itu, kelimanya lalu banding dan dikabulkan pada 24 Maret 2014. Hakim tunggal Jurnalis
Amrad membebaskan kelimanya dan merehabilitasi nama baik kelimanya.
http://news.detik.com/read/2014/04/22/131346/2561870/10/2/sisi-lain-hakim-jurnalis-yang-
bebaskan-lima-anak-dari-tuduhan-pemerkosaan